• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Iklim Terhadap Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu ( Studi Kasus Kecamatan kabanjahe dan Berastagi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Korelasi Iklim Terhadap Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu ( Studi Kasus Kecamatan kabanjahe dan Berastagi)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI IKLIM TERHADAP PEMBUNGAAN TANAMAN PAKAN LEBAH MADU

(Studi Kasus Kecamatan Kabanjahe dan Brastagi Kabupaten Karo)

Oleh :

HASIL PENELITIAN

Jatimbang Samosir 041202008

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN Hasil Penelitian

Nama : Jatimbang Samosir

Nim : 041202008

Program Studi : Budidaya Hutan

Judul Penelitian : Korelasi Iklim Terhadap Pembungaan Tanaman

Pakan Lebah Madu ( Studi Kasus Kecamatan kabanjahe dan Berastagi)

Disetujui Oleh Komisi pembimbing

Dwi Endah Widyastuti, S.Hut, M.Si.

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Tuban Wiyoso, M.Si

Diketahui oleh

Ketua Departemen

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian ini. Adapun judul dari proposal penelitian ini adalah Korelasi Iklim

Terhdap Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu ( Studi kasus di Desa Samura,

Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu Penulis dalam menyelesaikan laporan ini, khususnya Dwi Endah,

S.Hut, M.si.selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Tuban Wiyoso M.Si. sebagai

dosen pembimbing saya.

Penulis menyadari kemungkinan masih adanya kesalahan dalam

penyusunan skripsi ini. Untuk itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun untuk perbaikan masa depan. Besar harapan Penulis semoga

skripsi ini dapat berguna bagi pihak yang membacanya.

Medan, Juli 2010

(4)

ABSTRAK

Jatimbang Samosir : Perubahan iklim global yang mengubah pola musim

hujan dan musim kemarau dan musim hujan pada umumnya berdampak terhadap

masa berbunga tanaman. Keberhasilan usaha budidaya lebah madu tidak terlepas

dari ketersediaan pakan lebah madu setiap saat, oleh karena itu waktu

berbunganya harus diketahui peternak setiap saat.penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pembungaan tanaman pakan lebah madu ( Jeruk dan Kaliandra)

berdasarkan curah hujan di Kabupaten Karo.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan

responden yang mengetahui jadwal pembungaan Jeruk dan Kaliandra di setiap

tipe iklim. Kemudian data tersebut dianalisa secara statistic dengan menggunakan

uji Cohran.

Berdsarkan hasil penelitian pada umumnya tanaman pakan lebah madu

berbunga pada musim kemarau dan sesuai dengan waktu yang disampaikan oleh

responden. Jeruk lebih responsip dibandingkan dengan kaliandra.

Kata Kunci: Pembungaan, Pakan lebah Madu, iklim, Musim Kemarau dan Musim

(5)

ABSTRACT

Global climate change had been change periodicity summer season and

rain season whole impact to periodical of flowering. The succesfull of bee culture

is’nt apart by continioutyof bee nutritions. Soo,periodical of flowering must be

know bee farmer. This research destination to know the prodical flowering of

orange and caliandra. Based rain fall in Karo.

Collecting data doing with interview method with respondencewho know

flowering periode of orange and caliandra in type of climate. Tahen datum

analysis with statistic, with Cohran test.

Based result of research, globally the plant which researched show the

flowering in summer season and according with datum whose respondence given.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

PENDAHULUAN LatarBelakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Hipotesis ... 2

Mamfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Lebah Madu yang Dibudidayakan ... 4

Jenis Tanaman dan Sumber Pakan Lebah Madu ... 4

Lebah Madu untuk Penyerbukan Tanaman ... 10

Hubungan Faktor Iklim dengan Pembungaan Tanaman ... 13

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu ... 22

Alat dan Bahan ... 22

Metode Penelitian ... 22

(7)

Responden di Kabupaten Karo ... 28

Pembungaan Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo ... 28

Pembungaan Tanaman Kaliandra di Kabupaten Karo ... 28

Pembahasan

Korelasi Iklim Terhadap Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu ... 29

Suhu Udara Rata-rata ... 29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 32

Saran ... 32

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Daftar sumber pakan lebah madu...7

Tabel 2.Tipe iklim menurut Schmidth dan Fergusson...15

Tabel 3. Pedoman penentuan tipe iklim menurut Oldeman...15

Tabel 4. Pengamatan dan Pembungaan di Lapangan……….24

Tabel 5. Jadwal Pembungaan Tanaman ………...…….26

Tabel 6.Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo pada tahun 2007 dan 2008………..28

(9)

ABSTRAK

Jatimbang Samosir : Perubahan iklim global yang mengubah pola musim

hujan dan musim kemarau dan musim hujan pada umumnya berdampak terhadap

masa berbunga tanaman. Keberhasilan usaha budidaya lebah madu tidak terlepas

dari ketersediaan pakan lebah madu setiap saat, oleh karena itu waktu

berbunganya harus diketahui peternak setiap saat.penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pembungaan tanaman pakan lebah madu ( Jeruk dan Kaliandra)

berdasarkan curah hujan di Kabupaten Karo.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan

responden yang mengetahui jadwal pembungaan Jeruk dan Kaliandra di setiap

tipe iklim. Kemudian data tersebut dianalisa secara statistic dengan menggunakan

uji Cohran.

Berdsarkan hasil penelitian pada umumnya tanaman pakan lebah madu

berbunga pada musim kemarau dan sesuai dengan waktu yang disampaikan oleh

responden. Jeruk lebih responsip dibandingkan dengan kaliandra.

Kata Kunci: Pembungaan, Pakan lebah Madu, iklim, Musim Kemarau dan Musim

(10)

ABSTRACT

Global climate change had been change periodicity summer season and

rain season whole impact to periodical of flowering. The succesfull of bee culture

is’nt apart by continioutyof bee nutritions. Soo,periodical of flowering must be

know bee farmer. This research destination to know the prodical flowering of

orange and caliandra. Based rain fall in Karo.

Collecting data doing with interview method with respondencewho know

flowering periode of orange and caliandra in type of climate. Tahen datum

analysis with statistic, with Cohran test.

Based result of research, globally the plant which researched show the

flowering in summer season and according with datum whose respondence given.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Paradigma membangun kehutanan memandang hutan sebagai

ekosistem yang lengkap dengan keanekaragaman sumberdaya yang

dikandungnya, yang mampu berperan dalam pemenuhan kepentingan ekonomi,

sosial, dan budaya ( Arief, 2001).

