• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Surfaktan Linear Alkylbenzene Sulphonate Terhadap Tegangan Antarmuka Dan Viskositas Sistem Air-Minyak Tanah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Surfaktan Linear Alkylbenzene Sulphonate Terhadap Tegangan Antarmuka Dan Viskositas Sistem Air-Minyak Tanah."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN LINEAR

ALKYLBENZENE SULPHONATE TERHADAP TEGANGAN

ANTARMUKA DAN VISKOSITAS SISTEM

AIR-MINYAK TANAH

SKRIPSI

SRI MEGA WATI

050802015

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN LINEAR ALKYLBENZENE

SULPHONATE TERHADAP TEGANGAN ANTARMUKA DAN VISKOSITAS

SISTEM AIR-MINYAK TANAH

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SRI MEGA WATI

050802015

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN

LINEAR ALKYLBENZENE SULPHONATE

TERHADAP TEGANGAN ANTARMUKA DAN VISKOSITAS SISTEM AIR-MINYAK TANAH

Kategori : SKRIPSI

Nama : SRI MEGA WATI

Nim : 050802015

Program studi : SARJANA (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Januari 2012

Komisi Pembimbing :

Pembimbing II, Pembimbing I,

Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si Drs. Darwin Yunus Nasution, M.S

NIP. 196106141991031002 NIP. 195508101981031006

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN LINEAR ALKYLBENZENE

SULPHONATE TERHADAP TEGANGAN ANTARMUKA DAN VISKOSITAS

SISTEM AIR-MINYAK TANAH

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2012

SRI MEGA WATI

050802015

(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains pada jurusan Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universias Sumatera Utara.

Keberhasilan dari penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dan telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan cinta kasih yang terdalam buat Ibunda Harisah Nasution yang selalu mendoakan, memberi perhatian, dan menjadikan inspirasi di setiap langkah hidup saya. Serta abangda Obob beserta istri dan pangeran kecil Rahmansyah yang selalu mendukung saya dalam suka dan duka. Tak lupa pula suamiku terkasih yang selalu menyemangati dan mendukung setiap langkah yang saya ambil.

Dengan segala kerendahan hati tidak lupa saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Bapak Dr. Darwin Yunus Nasution, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya serta memberikan masukan, saran, dan petunjuk kepada penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ibu DR. Rumondang Bulan. Nst, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku ketua dan skretaris jurusan Kimia FMIPA-USU, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia.Bapak dan Ibu dosen yang telah membagikan ilmunya kepada saya selama studi. Dan tak lupa saya menyampaikan penghargaan kepada kepala laboratorium Kimia Fisika dan Kimia Polimer, staff, serta seluruh rekan asisten, Misbah, Mail, Destia, Rafika, Wulan, Tisna, Wimpy, Rudnin, dan Rinna yang telah memberi semangat dan kerjasama yang baik selama ini. Teman satu bimbingan yang mendorong saya untuk lebih baik lagi. Teman-teman stambuk 2005 yang selalu memberikan dukungan dan semangat walaupun telah lebih dulu meninggalkan kampus tercinta ini. Hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis. Penulis berharap Allah memberikan Berkah-Nya berlipat ganda kepada kalian, amin ya Rabbalalamin

(6)

ABSTRAK

Pengaruh konsentrasi surfaktan Linear Alkylbenzene Sulphonate(LAS) terhadap tegangan antarmuka dan viskositas sistem air-minyak tanah telah dilakukan. Variasi konsentrasi surfaktan LAS adalah 0,25%;0,5%;1,0%;1,5% dan 2,0% v/v dengan laju pengadukan 800 rpm

pada suhu kamar(30oC). Nilai densitas ditentukan menggunakan piknometer, nilai tegangan

(7)

THE EFFECT OF LAS SURFACTANT CONCENTRATION TO THE INTERFACIAL TENSION AND VISCOSITY OF WATER-KEROSENE SYSTEM

ABSTRACT

The effect of Linear Alkylbenzene Sulphonate LAS surfactant to the interfacial tension and viscosity of water-kerosene system have been perfomed. Variation of LAS surfactant concentration was 0.25%;0.5%;1.0%;1.5% and 2.0% v/v with stirring speed 800 rpm at room

temperature (30oC). Density value was determined by using picnometer, interfacial tension

(8)

DAFTAR ISI

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan 12

2.3.3. Metode Penentuan Tegangan Permukaan 13

2.3.4. Metode Cincin Du Nouy 14

2.4. Viskositas 15

2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viskositas 16

2.4.2. Metode Penentuan Viskositas dengan Viskometer Ostwald 17

(9)

3.3.2.1. Perhitungan Nilai Densitas dari Sistem Air-Minyak

Tanah 23

3.3.3.2. Perhitungan Nilai Tegangan Antarmuka Sampel 23

3.3.3.3. Perhitungan Nilai Viskositas Sampel 24

3.3.3.3. Analisis Variansi 24

3.4. Skema Pengambilan Data 26

3.4.1. Pembuatan Sistem Air-Minyak Tanah 26

3.4.2. Pengukuran Densitas 26

3.4.3. Pengukuran Tegangan Antarmuka 27

3.4.4. Pengukuran Viskositas 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 28

4.2. Pembahasan 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 32

5.2. Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perubahan tegangan permukaan oleh konsentrasi surfaktan 7

Tabel 2.2 Tegangan permukaan cairan 10

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pori batuan 1

Gambar 2.2. Struktur Linear alkylbenzene sulphonate 8

Gambar 2.3. Kerja adhesi dan kohesi 12

Gambar 4.1. Grafik hubungan konsentrasi terhadap tegangan antarmuka sistem

air-minyak tanah 29

Gambar 4.2. Grafik hubungan konsentrasi terhadap viskositas sistem air-minyak

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran I. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka Sistem Air-Minyak Tanah dengan Variasi Konsentrasi LAS 33 2. Lampiran II. Hasil Pengukuran Densitas Lapisan Atas dan Lapisan Bawah

Sistem Air-Minyak Tanah dengan Variasi Konsentrasi LAS 33 3. Lampiran III. Hasil Perhitungan Tegangan Antarmuka Sistem Air-Minyak

Tanah dengan Faktor Koreksi 34 4. Lampiran IV. Data dari Tabel III untuk Perhitungan ANAVA 34 5. Lampiran V. Hasil Perhitungan ANAVA Tabel III 34 6. Lampiran VI. Hasil Pengukuran Densitas Sistem Air-Minyak Tanah dengan

