PERAN DAN FUNGSI KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH
DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN
PENINDAKAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG
ASING DI INDONESIA (STUDI DI KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH)
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Negeri
Semarang
Oleh
Eka Rendytia Faizal
8150408069
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)” yang ditulis oleh Eka Rendytia
Faizal telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada:
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Sartono Sahlan, M.H Arif Hidayat, S.H.I., M.H NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19790722 200801 1 008
Mengetahui,
Pembantu Dekan Bidang Akademik
Drs. Suhadi, S.H., M.Si.
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Hukum, Universitas Negeri Semarang pada tanggal
Panita :
Ketua Sekretaris
Drs. Sartono Sahlan, M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si. NIP. 19530825 198203 1 003 NIP. 19671116 199309 1 001
Penguji Utama
Tri Sulistiyono, S.H., M.H
NIP. 19750524 200003 1 002
Penguji I Penguji II
Drs. Sartono Sahlan M.H. Arif Hidayat, S.H.I., M.H
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini yang berjudul “Peran dan
Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam
Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing
di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah)” benar-benar hasil karya sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak
menjiplak karya ilmiah orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Semarang, 5 Februari 2013
Penulis,
Eka Rendytia Faizal
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
(1) “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (Qs. At-Taubah,
9:20).
(2) “Tiada seorangpun yang keluar dari rumahnya dalam rangka mencari ilmu,
kecuali Allah memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Ath Thabrani).
(3) “Hidup pasti akan mengalami perpindahan, berpindahlah dari kehidupan yang
dulu kurang baik menjadi yang lebih baik lagi” (Eka Rendytia F).
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
(1) Kedua orang tuaku (Bapak Moh. Taufik, BA dan
Ibu Endang Supriyatni, S.Pd) yang menjadi
penyemangat dan motivasi hidupku.
(2) My Brother Ricko Dwi Pambudi.
(3) Seluruh Keluarga Besarku.
(4) Temen Kost Dewi Sartika 83A Koplak.
(5) Sahabat-sahabatku “JALANG”.
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, anugerah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan
dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia (Studi di
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah)”. Dengan
selesainya skripsi ini dalam menempuh studi strata 1 di Fakultas Hukum. Penulis
menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas
Negeri Semarang.
2. Bapak Drs. Sartono Sahlan, M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang dan sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan
kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan bimbingan,
masukan dan saran dalam menyusun skripsi ini.
3. Bapak Drs. Suhadi, S.H., M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang.
4. Bapak Tri Sulistiyono, S.H., M.H. sebagai Ketua Bagian Hukum Tata
Negara.
5. Bapak Arif Hidayat, S.H.I, M.H., sebagai Dosen Pembimbing II yang
dengan kesabaran, ketelitian dan kebijaksanaannya telah memberikan
vii
6. Ibu Anis Widyawati, S.H., M.H. sebagai Dosen Wali yang juga turut
memberikan pengarahan dan perhatiannya selama menempuh pendidikan
di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
yang memberikan ilmu yang sangat berharga selama pendidikan.
8. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
yang telah memberikan ijin penelitian.
9. Bapak Jusuf Perdana, S.H., MH., Kepala Bidang Intelijen, Penindakan
Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah bersedia diwawancarai.
10.Ibu Sri Warnati, S.H., Kepala Sub Bidang Sistem Informasi Keimigrasian
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah yang telah
bersedia diwawancarai.
11.Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kepala Sub Seksi Penindakan
Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang yang telah bersedia
diwawancarai.
12.Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kepala Sub Seksi Pengawasan
pada Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang yang telah bersedia
diwawancarai.
13.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Moh. Taufik, BA dan Ibu Endang
Supriyatni, S.Pd, serta adiku Ricko Dwi Pambudi yang selalu mendoakan
14.Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
15.Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanganku di Fakultas Hukum
UNNES terimakasih untuk kebersamaan dan dukungannya.
16.Almamaterku, Universitas Negeri Semarang serta semua pihak yang
telah berperan hingga terwujud skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga amal baiknya mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T
dan akhirnya sebagai harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memenuhi
persyaratan di dalam menyelesaikan pendidikan sarjana dan bermanfaat bagi
semua yang membutuhkan.
Semarang, 5 Februari 2013
Penulis
Eka Rendytia Faizal
ix
ABSTRAK
Faizal, Eka Rendytia. 2012. Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia (Studi di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah). Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Sartono Sahlan, S.H., M.H., Pembimbing II: Arif Hidayat, S.H.I., M.H.
