• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DAN FUNGSI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN PENINDAKAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN DAN FUNGSI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN PENINDAKAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DI INDONESIA"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

   

     

 

 

 

PERAN DAN FUNGSI KANTOR WILAYAH

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH

DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN

PENINDAKAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG

ASING DI INDONESIA (STUDI DI KANTOR WILAYAH

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Negeri

Semarang

Oleh

Eka Rendytia Faizal

8150408069

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan

Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)” yang ditulis oleh Eka Rendytia

Faizal telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Sartono Sahlan, M.H Arif Hidayat, S.H.I., M.H NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19790722 200801 1 008

Mengetahui,

Pembantu Dekan Bidang Akademik

Drs. Suhadi, S.H., M.Si.

(3)

  iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Hukum, Universitas Negeri Semarang pada tanggal

Panita :

Ketua Sekretaris

Drs. Sartono Sahlan, M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si. NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19671116 199309 1 001

Penguji Utama

Tri Sulistiyono, S.H., M.H

NIP. 19750524 200003 1 002

Penguji I Penguji II

Drs. Sartono Sahlan M.H. Arif Hidayat, S.H.I., M.H

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini yang berjudul “Peran dan

Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam

Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing

di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah)” benar-benar hasil karya sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak

menjiplak karya ilmiah orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Semarang, 5 Februari 2013

Penulis,

Eka Rendytia Faizal

(5)

  v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

(1) “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah

dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi

Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (Qs. At-Taubah,

9:20).

(2) “Tiada seorangpun yang keluar dari rumahnya dalam rangka mencari ilmu,

kecuali Allah memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Ath Thabrani).

(3) “Hidup pasti akan mengalami perpindahan, berpindahlah dari kehidupan yang

dulu kurang baik menjadi yang lebih baik lagi” (Eka Rendytia F).

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

(1) Kedua orang tuaku (Bapak Moh. Taufik, BA dan

Ibu Endang Supriyatni, S.Pd) yang menjadi

penyemangat dan motivasi hidupku.

(2) My Brother Ricko Dwi Pambudi.

(3) Seluruh Keluarga Besarku.

(4) Temen Kost Dewi Sartika 83A Koplak.

(5) Sahabat-sahabatku “JALANG”.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, anugerah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan

dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)”. Dengan

selesainya skripsi ini dalam menempuh studi strata 1 di Fakultas Hukum. Penulis

menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas

Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Sartono Sahlan, M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang dan sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan

kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan bimbingan,

masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suhadi, S.H., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Tri Sulistiyono, S.H., M.H. sebagai Ketua Bagian Hukum Tata

Negara.

5. Bapak Arif Hidayat, S.H.I, M.H., sebagai Dosen Pembimbing II yang

dengan kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan

(7)

  vii

6. Ibu Anis Widyawati, S.H., M.H. sebagai Dosen Wali yang juga turut

memberikan pengarahan dan perhatiannya selama menempuh pendidikan

di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

yang memberikan ilmu yang sangat berharga selama pendidikan.

8. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Bapak Jusuf Perdana, S.H., MH., Kepala Bidang Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah bersedia diwawancarai.

10.Ibu Sri Warnati, S.H., Kepala Sub Bidang Sistem Informasi Keimigrasian

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah

bersedia diwawancarai.

11.Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kepala Sub Seksi Penindakan

Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang yang telah bersedia

diwawancarai.

12.Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kepala Sub Seksi Pengawasan

pada Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang yang telah bersedia

diwawancarai.

13.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Moh. Taufik, BA dan Ibu Endang

Supriyatni, S.Pd, serta adiku Ricko Dwi Pambudi yang selalu mendoakan

(8)

14.Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

15.Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanganku di Fakultas Hukum

UNNES terimakasih untuk kebersamaan dan dukungannya.

16.Almamaterku, Universitas Negeri Semarang serta semua pihak yang

telah berperan hingga terwujud skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Semoga amal baiknya mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T

dan akhirnya sebagai harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memenuhi

persyaratan di dalam menyelesaikan pendidikan sarjana dan bermanfaat bagi

semua yang membutuhkan.

Semarang, 5 Februari 2013

Penulis

Eka Rendytia Faizal

(9)

  ix

ABSTRAK

Faizal, Eka Rendytia. 2012. Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah). Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Sartono Sahlan, S.H., M.H., Pembimbing II: Arif Hidayat, S.H.I., M.H.

Kata Kunci: Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Orang Asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvii

i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 9

1.2.2 Batasan Masalah ... 10

1.3 Rumusan Masalah ... 11

(11)

  xi

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 16

2.2 Landasan Teori ... 19

2.2.1 Pengertian peran dan fungsi ... 19

2.2.2 Pejabat Imigrasi ... 21

2.2.2.1 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah ... 20

2.2.2.2 Kantor Imigrasi ... 25

2.2.3 Pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut Hukum Administrasi Negara ... 26

2.2.2.1 Pengawasan keimigrasian ... 26

2.2.2.2 Penindakan keimigrasian ... 28

2.2.4 Orang asing ... 29

2.3 Kerangka Berpikir ... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Penelitian ... 34

3.2 Pendekatan Penelitian ... 35

3.3 Spesifikasi Penelitian ... 35

3.4 Fokus Penelitian ... 36

3.5 Lokasi Penelitian ... 36

(12)

3.6.1 Data Primer ... 37

3.6.2 Data Skunder ... 38

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.8 Uji Keabsahan Data ... 42