Variasi Konsentrasi LAS 34 7. Lampiran VII. Hasil Pengukuran Waktu Alir Sistem Air-Minyak Tanah dan

(13)

DAFTAR SINGKATAN

LAS = Linear alkylbenzene sulphonate

AS = Alkohol sulfonat

AOS = Alpha olefin sulfonat

SAS = Secondary alkana sulfonat

JKT = Jumlah kuadrat total

JKA = Jumlah kuadrat antar kelompok

JKD = Jumlah kuadrat dalam kelompok

RKA = Rata-rata kuadrat antar kelompok

RKD = Rata-rata kuadrat dalam kelompok

cP = Centi Poisse

rpm = Rotary per minute

(14)

ABSTRAK

Pengaruh konsentrasi surfaktan Linear Alkylbenzene Sulphonate(LAS) terhadap tegangan antarmuka dan viskositas sistem air-minyak tanah telah dilakukan. Variasi konsentrasi surfaktan LAS adalah 0,25%;0,5%;1,0%;1,5% dan 2,0% v/v dengan laju pengadukan 800 rpm

pada suhu kamar(30oC). Nilai densitas ditentukan menggunakan piknometer, nilai tegangan

(15)

THE EFFECT OF LAS SURFACTANT CONCENTRATION TO THE INTERFACIAL TENSION AND VISCOSITY OF WATER-KEROSENE SYSTEM

ABSTRACT

The effect of Linear Alkylbenzene Sulphonate LAS surfactant to the interfacial tension and viscosity of water-kerosene system have been perfomed. Variation of LAS surfactant concentration was 0.25%;0.5%;1.0%;1.5% and 2.0% v/v with stirring speed 800 rpm at room

temperature (30oC). Density value was determined by using picnometer, interfacial tension

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi bukan berupa wadah yang menyerupai

danau, namum berada di dalam pori-pori batuan bercampur bersama air. Reservoar

adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses

migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena

kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon.

Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.

Apabila sistem pori-pori batuan dapat dipandang sebagai sistem kapiler yang

terdiri dari badan berpori dan saluran berpori, maka untuk batuan yang basah air,

tekanan yang diperlukan untuk mendorong minyak bumi terlalu besar. Salah satu cara

untuk memperkecil tekanan kapiler adalah dengan menurunkan tegangan antarmuka

dan kekentalan (viskositas) sistem air-minyak bumi.

Adapun bahan kimia yang dapat digunakan untuk menurunkan tegangan

antarmuka sistem air-minyak bumi adalah larutan alkali ataupun surfaktan. Dalam

pemakaiannya larutan alkali dengan variasi antara 0,05N–0,30N membentuk surfaktan

secara alami dengan asam organik dari minyak bumi sebagaimana penelitian terdahulu

oleh Juharuddin Nasution, 1996.

Surfaktan anionik merupakan surfaktan yang paling banyak digunakan dalam

industri detergen dan merupakan salah satu surfaktan yang memiliki peran yang baik

dalam menurunkan tegangan antarmuka sistem minyak-air sebagaimana dilaporkan

Leksono Mucharam, 2007.

Salah satu surfaktan anionik adalah Surfaktan Linear Alkilbenzena Sulfonat

(LAS). Pengaruh Surfaktan Linear Alkylbenzene Sulphonate telah diteliti dalam

(17)

Penelitian ini mengevaluasi pengaruh konsentrasi surfaktan Linear

Alkylbenzene Sulphonate (LAS) terhadap tegangan antarmuka dan viskositas sistem

air-minyak tanah.

1.2. Permasalahan

1. Apakah ada pengaruh konsentrasi surfaktan terhadap tegangan antarmuka dan

viskositas dari sistem air-minyak tanah.

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :

1. Minyak tanah yang digunakan diperoleh dari pangkalan minyak tanah di

Jl.S.M.Raja, Medan.

2. Surfaktan yang digunakan adalah surfaktan anionik Linear Alkylbenzene

Sulphonate (LAS).

3. Laju pengadukan 800 rpm

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara konsentrasi surfaktan terhadap

tegangan antarmuka dan viskositas sistem air-minyak tanah.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai aplikasi

surfaktan dalam pengeboran minyak bumi untuk minyak bumi yang tertinggal di

dalam reservoar dengan cara menurunkan tegangan antarmuka dan viskositas sistem

air-minyak bumi.

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan menggunakan minyak tanah

(18)

bersifat homogen yang kemudian diaduk dengan larutan surfaktan dengan berbagai

variasi. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :

1. Pembuatan sistem air-minyak tanah

Ditentukan tegangan antarmuka dengan menggunakan tensiometer Du Nouy,

viskositas menggunakan viskometer Ostwald dan densitas dengan

menggunakan piknometer dari sistem air-minyak tanah dengan berbagai

variasi konsetrasi surfaktan.

2. Analisa data dilakukan dengan menggunakan Analisis Variansi (ANAVA)

untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh dari penambahan surfaktan terhadap

tegangan antarmuka dan viskositas sistem air-minyak tanah

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU dan Laboratorium

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembentukan Minyak Bumi

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki juga

sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah

terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi

dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar

150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di dasar lautan,

kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi

batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu, dengan

meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik

tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.

Gambar 2.1. Pori batuan

• Abu-abu adalah pasir

• Biru adalah air

• Hitam adalah minyak

Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun.

(20)

kemudian terkosentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Walaupun minyak

bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber minyak bumi yang

terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit bumi, sehingga sebagian

lautan menjadi daratan.

Ada tiga macam teori yang menjelaskan proses terbentuknya minyak dan gas

bumi. Teori pertama adalah teori biogenetik atau lebih di kenal dengan teori organik.

Yang kedua adalah teori anorganik, sedangkan yang ketiga adalah teori duplex yang

merupakan perpaduan dari kedua teori sebelumnya. Teori duplex yang banyak di

terima oleh kalangan luas menjelaskan bahwa minyak dan gas bumi berasal dari

berbagai jenis organisme laut baik hewani maupun nabati.

Di perkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani dan gas bumi

berasal dari materi nabati. Yang jelas minyak dan gas bumi terdiri dari senyawa

kompleks yang unsur utamanya adalah karbon (C) dan unsur hidrogen (H). secara

sederhana senyawa ini dapat ditulis dengan rumus kimia CXHY

Pada zaman purba, di darat dan di laut hidup beraneka ragam binatang dan

tumbuh-tumbuhan. Binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati ataupun punah itu

akhirnya tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian di

hanyutkan oleh arus sungai menuju lautan, bersama bahan organik lainnya dari

daratan.