Kata Kunci: Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Orang Asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR BAGAN ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvii
i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9
1.2.1 Pembatasan Masalah ... 9
1.2.2 Batasan Masalah ... 10
1.3 Rumusan Masalah ... 11
xi
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
1.6 Sistematika Penulisan ... 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 16
2.2 Landasan Teori ... 19
2.2.1 Pengertian peran dan fungsi ... 19
2.2.2 Pejabat Imigrasi ... 21
2.2.2.1 Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah ... 20
2.2.2.2 Kantor Imigrasi ... 25
2.2.3 Pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut Hukum Administrasi Negara ... 26
2.2.2.1 Pengawasan keimigrasian ... 26
2.2.2.2 Penindakan keimigrasian ... 28
2.2.4 Orang asing ... 29
2.3 Kerangka Berpikir ... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Penelitian ... 34
3.2 Pendekatan Penelitian ... 35
3.3 Spesifikasi Penelitian ... 35
3.4 Fokus Penelitian ... 36
3.5 Lokasi Penelitian ... 36
3.6.1 Data Primer ... 37
3.6.2 Data Skunder ... 38
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.8 Uji Keabsahan Data ... 42
3.9 Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah ... 47
4.1.2 Mobilitas Orang Asing di Wilayah Jawa Tengah ... 57
4.1.3 Mekanisme Pengawasan dan penindakan Keimigrasian ... 62
4.1.4 Peran dan Fungsi Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 67
4.1.5 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 73
4.1.6 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut ... 76
4.2 Pembahasan ... 79
xiii
4.2.2 Kendala Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam
Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
Terhadap Orang Asing di Indonesia ... 85
4.2.3 Upaya Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut ... 87
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 90
5.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Daftar Unit Pelaksana Teknis Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah ... 51
4.2 Jumlah orang asing di Wilayah Jawa Tengah periode Januari s/d Juli
Tahun 2012 ... 59
4.3 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I Semarang periode
Januari s/d Juli Tahun 2012 ... 60
4.4 Jumlah orang asing di Wilayah Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang periode
Januari s/d Juli Tahun 2012 ... 60
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
2.1 Kerangka berpikir ... 31
3.1 Perbandingan Triangulasi ... 42
3.2 Komponen-komponen dan alur data kualitatif ... 45
4.1 Struktur organisasi Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah... 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah;
2. Struktur Kantor Imigrasi Se-Jawa Tengah;
3. SK Penetapan Dosen Pembimbing;
4. Surat Ijin Penelitian di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah;
5. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;
6. Surat Ijin Penelitian di Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang;
7. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;
8. Laporan Selesai Bimbingan Skripsi;
9. Kartu Bimbingan Skripsi;
10.Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor
M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
1.1
Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis dalam
pergaulan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber
daya alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan arus lalu lintas orang
masuk dan keluar wilayah Indonesia semakin meningkat. Kehadiran orang
asing di Indonesia, di samping telah memberikan pengaruh positif, juga
telah memberikan pengaruh negatif berupa timbulnya ancaman terhadap
pembangunan itu sendiri. Banyaknya terjadi arus imigran gelap,
penyelundupan orang, perdagangan anak dan wanita yang berdimensi
internasional dan meningkatnya sindikat-sindikat internasional di bidang
terorisme, narkotika, pencucian uang, penyelundupan dan lain-lain.
Menurut Wahyudin Ukun dalam bukunya Deportasi Sebagai
Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang
Keimigrasian (2004 : 31),
2
universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya.
Untuk mengatur hal tersebut, di Indonesia telah di atur dalam
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya yaitu, Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-undang tersebut
merupakan peraturan yang mengatur hal ihwal lalu lintas orang yang masuk
atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan terhadap
orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.
Semua aspek keimigrasian juga didasarkan pada apa yang telah
digariskan dalam UUD 1945 sebagai hukum dasar untuk operasionalisasi
dan pengaturan tugas-tugas pemerintahan di bidang keimigrasian. Di dalam
dasar-dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian disebutkan antara lain, bahwa pengaturan dan pelayanan di
bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan Negara Republik
Indonesia sebagai Negara hukum berdasarkan UUD 1945. Pengaturan
keimigrasian ini tertuang dalam Undang – undang Dasar tahun 1945 Bab X
pasal 26 yang memuat Warga Negara dan penduduk, dimana Warga Negara
dan penduduk adalah subjek daripada keimigrasian itu sendiri.
Menurut JG Starke dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional,
(Jakarta: Sinar Grafik, 2000), “Pelaksanan pengaturan lalu lintas orang
tersebut merupakan derivasi dari Negara untuk memberi izin atau melarang
orang asing masuk ke dalam wilayahnya dan merupakan atribut esensial dari
memasuki wilayah Indonesia harus tunduk pada keimigrasian Indonesia”
(Ratna, Tesis; 2009).
Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, “Pengertian keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang
yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasanya dalam
rangka menjaga tegaknya kedaulatan Negara”. Ada dua hal yang sangat
mendasar dalam hal pengertian keimigrasian Indonesia yaitu pertama adalah
aspek lalu lintas orang antar negara, sedang yang kedua adalah menyangkut
pengawasan orang asing yang meliputi pengawasan terhadap masuk dan
keluar, pengawasan keberadaan serta pengawasan terhadap kegiatan orang
asing di Indonesia.
Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008 : 3), “Pengertian
pengawasan dalam fungsi keimigrasian adalah keseluruhan proses kegiatan
untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan”. Pada awalnya pelaksanaan
pengawasan hanya dilakukan terhadap orang asing saja, akan tetapi
mengingat perkembangan dan dinamika masyarakat yang semakin
kompleks, hal tersebut dilakukan secara menyeluruh, termasuk juga
terhadap Warga Negara Indonesia, khususnya dalam hal penyalahgunaan
dan pemalsuan dokumen perjalanan. Pengawasan orang asing dilakukan
mulai saat memasuki, berada dan sampai meninggalkan Indonesia. Aspek
pelayanan dan pengawasan ini tidak terlepas dari sifat wilayah Indonesia
4
Marauke, terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, serta
mempunyai jarak yang dekat bahkan berbatasan dengan beberapa Negara
tetangga. Pengawasan keimigrasian mencakup penindakan keimigrasian
atau penegakan hukum keimigrasian baik yang bersifat administratif
maupun tindak pidana keimigrasian.
Dewasa ini luas lingkup dari keimigrasian tidak lagi mencakup
pengaturan, penyelenggaraan keluar-masuk orang dari dan ke dalam
wilayah Indonesia, serta pengawasan orang asing yang berada di wilayah
Indonesia, akan tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar
wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia demi
kepentingan umum, penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana
keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan mekanisme
pemberian izin keimigrasian.
Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan
administrasi Negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh
karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu
fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian
dapat dikatakan bagian dari bidang hukum administrasi Negara (Bagir
Manan, 2000; 7).
Menurut Muhammad Indra (Disertasi, 2008: 4), “di lihat dari sudut
fungsi hukum keimigrasian tersebut, hukum keimigrasian tidak hanya
bersinggungan dan bertalian erat dengan hukum yang lain, seperti hukum
ekonomi, hukum internasional dan hukum pidana.”
Proses penegakan hukum keimigrasian, pandangan tersebut sangat
penting karena penentuan suatu kasus pelanggaran diselesaikan dengan
proses hukum pidana atau administratif diletakkan pada kewenangan
(diskresi) pejabat imigrasi. Untuk itu perlu ada batasan dan kategorisasi
yang tegas dalam proses penegakan hukum yang dapat ditempuh yaitu
antara tindakan hukum pidana dengan tindakan hukum administratif,
sehingga tidak lagi digantungkan pada penilaian pejabat imigrasi tetapi
didasarkan sistem atau peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan proses penyelesaian perkara keimigrasian secara cepat,
efektif dan efisien.
Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, “Penindakan keimigrasian adalah suatu tindakan administratif
dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan”. Dalam
pelaksanaannya, Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang
asing yang berada di wilayah Indonesia karena alasan-alasan bahwa orang
asing itu:
(a) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi
keamanan dan ketertiban umum;
(b) Tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang
6
Menurut Website Direktorat Jenderal Imigrasi
(http://www.imigrasi.go.id) yang diakses pada tanggal 13 Desember 2011,
Keimigrasian di Indonesia sudah ada sejak jaman kolonial Belanda namun secara historis pada tanggal 26 Januari 1950 untuk pertama kalinya diatur langsung oleh pemerintah Republik Indonesia dan diangkat Mr. Yusuf Adiwinata sebagai Kepala Jawatan Imigrasi berdasarkan Surat Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat No. JZ/30/16 tanggal 28 Januari 1950 yang berlaku surut sejak tanggal 26 Januari 1950. Momentum tersebut hingga saat itu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Imigrasi oleh setiap jajaran Imigrasi Indonesia. Organisasi Imigrasi sebagai lembaga dalam struktur kenegaraan merupakan organisasi vital sesuai dengan sasanti “Bhumi Pura Purna Wibawa” yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa. Sejak ditetapkannya Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, maka sejak saat itu tugas dan fungsi keimigrasian di Indonesia dijalankan oleh Jawatan Imigrasi atau sekarang Direktorat Jenderal Imigrasi dan berada langsung di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
adalah salah satu lembaga negara yang membidangi urusan hukum dan hak
asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia dipimpin oleh seorang Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Menkumham). Nomenklatur kementerian ini telah mengalami
beberapa kali perubahan. Mulai dari Departemen Kehakiman (1945-1999),
Departemen Hukum dan Perundang-undangan (1999-2001), Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (2001-2004), dan Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia (2004-2009). Kemudian berdasarkan
Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan
Kementerian Negara, nomenklatur Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia berubah lagi menjadi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
hingga sekarang.
Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tanggal 30
Desember 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia adalah unsur pelaksana pemerintah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menyelenggarakan fungsi:
(a) perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan hak asasi manusia;
(b)pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
(c) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
(d)pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan urusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah;
(e) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan (f) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi-fungsinya tersebut, dalam
rangka asas dekonsentrasi, Kementerian Hukum dan HAM membagi dan
atau melimpahkan kewenangannya kepada suatu instansi vertikal. Instansi
vertikal di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM adalah Kantor
8
dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan HAM Republik
Indonesia. Nomenklatur Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia ini juga mengalami beberapa kali perubahan mengikuti
pusatnya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PR.07.10 Tahun
1982 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen
Kehakiman, maka dibentuklah Kantor Wilayah Departemen Kehakiman
Jawa Tengah. Kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri
Kehakiman Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. Pada tahun 2005
dikeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, dan sekarang ini Kantor Wilayah Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia menggunakan nomeklatur Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Untuk melaksanakan tugasnya, yaitu pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM Jawa Tengah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT),
yaitu Kantor Imigrasi (Kanim). Kantor Imigrasi di propinsi Jawa Tengah
terdiri dari 6 (enam) Kanim, diantaranya Kanim Semarang, Kanim
Surakarta, Kanim Cilacap, Kanim Pemalang, Kanim Pati, Kanim
Apabila kita melihat fakta yang terjadi dalam beberapa bulan
terakhir terhitung dari bulan januari sampai bulan juli, mobilitas orang asing
di Jawa Tengah semakin banyak. Berdasarkan data yang berada di Divisi
Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
tercatat sebanyak 3216 orang asing.
Berdasarkan data di atas, kita dapat melihat banyaknya jumlah orang
asing yang ada di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, untuk itu perlu
dilakukan suatu pengawasan dan penindakan terhadap orang asing tersebut.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di Indonesia”.
1.2
Identifikasi dan Batasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Penelitian ini mengangkat dan mendeskripsikan Peran dan fungsi
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam melaksanakan
pengawasan dan penindakan Keimigrasian terhadap orang asing di
Indonesia, maka tentu banyak masalah-masalah yang perlu diidentifikasi,
di antaranya yaitu:
(1) Adanya mobilitas orang asing dan pelanggarannya serta penindakan
10
(2) Bentuk dan mekanisme pengawasan dan penindakan keimigrasian
terhadap orang asing di Indonesia;
(3) Tugas ndan kewenangan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
terhadap orang asing di Indonesia;
(4) Adanya kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap
orang asing di Indonesia;
(5) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan pengawasan dan
penindakan terhadap orang asing di Indonesia.
