1
PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENAMBAHAN JUMLAH SEL SISIRAN KOLONI LEBAH
MADU Apis cerana Fabr. DI APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN
Widia Astuti1, Gustina Indriati2, Armein Lusi Zeswita2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat widiaastuti480@gmail.com
ABSTRACT
The aims of research to know the number increase honey bee nest cells colonies of Apis cerana Fabr. with the utilization of Zea mays L. in Apiari Sakato Padang Pariaman. The research used experimental method with two treatments. The treatment provided is a bee colony with Zea mays and without Zea mays. Each treatment with five replications. The parameters observed were the number increase honey bee nest cells of colonies Apis cerana. The results showed happened addition of honey bee nest cells colonies Apis cerana with Zea mays. The addition increase honey bee nest cells colonies Apis cerana with Zea mays as much as 9.223 cells while without Zea mays 1.377 cells. Weather data at the study sites with air temperature ranged from 24.3-26.80C, air humidity 83-96%, wind speeds of 0.0-1.9 knots and solar radiation 75.6-483.0 cal/cm2. Based on the results of this study can be concluded that the Zea mays can increase the number of honey bee nest cells colonies of Apis cerana Fabr. Weather conditions in the study sites still support the activities of foreger.
Keywords : Nest cell, Apis cerana, Bee feed, Pollen, Zea mays L. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang melimpah berupa flora dan fauna. Salah satu fauna yang bermanfaat bagi manusia adalah lebah madu. Hasil yang dapat diperoleh dari lebah madu adalah madu, pollen, royal jelly, lilin lebah, koloni lebah dan ratu lebah (Asih, 2006). Lebah madu yang telah dibudidayakan oleh masyarakat
terutama daerah Sumatera Barat adalah lebah madu Apis cerana. Lebah madu Apis cerana mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan di pedesaan dengan syarat daerah tersebut memiliki berbagai macam tumbuhan berbunga yang dapat menyediakan kebutuhan hidupnya (Salmah, 1989).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan koloni lebah madu yaitu faktor fisik dan
2 biotik. Faktor fisik yang berperan dalam menentukan aktivitas lebah madu adalah suhu udara, kelembaban udara, intesitas cahaya dan kecepatan angin. Sedangkan faktor biotik yang utama adalah ketersediaan sumber pakan yang dapat dimanfaatkan oleh lebah madu, yaitu tumbuhan berbunga. Ketersediaan sumber pakan ikut menentukan jumlah keturunan yang dapat dipelihara pada usia produktif untuk kelangsungan hidup koloni (Salmah, 1989). Tanaman pakan bagi lebah madu merupakan syarat utama untuk pengembangan budidaya lebah madu. Perkembangan koloni lebah madu diperlukan bunga yang banyak mengandung tepung sari (pollen) dan nektar. Pollen diperlukan sebagai sumber protein sedangkan nektar sebagai sumber karbohidrat (Andoko, 2001).
Sumber pakan yang didapatkan oleh lebah madu berpengaruh terhadap perkembangan sel. Efek kurang makanan, koloni lebah berukuran kecil, jumlah sisiran yang dibangun berukuran kecil, simpanan makanan sedikit, 78% dari sisiran merupakan sel-sel kosong (Schneider
dan Blyther, 1988). Apabila kebutuhan pollen tidak tercukupi maka akan berdampak terhadap koloni lebah. Maka dalam hal ini diperlukan adanya usaha alternatif lain untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu penambahan sumber pakan yang banyak menghasilkan pollen di sekitar lokasi budidaya lebah madu. Salah satu sumber pakan yang menghasilkan banyak pollen adalah tanaman jagung. Tanaman jagung merupakan sumber pollen utama yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan oleh lebah madu. Apabila kebutuhan tercukupi maka ratu akan produktif dan mampu menghasilkan telur yang banyak dan pembuatan sel-sel baru sehingga dapat meningkatkan jumlah koloni lebah madu. Koloni lebah madu yang banyak mampu meningkatkan hasil produksi lebah madu (Andoko, 2001).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap penambahan jumlah sel
3 sisiran koloni lebah madu Apis
cerana Fabr. di Apiari Sakato
Padang Pariaman, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak lebah sebagai informasi dalam pemberian pakan bagi lebah madu, serta bagi pembudidaya jagung sebagai informasi dalam membantu penyerbukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2017 di Desa Palak Juha, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman. Alat yang digunakan adalah kamera digital DSLR tipe EOS 600D, sarung tangan, masker, korek api dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah polybag, tanah kebun, pupuk kandang (kotoran sapi), pasir, pupuk NPK, sabut kelapa koloni lebah madu Apis
cerana Fabr. dan tanaman jagung
(Zea mays L. saccharata). Lebah madu dipilih sebanyak sepuluh koloni yang terdapat di Apiari Sakato dan tanaman jagung. Dilakukan uji beda dengan dua perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan terdiri atas koloni
lebah dengan penanaman jagung dan koloni lebah tanpa penanaman jagung. Tanaman jagung ditanam sebanyak 75 polybag, dalam satu polybag terdiri dari 2 benih, pada saat tanaman jagung berumur 21 hari setelah tanam dilakukan penjarangan dan meninggalkan 1 tanaman jagung dalam satu polybag. Sel sisiran yang dijadikan sampel yaitu sel sisiran yang belum terisi penuh. 5 koloni lebah diletakkan mengelilingi tanaman jagung saat tanaman jagung berumur 50 hari atau sudah menghasilkan bunga. Koloni lebah diletakkan dengan jarak 2 m dari tanaman jagung, jarak antar koloni lebah yaitu 1 m. Koloni dibiarkan mengambil pollen dari tanaman jagung selama 30 hari. 5 koloni lebah sebagai kontrol diletakkan di lokasi tanpa tanaman jagung. Jarak antara kedua perlakuan ±400 m.
