• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- TITANIUM DIOKSIDA UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL AHMAD HAWARI ASSUFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI- TITANIUM DIOKSIDA UNTUK APLIKASI DIRECT METHANOL FUEL CELL AHMAD HAWARI ASSUFI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI-

TITANIUM DIOKSIDA UNTUK APLIKASI DIRECT

METHANOL FUEL CELL

AHMAD HAWARI ASSUFI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Membran Komposit Polisulfon Tersulfonasi-Titanium Dioksida untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel

Cell adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Ahmad Hawari Assufi

(4)
(5)

ABSTRAK

AHMAD HAWARI ASSUFI. Membran Komposit Polisulfon Tersulfonasi– Titanium Dioksida untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel Cell. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan ARMI WULANAWATI.

Penelitian ini menyintesis dan mencirikan membran polisulfon

tersulfonasi-titanium dioksida (sPSf-TiO2). Sulfonasi dilakukan pada suhu 40 °C selama 60

menit menggunakan oleum sebagai agen sulfonasi dan TiO2 ditambahkan untuk

meningkatkan kinerja membran. Derajat sulfonasi sebesar 47.5% dan morfologi

membran menunjukkan bahwa tambahan TiO2 membuat membran lebih rapat

dibandingkan tanpa tambahan TiO2. Membran yang dicirikan dengan

spektrofotometer inframerah transformasi fourier menunjukkan puncak gugus

sulfonat tertrisubtitusi 1,2,4- pada 1724 cm-1. Membran komposit diperoleh

dengan menambahkan polisulfon tersulfonasi dengan TiO2 dengan ragam

konsentrasi 3% dan 5%. Nilai konduktivitas dan beda potensial tertinggi

dihasilkan pada membran sPSf-TiO2 5% dengan nilai berturut turut 1.07 × 10-3

S/cm dan 422 mV. Berdasarkan ciri tersebut, membran komposit sPSf-TiO2 dapat

diaplikasikan untuk direct methanol fuel cell.

Kata kunci: membran komposit, polisulfon tersulfonasi, sel bahan bakar, titanium dioksida

ABSTRACT

AHMAD HAWARI ASSUFI. Composite of Sulfonated Polysulfone–Titanium Dioxide Membrane for Application on Direct Methanol Fuel Cell. Supervised by SRI MULIJANI and ARMI WULANAWATI.

This experiment is to synthesize and to characterize sulfonated

polysulfone-titanium dioxide composite membranes (sPSf-TiO2). The sulfonation was done in

40 °C for 60 minutes using oleum as the sulfonation agent and TiO2 was added to

improve membrane performances. The degree of sulfonation through sulfonation process was 47.5% and the morphology of the membrane showed that the addition

of TiO2 made the membrane denser than that without TiO2. The infared spectra

showed there was 1,2,4- trisubstituted sulfonate group at 1724 cm-1. The

composite membrane was produced by adding sulfonated polysulfone and TiO2

with concentration of 3% and 5%. The composite membrane sPSf-TiO2 5% gave

the highest proton conductivity and voltage as of 1.07 × 10-3 S/cm and 422 mV,

respectively. Based on the result, the composite membrane sPSf-TiO2 can be

applied for direct methanol fuel cell system.

Keywords: composite membrane, sulfonated polysulfone, fuel cell, titanium dioxide

(6)
(7)

MEMBRAN KOMPOSIT POLISULFON TERSULFONASI-

TITANIUM DIOKSIDA UNTUK APLIKASI DIRECT

METHANOL FUEL CELL

AHMAD HAWARI ASSUFI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Membran Komposit Polisulfon Tersulfonasi-Titanium Dioksida untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel Cell

Nama : Ahmad Hawari Assufi

NIM : G44100069

Disetujui oleh

Dr Sri Mulijani, MS Armi Wulanawati, MSi

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Membran Komposit Polisulfon Tersulfonasi-Titanium dioksida untuk Aplikasi Direct Methanol Fuel Cell” berhasil diselesaikan. Karya tulis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor pada bulan Januari hingga Juni 2014.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik khususnya kepada Ibu Dr Sri Mulijani, MS selaku pembimbing utama, Ibu Armi Wulanawati, MSi selaku pembimbing kedua atas bimbingan, arahan, dan ilmu yang telah diberikan. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu, Ayah, Kakak-kakak atas dukungan dan doanya, kepada Bapak Dr Jajang Juansah, Bapak Yani, Ibu Ai, Bapak Ismail, Bapak Didi, Ibu Aah, dan Umi atas bantuan serta masukkan selama penelitian berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan kerja, yaitu Vallian Ghali, Ginna Ramadhini Putri, Dita Iryani, Eva NS, dan Suci Rahmadani untuk kebersamaan, dukungan, dan semangat yang diberikan. Selain itu, terima kasih kepada Amima Aqmarina, Nanda Andrian, Aji Kusomo Wibowo, dan Bachtiar Mustakim yang senantiasa memberikan masukan, dorongan, dan semangat kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, November 2014

(12)
(13)

1

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 2

Bahan dan Alat 2

Metode 2

Sintesis Polisulfon Tersulfonasi (sPSf) 2

Penentuan Derajat Sulfonasi 2

Preparasi Membran Polisulfon Tersulfonasi-Titanium Dioksida 3

Penentuan Densitas 3

Pengujian Water Uptake 3

Karakterisasi Membran 4

Pengukuran Konduktivitas Proton Membran 4

Pengukuran Permeabilitas Metanol 5

Uji Aplikasi Sistem DMFC 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Polisulfon Tersulfonasi (sPSf) 6

Membran Komposit Polisulfon Tersulfonasi-Titanium dioksida 8

Water Uptake dan Permeabilitas Metanol 8

Densitas Membran 10

Konduktivitas Proton Membran 10

FTIR Error! Bookmark not defined.

Morfologi Membran 13

Aplikasi Sistem DMFC 14

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

(14)

DAFTAR GAMBAR

1 Perubahan warna sebelum dan sesudah sulfonasi 6

2 Reaksi polisulfon tersulfonasi 7

3 Proses transfer proton pada membran polisulfon tersulfonasi- TiO2 8

4 Nilai water uptake membran 9

5 Densitas jenis membran 10

6 Konduktivitas proton membran dengan elektrode nonaktivasi dan

aktivasi 11

7 Konduktivitas proton membran aktivasi 12

8 Spektrum inframerah PSf 13

9 Morfologi membran 14

10 Bejana pada sistem DMFC 15

11 Beda potensial membran aktivasi 16

12 Nilai arus yang dihasilkan membran 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 19

2 Penentuan derajat sulfonasi (DS) 20

3 Data penentuan water uptake 20

4 Data penentuan densitas 22

5 Data hasil FTIR 22

6 Data penentuan konduktivitas proton elektrode karbon-karbon 23

7 Data persentase peningkatan konduktivitas proton 24

8 Beda potensial yang dihasilkan pada setiap membran 24

(15)

1

PENDAHULUAN

Sel bahan bakar adalah suatu sistem elektrokimia yang mengubah energi kimia dari hidrogen dan oksigen langsung menjadi energi listrik (Hasan 2007)

tanpa menghasilkan emisi gas CO2 dan CO seperti bahan bakar fosil dan dapat

diperbaharui. Prinsip sel bahan bakar adalah menggunakan pembakaran listrik-kimiawi, sel akan memproduksi energi listrik arus searah (Suhada 2001). Sel bahan bakar terdiri dari anode dan katode dan dipisahkan oleh membran elektrolit yang hanya dapat menghantarkan ion saja sedangkan elektron tidak dapat melewati membran elektrolit. Saat ini banyak penelitian mengenai Direct

Methanol Fuel Cell (DMFC) sebagai bagian dari Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC), yang memanfaatkan membran sebagai elektrolit. DMFC

dengan metanol sebagai elektrolit biasanya beroperasi pada suhu kamar dengan kerapatan daya yang cukup tinggi (Irwan 2009). Sifat-sifat tersebut mempunyai peluang aplikasi dibidang transportasi, pembangkit listirk, dan perangkat elektronik portabel.