1.2.2 Batasan Masalah
Agar arah penelitian ini lebih terfokus, tidak kabur dan sesuai
dengan tujuan penelitian, maka penulis merasa perlu untuk membatasi
masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah tersebut adalah :
(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
terhadap orang asing di Indonesia;
(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap
(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
dalam mengatasi kendala tersebut.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka
permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
(1) Apa saja peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
terhadap orang asing di Indonesia?
(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan
penindakan terhadap orang asing di Indonesia?
(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut?
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
(1) Mengetahui peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
12
(2) Mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
terhadap orang asing di Indonesia;
(3) Mengetahui upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah dalam mengatasi kendala tersebut.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis.
(1) Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat
menunjang kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
(2) Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti
khususnya mengenai Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum
dan HAM Jawa Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan
penindakan keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia;
(3) Menambah sumber khasanah pengetahuan tentang Peran dan fungsi
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam
pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang
asing di Indonesia;
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1Bagi Peneliti
Peneliti dapat menemukan berbagai persoalan yang dihadapi
tentang Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian
terhadap orang asing di Indonesia. Dan menambah wawasan peneliti
dalam bidang hukum khususnya hukum tata negara.
1.5.2.2Bagi Masyarakat
Dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat mengenai
Peran dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
dalam pelaksanaan Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap
orang asing di Indonesia.
1.5.2.3Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Indonesia
khususnya dalam Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap
orang asing di Indonesia.
1.6
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yang mencakup 5
(lima) Bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
1.6.1 Bagian Awal Skripsi
Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar kosong berlogo
14
pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan persembahan, kata
pengantar, lembar abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar
lampiran.
1.6.2 Bagian Pokok Skripsi
Bagian pokok skripsi terdiri atas bab pendahuluan, teori yang
digunakan untuk landasan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan, dan penutup. Adapun bab-bab dalam bagian pokok skripsi
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai teori-teori yang digunakan untuk landasan
penelitian, diantaranya yaitu otoritas keimigrasian, pengawasan dan
penindakan keimigrasian dari sudut HAN, serta orang asing.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi mengenai metode yang digunakan, yaitu meliputi dasar
penelitian, pendekatan penelitian, spesifikasi penelitian, lokasi penelitian,
metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi mengenai hasil penelitian yang meliputi peran dan fungsi
melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang
asing di Indonesia, kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia, dan upaya Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam mengatasi kendala
tersebut.
BAB V PENUTUP
Berisi mengenai simpulan dan saran.
1.6.3 Bagian Akhir Skripsi
Bagian akhir skripsi yang terdiri dari daftar pustaka dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah
penulis baca diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Sunu Tedy Maranto, ST dalam
tesisnya di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2008, dengan judul “Tugas
Pokok dan Fungsi Departemen Hukum dan HAM RI di Bidang Pelayanan
Hukum Pasca Amandemen UUD 1945” (Studi Kasus di Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah). Kesimpulan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
(1) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia) di bidang pelayanan hukum meliputi pelayanan jasa hukum, pelayanan keimigrasian, pelayanan terhadap narapidana dan warga binaan pemasyarakatan, pelayanan penyuluhan hukum serta pelayanan hak asasi manusia.
(2) Di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM Jawa Tengah (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah) pelaksanaan tugas pelayanan jasa hukum dilaksanakan di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Balai Harta Peninggalan Semarang.
(3) Pelayanan keimigrasian dilaksanakan di Kantor-Kantor
(4) Pelayanan terhadap narapidana, tahanan dan warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara di Jawa Tengah.
(5) Pelayanan penyuluhan hukum dan pelayanan HAM
dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah.
(6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang sebagian
besar di bidang pelayanan hukum, Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Jawa Tengah menghadapi berbagai permasalahan/kendala yuridis, seperti masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, kurangnya anggaran, sarana dan prasarana, organisasi, kewenangan, tidak adanya standar pelayanan dan standar biaya, integritas dan profesionalisme pegawai yang kurang, kesadaran hukum masyarakat yang kurang dan kurangnya kualitas mutu pelayanan hukum (Maranto, Tesis FH UNDIP;2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wilis dalam tesisnya di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2009, dengan
judul “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal
Orang Asing di Indonesia” (Studi wilayah Kantor Imigrasi kelas I khusus
Medan). Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1)Pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif.
(2)Sistem pengawasan keimigrasian oleh Kantor Imigrasi
Kelas I Khusus Medan dilakukan yang Pertama,
Pengawasan administrasi, diatur dalam Pasal 40 huruf a, b,
d dan e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Kedua,
Pengawasan operasional, diatur dalam Pasal 40 huruf c dan e Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992.