Lebah madu merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati

Indonesia, selain itu kondisi Indonesia sangat potensi bagi bagi perkembangan

usaha perlebahan. Beberapa potensi yang mendukung usaha perlebahan di

Indonesia adalah melimpahnya flora berbunga sebagai sumber pakan lebah,

terdapat jenis-jenis lebah utama yang menghasilkan madu, kondisi agroklimat

tropis yang mendukung budidaya lebah.

Dibeberapa daerah, usaha perlebahan telah menunjukan prospek yang

cukup baik, disamping nilai ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan

peternak lebah.

Secara ekologis, usaha perlebahan dapat meningkatkan produktivitas

tanaman emlalui peranan lebah dalam membantuk proses penyerbukan bunga

tanaman buah-buahan dan biji-bijian, hamper 80 % penyerbukan bunga tanaman

(12)

Budidaya Madu

Usaha perternakan adalah suatu kegiatan : budidaya lebah, pengelolaan

pro dan penanaman flora pakan lebah. Usaha ini untuk memperoleh manfaat yang

besar bagi masyarakat dengan tetap memperhatikan melestarikan lingkuangan.

Usaha perlebahan di Indonesia jenis lebih, yaitu :

Budidaya lebah jenis local (Apis cerana)

Budidaya lebah jenis Eropa (Apis Mellifera)

Pemungutan madu lebah tahun (Apis dorsata).

Penelitian ini khusus meneliti budidaya lebah jenis Eropa yaitu spesies

Apis Mellifera yang merupakan salah satu spesies lebah yang diternakkan bukan

spesies liar.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui korelasi factor

cuaca (Suhu dan Curah hujan) terhadap waktu berbunga tanaman pakan lebah

madu.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah: Terdapat Korelasi faktor cuaca (Suhu

dan Curah Hujan) dengan waktu berbunga tanaman pakan lebah madu ( Jeruk dan

(13)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi jadwal berbunga /

kalender pembungaan taaman pakan lebah madu (Jeruk dan Kaliandra) kepada

berbagai pihak terutama peternak lebah, sehingga memudahkan mereka dalam

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Lebah Madu Yang Dibudidayakan

Lebah Apis mellifera merupakan jenis lebah yang dibudidayakan hampir

di semua negara termasuk Indonesia. Lebah ini banyak di Eropa seperti Prancis,

Yunani, Spanyol dan Yugoslavia. Di negara- negara tersebut lebah yang utama

dibudidayakan yaitu Apis mellifera (lebah hitam atau lebah coklat eropa), Apis

mellifera ligustica (lebah kuning Italia), dan Apis mellifera carnica (lebah kelabu

Carniola). Dari jenis lebah ini segara dapat dibuat galur baru untuk daerah

berlingkungan dan beriklim yang berbeda dari tempat aslinya (Eropa). Di daerah

yang beriklim dingin atau berelafasi tinggi lebah ini tidak telalu agresif dan

kurang suka bermigrasi, tetapi peka terhadap penyakit terutama parasit tungau

varoa (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2007).

Apis mellifera di Indonesia pertama kali didatangkan pada tahun 1972.

sebanyak 25 koloni. Apis mellifera disumbangkan Australian Freedom for Hunger

Campaigen Committee (AFFHC) kepada pusat perlebahan Apriari pramuka.

Sumbangan tersebut ternyata merupakan cikal bakal pengembangan pertenakan

lebah modern di Indonesia. Lebih yang dikembangkan di Australia (NSW) ada 3

Sub Spesies yatiu Lebah Italia (Apis mellifera ligustica), kaukasia (Apis

melliferacauscasia), dan Carniola (Apis melliferacarnica) (Pusat Perlebahan

(15)

Jenis Tanaman dan Sumber Pakan Lebah Madu

JERUK ( Citrus sp. )

Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina

dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang

lalu,jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan.

Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang

mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali (AAK, 1992).

Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rutales

Keluarga : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus sp.

(AAK, 1992)

Mamfaat tanaman jeruk ini yaitu:

(16)

2. dimana kandungan vitamin C yang tinggi.

3. Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula

tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk

dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan

untuk campuran kue.

4. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat

tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan

penyembuh radang mata.

(Trubus,1998)

Syarat Tumbuh

Iklim

1. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan

buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi

tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan

arah angin.

2. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan

basah

3. (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga

dan buah

4. agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan

(17)

5. Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat

tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur

20 derajat C. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung

dari sinar matahari.

6. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%

(AAK, 1992)

KALIANDRA

Kaliandra merupakan salah satu leuguminosa pohon atau semak yang

memiliki beberapa spesies, satu diantaranya yang paling banyak dikenal adalah

jenis kaliandra bunga merah (Calliandra calothyrsus). Kaliandra dapat beradaptasi

pada berbagai jenis tanah asam, ketinggian tempat diatas 1700 m dpl, dan curah

hujan yang tiggi antara 2000-2400 mm/tahun. Pemanfaatan daun kaliandra

sebagai hijauan pakan ternak telah banyak dilakukan, umumnya petani yang

berada di areal kawasan kehutanan atau perkebunan, Peternak umumnya

memberikan daun kaliandra dalam bentuk segar karena lebih disukai ternak, tetapi

kadang kala dilayukan dahulu untuk menurunkan kadar tanninnya (Pavord, 1975).

Daun kaliandra merupakan protein baik bagi ternak ruminansia karena

mengandung 20-25% protein kasar yang sangat bermanfaat bagi peningkatan

produktivitas ternak. Selain digunakan sebagai hijauan pakan ternak, kaliandra

juga banyak dimanfaatkan sebagai kayu bakar, produksi lebah madu, dan untuk

konservasi lahan marginal. Kebanyakan tanaman kaliandra dimanfaatkan sebagai

tanaman untuk konservasi tanah marginal seperti tepi sungai, hutan, jalan, atau

(18)

Sumber pakan lebah madu adalah tanaman yang meliputi tanaman buah,

tanaman sayur, tanaman hias, tanaman pangan, dan perkebunan. Bunga dari

tanaman-tanaman tersebut mengandung nectar dan tepung sari bunga (pollen).

Nektar

Nektar adalah zat manis yang berasal dari tanaman, mengandung 15-50%

larutan gula. Nektar merupakan sumber energi bagi lebah dalam mempertahankan

suhu tubuh koloni lebah dan merupakan bahan baku pembuatan madu.

Nektar ada dua macam, tergantung dari bagian tanaman yang

menghasilkan yaitu :

1. nektar floral bila dihasilkan dari dalam atau dekat bunga dan

2. nektar ekstrafloral bila dihasilkan oleh bagian lain atau selain bagian

bunga (Warisno, 1996).