Membran yang sering digunakan sebagai elektrolit adalah membran nafion yang terbuat dari fluoro polimer dengan menambahkan rantai cabang gugus sulfonat (Liu et al 2010). Kelebihan membran ini adalah memiliki konduktivitas proton yang tinggi sebesar 0.086 S/cm pada suhu 30-32 °C (Smitha et al. 2005), gugus sulfonat yang dimiliki mampu menghantarkan proton, ketahanan mekanik yang baik, dan stabilitas kimia yang baik (Devrim et al 2009). Kekurangan dari membran ini adalah memiliki permeabilitas metanol yang tinggi, mahal, dan penurunan kinerja membran di atas suhu 80 °C karena adanya methanol

cross-over pada katode sebesar 4.9 × 10-6 cm2/s (Handayani et al. 2007)

Hal tersebut dapat diatasi dengan mengganti nafion dengan suatu poliaromatik seperti polibenzimidazol, polieter sulfon, polisulfon, polieter keton (Handayani et al. 2007). Salah satu poliaromatik yang sedang dikembangkan adalah polisulfon, yang mengandung gugus benzena, sehingga memungkinkan adanya penambahan gugus pada rantai polimer. Polisulfon adalah bahan polimer yang tahan terhadap panas, stabil antara pH 1.5-13, mempunyai kekuatan tarik yang baik, tidak larut atau rusak oleh asam encer atau alkali (Juniarzadinata 2011). Polisulfon adalah suatu produk polimer bersifat hidrofobik. Salah satu proses modifikasi yang sering dilakukan adalah sulfonasi yaitu penambahan

gugus sulfonat ( -SO3H) pada rantai polimer (Pramono et al. 2012).

Pada penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa sulfonasi dapat menurunkan sifat ketahanan termal pada polistirena dan pada polisulfon tersulfonasi (Pramono et al. 2012). Hal tersebut dapat diatasi dengan menambahkan suatu komposit. Marita (2011) menyebutkan kelebihan menggunakan membran komposit adalah dapat memperoleh kinerja membran yang optimal sehubungan

dengan selektivitas, stabilitas kimia dan termal, dan laju permeasi. TiO2

merupakan bahan yang dapat dijadikan sebagai komposit. Menurut Luntraru et al.

(2013), TiO2 merupakan material anorganik yang dapat digunakan sebagai

fotokatalisator, pigmen dan membran komposit. Kombinasi TiO2 dengan ion ferri,

fero dan besi akan meningkatkan aktivitas fotokatalitik, sedangkan menurut

Mingliang et al. (2011) TiO2 memiliki stabilitas dan hidrofilisitas yang tinggi.

(16)

terhadap suhu tetapi dengan konsentrasi yang tinggi dapat menurunkan kelarutan dari komposit dan mengakibatkan membran rapuh.

Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini dilakukan sintesis dan

karakterisasi membran polisulfon tersulfonasi TiO2 untuk aplikasi Direct

Methanol Fuel Cell pada suhu sulfonasi sebesar 40 °C serta mempelajari

pengaruh penambahan konsentrasi komposit TiO2 terhadap kinerja membran.

Membran polisulfon yang dihasilkan diharapkan memiliki sifat fisik yang kuat, biodegradabel, memiliki konduktivitas yang tinggi, ketahanan termal yang baik serta dapat menjadi sumber energi listrik yang ramah lingkungan, dapat diperbaharui, dan dapat mengurangi dampak negatif limbah di lingkungan.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah polisulfon (Sigma-Aldrich), titanium

dioksida (TiO2), asam sulfat berasap yang mengandung 65% SO3 (oleum),

kloroform, gas nitrogen, kloroform teknis, diklorometana, metanol, NaOH, HCl,

larutan K3Fe(CN)6, larutan Na2HPO4, fenolftalein, dan air deionisasi. Alat-alat

yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas, oven, labu leher tiga, piknometer, neraca analitik, SEM JEOL JSM 836 OLA, FTIR BRUCKER TENSOR 27, impedance analyzer, dan alat DMFC.

Metode

Sintesis Polisulfon Tersulfonasi (sPSf) (Xing et al. 2004)

Polisulfon (PSf) sebanyak 10 g dilarutkan ke dalam kloroform sehingga diperoleh larutan PSf dengan konsentrasi 10% (b/v), selanjutnya oleum sebanyak 20 mL diteteskan secara bertahap dalam corong pisah yang dihubungkan dengan

labu leher tiga dengan dialiri gas nitrogen, gas SO3 dari oleum didorong oleh gas

nitrogen menuju larutan PSf, selanjutnya larutan tersebut dipanaskan pada suhu

40 °C lalu diaduk menggunakan pengaduk mekanik. Sintesis sPsf dilakukan

selama 60 menit di ruang asam.

Penentuan Derajat Sulfonasi (Martins et al. 2007)

Keberhasilan proses sulfonasi dari polisulfon dapat ditentukan dengan cara titrasi. Polisulfon tersulfonasi ditimbang sebanyak 0.1 g kemudian direndam selama 3 hari dalam 10 mL NaOH 1 N. Sisa NaOH kemudian dititrasi dengan HCl 1 N dengan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes untuk melihat titik akhir titrasi. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi tidak berwarna. Derajat sulfonasi diperoleh melalui persamaan 1:

(17)

3

DS = × 100% (1)

Keterangan:

Vawal = Volume HCl blangko (mL)

Vakhir = Volume HCl sampel (mL)

N = Normalitas HCl (N) BE = Bobot ekuivalen (g/ek)

Preparasi Membran Polisulfon Tersulfonasi-Titanium Dioksida(sPSf-TiO2) (Devrim et al. 2009)

Titanium dioksida masing-masing sebanyak 3% dan 5% dari bobot polisulfon ditambahkan ke dalam polisufon tersulfonasi (sPSf) yang telah kering dengan dilarutkan dalam diklorometana. Selanjutnya, campuran diaduk hingga

homogen, kemudian didiamkan sampai tidak ada gelembung. Larutan sPSf-TiO2

dituangkan ke dalam pelat kaca yang telah dilapisi selotip pada bagian tepi (1 lapis) dan membran siap dicetak.

Penentuan Densitas

Membran sPSf-TiO2 yang telah dicetak dipotong dengan ukuran yang

seragam, kemudian dimasukkan ke dalam piknometer yang telah diketahui bobot

kosongnya (w0). Bobot piknometer dan sampel ditimbang dan dicatat (w1).

