ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI
DI KABUPATEN ACEH UTARA
TESIS
Oleh
ZURIANI
107039001
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul :
Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara
Nama : Zuriani
NIM : 107039001
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Ir. Hasudungan Butarbutar, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
ANALISIS PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber- sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,
Zuriani
ABSTRAK
ZURIANI. Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara ( Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua dan Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai anggota).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan produktivitas yang sangat tinggi di antara kecamatan-kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan pada awal tahun 2012. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara. Data yang digunakan adalah data cross section yang diambil pada bulan Februari 2012 berdasarkan musim tanam tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis usahatani, analisis regresi berganda dan anova dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.
Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara. Produksi padi di Kecamatan Sawang dipengaruhi oleh curahan tenaga kerja. Di Kecamatan Meurah Mulia, produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, dan KCl. Sedangkan produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir dipengaruhi oleh benih dan curahan tenaga kerja. Perbedaan produktivitas disebabkan oleh perbedaan penggunaan benih, tingkat serangan hama penyakit, keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan, dan kondisi geografis yang mempengaruhi kualitas tanah dan air.
ABSTRACT
ZURIANI. Analysis of Rice Production in North Aceh District (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si as a member).
The research was motivated by the very high productivity gap between the rice-producing districts in North Aceh district. The research was conducted in early 2012. The purpose of this study was to analyze the income and the feasibility of rice farming, factors affecting the production and productivity of rice led to differences in the North Aceh district. The data used is the cross section taken in February 2012 based on growing season of 2011. The analytical method used was to approach farm analysis, multiple regression analysis and ANOVA using SPSS 16.0 software.
The analysis showed that rice farming profitable and feasible to be developed in North Aceh district. Sawang rice production in the District affected by the outpouring of labor. In District Meurah Noble, rice production is affected by land area, fertilizer urea, SP-36, and KCl. While rice production in Sand Land District affected by the outpouring of seed and labor. Differences in productivity caused by differences in the use of seeds, pest and disease attack rate, active farmers in the following counseling, and geographical conditions that affect the quality of soil and water.
RIWAYAT HIDUP
Zuriani, lahir di Nisam, Aceh Utara pada tanggal 29 Mei 1984 dari Bapak
Sulaiman dan Ibu Baniah. Penulis merupakan anak ke satu dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar Negeri 1 Binjee, tamat tahun 1996.
2. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Nisam, tamat
tahun 1999.
3. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Nisam, tamat
tahun 2002.
4. Tahun 2003 diterima di Program Studi Agribisnis Universitas Malikusasaleh,
tamat tahun 2008.
5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Ir.Hasudungan Butar-butar, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,
mertua, suami, dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi
penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terimakasih
kepada para nara sumber yang telah membantu memberikan segala informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Agustus 2012
DAFTAR ISI
3.2. Metode Penarikan Sampel... 24
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25
3.4. Metode Analisis Data ... 26
3.4.1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah ... 26
3.4.2. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi ... 26
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 31
3.5.1. Definisi ... 31
3.5.2. Batasan Operasional ... 32
Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33
4.1.1. Administrasi, Geografi, dan Topografi ... 33
4.1.2. Luas Wilayah Dan Penggunaannya ... 34
4.1.3. Keadaan Penduduk ... 35
4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara ... 37
4.3. Karakteristik Responden ... 41
4.4. Sarana Dan Prasarana Penunjang ... 43
4.5. Rata-rata Produksi dan Nilai Produksi Per Hektar Per Kecamatan ... 43
4.6. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara ... 45
4.7. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi .... 47
4.7.1. Kecamatan Sawang ... 47
4.9.1. Analisis Produktivitas Berdasarkan Luas Lahan ... 60
4.9.2. Analisis Uji Beda Produktivitas Berdasarkan Luas Lahan ... 60
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal 1. Luas Tanam, Luas Panen, dan Luas Puso Tanaman Padi
berdasarkan Kabupaten di Provinsi Aceh………... 18
2. Pengelompokan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara
Berdasarkan Tingkat Produktivitas Padi……… 19
3. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani
Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Sawang………. 20
4. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani
Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Meurah Mulia... 22
5. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani
Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Tanah Pasir…... 24
6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kecamatan dan Desa … 25
7. Jenis dan Penggunaan Lahan di Aceh Utara Tahun 2010……….. 34
8. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut
Kecamatan………... 36
9. Jenis Pupuk, Dosis, serta Waktu Pemupukan Tanaman Padi
Sawah... 40
10. Karakteritik Responden………... 41
11. Rata-Rata Produksi, Harga Produksi dan Nilai Produksi Per
Hektar Per Kecamatan……….. 44
12. Analisis Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah per Hektar
Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari 2012…………. 45
13. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah per Hektar Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari
2012…………. 46
14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Padi di Kecamatan Sawang………... 48
15. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
16. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Padi di Kecamatan Tanah Pasir ………. 53
17. Produktivitas Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara
Berdasarkan Luas Lahan Kecil, Sedang, dan Besar…………... 60
18. Hasil Anova produktivitas padi sawah Berdasarkan Luas
Lahan Kecil, Sedang, dan Besar………. 61
19. Hasil Multiple Comparisons produktivitas padi sawah
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Karakteristik Responden 69
2. Luas Lahan, Penggunaan Saprodi, Produksi, dan Produktivitas
Usahatani Padi di Kabupaten Aceh Utara 71
3. Penggunaan Saprodi, Biaya, Produksi, dan Nilai Hasil Produksi
Ushatani Padi di Kabupaten Aceh Utara 73
4. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCl, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi
di Kecamatan Sawang 75
5. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, dan KCl pada Usahatani Padi di Kecamatan
Meurah Mulia 78
6. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCl, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi
di Kecamatan Tanah Pasir 81
7. Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan Kategori Luas Lahan
ABSTRAK
ZURIANI. Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara ( Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua dan Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai anggota).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan produktivitas yang sangat tinggi di antara kecamatan-kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan pada awal tahun 2012. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara. Data yang digunakan adalah data cross section yang diambil pada bulan Februari 2012 berdasarkan musim tanam tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis usahatani, analisis regresi berganda dan anova dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.
Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara. Produksi padi di Kecamatan Sawang dipengaruhi oleh curahan tenaga kerja. Di Kecamatan Meurah Mulia, produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, dan KCl. Sedangkan produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir dipengaruhi oleh benih dan curahan tenaga kerja. Perbedaan produktivitas disebabkan oleh perbedaan penggunaan benih, tingkat serangan hama penyakit, keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan, dan kondisi geografis yang mempengaruhi kualitas tanah dan air.
ABSTRACT
ZURIANI. Analysis of Rice Production in North Aceh District (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si as a member).
The research was motivated by the very high productivity gap between the rice-producing districts in North Aceh district. The research was conducted in early 2012. The purpose of this study was to analyze the income and the feasibility of rice farming, factors affecting the production and productivity of rice led to differences in the North Aceh district. The data used is the cross section taken in February 2012 based on growing season of 2011. The analytical method used was to approach farm analysis, multiple regression analysis and ANOVA using SPSS 16.0 software.
The analysis showed that rice farming profitable and feasible to be developed in North Aceh district. Sawang rice production in the District affected by the outpouring of labor. In District Meurah Noble, rice production is affected by land area, fertilizer urea, SP-36, and KCl. While rice production in Sand Land District affected by the outpouring of seed and labor. Differences in productivity caused by differences in the use of seeds, pest and disease attack rate, active farmers in the following counseling, and geographical conditions that affect the quality of soil and water.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mempercepat proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia
secara menyeluruh, pemerintah lebih menitikberatkan pembangunan pada sektor
pertanian karena pembangunan sektor pertanian diharapkan dapat mendorong
sektor lainnya. Pembangunan pertanian yang harus ditempuh oleh masyarakat
diarahkan pada pengembangan pertanian yang maju, efesien dan tangguh. Ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani, serta memperluas lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, dan menunjang kegiatan industri juga meningkatkan devisa
negara (Suharno et al., 2000). Untuk mencapai tujuan tersebut maka upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain adalah dengan penggunaan teknologi tepat guna,
merubah perilaku petani dari subsisten menjadi petani modern, serta
mem-perhitungkan efisiensi usahatani dan selalu berorientasi pasar.
Salah satu komoditi pertanian sebagai bahan pangan nasional yang
diupayakan ketersediaannya tercukupi sepanjang tahun adalah padi yang menjadi
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk indonesia (Suwalan et al., 2004). Padi merupakan salah satu komoditi terpenting dalam kehidupan manusia.
Kenaikan produksi padi dalam negeri beberapa tahun belakangan ini, tidak berarti
masalah pangan sudah teratasi. Masalah yang dihadapi bangsa indonesia yaitu
pertambahan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan produksi
bahan makanan. Yang menjadi penghambat laju peningkatan produksi padi adalah
perlambatan peningkatan produktivitas (Partadiredjo, 1980). Apabila
laju peningkatan jumlah penduduk maka masalah pangan bisa teratasi. Untuk
meningkatkan produktivitas usahatani diperlukan teknologi yang terus
berkembang. Selain itu, produktivitas yang tinggi juga dapat diperoleh melalui
penggunaan sarana produksi secara efisien.
Manajer adalah salah satu peran petani di dalam usahatani. Peran petani
sebagai manajer bertugas untuk mengambil keputusan tentang apa yang akan
dihasilkannya dan bagaimana cara menghasilkannya, sehingga petani dituntut
untuk mempunyai pengetahuan-pengetahuan (Anonymous, 1983). Akan tetapi
menurut prasetya (1993) petani masih perlu bimbingan sebab pada umumnya
petani memiliki berbagai kekurangan yang mempengaruhi proses pengambilan
keputusan sehingga memberikan dampak yang kurang baik terhadap usahatani
yang dilakukan. Salah satu dampak yang sering terjadi adalah petani belum
mampu mencapai tingkat penggunaan sumberdaya secara optimal. Dalam
usahataninya, petani tidak hanya berkepentingan dalam peningkatan produksi
saja, tetapi juga peningkatan pendapatannya. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka penggunaan faktor produksi hendaklah diberikan secara efisien, karena
efisiensi tersebut sekaligus dapat memperkecil biaya yang dikeluarkan dan
meningkatkan produktivitas.
Aceh merupakan salah satu provinsi sentra produksi padi di Indonesia
yang ditargetkan akan mampu melakukan swasembada beras dan menjadi
lumbung pangan nasional. Provinsi Aceh yang terdiri dari 23 kabupaten semuanya
menghasilkan padi kecuali Kabupaten Sabang. Dari 22 kabupaten penghasil padi
di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah penghasil terbesar
dengan luas tanam mencapai 56.627 hektar dan produksi total sebanyak
Kabupaten Aceh Utara memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilan Provinsi Aceh dalam meraih gelar lumbung pangan nasional. Namun
demikian, luas tanam yang besar dan produksi tinggi pada saat tertentu tidak
cukup sebagai jaminan jika tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas secara
merata.
Menyangkut dengan produktivitas, diantara kecamatan–kecamatan
penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara terdapat kesenjangan yang sangat besar.
Hal ini terlihat dari nilai produktivitas tertinggi di Kecamatan Sawang sebesar
94.90 kwintal/ hektar dan produktivitas terendah di Kecamatan Tanah Pasir yang
hanya sebesar 32,61 kwintal / hektar. Angka tersebut berada jauh di bawah nilai
produktivitas usahatani padi sawah di Kabupaten Aceh Utara yaitu sebesar 53,05
kwintal/ hektar (BPS Aceh Utara, 2010). Angka ini menunjukkan bahwa produksi
padi yang tinggi di Kabupaten Aceh Utara tidak berasal dari tingginya produksi
dan produktivitas seluruh kecamatan penghasil padi di daerah tersebut. Hal ini
terjadi karena masih terdapat kecamatan-kecamatan dengan produktivitasnya
yang berada di bawah rata-rata. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
komparasi untuk melihat pengaruh penggunaan input terhadap produksi pada
usahatani padi di beberapa kecamatan yang memiliki perbedaan tingkat
produktivitas.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
masalah penelitian, yaitu:
1. Seberapa besar pendapatan bersih dan pendapatan keluarga pada Usahatani
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi sawah di tiga
kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.
3. Faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di
tiga kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pendapatan bersih dan pendapatan keluarga pada Usahatani padi
sawah di daerah penelitian serta kelayakan ekonominya.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di
Kabupaten Aceh Utara.
3. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi
sawah di Kabupaten Aceh Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain :
1. Bagi petani padi, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi
kemungkinan timbulnya permasalahan dan pengambilan keputusan usaha
tani padi.
2. Bagi instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi
bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan pembangunan sektor
pertanian tanaman pangan.
3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu
. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai
penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam
mencermati masalah yang akan diteliti dengan berbagai pendekatan spesifik
sebagai rujukan utama, khususnya penelitian yang menggunakan model fungsi
produksi. Selain itu juga memberikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan
yang telah dilakukan oleh para peneliti :
1. Nur Riza (2006), melakukan penelitian berjudul analisis penggunaan input
dalam upaya meningkatkan produksi padi di Dusun Krajan Desa Sumber
Mujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Analisis data
menggunakan persamaan fungsi Cobb Douglass. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat
(Y). Secara individual variabel-variabel yang mempengaruhi variabel terikat
adalah luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pupuk dan bibit (X3).
Sedangkan dari ketiga variabel bebas yang paling dominan pengaruhnya adalah
luas lahan (X1), karena luas lahan mempunyai nilai koefisien yang paling besar
dan signifikan.
2. Dewi Sahara dan Idris, (2005). Penelitian tentang efisiensi produksi sistem usahatani padi sawah di lahan sawah irigasi teknis di Kecamatan Uepai,
Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Untuk menganalisis faktor-faktor
dilanjutkan dengan uji efisiensi alokatif. Hasil analisis fungsi produksi
menunjukkan bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh positip
terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai
dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut.
3. Joko Triyanto (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh input produksi luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk serta pompa air,
terhadap produksi padi di Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan adalah
regresi berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air,
memberikan pengaruh positif yang signifikan hingga taraf kepercayaan 5%
terhadap produksi padi. Nilai elastisitas produksinya adalah 1,089 (elastis). Ini
berarti bahwa secara umum usaha tani padi di Jawa Tengah dalam skala
mendekati constant return to scale. Variabel pupuk mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi di Jawa
Tengah, sehingga disarankan untuk melakukan diversifikasi pertanian di luar
padi karena nilai elastisitas produksi sudah mendekati kearah constant return to scale.
4. Desky Syahroel (2008), melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh luas
lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan bibit/benih terhadap
produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Selain itu juga untuk mengetahui
hubungan tingkat harga jual gabah optimum terhadap harga input pupuk yang
berlaku di Kabupaten Aceh Tenggara. Metode yang digunakan untuk
menganalisis data penelitian adalah model regresi linier berganda. Hasil
jumlah pekerja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi.
Untuk variabel waktu kerja dan pupuk walaupun positif namun tidak signifikan
mempengaruhi produksi padi. Sementara variabel pestisida walaupun
signifikan namun korelasinya negatif terhadap produksi padi di Kabupaten
Aceh Tenggara. Laba maksimum bagi petani padi di Kabupaten Aceh
Tenggara akan tercapai pada tingkat penggunaan input pupuk sebanyak 131,89
kg, dan pada tingkat harga jual gabah petani sebesar Rp.3.951,13. Adapun
tingkat laba yang bisa dicapai petani pada tingkat produksi rata-rata 1.820,42
kg adalah sebesar Rp.6.731.101,07.
2.2. Landasan Teori 2.2.1.Tanaman Padi
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam
golongan rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang dari
satu tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati atau
dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya
(AAK, 1990). Tahapan proses produksi tanaman padi, antara lain :
1. Pembibitan.
2. Pengolahan Tanah
3. Penanaman
4. Pemeliharaan Tanaman
5. Pemanenan
2.2.2. Pengertian Usahatani
Menurut Suratiyah (2006) usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana cara petani mengelola input atau faktor -
faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan
pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi
yang tinggi sehingga penerimaan usahataninya meningkat.
Tohir (1991) mengatakan usahatani terdiri dari usahatani swasembada
sejati dan usahatani niaga. Usahatani sejati merupakan usahatani yang secara
murni sungguh diusahakan untuk memperoleh produksi yang diperlukan untuk
menutupi keperluan primer dari keluarga petani. Sedangkan usahatani niaga
merupakan usahatani yang telah melakukan pengelolaan atas dasar teknologi dan
ekonomi perusahaan dan ditujukan untuk memenuhi keperluan pasar. Usahatani
dapat dikatakan berhasil bila sudah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Usahatani harus menghasilkan cukup produksi untuk membayar biaya semua
alat-alat yang diperlukan.
b. Usahatani harus dapat menghasilkan produksi yang dapat dipergunakan dalam
usahatani tersebut.
c. Usahatani harus dapat meningkatkan upah tenaga kerja petani dan keluarganya
yang dipergunakan dalam usahatani secara layak.
d. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan
seperti semula, jadi harus dapat memelihara diri sendiri.
e. Usahatani harus dapat pula membayar tenaga kerja petani sebagai manajer
yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan,
Mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi, petani harus mampu
mengkombinasikan beberapa faktor produksi seoptimal mungkin, sehingga
dengan demikian dapat meningkatkan produksi dan penerimaan serta sekaligus
dapat meningkatkan taraf hidup petani untuk sendiri dan keluarga.
2.2.3. Teori Produksi
Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai
barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang
digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang
dihasilkan dalam suatu proses produksi (Sri Adiningsih, 1995). Produksi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai guna
atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi
semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.
Sesuai dengan pengertian produksi diatas, maka produksi pertanian dapat
dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung
pengertian bahwa guna dan manfaat suatu barang dapat diperbesar melalui suatu
penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan
pemeliharaan.
2.2.4. Faktor Produksi
Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk
yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Soekartawi, 2003),
antara lain:
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat
kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.
Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk
menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu.
Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi
tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Berikut adalah
penjelasan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian.
a) Lahan
Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk
diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah
pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian.
Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke
ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan,
maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 1995).
b) Benih
Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus
untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan
pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di
persemaian (AAk, 2006).
Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi.
Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik benih
dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada
kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut merupakan
benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam hendaknya selain
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan
lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta penyakit (AAk, 2006).
c) Pupuk
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, tanaman
memerlukan bahan makanan berupa unsur hara, baik unsur hara makro maupun
unsur hara mikro. Jika tanah untuk media tumbuh tidak tersedia cukup unsur hara
yang diperlukan, maka harus diberikan tambahan unsur-unsur tersebut ke dalam
tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi tanaman, hal ini dapat
berpengaruh bila dosis yang diberikan tepat (Anonymous, 2006).