(3)Penindakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
18
terjadinya ketidakpastian hukum dalam penindakan pelanggaran melampaui batas waktu izin tinggal. Pengaturan dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian yang menyebutkan perbuatan overstay sebagai suatu perbuatan kriminal adalah tidak lazim di dunia internasional dan di dalam pelaksanaannya hampir sebagian besar dilaksanakan secara hukum administratif (Wilis, Tesis FH USUM;2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Agung Binarto dalam tesisnya
di Fakultas Hukum UNDIP tahun 2006, dengan judul “Pelaksanaan
Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal
Imigrasi Dalam Rangka Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran
Undang-Undang Keimigrasian”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
(1) Pelaksanaan penyidikan pelanggaran undang-undang
keimigrasian yang dilakukan oleh PPNS Keimigrasian dilakukan berdasarkan ketentuan yang diatur KUHAP, dengan berbagai pengecualian sebagaimana yang diatur secara khusus oleh undang-undang keimigrasian. Berdasarkan hasil penegakan hukum terhadap pelanggaran undang-undang keimigrasian oleh PPNS Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi, diketahui bahwa sebagian besar pelaku pelanggaran undangundang keimigrasian dikenakan sanksi yang bersifat tindakan administratif oleh Pejabat Keimigrasian.
(2) Kendala-kendala yang muncul atau dihadapi oleh aparat penyidik pegawai negeri sipil imigrasi dalam melaksanakan tugasnya adalah :
(a) Pengalokasian anggaran yang masih belum memadai
dalam menunjang kelancaran operasional tugas penyidikan pelanggaran keimigrasian. Modus operandi kejahatan yang makin canggih, menimbulkan kesulitan dalam upaya melacak pelaku dan barang bukti. Keadaan tersebut harus didukung oleh cost operasional yang mencukupi.
(b) Sumber daya manusia yang masih belum memadai,
pelanggaran keimigrasian. Sampai saat ini belum ada standar tentang pendidikan PPNS, baik menyangkut kurikulum, jangka waktu pendidikan maupun penyelenggaraan pendidikan.
(c) Selama ini PPNS masih merupakan suatu pekerjaan
yang dilekatkan pada bidang atau kegiatan yang ada, sehingga tugas penyidikan yang menjadi tanggung jawab PPNS belum sepenuhnya dapat ditangani.
(d) Koordinasi yang belum baik antara kepolisian dengan kejaksaan, sehingga berakibat terjadinya pengembalian berkas perkara pelanggaran keimigrasian oleh kejaksaan sampai beberapa kali.
(3)Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan
formulatif tentang kewenangan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil agar penegakan hukum terhadap pelanggaran keimigrasian lebih optimal adalah :
(a) Cakupan wewenang PPNS keimigrasian perlu
diperluas, setidak-tidaknya sama dengan kewenangan penyidik Polri.
(b) Pemberian penjelasan yang lebih rinci terhadap
kewenangan PPNS berupa “melakukan tindakan lainnya menurut hukum”.
(c) Mekanisme penyelesaian permasalahan berkas yang
berlarut-larut dalam pemeriksaannya oleh kejaksaan. (d) Perumusan secara tegas dan jelas pejabat mana yang
bertanggung jawab sebagai pengendali, khususnya dalam penegakan hukum undang-undang keimigrasian (Binarto, Tesis FH UNDIP;2006).
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Pengertian Peran dan Fungsi
Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau yang disebut
sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat dari peran-peran ini,
hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi sumberdaya yang
langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang
20
terhadap aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga
setiap masyarakat memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang
diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang
dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang
sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran
mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan.
Makna peran menurut Suhardono, yaitu pertama penjelasan historis. Dalam hal ini, peran berarti katakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Dengan menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut. (http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.html)
Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
merupakan “kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang
dilakukan”. Sedangkan dalam ilmu administrasi negara, fungsi adalah
“sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan
sifat atau pelaksanaannya”.
Berdasarkan pengertian masing-masing dari kata peran dan fungsi
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi peran dan fungsi adalah
kesatuan pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai
serta kedudukannya yang memiliki aspek khusus serta saling berkaitan
satu sama lain menurut sifat atau pelaksanaannya untuk mencapai tujuan
2.2.2 Pejabat Imigrasi
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian, pejabat imigrasi adalah “pegawai yang telah melalui
pendidikan khusus keimigrasian dan memiliki keahlian teknis
keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab berdasarkan undang-undang ini”.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994
tentang Pengawasan Orang Asing dan Penindakan Keimigrasian, pejabat
imigrasi adalah “pejabat teknis keimigrasian atau pejabat lain yang karena
status atau kedudukannya mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung
jawab di bidang keimigrasian”.
Dalam hal pelaksanaan kegiatan pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing di wilayah Jawa Tengah, pejabat
imigrasi yang mempunyai kewenangan untuk bertindak adalah Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) yang dalam hal mengenai keimigrasian yaitu kantor
imigrasi.
2.2.2.1Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia merupakan instansi vertikal Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang berkedudukan di
setiap propinsi, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
22
Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dikepalai
oleh seorang Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
(sekarang menggunakan nomenklatur Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia), Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari beberapa divisi,
yaitu :
(1) Divisi Administrasi, yang bertugas membantu Kepala
Kantor Wilayah dalam melaksanakan pembinaan teknis di wilayah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Administrasi melaksanakan fungsi :
(a) Koordinasi penyusunan pelaksanaan kebijakan teknis, rencana dan program serta laporan;
(b) Pelaksanaan urusan keuangan dan perlengkapan; dan
(c) Pengelolaan urusan kepegawaian, hubungan
masyarakat, tata usaha dan rumah tangga di lingkungan Kantor Wilayah.
(2) Divisi Pemasyarakatan, yang bertugas membantu Kepala
Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di Bidang Pemasyarakatan berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Pemasyarakatan melaksanakan fungsi :
(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang
pemasyarakatan;
(b) Pengkoordinasian pelaksanaan teknis di bidang
pemasyarakatan; dan
(c) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan teknis di bidang pemasyarakatan.