Kemudian piknometer yang berisi potongan sampel ditambahkan akuades hingga

tidak terdapat gelembung udara dan ditimbang bobotnya (w2). Bobot piknometer

berisi air juga ditimbang dan bobotnya dicatat (w3). Bobot jenis sampel dihitung

menggunakan persamaan 2:

d = (2)

Keterangan:

d : bobot jenis sampel (g/mL)

dl: bobot jenis air (g/mL)

da : bobot jenis udara (g/mL)

Pengujian Water Uptake (Devrim et al. 2009)

Membran sPSf-TiO2 berukuran 1 × 1 cm2 dikeringkan dalam oven pada

suhu 120 °C selama 24 jam lalu ditimbang sebagai wkering. Setelah kering,

membran direndam dalam air deionisasi pada suhu ruang selama 24 jam. Selanjutnya, membran dikeluarkan dan dibersihkan dengan tisu lalu ditimbang

sebagai wbasah. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui selisih bobot membran

(18)

Water uptake (%) =

(3)

Karakterisasi Membran Gugus Fungsi

Membran diuji menggunakan spektrofotometer FTIR, dengan resolusi 4 dan

payar 32. Pengujian dengan FTIR dilakukan untuk sampel PSf, sPSf, sPSf-TiO2

5% dalam bentuk lapis tipis, dan titanium dioksida dalam bentuk serbuk.

Morfologi

Pengukuran morfologi membran yang terbentuk diuji menggunakan SEM berdasarkan penampang lintang dan bagian muka membran. Membran PSf, sPSf,

dan sPSf-TiO2 dibekukan dengan nitrogen cair selama 10 menit kemudian

dipatahkan dan ditempelkan pada cell holder. Membran dilapisi dengan emas lalu dimasukkan ke dalam chamber, dan dipotret permukaan dan penampang lintang membran.

Pengukuran Konduktivitas Proton Membran

Pengukuran konduktivitas dilakukan menggunakan alat LCR meter (Laboratorium Biofisika Membran, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB). Membran dipotong sesuai ukuran elektrode.

Membran diaktivasi dengan merendam setiap membran dalam H2O2 selama 1 jam

lalu direndam kembali dalam H2SO4 selama 1 jam, setelah itu membran dibilas

dengan air deionisasi. Elektrode yang digunakan ialah karbon dan logam (tembaga-besi). Elektrode juga diaktivasi dengan cara merendam ke dalam larutan HCl 1 N selama 1 hari, kemudian dengan NaOH 1 N selama 1 hari, setelah itu elektrode aktif dicuci dengan air deionisasi dan direndam hingga akan digunakan (Wisojodharmo dan Dewi 2008).

Membran yang telah diaktivasi maupun tidak diaktivasi diukur pula luasnya sesuai ukuran elektrode (A) dan ketebalannya menggunakan mikrometer digital karena tebal membran sebanding dengan jarak antara kedua elektrode karbon (l). Nilai konduktans diukur dengan cara membran-membran tersebut diapit di antara dua elektrode, kemudian kedua elektrode tersebut dihubungkan dengan kutub positif dan negatif pada alat, sehingga muncul nilai konduktansi membrannya.

(19)

5 Nilai konduktansi (G) yang diperoleh, dikonversi menjadi nilai konduktivitas per satuan jarak yang disebut dengan nilai konduktivitas proton (σ) melalui persamaan 4:

σ = G (4)

Keterangan :

σ : konduktivitas proton (S/cm)

A : luas permukaan (cm2)

l : jarak antar kedua elektrode (cm) G : nilai konduktansi (S)

Pengukuran Permeabilitas Metanol (Shin et al. 2005)

Permeabilitas metanol diuji secara kualitatif untuk mengetahui metanol yang terdifusi melalui membran. Sebuah bejana yang terdiri atas 2 kompartemen disiapkan untuk mengapit membran. Kompartemen A diisi dengan 160 mL metanol 0.3 M. Sistem dibiarkan selama 30 menit untuk melihat metanol yang terdifusi melalui membran yang masuk ke kompartemen B.

Uji Aplikasi Sistem DMFC

Konduktivitas dalam sistem sel bahan bakar diukur menggunakan 2 sistem bejana, yaitu sistem anode dan katode. Bejana pertama sebagai sistem anode diisi dengan 160 mL larutan metanol 0.3 M, sedangkan bejana kedua sebagai sistem

katode diisi dengan 80 mL larutan K3Fe(CN)61 mM dan 80 mL larutan Na2HPO4.

Membran direkatkan pada bagian tengah kedua bejana tersebut. Elektrode dimasukkan ke dalam kedua larutan, kemudian dihubungkan dengan kutub positif dan negatif. Beda potensial diukur dengan voltmeter.

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Polisulfon Tersulfonasi (sPSf)

Polisulfon tersulfonasi dapat diperoleh melalui reaksi polisulfon dengan agen sulfonasi seperti oleum. Sifat polisulfon yang hidrofobik menyebabkan berkurangnya kemampuan dalam proses transfer proton. Sifat hidrofobik dapat diubah menjadi hidrofilik dengan sulfonasi, yaitu proses memasukkan gugus sulfonat dalam kerangka polisulfon, sehingga menghasilkan suatu membran bermuatan positif yang berperan dalam meningkatkan sifat hidrofilisitas dan konduktivitasnya (Piluharto et al. 2012). Proses sintesis polisulfon tersulfonasi menggunakan kloroform sebagai pelarut dari polisulfon dengan prinsip like

dissolve like dan pelarut yang digunakan tidak boleh bereaksi dengan oleum dan

polisulfon tersebut. Polisulfon tersulfonasi disintesis dengan bantuan gas nitrogen

yang berfungsi sebagai pendorong SO3H menuju ke larutan polisulfon. Sintesis ini

dilakukan pada suhu 40 °C selama 60 menit dalam ruang asam. Perubahan warna yang terjadi sebelum dan sesudah sulfonasi yaitu dari tidak berwarna (Gambar 1a) menjadi kuning kecoklatan (Gambar 1b)

(a) (b)

(a) (b)

Gambar 1 Perubahan warna sebelum (a) dan sesudah (b) proses sulfonasi Agen sulfonasi yang dapat digunakan dalam sulfonasi antara lain asam sulfat (Dewi dan Handayani 2007), trimetil silil ester (Lufrano 2008), asam klorosulfonat (Devrim et al. 2009), dan oleum. Penelitian ini menggunakan oleum atau asam sulfat berasap sebagai agen sulfonasi. Pemilihan oleum ini didasarkan karena sulfonasi yang terjadi lebih cepat, lebih efesien, dan pereaksi yang digunakan sedikit. Adanya gugus sulfonat yang masuk ke larutan polisulfon

menyebabkan membran bersifat hidrofilik dan berhubungan dengan

kemampuannya transfer proton dan nilai konduktivitas proton yang dihasilkan. Derajat sulfonasi (DS) merupakan suatu indikator keberhasilan dari sulfonasi. Sulfonasi dilakukan pada suhu 40 °C selama 60 menit. Nilai derajat sulfonasi menyatakan banyaknya gugus sulfonat yang masuk ke dalam rantai polisulfon. Semakin besar nilai DS maka gugus sulfonat yang masuk ke dalam polisulfon semakin banyak. Peningkatan nilai ini dapat meningkatkan sifat hidrofilisitas dari membran dan memengaruhi dalam perpindahan proton. Nilai DS yang diperoleh sebesar 47.52% (Lampiran 2).

