• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum aborsi bayi terdeteksi virus HIV menurut majelis ulama Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hukum aborsi bayi terdeteksi virus HIV menurut majelis ulama Indonesia"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUMABORSI BAYI TERDETEKSI VIRUS HIV MENURUT MAJELIS ULAMA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh: A. Fitriani 104043101265

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

HUKUMABORSI BAYI TERDETEKSI VIRUS HIV MENURUT MUI (MAJELIS ULAMA’ INDONESIA)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Anisa Fitriani 104043101265

Pembimbing:

Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. NIP : 150 165 267

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB FIQH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul HUKUM ABORSI BAYI TERDETEKSI VIRUS HIV/AIDS MENURUT

MAJELIS ULAMA INDONESIA telah diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16

Februari 2009. Skripsi ini telah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum

Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Jakarta, 27 Februari 2009 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM. NIP 150 210 442

Panitia ujian

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM. (…………...……...) NIP 150 210 442

Sekretaris : H. Muhammad Taufiki, M. Ag. (…………...……...)

NIP 150 290 159

Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. (…………...……...) NIP 150 165 267

Penguji I : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM. (…………...……...) NIP 150 210 442

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelas strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Februari 2009

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah swt, yang telah memberikan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw,

keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang Islam yang selalu mengikuti

langkah-langkahnya hingga akhir zaman.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya, karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan rasa hormat yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Mukri Adji, MA selaku Ketua Program Perbandingan Mazhab dan

Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan kesempatan dalam berkonsultasi dan mengarahkan penulis dalam

mengikuti perkuliahan.

3. Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag., sebagai Sekertaris Program Perbandingan

Mazhab dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam

(6)

4. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., terima kasih atas bimbingan,

kesabaran, keramahan hati serta nasihat-nasihat berharga yang telah diberikan.

5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama

masa perkuliahan.

6. Seluruh pegawai perpustakaan utama dan perpustakaan Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu menunjukkan buku-buku yang

penulis perlukan.

7. Kedua orang tua penulis Ayahanda Zaenuri dan Ibunda Sugiyem atas cinta dan

kasih sayang dan pengorbanannya, teruntuk adik tersayang Asih Mutmainah dan

Dayu Diana Zahir, terimakasih telah memberi semangat dan cinta.

8. Terima kasih kepada Bapak Supandi dan istri, terima kasih atas bantuan doa

hingga skripsi ini terselesaikan.

9. Terima kasih kepada Muslim, S.Th.I yang telah menolong dalam penulisan

skripsi ini dan Siti Rosidah yang telah memberikan tumpangan jika penulis

kemalaman dalam mengerjakan skripsi.

10.Ucapan terima kasih kepada sahabatku Ilma Maula Nurul Nasihah dan

Andriyanto yang selalu setia menemani dan memberikan masukan selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

11.Rekan-rekan semua dari PMH angkatan 2004, Atun, Ulfa, Dede dan teman-teman

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan

(7)

Demikian kata pengantar ini, penulis berdo’a semoga partisipasi aktif semua

pihak yang tersebut di atas dan yang tidak sempat disebutkan, benar-benar menjadi

bagian dari rangkaian amal saleh. Penulis menyadari skripsi ini banyak kekurangan,

oleh karena itu saran dan koreksi yang konstruktif sangat penulis harapkan dari

semua pihak.

Akhirnya kepada Allah Swt, jualah penulis serahkan segalanya, semoga amal

baik seluruh pihak menjadi amal ibadah.

Jakarta, 20 Januari 2009 M

23 Muharram 1430 H

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metode Penelitian ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP ABORSI ... 13

A. Awal Terjadinya Manusia Sebelum Dilahirkan ... 13

B. Pengertian Aborsi dan Macamnya ...17

C. Sebab Seseorang Melakukan Aborsi ... 21

D. Metode Aborsi ... 24

E. Berbagai Dampak Aborsi ... 26

BAB III PERKEMBANGAN VIRUS HIV/AIDS ... 29

A. Sejarah HIV/AIDS di Indonesia ... 29

B. Proses Penyebaran Virus HIV ... 34

(9)

D. Pencegahan terhadap Virus HIV ... 41

BAB IV PANDANGAN MUI TENTANG HUKUM ABORSI BAYI YANG TERDETEKSI VIRUS HIV... 44

A. Pandangan Imam Mazhab Tentang Aborsi ... 44

B. Pandangan Ulama MUI Tentang Aborsi ... 59

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran-Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Konteks aborsi tak aman yang dapat menimbulkan tingginya angka

kematian ibu, bukan merupakan persoalan yang sederhana, tetapi memiliki

demensi sosial yang kompleks baik secara fisik, psikis bagi yang bersangkutan

maupun psikososial bagi lingkungannya, fiqh dalam hal ini harus berorentasi pada

etika sosial yang produk hukumnya tidak sekedar halal atau haram, boleh atau

tidak boleh, tetapi harus memberi jawaban berupa solusi hukum terhadap

persoalan-persolan sosial yang dihadapi perempuan.1

Aborsi merupakan dilema khas perempuan karena hanya perempuan yang

mempunyai sistem dan fungsi reproduksi yang memungkinkannya hamil, dan

hanya perempuan yang dapat mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki.

Latar belakang terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan sangat beragam.

Mulai dari ketidaktahuan perempuan perihal sistem reproduksinya sampai dengan

kegagalan melindungi diri dari kehamilan yang tidak dikehendaki (sudah

memakai kontrasepsi, tetapi karena tidak semua alat kontrasepsi sama efektifnya,

maka terjadinya kegagalan).

1Sahal Mahfudh, Fiqh Sosial; Upaya Pengembangan Mazhab Qouli dan Mazhab Manhaji,

(11)

Dilema aborsi alami perempuan ketika perlu memilih dan memutuskan

bagaimana menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki karena ia harus

memutuskan sesuatu yang secara langsung merupakan bagian dari dirinya.

Dilema aborsi yang dihadapi perempuan bervariasi. Variasi pilihannya

dipengaruhi oleh faktor kondisi pribadi atau keluarganya, nilai-nilai agama, dan

budaya. Fatwa tentang aborsi adalah haram berkontribusi besar pada dilema yang

dihadapi perempuan (Islam) Indonesia yang mengalami kehamilan yang tidak

direncanakan karena tidak seorangpun ingin menanggung rasa dosa karena

tindakan yang dipilih. Sehingga di tengah-tengah pandangan tentang aborsi yang

sangat beragam dan perdebatan pro dan kontra yang masih terus bergulir, adalah

perempuan yang secara konkret harus menghadapinya. Seringkali harus

menghadapinya sendiri.

Aborsi adalah isu emosional dan kontroversial. Mungkin saja bahwa tidak

ada perempuan yang ingin melakukan aborsi, tetapi mereka perlu melakukannya.

Perempuan di berbagai belahan dunia sejak dahulu kala selalu membutuhkan

melakukan aborsi. Tetapi, masih adanya negara yang mengkriminalisasi aborsi

(seperti Indonesia) dengan berbagai stigma tentang aborsi, berakibat bahwa

perempuan seringkali dipojokkan, malahan didorong, untuk memilih cara aborsi

yang tidak aman dengan resiko yang membahayakan kesehatannya dan

kehidupannya.

Aborsi merupakan fakta yang menjadi problem serius masyarakat. Isu

(12)

mengakaitkan dengan nilai-nilai moral, demikan juga dengan sikap

undang-undang yang memandang aborsi sebagai suatu tindak pidana. Hal ini, disebabkan

bahwa aborsi sering diasumsikan hanya pada kasus-kasus kehamilan di luar

nikah.