Pada dasarnya, fungsi sekresi nectar pada bunga adalah sebagai pemikat

hewan , terutama insekta, agar datang mengunjungi bunga. Kedatangan serangga

sangat penting untuk membantu proses pembuahan pada bunga yang tidak dapat

menyerbuk sendiri

Faktor eksternal yang mempengaruhi nektar dan kandungan gulanya

antara lain kelembaban dan temperatur udara. Bila kelembaban tinggi. Fenomena

ini disebabkan oleh factor higrokoskopis gula. Nektar menyerap lebih banyak air

dari udara jenuh dibanding dari udara kering.

(19)

Pollen atau tepung sari diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh antera

sebagai sel kelamin jantan tumbuhan. Pollen berukuran sangat kecil, yaitu sekitar

0,01-0,1 mikrometer. Pollen dimakan oleh lebah madu terutama sebagai sumber

protein dan lemak, serta sedikit karbohidrat dan mineral. Di daerah yang beriklim

dingin, satu koloni lebah membutuhkan sekitar 50 kg pollen pertahun. Demikian

pula di daerah dan subtropis tidak jauh berbeda. Sekitar separuh dari pollen

tersebut digunakan untuk pemeliharaan tetasan ( Warisno, 1996).

Lebah madu mempunyai alat dan cara khas untuk mengumpulkan dan

membawa pollen yaitudengan menggunakan mulut, lidah, dan hampir semua

bagian tubuh. Untuk membawa pollen dalam bentuk pellet ke sarang, pollen

dimasukkan dalam sebuah keranjang khusus (pollen basket,corbicula) yang

terletak di kaki belakang.

Lebah pekerja sibuk mengumpulkan necktar dan pollen setiap dan

menyimpannya dalam sarang. Kemampuan terbang lebah pekerja mencapai radius

1-2 km. Seekor lebah pekerja mengumpulkan nectar kira-kira 40mg dari berbagai

bunga dalam beberapa kali penerbangan selama satu hari. Nectar tersebut

ditampung untuk sementara waktu dalam kantong madu yang selanjutnya dibawah

kesarang.

Sesampainya di sarang, lebah pekerja lapangan akan memindahkan

muatannya kepada lebah pekerja sarang. Pada saat pemindahan ini, lebah

penerima menjulurkan dan menyisipkan lidahnya diantara kedua rahang lebah

pemberi, kemudian lebah pemberi memuntahkan nectar dari kantung madunya.

(20)

lebah menambahkan beberapa jenis enzim ke dalam nektar untuk mencerna gula

alami. Selanjutnya lebah pekerja penerima akan membawa nektar untik disimpan

kedalam sarang. Didalam sel sarang, nektar akan diangini (fanned) dan diuapkan

untuk mengurangi kadar air nektar. Hasil akhir dari proses tersebut adalah madu.

Banyaknya nektar yang ditimbun sebagai madu oleh satu koloni lebah madu

tergantung dari beberapa faktor, antara lain :

1. Ujuran dan komposisi populasi lebah dalam koloni, terutama kehadiran

dan kualitas ratu,

2. Sifat menimbun (boarding behaviour) dari lebah pekerja yang

berhubungan dengan factor genetis,

3. Keadaan cuaca, seperti temperatur, kelembapan, kecepatan angin, dan

fotoperiode,

4. Kapasitas ruangan penyimpan yang tersedia pada sisiran sarang (

Sihombing, 1997).

Berikut ini daftar beberapa jenis tanaman yang dikunjungi oleh lebah dan

menjadi sumber pakan lebah madu :

Tabel 1. Daftar sumber pakan lebah madu

(21)

6 Kacang Panjang - *

(22)

Sewaktu mengumpulkan pollen, seekor lebah pekerja harus mengunjungi

banyak bunga sehingga proses pembentukan pelet berlangsung secara berangsur –

angsur. Untuk mengambil pollen dari setiap bunga, lebah mendekapkan tubuhnya

ke bunga berulang – ulang sehingga pollen menempel pada bulu – bulu tubuhnya,

terutama bulu di bagian dada. Rahang dan lidah turut juga digunakan untuk

membawa pollen, tetapi tergantung struktur bunganya. Pollen yang tersebar di

berbagai bagian tubuh kemudian dikumpulkan ke dalam keranjang pollen dengan

menggunakan sikat pollen yang terdapat di ketiga pasang kakinya. Perbuatan ini

dilakukan lebah ketika sedang istirahat ataupun sewaktu terbang ( Pusat

Perlebahan Apiari Pramuka, 2007)

Pelet pollen yang terbentuk di kedua keranjang pollen secara kolektif

keduanya disebut pollen load dengan berat ± 20 mg. setelah kembali ke sarang,

lebah pekerja sendiri yang menyimpan pollen ke sel – sel sarang. Pollen ditimbun

padat – padat sampai sekitar 2/3 kapasitas sel. Kemudian, pollen dilapisi dengan

madu untuk mencegah pembusukan. Berat muatan pollen berhubungan dengan

ukuran keranjang pollen dari lebah pekerja sehingga berhubungan juga dengan

tubuh individu tersebut. Lebah pekerja koloni Apis mellifera umumnya membawa

muatan pollen lebih banyak dari Apis cerana. Lebah pekerja dapat membawa

pollen dalam cuaca yang lebih panas dibandingkan pada cuaca yang lebih dingin.

Pada cuaca panas, lebah pekerja lebih aktif mencari pollen dan lebih mudah

(23)

lebah pekerja kurang aktif mencari pollen dan pollen yang ada agak sulit terbawa

akrena basah ( Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2007).

Intensitas pengumpulan pollen oleh sebuah koloni lebah madu jug

tergantung pada beberapa faktor. Secara umum, dalam suatu koloni terdapat

sekitar 25 % lebah pekerja lapangan yang membawa pollen ke sarang, 60 % lebah

pekerja lapangan membawa nectar, dan sisanya membawa pollen dan nectar.

Kehadiran lebah ratu dan feromonnya akan merangsang pengumpulan nectar. Bila

nectar tersedia dalam jumlah berlimpah, lebah – lebah pekerja lapangan juga akan

mengumpulakn pollen. Di sisi lain, kehadiran lebah ratu juga akan mempengaruhi

pengumpulan pollen melalui aktivitas bertelur yang akan menghasilkan tetasan.

Bau dari tetasan, teruatama larva yang bersentuhan secara langsung atau tidak

langsung dengan lebah – lebah pekerja akan merangsang pengumpulan pollen.