Penambahan unsur hara dapat dilakukan melalui pemupukan sehingga
diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain menggantikan unsur
hara yang hilang karena pencucian atau erosi dan yang terangkut saat panen.
Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi
tanaman padi tidak hanya dipupuk N dan P saja, tetapi perlu dipupuk K, S dan
unsur mikro (Anonymous, 2006).
d. Curahan Tenaga Kerja
Menurut Payaman Simanjuntak (1995) yang dimaksud dengan tenaga
kerja adalah “Penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih, yang sudah atau
sedang mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.” Adapun menurut Butar-butar (2010)
bahwa penggolongan tenaga kerja berdasarkan umur pada usahatani terdiri dari
dua golongan yaitu tenaga kerja anak-anak (umur 10 - <15 tahun) dan tenaga
kerja dewasa ( umur ≥ 15 tahun) dengan standar konversi 7 jam kerja efektif/ hari.
Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam
usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan
jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga
kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialisasi
pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga
kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan
luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka
penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap
penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja
yang biasanya disebut dengan “Hari Orang Kerja” atau HOK. Namun, tidak
selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi,
karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga
2.2.5. Fungsi Produksi
Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor
produksi (input) dan hasilnya (output) (Sudarsono,1998). Fungsi produksi menggambarkan tingkat teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu
industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Apabila teknologi berubah,
maka berubah pula fungsi produksinya. Secara singkat fungsi produksi sering
didefinisikan sebagai suatu tabel persamaan matematika yang menggambarkan
jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu faktor produksi
tertentu dan pada tingkat teknologi tertentu pula (Ari Sudarman, 1999).
Berdasarkan landasan teori, terdapat berbagai macam fungsi produksi,
antara lain : fungsi produksi Cobb-Douglass, fungsi produksi linear, fungsi produksi kuadratik, fungsi produksi eksponensial, fungsi produksi constant elasticity of substitution (CES), fungsi produksi transidental dan fungsi produksi translog (Soekartawi, 1994). Penyajian fungsi produksi dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain dalam bentuk grafik, tabel atau dalam persamaan
sistematis. Secara sistematis, fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan
persamaan :
Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah hasil produksi sangat
tergantung pada faktor-faktor produksi merupakan fungsi dari faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam melakukan usaha
dimilikinya seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan output yang maksimal
(profit maximization). Tetapi jika petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam melakukan usahanya, maka petani akan mencoba memperoleh keuntungan
dengan kendala biaya yang dihadapinya. Tindakan dilakukan petani adalah
dengan mengusahakan untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan
penekanan biaya yang sekecil-kecilnya (cost minimization). Kedua pendekatan ini mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keuntungan maksimal
dengan pengalokasian input seefisien mungkin.
2.2.6. Fungsi Produksi Linier
Fungsi produksi linier menunjukkan bahwa penambahan input akan
menyebabkan perubahan terhadap output. Perubahan ini bisa bertambah, bisa
berkurang. Fungsi produksi linier terbagi ke dalam dua bentuk formula yaitu linier
sederhana dan linier berganda. Formulasi model linier sederhana adalah variabel
input yang dipakai dalam model hanya satu : Y = a + bX [dimana a = intersep (perpotongan) atau nilai konstanta; b = koefisien regresi atau slope (kemiringan),
seperti diilustrasikan pada gambar 1. Apabila nilai dari konstanta nol, maka Y = bX. Karena itulah maka koefisien regresi (slope) itu menunjukan produksi marginal (PM) artinya perubahan produksi sebagai akibat adanya perubahan
tambahan faktor produksi, dan dapat ditulis: b = (∂Y/∂X). ini sebagai ciri khas
dari rumus produksi marginal (marginal product). Implementasi dari model linier sederhana (simple regression) ini sering kali dipakai untuk menjelaskan fenomena yang berkaitan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Kelebihan dari model sederhana ini sering digunakan karena analisisnya mudah dilakukan dan hasilnya
variabel input (X) yang digunakan hanya satu dalam model, sehingga akan
kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukan dalam model
tersebut.
Informasi akan dapat diperoleh secara banyak (lengkap) apabila
menggunakan variabel X yang lebih dari satu atau yang dikenal dengan fungsi
produksi linier berganda. Dalam bahasa ekonometrika disebut dengan garis
regresi berganda (multiple regression), secara matematis dapat ditulis dalam
bentuk model umum, yakni Y = f(X1,X2,X3, …, Xn) dan untuk memudahkan dalam pengartian (interpretation) dapat ditulis dalam bentuk model spesifik, yakni
Y = bo + b1 X1 + … + bn Xn. untuk memperoleh nilai dari koefisien regresi (bi) harus dilakukan dengan proses estimasi yang dipelajari pada ilmu ekonometrik.
Kelebihan dari bentuk linier ini adalah dapat diinterpretasikannya secara langsung.
Y
fungsi Linier Y = a + b X
nilai konstanta (a)
0 X
Sumber : Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi.
Gambar 1: Bentuk Kurva Linier 2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini beranjak dari satu tujuan penelitian yaitu untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi padi baik di
kecamatan yang memiliki produksi tinggi, sedang maupun rendah. Untuk melihat
lain luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja yang diduga mempunyai pengaruh
terhadap naik turunnya produksi padi di ketiga daerah tersebut. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksinya maka dapat
dianalisis penyebab perbedaan produktivitas dan produksi di daerah penelitian.
Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor
produksi (input) dan hasil produksinya (out put). Produksi padi sawah ditentukan oleh penggunaan faktor produksi seperti lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja.
Penggunaan faktor produksi di berbagai lokasi tidak selalu sama tergantung
kepada kemampuan ekonomi petani dan pengetahuan dalam berusahatani.