Aborsi memang tidak identik dengan kesehatan perempuan, tetapi terkait

dengan kesehatannya secara menyeluruh. Karena itu, perempuan yang mengalami

kehamilan tidak dikehendaki mengalami berbagai emosi seperti rasa panik, rasa

malu, rasa takut, rasa tidak mau berdosa yang semuanya bercampur aduk dalam

dirinya. berarti kehamilan yang tidak direncanakan jelas berdampak negatif pada

kesehatan mental/psikis dan sosialnya. Kontroversi yang berkembang hingga

sekarang berbeda antarnegara dan antarbudaya. Tetapi, kontroversi yang ada

bersama dengan berbagai perasaan seperti bingung, panik, takut yang dialami

perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki tidak bisa

dipisahkan dari masih adanya hukum yang mengkriminalisasi aborsi dan

keputusan agama bahwa aborsi adalah tindakan a-moral dan dosa. Suatu vonis

yang harus ditanggung oleh perempuan.

Bagi perempuan Indonesia kondisi ini sekaligus mencerminkan bahwa

nilai budaya yang masih dianut meluas di Indonesia cenderung menyalahkan

perempuan bila ia mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki. Artinya: adalah

perempuan yang harus bertanggung jawab atas akibat relasi intim seorang

perempuan dan seorang laki-laki, termasuk sebagai pasangan resmi yang sedang

(13)

Besarnya angka dan jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) pada setiap

tahunnya bisa jadi disebabkan karena tidak ada aturan mengenai pelayanan aborsi

yang aman, sehingga angka tersebut bukannya berkurang, tetapi justru memberi

peluang yang besar terjadinya pratik aborsi secara diam-diam tanpa pedoman,

prosedur dan standar kesehatan. Kondisi seperti ini merupakan masalah yang

sungguh memprihatinkan bagi kita semua. Padahal, Indonesia sendiri sudah

menandatangani Kesepakatan Cairo 1994 Chapter VII tentang hak-hak

Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi yang salah satu programnya adalah

mengeliminir aborsi ilegal dan tidak aman.

Di Indonesia aborsi belum dilegalkan. Hal ini nyata terdapat dalam Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan bahwa aborsi

termasuk pembunuhan yang terselubung. Pasal 299, 346, 348, dan 349 KUHP

melarang melakukan aborsi dan sanksi hukumannya cukup berat, bahkan

hukumanya tidak hanya ditujukan kepada perempuan yang tersangkut, tetapi

semua orang yang terlibat dalam kejahatan ini dapat dituntut, seperti dokter,

dukun bayi, tukang obat, dan sebagainya yang mengobati atau yang menyuruh

atau yang membatu atau yang melakukannya sendiri.2

Permasalahan aborsi di Indonesia pernah dibicarakan dalam forum

symposium yang diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di Jakarta pada

Desember 1964 dari berbagai macam sudut pandang antara lain sudut susila

2Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Haji Masagung,

(14)

kedokteran, sosial/masyarakat, hukum, psikiater, agama Islam dan katolik.

Symposium itu diambil keputusan mengajukan pendapat kepada pemerintah.3

Di kalangan ahli hukum di Indonesia ada yang mempunyai ide/saran agar

abortus itu dapat dilegalisasi seperti di negara maju/sekuler, berdasarkan

pertimbangan antara lain bahwa kenyataannya abortus tetap dilakukan secara

ilegal di mana-mana dan kenyataannya banyak dilakukan oleh tenaga-tenaga non

medis, seperti dukun, sehingga bisa membawa resiko yang besar berupa kematian

atau cacat berat bagi perempuan yang bersangkutan. Maka sekiranya abortus

dapat dilegalkan dan dapat dilakukan oleh dokter yang ahli, maka resiko tersebut

dapat dihindari atau dikurangi.4

Dalam sejarah pemikiran fiqh, aborsi cukup mendapat tanggapan yang

serius dari para ulama. Keragaman pandangan para ulama mazhab dalam melihat

persoalan pengguguran kehamilan seakan tenggelam, oleh pandang apriori

masyarakat melihat sudut padang aborsi dari perspektif agama, sehingga

seringkali agama terkesan memingirkan hak-hak reproduksi yang dimiliki

perempuan.

Dalam hal aborsi ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga

satu-satunya yang memiliki mandat membuat fatwa agama Islam didirikan oleh

pemerintah. Dalam fatwa MUI Nomer 4 Tahun 2005 telah mengharamkan aborsi

3 Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan keIslaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik,

dan Ekonomi, (Bandung: Mizan, 1996), h. 162.

(15)

sejak terjadinya implatansi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi).5 Sedangkan

wacana fiqh aborsi yang dihasilkan Munas Ulama Nahdlatul Ulama (NU) tahun

2002 adalah aborsi dilarang karena merupakan pembunuhan terhadap calon

manusia, kecuali untuk menyelamatkan nyawa ibunya.6 Begitu juga keputusan

Majelis Tarjih Muhammmadiyah pada Muktamar Tarjih XXII di Malang

menyebutkan aborsi dilarang karena merupakan perbuatan yang menentang

harkat dan martabat manusia.7

Padangan ulama fiqh dalam melihat aborsi umumnya hanya menggunakan

pendekatan fisik, dengan ukuran-ukuran langsung yang dapat dilihat dengan mata

telanjang. Sehingga indikasi-indikasi yang tidak tampak secara fisik semisal

dampak beban psikologis tidak banyak dibahas. Bahkan dalam literatur fiqh tidak

ada satupun ulama yang membahas aborsi secara komprehensif dari berbagai

sudut pandang. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran terus berkembang, tahap-tahap pertumbuhan janin dapat dipantau

setiap saat, sehingga memungkinkan melakukan suatu pendekatan yang lebih

komprehensif terjadinya aborsi.8

5Majlis Ulama Indonesia, Keputusan Fatwa MUI Nomor: 4 Tahun 2005 Tentang Aborsi,

(Jakarta: Komisi Fatwa MUI, 2005), h. 8.

6Munas Ulama Nahdlatul Ulama, Keputusan dan Rekomendasi Musyawarah Nasional Alim

Ulama dan Konfrensi NU, (Jakarta, 25-28 Juli 2002.)

7Majelis Tarjih, Putusan Tarjih Muhammadiyah, pada Muktamar di Malang 1989.

8Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, (Jakarta:

(16)

Tentang aborsi, para ulama berbeda pendapat jika ruh ditiupkan sebelum 4

bulan, sebagian berpendapat membolehkan dan tidak mengandung unsur kriminal

karena tidak ada kehidupan dalam janin tersebut. Sebagian ulama yang lain

berpendapat itu haram atau makruh, karena dalam janin tersebut terdapat

pertumbuhan dan perkembangan. Imam Ghazali membedakan antara aborsi dan

pencegahan kehamilan. Karena aborsi adalah tindakan pidana terhadap makhluk

yang memiliki beberapa tingkatan. Tingkatan pertama kehidupan adalah nutfah

(sperma) dalam rahim dan bercampur dengan ovum perempuan, lalu siap

menerima kehidupan. Jika nutfah menjadi alaqoh (segumpal darah) maka pidana

tersebut lebih berat.9

Ajaran Islam membolehkan mencegah terjadinya kehamilan, tetapi

melarang mengadakan pengguguran kandungan, baik MR (Menstrual Regulation)

maupun abortus. Tetapi perlu diketahui bahwa perbuatan abortus, lebih besar

dosanya dari pada MR, karena abortus merupakan tindakan yang melenyapkan

janin yang telah nyata wujudnya, maka sudah termasuk pembunuhan. Oleh karena

itu, sepakat ulama hukum Islam menetapkan, bahwa perbuatan itu termasuk

tindakan kriminal, yang wajib dikenai sanksi hukum berupa diyat (denda

pembunuhan).10

9 Mahmud Syaltut, Al-Fatawa, (Cairo: Dâr al-Qalam, th), Jilid 3, h. 289-291.

10 Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini,

(17)

Pendasaran hukum aborsi menjadi layak untuk dipikirkan kembali baik

oleh hukum agama maupun hukum negara. Hal tersebut tentu saja diiringi dengan

mempertimbangkan hak-hak reproduksi yang dimiliki perempuan, sehingga

pendekatan masalah aborsi tidak cukup semata-mata hanya dari perspektif moral

dan hukum. Dengan demikian, merumuskan kembali persoalan aborsi dari

perspektif agama menjadi penting tanpa meninggalkan nilai-nilai moral, spiritual,

dan siosial yang menjadi tujuan agama. Dengan melihat secara proporsional di

antara pilihan yang paling bermanfaat dan maslahat untuk memberikan solusi

yang resikonya seminimal mungkin. Sebagaimana Firman Allah dalam al-Qur'an:

!

" #

$ %

& '

!

'

" #

$ %

()

* %

+,-ﺕ

#,/,ﺱ,

1 #23

+,4

56

78

+,-#9

(9$

:9 ;

5<, ,

.

=

>(?

@

A

B

CD

E

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (Q.S. al-Maidah [5]: 32)

HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang tertular,

walaupun orang tersebut belum menunjukan atau keluhan penyakit. HIV hanya

dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah.

Dosis virus memegang peran penting. Makin besar jumlah virusnya makin besar

(18)

sperma, cairan vagina dan serviks dan cairan otak. Dalam saliva, air mata, urin,

keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali.

Kasus terjadinya HIV pada anak-anak tertular karena bayi atau anak-anak

yang menerima berbagai produk darah atau karena bayi yang ibu atau kedua

orangtuanya termasuk dalam kelompok yang mempunyai resiko untuk tertular

AIDS.11

Dari uraian di atas, bahwa penyebaran penyakit HIV/AIDS sangat pesat

perkembangannya dimana tidak hanya orang dewasa saja akan tetapi bayi dalam

kandunganpun dapat tertular virus HIV/AIDS tersebut dan seks bebaslah yang

sangat merajalela dalam penebaran penyakit tersebut.

Dengan melihat realita di atas, beragam dampak negatif yang terjadi akibat

aborsi, bagaimanakah pandangan (fatwa) ulama MUI? Untuk melihat tingkat

keshahihan fatwa mazhab fiqh dari segi syar’i, diperlukan pengamatan ushul fiqh

terhadap proses perumusan fatwa-fatwa itu, sehingga penulis merasa perlu

melakukan penelitian tentang hukum aborsi bayi yang terdeteksi suatu virus yang

membahayakan tersebut dengan mengkaji dan mengolah data yang penulis

himpun. Penelitian tersebut penulis kemas dalam bentuk skripsi dengan judul:

Hukum Aborsi Bayi Terdeteksi Virus HIV Menurut MUI (Majlis Ulama Indonesia).

11 Luc Montagnier, dkk, Para Ahli Menjawab Tentang AIDS, (Jakarta : Pustaka Utama, 1987),

(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis perlu melakukan pembatasan serta membuat perumusan masalah

agar penelitian ini lebih terfokus, sistematik, dan tidak kabur. Pembatasan dari

masalah ini terkonsentrasi pada pendapat-pendapat Ulama MUI pusat serta

pendapat penulis sendiri.

Untuk lebih memfokuskan arah penelitian ini, penulis memberikan

batasan kepada pembahasan terhadap hukum aborsi bayi yang terdeteksi virus

HIV dalam pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Secara sistematis

pembatasan masalah tersebut dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan aborsi ?

2. Bagaimanakah hukum aborsi ?

3. Bagaimana fatwa MUI tentang hukum aborsi bayi yang terdeteksi virus HIV?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui tentang aborsi secara global.

2. Untuk mengetahui proses penyebaran virus HIV terhadap bayi dalam

kandungan yang mengakibatkan terjadinya aborsi.

3. Untuk mengetahui pandangan MUI tentang hukum aborsi bayi yang terdeteksi

virus HIV.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya khazanah intelektual

(20)

yang perlu dicermati, dengan mengkaji fatwa ulama fiqh kita dapat menemukan

konteks dan definisi bagi hukum Islam terhadap masalah hukum aborsi bayi

terdeteksi virus HIV, serta untuk mengangkat derajat manusia dengan mengurangi

tingkat kematian.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

Metode yang penulis terapkan antara lain :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan adalah jenis penelitian kualitatif yang

menekankan kualitas atau ciri-ciri data yang dialami sesuai dengan pemahaman

deskriptif. Penelitian berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori

mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di masa

masyarakat melalui pendekatan kualitatif .

2. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library Research

(kajian kepustakaan). Studi pustaka antara lain melalui beberapa buku dan

literatur yang dipandang mewakili (representatif) dan berkaitan (relevan) dengan

objek penelitian. Objek penelitan yang dimaksud adalah pandangan MUI

terhadap hukum aborsi bayi yang terdeteksi virus HIV.

3. Analisa Data

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual

(21)

terdeteksi virus HIV, maka dari hasil kajian kepustakaan akan dianalisis secara

deskriptis analitis setelah melalui proses penyuntingan.

Adapun teknik penulisan skripsi ini menggunakan Buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan skripsi dalam

bentuk bab dan sub bab yang secara logis saling berhubungan dan merupakan

suatu kebulatan dari masalah yang diteliti. Adapun sistematika penulisan skripsi

ini sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, di dalamnya mencakup: latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian serta merumuskan sistematika penulisan agar lebih

terarah.

Bab II Tinjauan umum terhadap masalah aborsi yang meliputi awal terjadinya

manusia sebelum dilahirkan, pengertian aborsi dan macamnya, sebab

seseorang melakukan oborsi, metode aborsi, berbagai dampak aborsi.

BAB III Perkembangan Virus HIV/AIDS yang meliputi sejarah HIV/AIDS di

Indonesia, proses penyebaran virus HIV, penularan ibu ke anak, dan

pencegahan terhadap virus HIV.

Bab IV Pandangan MUI tentang hukum aborsi bayi yang terdeteksi virus HIV

(22)
(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP ABORSI A. Awal Terjadinya Manusia Sebelum Lahir

1. Fase-fase perkembangan janin dalam rahim a. Fase Nuthfah

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa nuthfah adalah sperma laki-laki

sendiri yang memancar ke dalam rahim perempuan, karena Allah SWT telah

menjelaskan dalam firman-Nya bahwa Dia menciptakan manusia dari air yang

memancar:

!

"

#

$%

=

F G

@

HI

B

H

-J

E

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,

Para jumhur (kesepakatan para ulama’) mengatakan bahwa nuthfah

adalah sperma laki-laki dan indung telur perempuan secara bersamaan.