Selanjutnya, proporsi lebah pekerja pengumpul pollen berkorelasi langsung

dengan laju bertelur ratu dan jumlah tetasan yang terdapat dalam koloni

(Sumoprastowo dan A.Suprapto,1980)

Apabila sisiran pollen diambil dari sarang atau perangkap pollen (pollen

trap) diapsang di pintu sarang maka intensitas pengumpulan pollen akan

meningkat. Akan tetapi, beralngsung hanya sampai tingkat pemenuhan kebutuhan

koloni saja. Dengan kata lain tingkat penimbunan pollen didalam sarang tidak

jauh melebihi jumlah yang diperlukan koloni selama periode tertentu. Diduga

bahwa koloni lebah madu mempunyai kecendrungan yang lebih tinggi untuk

(24)

musim bunga, lebah perlu diberi pakan tambahan berupa stimulasi laruatan gula

dengan perbandingan 1:1. Tujuan penambahan ini agar ketersediaan pakan

tercukupi (Sumoprastowo dan A.Suprapto,1980)

Lebah Madu untuk Penyerbukan Tanaman

Lebah bukan satu-satunya serangga yang bertugas memperlancar

penyerbukan bunga. Namun ia merupakan serangga satu-satunya, yang dalam

menjalankan tugasnya, tidak menimbulkan akibat samping yang merugikan

tanaman. Berbeda dengan kupu-kupu misalnya, tak ada yang menyangkal bahwa

kupu-kupu yang mengisap madu itu mampu membantu menempelkan serbuk sari

pada kepala putik sebuah bunga, dan itu akan mempermudah proses pembentukan

buah. Tapi kupu-kupu menuntut balas jasa yang kadang kelewat mahal. Ratusan

butir telurnya yang menempel pada daun, akan menetas menjadi ulat yang rakus

mengunyah daun tanaman. Tanaman bukannya untung tapi malah buntung dalam

arti sebenarnya (Tim Trubus,1993).

Begitu juga dengan semut yang terkenal sebagai pengumpul madu, namun

semut sering membuat sarang pada bagian tanaman misalnya bersarang pada

daun, sehingga daunnya menjadi terlipat. Hal yang sama juga pada beberapa jenis

burung yang mempunyai paruh runcing dan cakar yang tajam, sering kali

paruhnya yang runcing dan cakar yang tajam ini mengoyak kelopak

bunga,membuat tangkai bunga tak sanggup menahan beban.

Lebah madu jauh dari sifat merusak seperti yang disebutkan itu. Ia sama

(25)

merupakan serangga penyerbuk (polinator) tanaman yang paling penting di alam

dibandingkan angin, air, dan serangga lainnya. Banyak peneliti mengungkapkan

bahwa terdapat kenaikan produksi jika sejumlah koloni lebah diletakkan di sekitar

lokasi tanaman. Produksi apel meningkat sebesar 30-60%, jeruk 300-400%, dan

anggur 60-100%. Terdapat simbiosis mutualisme antara lebah dan bunga tanaman.

Lebah mendapatkan nektar dan polen dari bunga, sedangkan bunga dibantu

penyerbukannya oleh lebah (Tim Trubus,1993).

Kenaikan produksi akibat penyerbukan lebah disuatu areal perkebunan

paling sedikit 15%, bahkan ada yang bisa 70%. Angka yang luar biasa. Menurut

catatan Tim Trubus (1993), dulu di Bogor, pernah dicoba penggembalaan lebah

madi di kebun mentimun. Ternyata hasil mentimun per hektar menjadi 19,5 ton,

padahal tanpa bantuan lebah hanya 12 ton. Menurut Sumoprastowo dan Suprapto

(1993) Kenaikan produksi dengan bantuan penyerbukan oleh lebah mencapai;

kebun kapas 25%, kebun buah-buahan 25-50%, kebun bunga matahari 50-60%,

kebun mentimun 62,5%.

Lebah madu tidak menuntut macam-macam, jika dalam peternakan ia

hanya butuh kandang berupa stup (kotak). Soal makanan mereka akan mencari

sendiri, dan pemilik dipersilakan memeras sendiri madu yang berhasil

dikumpulkan para lebah pekerja.

Diantara jenis serangga yang ada, lebah madu dianggap sebagai serangga

penyerbuk yang paling penting. Anggapan dasar yang dijadikan dalam hal ini

(26)

populasi lebah madu dalam koloni mudah diatur baik jumlah maupun waktu untuk

keperluan penyerbukan tersebut.

Sangat efisiennya lebah madu dalam menyerbukkan bunga tanaman

disebabkan badan serangga tersebut dilengkapi dengan organ semacam rambut

atau bulu-bulu yang tumbuh lebat baik pada badan maupun kakinya sehingga

dapat mengangkut tepung sari dalam jumlah besar serta selanjutnya memindahkan

tepung sari ke kepala putik dalam jumlah cukup. Aktivitas lebah tersebut

dilakukan secara tidak sengaja pada saat pencarian nektar dan tepung sari sebagai

pakan untuk koloninya, bagian kaki lebah madu yang penuh rambut tersebut

disebut poolen basket (Ashari,2004).

Lebah memiliki organ khusus untuk mengambil nektar, yang disebut

probosis. Lebah memiliki probosis, bentuknya seperti belalai pada gajah. Probosis

memiliki kemampuan mengisap cairan nektar pada bunga. Aktivitas terbang lebah

mengumpulkan nektar dan polen berlangsung sejak pagi sampai sore hari.

Pollen atau tepung sari bunga diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh

bunga sebagai sel-sel kelamin jantan pada tumbuhan. Pollen diperlukan oleh lebah

madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, dan sedikit karbohidrat dan

mineral. Menurut Hasanuddin (2003), Lebah madu mempunyai alat dan cara khas

untuk mengumpulkan dan membawa pollen dari bagian bunga, yaitu dengan

menggunakan mulut, lidah dan hampir semua bagian-bagian tubuh untuk

memanen butir-butir pollen yang ukurannya sangat kecil (0.01-0,1 mm) dan

menggunakan sebuah keranjang khusus yang disebut pollen basket di kaki

(27)

Lebih lanjut Ashari (2004) mengatakan beberapa faktor yang harus

dipertimbangakan dalam menggunakan lebah madu untuk tujuan membantu

penyerbukan tanaman, diantaranya jumlah lebah per stup (strength of colony),

potensi lebah (inspection of hive strength), jumlah stup lebah (number of bee

hives), ketersediaan stup (availability of bee hives), dan penempatan stup (timing

of the introduction of hives).