(21)

7 Hasil penelitian Handayani dan Dewi (2007) pada membran elektrolit polieter eter keton tersulfonasi pada suhu sulfonasi 45 °C dan 60 °C diperoleh nilai DS berturut - turut sebesar 47% dan 68%. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi pada proses sulfonasi (Gambar 2):

(22)

Membran Komposit Polisulfon Tersulfonasi-Titanium Dioksida

Membran komposit adalah membran yang terdiri dari dua lapisan, lapis aktif yang rapat dari material yang berbeda dan lapis pendukung yang berpori. Menurut Marita (2011) membran komposit dapat meningkatkan kinerja membran sehubungan dengan stabilitas kimia, selektivitas, dan laju permeasi. Membran ini dibuat dengan teknik inversi fase yaitu pembuatan membran fase cair menjadi fase padat. Membran komposit dibuat dengan mencampurkan polisulfon tersulfonasi

(sPSf) dengan komposit yaitu TiO2 dengan berbagai konsentrasi (3% dan 5%) dan

melarutkannya dengan diklorometana. Larutan membran yang sudah homogen lalu dicetak di atas pelat kaca dan dibiarkan menguap.

Penambahan TiO2 menyebabkan membran lebih hidrofilik karena sifat TiO2

yang memiliki hidrofilitas yang baik, selain itu fungsi TiO2 yaitu sebagai pengisi.

Adanya komposit tersebut membuat konduktivitas proton semakin tinggi, proses transfer proton dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Proses transfer proton pada membran polisulfon tersulfonasi- TiO2

Water Uptake dan Permeabilitas Metanol

Water uptake adalah kemampuan membran dalam menyerap air yang

berguna sebagai media perpindahan proton yang berkaitan dengan konduktivitas proton. Nilai water uptake menyatakan banyaknya air yang terserap ke dalam membran. Perhitungan nilai water uptake dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pengujian water uptake dilakukan pada membran PSf, sPSf, sPSf-TiO2 3%, dan

(23)

9

Gambar 4 Nilai water uptake membran

Berdasarkan hasil percobaan nilai water uptake pada polisulfon tersulfonasi lebih besar daripada membran polisulfon tanpa sulfonasi. Hal ini diakibatkan oleh sulfonasi, dapat menyebabkan membran bersifat hidroflik sehingga membran lebih baik menyerap air dan meningkatkan nilai water uptake hingga 2x lebih besar dibanding tanpa sulfonasi.

Penambahan komposit juga dapat meningkatkan nilai water uptake. Shin

et al. (2004) telah melakukan penelitian pada polistirena dan politetrafloroetilena

tersulfonasi menyatakan membran komposit memiliki nilai water uptake yang lebih tinggi dibanding dengan membran tanpa komposit. Mingliang et al. (2011)

menyatakan bahwa TiO2 memiliki stabilitas dan hidrofilisitas yang tinggi

sehingga penambahan komposit TiO2 meningkatkan nilai water uptake.

Penambahan komposit dengan konsentrasi masing-masing 3% dan 5% dapat meningkatkan nilai water uptake berturut – turut sebesar 1.2× dan 3× dibanding dengan polisullfon tersulfonasi tanpa komposit. Nilai ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi komposit yang ditambahkan maka semakin tinggi nilai water

uptake yang dihasilkan. Hal ini berhubungan dengan perpindahan proton karena

nilai water uptake yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan membran dalam proses transfer proton sehingga meningkat juga nilai konduktivitas proton yang dihasilkan. Namun, water uptake yang terlalu tinggi dapat menyebabkan air yang terkandung dapat berikatan dengan metanol sehingga menyebabkan methanol

cross-over. Dewi dan Handayani (2009) menyatakan methanol cross-over dapat

menyebabkan hilangnya sebagian bahan bakar yang digunakan dan menyebabkan laju reaksi di katode semakin lambat yang menurunkan kinerja voltase sel secara keseluruhan. Uji kualitatif permeabilitas metanol menunjukkan bahwa tidak adanya metanol yang melewati membran. Hal ini terlihat dari keringnya bagian sisi permukaan membran setelah dilewati membran, sehingga membran tersebut baik digunakan untuk aplikasi DMFC.

(24)

Densitas Membran

Penentuan densitas dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan komposit dan sulfonasi terhadap kerapatan dan keteraturan membran. Data yang diperoleh (Gambar 5) menunjukkan proses sulfonasi dapat menaikkan nilai densitas, karena adanya gugus sulfonat dapat mengisi rongga pada membran. Penambahan gugus sulfonat dapat membuat struktur membran menjadi lebih rapat dan teratur, sehingga dapat menigkatkan nilai densitas sebesar 2.21% dibanding tanpa sulfonasi. Penambahan komposit juga memengaruhi nilai dari densitas.

Peningkatan nilai densitas seiring dengan kenaikkan konsentrasi komposit. TiO2

bersifat sebagai pengisi pada membran polisulfon tersulfonasi-titanium dioksida sehingga dapat mengisi rongga pada membran dan keteraturan dan kerapatan

membran dapat meningkat (Pramono et al. 2012). Penambahan komposit TiO2

dengan konsentrasi masing-masing 3% dan 5% juga meningkatkan nilai densitas berturut - tuut sebesar 0.68% dan 1.14%. Berikut nilai densitas yang diperoleh (Gambar 5) dan perhitungan lengkap densitas membran dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 5 Densitas jenis membran

Konduktivitas Proton Membran

Membran polimer elektrolit yang baik digunakan untuk aplikasi DMFC seharusnya memiliki permeabilitas metanol yang rendah dan memiliki konduktivitas proton yang tinggi (Shin et al. 2004). Penentuan konduktivitas proton menggunakan alat impedance analyzer LCR-meter dengan elektrode

karbon dan logam. Penentuan dilakukan pada membran PSf, sPSf, sPSf-TiO2 3%,

dan sPSf-TiO2 5% dengan membandingkan antara membran aktivasi dan

nonaktivasi (Lampiran 6). Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 6a dan 6b.

(25)

11

(a)

(b)

Gambar 6 Konduktivitas proton membran nonaktivasi (a) dan aktivasi (b) Gambar (6a dan 6b) menunjukkan membran yang diaktivasi memiliki nilai konduktivitas proton yang lebih besar dibandingkan membran nonaktivasi baik elektode karbon maupun logam. Hal ini disebabkan oksidator kuat yang

digunakan pada proses aktivasi yaitu H2O2 dan H2SO4 dapat mengaktifkan

gugus-gugus penghantar proton pada membran sehingga meningkatkan nilai

konduktivitas. Selain itu, proses sulfonasi dan penambahan TiO2 dapat

meningkatkan nilai konduktivitas proton. Hal ini dikarenakan penambahan TiO2

dan adanya gugus sulfonat dapat meningkatkan sifat membran menjadi hidrofilik (Devrim et al. 2009) dan meningkatkan nilai water uptake. Nilai water uptake

sPSf - sPSf- TiO2 3% TiO2 3% sPSf - TiO2 5% sPSf- TiO2 5%

(26)

yang semakin besar menyebabkan transfer proton pada membran semakin baik dan meningkatkan nilai konduktivitas proton. Perhitungan persentase peningkatan konduktivitas tercantum pada Lampiran 7.

Selain itu, elektode logam menghasilkan nilai konduktivitas proton yang lebih tinggi dibanding dengan elektrode karbon (Gambar 7). Hal ini dikarenakan logam bersifat konduktor yang dapat menghantarkan arus listrik sedangkan

elektrode karbon bersifat inert. Hasil yang diperoleh untuk membran sPSf-TiO2

5% dengan elektrode karbon dan logam, berturut- turut sebesar 0.4857 × 10-3 dan

1.0684 × 10-3S/cm. Elektrode logam memberikan hasil 2× lebih besar daripada

elektrode karbon. Nilai tersebut masih lebih kecil dibanding konduktivitas

membran nafion yaitu sebesar 8.2 × 10-2 S/cm.

Gambar 7 Konduktivitas proton membran aktivasi

Karakterisasi Membran Gugus Fungsi

Pengujian FTIR dilakukan pada membran PSf dan sPSf untuk melihat

adanya subtitusi gugus –SO3H pada cincin aromatik polisulfon sedangkan pada

membran sPSf-TiO2 5% untuk melihat adanya pengaruh penambahan TiO2

sebagai komposit. Keberhasilan sulfonasi ditunjukkan dengan munculnya pita

serapan gugus OH bebas dari –SO3H pada bilangan gelombang 3650-3600 cm-1

yang semakin melebar (Pavia et al. 2009). Spektrum inframerah dari gugus yang ada pada membran (Lampiran 5). Perbedaan spektum PSf dan sPSf terlihat dengan munculnya pita serapan baru pada membran sPSf pada bilangan

gelombang 1724 cm-1. Menurut Pavia et al. (2009) pada bilangan gelombang

tersebut mengindikasikan adanya gugus yang tersubtitusi 1, 2, 4-. Pada gugus

tersebut diduga gugus –SO3H yang masuk pada cincin aromatik pada posisi orto

dari C-O-C dari struktur polisulfon. Tambahan TiO2 pada polisulfon tersulfonasi

tidak menunjukkan perbedaan atau munculnya serapan baru. Hal ini

mengindikasikan tidak ada pengaruh penambahan TiO2 terhadap pita serapan

Elektrode logam

(27)

13

baru, artinya tidak ada interaksi antara membran dengan TiO2, TiO2 hanya

berfungsi sebagai pengisi.

Gambar 8 Spektrum inframerah PSf ( ), sPSf ( ), dan sPSf-TiO2 5% ( )

Morfologi Membran

Morfologi permukaan membran PSf, sPSf, dan sPSf-kitosan 5% dianalisis dengan menggunakan Scanning Electron Microscope dengan perbesaran 10000 kali. Hasil analisis morfologi membran dapat dilihat pada Gambar 9. Pada permukaan atas membran PSf (9a) lebih heterogen dibanding dengan membran

PSf (9b) dan sPSf-TiO2 (9c). Menurut Devrim et al. (2009) polimer polisulfon

merupakan polimer yang amorf dengan struktur polimer yang kaku, sedangkan polisulfon tersulfonasi merupakan polimer yang kristalin. Hal ini berhubungan dengan kehomogenan membran. Kehomogenan tersebut karena pengaruh adanya gugus sulfonat sehingga struktur membran menjadi lebih rapat (9b). Penambahan

TiO2 dapat meningkatkan kehomogenan (9c) dan berfungsi sebagai pengisi.

(a) (b) (c) Bilangan gelombang

TiO2

OH Bebas

(28)

(d) (e) (f)

Gambar 9 Struktur permukaan atas membran PSf (9a), sPSf (9b), dan sPSf-TiO2

5% (9c) serta penampang lintang membran PSf (9d), sPSf (9e), dan

sPSf- TiO2 5% 98f) dengan perbesaran 10000х.

Berdasarkan hasil penampang lintang menunjukkan membran PSf (9d) lebih

berongga dibanding dengan sPSf (9e) dan sPSf-TiO2 5% (9f). Hal ini berkaitan

densitas yang dihasilkan, densitas berhubungan dengan keteraturan dan kerapatan

membran. Membran sPSf-TiO2 5% memiliki densitas lebih tinggi dibanding sPSf

dan PSf. Hal ini dikarenakan penambahan TiO2 dapat meningkatkan kerapatan

rongga pada membran (Pramono et al. 2012), rongga yang semakin rapat akan menyebabkan membran lebih rapat.

Aplikasi Sistem DMFC

Membran elektrolit yang dihasilkan diuji pada sistem DMFC, uji ini dilakukan pada sebuah bejana yang terdiri atas 2 kompartemen. Kompartemen A (anode) berisi larutan metanol yang berfungsi sebagai bahan bakar sedangkan kompartemen B (katode) berisi larutan kalium ferisianida dalam buffer fosfat (Gambar 10).

Sistem DMFC menggunakan membran penukar proton sebagai penghubung antara reaksi di katode dan anode (Marita 2011). Sistem DMFC menggunakan metanol sebagai bahan bakar. Metanol digunakan sebagai bahan bakar karena memiliki potensial reduksi yang lebih kecil dibanding dengan air yaitu 0.76 V < 0.83V sehingga metanol lebih mudah dioksidasi dibanding dengan air.

(29)

15

Gambar 10 Bejana pada sistem DMFC

Beda potensial tertinggi yang dihasilkan dalam uji aplikasi ini terdapat pada

membran sPSf-TiO2 sebesar 422 mV dengan elektrode logam. Kenaikan

konsentrasi TiO2 dapat meningkatkan nilai beda potensial, penambahan TiO2 akan

meningkatkan transfer ion atau konduktivitas membran, konduktivitas berbanding

lurus dengan beda potensial (Pramono et al. 2012). Adanya TiO2 dan gugus

sulfonat dapat mempercepat transfer proton. Peningkatan presentase konduktivitas proton dapat dilihat pada Lampiran 7.

Dalam DMFC metanol langsung diubah menjadi energi listrik melalui proses kimia dengan menggunakan membran sebagai penghalang selektif (Marita

2011). Proses oksidasi metanol menghasilkan elektron, proton, dan gas CO2. Gas

CO2 dikeluarkan dari sistem sementara proton bergerak melewati membran

menuju katode kemudian bereaksi dengan O2 dan menghasilkan air, sedangkan

tumpukan elektron di anode akan mengalir ke katode dengan menghasilkan beda

potensial (Marita 2011). Fe3+ dari larutan K3Fe(CN)6 akan tereduksi menjadi Fe2+

oleh aliran elektron dari anode tersebut dengan ditandai timbulnya warna kuning kehijauan pada larutan. Berikut reaksi yang terjadi dalam sistem.

Reaksi 1:

Anoda : CH3OH (l) + H2O (l)CO2(g)+ 6H++ 6e

-Katoda : 3/2 O2(g) + 6H++ 6e-3H2O(l)

Reaksi keseluruhan : CH3OH(l) + 3/2 O2(g) CO2(g) + 2H2O(l)

(Kundu dan Sharma 2007) Reaksi 2:

Reduksi : Fe3+ + e- Fe2+ E° = 0.77 V

Oksidasi : Fe  Fe2+ + 2e- E° = 0.44 V

Beda potensial yang dihasilkan elektorode karbon lebih rendah daripada elektrode logam (Gambar 11). Hal ini disebabkan elektrode karbon bersifat inert sehingga tidak ada reaksi baik di katode maupun anode, sedangkan elektode logam merupakan elektrode aktif yang ikut bereaksi terutama di anodenya dapat

mengalami oksidasi, sehingga Fe akan teroksidasi menjadi Fe2+. Hal ini

ditunjukkan dengan timbulnya endapan hijau kekuningan yang menempel pada elektrode besi sehingga meningkatkan nilai beda potensial.