, sehingga sering di

sebut sebagai senyawa hidrokarbon.

Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi dan tekanan beban lapisan batuan di

atasnya binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tadi berubah menjadi bintik-bintik

dan gelembung minyak atau gas.

Akibat pengaruh yang sama, maka endapan Lumpur berubah menjadi batuan

sediment. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung bintik-bintik

minyak dikenal sebagai batuan induk. Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi

menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat

yang di sebut perangkap (trap).

Suatu perangkap dapat mengandung:

• Minyak, gas, dan air

• Minyak dan air

(21)

Karena perbedaan berat jenis, apabila ketiga-tiganya berada dalam suatu

perangkap dan berada dalam keadaan stabil, gas senantiasa berada di atas, minyak di

tengah dan air di bagian bawah. Gas yang terdapat bersama-sama minyak bumi di

sebut associated gas sedangkan yang terdapat sendiri dalam suatu perangkap disebut

non-associated gas.

Dalam proses pembentukan minyak bumi diperlukan waktu yang masih belum

bisa di tentukan sehingga mengenai hal ini masih terdapat pendapat yang

berbeda-beda. Ada yang mengatakan ribuan tahun, ada yang mengatakan jutaan tahun bahkan

ada yang mengatakan lebih dari itu (anonim, 2008).

2.2. Surfaktan

Istilah surfaktan (surface active agent ) pada umumnya digunakan untuk

menggambarkan molekul yang berinteraksi pada permukaan cairan. Surfaktan terdiri

dari dua bagian, yaitu gugus hidrofobik dan hidrofilik. Surfaktan dapat digunakan

dalam sistem cairan ataupun bukan cairan. Pernyataan lain adalah amfifil yang

mengingatkan bahwa molekul atau ion mempunyai afinitas tertentu baik terhadap

pelarut polar maupun nonpolar. Sebagai contoh, alkohol – alkohol rantai lurus, amina

– amina dan asam – asam adalah amfifil yang berubah dari hidrofilik dominan

menjadi lipofilik apabila jumlah atom karbon dalam rantai alkil naik. Amfifilik

merupakan sifat dari zat aktif permukaan yang menyebabkan zat ini diadsorbsi pada

antarmuka, apakah ini cair/gas atau cair/cair. Jadi dalam suatu disperse dalam air dari

amil alkohol, gugus alkoholik polar dapat bergabung dengan molekul – molekul air

(Miller, 1930).

Surfaktan merupakan senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan

dari suatu larutan, tegangan antarmuka antara dua larutan, atau bahkan tegangan

antarmuka antara larutan dan zat padat. Surfaktan dapat berfungsi sebagai detergen,

zat pembasah, emulsifier, zat pembusa dan zat pendispersi (Rosen, 2010)

Apabila pada permukaan antara dua fasa yang bersih (seperti gas-cairan dan

cairan-cairan) dtitambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan

teradsorbsi pada permukaan dan komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat

(22)

mengadsorbsi adsorbat polar secara kuat dan mengadsorbsi adsorbat nonpolar secara

lemah. Sebaliknya adsorben nonpolar cenderung umtuk mengadsorbsi secara kuat

adsorbat nonpolar dan mengadsorbsi adsorbat polar secara lemah (Alberty, dkk,1984).

Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan dengan baik jika digunkan

dalam konsentrasi yang sangat rendah. Contohnya Softanol 90 menurunkan tegangan

permukaan air dari 73 menjadi 30 dyne/cm pada konsentrasi 0,005% dan etanol pada

konsentrasi 20% menurunkan tegangan permukaan air menjadi 38 dyne/cm,

sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1. Perubahan tegangan permukaan oleh konsentrasi surfaktan

Tegangan permukaan air (dyne/cm) 73 50 40 30 22

Softanol 90 0 0,003 0,005 0,008 -

Etanol 0 9 18 40 100

2.2.1. Pembagian Surfaktan

Pada umumnya gugus hidrofobik merupakan gugus hidrokarbon yang berantai

panjang dan gugus hidrofil merupakan gugus yang mempunyai kepolaran yang tinggi

yang dapat meningkatkan kelarutan. Berdasarkan sifat dari gugus hidrofiliknya

surfaktan dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

• Anionik, yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaannya mengandung

muatan negatif. Contohnya RC6H4SO3-Na+

• Kationik, yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaan mengandung muatan

positif. Contohnya RNH

(alkil benzena sulfonat).

3+Cl

-• Nonionik, yaitu surfaktan dengan bagian aktif tidak mengandung muatan

apapun. Contohnya ROCH

(garam amina rantai panjang).

2CH2

• Ampoterik atau zwitterionik yaitu surfaktan yang mengandung muatan negatif

maupun muatan positif pada bagian aktif permukaannya. Contohnya

RN

O-(polioksietilen).

+

(23)

2.2.2. Surfaktan Anionik

Surfaktan anionik merupakan komponen utama dari detergen, dimana penjualannya

mencapai 60 juta dolar di seluruh pasar Dunia. Surfaktan anionik juga digunakan

dalam pembersih permukaan, produk perawatan tubuh, bahan – bahan farmasi dan lain

sebagainya. Di dalam berbagai aplikasi, surfaktan anionik dicampur dengan surfaktan

anionik lainnya ataupun surfaktan nonionik untuk mendapatkan sifat – sifat yang

diinginkan seperti penurunan tegangan permukaan, penurunan tegangan antarmuka,

kelarutan substrat minyak dan lain sebagainya (Khan, dkk, 1999).

Sifat hidrofiliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan

gugus sulfat atau sulfonat. Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat kebagian hidrofil

dengan ikatan C-O-S yang labil, yang mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari

surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alpha

olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkana sulfonat (SAS) (Permono,

2003).

Struktur dari LAS seperti terlihat pada gambar :

Gambar 2.2. Struktur Linear alkilbenzen sulfonat

Dalam hal ini nilai j + k adalah antara 7 sampai 11 (Kosswig, 2005).

Berikut merupakan sifat-sifat umum dari surfaktan anionik :

• Jenis surfaktan yang paling besar (jumlahnya)

• Tidak kompatibel dengan jenis surfaktan kationik

• Sensitif terhadap air sadah atau hard water. Derajat sensitifitasnya :

karboksilat > fosfat > sulfat (sulfonat)

• Rantai pendek polioksietilen antara gugus anionik dan hidrokarbon

(24)

• Rantai pendek polioksipropilene antara gugus anionik dan hidrokarbon

meningkatkan kelarutan dalam solven organik.