Perbedaan jumlah dan kualitas faktor produksi yang digunakan akan
mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang permasalahan yang mau
dianalisis. Pada dasarnya hipotesis juga menggambarkan kesimpulan sementara
tentang perilaku variabel-variabel yang digunakan dalam model, yang akan
dibuktikan kebenarannya melalui suatu uji statistik. Berkenaan dengan hal itu
maka hipotesis yang dirumuskan untuk penelitian ini adalah :
Fungsi Produksi Linier
PRODUKSI
Faktor – faktor Produksi Padi Di Kecamatan Tanah pasir (Lahan, Benih, Pupuk, Tenaga kerja)
Faktor – faktor Produksi Padi Di Kecamatan Meurah Mulia (Lahan, Benih, Pupuk, Tenaga kerja)
1. Usahatani padi sawah di daerah penelitian menguntungkan dan layak
dikembangkan secara ekonomi.
2. Faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh positif
dan nyata terhadap produksi padi di tiga kecamatan.
3. Perbedaan produktivitas padi di tiga kecamatan disebabkan oleh perbedaan
III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Utara sebagai sentra produksi
padi di Provinsi Aceh. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara multi stage
cluster sampling. Dari dua puluh dua kabupaten penghasil padi di Provinsi Aceh,
Kabupaten Aceh utara merupakan daerah yang memiliki luas tanam dan luas
panen terbesar. Untuk mengetahui luas tanam, luas panen, dan luas padi puso
berdasarkan kabupaten di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Tabel 1:
17 Sumber : Biro Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2010.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2010, Kabupaten Aceh
Utara memiliki luas tanam padi sebesar 56,627 Ha (17,19%), luas panen sebesar
53,724 Ha (14,89%), dan luas puso sebesar 571 Ha (6,65%). Kecamatan di
Kabupaten Aceh Utara dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok kecamatan
dengan produktivitas tinggi (>55,00 kw/ha), sedang (40,00-55,00 kw/ha), dan
rendah (<40,00 kw/ha). Pengelompokkan kecamatan berdasarkan tingkat
produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 2:
3.Langkahan 2.154 2.154 50,43 10.862,62
Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa 7 kecamatan di Kabupaten Aceh
Utara termasuk ke dalam kelompok I (produktivitas tinggi yitu 55,37 kw/ha
-94,90 Kw/ha), 13 kecamatan termasuk ke dalam kelompok II (produktivitas
sedang yaitu 42,91 kw/ha-52,86 kw/ha)), dan sisanya 7 kecamatan termasuk
kelompok III (produktivitas rendah yaitu 32,61 kw/ha-39,02 kw/ha). Dari hasil
pengelompokkan tersebut maka dipilih tiga kecamatan sebagai lokasi penelitian
yaitu Kecamatan Sawang dengan produktivitas tertinggi, Kecamatan Meurah
Mulia untuk produktivitas sedang, dan Kecamatan Tanah Pasir dengan
produktivitas paling rendah. Lokasi desa penelitian ditentukan dengan
mengelompokan kedalam tiga kelompok berdasarkan tingkat luas areal tanaman
padi. Perincian desa, luas lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan di tiga
Total 2111
Rata-rata 54,13
Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di
Kecamatan Sawang adalah 2111 Ha dan rata–ratanya adalah 54,13 Ha. Dari 39
desa yang ada di Kecamatan Sawang, desa Babah Buloh merupakan daerah
dengan luas lahan tertinggi yaitu 301 Ha. Desa Cot Keumuning dengan luas lahan
sedang yaitu 51 Ha. Sedangkan desa yang memiliki luas lahan terkecil yaitu Lhok
Meureubo seluas 11 Ha. Kecamatan Meurah Mulia merupakan kecamatan kedua
yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Kecamatan ini memiliki 50 desa dengan 48
desa memiliki lahan sawah. Berikut adalah perincian tentang nama desa, luas
lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan di Kecamatan Meurah Mulia.
Tabel 4. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Meurah Mulia
No Desa Luas Lahan sawah
(ha) Rumah Tangga Petani (Unit)
20. Paya Kambuek 50 156
(ha) Rumah Tangga Petani (Unit)
38. Manyan 42 93
Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di
Kecamatan Meurah Mulia adalah 1756 Ha dan rata–ratanya adalah 36,58 Ha. Dari
Meuria merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 67 Ha, desa meunye
Payong dengan luas lahan sedang yaitu 37 Ha, dan desa yang memiliki luas lahan
terkecil yaitu Pri Keutapang seluas 12 Ha. Ketiga desa tersebut merupakan lokasi
penelitian untuk Kecamatan Meurah Mulia.
Kecamatan ketiga yang terpilih sebagai lokasi penelitian adalah
Kecamatan Tanah Pasir. Kecamatan ini terdiri dari 18 desa, 15 desa yang
memiliki lahan sawah dan tiga desa tidak memiliki lahan sawah. Berikut adalah
perincian tentang nama desa, luas lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan
di Kecamatan Tanah Pasir.
Tabel 5. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Tanah Pasir
No Desa Luas Lahan sawah
Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di
desa yang memiliki laha sawah di Kecamatan Tanah Pasir, desa Me Merbo
merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 146 Ha, desa Me Matang
Panyang dengan luas lahan sedang yaitu 58, dan desa memiliki luas lahan terkecil
yaitu Matang Janeng seluas 16 Ha. Ketiga desa tersebut merupakan lokasi
penelitian untuk Kecamatan Tanah Pasir.
3.2. Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) dimana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dari sembilan desa terpilih
selanjutnya ditentukan ukuran sampel untuk setiap kecamatan dan desa. Ukuran
sampel per kecamatan adalah 30 orang yang diambil dari tiga desa terpilih.
Ukuran sampel 30 orang per kecamatan sudah memenuhi ketentuan minimum
analisis statistik yang digunakan. Selain itu, ukuran tersebut juga disebabkan
karena berbagai keterbatasan peneliti dalam biaya dan waktu (wirartha, 2006).
Berdasarkan pertimbangan di atas maka ditetapkan ukuran sampel sebesar 90
orang dari 9 desa penelitian dengan distribusi sampel seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kecamatan dan Desa
3.3. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data cross section yang diperoleh secara langsung dari petani padi yang telah ditetapkan sebagai responden atau
sampel dengan dibantu alat daftar pertanyaan (kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya). Adapun jenis data yang dibutuhkan meliputi hasil produksi padi
sebagai output, data input yang merupakan pengeluaran petani dan data umum
lainnya. Data sekunder meliputi data penunjang yang diambil secara runtun waktu
(time series), yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber, jurnal-jurnal, buku-buku, hasil penelitian maupun data dari lembaga/instansi yang
terkait dengan penelitian ini.