3.9 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah ... 47

4.1.2 Mobilitas Orang Asing di Wilayah Jawa Tengah ... 57

4.1.3 Mekanisme Pengawasan dan penindakan Keimigrasian ... 62

4.1.4 Peran dan Fungsi Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 67

4.1.5 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 73

4.1.6 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut ... 76

4.2 Pembahasan ... 79

(13)

  xiii

4.2.2 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 85

4.2.3 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut ... 87

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Daftar Unit Pelaksana Teknis Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah ... 51

4.2 Jumlah orang asing di Wilayah Jawa Tengah periode Januari s/d Juli

Tahun 2012 ... 59

4.3 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I Semarang periode

Januari s/d Juli Tahun 2012 ... 60

4.4 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang periode

Januari s/d Juli Tahun 2012 ... 60

(15)

  xv

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Kerangka berpikir ... 31

3.1 Perbandingan Triangulasi ... 42

3.2 Komponen-komponen dan alur data kualitatif ... 45

4.1 Struktur organisasi Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah... 56

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(17)

  xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah;

2. Struktur Kantor Imigrasi Se-Jawa Tengah;

3. SK Penetapan Dosen Pembimbing;

4. Surat Ijin Penelitian di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah;

5. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;

6. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang;

7. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

8. Laporan Selesai Bimbingan Skripsi;

9. Kartu Bimbingan Skripsi;

10.Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor

M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

(18)

1.1

Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis dalam

pergaulan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber

daya alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan arus lalu lintas orang

masuk dan keluar wilayah Indonesia semakin meningkat. Kehadiran orang

asing di Indonesia, di samping telah memberikan pengaruh positif, juga

telah memberikan pengaruh negatif berupa timbulnya ancaman terhadap

pembangunan itu sendiri. Banyaknya terjadi arus imigran gelap,

penyelundupan orang, perdagangan anak dan wanita yang berdimensi

internasional dan meningkatnya sindikat-sindikat internasional di bidang

terorisme, narkotika, pencucian uang, penyelundupan dan lain-lain.

Menurut Wahyudin Ukun dalam bukunya Deportasi Sebagai

Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang

Keimigrasian (2004 : 31),

(19)

  2

universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya.

Untuk mengatur hal tersebut, di Indonesia telah di atur dalam

peraturan perundang-undangan yang mengaturnya yaitu, Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-undang tersebut

merupakan peraturan yang mengatur hal ihwal lalu lintas orang yang masuk

atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan terhadap

orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.

Semua aspek keimigrasian juga didasarkan pada apa yang telah

digariskan dalam UUD 1945 sebagai hukum dasar untuk operasionalisasi

dan pengaturan tugas-tugas pemerintahan di bidang keimigrasian. Di dalam

dasar-dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian disebutkan antara lain, bahwa pengaturan dan pelayanan di

bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan Negara Republik

Indonesia sebagai Negara hukum berdasarkan UUD 1945. Pengaturan

keimigrasian ini tertuang dalam Undang – undang Dasar tahun 1945 Bab X

pasal 26 yang memuat Warga Negara dan penduduk, dimana Warga Negara

dan penduduk adalah subjek daripada keimigrasian itu sendiri.

Menurut JG Starke dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional,

(Jakarta: Sinar Grafik, 2000), “Pelaksanan pengaturan lalu lintas orang

tersebut merupakan derivasi dari Negara untuk memberi izin atau melarang

orang asing masuk ke dalam wilayahnya dan merupakan atribut esensial dari

(20)

memasuki wilayah Indonesia harus tunduk pada keimigrasian Indonesia”

(Ratna, Tesis; 2009).

Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, “Pengertian keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang

yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasanya dalam

rangka menjaga tegaknya kedaulatan Negara”. Ada dua hal yang sangat

mendasar dalam hal pengertian keimigrasian Indonesia yaitu pertama adalah

aspek lalu lintas orang antar negara, sedang yang kedua adalah menyangkut

pengawasan orang asing yang meliputi pengawasan terhadap masuk dan

keluar, pengawasan keberadaan serta pengawasan terhadap kegiatan orang

asing di Indonesia.

Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008 : 3), “Pengertian

pengawasan dalam fungsi keimigrasian adalah keseluruhan proses kegiatan

untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah

sesuai dengan aturan yang telah ditentukan”. Pada awalnya pelaksanaan

pengawasan hanya dilakukan terhadap orang asing saja, akan tetapi

mengingat perkembangan dan dinamika masyarakat yang semakin

kompleks, hal tersebut dilakukan secara menyeluruh, termasuk juga

terhadap Warga Negara Indonesia, khususnya dalam hal penyalahgunaan

dan pemalsuan dokumen perjalanan. Pengawasan orang asing dilakukan

mulai saat memasuki, berada dan sampai meninggalkan Indonesia. Aspek

pelayanan dan pengawasan ini tidak terlepas dari sifat wilayah Indonesia

(21)

  4

Marauke, terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, serta

mempunyai jarak yang dekat bahkan berbatasan dengan beberapa Negara

tetangga. Pengawasan keimigrasian mencakup penindakan keimigrasian

atau penegakan hukum keimigrasian baik yang bersifat administratif

maupun tindak pidana keimigrasian.

Dewasa ini luas lingkup dari keimigrasian tidak lagi mencakup

pengaturan, penyelenggaraan keluar-masuk orang dari dan ke dalam

wilayah Indonesia, serta pengawasan orang asing yang berada di wilayah

Indonesia, akan tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar

wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia demi

kepentingan umum, penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana

keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan mekanisme

pemberian izin keimigrasian.

Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan

administrasi Negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh

karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu

fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian

dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi Negara (Bagir

Manan, 2000; 7).

Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008: 4), “di lihat dari sudut

fungsi hukum keimigrasian tersebut, hukum keimigrasian tidak hanya

(22)

bersinggungan dan bertalian erat dengan hukum yang lain, seperti hukum

ekonomi, hukum internasional dan hukum pidana.”

Proses penegakan hukum keimigrasian, pandangan tersebut sangat

penting karena penentuan suatu kasus pelanggaran diselesaikan dengan

proses hukum pidana atau administratif diletakkan pada kewenangan

(diskresi) pejabat imigrasi. Untuk itu perlu ada batasan dan kategorisasi

yang tegas dalam proses penegakan hukum yang dapat ditempuh yaitu

antara tindakan hukum pidana dengan tindakan hukum administratif,

sehingga tidak lagi digantungkan pada penilaian pejabat imigrasi tetapi

didasarkan sistem atau peraturan perundang-undangan dengan

memperhatikan proses penyelesaian perkara keimigrasian secara cepat,

efektif dan efisien.

Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, “Penindakan keimigrasian adalah suatu tindakan administratif

dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan”. Dalam

pelaksanaannya, Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang

asing yang berada di wilayah Indonesia karena alasan-alasan bahwa orang

asing itu:

(a) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi

keamanan dan ketertiban umum;

(b) Tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang

(23)

  6

Menurut Website Direktorat Jenderal Imigrasi

(http://www.imigrasi.go.id) yang diakses pada tanggal 13 Desember 2011,

Keimigrasian di Indonesia sudah ada sejak jaman kolonial Belanda namun secara historis pada tanggal 26 Januari 1950 untuk pertama kalinya diatur langsung oleh pemerintah Republik Indonesia dan diangkat Mr. Yusuf Adiwinata sebagai Kepala Jawatan Imigrasi berdasarkan Surat Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat No. JZ/30/16 tanggal 28 Januari 1950 yang berlaku surut sejak tanggal 26 Januari 1950. Momentum tersebut hingga saat itu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Imigrasi oleh setiap jajaran Imigrasi Indonesia. Organisasi Imigrasi sebagai lembaga dalam struktur kenegaraan merupakan organisasi vital sesuai dengan sasanti “Bhumi Pura Purna Wibawa” yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa. Sejak ditetapkannya Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, maka sejak saat itu tugas dan fungsi keimigrasian di Indonesia dijalankan oleh Jawatan Imigrasi atau sekarang Direktorat Jenderal Imigrasi dan berada langsung di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

adalah salah satu lembaga negara yang membidangi urusan hukum dan hak

asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia dipimpin oleh seorang Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia (Menkumham). Nomenklatur kementerian ini telah mengalami

beberapa kali perubahan. Mulai dari Departemen Kehakiman (1945-1999),

Departemen Hukum dan Perundang-undangan (1999-2001), Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (2001-2004), dan Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia (2004-2009). Kemudian berdasarkan

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan

(24)

Kementerian Negara, nomenklatur Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia berubah lagi menjadi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

hingga sekarang.

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tanggal 30

Desember 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah unsur pelaksana pemerintah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menyelenggarakan fungsi:

(a) perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan hak asasi manusia;

(b)pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

(c) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

(d)pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas

pelaksanaan urusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah;

(e) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan (f) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya tersebut, dalam

rangka asas dekonsentrasi, Kementerian Hukum dan HAM membagi dan

atau melimpahkan kewenangannya kepada suatu instansi vertikal. Instansi

vertikal di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM adalah Kantor

(25)

  8

dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan HAM Republik

Indonesia. Nomenklatur Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia ini juga mengalami beberapa kali perubahan mengikuti

pusatnya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PR.07.10 Tahun

1982 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen

Kehakiman, maka dibentuklah Kantor Wilayah Departemen Kehakiman

Jawa Tengah. Kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri

Kehakiman Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. Pada tahun 2005

dikeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, dan sekarang ini Kantor Wilayah Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia menggunakan nomeklatur Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Untuk melaksanakan tugasnya, yaitu pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT),

yaitu Kantor Imigrasi (Kanim). Kantor Imigrasi di propinsi Jawa Tengah

terdiri dari 6 (enam) Kanim, diantaranya Kanim Semarang, Kanim

Surakarta, Kanim Cilacap, Kanim Pemalang, Kanim Pati, Kanim

(26)

Apabila kita melihat fakta yang terjadi dalam beberapa bulan

terakhir terhitung dari bulan januari sampai bulan juli, mobilitas orang asing

di Jawa Tengah semakin banyak. Berdasarkan data yang berada di Divisi

Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

tercatat sebanyak 3216 orang asing.

Berdasarkan data di atas, kita dapat melihat banyaknya jumlah orang

asing yang ada di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, untuk itu perlu

dilakukan suatu pengawasan dan penindakan terhadap orang asing tersebut.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia”.

1.2

Identifikasi dan Batasan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Penelitian ini mengangkat dan mendeskripsikan Peran dan fungsi

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan Keimigrasian terhadap orang asing di

Indonesia, maka tentu banyak masalah-masalah yang perlu diidentifikasi,

di antaranya yaitu:

(1) Adanya mobilitas orang asing dan pelanggarannya serta penindakan

(27)

  10

(2) Bentuk dan mekanisme pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Tugas ndan kewenangan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia;

(4) Adanya kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

orang asing di Indonesia;

(5) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan pengawasan dan

penindakan terhadap orang asing di Indonesia.

1.2.2 Batasan Masalah

Agar arah penelitian ini lebih terfokus, tidak kabur dan sesuai

dengan tujuan penelitian, maka penulis merasa perlu untuk membatasi

masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah tersebut adalah :

(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia;

(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

(28)

(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam mengatasi kendala tersebut.

1.3

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1) Apa saja peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia?

(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan

penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut?

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(1) Mengetahui peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

(29)

  12

(2) Mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Mengetahui upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut.

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis.

(1) Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat

menunjang kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

(2) Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti

khususnya mengenai Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia;

(3) Menambah sumber khasanah pengetahuan tentang Peran dan fungsi

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing di Indonesia;

(30)

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1Bagi Peneliti

Peneliti dapat menemukan berbagai persoalan yang dihadapi

tentang Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing di Indonesia. Dan menambah wawasan peneliti

dalam bidang hukum khususnya hukum tata negara.

1.5.2.2Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat mengenai

Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing di Indonesia.

1.5.2.3Bagi Pemerintah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Indonesia

khususnya dalam Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

orang asing di Indonesia.

1.6

Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yang mencakup 5

(lima) Bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :

1.6.1 Bagian Awal Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar kosong berlogo

(31)

  14

pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan persembahan, kata

pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar

lampiran.

1.6.2 Bagian Pokok Skripsi

Bagian pokok skripsi terdiri atas bab pendahuluan, teori yang

digunakan untuk landasan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan, dan penutup. Adapun bab-bab dalam bagian pokok skripsi

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi mengenai teori-teori yang digunakan untuk landasan

penelitian, diantaranya yaitu otoritas keimigrasian, pengawasan dan

penindakan keimigrasian dari sudut HAN, serta orang asing.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi mengenai metode yang digunakan, yaitu meliputi dasar

penelitian, pendekatan penelitian, spesifikasi penelitian, lokasi penelitian,

metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi mengenai hasil penelitian yang meliputi peran dan fungsi

(32)

melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing di Indonesia, kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, dan upaya Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala

tersebut.

BAB V PENUTUP

Berisi mengenai simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir skripsi yang terdiri dari daftar pustaka dan

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca diantaranya:

Penelitian yang dilakukan oleh Sunu Tedy Maranto, ST dalam

tesisnya di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2008, dengan judul “Tugas

Pokok dan Fungsi Departemen Hukum dan HAM RI di Bidang Pelayanan

Hukum Pasca Amandemen UUD 1945” (Studi Kasus di Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah). Kesimpulan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

(1) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia) di bidang pelayanan hukum meliputi pelayanan jasa hukum, pelayanan keimigrasian, pelayanan terhadap narapidana dan warga binaan pemasyarakatan, pelayanan penyuluhan hukum serta pelayanan hak asasi manusia.

(2) Di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan

HAM Jawa Tengah (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah) pelaksanaan tugas pelayanan jasa hukum dilaksanakan di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Balai Harta Peninggalan Semarang.

(3) Pelayanan keimigrasian dilaksanakan di Kantor-Kantor

(34)

(4) Pelayanan terhadap narapidana, tahanan dan warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara di Jawa Tengah.

(5) Pelayanan penyuluhan hukum dan pelayanan HAM

dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah.

(6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang sebagian

besar di bidang pelayanan hukum, Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah menghadapi berbagai permasalahan/kendala yuridis, seperti masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, kurangnya anggaran, sarana dan prasarana, organisasi, kewenangan, tidak adanya standar pelayanan dan standar biaya, integritas dan profesionalisme pegawai yang kurang, kesadaran hukum masyarakat yang kurang dan kurangnya kualitas mutu pelayanan hukum (Maranto, Tesis FH UNDIP;2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wilis dalam tesisnya di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2009, dengan

judul “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal

Orang Asing di Indonesia” (Studi wilayah Kantor Imigrasi kelas I khusus

Medan). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1)Pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif.

(2)Sistem pengawasan keimigrasian oleh Kantor Imigrasi

Kelas I Khusus Medan dilakukan yang Pertama,

Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 40 huruf a, b,

d dan e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Kedua,

Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992.

(3)Penindakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

(35)

  18

terjadinya ketidakpastian hukum dalam penindakan pelanggaran melampaui batas waktu izin tinggal. Pengaturan dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang menyebutkan perbuatan overstay sebagai suatu perbuatan kriminal adalah tidak lazim di dunia internasional dan di dalam pelaksanaannya hampir sebagian besar dilaksanakan secara hukum administratif (Wilis, Tesis FH USUM;2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Agung Binarto dalam tesisnya

di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan

Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal

Imigrasi Dalam Rangka Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran

Undang-Undang Keimigrasian”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

(1) Pelaksanaan penyidikan pelanggaran undang-undang

keimigrasian yang dilakukan oleh PPNS Keimigrasian dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur KUHAP, dengan berbagai pengecualian sebagaimana yang diatur secara khusus oleh undang-undang keimigrasian. Berdasarkan hasil penegakan hukum terhadap pelanggaran undang-undang keimigrasian oleh PPNS Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi, diketahui bahwa sebagian besar pelaku pelanggaran undangundang keimigrasian dikenakan sanksi yang bersifat tindakan administratif oleh Pejabat Keimigrasian.