• Jenis sulfat mudah terhidrolisa oleh asam-asam dalam proses autokatalitik.

Jenis yang lain stabil, asalkan tidak digunakan pada kondisi ekstrim (Porter,1994).

2.3. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan dari suatu cairan adalah gaya per satuan panjang pada

permukaan yang menurunkan pemanjangan daerah permukaan. Defenisi ini

diilustrasikan berdasarkan percobaan, dimana perpindahan pembatas didorong oleh

gaya F untuk memperluas film cairan yang diperpanjang seperti film gelembung sabun

dalam suatu bingkai wayar. Tegangan permukaan dari ilustrasi ini dapat dinyatakan

dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana l adalah panjang pembatas, dan faktor 2 karena terdapat dua permukaan

larutan, satu pada bagian depan dan satu lagi pada bagian belakang. Tegangan

permukaan air pada suhu 25 OC adalah 71,97 x 10-3 N m-1

Tegangan permukaan disebabkan karena adanya kecenderungan permukaan

cairan untuk memperkecil luas permukaan secara spontan. Pada tingkat molekular hal

ini dapat dijelaskan sebagai berikut : molekul yang berada di dalam cairan akan

mengalami gaya tarik-menarik (gaya Van der Waals) yang sama besarnya ke segala

arah. Tetapi, molekul pada permukaan cairan akan mengalami gaya resultan yang

mengarah ke dalam cairan dan akibatnya molekul dipermukaan cenderung untuk

meninggalkan permukaan masuk ke dalam cairan sehingga permukaan cairan

cenderung untuk menyusut. Hal ini pulalah yang menyebabkan butiran cairan atau

gelembung gas cenderung untuk membentuk lingkaran (karena pada lingkaran nisbah

luas permukaan-volume minimum).

(Alberty, 1988).

Tegangan permukaan yang dapat diukur bukan hanya tegangan permukaan

antara permukaan cairan dan gas, tetapi juga tegangan permukaan antara permukaan

(25)

permukaan antara permukaan dua cairan biasanya terletak antara nilai tegangan

permukaan cairan-gas masing-masing cairan. Hal ini dapat dilihat pada tabel :

Tabel 2.2. Tegangan permukaan cairan

Cairan

Tegangan permukaan dengan udara

(N m-1

Tegangan permukaan dengan air

) (N m-1)

Air 72,75 -

Benzena 28,88 35,0

CCl4 26,80 45,1

Air raksa 485 375

(Bird, 1993).

Persamaan Young-Laplace adalah

yang menggambarkan perbedaa

, seperti

dinding sangat tipis. Persamaan Laplace Young-perbedaan tekanan berkaitan dengan

bentuk permukaan atau dinding dan secara mendasar penting dalam studi statis

antarmuka , dimana antarmuka dianggap sebagai permukaan(titik nol):

Dalam hal ini Δp adalah perbedaan tekanan di antarmuka fluida, γ adala

(26)

2.3.1. Kohesi dan Adhesi

Adhesi adalah kemampuan dari partikel-partikel yang tidak sejenis untuk saling

tarik-menarik satu sama lain, dimana kohesi adalah kemampuan dari partikel-partikel

sejenis untuk saling tarik-menarik satu sama lain(Israelachvili, 1985).

Bahan-bahan adhesif mengisi rongga-rongga ataupun pori-pori dari permukaan

dan mengikat permukaan dengan ikatan dalam. Adapun adhesi dapat terjadi melalui

beberapa cara, meliputi :

• Adhesi kimia

Dua bahan dapat membentuk senyawa sebagai bentuk gabungannya melalui

pemakaian elektron bersama(ikatan ionik dan kovalen) ataupun dalam bentuk

yang lebih lemah yaitu dengan ikatan hidrogen.

• Adhesi dispersi

Dalam hal ini adhesi terjadi melalui adanya ikatan van der Waals antara

molekul-molekul yang tidak sejenis.

• Adhesi elektrostatik

Beberapa bahan konduktor dapat melewatkan elektron-elektron untuk

membentuk suatu perbedaan muatan listrik sebagai gabungannya.

• Adhesi difusi

Pada beberapa bahan dapat terjadi penggabungan molekul yang berbeda pada

suatu bagian yang sam melalui difusi (Kendall, 1994).

Kerja adhesi adalah pemisahan untuk membentuk dua permukaan baru dari

satu antarmuka:

Kerja kohesi adalah pemisahan untuk membentuk dua permukaan baru:

(27)

Gambar 2.3. Kerja adhesi dan kohesi

2.3.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan, yaitu :

• Elektrolit

Adanya elektrolit dapat menyebabkan kenaikan tegangan permukaan,sehingga

disebut juga negative surface activity (Sukardjo, 1985).

• Temperatur

Tegangan permukaan cairan menurun dengan naiknya temperatur dan bernilai

nol pada temperatur kritis.

• Tekanan

Tegangan permukaan cairan berbanding lurus dengan tekanan,sehingga jika

tekanan naik maka tegangan permukaan cairan tersebut juga meningkat dan

sebaliknya jika tekanan menurun maka tegangan permukaan cairan juga turun.

• Zat terlarut

Adanya penambahan zat terlarut ke dalam suatu larutan dapat menurunkan

tegangan permukaan larutan tersebut karena zat terlarut menurunkan besarnya

energi Gibbs yang berdampak pada menurunnya tegangan permukaan

(Alberty, 1988).

• Luas permukaan bidang

Besarnya tegangan permukaan berbanding terbalik dengan luas permukaan

bidang, maka semakin luas permukaan bidang menyebabkan tegangan

(28)

• Konsentrasi

Semakin besar konsentrasi maka nilai tegangan permukaan juga semakin

besar, demikian pula sebaliknya bila konsentrasi menurun maka tegangan

permukaan cairan juga menurun.

• Densitas

Densitas berhubungan lurus dengan tegangan permukaan suatu cairan sehingga

semakin besar densitas tegangan permukaan cairan tersebut juga semakin besar

(Glasstone, 1959).

2.3.3. Metode Penentuan Tegangan Permukaan

Dalam penentuan energi bebas permukaan, perlu diingat kenyataan penting yang

sangat mendasar. Ada beberapa metode yang berbeda untuk menentukan energi bebas

permukaan, namun tidak satupun yang dapat menentukannya secara langsung.