Hubungan Faktor Iklim dengan Pembungaan Tanaman

Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman,

terutama pembungaan. Apabila tanaman ditanam diluar daerah iklimnya, maka

produktivitas tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Barus dan Syukri (

2008) pengaruh iklim terhadap berbuahnya tanaman buah dapat dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu :

1. Seasional

Tanaman buah-buahan yang musim berbuahnya dipengaruhi oleh iklim

tempat tumbuhnya. Contoh : rambutan, duku, mangga, lengkeng dan sebagainya.

2. Non-seasional.

Tanaman buah-buahan yang musim berbuahnya tidak atau sedikit

dipengaruhi, oleh iklim tempat tumbuhnya. Contoh ; Pepaya, pisanag, jambu biji,

nenas, belimbing dan sebagainya.

Menurut Ashari (2006) sedikitnya ada 2 unsur yang mempengaruhi hal

(28)

1. curah hujan dan distribusi hujan

2. Tinggi tempat dari permukaan laut.

Selain unsur iklim diatas, menurut Guslim (2007) produksi tanaman juga

dipengaruhi oleh radiasi matahari dan suhu, menurut Barus dan Syukri (2008)

umumnya tanaman berbuah tahunan musim berbunganya akan didorong oleh

adanya rangsangan lingkungan seperti suhu, menurut Sunu dan Wartoyo (2006)

beberapa komponen faktor lingkungan yang penting dalam menentukan

pertumbuhan dan produksi tanaman diantaranya adalah : radiasi matahari, suhu,

tanah dan air.

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai cara oleh

lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan

merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan

spesies tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya

belum selesai dan mencapai tahapan yang matang untuk berbunga., sehubungan

dengan itu terdapat dua rangsangan, yang menyebabkan perubahan itu terjadi,

yaitu suhu dan panjang hari ( Mugnisjah dan Setiawan, 1995)

Cekaman (stress) air, yang diikuti oleh hujan sering merangsang

pertumbuhan tanaman tahunan tropika. Faktor lain yang memicu pembungaan

adalah panjang hari, atau panjang periode, selama setiap 24 jam. Tanaman berhari

panjang tidak akan berbunga jika ditanam di wilayah tropika ( Mugnisjah dan

setiawan, 1995).

Jika bunga telah berkembang, maka tahap selanjutya adalah menjamin

(29)

penyerbukan adalah penting. Umumnya serbuk sari tidak dapat tahan hidup jika

hujan lebat, dan suhu yang terlalu dapat menyebabkan penyerbukan jelek.

Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca,

sangat basah.

1. Curah hujan

Curah hujan merupakan salah satu elemen iklim yang sangat penting

dalam kehidupan di bumi. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan

sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan.

Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan

terganggu. Tepung sari akan menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi.

Kepala putik dapat busuk, karena kelembaban yang tinggi. Selain itu aktivitas

serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi. Apabila terjadi

kerusakan pada tepungsari dan kepala putik berarti penyerbukan telah gagal. Hal

ini juga berarti bahwa pembuahan dan selanjutnya, panen telah gagal dan

menunggu tahun berikutnya ( Ashari, 2006).

Kesesuaian tanaman dengan kondisi iklim tempat tumbuh, sangat

diperlukan, untuk berbagai keperluan, para ahli banyak membuat klasifikasi iklim

yang didasarkan kepada curah hujan yang perhitunganya didasarkan pada

perhitungan bulan basah (BB) dan bulan kering (BB), salah satu klasifikasi

tersebut dan banyak dipakai dalam bidang pertanian di Indonesia adalah

klasifikasi iklim menurut Oldeman dan Schmidth dan Fergusson.

Klasifikasi iklim menurut scmidth dan Fergusson ada 6 yaitu:

(30)

No. Tipe Iklim Jumlah bulan basah Jumlah bulan kering

Tabel 3. Pedoman penentuan tipe iklim menurut Oldeman

Tipe Bulan Basah Bulan Kering

A

Sumber: Buletin BMG Sampali (2009)

Mungkin ini, karena pengaruh adaptasi tanaman. Tidak ada jenis tanaman

yang memerlukan iklim mutlak. Dengan kata lain ada penyesuaian atau adaptasi

tanaman terhadap lingkungannya

2. Tinggi Tempat dari Permukaan Laut.

Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas

(31)

semakin rendah suhu di tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari

semakin berkurang. Suhu dan penyinaraninilah yang nantinya akan digunakan

untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran

rendah.

Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan

pembungaan tanaman. Tanaman bebuahan yang di tanam di dataran rendah

berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi

(Ashari, 2006)

Suhu udara di indonesia terutama Sumatera Utara dipengaruhi oleh

ketinggian tempat. Secara umum setiap kenaikan tempat tumbuh 100 meter maka

suhu akan turun 0,6ºC sampai dengan 1ºC. Di permukaan laut suhu rata-rata

adalah 18 ºC ( Guslim, 2007).

3. Suhu

Suhu berpengaruh, terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga,

induks i bunga, pertumbuhan dan diferensiasi pembungaan (inflorescence), mekar

bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih.

Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan

fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif, tetapi pengaruh suhu terhadap

induksi bunga cukup konpleks dan bervariasi tergantung pada reaksi tanaman

terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau

memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman.

Dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman, suhu dapat dibedakan

(32)

dan maksimum pertumbuhan tanaman terhenti seluruhnya, sedangkan suhu

optimum dicapai kecepatan tertinggi dapat dipertahankan. Selain mempengaruhi

kecepatan pertumbuhan tanaman dan metabolisme, suhu lingkungan juga berperan

dalam pengendalian pengembangan tertentu. Tanaman buah yang ditanam pada

lingkungan dibawah dan diatas kisaran suhu pertumbuhan, maka tanaman akan

mengalami stress suhu. Stress suhu adalah pengaruh suhu ekstrem pada

pertumbuhan tanaman ( Barus dan Syukri, 2008).

4. Panjang hari

Allard dan Gardner (1940) berusaha membagi tanaman atas dasar

tanggapnya terhadap panjang hari. Tanaman berhari pendek ( short day), tanaman

berhari panjang (Long day), dan tanaman berhari netral ( day netral), menurut

Ashari (2004) respon pembungaan tanaman terhadap lamanya penyinaran

berbeda. Tanaman yang digolongkan tanaman hari pendek (short day) adalah

tanaman yang baru berbunga apabila periode gelap lebih lama/panjang dari

kritisnya. Menurut Guslim (2007) nilai – nilai kritis untuk tanaman hari panjang

atau hari pendek biasanya akan berbeda untuk tiap macam tanaman, nilai kritis

kira-kira 14 jam.