Dengan demikian, yang dimaksud nuthfah adalah sperma laki-laki dan

indung telur perempuan apabila bersatu didalam rahim perempuan12, dan itulah

fase pertama janin.

b. Fase ‘Alaqah

Al-Qurthubi dalam menafsirkan firman Allah,

(24)

& $'

(

)

*

&

,

)

K/$

@

JI

B

D

E

Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (QS. Al ‘Alaq (96): 2)

Maksudnya; Allah menciptakan dari darah, bentuk jamak dari ‘alaqah

yang berarti darah darah yang menggupal. Apabila darah mengalir disebut

masfuh.13

Al-Qurthubi juga mengatakan bahwa firman Allah ’dari segumpal darah

mengandung bentuk jamak, karena yang dimaksud dengan manusia gabungan.

Mereka semua diciptakan dari ‘alaqah setelah fase nuthfah. ‘Alaqah adalah

darah yang lembab, disebut demikian kerena ia mengait (‘allaqa) apa yang

dilewatinya karena ia basah. Jika kering ia tidak disebut ’alaqah.

c. Fase Mudhghah

Mudhghah berarti seukuran kunyahan. Sedangkan yang dimaksud

Mudhghah dalam fase janin adalah sepotong daging yang seukuran kunyahan,

yang terbentuk dari ‘alaqah. Dari penjelasan di atas, janin melewati tiga fase-

nuthfah, ‘alaqah, dan mudhghah sebelum ditiupkan ruh di dalamnya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah,

)- . # /

0 1.& $

(

23

& 4

5

67

9,

:;

= 0

$:$>

?@AB)C

D

6

#E

F

67GH"

9

I;:;

?1.& $

@AB)CE?#

?@ .&

J

?1.& $K

@ .& $:1#

13 Abbas Syauman, Hukum Aborsi dalam Islam, (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2004), cet

(25)

?@ )M

?1.& $K

@ )MN1#

ON

PQ

H

;

:1#

ON1 =R

I;:;

=

3 S(/

T.

$

$

U

AV E

2 W

X!

)=/

67Y.

Z1R

9

=

5<# L

@

DC

B

MD

-MN

E

Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Qs. al-Mukminun(23): 12-14)

Al-Razi menafsirkan firman Allah, “Lalu segumpal darah itu kami

jadikan segumpal daging...”. Maksudnya, kami menjadikan darah yang

menggupal itu mudhghah yaitu sepotong daging seolah-olah ukurannya

sebesar kunyahan. Seperti kata ghurfah yang berarti seukuran gayung.

Perubahan ini disebut dengan kata khalaq (menciptakan), karena Allah

menghilangkan sifat sementara padanya kemudian menciptakan

sifat-sifat sementara lainnya, sehingga penciptaan sifat-sifat-sifat-sifat ini di sebut khalaqa,

dan seolah-olah Allah menciptakan organ tambahan padanya.14

4. Waktu peniupan ruh ke janin

Tidak ada perselisihan pendapat antar ulama bahwa ruh tidak

ditiupkan hingga setelah fase mudhghah. Hal ini setelah melalui fase empat

(26)

bulan kehamilan. Kemudian, di antara para ulama ada yang berpendapat

bahwa ruh ditiupkan setelah sempurna empat bulan, yaitu setelah seratus dua

puluh hari.

Riwayat Ibnu Abbas dan Sa’id bin Musayyib, Imam Ahmad

mengatakan bahwa ruh ditiupkan ke janin setelah empat bulan sepuluh hari,

maksudnya setelah seratus tiga puluh hari. Mereka berdalil dengan firman

Allah:

یP

5< < ,ی

+,!#

5 , Pی

% Q

R ی

- ,

S$

,-T

UV

;W

/

,-/%

/

X #,%

+,! /V

/$

- ,

Y , $

,Z /

5<,/ $ﺕ

[ 3\

.

=

> )3

@

B

E

Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri-isteri itu) menangguhkan dirinya (ber`iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis `iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (Qs. Al-Baqarah [2]: 234)

Iddah perempuan yang ditingggal suaminya sebab wafat adalah empat

bulan sepuluh hari. Menurut Zajaj, gunanya supaya dapat diketahui apakah

dia hamil atau tidak, karena dalam waktu sepanjang itu dapat diketahui

gerak-gerik anak yang berada dalam perut ibunya dan kalau sebenarnya dia telah

hamil, maka dia berpindah masa iddah hamil.15 Sa’id bin Musayyab ditanya

tentang ‘iddah kematian empat bulan sepuluh hari, “ada apa dengan sepuluh

hari?” Ia menjawab, “ Pada waktu itu ruh ditiup”.16

15Syekh H. Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir al-Ahkam (Jakarta: Kencana, 2006), h. 138.

(27)

Dari ayat di atas, menunjukkan bahwa pada umur empat bulan sepuluh

hari nyawa/ruh ditiupkan pada bayi. Oleh karena itu, peniupan ruh adalah

sebab penciptaan kehidupan manusia pada janin. Maka, perlu adanya

perlakuan khusus pada bayi yang sudah ditiupkan ruh tersebut dengan tidak

sembarangan melakukan aborsi ataupun tindakan lain yang bisa

membahayakan janin.

B. Pengertian Aborsi dan Macamnya 1. Pengertian Aborsi

Dalam kamus istilah GKKBN (Gerakan Keluarga Berencana Nasional),

aborsi diartikan sebagai keluarnya hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya

yang dapat terjadi secara spontan atau sengaja sebelum kehamilan 28 minggu

atau berat janin kurang dari 500 gram.17

Aborsi Provocatus merupakan istilah latin yang secara resmi di pakiai

dalam kalangan kedokteran dan hukum, maksudnya ialah dengan sengaja

mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan hamil

dengan spontan gugur. Secara medis, aborsi ialah penghentian dan pengeluaran

hasil kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup di luar kandungan

17 Anonim, “Abortus”, Kamus Istilah Gerakan Keluarga Berencana Nasional (Jakarta:

(28)

(viabiliti). Umur janin bisa hidup di luar kandungan ini ada yang memberi batas

20 minggu, tetapi ada pula yang memberi batas 24 minggu.18

Saifullah, pakar hukum Islam mengatakan bahwa yang dimaksud aborsi

adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan atau konsepsi

(pembuahan) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.19 Menurut istilah

kedokteran, aborsi berarti pengakhiran kehamilan sebelum gestasi (28 minggu)

atau sebelum bayi mencapai berat 1000 gram.20

Sardikin Gina Putra mengartikan aborsi sebagai pengakhiran masa

kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin hidup di luar kandungan.

Sedangkan, Maryono Reksodipura memahaminya sebagai pengeluaran hasil

konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).21

Lebih jauh Abul Mohsin Ebrahim mengemukakan bahwa aborsi adalah

pengakhiran kehamilan, baik secara tidak sengaja, spontan akibat kelainan fisik

perempuan, atau akibat penyakit biomedical internal, maupun dengan cara

18

Laporan akhir penelitian tentang aspek hukum pelaksanaan aborsi akibat perkosaan, badan

pembinaan hukum nasional departemen kehakiman dan hak asasi manusia, di bawah pimpinan Dr. Mien Rukmini, S.H.,M.S., h. 18.

19 Saifullah, Aborsi dan Permasalahannya, suatu kajian hukum islam, dalam bukunya,

Chuzaimah T. Yanggo, Hafiz Ansyary AZ, Problematika Hukum Islam Kontempore, Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LISK=, Jakarta, 2002, h 129.

20Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 33.

(29)

yang yang disengaja melalui campur tangan manusia.22 Sedangkan al-Ghazali

mengartikan aborsi sebagai penghilangan jiwa yang sudah ada di dalam janin.23

2. Macam-Macam Aborsi

Dari penjelasan definisi di atas, secara umum pengguguran kandungan

dapat dibagi dalam dua macam, yaitu aborsi spontan (spontaneous abortus) dan

pengguguran buatan atau di sengaja (aborsi provoccatus).