Biasanya melalui penentuan beberapa parameter lainnya dan tegangan

permukaan dihitung berdasarkan beberapa perhitungan secara matematis. Penentuan

tegangan permukaan dibedakan menjadi dua, yaitu metode dinamis dan statis. Adapun

contoh penentuan tegangan permukaan tersebut adalah :

a. Penentuan tegangan permukaan dengan metode statis :

• Kenaikan kapiler

b. Penentuan tegangan permukaan dengan metode dinamis :

(29)

Untuk penentuan tegangan permukaan dibawah sekitar 1 dyne/cm hampir

seluruh metode dapat digunakan, tetapi pengukuran tegangan antarmuka dapat

meliputi beberapa kendala penelitian. Untuk pengukuran tegangan antarmuka dengan

nilai dibawah sekitar 1 dyne/cm dapat dilakukan dengan menggunakan metode cincin

Du Nouy, plat Wilhelmy, sessile drop, ataupun pendant drop. Untuk penentuan

tegangan antarmuka yang sangat rendah lebih sering menggunakan metode spinning

drop.

2.3.4. Metode Cincin Du Nouy

Dalam metode ini yang diukur adalah gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat cincin

dari permukaan cairan. Gaya ini diukur dengan jalan mencelupkan cincin yang

digantung pada lengan neraca dan perlahan – lahan mengangkatnya sampai cincin

tersebut meninggalkan cairan. Metode ini tidak hanya dapat digunakan mengukur

tegangan permukaan cairan-udara, tetapi juga dapat digunakan mengukur tegangan

permukaan cairan-cairan seperti misalnya tegangan permukaan minyak-air.

Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat cincin dari permukaan air dapat

dihitung dari persamaan :

(30)

2.4. Viskositas

Diantara semua sifat – sifat fluida, viskositas memerlukan perhatian yang terbesar

dalam telaahan tentang aliran fluida. Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari

diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Hukum viskositas

Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu

maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.

Viskositas gas meningkat dengan suhu, tetapi viskositas cairan berkurang

dengan naiknya suhu. Perbedaan dalam kecenderungan terhadap suhu tersebut dapat

diterangkan dengan menyimak penyebab – penyebab viskositas. Tahanan suatu fluida

terhadap tegangan geser tergantung pada kohesinya dan pada laju perpindahan

momentum molekularnya. Cairan dengan molekul - moekul yang jauh lebih rapat

daripada gas mempunyai gaya – gaya kohesi yang jauh lebih besar daripada gas.

Kohesi nampaknya merupakan penyebab utama viskositas dalam cairan, dan karena

kohesi berkurang dengan naiknya suhu, maka demikian pula viskositas. Sebaliknya,

gas mempunyai gaya –gaya kohesi yang sangat kecil. Sebagian besar dari tahanannya

terhadap tegangan geser merupakan akibat perpindahan momentum molekular

(Sukardjo,2002).

Perilaku zat cair, terutama air banyak dipelajari dalam bidang teknik sipil,

sedangkan gas banyak dipelajari dalam bidang teknik mesin, kimia, aeronotika, dan

sebagainya. Zat cair mempunyai beberapa sifat berikut ini :

• Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair, akan terbentuk permukaan

bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer

• Mempunyai rapat massa dan berat jenis

• Dapat dianggap tidak termampatkan

• Mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan

• Mempunyai viskositas (kekentalan) (Wylie, 1992)

Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau

fluida. Di dalam Satuan Internasional (SI), satuan viskositas adalah N s m-2 (kg m-1 s-1)

atau Pa s (Paskal sekon). Di dalam CGS satuan viskositas adalah dyne s cm-2 (g cm-2 s

-1

(31)

penghargaan kepada ilmuwan Prancis, “Poisseuille” yang menurunkan rumus

penentuan viskositas dan metode untuk menentukan viskositas larutan. Satuan

viskositas lain adalah centipoises (1/100 poise) dan millipoise (1/1000 poise) (Yazid,

2005).

Koefisien viskositas adalah kekuatan dalam dyne yang menggunakan tekanan

di antara dua lapisan sejajar, dapat juga dianggap sebagai gaya per satuan luas yang

diperlukan untuk menggerakkan ataupun memindahkan satu lapisan cairan yang

mempunyai kecepatan 1 cm det-1

Ketika suatu zat cair mengalir melalui suatu pipa, lapisan dari cairan dalam

kontak dengan dinding pipa adalah tetap dimana cairan pada pusatnya mempunyai

kecepatan yang tertinggi untuk mengalir. Konstanta η adalah koefisien viskositas

dalam unit cgs mempunyai dimensi gcm

melewati garis sejajar yang lain yang berjarak 1 cm.

-1

det-1 dan unitnya adalah poise. Kuantitas

lain adalah fluiditas, f = 1/η dan viskositas kinematik (v) didefenisikan sebagai viskositas dibagi densitas (v = η /d) (Findlay, 1960).

2.4.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Viskositas

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi viskositas, yaitu :

• Tekanan

Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas

tidak dipengaruhi oleh tekanan.

• Temperatur

Viskositas cairan akan turun dengan naiknya temperatur, sedangkan viskositas

gas naik dengan naiknya temperatur. Pemanasan zat cair menyebabkan

molekul – molekulnya memperoleh energi. Molekul –molekul cairan bergerak

sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas

cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.

• Kehadiran zat lain

Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan

seperti bahan suspensi (misalnya albumin dan globulin) menaikkan viskositas

air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan

(32)

• Ukuran dan berat molekul

Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol

cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi. Larutan

minyak misalnya CPO memiliki kekentalan tinggi serta laju aliran lambat

sehingga viskositas juga tinggi.

• Bentuk molekul

Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin tinggi.

• Kekuatan antar molekul

Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan

gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama (Alberty, dkk,

1984).

• Konsentrasi

Untuk suatu larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kepekatan

larutan. Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi, viskositasnya juga

tinggi. Sebaliknya larutan yang viskositasnya rendah , konsentrasinya juga

rendah (Sukardjo,2002).

2.4.2. Metode Penentuan Viskositas dengan Viskosimeter Ostwald

Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir cairan.

Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju alir cairan yang melalui tabung

berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat

digunakan baik dalam cairan maupun gas.

Pada viskosimeter Ostwald, yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh

sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang

disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu

cairan (misalkan 10 cm3

Ketika permukaan cairan turun melewati batas atas, stopwatch mulai

dinyalakan dan ketika caiaran melewati batas bawah, stopwatch dimatikan. Jadi, , bergantung pada ukuran viskosimeter) dipipet ke dalam

viskosimeter. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viskosimeter

sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas atas. Cairan kemudian dibiarkan

(33)

waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara batas atas dan batas bawah

dapat ditentukan (Bird, 1993).