(3) Divisi Keimigrasian, yang bertugas membantu Kepala
Wilayah di Bidang Keimigrasian berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Keimigrasian melaksanakan fungsi :
(a) Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
pengamanan teknis operasional di bidang keimigrasian;
(b) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal dan status keimigrasian;
(c) pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi;
(d) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang sistem informasi keimigrasian; dan
(e) Pengaturan, bimbingan dan pengamanan teknis
pelaksanaan tugas di bidang intelijen keimigrasian dan tempat pemeriksaan imigrasi.
(4) Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, yang bertugas
membantu Kepala Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di bidang Pelayanan Hukum dan HAM berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Divisi Pelayanan Hukum dan HAM melaksanakan fungsi :
(a) Pembinaan dan bimbingan teknis di bidang hukum; (b) Pengkoordinasian pelayanan teknis di bidang hukum;
(c) Pelayanan administrasi hukum umum dan jasa hukum
lainnya;
(d) Pelayanan penerimaan permohonan pendaftaran di
bidang hak kekayaan intelektual;
(e) Pelaksanaan litigasi dan sosialisasi di bidang hak kekayaan intelektual;
(f) Pelaksanaan pemenuhan, pemajuan, perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia;
(g) Pengembangan budaya hukum, pemberian informasi
hukum, penyuluhan hukum dan desiminasi hak asasi manusia;
(h) Pengkoordinasian program legislasi daerah;
(i) Pelaksanaan pengkoordinasian jaringan dokumentasi dan informasi hukum; dan
24
Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia (sekarang menggunakan nomenklatur Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia) menyatakan bahwa Kantor Wilayah mempunyai tugas
melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam wilayah Provinsi berdasarkan
kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi :
(1) Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian program, dan pengawasan;
(2) Pembinaan di bidang hukum dan hak asasi manusia;
(3) Penegakan hukum di bidang pemasyarakatan, keimigrasian, administrasi hukum umum, dan hak kekayaan intelektual;
(4) Perlindungan, pemajuan, pemenuhan, penegakan dan
penghormatan hak asasi manusia; (5) Pelayanan hukum;
(6) Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi
hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia; dan
(7) Pelaksanaan kebijakan dan pembinaan teknis di bidang
administrasi di lingkungan Kantor Wilayah (Pasal 3 Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).
Untuk melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia dibidangnya di wilayah masing-masing ada pada
Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit Pelaksana Teknis bertanggungjawab
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Unit Pelaksana Teknis
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari :
(1) Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS);
(2) Rumah Tahanan Negara (RUTAN);
(3) Cabang Rumah Tahanan Negara (CABRUTAN);
(4) Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN);
(5) Balai Pemasyarakatan (BAPAS); (6) Kantor Imigrasi (KANIM);
(7) Rumah Detensi Imigrasi (RUDENIM); dan
(8) Balai Harta Peninggalan (BHP) (Pasal 56 Permenkumham No. M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia).
2.2.2.2Kantor Imigrasi
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian, kantor imigrasi adalah “unit pelaksana teknis yang
menjalankan fungsi keimigrasian di daerah kabupaten, kota, atau
kecamatan”.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR
07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi
mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
(1)Kantor Imigrasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM di Bidang Keimigrasian wilayah yang bersangkutan;
(2)Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kantor Imigrasi mempunyai fungsi:
(a) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian;
(b)Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Lalu Lintas
Keimigrasian;
(c) Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Status
Keimigrasian;
(d)Melaksanakan tugas Keimigrasian dibidang Pengawasan
26
2.2.3
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Dari Sudut
Hukum Administrasi Negara
2.2.3.1Pengawasan Keimigrasian
Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari
kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat
sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali
memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang
diawasi”.
Menurut Sondang P. Siagian, “pengawasan adalah proses
pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana yang ditetapkan”. Fungsi pengawasan adalah
mencegah dan menindak segala bentuk penyimpangan tugas-tugas
pemerintah dari yang telah digariskan; dan menghindari/ mengoreksi
kekeliruan baik yang disengaja atau tidak dalam rangka administrasi
negara. Sedangkan tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah
tujuan negara itu tercapai atau tidak (Arif Hidayat, 2009;73).
Sedangkan menurut pasal 66 (2) Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pengawasan
keimigrasian meliputi:
(1)Pengawasan terhadap Warga Negara Indonesia yang
(2) Pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia.
Dalam hal ini, menurut pasal 68 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, pengawasan
keimigrasian terhadap orang asing dilaksanakan pada saat permohonan
Visa, masuk atau keluar, dan pemberian izin tinggal dilakukan dengan:
(1) Pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan
informasi;
(2) Penyusunan daftar nama orang asing yang dikenai
penangkalan dan pencegahan;
(3) Pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di Wilayah Indonesia;
(4) Pengambilan foto dan sidik jari; dan
(5) Kegiatan lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006),
menjelaskan bahwa Pengawasan orang asing terdapat 2 (dua) macam,
yaitu pengawasan administratif dan pengawasan operasional,
Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui penelitian surat-surat atau dokumen, berupa pencatatan, pengumpulan data dan penyajian maupun penyebaran informasi secara manual dan elektronik tentang lalu lintas keberadaan dan kegiatan orang asing . Sedangkan pengawasan operasional, yaitu pengawasan lapangan yang dilakukan berupa pemantauan, patroli, razia dengan mengumpulkan bahan keterangan, pencarian orang dan alat bukti yang berhubungan dengan tindak pidana keimigrasian. (Lucky, Tesis FH UNDIP; 2006).
