• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI

DI KABUPATEN ACEH UTARA

TESIS

Oleh

ZURIANI

107039001

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Judul :

Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara

Nama : Zuriani

NIM : 107039001

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Ir. Hasudungan Butarbutar, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

ANALISIS PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber- sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

Zuriani

(4)

ABSTRAK

ZURIANI. Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara ( Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua dan Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai anggota).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan produktivitas yang sangat tinggi di antara kecamatan-kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan pada awal tahun 2012. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara. Data yang digunakan adalah data cross section yang diambil pada bulan Februari 2012 berdasarkan musim tanam tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis usahatani, analisis regresi berganda dan anova dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.

Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara. Produksi padi di Kecamatan Sawang dipengaruhi oleh curahan tenaga kerja. Di Kecamatan Meurah Mulia, produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, dan KCl. Sedangkan produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir dipengaruhi oleh benih dan curahan tenaga kerja. Perbedaan produktivitas disebabkan oleh perbedaan penggunaan benih, tingkat serangan hama penyakit, keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan, dan kondisi geografis yang mempengaruhi kualitas tanah dan air.

(5)

ABSTRACT

ZURIANI. Analysis of Rice Production in North Aceh District (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si as a member).

The research was motivated by the very high productivity gap between the rice-producing districts in North Aceh district. The research was conducted in early 2012. The purpose of this study was to analyze the income and the feasibility of rice farming, factors affecting the production and productivity of rice led to differences in the North Aceh district. The data used is the cross section taken in February 2012 based on growing season of 2011. The analytical method used was to approach farm analysis, multiple regression analysis and ANOVA using SPSS 16.0 software.

The analysis showed that rice farming profitable and feasible to be developed in North Aceh district. Sawang rice production in the District affected by the outpouring of labor. In District Meurah Noble, rice production is affected by land area, fertilizer urea, SP-36, and KCl. While rice production in Sand Land District affected by the outpouring of seed and labor. Differences in productivity caused by differences in the use of seeds, pest and disease attack rate, active farmers in the following counseling, and geographical conditions that affect the quality of soil and water.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Zuriani, lahir di Nisam, Aceh Utara pada tanggal 29 Mei 1984 dari Bapak

Sulaiman dan Ibu Baniah. Penulis merupakan anak ke satu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar Negeri 1 Binjee, tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Nisam, tamat

tahun 1999.

3. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Nisam, tamat

tahun 2002.

4. Tahun 2003 diterima di Program Studi Agribisnis Universitas Malikusasaleh,

tamat tahun 2008.

5. Tahun 2010 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu

Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Ir.Hasudungan Butar-butar, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,

mertua, suami, dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi

penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terimakasih

kepada para nara sumber yang telah membantu memberikan segala informasi

yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Agustus 2012

(8)

DAFTAR ISI

3.2. Metode Penarikan Sampel... 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4. Metode Analisis Data ... 26

3.4.1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah ... 26

3.4.2. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi ... 26

(9)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 31

3.5.1. Definisi ... 31

3.5.2. Batasan Operasional ... 32

Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.1.1. Administrasi, Geografi, dan Topografi ... 33

4.1.2. Luas Wilayah Dan Penggunaannya ... 34

4.1.3. Keadaan Penduduk ... 35

4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara ... 37

4.3. Karakteristik Responden ... 41

4.4. Sarana Dan Prasarana Penunjang ... 43

4.5. Rata-rata Produksi dan Nilai Produksi Per Hektar Per Kecamatan ... 43

4.6. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara ... 45

4.7. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi .... 47

4.7.1. Kecamatan Sawang ... 47

4.9.1. Analisis Produktivitas Berdasarkan Luas Lahan ... 60

4.9.2. Analisis Uji Beda Produktivitas Berdasarkan Luas Lahan ... 60

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal 1. Luas Tanam, Luas Panen, dan Luas Puso Tanaman Padi

berdasarkan Kabupaten di Provinsi Aceh………... 18

2. Pengelompokan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Tingkat Produktivitas Padi……… 19

3. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani

Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Sawang………. 20

4. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani

Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Meurah Mulia... 22

5. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani

Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Tanah Pasir…... 24

6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kecamatan dan Desa … 25

7. Jenis dan Penggunaan Lahan di Aceh Utara Tahun 2010……….. 34

8. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut

Kecamatan………... 36

9. Jenis Pupuk, Dosis, serta Waktu Pemupukan Tanaman Padi

Sawah... 40

10. Karakteritik Responden………... 41

11. Rata-Rata Produksi, Harga Produksi dan Nilai Produksi Per

Hektar Per Kecamatan……….. 44

12. Analisis Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah per Hektar

Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari 2012…………. 45

13. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah per Hektar Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari

2012…………. 46

14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Padi di Kecamatan Sawang………... 48

15. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

(11)

16. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Padi di Kecamatan Tanah Pasir ………. 53

17. Produktivitas Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan Luas Lahan Kecil, Sedang, dan Besar…………... 60

18. Hasil Anova produktivitas padi sawah Berdasarkan Luas

Lahan Kecil, Sedang, dan Besar………. 61

19. Hasil Multiple Comparisons produktivitas padi sawah

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Karakteristik Responden 69

2. Luas Lahan, Penggunaan Saprodi, Produksi, dan Produktivitas

Usahatani Padi di Kabupaten Aceh Utara 71

3. Penggunaan Saprodi, Biaya, Produksi, dan Nilai Hasil Produksi

Ushatani Padi di Kabupaten Aceh Utara 73

4. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCl, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi

di Kecamatan Sawang 75

5. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, dan KCl pada Usahatani Padi di Kecamatan

Meurah Mulia 78

6. Hasil Analisis Regresi antara Produksi dengan Luas Lahan, Benih, Urea, SP-36, KCl, dan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi

di Kecamatan Tanah Pasir 81

7. Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan Kategori Luas Lahan

(13)

ABSTRAK

ZURIANI. Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara ( Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai ketua dan Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai anggota).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan produktivitas yang sangat tinggi di antara kecamatan-kecamatan penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian dilakukan pada awal tahun 2012. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara. Data yang digunakan adalah data cross section yang diambil pada bulan Februari 2012 berdasarkan musim tanam tahun 2011. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan analisis usahatani, analisis regresi berganda dan anova dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0.

Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan di Kabupaten Aceh Utara. Produksi padi di Kecamatan Sawang dipengaruhi oleh curahan tenaga kerja. Di Kecamatan Meurah Mulia, produksi padi dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, dan KCl. Sedangkan produksi padi di Kecamatan Tanah Pasir dipengaruhi oleh benih dan curahan tenaga kerja. Perbedaan produktivitas disebabkan oleh perbedaan penggunaan benih, tingkat serangan hama penyakit, keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan, dan kondisi geografis yang mempengaruhi kualitas tanah dan air.

(14)

ABSTRACT

ZURIANI. Analysis of Rice Production in North Aceh District (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si as a member).

The research was motivated by the very high productivity gap between the rice-producing districts in North Aceh district. The research was conducted in early 2012. The purpose of this study was to analyze the income and the feasibility of rice farming, factors affecting the production and productivity of rice led to differences in the North Aceh district. The data used is the cross section taken in February 2012 based on growing season of 2011. The analytical method used was to approach farm analysis, multiple regression analysis and ANOVA using SPSS 16.0 software.

The analysis showed that rice farming profitable and feasible to be developed in North Aceh district. Sawang rice production in the District affected by the outpouring of labor. In District Meurah Noble, rice production is affected by land area, fertilizer urea, SP-36, and KCl. While rice production in Sand Land District affected by the outpouring of seed and labor. Differences in productivity caused by differences in the use of seeds, pest and disease attack rate, active farmers in the following counseling, and geographical conditions that affect the quality of soil and water.

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mempercepat proses pertumbuhan ekonomi di Indonesia

secara menyeluruh, pemerintah lebih menitikberatkan pembangunan pada sektor

pertanian karena pembangunan sektor pertanian diharapkan dapat mendorong

sektor lainnya. Pembangunan pertanian yang harus ditempuh oleh masyarakat

diarahkan pada pengembangan pertanian yang maju, efesien dan tangguh. Ini

bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup petani, serta memperluas lapangan kerja dan

kesempatan berusaha, dan menunjang kegiatan industri juga meningkatkan devisa

negara (Suharno et al., 2000). Untuk mencapai tujuan tersebut maka upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain adalah dengan penggunaan teknologi tepat guna,

merubah perilaku petani dari subsisten menjadi petani modern, serta

mem-perhitungkan efisiensi usahatani dan selalu berorientasi pasar.

Salah satu komoditi pertanian sebagai bahan pangan nasional yang

diupayakan ketersediaannya tercukupi sepanjang tahun adalah padi yang menjadi

makanan pokok bagi sebagian besar penduduk indonesia (Suwalan et al., 2004). Padi merupakan salah satu komoditi terpenting dalam kehidupan manusia.

Kenaikan produksi padi dalam negeri beberapa tahun belakangan ini, tidak berarti

masalah pangan sudah teratasi. Masalah yang dihadapi bangsa indonesia yaitu

pertambahan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan produksi

bahan makanan. Yang menjadi penghambat laju peningkatan produksi padi adalah

perlambatan peningkatan produktivitas (Partadiredjo, 1980). Apabila

(16)

laju peningkatan jumlah penduduk maka masalah pangan bisa teratasi. Untuk

meningkatkan produktivitas usahatani diperlukan teknologi yang terus

berkembang. Selain itu, produktivitas yang tinggi juga dapat diperoleh melalui

penggunaan sarana produksi secara efisien.

Manajer adalah salah satu peran petani di dalam usahatani. Peran petani

sebagai manajer bertugas untuk mengambil keputusan tentang apa yang akan

dihasilkannya dan bagaimana cara menghasilkannya, sehingga petani dituntut

untuk mempunyai pengetahuan-pengetahuan (Anonymous, 1983). Akan tetapi

menurut prasetya (1993) petani masih perlu bimbingan sebab pada umumnya

petani memiliki berbagai kekurangan yang mempengaruhi proses pengambilan

keputusan sehingga memberikan dampak yang kurang baik terhadap usahatani

yang dilakukan. Salah satu dampak yang sering terjadi adalah petani belum

mampu mencapai tingkat penggunaan sumberdaya secara optimal. Dalam

usahataninya, petani tidak hanya berkepentingan dalam peningkatan produksi

saja, tetapi juga peningkatan pendapatannya. Untuk mencapai tujuan tersebut

maka penggunaan faktor produksi hendaklah diberikan secara efisien, karena

efisiensi tersebut sekaligus dapat memperkecil biaya yang dikeluarkan dan

meningkatkan produktivitas.

Aceh merupakan salah satu provinsi sentra produksi padi di Indonesia

yang ditargetkan akan mampu melakukan swasembada beras dan menjadi

lumbung pangan nasional. Provinsi Aceh yang terdiri dari 23 kabupaten semuanya

menghasilkan padi kecuali Kabupaten Sabang. Dari 22 kabupaten penghasil padi

di Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah penghasil terbesar

dengan luas tanam mencapai 56.627 hektar dan produksi total sebanyak

(17)

Kabupaten Aceh Utara memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan

keberhasilan Provinsi Aceh dalam meraih gelar lumbung pangan nasional. Namun

demikian, luas tanam yang besar dan produksi tinggi pada saat tertentu tidak

cukup sebagai jaminan jika tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas secara

merata.

Menyangkut dengan produktivitas, diantara kecamatan–kecamatan

penghasil padi di Kabupaten Aceh Utara terdapat kesenjangan yang sangat besar.

Hal ini terlihat dari nilai produktivitas tertinggi di Kecamatan Sawang sebesar

94.90 kwintal/ hektar dan produktivitas terendah di Kecamatan Tanah Pasir yang

hanya sebesar 32,61 kwintal / hektar. Angka tersebut berada jauh di bawah nilai

produktivitas usahatani padi sawah di Kabupaten Aceh Utara yaitu sebesar 53,05

kwintal/ hektar (BPS Aceh Utara, 2010). Angka ini menunjukkan bahwa produksi

padi yang tinggi di Kabupaten Aceh Utara tidak berasal dari tingginya produksi

dan produktivitas seluruh kecamatan penghasil padi di daerah tersebut. Hal ini

terjadi karena masih terdapat kecamatan-kecamatan dengan produktivitasnya

yang berada di bawah rata-rata. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian

komparasi untuk melihat pengaruh penggunaan input terhadap produksi pada

usahatani padi di beberapa kecamatan yang memiliki perbedaan tingkat

produktivitas.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian, yaitu:

1. Seberapa besar pendapatan bersih dan pendapatan keluarga pada Usahatani

(18)

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi sawah di tiga

kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.

3. Faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi sawah di

tiga kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pendapatan bersih dan pendapatan keluarga pada Usahatani padi

sawah di daerah penelitian serta kelayakan ekonominya.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah di

Kabupaten Aceh Utara.

3. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas padi

sawah di Kabupaten Aceh Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain :

1. Bagi petani padi, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi

kemungkinan timbulnya permasalahan dan pengambilan keputusan usaha

tani padi.

2. Bagi instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi

bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan pembangunan sektor

pertanian tanaman pangan.

3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu

(19)

. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam

mencermati masalah yang akan diteliti dengan berbagai pendekatan spesifik

sebagai rujukan utama, khususnya penelitian yang menggunakan model fungsi

produksi. Selain itu juga memberikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan

yang telah dilakukan oleh para peneliti :

1. Nur Riza (2006), melakukan penelitian berjudul analisis penggunaan input

dalam upaya meningkatkan produksi padi di Dusun Krajan Desa Sumber

Mujur Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Analisis data

menggunakan persamaan fungsi Cobb Douglass. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat

(Y). Secara individual variabel-variabel yang mempengaruhi variabel terikat

adalah luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), pupuk dan bibit (X3).

Sedangkan dari ketiga variabel bebas yang paling dominan pengaruhnya adalah

luas lahan (X1), karena luas lahan mempunyai nilai koefisien yang paling besar

dan signifikan.

2. Dewi Sahara dan Idris, (2005). Penelitian tentang efisiensi produksi sistem usahatani padi sawah di lahan sawah irigasi teknis di Kecamatan Uepai,

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Untuk menganalisis faktor-faktor

(20)

dilanjutkan dengan uji efisiensi alokatif. Hasil analisis fungsi produksi

menunjukkan bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh positip

terhadap produksi padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai

dengan penambahan ketiga faktor produksi tersebut.

3. Joko Triyanto (2006) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh input produksi luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk serta pompa air,

terhadap produksi padi di Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan adalah

regresi berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air,

memberikan pengaruh positif yang signifikan hingga taraf kepercayaan 5%

terhadap produksi padi. Nilai elastisitas produksinya adalah 1,089 (elastis). Ini

berarti bahwa secara umum usaha tani padi di Jawa Tengah dalam skala

mendekati constant return to scale. Variabel pupuk mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi di Jawa

Tengah, sehingga disarankan untuk melakukan diversifikasi pertanian di luar

padi karena nilai elastisitas produksi sudah mendekati kearah constant return to scale.

4. Desky Syahroel (2008), melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh luas

lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan bibit/benih terhadap

produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Selain itu juga untuk mengetahui

hubungan tingkat harga jual gabah optimum terhadap harga input pupuk yang

berlaku di Kabupaten Aceh Tenggara. Metode yang digunakan untuk

menganalisis data penelitian adalah model regresi linier berganda. Hasil

(21)

jumlah pekerja yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi.

Untuk variabel waktu kerja dan pupuk walaupun positif namun tidak signifikan

mempengaruhi produksi padi. Sementara variabel pestisida walaupun

signifikan namun korelasinya negatif terhadap produksi padi di Kabupaten

Aceh Tenggara. Laba maksimum bagi petani padi di Kabupaten Aceh

Tenggara akan tercapai pada tingkat penggunaan input pupuk sebanyak 131,89

kg, dan pada tingkat harga jual gabah petani sebesar Rp.3.951,13. Adapun

tingkat laba yang bisa dicapai petani pada tingkat produksi rata-rata 1.820,42

kg adalah sebesar Rp.6.731.101,07.

2.2. Landasan Teori 2.2.1.Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam

golongan rumput-rumputan. Padi mempunyai umur yang pendek yaitu kurang dari

satu tahun, hanya satu kali produksi, setelah berproduksi maka akan mati atau

dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok

berdasarkan keadaan berasnya, cara dan tempat bertanam, dan menurut umurnya

(AAK, 1990). Tahapan proses produksi tanaman padi, antara lain :

1. Pembibitan.

2. Pengolahan Tanah

3. Penanaman

4. Pemeliharaan Tanaman

5. Pemanenan

(22)

2.2.2. Pengertian Usahatani

Menurut Suratiyah (2006) usahatani merupakan ilmu yang

mempelajari tentang bagaimana cara petani mengelola input atau faktor -

faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan

pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi

yang tinggi sehingga penerimaan usahataninya meningkat.

Tohir (1991) mengatakan usahatani terdiri dari usahatani swasembada

sejati dan usahatani niaga. Usahatani sejati merupakan usahatani yang secara

murni sungguh diusahakan untuk memperoleh produksi yang diperlukan untuk

menutupi keperluan primer dari keluarga petani. Sedangkan usahatani niaga

merupakan usahatani yang telah melakukan pengelolaan atas dasar teknologi dan

ekonomi perusahaan dan ditujukan untuk memenuhi keperluan pasar. Usahatani

dapat dikatakan berhasil bila sudah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Usahatani harus menghasilkan cukup produksi untuk membayar biaya semua

alat-alat yang diperlukan.

b. Usahatani harus dapat menghasilkan produksi yang dapat dipergunakan dalam

usahatani tersebut.

c. Usahatani harus dapat meningkatkan upah tenaga kerja petani dan keluarganya

yang dipergunakan dalam usahatani secara layak.

d. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan

seperti semula, jadi harus dapat memelihara diri sendiri.

e. Usahatani harus dapat pula membayar tenaga kerja petani sebagai manajer

yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan,

(23)

Mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi, petani harus mampu

mengkombinasikan beberapa faktor produksi seoptimal mungkin, sehingga

dengan demikian dapat meningkatkan produksi dan penerimaan serta sekaligus

dapat meningkatkan taraf hidup petani untuk sendiri dan keluarga.

2.2.3. Teori Produksi

Produksi adalah proses mengubah input menjadi output sehingga nilai

barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang atau jasa yang

digunakan dalam proses poduksi dan output adalah barang dan jasa yang

dihasilkan dalam suatu proses produksi (Sri Adiningsih, 1995). Produksi dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai guna

atau manfaat baru. Guna atau manfaat mengandung pengertian kemampuan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi

semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.

Sesuai dengan pengertian produksi diatas, maka produksi pertanian dapat

dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan komoditi pertanian

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses produksi pertanian terkandung

pengertian bahwa guna dan manfaat suatu barang dapat diperbesar melalui suatu

penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan

pemeliharaan.

2.2.4. Faktor Produksi

Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk

(24)

yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok (Soekartawi, 2003),

antara lain:

a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat

kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.

b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.

Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk

menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu.

Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi

tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk

menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Berikut adalah

penjelasan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian.

a) Lahan

Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk

diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah

pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian.

Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke

ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan,

maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 1995).

b) Benih

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus

untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan

(25)

pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di

persemaian (AAk, 2006).

Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi.

Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik benih

dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada

kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut merupakan

benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam hendaknya selain

disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan

lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta penyakit (AAk, 2006).

c) Pupuk

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, tanaman

memerlukan bahan makanan berupa unsur hara, baik unsur hara makro maupun

unsur hara mikro. Jika tanah untuk media tumbuh tidak tersedia cukup unsur hara

yang diperlukan, maka harus diberikan tambahan unsur-unsur tersebut ke dalam

tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi tanaman, hal ini dapat

berpengaruh bila dosis yang diberikan tepat (Anonymous, 2006).

Penambahan unsur hara dapat dilakukan melalui pemupukan sehingga

diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain menggantikan unsur

hara yang hilang karena pencucian atau erosi dan yang terangkut saat panen.

Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi

(26)

tanaman padi tidak hanya dipupuk N dan P saja, tetapi perlu dipupuk K, S dan

unsur mikro (Anonymous, 2006).

d. Curahan Tenaga Kerja

Menurut Payaman Simanjuntak (1995) yang dimaksud dengan tenaga

kerja adalah “Penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih, yang sudah atau

sedang mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.” Adapun menurut Butar-butar (2010)

bahwa penggolongan tenaga kerja berdasarkan umur pada usahatani terdiri dari

dua golongan yaitu tenaga kerja anak-anak (umur 10 - <15 tahun) dan tenaga

kerja dewasa ( umur ≥ 15 tahun) dengan standar konversi 7 jam kerja efektif/ hari.

Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam

usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan

jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga

kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialisasi

pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga

kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan

luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka

penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap

penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja

yang biasanya disebut dengan “Hari Orang Kerja” atau HOK. Namun, tidak

selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi,

karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga

(27)

2.2.5. Fungsi Produksi

Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor

produksi (input) dan hasilnya (output) (Sudarsono,1998). Fungsi produksi menggambarkan tingkat teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu

industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Apabila teknologi berubah,

maka berubah pula fungsi produksinya. Secara singkat fungsi produksi sering

didefinisikan sebagai suatu tabel persamaan matematika yang menggambarkan

jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu faktor produksi

tertentu dan pada tingkat teknologi tertentu pula (Ari Sudarman, 1999).

Berdasarkan landasan teori, terdapat berbagai macam fungsi produksi,

antara lain : fungsi produksi Cobb-Douglass, fungsi produksi linear, fungsi produksi kuadratik, fungsi produksi eksponensial, fungsi produksi constant elasticity of substitution (CES), fungsi produksi transidental dan fungsi produksi translog (Soekartawi, 1994). Penyajian fungsi produksi dapat dilakukan dengan

berbagai cara antara lain dalam bentuk grafik, tabel atau dalam persamaan

sistematis. Secara sistematis, fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan

persamaan :

Fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah hasil produksi sangat

tergantung pada faktor-faktor produksi merupakan fungsi dari faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam melakukan usaha

(28)

dimilikinya seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan output yang maksimal

(profit maximization). Tetapi jika petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam melakukan usahanya, maka petani akan mencoba memperoleh keuntungan

dengan kendala biaya yang dihadapinya. Tindakan dilakukan petani adalah

dengan mengusahakan untuk memperoleh keuntungan yang besar dengan

penekanan biaya yang sekecil-kecilnya (cost minimization). Kedua pendekatan ini mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keuntungan maksimal

dengan pengalokasian input seefisien mungkin.

2.2.6. Fungsi Produksi Linier

Fungsi produksi linier menunjukkan bahwa penambahan input akan

menyebabkan perubahan terhadap output. Perubahan ini bisa bertambah, bisa

berkurang. Fungsi produksi linier terbagi ke dalam dua bentuk formula yaitu linier

sederhana dan linier berganda. Formulasi model linier sederhana adalah variabel

input yang dipakai dalam model hanya satu : Y = a + bX [dimana a = intersep (perpotongan) atau nilai konstanta; b = koefisien regresi atau slope (kemiringan),

seperti diilustrasikan pada gambar 1. Apabila nilai dari konstanta nol, maka Y = bX. Karena itulah maka koefisien regresi (slope) itu menunjukan produksi marginal (PM) artinya perubahan produksi sebagai akibat adanya perubahan

tambahan faktor produksi, dan dapat ditulis: b = (∂Y/∂X). ini sebagai ciri khas

dari rumus produksi marginal (marginal product). Implementasi dari model linier sederhana (simple regression) ini sering kali dipakai untuk menjelaskan fenomena yang berkaitan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Kelebihan dari model sederhana ini sering digunakan karena analisisnya mudah dilakukan dan hasilnya

(29)

variabel input (X) yang digunakan hanya satu dalam model, sehingga akan

kehilangan informasi tentang variabel yang tidak dimasukan dalam model

tersebut.

Informasi akan dapat diperoleh secara banyak (lengkap) apabila

menggunakan variabel X yang lebih dari satu atau yang dikenal dengan fungsi

produksi linier berganda. Dalam bahasa ekonometrika disebut dengan garis

regresi berganda (multiple regression), secara matematis dapat ditulis dalam

bentuk model umum, yakni Y = f(X1,X2,X3, …, Xn) dan untuk memudahkan dalam pengartian (interpretation) dapat ditulis dalam bentuk model spesifik, yakni

Y = bo + b1 X1 + … + bn Xn. untuk memperoleh nilai dari koefisien regresi (bi) harus dilakukan dengan proses estimasi yang dipelajari pada ilmu ekonometrik.

Kelebihan dari bentuk linier ini adalah dapat diinterpretasikannya secara langsung.

Y

fungsi Linier Y = a + b X

nilai konstanta (a)

0 X

Sumber : Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi.

Gambar 1: Bentuk Kurva Linier 2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini beranjak dari satu tujuan penelitian yaitu untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah produksi padi baik di

kecamatan yang memiliki produksi tinggi, sedang maupun rendah. Untuk melihat

(30)

lain luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja yang diduga mempunyai pengaruh

terhadap naik turunnya produksi padi di ketiga daerah tersebut. Dengan

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksinya maka dapat

dianalisis penyebab perbedaan produktivitas dan produksi di daerah penelitian.

Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara faktor-faktor

produksi (input) dan hasil produksinya (out put). Produksi padi sawah ditentukan oleh penggunaan faktor produksi seperti lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja.

Penggunaan faktor produksi di berbagai lokasi tidak selalu sama tergantung

kepada kemampuan ekonomi petani dan pengetahuan dalam berusahatani.

Perbedaan jumlah dan kualitas faktor produksi yang digunakan akan

mempengaruhi hasil yang didapatkan.

Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang permasalahan yang mau

dianalisis. Pada dasarnya hipotesis juga menggambarkan kesimpulan sementara

tentang perilaku variabel-variabel yang digunakan dalam model, yang akan

dibuktikan kebenarannya melalui suatu uji statistik. Berkenaan dengan hal itu

maka hipotesis yang dirumuskan untuk penelitian ini adalah :

Fungsi Produksi Linier

PRODUKSI

Faktor – faktor Produksi Padi Di Kecamatan Tanah pasir (Lahan, Benih, Pupuk, Tenaga kerja)

Faktor – faktor Produksi Padi Di Kecamatan Meurah Mulia (Lahan, Benih, Pupuk, Tenaga kerja)

(31)

1. Usahatani padi sawah di daerah penelitian menguntungkan dan layak

dikembangkan secara ekonomi.

2. Faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh positif

dan nyata terhadap produksi padi di tiga kecamatan.

3. Perbedaan produktivitas padi di tiga kecamatan disebabkan oleh perbedaan

(32)

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Utara sebagai sentra produksi

padi di Provinsi Aceh. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara multi stage

cluster sampling. Dari dua puluh dua kabupaten penghasil padi di Provinsi Aceh,

Kabupaten Aceh utara merupakan daerah yang memiliki luas tanam dan luas

panen terbesar. Untuk mengetahui luas tanam, luas panen, dan luas padi puso

berdasarkan kabupaten di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Tabel 1:

(33)

17 Sumber : Biro Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2010.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2010, Kabupaten Aceh

Utara memiliki luas tanam padi sebesar 56,627 Ha (17,19%), luas panen sebesar

53,724 Ha (14,89%), dan luas puso sebesar 571 Ha (6,65%). Kecamatan di

Kabupaten Aceh Utara dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok kecamatan

dengan produktivitas tinggi (>55,00 kw/ha), sedang (40,00-55,00 kw/ha), dan

rendah (<40,00 kw/ha). Pengelompokkan kecamatan berdasarkan tingkat

produktivitas padi sawah di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 2:

(34)

3.Langkahan 2.154 2.154 50,43 10.862,62

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa 7 kecamatan di Kabupaten Aceh

Utara termasuk ke dalam kelompok I (produktivitas tinggi yitu 55,37 kw/ha

-94,90 Kw/ha), 13 kecamatan termasuk ke dalam kelompok II (produktivitas

sedang yaitu 42,91 kw/ha-52,86 kw/ha)), dan sisanya 7 kecamatan termasuk

kelompok III (produktivitas rendah yaitu 32,61 kw/ha-39,02 kw/ha). Dari hasil

pengelompokkan tersebut maka dipilih tiga kecamatan sebagai lokasi penelitian

yaitu Kecamatan Sawang dengan produktivitas tertinggi, Kecamatan Meurah

Mulia untuk produktivitas sedang, dan Kecamatan Tanah Pasir dengan

produktivitas paling rendah. Lokasi desa penelitian ditentukan dengan

mengelompokan kedalam tiga kelompok berdasarkan tingkat luas areal tanaman

padi. Perincian desa, luas lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan di tiga

(35)
(36)

Total 2111

Rata-rata 54,13

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di

Kecamatan Sawang adalah 2111 Ha dan rata–ratanya adalah 54,13 Ha. Dari 39

desa yang ada di Kecamatan Sawang, desa Babah Buloh merupakan daerah

dengan luas lahan tertinggi yaitu 301 Ha. Desa Cot Keumuning dengan luas lahan

sedang yaitu 51 Ha. Sedangkan desa yang memiliki luas lahan terkecil yaitu Lhok

Meureubo seluas 11 Ha. Kecamatan Meurah Mulia merupakan kecamatan kedua

yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Kecamatan ini memiliki 50 desa dengan 48

desa memiliki lahan sawah. Berikut adalah perincian tentang nama desa, luas

lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan di Kecamatan Meurah Mulia.

Tabel 4. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Meurah Mulia

No Desa Luas Lahan sawah

(ha) Rumah Tangga Petani (Unit)

(37)

20. Paya Kambuek 50 156

(ha) Rumah Tangga Petani (Unit)

38. Manyan 42 93

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di

Kecamatan Meurah Mulia adalah 1756 Ha dan rata–ratanya adalah 36,58 Ha. Dari

(38)

Meuria merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 67 Ha, desa meunye

Payong dengan luas lahan sedang yaitu 37 Ha, dan desa yang memiliki luas lahan

terkecil yaitu Pri Keutapang seluas 12 Ha. Ketiga desa tersebut merupakan lokasi

penelitian untuk Kecamatan Meurah Mulia.

Kecamatan ketiga yang terpilih sebagai lokasi penelitian adalah

Kecamatan Tanah Pasir. Kecamatan ini terdiri dari 18 desa, 15 desa yang

memiliki lahan sawah dan tiga desa tidak memiliki lahan sawah. Berikut adalah

perincian tentang nama desa, luas lahan sawah, dan jumlah petani tanaman pangan

di Kecamatan Tanah Pasir.

Tabel 5. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan Tanah Pasir

No Desa Luas Lahan sawah

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2010.

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa total luas lahan sawah di

(39)

desa yang memiliki laha sawah di Kecamatan Tanah Pasir, desa Me Merbo

merupakan daerah dengan luas lahan tertinggi yaitu 146 Ha, desa Me Matang

Panyang dengan luas lahan sedang yaitu 58, dan desa memiliki luas lahan terkecil

yaitu Matang Janeng seluas 16 Ha. Ketiga desa tersebut merupakan lokasi

penelitian untuk Kecamatan Tanah Pasir.

3.2. Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana) dimana semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Dari sembilan desa terpilih

selanjutnya ditentukan ukuran sampel untuk setiap kecamatan dan desa. Ukuran

sampel per kecamatan adalah 30 orang yang diambil dari tiga desa terpilih.

Ukuran sampel 30 orang per kecamatan sudah memenuhi ketentuan minimum

analisis statistik yang digunakan. Selain itu, ukuran tersebut juga disebabkan

karena berbagai keterbatasan peneliti dalam biaya dan waktu (wirartha, 2006).

Berdasarkan pertimbangan di atas maka ditetapkan ukuran sampel sebesar 90

orang dari 9 desa penelitian dengan distribusi sampel seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kecamatan dan Desa

(40)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data primer

dan data sekunder. Data primer merupakan data cross section yang diperoleh secara langsung dari petani padi yang telah ditetapkan sebagai responden atau

sampel dengan dibantu alat daftar pertanyaan (kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya). Adapun jenis data yang dibutuhkan meliputi hasil produksi padi

sebagai output, data input yang merupakan pengeluaran petani dan data umum

lainnya. Data sekunder meliputi data penunjang yang diambil secara runtun waktu

(time series), yang didapatkan melalui studi kepustakaan dari berbagai sumber, jurnal-jurnal, buku-buku, hasil penelitian maupun data dari lembaga/instansi yang

terkait dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi sawah

Untuk menguji tingkat keuntungan ekonomi usahatani padi sawah

dilakukan perhitungan pendapatan bersih dan pendapatan keluarga usahatani.

Nilai yang positif berarti bahwa usahatani menguntungkan dan sebaliknya nilai

yang negatif berarti usahatani rugi. Kelayakan usahatani dinilai dengan

menghitung Revenue Cost Ratio = RCR (Hernanto, 1959) dengan criteria sebagai

berikut:

1. RCR >1 : Usahatani layak diusahakan (menguntungkan secara ekonomi)

2. RCR =1 : Usahatani Break Even Point = BEP (pulang pokok)

(41)

3.4.2. Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi

Untuk menguji hipotesis yang pertama digunakan analisis regresi linier

berganda. Model yang digunakan adalah fungsi produksi linier, dimaksudkan

untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen (luas lahan, benih, pupuk,

dan curahan tenaga kerja) terhadap variabel dependen (produksi padi) baik di

daerah yang produktivitas tinggi, sedang maupun rendah. Adapun rumus Regresi

Linier Berganda yang digunakan adalah:

e Tk Pp

Bb Lh

Y1 2 3 4  , (Gujarati, 2003)………(2)

Dimana :

: Produksi Padi Lh : Luas Lahan (Ha)

Bb

: Benih (Kg)

Pp

: Pupuk (Kg)

Tk

: CurahanTenaga Kerja (HOK)

a. Uji Statistik

Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji

statistik terhadap hasil estimasi, untuk melihat ketepatan fungsi regresi dalam

menaksir nilai aktualnya, diukur dari godness of fit-nya. Penilaian dilakukan dengan melihat koefisien determinasi, nilai statistik t, dan nilai statistik F

(Gujarati, 2003).

1) R2

Uji terhadap koefisien determinasi (R2) pada dasarnya adalah mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel terikat

(42)

2) Uji t

Uji statistik t pada dasarnya adalah menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas secara individual (parsial) dalam mempengaruhi variabel

terikat. Apakah suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan

atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Dalam statistik dapat dicari

melalui rumus (Gujarati, 2003) :

: koefesien regresi independent ke-i

i

Sb : Kesalahan standar variabel independent ke-i Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif

0 

i

o

H  , dan H1

i  0

Bila t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan 5% atau nilai probabilitas

signifikansi lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata 5%) maka H0 ditolak dengan kata

lain variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

3). Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

(serempak) terhadap variabel terikat. Artinya apakah semua variabel penjelas

secara bersamaan merupakan variabel-variabel penjelas yang siginifikan atau

tidak signifikan terhadap variabel dependennya. Secara statistik formulasi uji F

(43)

Dengan menggunakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif Ho  i 0 dan

0 1  i

H

. Bila F hitung > F tabel pada tingkat derajat kepercayaan 5% atau

nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti

variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.

b. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.

Untuk mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar

mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE

(Best Linier Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik yang meliputi normalitas, multikolinearitas,

autokorelasi dan heteroskedastisitas.

1. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu

atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini

dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang

ada. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas :

a. analisis grafik (normal P-P plot)

Jika data berdistribusi normal maka grafik P – Plot akan memperlihatkan

residual data yang tersebar disekitar garis regresi.

b. Uji one sample Kolmogorov-Smirnov

Jika data berdistribusi normal maka nilai signifikansi lebih besar dari α0,05.

(44)

Uji multikolinieritas berfungsi untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya suatu hubungan linier yang sempurna (mendekati sempurna)

antara beberapa atau semua variabel bebasnya. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinieritas dalam regresi dilakukan dengan melihat nilai VIF

(Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, dalam data terdapat multikolinieritas yang sangat tinggi (Gujarati, 2003).

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan hubungan di antara anggota observasi dalam

waktu (data time seris) atau ruang (data cross sectional) (Gujarati, 2003). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah

Uji Durbin Watson. Pengambilan keputusannya:

- Bila d < dL → berarti ada autokorelasi positif atau kecenderungannya ρ = 1.

- Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.

- Bila dU ≤ d ≤ 4-dU → artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif.

- Bila 4-dU ≤ d ≤ 4 –dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa

- Bila d > 4-dL → berarti ada autokorelasi negatif atau kecenderungan ρ = -1.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka

terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu

homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada

(45)

dependen ZPRED dengan residual SRESID) yang dikenal dengan metode grafik

yaitu memplotkan ui2 dan Ŷi . Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot

menunjukkan pola yang sistematis (Gujarati, 2003).

3.4.3. Analisis Perbedaan Produktivitas.

Perbedaan produktivitas berdasarkan luas lahan dianalisis secara statistik

dengan anova. Selain itu juga dilakukan analisis deskriptif dengan

membandingkan kualitas faktor produksi dan karakteristik petani sampel di tiga

kecamatan penelitian di Kabupaten Aceh Utara.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi

Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk

memperoleh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep-konsep dalam

penelitian ini, antara lain :

1. Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan untuk produksi padi dan diukur

dalam satuan hektar.

2. Benih adalah banyaknya benih yang digunakan untuk uasahatani padi dalam

satu kali masa tanam diukur dalam satuan kilogram.

3. Pupuk adalah banyaknya pupuk dari berbagai jenis yang digunakan untuk

produksi padi dalam satu kali masa tanam diukur dalam kilogram.

4. Curahan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam proses

produksi padi oleh petani dalam satu masa tanam yang diukur dalam HOK

(Hari Orang Kerja) dengan standar 7 jam kerja efektif per hari.

5. Produksi padi adalah banyaknya gabah yang dihasilkan dalam satu kali masa

(46)

6. Kualitas faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas

benih (benih unggul atau benih tradisional), kualitas pupuk (pupuk lengkap

atau tidak dan frekuensi pemupukan), dan jam mulai kerja.

7. Karakteristik petani sampel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah

umur, pendidikan, jumlah anak, dan pengalaman.

3.5.2. Batasan Operasional

Penelitian hanya menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah benih, jumlah

pupuk, dan curahan tenaga kerja terhadap produksi padi di tiga kecamatan yang

ada di Kabupaten Aceh Utara. Data primer tentang jumlah input dan output

usahatani padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari musim tanam

(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4. 1.1. Administrasi, Geografi dan Topografi

Wilayah Kabupaten Aceh Utara terletak antara 96.52.000 - 97.31.000

Bujur Timur dan 4.46.000 - 5.00.400 Lintang Utara dan mempunyai hamparan

daratan seluas 3.296,86 Km2 atau 329.686 Ha, yang tebagi dalam 27 kecamatan,

70 kemukiman, dan 852 desa. Batas wilayah sebelah Utara dengan Pemkot

Lhokseumawe dan Selat Malaka, sebelah Selatan Kabupaten Bener Meriah dan

Kabupaten Aceh Tengah. Batas sebelah Timur Kabupaten Aceh Timur dan

sebelah Barat dengan Kabupaten Bireun.

Topografi Aceh Utara bervariasi mulai dari pantai, dataran rendah, dan

perbukitan. Namun demikian, sebagian besar wilayah dalam Kabupaten Aceh

Utara terdapat pada daerah dataran, sehingga kisaran suhu rata-rata sepanjang

tahun 2010 sebesar 20,0oC – 31,0oC. Kecepatan angin maksimum berkisar antara

10 – 27 knot walaupun rata-rata kecepatan angin hanya sebesar 4-5 knot.

Kabupaten Aceh Utara termasuk dalam iklim muson dan termasuk dalam iklim

tipe C, curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 1000-2500 mm, dimana curah

hujan maksimal pada bulan Oktober-November dengan kelembaban udara

berkisar antara 84 – 89 %. Dalam 5 tahun terakhir, perubahan cuaca dan musim

(48)

4.1.2. Luas Wilayah dan Penggunaannya

Luas wilayah Aceh Utara terdiri atas lahan sawah seluas 44.266 ha dan bukan lahan sawah seluas 190.388 ha. Secara rinci berikut data tentang penggunaan lahan di wilayah kabupaten Aceh Utara.

Tabel 7. Jenis dan Penggunaan Lahan di Aceh Utara Tahun 2010

No.

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1. Sawah 44.266

14.68

2. Pekarangan/ Bangunan 38.495 12.77

3. Tagalan/ Kebun 38.101 12.64

4. Ladang/ Huma 21.011 6.97

5. Pengembalaan/ Padang rumput 5.814 1.93

6. Sementara tidak diusahakan 8.351 2.77

7. Hutan rakyat 34.200 11.34

8. Hutan Negara 42.325 14.04

9. Perkebunan 54.260 18.00

10. Lain-lain 9.217 3.06

11. Kolam/ Empang 645 0.21

12. Rawa-rawa 4.812 1.60

Jumlah 301.497 100,00

Sumber :Biro Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara, 2011.

Dari total luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Utara terdapat pola

penggunaan yang bervariasi yaitu lahan sawah yang ditanam satu kali per tahun

seluas 6.504 Ha, dua kali per tahun 32.528 Ha, tiga kali per tahun 3.982, tidak

ditanam padi 743 Ha, dan sementara tidak diusahakan seluas 509 Ha. Lahan yang

belum dimanfaatkan baik lahan sawah maupun bukan lahan sawah dikarenakan

(49)

yang tidak menentu, keterbatasan permodalan petani dan kendala teknis lainnya.

Selanjutnya, jenis tanah dominan di Kabupaten Aceh Utara adalah Inceptisols dan

Ultisols (Podsolik Merah Kuning), selebihnya terdiri atas jenis tanah Entisol dan

Alfisols. Sebagian besar dari jenis tanah tersebut merupakan lahan kering yang

mempunyai banyak kendala untuk pengembangan pertanian, karena tingkat

kesuburannya rendah, bereaksi masam, umumnya berlereng dan kondusif

terhadap erosi. Sementara itu, kedalaman efektif tanah di kabupaten ini adalah :

(i) 69,73 persen dari luas wilayahnya memiliki kedalaman efektif diatas 90

centimeter; (ii) 10,65 persen dengan kedalaman efektif 60-90 centimeter; dan (iii)

19,62 perrsen dengan kedalaman efektif 30-60 centimeter. Kedalaman efektif

tanah tersebut akan mempengaruhi jenis tanaman yang diusahakan, terutama

dilihat dari kedalamanperakaran tanaman yang bersangkutan (perakaran dangkal

atau dalam) (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011)

4. 1.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara berdasarkan hasil Sensus

Penduduk 2010 pada bulan Mei sebanyak 529.751 jiwa yang terdiri dari 262.351

jiwa laki-laki dan 267.400 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di

kecamatan Lhoksukon sebesar 43.998 jiwa yang merupakan ibukota dari

Kabupaten Aceh Utara.Terbanyak kedua terdapat di kecamatan Dewantara

sebesar 43.442 jiwa. Untuk kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya

adalah kecamatan Geurudong Pase sebanyak 4.448 jiwa. Wilayah Kabupaten

Aceh Utara yang memiliki luas wilayah 3295,86 km2 memiliki tingkat kepadatan

(50)

Kabupaten Aceh Utara. Namun penyebarannya tidaklah merata. Hal ini dapat

dilihat bahwa tingkat kepadatan penduduk di kecamatan Dewantara yang

memiliki luas wilayah 39,47 km2 sangat tinggi yakni sekitar 10.325 jiwa. Ini

disebabkan karena banyaknya pendatang yang berdomisili di wilayah tersebut.

Berbeda dengan kecamatan Geurudong Pase memiliki penduduk sangat jarang

yakni rata-rata per kilometernya sekitar 16 jiwa dengan luas wilayah 271,45 km2.

Berikut data jumlah penduduk, rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata-rata

penduduk per rumah tangga menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.

Tabel 8. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan

(51)

No

Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Utara Tahun 2011.

4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara

Berdasarkan data hasil survey diketahui bahwa umumnya petani di lokasi

penelitian menanam tanaman padi di lahan sawah milik sendiri dan hanya 14

orang dari 90 sampel yang mengusahakan lahan orang lain dengan sistem sewa

atau bagi hasil. Besarnya sewa/ bagi hasil yang harus dibayar penggarap

bervariasi di antara daerah penelitian. Sampel di Kecamatan Sawang hanya satu

orang sebagai petani penggarap dengan dengan sistem pembagian hasil 50:50,

yaitu 50% dari hasil yang diperoleh diserahkan untuk pemilik lahan sawah. Di

(52)

dengan sistem sewa lahan sebesar 200-250 kg gabah untuk setiap 1600 m2.

Sedangkan di Kecamatan Tanah Pasir, terdapat 4 orang petani penggarap dengan

sistem sewa sebesar 72-200kg per 1600m2 dan ada juga yang menyewakan 45 kg

per 170 kg gabah. Perbedaan ini terjadi kerena perbedaan kualitas lahan yang

dilihat dari perolehan produksi padi pada setiap musim tanam dan juga

ketersediaan irigasi.

Rata-rata total luas lahan yang diusahakan petani sampel adalah 0.29 Ha,

dengan luas lahan minimal 0.06 Ha dan luas lahan maksimal 1.3 Ha. Budidaya

tanaman padi sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani di daerah

penelitian. Untuk sekali musim tanam yang dimulai dari pembenihan sampai

panen membutuhkan waktu 100 hari. Hal yang pertama dilakukan adalah

penyiapan lahan yang terdiri dari pembajakan, pembuatan pematang, dan

persiapan tempat persemaian. Benih yang akan digunakan terlebih dahulu

dikecambahkan selama 5 hari (2 hari direndam dalam air dan 3 hari dibiarkan

ditempat yang lembab dan disiram) kemudian ditabur di tempat persemaian.

Setelah berumur 21 hari benih dicabut dan dipindahkan ke lahan sawah yang

sudah dibersihkan. Dinas Pertanian menganjurkan jarak tanam untuk tanaman

padi adalah 25x25 cm. Namun kebanyakan petani tidak dapat memastikan berapa

jarak tanam yang mereka gunakan, mereka hanya mereka-reka tanpa

menggunakan patokan khusus seperti jajar tandur. Sehingga ada sebagian petani

yang menanam terlalu rapat dan ada juga yang menggunakan jarak tanam yang

(53)

95%) petani di daerah penelitian tidak pernah mengikuti pelatihan/ bimbingan dari

lembaga penyuluhan.

Penyiangan dilakukan sekali selama musim tanam yaitu pada saat tanaman

berumur 15 hari setelah tanam. Biasanya sekali musim tanam dilakukan dua kali

penyiangan tetapi selama padi diserang keong mas yang juga memakan rumput

maka penyiangan cukup dilakukan sekali saja. Namun demikian, ada sebagian

dari petani sampel khususnya di Kecamatan Tanah Pasir tidak melakukan

penyiangan/ pemberantasan gulma sama sekali. Pemupukan yang dilakukan oleh

petani sampel terdiri dari urea, SP-36, KCL, dan NPK. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua petani menggunakan pupuk Urea walaupun dengan

dosis yang bervariasi sesuai kemampuan ekonomi. Pupuk SP-36, dan KCL

digunakan oleh sebagian besar petani sampel di semua lokasi penelitian, kecuali

desa Me Merbo Kecamatan Tanah Pasir yang sama sekali tidak menggunakan

KCL. Sementara pupuk NPK hanya digunakan oleh sebagian kecil sampel yang

ada di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir. Pupuk yang digunakan oleh

petani sampel berbeda dengan yang dianjurkan oleh dinas pertanian Kabupaten

Aceh Utara, baik dosis maupun waktunya. Umumnya petani sampel memberikan

pupuk dua kali dengan cara dicampur semua jenis dan ditaburkan setelah padi

ditanam. Sedangkan tentang jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan yang

dianjurkan berdasarkan spesifik lokasi dapat dilihat pada Tabel 9.

(54)

No Kecamatan Pupuk (Kg /Ha) Waktu Pemupukan Urea SP-36 KCl

1 Sawang 250 50 100 Urea: 50% satu hari sebelum tanam dan 50% 21 hari setelah tanam

Sp-36: Satu hari sebelum tanam KCl: Satu hari sebelum tanam 2 Meurah

Mulia

200 100 50

3 Tanah Pasir 200 <75 50

Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011

Untuk perawatan tanaman padi petani menggunakan berbagai jenis

pestisida yang disemprotkan pada tanaman yang terserang hama. Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara menganjurkan penggunaan pestisida

sebanyak 2 liter untuk setiap hektar tanaman padi. Namun, hasil survey

menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel tidak mengetahui takaran dan

jenis pestisida yang digunakan karena biasanya pemberantasan hama ditangani

oleh tenaga kerja upahan dengan biaya per tangki Rp. 15.000-Rp.20.000 termasuk

ke dalamnya biaya obat-obatan. Hasil survey di lapangan diketahui bahwa pada

musim tanam tahun 2011, tanaman padi di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah

Pasir banyak terserang hama wereng, tikus dan penyakit tugro.

Usahatani padi sawah di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja dari

dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari orang tua dan

anak-anak yang umumnya ikut membantu kegiatan usahatani. Sedangkan tenaga

kerja luar keluarga adalah tenaga kerja pria dan wanita yang di bayar dengan upah

sebesar 50.000/ HOK.

Setelah berumur seratus hari tanaman sudah menguning dan siap untuk

dipanen. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang tanaman menggunakan

sabit. Satu hari setelah pemotongan tanaman padi dikumpulkan dan bijinya

(55)

kering dan bisa langsung dijual atau disimpan. Ada juga sebagian petani yang

langsung menjual gabahnya tanpa dijemur terlebih dahulu dengan harga yang

relatif lebih murah dibandingkan dengan gabah yang sudah dijemur. Berdasarkan

data yang diperoleh dari lapangan diketahui bahwa sebagian besar petani sampel

menjual hasil panennya sekitar 30-50 % untuk menutupi hutang usahatani dan

kebutuhan rumah tangga sedangkan sisanya disimpan untuk kebutuhan

sehari-hari.

4.3. Karakteritik Responden

Diskripsi petani sampel dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan,

jumlah anak, dan pengalaman berusahatani padi sawah. Berikut data tentang

karakteristik responden.

Tabel 10. Karakteritik Responden

Uraian Satuan Range Rata-rata

Terendah Tertinggi

Umur Tahun 25 83 48,02

Pendidikan Tahun 3 17 7.78

Jumlah anak Orang 1 12 4,02

Pengalaman Tahun 2 60 26,73

Sumber : Data primer (diolah), 2012.

Umur seseorang berpengaruh terhadap keputusan dan kemampuan aktifitas

fisiknya. Umur berkaitan jelas dengan kinerja dan produktifitasnya. Semakin

bertambah usia seseorang maka kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan

cenderung menurun. Rata-rata umur sampel adalah 48,02 tahun, menunjukkan

bahwa sampel tergolong usia produktif. Simanjuntak (1985) mengelompokkan

usia produktif adalah mereka yang berada pada kelompok umur 15-55 tahun. Pada

kelompok usia produktif, kemampuan untuk melakukan usahatani diperkirakan

Gambar

Gambar 1: Bentuk Kurva Linier
Gambar 2. Kerangka Konsep PenelitianKesejahteraan
Tabel 1.  Luas Tanam, Luas Panen, dan Luas Puso Tanaman Padi berdasarkan Kabupaten di Provinsi Aceh
Tabel 2.  Pengelompokan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan Tingkat Produktivitas Padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebugaran adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luang.

Pembimbingan skripsi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dosen pembimbing dari suatu lembaga Perguruan Tinggi / Program Studi berupa monitoring dan evaluasi terbimbing

Masih terkait dengan penelitian otoritas perempuan, peneliti juga menggunakan penelitian yang diselenggarakan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat PPIM IAIN Syarif Hidayatullah

Berpengaruhnya pengungkapan CSR ini disebabkan pemenuhan kewajiban CSR dilakukan untuk menutupi citra perusahaan melakukan agresivitas pajak agar semata- mata

Untuk tujuan itu dalam penelitian ini dilakukan upaya untuk mengetahui pengaruh besarnya kadar impuritas yang larut bersama minyak jahe dan pengaruhnya terhadap putaran optik

Kaitannya dengan kepemimpinan Kepala Desa di Minahsa yang dikenal dengan istilah Hukum Tua, menunjukkan bahwa kepala desa di Minahasa selain sebagai pemimpin

menunjukkan jika plat resin akrilik yang direparasi dengan penambahan E- JODVV ¿EHU dengan volumetrik 7,4% menghasilkan kekuatan transversal tertinggi dibandingkan

nilai water uptake yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan membran dalam proses transfer proton sehingga meningkat juga nilai konduktivitas proton yang