Pengukuran viskosimeter Ostwald dapat dihitung berdasarkan Hukum

Poiseuille berikut :

η = viskositas larutan

V = total volume larutan

t = waktu yang dibutuhkan larutan dengan volume V untuk mengalir melalui

viskometer

P = tekanan yang bekerja pada cairan

l = panjang pipa

Pengukuran viskositas yang tepat dengan cara di atas sulit dicapai. Hal ini

disebabkan harga r dan l sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan pengukuran

terutama r sangat besar pengaruhnya karena harga ini dipangkatkan empat. Untuk

menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya digunakan cairan pembanding.

Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama diperoleh

hubungan :

Karena tekanan berbanding lurus dengan rapatan cairan, maka berlaku :

= viskositas air (poise)

= viskositas larutan yang diuji (poise)

(34)

t1

t

= waktu alir air (detik)

2 =waktu alir larutan yang diuji (detik)

Jadi, bila η dan d cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu

yang diperlukan untuk mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat ditentukan

η cairan yang sudah diketahui rapatannya (Sukardjo,2002). Tabel 2.3 memperlihatkan

viskositas beberapa cairan pada suhu yang berbeda-beda.

Tabel 2.3. Viskositas cairan pada berbagai suhu (dalam satuan Poise)

Cairan Suhu

o C

0 10 20 30 40 50

Air 0,0179 0,013 0,0101 0,0080 0,0065 0,0055

Gliserin 105,9 34,4 13,4 6,29 2,89 1,41

Anilin 0,102 0,065 0,0044 0,0316 0,0237 0,0185

Bensin 0,0091 0,0076 0,0065 0,0056 0,0050 0,0044

Etanol 0,0177 0,0147 0,012 0,0100 0,0083 0,007

Minyak lobak 25,3 3,85 1,63 0,96 - -

(35)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Asam sulfat p.a Merck

Kalium bikromat p.a Merck

Linear alkylbenzene sulphonat (LAS) Bratachem

Minyak tanah -

Akuades -

3.2. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Neraca analitis Tettler Toledo

Gelas ukur Pyrex

Gelas beaker Pyrex

Tensiometer Du Nouy Fisher

Viskosimeter Ostwald Fisher

Statif dan klem -

Oven Metler

Hot plate stirrer Fisher

Magnetic stirrer -

Labu alas Pyrex

(36)

3.3. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan menggunakan hipotesa

dan analisa variansi pada satu jenis surfaktan.

3.3.1.Populasi

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai populasi adalah minyak tanah. Adapun

minyak tanah yang dipakai diperoleh dari pangkalan minyak tanah Jl.S.M.Raja,

Medan. Populasi yang digunakan bersifat homogen. Variabel – variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas :

- Tegangan antarmuka sistem air-minyak tanah

- Viskositas sistem air-minyak tanah

3.3.2.Pengambilan Data

1. Pembuatan Sistem Air – Minyak Tanah

a. Dirangkai labu alas pada statif dan klem, dengan hotplate stirrer berada di

bawahnya.

b. Dimasukkan 25 ml larutan LAS dengan variasi konsentrasi 0,25% – 2,0%

v/v dan 25 ml minyak tanah.

c. Diaduk selama 5 menit dengan laju pengadukan 800 rpm, kemudian

didiamkan selama 30 menit.

d. Diukur tegangan antarmuka dengan cincin Du Nouy dan viskositas dengan

viskosimeter Ostwald

(37)

2. Pengukuran Densitas

a. Piknometer kosong dikeringkan dan dibersihkan, kemudian ditimbang pada

neraca analitis dan dicatat massanya (mo

b. Diisi piknometer kosong dengan sistem air-minyak tanah sampai tidak ada

gelembung udara, kemudian ditimbang pada neraca analitis dan dicatat

massanya (m

)

1

c. Dihitung densitas sistem air-minyak tanah yang diuji berdasarkan data yang

diperoleh dengan rumus sebagai berikut : )

(1)

3. Pengukuran Tegangan Permukaan

a. Diukur 45 ml sistem air-minyak tanah

b. Dimasukkan ke dalam gelas cincin Du Nouy

c. Diukur tegangan permukaan dengan cincin Du Nouy dan dicatat hasilnya

d. Dihitung tegangan antarmuka yang sesungguhnya dengan menggunakan

persamaan di bawah ini :

(2)

4. Pengukuran Viskositas

a. Dimasukkan 10 ml sistem air-minyak tanah ke dalam viskometer Ostwald

b. Dihisap dengan bola karet hingga batas atas

c. Dicatat waktu yang dibutuhkan oleh sistem air-minyak tanah untuk

mengalir dari batas atas sampai batas bawah

d. Dihitung viskositas sistem air-minyak tanah tersebut berdasarkan data

yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(38)

3.3.3.Pengolahan dan Analisa Data

3.3.3.1. Perhitungan Nilai Densitas pada Sistem Air-Minyak Tanah

Nilai densitas dihitung berdasarkan persamaan berikut :

dimana : d = densitas larutan (g/mL)

m0

m

= massa piknometer kosong

1

V = volume (mL)

= massa piknometer berisi

3.3.3.2. Perhitungan Nilai Tegangan Antarmuka Sampel

Nilai tegangan antarmuka dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini :

Dimana = tegangan antar permukaan sebenarnya

= tegangan antar permukaan percobaan

= faktor koreksi

Faktor koreksi dihitung dengan menggunakan rumus :

Dengan : F = faktor koreksi

R = jari-jari cincin (0,6366 cm)

r = jari-jari kawat dari cincin (0,0157 cm)

= nilai tegangan antar permukaan yang diukur pada percobaan

(41,50)

D = densitas fase bawah (0,9842)

d = densitas fase atas (0,8803)

C = keliling cincin (3,9978 cm)

(39)

Sehingga diperoleh nilai , maka nilai tegangan antarmuka yang sebenarnya

adalah :

3.3.3.3. Perhitungan Nilai Viskositas Sampel

Nilai viskositas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dengan harga pada suhu 30 oC adalah 0,8007 cP.

3.3.3.4. Analisis Variansi

Dalam menguji hipotesa yang telah diajukan maka dipakai rancangan acak sederhana.

Dalam rancangan ini tidak terdapat lokal kontrol, sehingga sumber keragaman yang

diamati hanya perlakuan yang diragam sebanyak kelompok.