Pengamatan mulai dilakukan pada hari ke 30 setelah perlakuan. Sebelum sisiran diambil dilakukan pengasapan terlebih dahulu supaya lebah tidak terlalu agresif dan tidak terbawa bersama sisiran, sel sisiran yang dikeluarkan didokumentasikan. Penghitungan sel dilakukan dengan
4 menggunakan komputer melalui foto dokumentasi sel sisiran lebah dengan menggunakan aplikasi Paint pada tiap koloni atau stup. Sel yang dihitung adalah sel utuh dan berbentuk heksagonal yang tebentuk selama diberi perlakuan pada tiap-tiap koloni atau stup pada masing-masing perlakuan.
Data unsur cuaca diperoleh dari kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Sicincin.
Data yang diperoleh di lokasi penelitian dianalisis dengan menggunakan t-test mengacu pada Michael (1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata penambahan jumlah sel lebah madu Apis cerana Fabr. dengan penanaman jagung dan tanpa penanaman jagung di Apiari Sakato Padang Pariaman dapat dilihat pada grafik1.
Grafik 1. Rata-rata Penambahan Sel Sisiran Koloni Lebah Madu Apis cerana Fabr. dengan Tanaman Jagung dan Tanpa Tanaman Jagung di Apiari Sakato Padang Pariaman (KP = Koloni Perlakuan, KTP = Koloni Tanpa Perlakuan). 483,75 1.045,00 16 883,67 735 148,67 73 41 54,75 148,5 0 200 400 600 800 1000 1200 A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 Pe nambahan Se l D al am K ol on i Koloni Series 2 Series 1 KTP KP
5 Hasil uji beda dengan analisis
t-tes didapatkan nilai t hitung > t tabel
(2,99 > 2,30). Artinya penambahan sel sisiran pada stup yang berdekatan dengan area penanaman jagung berbeda hasilnya dengan jumlah sel sisiran stup pada areal jauh dari areal tanaman jagung. Kondisi cuaca di lokasi penelitian adalah suhu udara berkisar antara 24,3-26,8ºC, kelembaban 83-96%, kecepatan angin 0,0-1,9 knot, dan inensitas cahaya 75,6-483,0 cal/cm2.
Terjadinya perbedaan penambahan jumlah sel sisiran koloni lebah madu Apis cerana Fabr. dengan diberi tanaman jagung dan tanpa diberi tanaman jagung. Kenapa terdapatnya perbedaan jumlah sel antara koloni yang diberi tanaman jagung dan tanpa diberi tanaman jagung. meningkatnya jumlah sel sisiran koloni lebah madu Apis
cerana Fabr. karena tersedianya
sumber pollen yang cukup dari tanaman jagung serta memiliki aroma yang khas sehingga dapat menarik lebah untuk berkunjung pada jagung untuk mengambil pollen dari jagung. Mengacu pada Situmorang dan Hasanudin (2014)
Pollen merupakan protein utama untuk pertumbuhan, perkembangan dan perkembangbiakan, koloni yang berfungsi untuk kelangsungan hidup bagi lebah madu. pollen sangat mempengaruhi kehidupan koloni lebah yaitu untuk pertumbuhan,
perkembangbiakan, dan
perkembangan koloni. Darjanto dan Satifah (1984) dalam Jasmi (2014) melaporkan bahwa pollen jagung juga memiliki warna yang disukai dan dapat menarik lebah pekerja untuk berkunjung pada jagung. keindahan warna, bentuk dan bau bunga yang khas dapat menarik perhatian berbagai jenis serangga dan hewan lain. Warna kuning sering didatangi oleh lebah, kupu-kupu dan burung. Hebert (1992) dalam
Muntamah (2009) melaporkan bahwa tanaman jagung merupakan penghasil pollen bernutrisi tinggi. Kleinschmidt (1990) dalam Junus (2014) melaporkan apabila terjadi kekurangan pollen dalam makanan lebah maka akan menurunkan luas anakan. Mengacu pada Sarwono (2001) bahwa di dalam sel-sel sarang atau sisiran lebah pekerja meletakkan
6 bahan pakan dan tempat untuk lebah ratu meletakkan telur.