Pentingnya variasi panjang hari dalam menentukan waktu pembungaan

nyata berkaitan dengan latitud sebagai contoh tanaman berhari pendek yang

memiliki fotoperiode kritical lebih dari 12 jam berbunga, jauh lebih dini di latitud

yang lebih tinggi daripada latitud yang rendah. Panjang hari dilaporkan

berkorelasi dengan nisbah bunga jantan/betina dalam tanaman berhari pendek.

(33)

Radiasi matahari berhubungan dengan laju pertumbuhan tanaman

fotosintesis, pembukaan ( reseptivitas) bunga dan aktivitas lebah penyerbuk.

Pembukaan bunga dan aktivitas lebah di tingkatkan oleh radiasi matahari yang

cerah, wilayah yang sering berawan berpotensi kurang untuk produksi benih.

Di alam cahaya erat kaitannya dengan ketinggian tempat (elevasi) serta

keadaan awan. Menurut Barus dan Syukri (2008) secara umum semakin tinggi

tempat, cahaya (besarnya penyinaran) akan semakin rendah seperti dibawah ini :

a. 0-700 meter diatas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah 51-70%

b. 70-1000 meter diatas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah 45-50%

c. Diatas 1000 meter di atas permukaan laut, besarnya penyinaran adalah

40-44%

Besarnya penyinaran tersebut sangat erat kaitanya dengan ketebalan

awan, dimana semakin tinggi tempat diatas permukaan laut, akan semakin tebal

(34)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa Samura, Desa Ketaren, Kecamatan

Kabanjahe dan Desa Jaranguda dan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten

Karo, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2009.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah Kamera digital, alat tulis, tally sheet. Bahan

yang digunakan meliputi data-data tanaman yang menghasilkan nektar dan pollen

di wilayah Kabupaten Karo dan sekitarnya, data curah hujan, data suhu, dan data

penyinaran matahari.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode wawancara, pengamatan, studi

literatur, dan eksplorasi jenis-jenis tanaman yang berpotensi sebagai pakan lebah

madu dan waktu pembungaannya pada beberapa kecamatan di Kabupaten Karo.

Hasil wawancara akan diuji dengan uji Cohran untuk menguji keakuratan data

yang disampaikan oleh responden.

Penentuan lokasi penelitian

Untuk penelitian musim berbunga, secara umum lokasi yang menjadi

penelitian adalah sebanyak tiga daerah yaitu masing-masing satu daerah tiap tipe

iklim menurut Oldeman, daerah yang akan menjadi objek penelitian berdasarkan

(35)

• Tipe iklim E2 , daerah yang diteliti adalah kecamatan Kabanjahe.

• Tipe Iklim D1, daerah yang akan diteliti adalah kecamatan Berastagi.

Pengumpulan data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan datang langsung ke obyek

ataupun melalui kuesioner terhadap objek penelitian (Nasruddin dan Marlianto,

2008). Dalam penelitian ini data primer dikumpulkan melalui wawancara dan

pengamatan.

Wawancara

Wawancara dilakukan dengan Masyarakat, Kelompok Tani, dan beberapa

peternak lebah yang berada di dalam daerah maupun di luar daerah tersebut, hal

ini dilakukan untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin mengenai data

jenis-jenis tanaman pakan lebah madu yang mereka ketahui dan waktu pembungaannya.

Adapun jumlah responden yang akan diikutsertakan dalam wawancara ini adalah

sebanyak 30 orang (masing-masing 10 orang per tipe iklim).

Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data lapang berupa data

primer mengenai pembungaan beberapa jenis tanaman yang diamati secara

periodik yang mana menurut Sutarno at all (1998), bahwa penelitian fenologi

dilakukan pengamatan satu kali dalam dua minggu. Dalam penelitian ini akan

dilakukan pengamatan terhadap beberapa jenis tanaman yang berbunga selama

(36)

Data pengamatan ini akan digunakan sebagai informasi tambahan

berbagai jenis tanaman sumber pakan lebah madu pada beberapa kecamatan di

Kabupaten Karo. Hasil dari pengamatan dan pengukuran tersebut akan dicatat

dalam tally sheet berikut ini:

Bulan pengamatan :

Lokasi pengamatan :

Tabel 4. Pengamatan pembungaan di lapangan

No. Nama

Nektar Pollen Keterangan Ya Tidak

Studi literatur merupakan studi perpustakaan yang dilakukan bertujuan

untuk mengumpulkan informasi mengenai pembungaan beberapa jenis tanaman

pakan lebah madu, bagaimana hubungan pembungaan pakan lebah madu dengan

lebah madu itu sendiri.

(37)

Data faktor iklim yang diambil merupakan data curah hujan, data suhu dan

data penyinaran matahari di daerah yang menjadi lokasi penelitian. Data fenologi

merupakan data musim berbunga beberapa jenis tanaman yang berpotensi sebagai

pakan lebah madu. Kedua data tersebut (data faktor iklim dan data Fenologi)

diperoleh dari BMKG (Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika) ,Dinas

Pertanian Kabupaten Karo dan Dinas Kehutanan Kabupaten Karo.

Secara singkat, prosedur penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dicari data waktu berbunga beberapa jenis tanaman yang berpotensi

menjadi sumber pakan lebah madu di lokasi penelitian dan data faktor

iklim (suhu, penyinaran matahari, dan curah hujan) selama 5 tahun

2. Dibandingkan data faktor iklim yang diperoleh dengan waktu pembungaan

tanaman pakan lebah madu.

3. Dilakukan analisis data berupa korelasi faktor iklim dengan waktu

berbunga ,apakah ada pergeseran waktu berbunga dengan kondisi faktor

iklim.

4. Dibuat kalender pembungaan beberapa tanaman pakan lebah madu.

Analisis Data

Hasil penelitian ini akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan

uji Cohran.Uji Cohran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal

atau informasi dalam bentuk yang terpisah dua (dikotomi), misalnya informasi

”ya” atau ”tidak”. Penggunaan uji ini untuk mengetahui keberadaan hubungan

antara beberapa variabel (Siagian dan Sugiharto, 2000). Menurut (Sugiyono,

(38)

berpasangan bila datanya berbentuk nominal dan frekuensi dikotomi, misalnya

dalam jawaban wawancara atau observasi hasil eksprimen berbentuk ;ya-tidak;

sukses-gagal; disiplin-tidak disiplin; terjual-tidak terjual, dsb. Selanjutnya

jawaban tersebut diberi skor 0 untuk ” gagal” dan skor 1 untuk ”sukses”.