(2) Kendala-kendala yang muncul atau dihadapi oleh aparat penyidik pegawai negeri sipil imigrasi dalam melaksanakan tugasnya adalah :

(a) Pengalokasian anggaran yang masih belum memadai

dalam menunjang kelancaran operasional tugas penyidikan pelanggaran keimigrasian. Modus operandi kejahatan yang makin canggih, menimbulkan kesulitan dalam upaya melacak pelaku dan barang bukti. Keadaan tersebut harus didukung oleh cost operasional yang mencukupi.

(b) Sumber daya manusia yang masih belum memadai,

(36)

pelanggaran keimigrasian. Sampai saat ini belum ada standar tentang pendidikan PPNS, baik menyangkut kurikulum, jangka waktu pendidikan maupun penyelenggaraan pendidikan.

(c) Selama ini PPNS masih merupakan suatu pekerjaan

yang dilekatkan pada bidang atau kegiatan yang ada, sehingga tugas penyidikan yang menjadi tanggung jawab PPNS belum sepenuhnya dapat ditangani.

(d) Koordinasi yang belum baik antara kepolisian dengan kejaksaan, sehingga berakibat terjadinya pengembalian berkas perkara pelanggaran keimigrasian oleh kejaksaan sampai beberapa kali.

(3)Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan

formulatif tentang kewenangan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil agar penegakan hukum terhadap pelanggaran keimigrasian lebih optimal adalah :

(a) Cakupan wewenang PPNS keimigrasian perlu

diperluas, setidak-tidaknya sama dengan kewenangan penyidik Polri.

(b) Pemberian penjelasan yang lebih rinci terhadap

kewenangan PPNS berupa “melakukan tindakan lainnya menurut hukum”.

(c) Mekanisme penyelesaian permasalahan berkas yang

berlarut-larut dalam pemeriksaannya oleh kejaksaan. (d) Perumusan secara tegas dan jelas pejabat mana yang

bertanggung jawab sebagai pengendali, khususnya dalam penegakan hukum undang-undang keimigrasian (Binarto, Tesis FH UNDIP;2006).

2.2

Landasan Teori

2.2.1

Pengertian Peran dan Fungsi

Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut

sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat dari peran-peran ini,

hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang

langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang

(37)

  20

terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga

setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang

diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang

dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang

sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran

mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.

Makna peran menurut Suhardono, yaitu pertama penjelasan historis. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. (http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html)

Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

merupakan “kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang

dilakukan”. Sedangkan dalam ilmu administrasi negara, fungsi adalah

“sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan

sifat atau pelaksanaannya”.

Berdasarkan pengertian masing-masing dari kata peran dan fungsi

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi peran dan fungsi adalah

kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai

serta kedudukannya yang memiliki aspek khusus serta saling berkaitan

satu sama lain menurut sifat atau pelaksanaannya untuk mencapai tujuan

(38)

2.2.2 Pejabat Imigrasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, pejabat imigrasi adalah “pegawai yang telah melalui

pendidikan khusus keimigrasian dan memiliki keahlian teknis

keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawab berdasarkan undang-undang ini”.

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994

tentang Pengawasan Orang Asing dan Penindakan Keimigrasian, pejabat

imigrasi adalah “pejabat teknis keimigrasian atau pejabat lain yang karena

status atau kedudukannya mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung

jawab di bidang keimigrasian”.

Dalam hal pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing di wilayah Jawa Tengah, pejabat

imigrasi yang mempunyai kewenangan untuk bertindak adalah Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) yang dalam hal mengenai keimigrasian yaitu kantor

imigrasi.

2.2.2.1Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia merupakan instansi vertikal Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang berkedudukan di

setiap propinsi, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada

(39)

  22

Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dikepalai

oleh seorang Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

(sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari beberapa divisi,

yaitu :

(1) Divisi Administrasi, yang bertugas membantu Kepala

Kantor Wilayah dalam melaksanakan pembinaan teknis di wilayah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Administrasi melaksanakan fungsi :

(a) Koordinasi penyusunan pelaksanaan kebijakan teknis, rencana dan program serta laporan;

(b) Pelaksanaan urusan keuangan dan perlengkapan; dan

(c) Pengelolaan urusan kepegawaian, hubungan

masyarakat, tata usaha dan rumah tangga di lingkungan Kantor Wilayah.

(2) Divisi Pemasyarakatan, yang bertugas membantu Kepala

Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di Bidang Pemasyarakatan berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Pemasyarakatan melaksanakan fungsi :

(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang

pemasyarakatan;

(b) Pengkoordinasian pelaksanaan teknis di bidang

pemasyarakatan; dan

(c) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan teknis di bidang pemasyarakatan.

(3) Divisi Keimigrasian, yang bertugas membantu Kepala

(40)

Wilayah di Bidang Keimigrasian berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Keimigrasian melaksanakan fungsi :

(a) Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan

pengamanan teknis operasional di bidang keimigrasian;

(b) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal dan status keimigrasian;

(c) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi;

(d) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang sistem informasi keimigrasian; dan

(e) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis

pelaksanaan tugas di bidang intelijen keimigrasian dan tempat pemeriksaan imigrasi.

(4) Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, yang bertugas

membantu Kepala Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di bidang Pelayanan Hukum dan HAM berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Pelayanan Hukum dan HAM melaksanakan fungsi :

(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang hukum; (b) Pengkoordinasian pelayanan teknis di bidang hukum;

(c) Pelayanan administrasi hukum umum dan jasa hukum

lainnya;

(d) Pelayanan penerimaan permohonan pendaftaran di

bidang hak kekayaan intelektual;

(e) Pelaksanaan litigasi dan sosialisasi di bidang hak kekayaan intelektual;

(f) Pelaksanaan pemenuhan, pemajuan, perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia;

(g) Pengembangan budaya hukum, pemberian informasi

hukum, penyuluhan hukum dan desiminasi hak asasi manusia;

(h) Pengkoordinasian program legislasi daerah;

(i) Pelaksanaan pengkoordinasian jaringan dokumentasi dan informasi hukum; dan

(41)

  24

Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia) menyatakan bahwa Kantor Wilayah mempunyai tugas

melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dalam wilayah Provinsi berdasarkan

kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas

tersebut, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi :

(1) Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan pengawasan;

(2) Pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia;

(3) Penegakan hukum di bidang pemasyarakatan, keimigrasian, administrasi hukum umum, dan hak kekayaan intelektual;

(4) Perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan

penghormatan hak asasi manusia; (5) Pelayanan hukum;

(6) Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi

hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia; dan

(7) Pelaksanaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang

administrasi di lingkungan Kantor Wilayah (Pasal 3 Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).

Untuk melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia dibidangnya di wilayah masing-masing ada pada

Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit Pelaksana Teknis bertanggungjawab

(42)

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Unit Pelaksana Teknis

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari :

(1) Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS);

(2) Rumah Tahanan Negara (RUTAN);

(3) Cabang Rumah Tahanan Negara (CABRUTAN);

(4) Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN);

(5) Balai Pemasyarakatan (BAPAS); (6) Kantor Imigrasi (KANIM);

(7) Rumah Detensi Imigrasi (RUDENIM); dan

(8) Balai Harta Peninggalan (BHP) (Pasal 56 Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).

2.2.2.2Kantor Imigrasi

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, kantor imigrasi adalah “unit pelaksana teknis yang

menjalankan fungsi keimigrasian di daerah kabupaten, kota, atau

kecamatan”.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR

07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi

mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

(1)Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM di Bidang Keimigrasian wilayah yang bersangkutan;

(2)Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kantor Imigrasi mempunyai fungsi:

(a) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian;

(b)Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Lalu Lintas

Keimigrasian;

(c) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Status

Keimigrasian;

(d)Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Pengawasan

(43)

  26

2.2.3

Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Dari Sudut

Hukum Administrasi Negara

2.2.3.1Pengawasan Keimigrasian

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari

kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat

sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali

memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang

diawasi”.

Menurut Sondang P. Siagian, “pengawasan adalah proses

pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan

sesuai dengan rencana yang ditetapkan”. Fungsi pengawasan adalah

mencegah dan menindak segala bentuk penyimpangan tugas-tugas

pemerintah dari yang telah digariskan; dan menghindari/ mengoreksi

kekeliruan baik yang disengaja atau tidak dalam rangka administrasi

negara. Sedangkan tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah

tujuan negara itu tercapai atau tidak (Arif Hidayat, 2009;73).

Sedangkan menurut pasal 66 (2) Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pengawasan

keimigrasian meliputi:

(1)Pengawasan terhadap Warga Negara Indonesia yang

(44)

(2) Pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia.

Dalam hal ini, menurut pasal 68 Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, pengawasan

keimigrasian terhadap orang asing dilaksanakan pada saat permohonan

Visa, masuk atau keluar, dan pemberian izin tinggal dilakukan dengan:

(1) Pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan

informasi;

(2) Penyusunan daftar nama orang asing yang dikenai

penangkalan dan pencegahan;

(3) Pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia;

(4) Pengambilan foto dan sidik jari; dan

(5) Kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006),

menjelaskan bahwa Pengawasan orang asing terdapat 2 (dua) macam,

yaitu pengawasan administratif dan pengawasan operasional,

Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui penelitian surat-surat atau dokumen, berupa pencatatan, pengumpulan data dan penyajian maupun penyebaran informasi secara manual dan elektronik tentang lalu lintas keberadaan dan kegiatan orang asing . Sedangkan pengawasan operasional, yaitu pengawasan lapangan yang dilakukan berupa pemantauan, patroli, razia dengan mengumpulkan bahan keterangan, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak pidana keimigrasian. (Lucky, Tesis FH UNDIP; 2006).

Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing

yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara koordinasi.

(45)

  28

Badan atau Instansi yang terkait adalah bahwa pada dasarnya pengawasan orang asing menjadi tanggung jawab Menteri Hukum dan HAM dan Pejabat Imigrasi (Abdullah, 1993;89).

2.2.3.2Penindakan Keimigrasian

Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006),

“Penindakan adalah melakukan suatu tindakan hukum administrasi

terhadap orang yang tidak mentaati peraturan dan atau melakukan kegiatan

yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum”.

Sedangkan menurut Arif Hidayat dalam bukunya Hukum

Administrasi Negara Lanjut, (Semarang: FH UNNES, 2009;35), yang

dimaksud tindakan hukum pemerintahan adalah “ pernyataan kehendak

sepihak dari organ pemerintah dan membawa akibat pada hubungan

hukum atau keadaan hukum yang ada, maka kehendak organ tersebut tidak

boleh mengandung cacat seperti kekhilafan, penipuan, paksaan, dan

lain-lain yang menyebabkan akibat-akibat hukum yang tidak sah”.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, tindakan keimigrasian adalah “tindakan

administrarif atau sanksi administratif dalam bidang keimigrasian di luar

proses peradilan”. Dalam pelaksanaannya, tindakan keimigrasian dapat

dilakukan terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia karena

alasan-alasan bahwa orang asing itu:

(1) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi

(46)

(2) Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dalam hal ini, tindakan administratif keimigrasian yang

sebagaimana telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

pasal 75 ayat (2), dapat berupa diantaranya yaitu:

(1) Pencantuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan; (2) Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal; (3) Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu

di Wilayah Indonesia;

(4) Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia;

(5) Pengenaan biaya beban; dan/ atau (6) Deportasi dari Wilayah Indonesia.

2.2.3

Orang Asing

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, yang dimaksud orang asing adalah “orang yang

bukan warga negara Indonesia”. Sedangkan menurut Austin Ranney, orang

asing adalah “orang yang untuk sementara atau tempat bertempat tinggal

di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai warga negara”.

Orang asing disebut juga dengan Warga Negara Asing (WNA).

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda

Jasa, Dan Tanda Kehormatan, yang dimaksud Warga Negara Asing yang

selanjutnya disingkat WNA adalah “orang-orang bangsa lain yang

disahkandengan undang-undang sebagai warga negara asing”.

Dalam Undang – undang Keimigrasian ditentukan, bahwa Setiap

(47)

  30

keimigrasian. Izin Keimigrasian tersebut dalam prakteknya adalah berupa

izin masuk, yang diatur menurut kepentingan atapun tujuan masuknya

orang asing ke wilayah Indonesia dan dari izin masuk diberikan izin

tinggalnya.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian, izin tinggal adalah “izin yang diberikan kepada

orang asing oleh pejabat imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk

berada di Wilayah Indonesia”. Izin tersebut terdiri dari:

(1) Izin Singgah, diberikan kepada Orang Asing yang memerlukannya singgah di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara;

(2) Izin Kunjungan, diberikan kepada Orang Asing berkunjung ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dan dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha;

(3) Izin Tinggal Terbatas, diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu terbatas; (4) Izin Tinggal Tetap, diberikan kepada Orang Asing yang

untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia.

Dalam Undang-undang Keimigrasian juga ditentukan, bahwa untuk

mendapatkan izin keimigrasian, setiap orang asing harus:

(1) Memiliki surat perjalanan yang sah; (2) Memiliki visa;

(3) Sehat, tidak menderita gangguan jiwaatau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum;

(4) Memiliki izin masuk kembali (reentry permit); (5) Mempunyai izin untuk masuk ke negara lain;

(6) Memberikan keterangan yang benar dalam memperoleh

(48)

2.3

Kerangka Berpikir

Secara umum kerangka berpikir yang hendak di bangun dilihat

dapat dalam bagan sebagai berikut:

2.3.1 Bagan

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Sumber: Analisis Peneliti 2013 (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara; (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;

(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian;

(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.

Landasan Teori:

1.Teori peran dan fungsi; 2.Pejabat Imigrasi

3.Pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut HAN

4.Orang asing

Lembaga Negara:

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Yuridis empiris : 1. Wawancara

2. Dokumentasi

3.Studi Pustaka

Kendala Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia  Peran dan fungsi Kantor

Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia 

Upaya Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam mengatasi kendala tersebut 

Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam pelaksanaan pengawasan Pengawasan

dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia

Mengetahui Peran dan fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, mengetahui hambatan Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, serta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.

Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian hukum selanjutnya mengenai Peran dan fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia 

UUD 1945

(49)

  32

2.3.2 Penjelasan:

2.3.2.1Input (input)

Peneliti mendasarkan penelitian ini pada dasar-dasar hukum yaitu:

Pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara;

Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara; Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011

tentang Keimigrasian; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia; Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994

tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian.

2.3.2.2Procees (proses)

Dasar-dasar hukum tersebut yang akan menjadi landasan sebagai

fokus penelitian yang akan dilakukan mengenai 3 (tiga) permasalahan

tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

(50)

(1) Bagaimanakah peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan

dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan

dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?

(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut?

2.3.2.3Output (tujuan)

Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui Peran dan fungsi

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam

melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di

Indonesia, mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

terhadap orang asing di Indonesia, serta mengetahui upaya untuk

mengatasi kendala tersebut.

2.3.2.4Outcome (manfaat)

Kerangka berfikir diatas merupakan sarana untuk mencapai hasil

akhir dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai referensi bagi

penelitian hukum selanjutnya dan memberi sumbangan pemikiran bagi

ilmu pengetahuan terkait dengan Peran dan fungsi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Dasar Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam skripsi ini yaitu

metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah “Penelitian yang

menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis

statistik atau cara kuantifikasi lainnya” (Moleong, 2009: 6). Sedangkan

menurut Afifudin dan Saebani (2009: 57) metode penelitian kualitatif

diartikan sebagai “Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi

objek yang alamiah, (lawannya eksperimen) dimana peneliti merupakan

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna daripada generalisasi”.