Analisis jumlah kuadrat untuk nilai viskositas dan tegangan antarmuka

1. Jumlah kuadrat total (JKT)

2. Jumlah kuadrat antar kelompok (JKA)

3. Jumlah kuadrat dalam kelompok (JKD)

4. Rata – rata kuadrat antar kelompok (RKA)

(40)

6. FHitung

Dengan berdasar pada hipotesis :

Dengan criteria tolak H0 jika , dimana diperoleh dari

daftar distribusi frekuensi F dengan peluang (1- α), dk(v1,v2), dan α adalah taraf

(41)

3.4. Skema Pengambilan Data

3.4.1. Pembuatan Sistem Air-Minyak Tanah

3.4.2. Pengukuran Densitas

25 mL Minyak tanah

Dimasukkan 25 ml larutan LAS dengan variasi konsentrasi 0,25% - 2,0% v/v

Diaduk selama 5 menit dengan laju pengadukan 800 rpm

Didiamkan selama 30 menit

Diukur tegangan antarmuka dengan cincin Du Nouy dan viskositas dengan viskosimeter Ostwald

Dipisahkan Sistem Air-Minyak bumi

Diukur densitasnya Diukur densitasnya

Lapisan atas

Dipipet 5 mL sistem air-minyak tanah,dimasukkan ke dalam

piknometer

Ditimbang berat piknometer berisi sampel

Dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali

(42)

3.4.3. Pengukuran Tegangan Antarmuka

3.4.4. Pengukuran Viskositas

45 mL sistem air-minyak tanah

Hasil

Dimasukkan ke dalam gelas cincin Du Nouy

Diukur tegangan permukaan sistem air-minyak tanah dengan cincin Du Nouy

Sistem air-minyak tanah dalam gelas cincin Du Nouy

10 mL sistem air-minyak tanah

Hasil

Dimasukkan ke dalam viskosimeter Ostwald

Dihisap sampel memakai bola karet sampai garis batas atas

Dilepaskan bola karet dan stopwatch dihidupkan

Dicatat waktu alir dari batas atas sampai batas bawah

(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1.Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka Sistem Air-Minyak Tanah dengan

Penambahan Surfaktan LAS

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , diperoleh data tegangan antarmuka sistem

air-minyak tanah yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan tegangan antarmuka

sistem air minyak tanah sebelum dan sesudah penambahan surfaktan LAS dengan

variasi konsentrasi antara 0,25% - 2,0%. Dalam hal ini tegangan antarmuka sistem

air-minyak tanah mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya konsentrasi dari

surfaktan LAS yang ditambahkan ke dalam sistem tesebut, sebagaimana terlihat pada

lampiran III pada lampiran.

4.1.2.Hasil Pengukuran Waktu Alir Sistem Air-Minyak Tanah dengan

Penambahan Surfaktan LAS

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , diperoleh data waktu alir sistem

air-minyak tanah yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan waktu alir sistem air

minyak tanah sebelum dan sesudah penambahan surfaktan LAS dengan variasi

konsentrasi antara 0,25% - 2,0%. Dalam hal ini waktu alir sistem air-minyak tanah

mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya konsentrasi dari surfaktan LAS

yang ditambahkan ke dalam sistem tersebut yang berbanding lurus dengan naiknya

nilai viskositas sistem tersebut berdasarkan perhitungan yang dilakukan, sebagaimana

(44)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Konsentrasi Surfaktan LAS Terhadap Tegangan Antarmuka

Sistem Air-Minyak Tanah

Dari hipotesa 1 diperoleh harga Fhitung lebih besar dari ftabel, maka diterima dan

ditolak. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh penambahan surfaktan LAS terhadap

perubahan tegangan antarmuka sistem air-minyak tanah seperti ditunjukkan pada

grafik di bawah ini.

Konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulphonate (v/v)

Gambar 3.1. Grafik hubungan konsentrasi terhadap tegangan antarmuka sistem

air-minyak tanah

Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan

LAS yang ditambahkan, maka semakin kecil nilai tegangan antarmuka dari sistem

air-minyak tanah. Hal ini terjadi karena molekul surfaktan yang ditambahkan berinteraksi

dengan molekul-molekul dari air dan minyak tanah, sehingga akan mengubah susunan

molekul-molekul fase non polar dan polar. Perubahan susunan molekul-molekul air

dan minyak tanah akan menyebabkan energi dari sistem akan berubah.

Hal ini bersesuaian dengan sebagaimana yang telah dilaporkan oleh Juharuddin

Nasution, dimana yang bersangkutan meneliti tentang pengaruh jenis dan konsentrasi

alkali terhadap tegangan antarmuka sistem air-minyak bumi dengan hasil bahwa

semakin tinggi konsentrasi alkali yang ditambahkan maka nilai tegangan antarmuka

juga akan semakin tinggi. Dimana dalam penelitian ini juga diperoleh nilai tegangan

antarmuka yang semakin menurun dengan bertambahnya konsentrasi surfaktan yang

(45)

Bertambah besar konsentrasi surfaktan di antarmuka sistem air-minyak tanah

menyebabkan energi dalam berkurang, dengan mekanisme bahwa semakin besar

daerah antarmuka sistem tersebut. Sesuai dengan persamaan Gibbs bahwa perubahan

energi dalam suatu sistem adalah energi yang dibutuhkan dikurang usaha yang

dilakukan (P-dV), semakin besar nilai dV maka perubahan energi dalam sistem akan

semakin kecil.

Dengan meningkatnya surfaktan yang ditambahkan menyebabkan jumlah

molekul-molekul surfaktan yang teradsorpsi pada permukaan larutan semakin besar,

sehingga konsentrasi permukaan dari kedua fase meningkat. Keadan ini menyebabkan

semakin besar gaya interaksi molekul surfaktan dengan molekul permukaan melawan

gaya tarikan antara molekul permukaan dengan molekul fase ruah, akibatnya tegangan

permukaan masing-masing fase menjadi kecil.

4.2.2. Pengaruh Konsentrasi Surfaktan LAS Terhadap Tegangan Antarmuka

Sistem Air-Minyak Tanah

Dari hipotesa 1 diperoleh harga Fhitung lebih besar dari ftabel, maka diterima dan

ditolak. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh penambahan surfaktan LAS terhadap

perubahan viskositas sistem air-minyak tanah seperti ditunjukkan pada grafik di

bawah ini.