Jawaban pertanyaan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dua jawaban yaitu ” berbunga” dan ” tidak berbunga”. Selanjutnya

jawaban tersebut diberi skor 1 untuk jawaban ”berbunga” dan skor 0 untuk

jawaban ”tidak berbunga”

Sugiyono (2008) menyatakan analisis data pembungaan dilakukan dengan

menggunakan metode Uji Cohran dengan rumus sebagai berikut:

1. Dihitung nilai Q dengan menggunakan rumus:

∑ ∑

Nilai-nilai variabel tersebut diperoleh dari analisis data wawancara

1. Tolak Ho dan terima Ha bila Q hasil menghitung lebih besar atau sama

(39)

2. Selanjutnya, dari data hasil wawancara akan dibuat jadwal pembungaan

(kalender) kedua jenis tanaman tersebut.

Tabel 5. Jadwal pembungaan tanaman (kalender pembungaan tanaman)

No. Jenis Tanaman Masa

Bunga

Nektar Pollen

1 Jeruk

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data Jadwal Berbunga Tanaman Pakan Lebah Madu Menurut Responden di Kabupaten Karo

Pembungaan tanaman jeruk di Kabupaten Karo

Tanaman jeruk di Kabupaten Karo banyak dibudidayakan di ladang

masyarakat. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, di Kabupaten Karo jeruk

begitu melimpah, karena menanam jeruk sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian

masyarakat yang bermodal, di samping itu membudidayakan jeruk tidak terlalu

sulit, karena sudah diketahui cara mengelolanya secara turun – temurun.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian jeruk di Kabupaten karo adalah

desa Ketaren ( Kecamatan Kabanjahe/tipe iklim E2), desa Jaranguda dan desa

Gundaling I ( Kecamatan Berastagi/tipe iklim D1). Wilayah – wilayah yang

berada di Kabupaten karo tidak jauh dari iklim E2 dan D1.

Pembungaan tanaman Jeruk di daerah ini akan di bahas per tipe iklim.

Tabel 6.Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo pada tahun 2007 dan 2008

Lokasi/Kecamatan Nilai Q 2007 Nilai Q 2008

(41)

Gundaling I (Berastagi) 64,16* 19,67 64,16* 19,67

Ket : * = terdapat korelasi waktu berbunga dengan curah hujan dan suhu.

Pembungaan tanaman Jeruk di kecamatan Kabanjahe (tipe iklim E2)

Tanaman jeruk lumayan banyak kita lihat di ladang penduduk, masyarakat

membudidayakan jeruk secara turun – temurun, karena budidaya jeruk cukup

memberikan mamfaat yang cukup menguntungkan.

Berdasarkan uji statistic terhadap data yang disampaikan responden

dengan menggunakan uji cohran, pada tahun 2007 (dapat dilihat pada table 6)

diperoleh nilai Qhitung > Qtabel (34,83 > 19,67), dengan uji yang sama pada

tahun 2008 (dapat dilihat pada table 6) juga di peroleh Qhitung > Qtabel yang

berarti terdapat perbedaan yang nyata pada waktu pembungaan Jeruk pada

berbagai bulan di Kecamatan Kabanjahe.

Tanaman jeruk nyata terlihat berbunga tahun 2007 dan tahun 2008 pada

bulan maret, april, mei dan desember menurut responden yang diwawancarai yang

menanam jeruk di Desa Ketaren.

Pembungaan Jeruk di Kecamatan Berastagi (tipe iklim D1)

Daerah yang menjadi lokasi penelitian pembungaan tanaman jeruk di

(42)

besar tanaman dibudidayakan di ladang masyarakat yang letaknya berdekatan

dengan perumahan penduduk. Pada umumnya tanaman jeruk didaerah ini

berbunga bulan maret, april dan mei.

Pembungaan tanaman kaliandra di Kabupaten karo.

Salah satu tanaman yang dibudidayakan di daerah Kabupaten Karo ini

adalah Kaliandra , sumber bibitnya yang didapatkan melalui perbanyakan secara

generatif. Pada umumnya tanaman kaliandra ini berbunga 4 kali dalam setahun.

Tabel 7. Tanaman Kaliandra di Kabupaten Karo pada tahun 2007 dan 2008

Lokasi/Kecamatan Nilai Q 2007 Nilai Q 2008

Qhit Qtab Qhit Qtab

Ket : * = Terdapat korelasi waktu berbunga dengan curah hujan dan suhu.

Hasil analisa dengan menggunakan uji cohran pada tahun 2007 dan tahun

2008 (dapat dilihat pada table 7) diperoleh Q hitung > Q table yaitu 92,88 < 19,67

yaitu terdapat perbedaan waktu pembungaan tanaman kaliandra pada berbagai

musim di Kecamatan Kabanjahe sedangkan di Berastagi desa Jaranguda dan desa

(43)

Pembahasan

Berdasarkan klasifikasi Oldeman, wilayah Kecamatan Kabanjahe memiliki

tipe iklim A, dengan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe

iklim D1. Dari segi tofografi wilayah ini berada di dataran tinggi sehingga

suhunya terasa lebih dingin.

Korelasi Iklim Terhadap Pembungaan Tanaman Pakan Lebah Madu

Korelasi factor – factor iklim dengan jadwal berbunga tanaman jeruk di

Kabupaten Karo tahun 2007

Grafik 1. Berbunga tanaman Jeruk, Kaliandra dan Curah Hujan 2007

Dari grafik 1 dapat dilihat, bahwa tanaman jeruk berbunga pada bulan

maret, april, dan mei. Tanaman kaliandra musim berbunganya adalah bulan maret,

april, mei dan desember. Dari grafik diatas dapat dilihat curah hujan relative

stabil, kecuali bulan September ke oktober, terjadi kenaikan yang cukup tinggi

(44)

curah hujan cukup tinggi tanaman tidak dapat berbunga dengan baik, karena

tepung sari tanaman busuk Ashari (2006) Hal ini juga berarti bahwa pembuahan

dan selanjutnya, panen telah gagal dan menunggu tahun berikutnya.

Grafik 2. Berbunga Tanaman Jeruk, Kaliandra dan Curah Hujan 2008

Dari grafik 2 dapat dilihat, bahwa tanaman jeruk berbunga pada bulan

maret, april, dan mei. Tanaman kaliandra musim berbunganya adalah bulan maret,

april, mei dan desember. Dari tabel Curah hujan pada tahun 2008, terjadi kenaikan

curah hujan yang cukup besar dari bulan februari ke bulan april, dimana curah

hujan naik turun dengan begitu drastis dan mulai stabil dari bulan april ke bula

September dan curah hujan naik dari bulan September ke bulan oktober dan

mengalami penurunan tinggi juga ke bulan November.