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi sawah
Untuk menguji tingkat keuntungan ekonomi usahatani padi sawah
dilakukan perhitungan pendapatan bersih dan pendapatan keluarga usahatani.
Nilai yang positif berarti bahwa usahatani menguntungkan dan sebaliknya nilai
yang negatif berarti usahatani rugi. Kelayakan usahatani dinilai dengan
menghitung Revenue Cost Ratio = RCR (Hernanto, 1959) dengan criteria sebagai
berikut:
1. RCR >1 : Usahatani layak diusahakan (menguntungkan secara ekonomi)
2. RCR =1 : Usahatani Break Even Point = BEP (pulang pokok)
3.4.2. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi
Untuk menguji hipotesis yang pertama digunakan analisis regresi linier
berganda. Model yang digunakan adalah fungsi produksi linier, dimaksudkan
untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen (luas lahan, benih, pupuk,
dan curahan tenaga kerja) terhadap variabel dependen (produksi padi) baik di
daerah yang produktivitas tinggi, sedang maupun rendah. Adapun rumus Regresi
Linier Berganda yang digunakan adalah:
e Tk Pp
Bb Lh
Y1 2 3 4 , (Gujarati, 2003)………(2)
Dimana :
: Produksi Padi Lh : Luas Lahan (Ha)
Bb
: Benih (Kg)Pp
: Pupuk (Kg)Tk
: CurahanTenaga Kerja (HOK)a. Uji Statistik
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji
statistik terhadap hasil estimasi, untuk melihat ketepatan fungsi regresi dalam
menaksir nilai aktualnya, diukur dari godness of fit-nya. Penilaian dilakukan dengan melihat koefisien determinasi, nilai statistik t, dan nilai statistik F
(Gujarati, 2003).
1) R2
Uji terhadap koefisien determinasi (R2) pada dasarnya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel terikat
2) Uji t
Uji statistik t pada dasarnya adalah menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas secara individual (parsial) dalam mempengaruhi variabel
terikat. Apakah suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan
atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Dalam statistik dapat dicari
melalui rumus (Gujarati, 2003) :
: koefesien regresi independent ke-i
i
Sb : Kesalahan standar variabel independent ke-i Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
0
i
o
H , dan H1
i 0Bila t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 5% atau nilai probabilitas
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata 5%) maka H0 ditolak dengan kata
lain variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
3). Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
(serempak) terhadap variabel terikat. Artinya apakah semua variabel penjelas
secara bersamaan merupakan variabel-variabel penjelas yang siginifikan atau
tidak signifikan terhadap variabel dependennya. Secara statistik formulasi uji F
Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho i 0 dan
0 1 i
H
. Bila F hitung > F tabel pada tingkat derajat kepercayaan 5% ataunilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti
variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.
b. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.
Untuk mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar
mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik yang meliputi normalitas, multikolinearitas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
1. Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang
ada. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas :
a. analisis grafik (normal P-P plot)
Jika data berdistribusi normal maka grafik P – Plot akan memperlihatkan
residual data yang tersebar disekitar garis regresi.
b. Uji one sample Kolmogorov-Smirnov
Jika data berdistribusi normal maka nilai signifikansi lebih besar dari α0,05.
Uji multikolinieritas berfungsi untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya suatu hubungan linier yang sempurna (mendekati sempurna)
antara beberapa atau semua variabel bebasnya. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas dalam regresi dilakukan dengan melihat nilai VIF
(Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, dalam data terdapat multikolinieritas yang sangat tinggi (Gujarati, 2003).
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan hubungan di antara anggota observasi dalam
waktu (data time seris) atau ruang (data cross sectional) (Gujarati, 2003). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah
Uji Durbin Watson. Pengambilan keputusannya:
- Bila d < dL → berarti ada autokorelasi positif atau kecenderungannya ρ = 1.
- Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.
- Bila dU ≤ d ≤ 4-dU → artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.
- Bila 4-dU ≤ d ≤ 4 –dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa
- Bila d > 4-dL → berarti ada autokorelasi negatif atau kecenderungan ρ = -1.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka
terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu
homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada
dependen ZPRED dengan residual SRESID) yang dikenal dengan metode grafik
yaitu memplotkan ui2 dan Ŷi . Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot
menunjukkan pola yang sistematis (Gujarati, 2003).
3.4.3. Analisis Perbedaan Produktivitas.
Perbedaan produktivitas berdasarkan luas lahan dianalisis secara statistik
dengan anova. Selain itu juga dilakukan analisis deskriptif dengan
membandingkan kualitas faktor produksi dan karakteristik petani sampel di tiga
kecamatan penelitian di Kabupaten Aceh Utara.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi
Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk
memperoleh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan untuk produksi padi dan diukur
dalam satuan hektar.
2. Benih adalah banyaknya benih yang digunakan untuk uasahatani padi dalam
satu kali masa tanam diukur dalam satuan kilogram.
3. Pupuk adalah banyaknya pupuk dari berbagai jenis yang digunakan untuk
produksi padi dalam satu kali masa tanam diukur dalam kilogram.
4. Curahan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi padi oleh petani dalam satu masa tanam yang diukur dalam HOK
(Hari Orang Kerja) dengan standar 7 jam kerja efektif per hari.
5. Produksi padi adalah banyaknya gabah yang dihasilkan dalam satu kali masa
6. Kualitas faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas
benih (benih unggul atau benih tradisional), kualitas pupuk (pupuk lengkap
atau tidak dan frekuensi pemupukan), dan jam mulai kerja.
7. Karakteristik petani sampel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah
umur, pendidikan, jumlah anak, dan pengalaman.
3.5.2. Batasan Operasional
Penelitian hanya menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah benih, jumlah
pupuk, dan curahan tenaga kerja terhadap produksi padi di tiga kecamatan yang
ada di Kabupaten Aceh Utara. Data primer tentang jumlah input dan output
usahatani padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari musim tanam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4. 1.1. Administrasi, Geografi dan Topografi
Wilayah Kabupaten Aceh Utara terletak antara 96.52.000 - 97.31.000
Bujur Timur dan 4.46.000 - 5.00.400 Lintang Utara dan mempunyai hamparan
daratan seluas 3.296,86 Km2 atau 329.686 Ha, yang tebagi dalam 27 kecamatan,
70 kemukiman, dan 852 desa. Batas wilayah sebelah Utara dengan Pemkot
Lhokseumawe dan Selat Malaka, sebelah Selatan Kabupaten Bener Meriah dan
Kabupaten Aceh Tengah. Batas sebelah Timur Kabupaten Aceh Timur dan
sebelah Barat dengan Kabupaten Bireun.
Topografi Aceh Utara bervariasi mulai dari pantai, dataran rendah, dan
perbukitan. Namun demikian, sebagian besar wilayah dalam Kabupaten Aceh
Utara terdapat pada daerah dataran, sehingga kisaran suhu rata-rata sepanjang
tahun 2010 sebesar 20,0oC – 31,0oC. Kecepatan angin maksimum berkisar antara
10 – 27 knot walaupun rata-rata kecepatan angin hanya sebesar 4-5 knot.
Kabupaten Aceh Utara termasuk dalam iklim muson dan termasuk dalam iklim
tipe C, curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 1000-2500 mm, dimana curah
hujan maksimal pada bulan Oktober-November dengan kelembaban udara
berkisar antara 84 – 89 %. Dalam 5 tahun terakhir, perubahan cuaca dan musim
4.1.2. Luas Wilayah dan Penggunaannya
Luas wilayah Aceh Utara terdiri atas lahan sawah seluas 44.266 ha dan bukan lahan sawah seluas 190.388 ha. Secara rinci berikut data tentang penggunaan lahan di wilayah kabupaten Aceh Utara.
Tabel 7. Jenis dan Penggunaan Lahan di Aceh Utara Tahun 2010
No.
Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
1. Sawah 44.266
14.68
2. Pekarangan/ Bangunan 38.495 12.77
3. Tagalan/ Kebun 38.101 12.64
4. Ladang/ Huma 21.011 6.97
5. Pengembalaan/ Padang rumput 5.814 1.93
6. Sementara tidak diusahakan 8.351 2.77
7. Hutan rakyat 34.200 11.34
8. Hutan Negara 42.325 14.04
9. Perkebunan 54.260 18.00
10. Lain-lain 9.217 3.06
11. Kolam/ Empang 645 0.21
12. Rawa-rawa 4.812 1.60
Jumlah 301.497 100,00
Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2011.
Dari total luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Utara terdapat pola
penggunaan yang bervariasi yaitu lahan sawah yang ditanam satu kali per tahun
seluas 6.504 Ha, dua kali per tahun 32.528 Ha, tiga kali per tahun 3.982, tidak
ditanam padi 743 Ha, dan sementara tidak diusahakan seluas 509 Ha. Lahan yang
belum dimanfaatkan baik lahan sawah maupun bukan lahan sawah dikarenakan
yang tidak menentu, keterbatasan permodalan petani dan kendala teknis lainnya.
Selanjutnya, jenis tanah dominan di Kabupaten Aceh Utara adalah Inceptisols dan
Ultisols (Podsolik Merah Kuning), selebihnya terdiri atas jenis tanah Entisol dan
Alfisols. Sebagian besar dari jenis tanah tersebut merupakan lahan kering yang
mempunyai banyak kendala untuk pengembangan pertanian, karena tingkat
kesuburannya rendah, bereaksi masam, umumnya berlereng dan kondusif
terhadap erosi. Sementara itu, kedalaman efektif tanah di kabupaten ini adalah :
(i) 69,73 persen dari luas wilayahnya memiliki kedalaman efektif diatas 90
centimeter; (ii) 10,65 persen dengan kedalaman efektif 60-90 centimeter; dan (iii)
19,62 perrsen dengan kedalaman efektif 30-60 centimeter. Kedalaman efektif
tanah tersebut akan mempengaruhi jenis tanaman yang diusahakan, terutama
dilihat dari kedalamanperakaran tanaman yang bersangkutan (perakaran dangkal
atau dalam) (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011)
4. 1.3. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara berdasarkan hasil Sensus
Penduduk 2010 pada bulan Mei sebanyak 529.751 jiwa yang terdiri dari 262.351
jiwa laki-laki dan 267.400 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di
kecamatan Lhoksukon sebesar 43.998 jiwa yang merupakan ibukota dari
Kabupaten Aceh Utara.Terbanyak kedua terdapat di kecamatan Dewantara
sebesar 43.442 jiwa. Untuk kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya
adalah kecamatan Geurudong Pase sebanyak 4.448 jiwa. Wilayah Kabupaten
Aceh Utara yang memiliki luas wilayah 3295,86 km2 memiliki tingkat kepadatan
Kabupaten Aceh Utara. Namun penyebarannya tidaklah merata. Hal ini dapat
dilihat bahwa tingkat kepadatan penduduk di kecamatan Dewantara yang
memiliki luas wilayah 39,47 km2 sangat tinggi yakni sekitar 10.325 jiwa. Ini
disebabkan karena banyaknya pendatang yang berdomisili di wilayah tersebut.
Berbeda dengan kecamatan Geurudong Pase memiliki penduduk sangat jarang
yakni rata-rata per kilometernya sekitar 16 jiwa dengan luas wilayah 271,45 km2.
Berikut data jumlah penduduk, rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata-rata
penduduk per rumah tangga menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.
Tabel 8. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan
No
Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Utara Tahun 2011.
4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara
Berdasarkan data hasil survey diketahui bahwa umumnya petani di lokasi
penelitian menanam tanaman padi di lahan sawah milik sendiri dan hanya 14
orang dari 90 sampel yang mengusahakan lahan orang lain dengan sistem sewa
atau bagi hasil. Besarnya sewa/ bagi hasil yang harus dibayar penggarap
bervariasi di antara daerah penelitian. Sampel di Kecamatan Sawang hanya satu
orang sebagai petani penggarap dengan dengan sistem pembagian hasil 50:50,
yaitu 50% dari hasil yang diperoleh diserahkan untuk pemilik lahan sawah. Di
dengan sistem sewa lahan sebesar 200-250 kg gabah untuk setiap 1600 m2.
Sedangkan di Kecamatan Tanah Pasir, terdapat 4 orang petani penggarap dengan
sistem sewa sebesar 72-200kg per 1600m2 dan ada juga yang menyewakan 45 kg
per 170 kg gabah. Perbedaan ini terjadi kerena perbedaan kualitas lahan yang
dilihat dari perolehan produksi padi pada setiap musim tanam dan juga
ketersediaan irigasi.
Rata-rata total luas lahan yang diusahakan petani sampel adalah 0.29 Ha,
dengan luas lahan minimal 0.06 Ha dan luas lahan maksimal 1.3 Ha. Budidaya
tanaman padi sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani di daerah
penelitian. Untuk sekali musim tanam yang dimulai dari pembenihan sampai
panen membutuhkan waktu 100 hari. Hal yang pertama dilakukan adalah
penyiapan lahan yang terdiri dari pembajakan, pembuatan pematang, dan
persiapan tempat persemaian. Benih yang akan digunakan terlebih dahulu
dikecambahkan selama 5 hari (2 hari direndam dalam air dan 3 hari dibiarkan
ditempat yang lembab dan disiram) kemudian ditabur di tempat persemaian.
Setelah berumur 21 hari benih dicabut dan dipindahkan ke lahan sawah yang
sudah dibersihkan. Dinas Pertanian menganjurkan jarak tanam untuk tanaman
padi adalah 25x25 cm. Namun kebanyakan petani tidak dapat memastikan berapa
jarak tanam yang mereka gunakan, mereka hanya mereka-reka tanpa
menggunakan patokan khusus seperti jajar tandur. Sehingga ada sebagian petani
yang menanam terlalu rapat dan ada juga yang menggunakan jarak tanam yang
95%) petani di daerah penelitian tidak pernah mengikuti pelatihan/ bimbingan dari
lembaga penyuluhan.
Penyiangan dilakukan sekali selama musim tanam yaitu pada saat tanaman
berumur 15 hari setelah tanam. Biasanya sekali musim tanam dilakukan dua kali
penyiangan tetapi selama padi diserang keong mas yang juga memakan rumput
maka penyiangan cukup dilakukan sekali saja. Namun demikian, ada sebagian
dari petani sampel khususnya di Kecamatan Tanah Pasir tidak melakukan
penyiangan/ pemberantasan gulma sama sekali. Pemupukan yang dilakukan oleh
petani sampel terdiri dari urea, SP-36, KCL, dan NPK. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua petani menggunakan pupuk Urea walaupun dengan
dosis yang bervariasi sesuai kemampuan ekonomi. Pupuk SP-36, dan KCL
digunakan oleh sebagian besar petani sampel di semua lokasi penelitian, kecuali
desa Me Merbo Kecamatan Tanah Pasir yang sama sekali tidak menggunakan
KCL. Sementara pupuk NPK hanya digunakan oleh sebagian kecil sampel yang
ada di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir. Pupuk yang digunakan oleh
petani sampel berbeda dengan yang dianjurkan oleh dinas pertanian Kabupaten
Aceh Utara, baik dosis maupun waktunya. Umumnya petani sampel memberikan
pupuk dua kali dengan cara dicampur semua jenis dan ditaburkan setelah padi
ditanam. Sedangkan tentang jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan yang
dianjurkan berdasarkan spesifik lokasi dapat dilihat pada Tabel 9.
No Kecamatan Pupuk (Kg /Ha) Waktu Pemupukan Urea SP-36 KCl
1 Sawang 250 50 100 Urea: 50% satu hari sebelum tanam dan 50% 21 hari setelah tanam
Sp-36: Satu hari sebelum tanam KCl: Satu hari sebelum tanam 2 Meurah
Mulia
200 100 50
3 Tanah Pasir 200 <75 50
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011
Untuk perawatan tanaman padi petani menggunakan berbagai jenis
pestisida yang disemprotkan pada tanaman yang terserang hama. Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara menganjurkan penggunaan pestisida
sebanyak 2 liter untuk setiap hektar tanaman padi. Namun, hasil survey
menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel tidak mengetahui takaran dan
jenis pestisida yang digunakan karena biasanya pemberantasan hama ditangani
oleh tenaga kerja upahan dengan biaya per tangki Rp. 15.000-Rp.20.000 termasuk
ke dalamnya biaya obat-obatan. Hasil survey di lapangan diketahui bahwa pada
musim tanam tahun 2011, tanaman padi di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah
Pasir banyak terserang hama wereng, tikus dan penyakit tugro.
Usahatani padi sawah di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja dari
dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari orang tua dan
anak-anak yang umumnya ikut membantu kegiatan usahatani. Sedangkan tenaga
kerja luar keluarga adalah tenaga kerja pria dan wanita yang di bayar dengan upah
sebesar 50.000/ HOK.
Setelah berumur seratus hari tanaman sudah menguning dan siap untuk
dipanen. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang tanaman menggunakan
sabit. Satu hari setelah pemotongan tanaman padi dikumpulkan dan bijinya
kering dan bisa langsung dijual atau disimpan. Ada juga sebagian petani yang
langsung menjual gabahnya tanpa dijemur terlebih dahulu dengan harga yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan gabah yang sudah dijemur. Berdasarkan
data yang diperoleh dari lapangan diketahui bahwa sebagian besar petani sampel
menjual hasil panennya sekitar 30-50 % untuk menutupi hutang usahatani dan
kebutuhan rumah tangga sedangkan sisanya disimpan untuk kebutuhan
sehari-hari.
4.3. Karakteritik Responden
Diskripsi petani sampel dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan,
jumlah anak, dan pengalaman berusahatani padi sawah. Berikut data tentang
karakteristik responden.
Tabel 10. Karakteritik Responden
Uraian Satuan Range Rata-rata
Terendah Tertinggi
Umur Tahun 25 83 48,02
Pendidikan Tahun 3 17 7.78
Jumlah anak Orang 1 12 4,02
Pengalaman Tahun 2 60 26,73
Sumber : Data primer (diolah), 2012.
Umur seseorang berpengaruh terhadap keputusan dan kemampuan aktifitas
fisiknya. Umur berkaitan jelas dengan kinerja dan produktifitasnya. Semakin
bertambah usia seseorang maka kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan
cenderung menurun. Rata-rata umur sampel adalah 48,02 tahun, menunjukkan
bahwa sampel tergolong usia produktif. Simanjuntak (1985) mengelompokkan
usia produktif adalah mereka yang berada pada kelompok umur 15-55 tahun. Pada
kelompok usia produktif, kemampuan untuk melakukan usahatani diperkirakan