Pelaksanaan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing
yang berada di wilayah Indonesia dilakukan secara koordinasi.
28
Badan atau Instansi yang terkait adalah bahwa pada dasarnya pengawasan orang asing menjadi tanggung jawab Menteri Hukum dan HAM dan Pejabat Imigrasi (Abdullah, 1993;89).
2.2.3.2Penindakan Keimigrasian
Menurut Lucky Agung Binarto (Tesis FH UNDIP; 2006),
“Penindakan adalah melakukan suatu tindakan hukum administrasi
terhadap orang yang tidak mentaati peraturan dan atau melakukan kegiatan
yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum”.
Sedangkan menurut Arif Hidayat dalam bukunya Hukum
Administrasi Negara Lanjut, (Semarang: FH UNNES, 2009;35), yang
dimaksud tindakan hukum pemerintahan adalah “ pernyataan kehendak
sepihak dari organ pemerintah dan membawa akibat pada hubungan
hukum atau keadaan hukum yang ada, maka kehendak organ tersebut tidak
boleh mengandung cacat seperti kekhilafan, penipuan, paksaan, dan
lain-lain yang menyebabkan akibat-akibat hukum yang tidak sah”.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian, tindakan keimigrasian adalah “tindakan
administrarif atau sanksi administratif dalam bidang keimigrasian di luar
proses peradilan”. Dalam pelaksanaannya, tindakan keimigrasian dapat
dilakukan terhadap orang asing yang berada di Wilayah Indonesia karena
alasan-alasan bahwa orang asing itu:
(1) Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga berbahaya bagi
(2) Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam hal ini, tindakan administratif keimigrasian yang
sebagaimana telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011
pasal 75 ayat (2), dapat berupa diantaranya yaitu:
(1) Pencantuman dalam daftar pencegahan atau penangkalan; (2) Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal; (3) Larangan untuk berada di satu atau beberapa tempat tertentu
di Wilayah Indonesia;
(4) Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia;
(5) Pengenaan biaya beban; dan/ atau (6) Deportasi dari Wilayah Indonesia.
2.2.3
Orang Asing
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian, yang dimaksud orang asing adalah “orang yang
bukan warga negara Indonesia”. Sedangkan menurut Austin Ranney, orang
asing adalah “orang yang untuk sementara atau tempat bertempat tinggal
di negara tertentu, tetapi tidak berkedudukan sebagai warga negara”.
Orang asing disebut juga dengan Warga Negara Asing (WNA).
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Gelar, Tanda
Jasa, Dan Tanda Kehormatan, yang dimaksud Warga Negara Asing yang
selanjutnya disingkat WNA adalah “orang-orang bangsa lain yang
disahkandengan undang-undang sebagai warga negara asing”.
Dalam Undang – undang Keimigrasian ditentukan, bahwa Setiap
30
keimigrasian. Izin Keimigrasian tersebut dalam prakteknya adalah berupa
izin masuk, yang diatur menurut kepentingan atapun tujuan masuknya
orang asing ke wilayah Indonesia dan dari izin masuk diberikan izin
tinggalnya.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian, izin tinggal adalah “izin yang diberikan kepada
orang asing oleh pejabat imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk
berada di Wilayah Indonesia”. Izin tersebut terdiri dari:
(1) Izin Singgah, diberikan kepada Orang Asing yang memerlukannya singgah di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara;
(2) Izin Kunjungan, diberikan kepada Orang Asing berkunjung ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dan dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha;
(3) Izin Tinggal Terbatas, diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu terbatas; (4) Izin Tinggal Tetap, diberikan kepada Orang Asing yang
untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia.
Dalam Undang-undang Keimigrasian juga ditentukan, bahwa untuk
mendapatkan izin keimigrasian, setiap orang asing harus:
(1) Memiliki surat perjalanan yang sah; (2) Memiliki visa;
(3) Sehat, tidak menderita gangguan jiwaatau penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum;
(4) Memiliki izin masuk kembali (reentry permit); (5) Mempunyai izin untuk masuk ke negara lain;
(6) Memberikan keterangan yang benar dalam memperoleh
2.3
Kerangka Berpikir
Secara umum kerangka berpikir yang hendak di bangun dilihat
dapat dalam bagan sebagai berikut:
2.3.1 Bagan
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
Sumber: Analisis Peneliti 2013 (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara; (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian;
(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.
Landasan Teori:
1.Teori peran dan fungsi; 2.Pejabat Imigrasi
3.Pengawasan dan penindakan keimigrasian dari sudut HAN
4.Orang asing
Lembaga Negara:
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
Yuridis empiris : 1. Wawancara
2. Dokumentasi
3.Studi Pustaka
Kendala Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia Peran dan fungsi Kantor
Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia
Upaya Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam mengatasi kendala tersebut
Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dalam pelaksanaan pengawasan Pengawasan
dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia
Mengetahui Peran dan fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, mengetahui hambatan Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia, serta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.
Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian hukum selanjutnya mengenai Peran dan fungsi Kantor Wilayah kementrian hukum dan HAM Jawa tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia
UUD 1945
32
2.3.2 Penjelasan:
2.3.2.1Input (input)
Peneliti mendasarkan penelitian ini pada dasar-dasar hukum yaitu:
Pasal 26 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara;
Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara; Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia; Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994
tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian.
2.3.2.2Procees (proses)
Dasar-dasar hukum tersebut yang akan menjadi landasan sebagai
fokus penelitian yang akan dilakukan mengenai 3 (tiga) permasalahan
tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap
(1) Bagaimanakah peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan
dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?