Suhu Udara Rata-Rata

(45)

Suhu udara rata-rata pada tahun 2007 yang dimulai dari bulan januari

adalah 18,8˚C, bulan februari turun menjadi 18, 4˚C, bulan maret naik menjadi

18,5˚C, di bulan april dan mei naik yaitu 19,1˚C dan 19,6˚C, bulan juni menjadi

18,6˚Cdan bulan juli adalah 18,3˚C, bulan agustus dan September naik yaitu

18,8˚C dan 19˚C. Suhu udara rata-rata pada bulan oktober, November dan

desember adalah 18,8˚C, 18,9˚C dan 19˚C.

Grafik 4. Berbunga Tanaman Jeruk, Kaliandra dan Suhu 2008

Suhu udara rata-rata relative stabil di tahun 2008, dimana tidak terjadi

perubahan yang signifikan. Suhu udara rata-rata pada bulan januari adalah 18,5˚C,

bulan februari naik menjadi 18,8˚C, bulan maret turun menjadi 18,3˚C, suhu udara

(46)

juni dan juli yaitu 19,1˚C dan 18,3˚C dan naik menjadi 18 ,5˚C dibulan agustus,

pada bulan September turun menjadi 18,4˚C dan naik lagi menjadi 18,8˚C di

bulan oktober, bulan November dan desember turun menjadi 18,7˚C dan 18˚C..

Selain unsur iklim diatas, menurut Guslim (2007) produksi tanaman juga

dipengaruhi oleh radiasi matahari dan suhu, menurut Barus dan Syukri (2008)

umumnya tanaman berbuah tahunan musim berbunganya akan didorong oleh

adanya rangsangan lingkungan seperti suhu, menurut Sunu dan Wartoyo (2006)

beberapa komponen faktor lingkungan yang penting dalam menentukan

pertumbuhan dan produksi tanaman diantaranya adalah : radiasi matahari, suhu,

tanah dan air.

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai cara oleh

lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan

merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan

spesies tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya

belum selesai dan mencapai tahapan yang matang untuk berbunga., sehubungan

dengan itu terdapat dua rangsangan, yang menyebabkan perubahan itu terjadi,

yaitu suhu dan panjang hari Mugnisjah dan Setiawan (1995)

Cekaman (stress) air, yang diikuti oleh hujan sering merangsang

pertumbuhan tanaman tahunan tropika. Faktor lain yang memicu pembungaan

adalah panjang hari, atau panjang periode, selama setiap 24 jam. Tanaman berhari

panjang tidak akan berbunga jika ditanam di wilayah tropika Mugnisjah dan

(47)

Jika bunga telah berkembang, maka tahap selanjutya adalah menjamin

sedapat mungkin agar penyerbukan berlangsung dengan baik. Cuaca pada saat

penyerbukan adalah penting. Umumnya serbuk sari tidak dapat tahan hidup jika

hujan lebat, dan suhu yang terlalu dapat menyebabkan penyerbukan jelek.

Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca,

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat korelasi musim berbunga tanaman pakan lebah madu (jeruk dan

Kaliandra) dengan curah hujan dan suhu.

2. Tanaman jeruk berbunga di bulan maret, april dan mei

3. Tanaman kaliandra berbunga bulan maret, april, mei dan desember.

4. Lebah madu sangat membantu dalam penyerbukan tanaman, karena dapat

menaikkan produktivitas tanaman

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai kuantitas factor iklim

yang dapat menyebabkan tanaman tersebut berbunga dengan tujuan untuk

(49)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1992. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.

Ashari, S. 1998. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

________. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial, Bayu Media, Malang. Jawa timur.

________. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Andi, Yogyakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Elisa. 2004. Penyerbukan.

Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU Press, Medan.

Hasanuddin, A. 1995. Manajemen Koloni Lebah Madu. Departemen Kehutanan, Pematang Siantar.

Hutabarat, P.1992. Konsep Metode Pemuliaan Lebah Madu. Fakultas Peternakan Institut pertanian Lebah.

Mantra IB.2004. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(50)

Nasution, M.A. 1996. Metode Penelitian Naturalistik- Kualitatif. Penerbit

Tarsito. Bandung.

Pavord, A.V. 1975. Bees and Beekeping. Redwood Burn Limited. London

Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. 2007. Lebah Madu: Cara beternak & Pemamfaatan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sugiyono, D.R. 2008. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Sumoprastowo dan A. Suprapto. 1980. Beternak Lebah Modern. Bharata Karya

Aksara, Jakarta.

Suratmo. F Gunawan. 2002. Panduan Penelitian Multidisiplin. IPB Press.Bogor.

Tim Redaksi Trubus. 1993. Beternak Lebah Madu. Penebar Swadaya, Jakarta.

Trubus no 340. 1998. Masih Diperlukan Penambahan 50.129 ha Kebun Jeruk.

Gambar

Tabel 1. Daftar sumber pakan lebah madu
Tabel 3. Pedoman penentuan tipe iklim menurut Oldeman
Tabel 5. Jadwal pembungaan tanaman (kalender pembungaan tanaman)
Tabel 6.Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo pada tahun 2007  dan 2008
+5

Referensi

Dokumen terkait

Siklus Hidup Ngengat Lilin Galleria mellonella (Lepidoptera: Pyralidae) pada Sisiran Lebah Madu dan Pakan Semi Sintetik (di bawah bimbingan Teguh Santoso dan I

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses budidaya lebah madu trigona sp yang dikembangkan oleh kelompok tani lebah madu trigona sp laipangin di Desa Kusu

Integrasi antara tanaman herbal dan lebah madu Trigona sp bermanfaat sebagai salah satu sumber pakan yaitu dengan memanfaatkan nektar dan polen yang dihasilkan

Ternak Lebah Natural Madu merupakan perusahan bisnis yang bergerak pada usaha peternakan dan penjualan hasil peternakan lebah madu. Saat ini terdapat beberapa

Dari 21 komposisi jenis vegetasi pada tingkat pancang dapat diketehui terdapat 20 jenis vegetasi yang merupakan pakan lebah madu hutan atau 95 % tanaman termasuk

Berdasarkan data yang bersumber dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karawang tahun 2006 diperoleh jenis tanaman sumber pakan lebah madu

Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu dilakukan pengukuran diameter polen yang diambil lebah madu Apis cerana dari jenis tanaman yang berbeda, untuk mengetahui sumber pakan yang

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Potensi Vegetasi Pakan Lebah Madu Trigona sp Di Kecamatan Barru Kabupaten