Sesuai dasar penelitian tersebut maka penelitian ini diharapkan

mampu mendeskripsikan tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di

(52)

3.2

Pendekatan Penelitian

Dilihat dari segi pendekatan penelitiannya, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan yuridis empiris atau juga bisa disebut yuridis

sosiologis. Pendekatan yuridis empiris adalah “penelitian yang melihat dari

kenyataan atau data yang ada dalam praktik yang selanjutnya dihubungkan

dengan ketentuan hukum yang berlaku” (Soemitro, 1985:9).

Metode ini bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala hukum

yang akan diteliti dengan menekankan pemahaman permasalahan,

khususnya pada peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan

keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.

3.3

Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya “Hasil penelitian ini

berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang

suatu keadaan atau gejala yang diteliti” (Soerjono Soekanto, 1985: 10).

Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara rinci,

sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan

peran dan fungsi Kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian

(53)

  36

3.4

Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan tahapan yang sangat menentukan dalam

penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif (dapat diubah sesuai

dengan latar penelitian). Fokus penelitian pada dasarnya adalah “Masalah

pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan

yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan

lainnya” (Moleong, 2009: 97).

Sesuai dengan pokok permasalahan, maka fokus dari penelitian ini

yaitu :

(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap

orang asing di Indonesia;

(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing

di Indonesia;

(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

dalam mengatasi kendala tersebut.

3.5

Lokasi Penelitian

Untuk menunjang informasi tentang Peran dan Fungsi Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan

Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di

(54)

atau badan yang berwenang dengan masalah yang diteliti. Lokasi yang

ditentukan penulis yaitu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian di Kantor

Imigrasi kelas I Semarang dan Kantor Imigrasi kelas II Pemalang yang

mana adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.

3.6

Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah “Sumber dari mana data dapat

diperoleh” (Meloeng, 2000: 114). Sumber data merupakan masalah yang

perlu diperhatikan dalam setiap penelitian ilmiah, agar diperoleh data yang

lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah “Kata-kata dan tindakan orang-orang yang

diamati atau diwawancarai” (Moleong, 2009: 157). Sumber data ini dicatat

melalui catatan tertulis yang dilakukan melalui wawancara yang diperoleh

peneliti dari :

3.6.1.1Informan

Informan adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian” (Moleong, 2009: 132).

(55)

  38

(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid)

Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem

Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah.

3.6.1.2Responden

Responden adalah “Orang yang diminta memberikan keterangan

tentang suatu fakta atau pendapat” (Arikunto, 2002: 122). Responden dalam

penelitian ini yaitu:

(1) Bapak Afif Nur Anshari , S.H., selaku Staf Divisi Keimigrasian Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;

(2) Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,selaku Kepala Sub Seksi

Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;

(3) Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., selaku Kepala Sub Seksi

Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang; dan

(4) Emmy Hutapea, S.H., selaku pihak sponsor orang asing.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data dari penelitian kepustakaan dimana

dalam data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yaitu sebagai

(56)

3.6.2.1Bahan Hukum Primer

Adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat. Berupa peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan

permasalahan yang dibahas, yaitu meliputi :

(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

(2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;

(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia;

(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia;

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan

orang asing dan tindakan keimigrasian; dan

(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun

1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.

3.6.2.2Bahan Hukum Sekunder

Adalah bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum

primer, dimana bahan hukum sekunder berupa buku literatur, hasil karya

sarjana. Literatur tersebut antara lain:

(57)

  40

(2) Buku-buku tentang Keimigrasian, Khususnya tentang pengawasan

dan penindakan keimigrasian.

(3) Website-website tentang Keimigrasian, Khususnya tentang

pengawasan dan penindakan keimigrasian.

3.7

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan masalah yang perlu

diperhatikan dalam setiap pelaksanaan penelitian ilmiah untuk

memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun metode pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

3.7.1 Wawancara (Interview)

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu.

Wawancara/percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (Meleong,

2006: 186).

Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui

jawaban. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan

informan dan responden, yaitu:

(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid)

Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor

(58)

(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem

Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Gambar

Tabel                                                                                                                 Halaman
Gambar
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan
gambar dan tulisan PENGAYOMAN di bawah berwarna kuning emas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara kongkrit tentang Prosedur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Pelanggaran Izin Tinggal Warga Negara

pengkoordinasian, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan izin tinggal, izin masuk kembali, surat keterangan Keimigrasian, bukti pendaftaran anak

Melakukan penyusunan rencana, pelaksanaan, pengkoordinasian, evaluasi dan pelaporan di bidang pemeriksaan dokumen perjalanan dan dokumen Keimigrasian, pemberian tada masuk

Kantor Imigrasi Kelas II TPI Tual sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang keimigrasian pada lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Kebijakan leading sector kegiatan patroli pengawasan dan penegakan hukum keimigrasian di wilayah perairan Kepulauan Riau sesuai arahan dan petunjuk Direktorat Jenderal Imigrasi

Melakukan penyusunan rencana, pelaksanaan, pengkoordinasian, evaluasi dan pelaporan di bidang pemeriksaan dokumen perjalanan dan dokumen Keimigrasian, pemberian tada masuk

Mempunyai tugas melakukan penyebaran dan pemantauan informasi serta pengelolaan sarana komunikasai Keimigrasian di lingkungan Kantor Imigrasi Kelas II TPI Dumai

Penegakan hukum keimigrasian berupa pengawasan dan penindakan di lakukan oleh Direktorat Jendral Imigrasi yang berada dibawah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang kemudian