Abortus (pengguguran) ada 2 macam, ialah:

a. Aborsi Spontan (spontaneous abortus)

Abortus spontan ialah abortus yang tidak disengaja. Abortus spontan

bisa terjadi karena penyakit syiphilis, kecelakaan, dan sebagainya. Aborsi

spontan dalam ilmu kedokteran di bagi lagi menjadi empat yaitu:24

1) Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala

yang mengancam akan terjadinya aborsi. Dalam hal demikian

kadang-kadang kehamilan masih dapat dilaksanakan.

22 Abdul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan, (Bandung:

Mizan, 1997), Cet. I, h. 25.

23Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2002), h. 73.

24 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, (Jakarta:

(30)

2) Abortus Incipiens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan

terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam

rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

3) Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah

keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang terjadi

biasanya cukup banyak, namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu

dilakukan pengosongan rahim secepatnya.

4) Abortus Completus, pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari

rahim. keadaan demikian biasanya tidak memerluikan pengobatan.

b. Aborsi Buatan (abortus provocatus/ induced pro abortion)

1) Abortus Artificialis Therapicus

Abortus artificialis therapicus, yakni abortus yang dilakukan

oleh dokter atas dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan

diteruskan bisa membahayakan jiwa si calon ibu, karena misalnya

penyakit-penyakit yang berat, antara lain TBC yang berat dan penyakit

ginjal yang berat. Biasanya aborsi jenis ini dilakukan dengan

mengeluarkan janin dari rahim meskipun jauh dari masa kelahiran.25

2) Abortus Provocatus Criminalis

Abortus provocatus criminalis, ialah abortus yang dilakukan

tanpa dasar indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan untuk

25 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan (Jakarta:

(31)

meniadakan hasil hubungan seks di luar perkawinan atau untuk

mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.26 Sementara

kitab-kitab fiqh klasik, aborsi dapat digolongkan menjadi 5 bagian yaitu;27

a) Aborsi spontan (isqath al-zhaty), artinya janin gugur secara

alamiah tanpa Adanya pengaruh dari luar, atau gugur dengan

sendirinya.

b) Aborsi karena darurat dan pengobatan (al-Isqath al-Dharuri/

al‘Ilajy).

c) Aborsi dilakukan karena khilaf atau secara tidak sengaja

(Khatha’).

d) Aborsi dilakukan dengan cara menyerupai kesengajaan (Syibha

amd).

e) Aborsi dilakukan secara sengaja dan terencana (al-‘Amd).

Istilah aborsi dimaksudkan adalah mengakhiri kehamilan

sebelum umur kandungan mencapai 28 minggu. Walaupun begitu, ada

kecenderungan untuk menurunkan batas ini menjadi 22 minggu.28

26 Masjfuk Zuhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia (Surabaya: Bina Ilmu, 1986),

h. 38-39.

27 Maria Ulfa Anshor dan Abdullah Ghalib, Fiqh Aborsi Review Kitab Klasik dan

Kontemporer (Jakarta: Fatayat Nadlatul Ulama dan The Ford Foundation , 2004), h. 19.

28 Bagian Obstetri dan Ginelogi Fak. Kedokteran UNPAD, Teknik Keluarga Berencana

(32)

Dari uraian di atas, bahwa aborsi merupakan perbuatan yang

disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang perempuan sebelum

janin diberi kesempatan hidup di luar kandungan. Oleh karena itu,

aborsi bisa disamakan dengan hukum membunuh.

C. Sebab Seseorang Melakukan Aborsi

Sementara itu, untuk faktor yang menjadi latar belakang dari dilakukanya

aborsi dari paparan diatas penelitian di atas menyebutkan bahwa alasan mengapa

melakukan aborsi, sebagian besar 41,2 persen karena jumlah anak sudah cukup.

16,1 persen karena anak terlahir masih kecil, dan belum siap punya anak 10,2

persen. Tetapi, menurut Ninuk Widyantoro 58 persen karena alasan psikososial

dan 36 persen karena gagal KB, 4 persen lainnya terindikasi kesehatan, 0,1

persen karena kekerasan dan 2 persen sebab lainnya.29

Dari data di atas, dapat digambarkan bahwa aborsi dilakukan karena

faktor kelahiran yang tidak dikehendaki yang terjadi pada perempuan yang

hamil dalam perkawinan yang sah, hamil di luar nikah atau kehamilan yang

dialami oleh remaja. Dengan penyebab kehamilan yang bermacam-macam,

antara lain disebabkan ada yang normal suka sama suka, tetapi tidak

menggunakan alat kontrasepsi, atau menggunakan alat kontrasepsi namun gagal,

namun ada yang karena terpaksa melakukan hubungan seksual di bawah

ancaman, hamil kerena pemerkosaan baik karena orang dekat yang memiliki

29Ninuk Widyantori, PengakhiranKehamilan Tak Diinginkan yang Aman Berbasis Konseling,

(33)

hubungan darah (incest) maupun orang lain yang sama sekali tidak mempunyai

hubungan kekerabatan apapun.

Dari penjelasan di atas, dapat diidentifikasi beberapa faktor yang

melatarbelakangi seorang perempuan untuk melakukan aborsi, antara lain :

1.Kehamilan akibat hubungan seks di luar perkawinan yang sah termasuk

pemerkosaan.

2.Kehamilan yang tidak di kehendaki karena jarak kehamilan yang tidak teratur.

3.Kehamilan yang dapat mengancam jiwa si ibu.

4.Beban psikologis yang belum mampu menerima kehadiran seorang anak.

5.Secara ekonomi tidak mampu menanggung bebab biaya kehidupan seorang

bayi.

6.Alasan untuk menjaga dan mempertahankan kebugaran dan kecantikan. 30

Ketika pencegahan gagal dan berujung pada kehamilan, lagi-lagi remaja

putri yang harus bertanggung jawab. Memilih untuk menjalani kehamilan dini

seperti dilakukan 9,5% remaja di bawah 20 tahun , dengan risiko kemungkinan

kematian ibu pada saat melahirkan 28% lebih tinggi dibanding yang berusia 20

tahun ke atas, disertai kegamangan karena tak siap menghadapi peran baru

sebagai ibu atau menjalani pilihan lain yang tersedia: aborsi!

Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak

diperbolehkannya remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga

30 Tim Penulis, Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

(34)

berencana memaksa mereka untuk melakukan aborsi, yang sebagian besar

dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar medis. Data

WHO menyebutkan bahwa 15-50 persen kematian ibu disebabkan karena

pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan RI

mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja atau

30 persen dari total 2 juta kasus dimana sebagian besar dilakukan oleh dukun.

Dari penelitian yang dilakukan PKBI tahun 2005 di sembilan kota

mengenai aborsi dengan 37.685 responden, 27 persen dilakukan oleh klien yang

belum menikah dan biasanya sudah mengupayakan aborsi terlebih dahulu secara

sendiri dengan meminum jamu khusus. Sementara 21,8 persen dilakukan oleh

klien dengan kehamilan lanjut dan tidak dapat dilayani permintaan aborsinya.31

Dari penjelasan di atas, bahwa aborsi dilakukan oleh seorang perempuan

dijadikan sebagai alternatif terakhir. Maka, aborsi banyak dilakukan oleh dukun

sebagai tindakan yang illegal.