Gambar 1. Sel yang tidak diserang hama
Pada koloni A3 penambahan sel hanya sedikit dengan rata-rata penambahan yaitu sebanyak 16 sel. Ini disebabkan koloni A3 terserang hama ngengat lilin. Saefudin (2011) melaporkan bahwa beberapa alasan yang menyebabkan koloni lebah terserang hama yaitu kondisi kotak atau stup kotor tidak pernah dibersihkan oleh peternak dan lebah merasa terganggu karena penanganan yang kurang baik atau karena diganggu hewan (hama). Hama ngengat lilin ini telah merugikan pembudidaya, yang mana pembudidaya lebah madu tidak dapat memanen hasil produksi dari lebah. Mengacu pada Sarwono (2001) bahwa ngengat lilin sangat membahayakan koloni lebah yang masih kecil. Serangga ini bertelur dalam sarang lebah. Larva yang baru
menetas membuat lubang di sarang lebah dan tinggal di dalamnya untuk menjadi pupa. Mengacu pada Situmorang dan Hasanudin (2014) bahwa hama ngengat lilin ini hanya merusak sarang lebah, perusakan sarang dilakukan oleh ulat ngengat dengan memakan sarang. Rusmunandar, (1990) dalam Syahri (1997) juga melaporkan bahwa larva ngengat lilin dapat merusak sarang lebah yang baru maupun yang tua. Mengacu pada Sihombing (1997) bahwa ngengat lilin memperoleh makan dari lilin lebah tetapi juga dari bahan-bahan lain dalam sisiran, yaitu madu, kelupasan kulit pupa dan pollen. Hama yang ditemukan pada koloni A3 dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Sel yang di lubangi ngengat lilin
7 KESIMPULAN
Tanaman jagung dapat meningkatkan jumlah sel sisiran koloni lebah madu Apis cerana Fabr. Kondisi cuaca masih mendukung aktivitas lebah pekerja dalam mencari pakan di Apiari Sakato Padang Pariaman.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, D. 2001. Nilai Penting Jenis-jenis Tumbuhan dan Potensinya Sebagai Penyedia Polen untuk Pakan Lebah Madu (Apis mellifera
Staint) di Desa
Harjobinangun Kecamatan Toroh Purwodadi. Skripsi. Semarang : FMIPA Universitas Diponegoro. Asih, S. C. 2006. Inventarisasi
Tanaman Pakan Lebah Madu Apis cerana Fabr. di Perkebunan Gunung Mas Bogor.Skripsi.Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Jasmi. 2014. Kajian Morfometrik dan Ekologi Apis cerana Fabr. (Himenoptera : Apidae) Pada Tanaman Polikultur Di Sumatera Barat. Disertasi Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian.Pasca Sarjana Universitas Andalas : Padang.
Junus, M. 2014. Pengaruh Umur Lebah Ratu, Jumlah Sisiran Eram, dan Penyekat Ratu Terhadap Pertambahan Bobot Lebah muda Lebah
Apis mellifera.Ilmu-Ilmu
Peternakan. 21 (3): 1-10
Michael, P. 1984. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. New Delhi : Tata Mc Graw Hill Book Co.
Muntamah, L. 2009. Aktivitas Apis
cerana Mencari Pollen dan
Identifikasi Pollen di Perlebahan Tradisional di Bali. Tesis.IPB : Bogor. Saefudin, R. 2011.Produktivitas
Lebah Madu Pada
Penerapan Sistem Integrasi Degan Kebun Kopi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Salmah, S. 1989. Jenis-jenis Lebah Penghasil Madu dan Potensinya di Sumatera Barat. Padang : BKS-B dan USAID Pusat Penelitian Universitas Andalas.
Sarwono, B. 2001. Lebah Madu. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Schneider, S and Blyther. 1988. The Habitat and Nesting Biology of the African Honeybee
Apis mellifera scutellata in
the Okavango River Delta, Botswana, Africa. Insecta
8 Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu
Ternak Lebah Madu. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.
Situmorang, & A, Hasanudin. 2014.
PanduanManual Bididaya
Lebah Madu. Aek Nauli:
Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli.
Syahri, Samsudiar. 1997. Siklus Hidup Ngengat Lilin,
Galleria mellonella
Linnaeus (Lepidoptera : Pyralidae) pada Sisiran Lebah Madu dan pakan Semisintetik. Skripsi.
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. IPB : Bogor