(30)

Gambar 11 Beda potensial membran aktivasi

Arus yang dihasilkan dapat diperoleh dengan mengkonversi nilai beda potensialnya (Lampiran 9). Gambar 12 menunjukkan nilai arus yang dihasilkan pada sistem. Penambahan komposit dan gugus sulfonat dapat meningkatkan arus yang dihasilkan, hal ini dikarenakan arus berbanding lurus dengan beda potensial. Nilai arus yang dihasilkan menunjukkan banyaknya muatan listrik akibat pergerakan elektron pada sistem DMFC. Semakin banyak elektron yang bergerak maka nilai kuat arus yang dihasilkan akan semakin tinggi.

Gambar 12 Nilai arus yang dihasilkan membran Elektrode logam Elektrode karbon Elektrode karbon Elektrode logam sPSf-TiO2 3% sPSf-TiO2 5% sPSf-TiO2 3% sPSf-TiO2 5%

(31)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pembuatan membran polisulfon tersulfonasi-TiO2 telah berhasil dilakukan

pada suhu 40 °C. Hal ini dibuktikan dengan hasil substitusi sulfonat yang masuk cincin aromatik dengan nilai derajat sulfonasi sebesar 47.52%. Selain itu dari hasil FTIR juga ditunjukkan adanya puncak gugus sulfonat 1,2,4- pada serapan 1724

cm-1. Keberadaan komposit TiO2 dengan konsentrasi 5% pada membran

meningkatkan nilai konduktivitas dan beda potensial yang dihasilkan

berturut-turut, yaitu sebesar 1.07 × 10-3 S/cm dan 422 mV dengan elektrode logam. Uji

kualitatif kemampuan menunjukkan tidak ada metanol yang terdifusi melewati membran ditandai dengan keringnya bagian sisi permukaan membran sehingga hal ini dapat diaplikasikan pada sistem direct methanol fuel cell.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sintesis polisulfon tersulfonasi-Titanium dioksida dengan konsentrasi polisulfon yang lebih besar, penentuan

konsentrasi optimum dari TiO2 yang digunakan untuk melihat pengaruh beda

nyata dari penambahan TiO2 dan suhu sulfonasi optimum, serta uji analisis DSC

untuk mengetahui ketahanan termal dari membran, Uji XRD untuk melihat krisatalinitas membran. Serta dilakukan variasi suhu sistem DMFC untuk mengetahui sifat elektrokimia sistem sel bahan bakar terhadap pengaruh kinetikanya. Lebih baik lagi jika dibuat membrane electrode assembly (MEA) dari

membran polisulfon tersulfonasi-TiO2 agar menghasilkan nilai konduktivitas

proton yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Devrim Yilser, Erkan Sedar, Bac Nurcan, Eroglu Inci. 2009. Preapration and characterization of sulfonated polysulphone/titanium dioxide composite membranes for proton exchange membrane fuel cells. J of Hydrogen

Energy. 34(2009):3467-3475.

Handayani S, Dewi EL. 2007. Pengaruh suhu operasi terhadap karakteristik membran elektrolit polieter eter keton tersulfonasi. J Material Science. 8(2) ISSN:1411-1098.

Handayani S. 2008. Membran elektrolit berbasis polieter-eter keton tersulfonasi untuk direct methanol fuel cell suhu tinggi [disertasi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Hasan A. 2007. Aplikasi sistem fuel cell sebagai energi ramah lingkungan di sektor transportasi dan pembangkit. J Environment Science Technology. 8(3):277-286.

(32)

Juniarzadinata R. 2011. Kajian struktur dan uji fluks membran polisulfon dengan metode inversi fasa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kundu PP dan Sharma Vinay. 2007. Composites of proton- conducting polymer electolyte membrane in direct methanol fuel cels. Critical Reviews in Solid

State and Materials Sciences. 32:51-66.

Liu L, Chakm A, & Feng X. 2004. Preparation of hollow fiber poly (ether block amide)/ polysulfone composite membrans for separation of carbon dioxide from nitrogen. Chemical Engineering Journal. 105:43-51.

Lufrano F, Baglio V, Staiti P, Arico AS, Antonucci V. 2008. Polymer electrolytes based on sulfonated polysulfone fordirect methanol fuel cells. J Power

Source. 179:34–41.

Luntraru VI, Vaireanu DI, Ghindeanu DL, Nechifor G. 2013. The synthesis and

characterization of a new composite material: polysulfone- Fe3O4/TiO2.

Sci.Bull. 75.

Marita IM. 2011. Pembuatan dan karakterisasi komposit membran PEEK silika/clay untuk aplikasi direct methanol fuel cell [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Martins CR, Hallwass F, Almeida YMB, Paoli MA. 2007. Solid-state 13C NMR analysis of sulfonated polystyrene. Ann Magn Reson 6:46-55.

Mingliang Luo, Qingzhi W, Jialin Liu, Zilong JIA. 2011. Fabrication of

SPES/Nano-TiO2 composite ultrafiltration membrane and its anti-fouling

mechanism. Chinese Journal of Chemical Engineering. 19(1)45-51.

Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS, Vyvyan JR 2009. Introduction to

Spectroscopy 4th Ed. Washington (US): Thomson Learning, Inc.

Piluharto B, Cynthia LR, Tanti H. 2012. Pengembangan membran penukar proton berbasis polisulfon tersulfonasi untuk aplikasi direct methanol fuel cell (DMFC) [laporan]. Jember (ID): Universitas Jember.

Pramono E, Wicaksono A, Priyadi, Wulansari J. 2012. Pengaruh derajat sulfonasi terhadap degradasi termal polistirena tersulfonasi. J physics 2(2):157.

Pramono E, Radiman CL Loos KU. 2012.

Polysulphone/sulfonated-polysulphone/TiO2 composite membrane for fuel cell aplications. J of

Hydrogen Energy. 40(2012):45-51.

Shin JP, Chang BJ, Kim JH, Le SB, Suh DH. 2005. Sulfonated polystyrene/PTFE composite membrane. J Membrane Science. 251:247-254.

Smitha B, Anjali Devi D, Sridhar S. 2008. Proton-conducting composite

membranes of chitosan andsulfonated polysulfone for fuel cell application. J

Energy Fuel. 33:4138–4146.

Suhada H. 2001. Fuel cell sebagai penghasil energi abad 21. Jurnal Teknik Mesin. 3(2):92-100.

Suka I G, Rifan M, Pandiangan KD, Simanjuntak W, Dewi EL. 2009. Sulfonasi membran poliakrilonitril butadiena stirena (ABS) sebagai membran polimer elektrolit direct metahnol fuel cell (DMFC). J Sains MIPA. 15(1):28-34. Wisojodharmo LA, Dewi LE. 2008. Pembuatan membrane electrode assembly

(MEA) dengan katalis platina karbon pada PEMFC. Prosiding Seminar Teknoin Bidang Teknik Mesin. Yogyakarta, 22 November 2008. Yogyakarta (ID): BPPT. Hlm 105-108.

(33)

19 Xing P, Gilles PR, Michael DG, Serguei DM, Keping W, Serge K. 2004.

Synthesis and characterization of sulfonated poly(ether ether ketone) for

Proton Exchange Membranes. J Membrane Science. 229:95-106.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Penambahan Titanium Dioksida Penambahan oleum pada suhu 40 °C selama 60 menit. Polisulfon (PSf) Sintesis Polisulfon Tersulfonasi (sPSf) Penentuan Derajat Sulfonasi

Membran Polisulfon Tersulfonasi-

Titanium Dioksida (sPSf-TiO2)

Pencirian Kinerja Membran Aplikasi pada

DMFC

1. FTIR

2. SEM 1. Pengukuran Bobot Jenis

2. Pengujian Water Uptake

3. Pengukuran Konduktivitas Membran 4. Pengukuran Permeabilitas Metanol

(34)

Lampiran 2 Penentuan derajat sulfonasi (DS)

Contoh perhitungan (ulangan 1): Diketahui: Vawal = VHCl blanko = 9.70 mL Vakhir = VHCl terpakai = 9.10 mL NHCl = 1.0046 N BE SO3 = 80.06 g/ek DS = x 100% = x 100% DS = 47.36%

Lampiran 3 Data penentuan water uptake

Jenis membran Ulangan Bobot membran (g) Water Uptake

Rerata Water Uptake Kering Basah (%) (%) PSf 1 0.0382 0.0385 0.79 0.82 2 0.0475 0.0479 0.84 sPSf 1 0.0234 0.0238 1.71 1.69 2 0.0239 0.0243 1.67 sPSf-TiO2 3% 1 0.0239 0.0244 2.09 2.04 2 0.0201 0.0205 1.99 sPSf-TiO2 5% 1 0.0104 0.011 5.77 5.77 2 0.0243 0.0257 5.76

Contoh perhitungan (membran sPSf-TiO2 5% ulangan 1)

Water uptake (%) =

= =5.77%

Ulangan Bobot sampel

(g)

VNaOH

(mL)

VHCl (mL) Derajat Sulfonasi

(%)

awal Akhir terpakai

1 0.1019 10.00 9.20 18.30 9.10 47.36

2 0.1012 10.00 18.30 27.40 9.10 47.68

Rerata 47.52

Rerata Water Uptake (%) = = 5.77%

(35)

22

Lampiran 4 Data penentuan densitas

Jenis membran Ulangan w (g) d (g/mL) d Rerata d (g/mL)

0 1 2 3 1 (g/mL) PSf 1 20.2273 20.2314 44.4993 44.4986 0.99805 1.2033 1.2038 2 20.2273 20.2308 44.4992 44.4986 0.99805 1.2043 sPSf 1 20.2271 20.2292 44.5022 44.5018 0.99805 1.2326 1.2034 2 20.2271 20.2287 44.5021 44.5018 0.99805 1.2281 sPSf-TiO2 3% 1 20.2158 20.2194 44.4885 44.4878 0.99875 1.2395 1.2388 2 20.2158 20.222 44.489 44.4878 0.99875 1.2381 sPSf-TiO2 5% 1 20.2151 20.2196 44.4969 44.496 0.99875 1.2481 1.2444 2 20.2151 20.2192 44.4968 44.496 0.99875 1.2406

Contoh perhitungan (membran sPSf-TiO2 5% ulangan 1)

d= =

d =1.2481 g/mL

Ket: w0,1,2,3 berturut-turut= bobot pikno kosong, bobot pikno+sampel, bobot pikno+sampe+akuades, bobot pikno+akuades

dl, da, dan d berturut-turut= densitas air, densitas udara (0.00125 g/mL), dan densitas sampel

(36)
(37)

22

Lampiran 5 Data hasil FTIR

Gugus fungsi Bilangan gelombang membran (cm

-1

)

PSf sPSf sPSf-TiO2 5%

Ikatan C=C pada cincin aromatik 1586.40-1488.71 1586.64-1488.57 1586.71-1491.96

Ikatan C-H pada cincin aromatik 3093.51-3067.57 3094.73-3067.58 3094.57-3067,61

Ikatan Hidrogen O-H - 3628.77 3653.36

Ikatan C-O pada eter 1250.01 1249.18 1252.60

Cincin aromatik tertrisubstitusi 1,2,4- - 1724.29 1725.04

Ikatan S=O asimetrik 1323.58 1323.53 1323.27

Ikatan S=O simetrik 1153.34 1151.66 1153.96

4 00 0.0 3 00 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 4 50 .0 -12 .0 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 7 7.0 cm-1 %T

Lab orato ry Test Resu l t

3711.27 3652.03 3643.94 3593.80 3551.64 3541.57 3163.95 3093.51 3067.57 3036.78 2968.45 2934.21 2873.29 2653.13 2595.75 2449.23 2410.65 2080.08 2041.37 1904.24 1774.87 1747.21 1586.40 1504.27 1488.71 1410.56 1386.53 1363.94 1323.58 1294.77 1250.01 1206.33 1169.72 1153.34 1107.12 1080.871014.14 962.07 945.35 918.45 873.84 853.74 834.92 795.48 756.38 740.58 715.86 693.05 665.17 635.89 621.25 559.53 461.46 4 00 0.0 3 00 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 4 50 .0 -14 .0 -10 0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 8 8.0 cm-1 %T

Lab orato ry Test Resu l t Lab orato ry Test Resu l t Lab orato ry Test Resu l t

3902.75 3628.77 3547.15 3164.20 3094.73 3067.58 3036.72 2968.27 2934.38 2872.96 2594.49 2447.42 2411.09 2221.30 2078.57 2041.30 1902.82 1775.99 1724.29 1586.64 1503.96 1488.57 1410.70 1386.59 1364.00 1323.53 1294.73 1249.18 1206.17 1169.81 1151.66 1107.37 1080.84 1014.21 963.08 945.21 917.66 873.90 853.80 835.14 795.64 740.30 715.90 692.98 664.95 635.86 559.23 465.03 4 00 0.0 3 00 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 4 50 .0 -14 .5 -10 -5 0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0 5 5 6 0 6 5.3 cm-1 %T

Lab orato ry Test Resu l t Lab orato ry Test Resu l t Lab orato ry Test Resu l t

Lab orato ry Test Resu l t

3890.93 3651.51 3553.56 3164.34 3094.07 3067.60 3037.00 2968.36 2934.07 2873.19 2693.09 2654.33 2593.23 2450.56 2409.49 2280.47 2220.42 2178.72 2080.63 2040.89 1904.39 1774.13 1725.29 1590.93 1487.67 1410.67 1386.57 1364.01 1294.80 1251.84 1206.18 1150.66 1110.53 1080.801014.24 961.39 945.78 918.53 872.54 853.43 837.88 795.37 738.15 715.73 693.16 666.82 635.80 557.12 466.65 PSf sPSf sPSf-TiO2 5%

(38)

Lampiran 6 Data penentuan konduktivitas proton elektrode karbon Jenis membran Tebal Konduktans (×10-3 S) Resistansi (Ω) Konduktivitas (×10-3 S/cm)

(cm) nonaktivasi aktivasi nonaktivasi aktivasi nonaktivasi aktivasi

PSf 0.008 155.77 176.95 6.4197 5.6513 0.2347 0.2666 sPSf 0.005 318.32 322.24 3.1415 3.1033 0.2997 0.3034 sPSf-TiO2 3% 0.006 337.54 353.9 2.9626 2.8257 0.3814 0.3999 sPSf-TiO2 5% 0.007 365.57 368.46 2.7355 2.7140 0.4819 0.4857

Luas permukaan elektrode: 5.31 cm2

Jenis membran Tebal (cm) Konduktans (×10-3 S) Resistansi (Ω) Konduktivitas (×10-3 S/cm)

nonaktivasi aktivasi nonaktivasi aktivasi nonaktivasi Aktivasi

PSf 0.008 297.73 303.25 3.3587 3.2976 0.5046 0.514 sPSf 0.005 515.73 546.71 1.9390 1.8291 0.5463 0.5791 sPSf- TiO2 3% 0.006 573.17 598.19 1.7447 1.6717 0.7268 0.7604 sPSf- TiO2 5% 0.007 666.73 740.42 1.4999 1.3506 0.9888 1.0684

Luas permukaan elektrode: 4.72 cm2

Contoh perhitungan (membran sPSf-TiO2 3% elektrode karbon):

σ = G × = 353.90 × 10-3 S × σ= 0.3999 × 10-3 S/cm Parameter: Frekuensi : 100.00 kHz CC : 1.00 mA V-lim : 10 mV Range : Auto 10Ω Open : Off Short : Off Keterangan : σ : konduktivitas proton (S/cm) A : luas permukaan (cm2)

l : jarak antar kedua elektrode G : nilai konduktansi (S)

(39)

24

Lampiran 7 Data persentase peningkatan konduktivitas proton

Elektrode Jenis membran Konduktivitas (mS/cm) Peningkatan (%)

Aktivasi Nonaktivasi Aktivasi Nonaktivasi

Karbon PSf 0.2666 0.2347 0 0 sPSf 0.3034 0.2997 13.80 27.69 sPSf-TiO2 3% 0.3999 0.3814 31.81 27.26 sPSf- TiO2 5% 0.4857 0.4819 21.46 26.35 Logam PSf 0.5140 0.5046 0 0 sPSf 0.5791 0.5463 12.67 8.26 sPSf- TiO23% 0.7604 0.7286 31.31 33.37 sPSf- TiO25% 1.0684 0.9888 40.50 35.71

Contoh perhitungan peningkatan konduktivitas akibat penambahan gugus sulfonat

(elektrode karbon, membran aktivasi sPSf-TiO2 5%):

Peningkatan (%) =

Peningkatan (%) = = 21.46%

Lampiran 8 Beda potensial yang dihasilkan pada setiap membran

Jenis membran Beda potensial (mV)

Karbon Logam

PSf 130 305

sPSf 140 335

sPSf-TiO23% 153 410

sPSf-TiO2 5% 171 422

Lampiran 9 Nilai arus yang dihasilkan pada setiap membran

Membran G (S) V (Volt) I (Ampere)

Karbon Logam Karbon Logam Karbon Logam

PSf 0.1770 0.3033 0.130 0.305 0.0230 0.0925

sPSf 0.3222 0.5467 0.140 0.335 0.0451 0.1831

sPSf-TiO23% 0.3539 0.5928 0.153 0.410 0.0541 0.2430

sPSf- TiO25% 0.3685 0.7404 0.171 0.422 0.0630 0.3124

Contoh perhitungan (membran sPSf-TiO2 5%, elektrode karbon):

I = G × V

= 0.3685 Sх0.171 I = 0.0630 A

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta 23 Maret 1993. Penulis merupakan anak ke 8 dari pasangan H. Muhamad Hasan dan Hj. Siti Huriyah. Tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 48 Jakarta dan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dengan jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Penulis merupakan penerima beasiswa peningkatan prestasi akademik.

Penulis aktif di kegiatan non-akademik, seperti menjadi anggota (2012) departemen Pengembangan Kimia dan Seni Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) dan Wakil Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) (2013), (2012-2014) Anggota departemen kewirusahaan Ikatan Himpunan Mahasiswa Kimia Indonesia (Ikahimki), dan Anggota Komunitas Pecinta Alam departemen kimia IPB (Akapela), (2012) menjadi Wakil Ketua Chemistry Challenge Pesta Sains Nasional, dan aktif diberbagai kepanitian. Penulis juga aktif mengajar mata kuliah kimia di bimbingan belajar Primagama. Bulan Juli-Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Direktorat Pengolahan Resarch &

Development PT Pertamina (Persero) dengan judul laporan Kajian Kinerja

Surfaktan Alkil Poliglikosida dan Polimer Poliakrilamida untuk Enhanced Oil

Recovery.

Penulis juga aktif mengikuti rapat tingkat nasional. Tahun 2013 penulis mengikuti Rapat Kerja Nasional Ikahimki di Pekanbaru, Riau dan Musyawarah Tahunan Ikahimki di Palu, Sulawesi Tengah. Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah baik tingkat nasional maupun internasional. Beberapa prestasi yang diraih Program Kreativitas Mahasiswa didanai DIKTI tahun 2011 dan Paper Accepted dalam acara The First Annual International Scholars Conference In Taiwan

Gambar

Gambar 1  Perubahan warna sebelum (a) dan sesudah (b) proses sulfonasi  Agen  sulfonasi  yang  dapat  digunakan  dalam  sulfonasi  antara  lain  asam  sulfat  (Dewi  dan  Handayani  2007),  trimetil  silil  ester  (Lufrano  2008),  asam  klorosulfonat (Dev
Gambar 2  Reaksi polisulfon tersulfonasi (Devrim et al. 2009)
Gambar 4  Nilai water uptake membran
Gambar 6  Konduktivitas proton membran nonaktivasi (a) dan aktivasi (b)  Gambar (6a dan 6b) menunjukkan membran  yang diaktivasi memiliki nilai  konduktivitas  proton  yang  lebih  besar  dibandingkan  membran  nonaktivasi  baik  elektode  karbon  maupun
+4

Referensi

Dokumen terkait

dengan adanya keputusan ini baik organisasi masa maupun partai politik, semua.. harus mencantumkan pancasila sebagai

Pada prinsipnya refrigerasi adalah terapan dari mata kuliah Perpindahan Panas dan Thermodinamika, dimana kalor akan mengalir atau berpindah dari

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda untuk menganalisis pengaruh antara sistem informasi, penganggaran, pelaporan dan analisis berpengaruh

Pengkoordinasian tersebut dilakukan dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) imigrasi dari Kanwil Kemenkumham di bidang keimigrasian, yaitu Kantor Imigrasi...” (Hasil wawancara

Metode kuantitatif (dilakukan pada tahun pertama) digunakan dengan metode pengebaran kusioner terhadap responden, sedangkan metode kualitatif (dilakukan pada

Oleh karena itu, kami undang Saudara untuk dapat hadir dalam rangka kegiatan dimaksud, yang akan dilaksanakan pada

Apabila Peserta Lelang merasa keberatan atas Pengumuman Pemenang Pelelangan paket pekerjaan tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan kepada Kelompok Kerja (POKJA)

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperluas jangkauan penelitian dengan lebih menambahkan sampel penelitian serta variabel-variabel yang lain yang dapat