Konsentrasi Linear Alkylbenzene Sulphonate (v/v)

`

Gambar 3.2. Grafik hubungan konsentrasi terhadap viskositas sistem air-minyak tanah

Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan

(46)

alir sistem air-minyak tanah karena surfaktan dapat menurunkan tegangan antarmuka

sistem yang berpengaruh terhadap kemampuan membasahi(wettabillity) dinding kaca.

Penurunan tegangan antarmuka berpengaruh terhadap sudut kontak antara

dinding kaca yang bersifat padat dengan sistem air-minyak tanah yang bersifat cair.

Menurunnya sudut kontak ini menyebabkan dinding kaca lebih mudah dibasahi oleh

sistem air-minyak tanah yang menyebabkan nilai viskositasnya akan semakin

menurun.Dengan menurunnya tegangan antarmuka, maka gaya adhesi dari sistem

air-minyak tanah yang tidak saling campur juga akan meningkat sehingga kelarutannya

pun akan meningkat. Hal ini juga berpengaruh terhadap semakin menurunnya nilai

viskositas dari sistem air-minyak tanah.

Dalam penelitian sebelumnya yag dilakukan oleh Ircham Hendani Haqiqi yang

meneliti Analisa pengaruh konsentrasi surfaktan anionik dan temperatur terhadap

waktu alir surfaktan dan minyak pada pipa kapiler juga telah dilaporkan bahwa

semakin besar konsentrasi surfaktan anionik yang ditambahkan maka waktu alir akan

semakin menurun yang berarti bahwa nilai viskositas juga semakin menurun.

Namun dalam penelitian ini ditemukan kendala yakni timbulnya busa sebagai

akibat pengadukan menyebabkan waktu alir dari sistem air –minyak tanah mengalami

kenaikan seiring dengan pertambahan konsentrasi dari surfaktan LAS yang

ditambahkan. Dalam hal ini kenaikan waktu alir dari sistem air-minyak tanah

menyebabkan nilai viskositas dari sistem air-minyak tanah tersebut karena nilai

viskositas berbanding lurus terhadap waktu alir.

(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

• Ada pengaruh konsentrasi surfaktan LAS terhadap tegangan antarmuka dan

viskositas sistem air-minyak tanah, semakin besar konsentrasi surfaktan yang

ditambahkan maka nilai tegangan antarmuka akan semakin kecil dan nilai

viskositas dari sistem air-minyak tanah akan semakin besar.

• Surfaktan dapat digunakan untuk meningkatkan faktor perolehan minyak

dengan cara diinjeksikan ke dalam reservoar sehingga minyak yang terjebak

dalam pori batuan dapat diproduksikan.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk memvariasikan jenis dan

konsentrasi surfaktan yang digunakan serta suhu untuk menentukan tegangan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Alberty,A.Robert. 1988. Physical Chemistry. Seventh Edition.New York : John Wiley and Sons.

Alberty,A.Robert dan Daniels Farrington.1984. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

Anomim.2008.http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20S eptiadevana%200606249_IE6.0/halaman_7.html. Diakses 20 April 2011.

Batchelor, G.K. 1967. Sebuah Pengantar Untuk Dinamika Fluida. New York : Cambridge University Press.

Bird,Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Brien, B.M. 1982. Anhanced Oil Recovery Chemical Needs. New York : Journal American Oil Chemical Sociate. Vol 59. No 10.

Castellan,G.W. 1973. Physical Chemistry. Second Edition. New York : Wisley Publishing Inc.

Daniel,F. 1956. Experiment Physical Chemistry. Sixth Edition. New York : Mac Graw Hill Book Company.

Findlay,A.1960.Practical Physical Chemistry.Eight edition. London : William Clowes and Sons Limited.

Glasstone,Samuel.1959. Physical Chemistry. Second Edition. New York : D.Van Nostrand Company,Inc.

Israelachvili, J. N. 1985. Intermolecular and Surface Forces. New York : Academic Press.

Jaycock,M.J and Parfitt,G.D. 1981. Chemistry of Interface. Chichester : Harwood Limited.

Kendall, K. 1994. Adhesion: Molecules and Mechanics. Science 263 (5154):

Khan, A and Marques.E.F.1999.Synergism And Polymorphism in Mixed Surfactant Systems.Curr Opin Colloid Interface Sci 4:402

Kosswig, Kurt. 2005. Surfactants in Ullmann's Encyclopedia of Industrial

(49)

Miller,B.1930. Organic Chemistry The Basis of Life. California : The Benjamin/Cummings Publishing Company.

Permono, A. 2003. Membuat Sabun Tangan Cair. Jakarta : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Porter,M.R. 1994. Handbook of Surfactant. Second Edition. Madras : Blackie Academic and Profesional.

Rosen, M.J. 2010. Surfactants and Interfacial Phenomena. Thirrd edition. New Jersey : John Wiley & Sons

Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Yogyakarta : Bina Aksara.

Wylie,E.B.,1992.Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga.

(50)
(51)

Lampiran I. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka Sistem Air-Minyak Tanah dengan Variasi Konsentrasi LAS

No. Konsentrasi Tegangan antarmuka(dyne/cm)

1 2 3

Lampiran II. Hasil Pengukuran Densitas Lapisan Atas dan Lapisan Bawah Sistem Air-Minyak Tanah dengan Variasi Konsentrasi LAS

No. Konsentrasi Densitas (g/mL)

(52)

Lampiran III. Hasil Perhitungan Tegangan Antarmuka Sistem Air-Minyak Tanah dengan Faktor Koreksi

No. Konsentrasi Tegangan antarmuka(dyne/cm)

1 2 3

Lampiran IV. Data dari Tabel III untuk Perhitungan ANAVA

Konsentrasi Tegangan antarmuka(dyne/cm) Jumlah Rata-rata

1 2 3

Lampiran V. Hasil Perhitungan ANAVA Tabel III

Sumber variasi Dk JK RJK FHit FTab

Rata-rata 1 5134,664

Konsentrasi 4 1051,351 262,8378 5,53 3,48

Kekeliruan 10 475,33 47,533

Jumlah 15 6661,345

Lampiran VI. Hasil Pengukuran Densitas Sistem Air-Minyak Tanah dengan Variasi Konsentrasi LAS

No. Konsentrasi Densitas (g/mL)

Gambar

Gambar 2.1. Pori batuan
Tabel 2.1. Perubahan tegangan permukaan oleh konsentrasi surfaktan
Gambar 2.2. Struktur Linear alkilbenzen sulfonat
Tabel 2.2. Tegangan permukaan cairan
+5

Referensi

Dokumen terkait