D. Metode Aborsi

Untuk melakukan aborsi banyak cara yang dapat ditempuh, di antaranya

dengan cara menggunakan jasa ahli medis di rumah-rumah sakit. Cara seperti ini

pada umumnya dilakukan oleh perempuan-perempuan yang hidup negara-negara

tempat pengguguran diizinkan atau tidak dikenakan ancaman hukuman tuntutan

kejahatan. Tetapi di beberapa negara yang melarang aborsi atau tidak dapat

(35)

memperbolehkan bantuan ahli medis untuk menggugurkan kandungan, dijumpai

jutaan perempuan yang harus menyerahkan diri ke tangan para dukun, atau

karena putus asa mereka menggugurkan sendiri kandungannya dengan memakai

alat-alat kasar.32

Sedangkan pengguguran yang dilakukan secara medis di beberapa rumah

sakit, biasanya menggunakan metode berikut:

1.Curattage & Dilatage (C & D)

2.Mempergunakan alat khusus untuk memperlebar mulut rahim kemudian janin

di-kiret (di-curet) dengan alat seperti sendok.

3.Aspirasi, yaitu penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.

4.Hyteronomi (Operasi).33

Banyak cara yang dilakukan orang di dalam melakukan aborsi. Eckholm

melihat ada 4 cara yang sering dilakukan dalam melakukan aborsi, yaitu:

1. Menggunakan jasa medis di rumah sakit atau tempat-tempat praktek,

2. Menggunakan jasa dukun pijat,

3. Menggugurkan sendiri kandungannya dengan alat-alat kasar, dan

4. Menggunakan obat-obat tertentu.34

32 Laporan akhir penelitian tentang aspek hukum pelaksanaan aborsi akibat perkosaan, Badan

Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, di bawah pimpinan Dr. Mien Rukmini, S.H.,M.S., h. 24.

33 Majfuk Zuhdi, Islam dan Keluarga di Indonesia (Surabaya: Bina Ilmu, 1986), h. 74.

34 Tim Penulis, Aborsi dalam Perspektif Fiqh Kontempore, (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

(36)

Cara-cara aborsi sangat beragam seiring banyaknya sebab-sebab

aborsi. Cara aborsi dapat dikelompokkan pada tiga jenis: Pertama, cara-cara

aktif, maksudnya adalah aborsi yang terjadi selepas dari satu aksi, baik itu

berasal dari ibu, atau dari orang lain. Contoh aborsi ini adalah tindak kejahatan

terhadap ibu seperti pikulan dan sejenisnya, yang berdampak pada ibu dan

janinnya secara bersamaan, atau pada janin saja tanpa pada ibu.

Kedua, cara-cara pasif, maksudnya adalah ibu tidak mau melakukan

sesuatu yang penting bagi keberlangsungan kehamilan, sehingga mengakibatkan

bahaya pada kehamilan. Ketiga, cara-cara medis, yaitu cara-cara yang dilakukan

dokter untuk mengaborsi janian. Cara ini sangat beragam, antara lain:

a. Menginjeksi anti zat Progesteron yang berfungsi mengutkan rahim.

b. Menggunakan zat Prostagelamizin yang membunuh janin dengan cara

menyuntik pada pembuluh darah atau urat atau rahim atau kapsul vagina.

c. Melakukan operasi currette, melebarkan dan membersihkan rahim.

d. Melakukan operasi pelebaran leher rahim dengan melakukan beberapa fiber

kering di leher rahim yang akan mengembangang kerena menyedot air,

sehingga leher rahim melebar dan janin jatuh.

e. Melakukan operasi medis menyerupai caesar untuk mengeluarkan janin

dalam rahim.35

E. Berbagai Dampak Aborsi

(37)

Pada dasarnya seorang perempuan yang melakukan aborsi akan

mengalami; penderitaan kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris

(51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%),

terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual

(59%). Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap

kesehatan maupun keselamatan hidup seorang perempuan. Tidak benar jika

dikatakan bahwa “seseorang yang melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa

dan langsung boleh pulang”. 36

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap perempuan,

terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan

kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan terhadap perempuan yang

melakukan aborsi beresiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan

psikologis.

Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; resiko

kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang perempuan pada

saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah: (1) Kematian

mendadak karena pendarahan hebat; (2) Kematian mendadak karena pembiusan

yang gagal; (3) Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar

kandungan; (4) Rahim yang sobek (Uterine Perforation); (5) Kerusakan leher

rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya; (6) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen

(38)

pada perempuan); (7) Kanker indung telur (Ovarian Cancer); (8) Kanker leher

rahim (Cervical Cancer); (9) Kanker hati (Liver Cancer); (10) Kelainan pada

placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak

berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya; (11) Menjadi

mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy); (12) Infeksi

rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease); dan (13) Infeksi pada lapisan

rahim (Endometriosis).37

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari

segi kesehatan dan keselamatan seorang perempuan secara fisik, tetapi juga

memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang

perempuan. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion

Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam

“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The

Post-Abortion Review.38

Uraian di atas menunjukkan bahwa aborsi yang tidak berhasil akan

berdampak terhadap kelangsungan hidup seorang perempuan yang melakukan

tindakan tersebut. Hal itu, terlihat dari berbagai jenis penyakit yang ditimbulkan,

seperti kanker, mandul bahkan terjadi kelainan pada plasenta akan berakibat

pada saat melahirkan anak terjadi pendarahan yang hebat. Oleh karena itu, resiko

(39)

kesehatan terhadap seorang perempuan yang melakukan aborsi dapat

mengakibatkan dampak pada kesehatan dan keselamatan, baik secara fisik

(40)

BAB III

PERKEMBANGAN VIRUS HIV/AIDS A. Sejarah HIV/AIDS di Indonesia

Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981 pada

sekelompok kaum homoseks di California dan New York, dimana ditemukan

adanya adanya sarkoma kaposi dan pneumonia pneumocystis carinii dan beberapa

gejala klinis yang tidak biasa. Kemudian gejala penyakit tersebut semakin

diketahui sebagai akibat adanya kegagalan sistem imun, karena itu disebut AIDS.

Pelaku aborsi, menurut hasil penelitian Prof. Dr. Sudraji Sumapraja,

sebagian besar adalah perempuan yang sudah menikah sebanyak 99,7 %.

Sedangkan hasil data penelitian yang dilakukan oleh Indrawasridari FISIP

UNPAD tahun 1997 menyimpulakan 85 % sebagian besar adalah perempuan

yang sudah menikah. Sedangkan angka aborsi di Indonesia menurut Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1995 memperkirakan sebanyak 11 %.

Tetapi WHO (1997) memperkirakan lebih tinggi sebesar 13 % karena komplikasi

dari aborsi tak aman. Penelitian tahun 2001 menunjukkan sekitar 2 juta kasus

aborsi pertahun terjadi di Indonesia. Angka tersebut sama dengan 37 % aborsi per

100.000 perempuan usia 15- 49 tahun, atau 43 % aborsi per 100 kelahiran hidup,

atau 30 % dari total kehamilan.39

39 Budi Utomo et.al, Insiden dan Aspek Psiko-Sosial Aborsi di Indonesia, (Jakarta: Pusat

(41)

Faktor terjadinya aborsi dari penelitian di atas adalah 41,2 % karena

jumlah anak sudah cukup; 16,1 % anak terlahir masih kecil, dan belum siap punya

anak 10,2 %. Akan tetapi, menurut Ninuk Widyantoro: 58 % karena psikososial;

36 % karena gagal KB, 4 % terindikasi kesehatan, 0,1 % karena kekerasan dan 2

% sebab lainnya.40

Dari faktor-faktor di atas, aborsi memiliki resiko penderitaan yang

berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita.

Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia tidak

merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat

menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan

karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan

terhadap wanita yang melakukan aborsi beresiko kesehatan dan keselamatan

secara fisik dan gangguan psikologis.

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi

kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki

dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini

dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom

Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions

Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review.

40 Ninuk Widyantori, Pengakhiran Kehamilan Tak Diinginkan yang Aman Berbasis

(42)

Oleh sebab itu, yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini

adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan

pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut

penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan

seksual, mereka harus siap menanggung segala resikonya yakni hamil dan

penyakit kelamin. Namun disadari, masyarakat (orang tua) masih memandang

tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini

akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran

akan hal seks tersebut.

Salah satu penyebab aborsi adalah karena bayi terdeteksi virus HIV

(Human Immunodeficiency Virus). Virus HIV adalah virus yang merusak

kekebalan tubuh manusia sehingga seseorang tersebut terkena penyakit AIDS.

AIDS merupakan penyakit yang terbilang baru, kasus yang pertama kali muncul

diakhir tahun 1970, sejak itu penyakit ini terdapat di seluruh dunia dengan

frekuensi yang terus meningkat, dan kebanyakan yang tertular virus HIV lewat

hubungan seksual dengan orang yang telah terinveksi virus tesebut. 41

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh

Departemen Kesehatan RI tahun 1987 yaitu seorang warga negara Belanda di

Bali. Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan kasus pada bulan Desember 1985

yang secara klinis sangat sesuai dengan diagnosa AIDS dan hasil tes Elisa tiga

(43)

kali diulang dinyatakan positif. Hanya tes Western Blot yang saat itu dilakukan di

Amerika Serikat, hasilnya negatif sehingga tidak dilaporkan sebagai kasus AIDS.

Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret 1986 di RS Cipto

Mangunkusumo pada pasien hemofilia masa Inkubasi.42 Tahun berikutnya mulai

dilaporkan adanya kasus di beberapa provinsi. Sampai akhir Desember 2005

tercatat ada 5.321 kasus AIDS dan 4.244 kasus HIV yang telah dilaporkan.

Sebanyak 60 % adalah perempuan dan sebagian besar adalah laki-laki (82%).43

AIDS adalah sindrom kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat

dari kerusakan spesifik sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV pada

manusia. AIDS merupakan akronim dalam bahasa Inggris dari Acquired

Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome

(sindrom defisiensi imun dapatan). Nama virusnya sendiri, yaitu HIV, merupakan

singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ('virus defisiensi imun manusia'

atau 'virus penurun kekebalan manusia').

AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for

Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia

Pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui

disebabkan oleh Pneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los

Angeles.

42 H. Sardjana dan Hoirun Nisa, Epidemiologi Penyakit Menular (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), h. 138.

(44)

AIDS merupakan penyakit yang terbilang baru, kasus yang pertama muncul

diakhir tahun 1970, sejak itu penyakit ini terdapat di seluruh dunia dengan

frekuensi yang terus meningkat, dan kebanyakan orang tertular virus HIV/AIDS

lewat hubungan seksual dengan orang yang telah terinveksi virus tersebut.

Hubungan seksual dengan vagina atau dubur sangat beresiko tinggi dalam

penularan virus ini, tidaklah benar bahwa jika berpikir bahwa HIV hanya dapat

tertular lewat orang-orang gay walaupun diketahui bahwa AIDS pertama-tama

diasosiasikan dengan kaum gay, virus HIV dapat ditularkan lewat hubungan

hiteroseksual baik dari laki-laki kepada perempuan ataupun dari perempuan

kepada laki-laki dan virus ini juga dapat tertular karena dokter menggunakan

jarum suntik yang sama dan tidak steril pada orang yang berbeda, penularan juga

dapat terjadi karena penggunaan sumbangan darah tersebut dites terlebih

dahulu.44

Tiga dari infeksi HIV awal yang diketahui adalah:

1. Sampel plasma diambil tahun 1959 dari laki-laki dewasa yang tinggal di

Kinshasa, kini merupakan bagian dari Republik Demokratik Kongo.

2. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari "Robert R.", remaja

Afrika-Amerika berusia 15 tahun yang meninggal di St. Louis tahun 1969.

44 Diane Richardson, Perempuan dan AIDS (Yogyakarta: Media Presindo, 2002), Cet. 1, h.

(45)

3. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Arvid Noe, pelaut Norwegia yang

meninggal sekitar tahun 1976.45

Tidak cukup sampai di situ, tentunya perilaku tersebut berimplikasi pada

permasalahan lain, seperti HIV/AIDS dan aborsi. Ternyata HIV/AIDS tidak

hanya menjangkit para pekerja seks komersial (PSK) saja, tetapi juga kalangan

remaja, baik pelajar maupun mahasiswa. Yayasan AIDS Indonesia (YAI)

mengungkapkan bahwa 50% pengidap HIV/AIDS adalah usia produktif (15-29

tahun). Dipertegas dengan catatan Departemen Kesehatan (2006) bahwa sebagian

besar pengidap HIV/AIDS adalah mahasiswa. Sebut saja di Malang, mahasiswa

pengidap HIV/AIDS mencapai angka 58,1% (Kompas, 2001) dan Jawa Barat,

mencapai angka fantastis 82,56% (Pikiran Rakyat, 2004). Di Jawa Timur sendiri,

45% pengidap HIV/AIDS adalah pelajar dan mahasiswa (BKKBN, Oktober

2006). Sedangkan Jember merupakan kota dengan jumlah pengidap HIV/AIDS

kedua tertinggi di Jawa Timur (Radar Jember, April 2007).

Begitu pula fenomena aborsi, bukan lagi merupakan hal yang tabu di

kalangan remaja di Indonesia. Setiap tahunnya, sekitar 2,3 juta kasus aborsi

terjadi di Indonesia, di mana 20% dilakukan oleh remaja. Bahkan dilaporkan oleh

sebuah media terbitan tanah air diperkirakan praktek aborsi yang dilakukan

remaja mencapai 5 juta kasus per tahun.46

(46)

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa fenomena aborsi banyak ragam

untuk melakukan tindak aborsi di berbagai negara. Aborsi ini dilakukan tidak di

kalangan para perempuan dewasa, tapi juga dilakukan para remaja.

B. Proses Penyebaran Virus HIV

HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seorang yang tertular,

walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakitr. HIV

hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung denga cairan tubuh atau

darah. Dosis virus memegang peran penting. Makin besar jumlah virusnya makin

besar kemungkinan inveksinya. Jumlah virus yang banyak ada pada darah,

sperma, cairan vagina, dan serviks serta cairan otak. Dalam saliva, air mata, urin,

keringat dan iar susus hanya ditemukan sedikit sekali.47

Dalam penularan virus HIV ini melalui berbagai cara. Cara penularan HIV

tersebut antara lain :48

1. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral ataupun anal dengan seorang

pengidap. Ini adalah cara yang umum terjadi, meliputi 80-90% dari soal

kasus sedunia.

2. Kontak langsung dengan darah/ produk darah/ jarum suntik:

47 Sardjana dan Hoirun Nisa, Epidemiologi Penyakit Menular, (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007), h.142.

(47)

a. Tranfusi darah / produk darah yang terkena HIV, resikonya sangat

tinnggi, sampai lebih dari 90%. Ditemukan sekitar 3-5% total dari

kasus sedunia.

b. Pemakaian jarum tidak steril/ pemakaian bersama jarum sempit dan

sempitnya pada para pecandu narkotik suntik. Resikonya sekitar

0,1-1% dan telah terdapat 5-10% dari total kasus sedunia.

c. Penularan lewat kecelakaan termasuk jarum pada petugas kesehatan

resikonya sekitar kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari

0,1% dari total kasus sedunia.

3. Secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik secara

hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan. Resiko sekitar

25-40%, terdapat kurang dari 0,1 dari total kasus sedunia.

Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional

mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75%

terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.49

Beberapa kesalahpahaman telah terjadi tentang HIV/AIDS. Terdapat tiga

kesalahpahaman yang paling umum terjadi, yaitu AIDS dapat menyebar

melalui kontak sehari-hari, hubungan seksual dengan perawan akan

menyembuhkan AIDS, dan HIV hanya dapat menginfeksi laki-laki

homoseksual dan pemakai narkoba. Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa

(48)

seks anal antara laki-laki homoseksual dapat menyebabkan infeksi AIDS, dan

membuka diskusi homoseksualitas dan HIV di sekolah menyebabkan

meningkatnya homoseksual dan AIDS.50

AIDS ini akan menimbulkan gejala-gejala yang bisa dilihat dengan mata

telanjang. Gejala-gejala tersebut di antaranya: (1) Rasa lelah berkepanjangan;

(2) Sesak nafas dan batuk berkepanjangan; (3) Berat badan turun secara

menyolok; (4) Pembesaran kelenjar (di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa sebab

yang jelas; (5) Bercak merah kebiruan pada kulit (kanker kulit); (6) Sering

demam (lebih dari 38° C) disertai keringat malam tanpa sebab yang jelas; dan

(7) Diare lebih dari satu bulan tanpa sebab yang jelas.51

Stigma sosial yang disebabkan oleh HIV/AIDS lebih berat dibandingkan

stigma sosial akibat kondisi yang disebabkan penyakit lainnya yang sama-sama

dapat mengakibatkan kematian. Stigma sosial ini bahkan memiliki akibat yang

luas, di luar akibat langsung yang disebabkan oleh penyakit tersebut. Bahkan,

stigma ini juga ikut menimpa petugas kesehatan dan sukarelawan yang terlibat

merawat orang yang hidup dengan HIV.

Pada Januari 2006, UNAIDS sebagai badan PBB yang menangani

penanggulangan penyakit AIDS dan HIV (Joint United Nations Programme on

HIV/AIDS) bekerjasama dengan WHO (World Health Organization), badan

(49)

PBB untuk kesehatan dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari

25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Oleh karena

itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah.

Pada tahun 2005 saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak

2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.

C. Penularan Ibu Ke anak

Penularan HIV secara umum dapat melalui tiga tahap. Tiga rute utama

masuknya HIV adalah hubungan seksual, paparan dengan cairan atau jaringan

tubuh yang terinfeksi, dan dari ibu ke fetus atau anak selama periode perinatal.

Pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, dapat ditemukan HIV,

tetapi tidak ada kasus infeksi oleh hal ini, dan resiko infeksi tidak berarti.

HIV dan virus-virus sejenisnya ditransmisikan melalui kontak langsung

antara membran mukosa atau aliran darah dengan cairan tubuh yang

mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,

dan air susu ibu. Transmisi ini dapat terjadi melalui hubungan seksual (vaginal,

anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,

pertukaran HIV antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin atau menyusui,

serta kontak lain dengan salah satu cairan tubuh tersebut.

UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih

dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai

(50)

akses perawatan antiretroviral bertambah baik di banyak region di dunia,

epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta)

hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan

anak-anak.52

Cara terbaik untuk menghindarkan diri ibu dan bayi yang dikandung dari

tertular HIV/AIDS adalah melakukan pencegahan tingkat pertama.

Perilaku-perilaku beresiko seperti menggunakan narkoba, melakukan hubungan seksual

dengan pengguna narkoba, dan prostitusi dapat menyebabkan seorang

perempuan dan bayinya beresiko tertular HIV/AIDS, kecanduan obat dan

berbagai penyakit lainnya. Kondom dapat menurunkan resiko tertular, tetapi

solusi terbaik yang paling sederhana adalah menghindari hubungan seksual

dengan seseorang yang memiliki kemungkinan positif HIV.53

Kabar baiknya adalah bahwa seorang yang hamil tidak selalu menularkan

virusnya kepada bayi yang dikandung. Ada 75% kesempatan bahwa bayi yang

dikandung sama sekali tidak tertular jika ibu yang hamil dan positif HIV tidak

melakukan suatu tindakan apapun. Nilai odds (rasio untuk terkena dibanding

untuk tidak terkena) untuk bayi yang dikandung tidak terinfeksi HIV adalah 8%

lebih rendah jika ibu hamil diobati dengan ZDV (AZT) selama kehamilannya.

52 http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS#cite-UNAIDS 2006-4

(51)

Oleh karena itu, disarankan untuk ibu-ibu hamil untuk melakukan tes HIV

segera setelah kehamilannya diketahui.

Karena bayi dalam kandungan mengikuti sistem imunitas ibunya, bayi

yang baru lahir akan memiliki antibodi HIV, sehingga jika dites akan

mengahsilkan hasil positif. Sampai usianya 18 bulan baru akan diketahui

apakah bayi tersebut terinfeksi HIV atau tidak. Walaupun anak-anak yang

terkena HIV/AIDS memiliki prognosis yang jelek, beberapa di antaranya tetap

sehat dan menjalani kehidupan tanpa terpengaruh. Di Amerika, ada

keluarga-keluarga yang mau mengadopsi bayi-bayi yang positif HIV.54

Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama

minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat

transmisi antara ibu dan anak selama kehamilan dan persalinan sebesar 25%.

Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral

dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1%.

Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, terutama beban virus pada

ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi resikonya).

Menyusui meningkatkan resiko transmisi sebesar 10-15%. Resiko ini

bergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut pola dan lama

menyusui.

Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan

pemberian makanan formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke

(52)

anak. Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan

dengan mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV

disarankan tidak menyusui anak me

Referensi

Dokumen terkait

2. Selain kemampuan membaca pemahaman peserta didik, menulis juga termasuk dalam salah satu aspek yang harus dikuasai peserta didik, dimana menulis terdiri dari

Pawai adalah cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum. Rapat umum adalah pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat dengan tema tertentu.

Membawa dokumen asli atau fotocopy yang dilegalisir untuk semua berkas sesuai dengan Dokumen Penawaran dan Isian Kualifikasi Saudara. Menyerahkan berkas-berkas asli penawaran dan

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana Teknik Informatika dari Program Studi Teknik Informatika

infrastruktur jaringan komputer yang baik, maka dapat digunakan. untuk lalu lintas data yang dapat berupa penggunaan aplikasi

program maghrib barokah itu sendiri adalah untuk memberi wawasan yang luas khususnya kepada orang islam agar lebih tau tentang dunia islam baik di Indonesia maupun penjuru

I   Mampu melakukan rancang bangun sistem informasi berbasis komputer dan mengimplementasikannya dengan menggunakan metode, teknik, dan alat bantu tertentu berikut dokumentasinya. I

Laporan proyek akhir ini dengan judul “ ANALISA PERUBAHAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR YANG DIHASILKAN ” merupakan laporan yang disusun untuk mempermudah dalam