(2) Apa saja yang menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan
dan penindakan terhadap orang asing di Indonesia?
(3) Bagaimana upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut?
2.3.2.3Output (tujuan)
Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui Peran dan fungsi
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam
melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing di
Indonesia, mengetahui kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
terhadap orang asing di Indonesia, serta mengetahui upaya untuk
mengatasi kendala tersebut.
2.3.2.4Outcome (manfaat)
Kerangka berfikir diatas merupakan sarana untuk mencapai hasil
akhir dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai referensi bagi
penelitian hukum selanjutnya dan memberi sumbangan pemikiran bagi
ilmu pengetahuan terkait dengan Peran dan fungsi Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Dasar Penelitian
Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam skripsi ini yaitu
metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah “Penelitian yang
menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis
statistik atau cara kuantifikasi lainnya” (Moleong, 2009: 6). Sedangkan
menurut Afifudin dan Saebani (2009: 57) metode penelitian kualitatif
diartikan sebagai “Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi
objek yang alamiah, (lawannya eksperimen) dimana peneliti merupakan
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi”.
Sesuai dasar penelitian tersebut maka penelitian ini diharapkan
mampu mendeskripsikan tentang Peran dan fungsi Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan
pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing di
3.2
Pendekatan Penelitian
Dilihat dari segi pendekatan penelitiannya, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan yuridis empiris atau juga bisa disebut yuridis
sosiologis. Pendekatan yuridis empiris adalah “penelitian yang melihat dari
kenyataan atau data yang ada dalam praktik yang selanjutnya dihubungkan
dengan ketentuan hukum yang berlaku” (Soemitro, 1985:9).
Metode ini bertujuan untuk mengerti atau memahami gejala hukum
yang akan diteliti dengan menekankan pemahaman permasalahan,
khususnya pada peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia.
3.3
Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya “Hasil penelitian ini
berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang
suatu keadaan atau gejala yang diteliti” (Soerjono Soekanto, 1985: 10).
Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara rinci,
sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan
peran dan fungsi Kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian
36
3.4
Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan tahapan yang sangat menentukan dalam
penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif (dapat diubah sesuai
dengan latar penelitian). Fokus penelitian pada dasarnya adalah “Masalah
pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan
yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan
lainnya” (Moleong, 2009: 97).
Sesuai dengan pokok permasalahan, maka fokus dari penelitian ini
yaitu :
(1) Peran dan fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap
orang asing di Indonesia;
(2) Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap orang asing
di Indonesia;
(3) Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah
dalam mengatasi kendala tersebut.
3.5
Lokasi Penelitian
Untuk menunjang informasi tentang Peran dan Fungsi Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Di
atau badan yang berwenang dengan masalah yang diteliti. Lokasi yang
ditentukan penulis yaitu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian di Kantor
Imigrasi kelas I Semarang dan Kantor Imigrasi kelas II Pemalang yang
mana adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah.
3.6
Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian adalah “Sumber dari mana data dapat
diperoleh” (Meloeng, 2000: 114). Sumber data merupakan masalah yang
perlu diperhatikan dalam setiap penelitian ilmiah, agar diperoleh data yang
lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.6.1 Data Primer
Data primer adalah “Kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai” (Moleong, 2009: 157). Sumber data ini dicatat
melalui catatan tertulis yang dilakukan melalui wawancara yang diperoleh
peneliti dari :
3.6.1.1Informan
Informan adalah “Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian” (Moleong, 2009: 132).
38
(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid)
Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;
(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem
Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah.
3.6.1.2Responden
Responden adalah “Orang yang diminta memberikan keterangan
tentang suatu fakta atau pendapat” (Arikunto, 2002: 122). Responden dalam
penelitian ini yaitu:
(1) Bapak Afif Nur Anshari , S.H., selaku Staf Divisi Keimigrasian Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah;
(2) Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,selaku Kepala Sub Seksi
Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang;
(3) Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., selaku Kepala Sub Seksi
Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang; dan
(4) Emmy Hutapea, S.H., selaku pihak sponsor orang asing.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data dari penelitian kepustakaan dimana
dalam data sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum, yaitu bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yaitu sebagai
3.6.2.1Bahan Hukum Primer
Adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat. Berupa peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan
permasalahan yang dibahas, yaitu meliputi :
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
(2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
(3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor : M.HH-05.OT.01.01 TAHUN 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia;
(4) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia;
(5) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang pengawasan
orang asing dan tindakan keimigrasian; dan
(6) keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03 PR 07.04 Tahun
1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi.
3.6.2.2Bahan Hukum Sekunder
Adalah bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum
primer, dimana bahan hukum sekunder berupa buku literatur, hasil karya
sarjana. Literatur tersebut antara lain:
40
(2) Buku-buku tentang Keimigrasian, Khususnya tentang pengawasan
dan penindakan keimigrasian.
(3) Website-website tentang Keimigrasian, Khususnya tentang
pengawasan dan penindakan keimigrasian.
3.7
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan masalah yang perlu
diperhatikan dalam setiap pelaksanaan penelitian ilmiah untuk
memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun metode pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
3.7.1 Wawancara (Interview)
Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu.
Wawancara/percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (Meleong,
2006: 186).
Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui
jawaban. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan
informan dan responden, yaitu:
(1) Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., selaku Kepala Bidang (Kabid)
Intelijen, penindakan dan sistem informasi keimigrasian Kantor
(2) Ibu Sri Warnati, S.H., selaku Kepala Subbidang (Kasubbid) Sistem
Informasi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan