PERAN GURU AGAMA DALAM
PEMBINAAN
AKHLAKUL
MAlfMUDAHSEBAGAIUPAYAPENANGGULANGAN
I<ENAKALAN REMAJA
(Stucli Kasus di SLTP se Kecamatan i\!!ampang)
FITRIAH
JURUSAN PENDIDIKAN A GAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN'
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HJDA Y ATULLAH
JAKARTA
KENAKALAN REMAJA
(Sludi Kasus di SLTP se Kecamatan Marnpang)
Skripsi
Diajukan Kcpada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Penclidikan Islam
Oleh:
FITRIAH
0011017696
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(Studi Kasus di SL TP se Kecamatan Mampang)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Saijana Pendidikan Islam
Oleh:
FITRIAH
0011017696
Di bawah bimbingan
INセ@
· ·unaidatul M. M.A .
IP. 150 228 871
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
KENAKALAN REMAJA (Studi Kasus di SLTP se Kecamatan Mampang)". Telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif I-Iidayatullah Jakarta, pada Hari
J'{im!it
tanggal 1 Ju;ii 20©. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I (S 1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Penguji I
Drs. E. Kusnadi NIP. 150 062 572
Jakarta, 0 I Juli 2005
Sidang Munaqosyah
Anggota
Pembantu Dekan I/
Sekretaris Merangkap Anggota
)
Pe guji IIPERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH
PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, 18 Mei 2005
FlTRIAH
Segala puja dan puji serta syukur kepada Allah Swt penguasa segala yang ada,
yang memberikan nikmat Iman dan Islam, nikmat panjang umur; nikmat sehat
wal' afiat, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam
terlimpahkan kepada Rasul pilihan-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu
TarbiyaJ1 dan Keguruan Jurusan Pencliclikan Agama Islam penulis banyak
mendapatkan bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan tcrima kasih yang scbesar-bcsarnya
kepada:
I. Bapak Dr. Dede Rosyacla, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2. Bapak Ors. A.F. Wibisono, M.Ag. dan Bapak Ahmad Shoclig, M.Ag selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah mcmbekali
ilmu pengetahuan kepada penulis.
3. !bu Hj. Djunaidatul Munawarah, M.Ag. selaku pembimbing ウォイゥーセZゥL@ yang
telah membcrikan ilmu clan pengalanrnn clalam membirnbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Ayahancla clan lbuncla yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta
baik materil maupun immateril yang telah ka!ian berikan, sehingga adikmu
bisa menyelesaikan skripsi ini.
6.
Keponakan-keponakanku tersayang, terima kasih atas kegembiraan dankebahagiaan yang kalian berikan dalam hari-hari yang kita lalui bersama.
7. Kepada sahabat-sahabatku angkatan 2000 khususnya kelas B, kalianlah teman
terbaikku.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-bcsarnya kepada semua
pihak yang telah banyak membantu penulis, semoga Allah Swt, membalas semua
kebaikan yang telah mereka berikan, dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan
dan kekhilafan yang penulis !akukan.
Untuk para pembaca penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Billahi
fi
sabiilil hagJakarta, Mei 2005 M Rabiul Akhir 1426 H
DAFT AR ISi ... IV
DAFT AR TABEL ... VI
BAB! PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... .
B. Identifikasi, Pem batasan danPerurnusan Masai ah ... ..
C. Mctodc Pembahasan ... .
D. Sislematika Penulisan
6
88
BAB II LANDASAN TEORI
A. Guru Agama ... . 9
I. Pengertian Guru Agama ... 9
2. Kedudukan dan Peran Guru Agama ... 11
3. Kompetensi dan Profesionalisrne Guru Agarna ... 12
4. Syarat-syarat Menjadi Guru Yang Baik ... :... 15
5. Sikap dan Sifat-sifat Guru Yang Baik... 16
B. Pembinaan Akhlakul Mahmudah 18 18
c.
I. Pengertian Akhlakul Mahmudah 2. Macam-rnacam Akhlakul Mahmudah ... 193. Cara-earn Pembinaan Akhlakul Mahmudah ... 20
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak .... 22
Kenakalan Remaja
1. Pengertian dan Batasan Remaja
2. Karakteristik Perkernbangan Remaja
. j
24
24
6. Usaha-usaha Penanggulangan Kenakalan Rernaja ... 39
BAB Ill METODELOGI PENELITIAN A. T1tjuan Penelitian ... 48
B. Jenis Penelitian ... 48
C. Variable Penelitian clan Definisi Operasional ... 48
D. Responclen ... 49
E. Tempat clan Waktu Penelitian ... 49
F. Teknik Pengolahan clan Analisis Data ... SI BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Urnum Tempat Penelitian... 53
B. Iclentitas Responclen ... 54
C. lnterpretasi clan Analisa Hasil Penelitian ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... :... 65
DAFT AR PUST AKA
[image:10.595.49.466.72.607.2]2 3
4
5 6 7 89
10 11 1213
14 15 16 17 18Kondisi Lokasi Sekolah dan Letak Geografis ... ..
ldentitas Responden ... .
Menjelaskan dan memberikan contoh sikap sabar ... ..
Menjelaskan keuntungan sikap tawakal ... .
Memberikan pujian bagi yang bolos sekolah ... .
Memberikan pujian bagi yang datang tepat waktu ... ..
Memberikan pujian bagi yang tidak pernah bolos ... ..
Memberikan hukuman bagi yang melakukan tawuran ... .
Memberikan teguran bagi yang melakukan pemerasan ... .
Keingintahuan penyebab siswa bolos sekolah ... .
Memberikan penyelesaian masalah ... .
Membiasakan bersikap jujur
Memberikan nasehat bagi yang melakukan pelanggaran ... ..
Bersikap dekat kepada semua siswa ... .
Memberikan perhatian yang sama ... .
Mengontrol siswa yang berkelakuan buruk ... ..
A. La tar Belakang Masalah
Sejarah dunia dari tahun ke tahun telah menunjukkan bahwa rem<\1a
merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, sebab rern'\ja
merupakan generasi penerus bangsa. M'\iu dan mundurnya peradaban suatu bangsa,
tidak te\·lepas dari pelaksanaan tanggung jawab generasi tua dalam membina generasi
muda sebagai penerus bangsanya. Dengan demikian generasi muda harus clilihat
sebagai kuncup yang sedang mekar yang harus ditangani clengan baik, karena climasa
yang akan clatang mcrekalah yang akan mcncruskan cita-cita bangsa. 11-i·J:n untul·:
melihat prospek kehidupan bangsa clapat clilihat dari generasi muda sekarang. Kalau
generasi mudanya lemah, maka ticlak akan ada kemajuan yang dapat diharapkan
nantinya, clan kalau generasi mudanya penuh gairah bel'\iar, menuntut ilnw
pengetahuan dan keterampilan, maka hari clepan bangsa akan ccrah.
Anak sebagai generasi muda harapan bangsa merupakan sebuah ungkapan
yang 111encer111inkan bctapa gencrasi mucla clijadikan scbagai tolok ukur dalam suatu
kehidupan bermasyarakat. Karakteristik dan sifat 111ereka menjadi semaca111 visi
terhadap masa depan suatu bangsa, karena merekalah yang kclak akan tumbuh
111enjadi manusia-rnanusia clewasa yang akan mencruskan pc1juangan ge11erasi
Bila dilihat dari sisi diatas, maka peran clan tanggung jawab yang clipikul
generasi muda sangatlah berat. Karena usia remaja merupakan tahap kehidupan yang
berada pada masa transisi dari kanak-kanak menuju kedewasaan, seperti diungkapkan
Prof. DR. Zakiah Daradjat bahwa, "remaja aclalah tahap umur yang datang setelah
masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat".
Usia remaja ini berkisar antara 13-21 tahun, climana Prof. DR. Zakiah
Daradjat membagi masa remaja itu manjadi clua tahap, yaitu: masa remaja awal clan
masa remaja akhir seperti disebutkan dalam bukunya Pembinaan Remaja, yaitu:
1. Masa remaja awal antara 13-16 tabun, dimana pada masa ini te1jacli perubahan jasmani cepat pada seseorang, dia beralih clari masa
kanak-kannk akan n1en1asuki n1asa dC\Vasa.
2. Masa rcniaja akhir antara J 7-21 talllm, pada usia 17 tahun rcmaja tel ah mcnjadi dewasa clari segi jasmani clan suclah pula dapat bcrkclurunan. jika ia berkeluarga. Namun terkaclang pacla usia ini skap '>r<mg tua masih sama clengan usia remaja awal. Hal inilah yang ticlak jarang menimbulkan keresahan clan keticlakpuasan serta kebingungan menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan pergolakan, karena pada masa
tersebut banyak te1:jacli perubahan-perubahan yang cukup besar, seperti: perturnbuhan
jasmani cepat, pertumbuhan emosi, mental, pribadi, clan sosial. Pada masa
pertumbuhannya, remaja banyak mengalami kegoncangan clan konflik jiwa. Aneka
problem kejiwaan itu besar pengaruhnya terhaclap tingkah lakunya, clisiniiah arli
penting clitanamkannya penclidikan agama bagi remaja.
Pengetalrnan clan pandangan manusia terhaclap agama akan mernpengaruhi
keyakinannya dalam beragama. Keyakinan terhadap agama merupakan manifestasi
1
pendidikan yang diterima di rumah, masyarakat maupun di sekolah. Penclidikan
agama Islam merupakan pengendali tingkah laku dan sikap clalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu peran orang tua dan guru agama di sekolah sangatlah penting
agar akhlakul karimah tertanam clalam diri anak. Namun pacla sekolah-sekolah
menengah yang nota bene pelajaran agama Islamnya memiliki persentase yang amat
kecil, kurang berperan clalam menciptakan situasi yang kondusif clan meningkatkan
keyakinan dan amalan agama. Hal tersebut tersinyalir clengan aclanya berbagai bentuk
pe!anggaran ajaran-ajaran Islam, misalnya tawuran, aksi corat-coret, aksi palak,
penggunaan narkoba, clan sebagainya.
Untuk mencapai konclisi remaja yang siap menjadi benteng kelestari:1n bangsa
clan negara, perlu clitangani clan dicarikan pemecahannya. Sebab menurut para u!arna
clan pakar ilmu jiwa, masalah yang clihadapi oleh remaja dewasa ini sangat komp!eks,
banyak faktor yang saling berkait. Tetapi yang clibutuhkanjuga harus bersifat integral
clan menyeluruh.
Problem yang dihadapi remaja saat ini ialah masuknya buclaya asing melalui
berbagai sarana, tennasuk hiburan, bacaan, media kornunikasi clan pergaulan.
Lebih-lebih clengan menjamurnya narkoba yang mempunyai andil paling hebat clalam
merusak moral clan mental remaja. Ada beberapa jenis narkoba yang telah banyak
beredar di sekitar kita, diantaranya adalah putaw, sabu-sabu, ganja, kokain, clan
heroin, bahkan ada yang ticlak mampu membeli obat-obat yang mahal itu, rnaka
mereka menggunakan barang yang lebih murah clan muclah clidapat, seperli clengan
menggugah kita semua para orang tua dan tokoh agama clan pihak yang bcrw<'i ib,
untuk mengambil peranan lebih besar. Sebab berkurangnya penghayatan dan
pengamalannya merupakan salah satu faktor penyebab membengkaknya problematika
remaja clewasa ini.
Kalau orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah clapat melaksanakan
tugas-tugas mereka clalam bentuk praktek, generasi-generasi muda yang beriman clan
bertakwa, serta berakhlak mulia clan berkualitas tinggi akan dapat terwujucl.
Beberapa waktu yang lalu, pernah clihcbohkan pula oleh pernyataan clari pihak
Metro Jaya yang menyatakan bahwa 92 % pelajar DK! Jakarta terlibat narkotik.
Meskipun terclapat bantahan atas kebenaran yang sesungguhnya, namun suatu citra
tcrlanjur muncul clipermukaan. Kenyataan itupun bisa dipahami, apabila sering te1jadi
kompas mengompas terhaclap pelajar clan kemuclian berapa banyak pehijar yang
membolos waktu jam pelajaran. Ditambah lagi, banyaknya orang tua atau wali muricl
yang clipanggil guru anaknya karena anaknya sering ticlak masuk, paclahal berpamitan
pcrgi kcsckolah. !-Jal ini lc1jadi karcna kurang pcngawasan orang tua akan pcncliclikan
putra putri mereka atau karena keaclaan di rumah tersebut sehingga anak mencari
perhatian clari orang tua clengan jalan seperti itu.
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus clikuasai rcmaja aclalah
mempelajari apa yang cliharapkan oleh kelompok clari paclanya clan kemuclian mau
mcmbentuk perilakunya agar sesuai clengan harapan sosial tanpa terus dibimbing.
Pacla realitas kehiclupan, remaja mempunyai harapan clan tantangan clinrnna
tinggi serta berkeyakinan. 2 Dengan sifat terse but, para remaja akan rnenemm
problema dan rnencari idenlitas dirinya, bersamaan te1jadinya pcrubahan clalam
dirinya baik jasmani maupun rohani serta perubahan di lingkungan sekitarnya,
dimana semakin berkembangnya ilmu pengetalman dan teknologi dari segala
produknya yang ditawarkan membuat kebutuhan clan tuntutan kahidupan bertambah
banyak. Segala kebutuhan clan tuntutan yang diperlukan hanya bisa didapat apabila
berprestasi didalam karir. Sementara persaingan clalam berprestasi semakin ketat.
Keadaan ini membuat remaja maupun pelajar melihat masa depan merekr semakin
kelam, disamping itu pula te1jadinya pergeseran nilai-nilai dan moral dari ketentuan
agama serta masyarakat yang berlaku. Sehingga mereka harus mampu bcraclaplasi
clcngan cliri clan lingkungan sckitar yang suclah lcrbcnluk.
Agar mereka mampu beradaptasi dengan dirinya maupun masyarakat dengan
baik, maka mereka diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus
climasa kanak-kanaknya clengan prinsip moral yang berlaku umum dan
merunmskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pecloman bagi
perilakunya.
Dal am keadaan seperti ini sebagian remaja mencari jalan kel uar clan
pemecahannya dengan cam mereka sendiri clan tak jarang kebingungan para rcmaja
itu terealisir dalam perilaku yang aneh-aneh yaitu penyimpangan nilai clan norrna
yang berlaku di masyarakat, agama maupun hukum atau yang disebut dengan
2
kenakalan remaja. Kenakalan yang dilakukan oleh remaja menurut Kartini Kartono
pada intinya merupakan produk kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan
sosial yang ada didalamnya dan bisa clisebut juga sebagai salah satu penyakit
masyarakat atau penyakit sosial.3
Dari latar belakang tersebut penulis merasa penting untuk mengkaji lebih
dalam mengenai "PERAN GURU AGAMA DALAM PEMBINAAN
AKHLAKUL MAHMUDAH SEBAGAI UP A YA PENANGGULANGAN
KENAKALAN REMAJA".
B. Identifikasi, Pcmbatasan dan Pcrumusan Masalah
h. 49
I. ldentifikasi Masalah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa ha! yang menjadi masalah, diantaranya:
a. Apakah guru di mata siswa mempunyai wibawa yang sang.at tinggi?
b. Apakah guru yang mengajar di sekolah tersebut memiliki kompetcnsi
dan profesional yang tinggi?
c. Apakah kepribadian guru sangat menunjang dalam proses
pembentukan akhlak para siswa?
d. Apakah pcndidikan agama disekolah terscbut masih sebatas aspck
kognisi?
Apakah pendidikan agama merupakan ma ta pelajaran.,yilng kmaffg · ·
e. I
diminati oleh siswa?
f. Apakah penghayatan dalam pendidikan agama masihkunmg sehingga
siswa rnudah tergelincir dalam kenakalan?
g. Apakah dikarenakan munculnya banyak fenornenal budaya yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai agama sehingga anak mudah terkena arus
buruk?
h. Apakah guru agama mernpunyai peranan yang sangat penting dalarn
pembentukan akhlak siswa?
r. Apakah guru agama sangat berperan dalam menanggulangi kenakalan
rernaja di sekolah tersebut?
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasinya hanya kepada rnasalah:
a Bagaimana peran guru agama dalam pembentukan akhlak siswa?
' b Apakah guru agama sangat berperan dalarn menanggulangi kenakalan
rernaja di sekolah tersebut?
3. Perumusan Masalah
Dan perumusan masalah dalam penelitian ini, aclalah sebagai berikul:
"Bagairnanakah Peran Guru Agama dalarn Pembinaan Akhlakul Mahrnuclah
C. Metode Pembahasan
Metocle yang cligunakan pacla penelitian ini aclalah metocle kualitatif kuantitatif
yang merupakan penelitian gabungan antara penelitian kualitatif clan kuantitataif.
D. Sistematika Penulisan
BAB I Penclahuluan, tercliri clari latar belakang masalah, iclentifikasi, pembatasan
clan perumusan masalah, metocle pembahasan, clan sistematika penulisan.
BAB II Lanclasan teori, tercliri clari guru agama yang meliputi: pengertian guru
agama, kecluclukan clan peran guru agarna, kompetensi clan
profesionalisme guru agarna, syarat guru yang baik, clan sikap clan sifat
guru yang baik, pcmbinaan akhlakul 111ah111udah; lcrdiri dari pcngcrlian
akhlakul mahmuclah, macam-macam akhlakul mahmuclah, cara-cara
pembinaan akhlakul mahmuclah, clan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembinaan akhlak, clan kenakalan remaja; tercliri clari pengertian dan
batasan remaja, karakteristik perkembangan rem<\ja, bentu'k, clampak dan
usaha penanggulangan kenakalan remaja.
BAB III Metodologi Penelitian, tercliri clari tujuan, jenis, variable dan clefinisi
operasional, responden, tempat clan waktu penelitian, teknik penga111bila11
data clan teknik pengolahan dan analisa data.
BAB IV I-Iasil Penelitian, tercliri clari konclisi lokasi sekolah, iclentitas rcsponclen,
clan interpretasi clan analisis hasil penelitian.
A. Gurn Agama
1. Pengertian Guru Agama
Sejalan dengan perkembangan tuntutan kebutuhan manusra, orang tua
dalam situasi tertentu atau sehubungan dcngan bidang kajian tertentu tidak dapat
rnernenuhi sernua kebutuhan pendidikan anaknya. lJntuk itu rnereka rnclimpahkan
pcndiclikan anaknya kepada orang lain. Namun pclirnpahan ini lidak sarna sckali
rnengurangi tanggung jawab orang tua. Mereka tetap memegang tanggung jawab
pcrtarna clan tcrakhir clalam pcndidikrn1 anak: rncmpcrsiapkannya agar bcriman
kepada Allah clan berakhlak mulia, membimbingnya untuk mencapai kematangan
befikir clan keseimbangan psikis, serta mengarahkannya agar rnembekali diri
dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang bermanfaat.
Orang yang rnenerima amanat orang tua untuk rncndidik anak itu discbut
guru. Narnun guru bukan hanya penerima amanat clari orang tua untuk mendiclik
anaknya, melainkan clari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk
mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanal
Artinya:
. I
L\
0
jGNNwセ@
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanal kepada yang berhak menerimanya, don (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah A1aha Jv!endengar Lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisa: 58)1
Jadi, predikat guru yang melekat pada scseorang didasarkan atas
amanat yang cliserahkan orang lain kepadanya. Tanpa amanat itu, seseorang
tidak akan disebut guru. Dengan kata lain, keberadaannya sebagai guru
tergantung pada amanat orang lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian guru ada1:iii "nrnng
yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar".2 Sedangkan Moh. Uzer
Usman mendefinisikan istilah guru sebagai "jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru". 3 Dan lebih luas Hadari Nawawi
mendefinisikan istilah guru sebagai "orang yang bekerja clalam biclang
pendiclikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab clalam rnembantu
anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing".4 Guru bukanlah sekeclar
orang yang berdiri di depan kelas unluk mcnyampaikan materi pcngetahuan
1
Al-Qur'an dan Terje111ahnya, (Jakarta: Yayasan Penye!enggara Pente1je1nah/Penafsir
Al-Qur'an, 1971), h. 128
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 123
3 Moh. Uzer Usman, Me1yadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), cet.
15, h. 5
4
tertentu, akan tetapi merupakan anggota masyarakat yang harus ikut aktif clan
bei:jiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak clidiknya
untuk menjacli anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
Menurut Henclropuspito clalam bukunya "Sosiologi Agama'', agarna
ialah "suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang
beporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang clipercayainya clan
clidayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan
masyarakat luas umumnya.5
Jadi yang dimaksud clengan guru agama adalah orang yang beke1:ja clalam
bidang pendiclikan clan pengajaran ilmu-ilmu yang berkaitan dengan agama, baik
agam Islam, Kisten, maupun agama yang lain clan ikut bertanggung jawab clalam
membantu anak-anak dalam mencapai keclewasaan masing-masing.
2. Kecluclukan clan Peran Guru Agama
Guru aclalah salah satu komponen manusiawi clalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan clalam usaha pembentukan sumber claya manusia
yang potensial di biclang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan
salah satu unsur di bidang kependiclikan harus berperan serta secara aktif clan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Dalam rangka ini guru ticlak semata-mata
sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penclidik clan sekaligus sebagai pembimbing
5
yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Dengan
demikian, setiap rencana kegiatan guru harus clapat diduclukkan clan clibenarkan
semata-mata demi kepentingan anak diclik, sesuai clengan profesi dan tanggung
. b 6
.1awa nya.
3. Kompetensi dan Profesionalisme Guru Agama
Profesi guru pacla saat ini masih banyak clibicarakan orang, atau masih
sqja clipertanyakan orang, baik clikalangan para pakar penclidikan maupun cliluar
pakar pencliclikan. Berita tentang guru banyak dimuat pacla medi::i massa
khususnya media cetak baik harian rnaupun mingguan. lronisnya bcrita-berita
tersebut banyak yang cenderung mclccehkan posisi guru, baik yang sifotnya
mcnyangkut kepentingan
umum maupun hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, seclangkan dari fihak guru
sendiri nyaris ticlak mampu membela cliri. Hal tersebut disebabkan kurangnya
bahkan seclikitnya kornpetensi profesionalisme guru dalam mengqjar.
Yang dimaksud clengan kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah "kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (menrntuskan)
sesuatu".7 Sedangkan menurut Mc. Leocl yang dikutip Uzer Usman, kompetensi
merupakan "perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang cliharapkan. The state of legally competent or
6
Sardiman, A.M, Jnteraksi dan Motivasi Be/ajar Mengqjar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. JO, h. 125
qualified. Keadaan berwenang atau memenuhi syarat menuntut katentuan
hukum". Sedangkan kompetensi guru merupakan "kemampuan seorang guru
clalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak.8
Diantara kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah:
kewenangan formal yang ditentukan oleh ijazah yang dimiliki guru, pemahaman
kurikulum, penguasaan metocle pengajaran, pemahaman psikologi, clan beberapa
hal penting dalam proses belajar mengajar, yaitu setiap guru harus memperhatikan
keaclaan peserta didiknya, diantaranya: kegairahan clan kesecliaan 「・ャQセェ。イL@
membangkitkan minat peserta clidik, menumbuhkan bairn! clan sikap yang baik,
mengatur proses belajar mengajar, mentransfer pengaruh di dalam sekolah kepacla
penerapannya clalam kehiclupan di luar sekolah, dan hubungan dalam situasi
belajar mengajar bersifat manusiawi.
Seclangkan clefinisi profesionalisme, menurut Ahmad Tafsir clalam
bukunya "Ilmu Pencliclikan clalam Perspektiflslam", profesionalisme ialah "faham
yang mengajarkan bahwa setiap peke1jaan harus clilakukan oleh orang yang
profesional". Profesional clalam panclangan Islam adalah setiap pekerjaan harus
clilakukan secara profesional, clalam arti harus clilakukan secara benar. !tu hany
mungkin clilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah mengatakan bahwa "bila
suatu urusan clikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran".
Islam mementingkan profesionalisme, akan tetapi bagahtian<\ penerapan
profesionalisme ini dalam masyarakat Islam sekarang?9
Menurut Moh. Uzer Usman, profesional ialah "a vocation an >vich profesional knowledge of some department a learning science is used in its
applications to the of other or in the practice of an art found it".
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu peke1jaan yang
bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara senp1ja harus
dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar
pengertian ini, ternyata peke1jaan profesional berbeda dengan peke1jaan lainnya
karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam
melaksanakan profesinya. Sedangkan guru profesional adalah "orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan schingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal". Atau dengan kata lain, guru pofesional adalah "orang yang terdidik
dan telatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya".10
Dalam buku "Pendidikan Islam Dalam Keluarga clan Sekolah", Zakiah
111endefinisikan ko111petensi guru agama adalah "kewenangan untuk mcncntukan
pendidikan agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat
guru itu 111eng<\Jar . · ,, 11 .Tacli yang dimaksud clengan kompctcnsi clan
profesionalisme guru agama aclalah kewenangan dan kemampuan khusus dalam
9
Ahn1ad Tafsir, //!nu Pendidikan dalan1 Perspektij. fs/(1111, (Bandung: Re1naja Rosdakarya, 200 I), cet. 4, h. I 07
'°Ibid, h. 15
11
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam da/am Keluarga dan Seka/ah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
bidang keguruan untuk menentukan pendidikan agama yang akan diajarkan dan
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal.
4. Syarat-syarat menjadi Guru Yang Baik
Syarat utama untuk menjadi guru yang baik, terdapat dalam
Undang-undang No. 12 tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan clan Pengajaran di
Sekolah untuk se!uruh Indonesia, pada pasal 15, yang dikutip oleh Ngalim
Purwanto adalah syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat-syarat
yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk
dapat memberi pendidikan clan pengajaran seperti yang dimaksud dalam pasal 3,
4 clan 5 undang-undang ini".
Dari pasal-pasal tersebut, maim syarat-syarat untuk menjadi guru dapat
kita simpulkan, yaitu:
a. Berijazah: tentu saja yang dimaksud dengan ijazah disini ialah ijazah yang dapat memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru disuatu sekolah tertentu. Ijazah bukanlah semata-mata sehelai kertas saja, tetapi ijazah adalah surat bukti yang menunjukkan bahwa seseorang telah mempunyai ilmu pengetahuan clan kesanggupan tertentu, yang diperlukannya untuk suatu j abatan a tau pekerj aan.
b. Sehat jasmani dan rohani: kesehatan jasrnani dan rohani adalah salah satu syarat yang penting bagi tiap-tiap pekerjaan, sebagai calon gurupun syarat kesehatan itu merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan. Seorang guru yang berpenyakit, apa!agi penyakit menular akan membahayakan kesehatan anak didiknya.
cl. Bertanggung jawab: seorang guru hams seorang yang bertanggung jawab, sebagai seorang guru tentu saja pertama-tama hams bertanggung jawab kepacla tugasnya sebagai guru, yaitu mengajar clan mencliclik anak-anak yang telah clipercayakan kepaclanya.
e. Be1jiwa nasional: guru hams berjiwa nasional merupakan syarat yang penting untuk mencliclik anak-anak. Dalam hal menanamkan perasaan nasional kepacla anak cliclik, guru henclaknya selalu ingat clan meqjaga agar jangan sampai timbul chauvinisme, yaitu perasaan kebangsaan yang sangat berlebihan.12
Soejono menambahkan syarat guru yang clikutip oleh Ahmad Tafsir,
aclalah: (!) tentang umur hams suclah clewasa, (2) tentang kemampuan mengajar,
ia harus ahli, clan ( 4) harus bercleclikasi tinggi.13
.Jacli clapat clisimpulkan bahwa syarat-syarat menjadi guru yang baik
aclalah berijazah, sehat jasmani clan rohani, bertakwa, berkelakuan baik,
bertanggungjawab, be1jiwa nasional, clan clewasa.
5. Sikap clan Sifat-sifat Guru Yang Baik
Untuk rnenjamin terselenggaranya pencliclikan, setiap guru berkewajiban
mencintai tugasnya yang mulia clengan kesaclaran pengabclian hiclupnya terhaclap
rnanusia, bangsa, clan negara yang cliriclhai oleh Tuhan YME.
Untuk mencapai hal-hal tersebut, maka clibawah ini tata cara yang wajib
diamalkan oleh seorang guru clalam jabatannya.
Hubungan guru clengan muricl:
1. Guru selaku pencliclik, henclaknya selalu menjaclikan clirinya suri telaclan bagi anak clicliknya.
2. Diclalam melaksanakan tugas harus clijiwai clengan kasih sayang, aclil serta menumbuhkannya clengan penuh tanggungjawab.
12
Ngalim Purwanto, llmu Pemdidikan Teoritis dan Prak/is, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), cet JO, h. 139-142 13
4.
Guru wajib menjunjung tinggi harga diri setiap murid.
Setiap gurn clalam bergaul clengan muridnya tidak dibenarkan mengaitkan persoalan ideologi yang clianutnya baik secara langsung maupun tidak.
Hubungan guru dengan guru:
I. Hendaknya bersifat terns terangterhaclap sesama guru.
2. Selalu ada kesediaan untuk saling memberi saran.
3. Saling tolong menolong dan penuh toleransi dalam memecahkan
persoalan bersama.
4. Hendaknya mencegah pembicaraan yang bersifat sensitif yang
berhubungan dengan pribadi sesama guru.
Hubungan guru dengan orang tua: guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orang tua/wali murid, dalam rangka kerja sama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah clan pribacli anak, segala kesalahpahaman yang terjacli antara guru dan orang tua/wali muricl,
hendaknya cliselesaikan secara musyawarah dan mufakat.14
Sifat-sifat seorang guru yang baik, di dalam buku Pengantar Diclaktik Metodik Kurikulum PBM, seorang guru harus: (1) berwibawa, (2) jujur, (3) bertanggung
jawab, (4) adil bijaksana clalam memutuskan sesuatu, (5) rajin, (6) mudah bergaul dan tidak sombong, (7) cinta kepada tugasnya, (8) bisa ョセ・ョ、ゥウゥーャゥョ@
diri sendiri, (9) pemaaf, tetapi juga harus dapat bersifat tegas, (10) ticlak lekas marah, (11) mau mendengar penclapat orang lain, (12) selalu meningkatkan kecakapan profesinya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, (13) Joyalitas terhaclap bangsa da!1 negaranya, dan (14) ticlak mengharapkan balas budi terhadap muriclnya. 1'
Senada clengan sifat gurn clalam panclangan Islam menurul Mahmud
Yunus yang clikutip oleh Ahmad Tafsir.16 Dan senacla juga dengan Al-Ghozali
yang clikutip Hery Nur Ali.17
14
Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: Raja Grafinclo Persada, 1993 ), cet.5, h. 17-19
15 Ibid, h. 20 16
Ahmad Tafsir, Op. Cit., h. 84 17
Dengan demikian dapat disirnpulkan bahwa sifat dan sikap guru yang baik
adalah rnenjadikan dirinya sebagai suri telaclan bagi muricl, adil, sayang, tanggung
jawab, ticlak rnengharapkan upah dari siapapun, berwibawa, jujur, rajin, tidak
sombong, bijak, clan menganggap muridnya sebagai anaknya sendiri.
B. Pembinaan Akhlakul Mahmudah
I. Pengertian Akhlakul Mahmuclah
Kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab, jarna' clari "khuluqun" (
セI@
yang rnenurut lughat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi'at.18
Asmaran clalam bukunya yang berjuclul "Pengantar Study Akhlak" menulis
pengertian akhlak sebagai "sifat-sifat yang c!ibawa manusia sejak lahir yang
tertanam cl a lam j iwanya dan selalu acla pac!anya" .19
Perurnusan pengertian akhlak tirnbul sebagai media yang memungkinkan
aclanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq clan antara makhluq c!engan
rnakhluq. Perkataan ini bersurnber clari c!ari kalirnat yang tercanturn clalam
Al-Qur'an:
J. ,, ,, ,,
(\ z:A
|セiIセセ@
fl
2.JJlj
/ ,, :1 ,,
"Ses1111gg11h11ya engkau (Ya k!uhammad) mempunyai /Judi pekerli yww
luhur''.
18
I-Ia1nzah Ya'kub, Etika Js/an1 Pen1binaan Akhlakul Karbnah, Sua/11 Pengantar, (Bandung:
Diponogoro, 1996), cet. 7, h. I I
19
Demikian juga dari hadits Nabi SAW:
"Ses1111gg11hnya aku diulus untuk menyempurnakan kemu!iaan budi pekerti".20
Sedangkan yang dimaksud dengan kata mahmudah aclalah "terpuji atau
baik", jadi akhlakul mahnmdah aclalah "budi pekerti yang baik" atau perilaku
manusia yang mulia atau perbuatan-perbuatan yang clipanclang baik oleb akal
serta sesuai clengan ajaran Islam yang bersumber clari Al-Qur'an clan As-Sunnah.
2 Macarn-macarn Akblakul Mahrnudah
Pada dasarnya macam-macam akhlakul mahmudah sangat banyak, seperti
tawakkal, ikhlas, riclha, qana'ah, sabar, pemaaf, jujur, ramah clan lain sebagainya.
Berikut ini uraian clifokuskan pacla beberapa macam akblakul mahrnudah
yang terdapat pacla kurikulum materi pencliclikan agama islam pacla tingkat SLTP,
yaitu sabar, jujur clan tawakkal.
a. Sa bar ialah berteguh ha ti, tahan uj i, lapang dad a, clan tidak putus asa
clalam menghaclapi cobaan dan kesulitan clengan ridha, ikhlas dan
berserah diri kepacla Allah SWT.
b. Jujur atau benar ialah menuturkan sesuatu clengan sebenarnya, sesuai
clengan kenyataan yang sesungguhnya, baik clalam perkataan maupun
perbuatan.
20
c. Tawakkal ialah berserah diri kepada Allah SWT, bahwa segala sesuatu
adalah milik-Nya.
3 Cara-cara Pembinaan Akhlakul Mahmudah
Kita semua tentu telah paham, bahwa yang dimaksud dengan akhlakul
mahmudah adalah akhlak yang baik atau akhlak terpuji, semua perilaku baik dan
diridhai oleh Allah SWT. Maka selayaknyalah kita menanamkan dan menghayati
dengan sebenarnya arti clari akhlakul mahmudah. Pembinaan akhlak merupakan
tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi
kerasulan Nabi Muhammad SAW yaitu untuk menycmpurnakan akhlak yang
mulia.
Di clalam ajaran Islam, akhlak ticlak dapat clipisahkan clari Iman. Iman
merupakan pengakuan hati, seclangkan akhlak pantulan dari Iman berupa perilaku,
ucapan dan sikap. Iman aclalah maknawi, seclangkan akhlak b,utuh \wirnanan
dalam perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan hanya karena Allah SWT.
Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan
rukun Iman clan rukun Islam, karena ajaran Islam tentang keimanan sangat
berkaitan erat clengan menge1jakan serangkaian amal saleh clan perbuatan yang
terpuji. Sedangkan mengenai rukun Islam sudah jelas mengandung konsep
pembinaan akhlak. Diantaranya ialah tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai
pengamalan dari rukun Islam yang pertama, shalat clapat mencegah perbuatan
kikir, puasa dapat melatih kesabaran, dan haji dapat menghinclarkan diri clari
kejahatan clan permusuhan.
Cara lain yang clapat cliternpuh untuk pembinaan akhlak ini aclalah
"pembiasaan yang clilakukan seja]( kecil clan berlangsung secara kontinyu".21
Pribadi manusia itu pada dasarnya clapat menerima segala usaha pembentukan
melalui kebiasaan. Jika manusia membiasakan diri berbuat jahat, maka ia akan
menjadi orang yangjahat. Sebaliknyajika manusia membiasakan diri dengan cara
be1iingkah laku yang mulia, maka ia dapat membentuk pribacli yang mulia.
"Pembinaan akhlak dapat clitempuh pula clengan memberikan
keteladanan".22 Dalam pembinaan akhlak ticlak clapal clibentuk hanya dengan
pelajaran, instruksi clan larangan, akan tetapi 111c111crlukan pcndiclikan yang
panjang clan penclekatan yang baik. Pencliclikan itu ticlak akan sukses melainkan
jika clisertai clengan pemberian contoh telaclan yang baik clan nyala. Dalarn
pendidikan formal di sekolah, seorang guru agama disarnping menyampaikan
rnateri pelajaran di dalam kelas, juga harus memberikan contoh, suri teladan yang
baik kepada anak didiknya baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Selain itu, pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan menganggap
bahwa banyak 111emiliki kekurangan. .Juga dapal pula clilakukan clcngan
memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil
penelitian para psikolog, bahwa kejiwaan manusia berbecla-beda menurut
21 Abud in Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Gratindo Persada, I 997), cet. 2, h. 162 22
perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada
hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat
disajikan dalam bentuk permainan. 23
Menurut Ahmad Amin dalam bukunya "Etika (Ilmu Akhlak)"
menyebutkan cara yang dapat ditempuh dalam membina akhlak, yaitu:
I . me] uaskan lingkungan fikiran
2. berkawan dengan orang yang terpilih
3. membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berfikiran luar biasa
4. memberi dorongan untuk berbuat baik bagi masyarakat umum
5. membiasakan diri melakukan perbuatan baik24
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari Iman yang benar dan
pelf:iksanaan ibadah yang baik maka akan terpancar akhlak yang baik, dalam
akhlak yang baik terwujudlah perbuatan yang saleh termasuk di dalanrnya
kesediaan beramar ma'ruf dan nahi munkar serta membawa kapada i:chidupan
yang harmonis dalam lingkungan masyarakat.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak
Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang
adalah: pertama, faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kacanderungan, bakat, aka!, dan lain-lain. Jika seseorang sudah mamiliki
pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang
tersebut akan menjadi baik. Kedua, faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial,
23
Ibid, h. 164
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan yang
diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Begitu juga sebaliknya,
jika pendidikan yang diberikan kepada anak itu tidak baik, maka buruklah akhlak
anak itu. Ketiga, dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak clan
faktor clari luar yaitu pendiclikan clan pembinaan yang clibuat secara klmsus, atau
melalui interaksi clalam lingkungan sosial. Fitrah clan kecenclerungan kearah yang
baik yang ada didalam cliri manusia dibina secara intensif melalui berbagai
rnetode.
Faktor ketiga ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat difahami dari ayat
78 surat An-Nahl, yang berbunyi:
,, J,.. ,.. セ@ ,, ,, ,, ) _,) ) J ,.. \
? I
(..s:J
セj@
セ@
o:;_w
U
セセ|@
セセ@
セ@
[NウZ⦅セ@
'.r'...f
"1ilj
.... ) J ;;) ,.. ,.. 0 ·'" ..-()
(\ i:VA
|jセjiI@
J°J'µ
セ@
ッセuャェ@
セH。NAuゥェ@
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan clan
hati agar kamu bersyukur".
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
clidiclik, yaitu penglihatan, penclengaran clan hati sanubari. Potensi tersebut harus
disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran clan pendiclikan.
Faktor ketigajuga sejalan dengan hadits Nabi yang berbunyi:
Hisjセi@
tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Mqjusi".(HR.
Bukhari)25Ayat dan hadits diatas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana
utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua. Itulah sebabnya orang tua,
khususnya ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni tempat berlangsungnya
kegiatan pendidikan.
Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pembinaan akhl2.k adalah:
faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa
si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adaiah orang tua,
guru di sekolah, clan tokoh-tokoh scrta pc111i111pin di nrnsyarakat. Mclalui
ke1jasama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada
diri anak.
C.
Kenakalan RemajaI. Pengertian dan Batasan Remaja
Masa remaja sangat menarik untuk dibicarakan, karena masa tersebut
merupakan suatu fase dari kehidupan manusia.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, remaja berarti "mu!:i.i dewasa;
sudah sampai umur untuk kawin". Sedangkan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat,
15
h.4
masa ramaja adalah "masa transisi yang mana seseorang tidak lagi dapat
dikatakan sebagai anak-anak, akan tetapi belum dapat dikatakan dewasa.26
Menurut Zulkifli dalam bukunya "Psikologi Perkembangan" berpendapat
bahwa masa remaja termasuk periode strum und drang. Sebabnya karena mereka
mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang
dari' aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. 27
Batasan remaja menurut hukum di Indonesia, konsep remaja tidak dikenal dalam sebagian undang-undang yang berlaku. Hukum Indonesia hanya mengenal anak-anak dan dewasa, walaupun batasan yang diberikan untuk itupun bermacam-macam. Hukum perdata misalnya, memberikan batas usia 21 tahun (atau kurang dari itu asalkan sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan ses.::iJrang. Di bawah usia tersebut seseorang masih membutuhkan wali untuk n1elakukan
tindakan hukum perdata. Sedangkan hukum pidana memberi batasan
18
tahunsebagai usia dewasa (atau yang kurang dari itu tetapi sudah menikah). Anak-anak
yang berusia kurang dari
18
tahun masih menjadi tanggung jawab orang tuanyakalau ia melanggar hukum pidana.28
Menurut Singgih D. Gunarsa dan istrinya, masa remaJa adalah masa
peralihan dari masa anak kemasa dewasa, meliputi semua perkembangan yang
dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa, yaitu batas umur 12-22
tahun.29 Menurut Elizabeth Hurlock sebagaimana dikutip oleh Sahilun A. Nasir
membagi masa remaja menjadi: Praeadolescence (I 0-12 tahun), Early
adolescence (13-16 tahun), dan Late Adolescence (17-21 tahun).30
26
Zakiah Derajat, Pembinaan Rema} a, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), eel. 2, h.28
27
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1999), cet.6, h.63 28
Sarlito Wirawan Saryono, Psiko/ogi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), cet.3,
29 Singgih D. Gunarsa dan Ny., Psikologi Praktis: Anak Remqja dan Ke/uarga, (Jakarta:
Gunung Mulia, 1995), cet.3, h.128 30
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agan1a Terhadap Pe111ecahan Problen1a Re111qja,
Seclangkan batasan remaja menurut WHO, cliclefinisikan menjacli tiga kriteria yaitu bio!igik, psikologik, clan sosial ekonomi, sehingga menjacli berbunyi sebagai berikut: remaja aclalah suatu masa climana (1) incliviclu berkembang clari saat pertama kali ia menunjukkan tancla-tancla seksual sekunclernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, (2) incliviclu mengalami perkembangan psikologi clan pola iclentifikasi clari kanak-kanak menjacli clewasa, clan (3) te1jadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang pen uh kepacla keaclaan yang re!atif lebih mancliri. 31
Sebagaimana masa transisi !ainnya, maka masa remaja ditandai pula oleh
keticlakmantapan si remaja yang berpindah-pindah dari perilaku atau
norma-norma lama kenorma-norma-norma-norma baru atau sebaliknya. Ketidakmantapan ini memang
inclikasi clari belum matangnya kepribadian. Masa ini sering clisebut masa strum
und drang.
Disebut masa strum und drang karena anak itu cmosinya cepat timbul,
sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang
dirinya sencliri clan ingin melepaskan cliri clari segala bentuk kekangan dan
berontak terhadap norma-norma atau traclisi-traclisi yang berlaku yang kiranya
ticlak clikehenclakinya. 32
Dengan demikian, yang climaksud dengan masa remaja aclalah masa
transisi clari masa anak-anak menuju clewasa yang mengalami perubahan fisik
maupun psikis antara usia 12-21 tahun. Masa yang penuh kontracliksi, sebagian
orang mengatakan masa remaja aclalah masa energik, heroik, clinamis, kritis, clan
masa yang paling inclah, tetapi acla pula yang menyebutkan bahwa masa remaja
sebagai masa baclai clan topan, masa rawan clan masa nyentrik. Karena rnasa
tersebut berada diam bang ( clapat beracla clalam waktu yang baik dan waktu yang
buruk).
2. Karakteristik Perkembangan Remaja
Kalau kita perhatikan segala sesuatu disekitar kita, baik kehiclupan
rnanusia, binatang, flora clan fauna, rnaupun benda-benda anorganik, kita akan
rnelihat suatu ha! yang abadi, yaitu selalu adanya perubahan. Segalanya selalu
berubah, larnbat atau cepat, berwujud penyusutan, pertumbuhan maupun
perkembangan, menurut sifat kodratnya rnasing-masing. Demikian pula halnya
dengan kehidupan manusia, yang bermula clari telur, kemudian rne:,J!ui garis
pertumbuhan: janin, bayi, kanak-kanak, anak, pemuda, adolesen, orang tua, clan
akhirnya meninggal. Semuanya menurut garis perkembangan dengan segala
variasinya sendiri, menurut irama perkembangannya sendiri.
Bahwa tiap anak secara kodrat membawa variasi dan rrama
perkembangannya sendiri, perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak
bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negatif yang lain dalam menghaclapi
perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil terns mengikuti
pertumbuhan itu, agar pertumbuhan itu sendiri terhindar clari gangguan apapun,
yang tentu saja akan merugikan.33
33 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipla,
Hal ini berlaku juga dalam menghadapi pertumbuhan pemuda secara
psikofisis. Aspek-aspek yang manakah yang berkembang dari kehidupan
manusia? Berikut dipaparkan ciri-ciri perkembangan remaja.
Ciri-ciri ldmsus masa remaja dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biologis
Dilihat dari segi biologis, re1rn\)a mengalami perubahan yang sangat tajam, diantaranya:
Perubahan pada anggota kelamin, pertumbuhan yang membedakan bentuk tubuh laki-laki dan perempuan, pertumbuhan badan yang sangat cepat, pertumbuhan anggota-anggota tubuh yang tidak seimbang, te1:jadi menstruasi pertama bagi wanita dan mimpi bagi laki-laki, dan tumbuhnya
jerawat pada muka.34
b. Mental
Dari segi mental, remaja mengalami perubahan-perubahan yr, g cukup rumit, diantaranya:
Perasaan dan emosi remaja tidak stabil, kemampuan mental dan daya fikir mulai agak sempurna, kegelisahan karena keinginan yang tidak dapal tersalurkan, pertentangan dengan orang lain, rasa ingin tahu yang besar, berhayal dan berfantasi, dan aktifitas kelompok. 35
Soe1jono Soekanto menambahkan dalam bukunya "Mengenal dan
Memahami Masalah Remaja", ciri-ciri perkembangan remaja sebagai berikut:
a) Keinginan yang lrnat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih dewasa.
b) Keinginan kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa. c) Adanya perkembangan tarafintelektualitas untuk mendapatkan identitas diri. d) Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi dengan kebutuhan dan
l cemgmannya. . . 36
Dari berbagai macam ciri perkembangan rema1a tersebut dapat
disimpulkan bahwa segala ha! yang dilakukan oleh remaja masih dalam proses
"Zal<iah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1996), cet. 23, h. I 03 35
Sahilun A. Nasir, Op. Cit h.65 36
Soe1jono Soekanto1 A!/engena! dan Atfe111ahan1i A4asa/ah Ren1aja, (Jakarta: Pustaka 1\ntara,
pencarian jati diri, dikarenakan kondisi pribadi remaja tersebut masih belum
konstan dan masih labil, dan dengan kelabilannya remaja berproses diri clalam
membentuk kepribadian menuju masa clewasa.
3. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Problema remaja cukup banyak jumlahnya, namun yang sangat menonjol
pada akhir-akhir ini aclalah: problema agama dan akhlak, problema seks,
problema perkembangan pribadi clan sosial, termasuk pula clidalamnya kenakalan
remaja. Kenakalan remaja clalam bahasa Inggris disebut dengan .Juvenile
Delinquece atau Teddy Boy. Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan yang diirntip oleh
Sahilun, kcnakalan rcmaja adalah "kclakuan atau pcrbuatan anti sosial dm1 anti
normatif". Dan menurut Bakalok lnpres No. 6/1971 pedoman 8 tentang pola
penanggulangan kenakalan remaja, rnengenai kenakalan rernaja pengertiannya
adalah "kelainan tingkah laku, perbuatan atau tinclakan remaja yang bersifat
asosial yang rnelanggar nonna-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang
berlaku dalam masyarakat.
Jadi pada prinsipnya kenakalan rema.1a adalah pelanggaran terhadap
norma-norma sosial, agama dan hukum yang dike1jakan oleh remaja.
Menurut Jensen yang dikutip oleh Sarlito membagi kenakalan rem'\Ja
menjadi empatjenis, yaitu:
a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain; perkelahian, perkosaan, pemerasan dan lain-lain.
c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di fihak orang lain; pelacuran, penyalahgunaan obat.
d) Kenakalan yang melawan status; misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua den5an cara minggat dari rumab atau membantah perintah mereka dan sebagainya. 7
Bentuk-bentuk kenakalan remaja menurut Sahilun dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian besar, yaitu:
a) Kenakalan yang tergolong pelangaran terhadap norma-norma, tetapi tidak
diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)
b) Kenakalan yang tergolong pelanggaran yang telah cliatur clalam KUE?
Kenakalan yang ticlak cliatur clalam KUHP, tetapi tingkah laku clan perbuatan remaja tersebut cukup menyulitkan atau cukup ticlak climengerti oleh orang tua antara lain: (a) berani atau suka menentang orang tua atau guru, (b) suka berkeliaran tan pa tujuan yang jelas, ( c) berpakaian tidak sopan atau ticlak diterima oleh masyarakat, (cl) sering malas atau membolos sekolah, (e) berpesta para semalam suntuk, (f) suka membaca buku-buku porno, (g) sering berkelahi, (h) suka keluar malam yang tidak ada gunanya, (i) corat-coret di jalan atau di tembok, dan lain sebagainya.
Bentuk kenakalan yang melanggar peraturan atau unclang-undang yang cliatur dalam KUHP antara lain: (a) melanggar keamanan unrnm, (b) menganggap remeh petugas negara, (c) pelanggaran clalam perkawinan, (cl) pelanggaran kesusilaan, ( e) penganiayaan ringan, (f) pemerasan clan pengancaman, (g) kejahatan obat bius, dan lain sebagainya.38
Sedangkan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang sering te1jadi pada tingkat SLTP menurut AKP. Djaswadi aclalah tawuran antar pelajar yang biasanya te1jadi saat pulang sekolah, dan juga pada malam hari biasanya melakukan balap liar (Bali) atau yang biasa disebut trek dijalan umum tanpa menggunakan pengaman, seperti tanpa menggunakan rem, helm, celana panjang, baju clan sepatu. Karena mereka menganggap jika memakai pengaman tidak mamiliki
37 Sarlito Wirawan Sarwono,
Op. Cit, h. 200-20 I 38
tantangan. Dan tidak jarang di tingkat SLTP keclapatan membawa clan
. b
b
. d I . I .
39mengkonsums1 sa u-sa u, putaw, ganJa, an am- am.
4. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Menurut Agus Sujanto, sebab yang memungkinkan te1:jaclinya
Delinquency pacla umumnya berasal clari tiga pusat, yaitu clari keaclaan baclan,
clari keaclaan jiwa clan clari keaclaan Jingkungan.
I. Dari keadaan baclan; yang cliturunkan oleh orang tuanya sejak kecil, seperti
alergi, asma clan sebagainya, atau keaclaan baclan yang cliterima sela;na clalam
perkembangan, seperti penyakit-penyakit yang mengganggu otak secara
langsung atau tidak langsung, rnisalnya peraclangan otak, keracunan, gizi
makanan yang terlalu buruk clan sebagainya clapat pula mcnyebabkan
timbulnya gangguan tersebut meskipun kecil.
2. Dari keaclaan jiwa; juga sebagai faktor keturunan atau terbentuk karena
pengaruh selama di clalam perkembangan. Hal tersebut clapat menimbulkan
rasa renclah cliri atau iri hati, keticlakmampuan clalam mcnghaclapi kenyataan,
perasaan tertekan yang terns menerus.
3. Dari keadaan lingkungan; dari lingkungan terutan1a lingkungan sosial baik itu
keluarga, teman sekolah, tetangga clan sebagainya ikut pula mempengaruhi
pertumbuhan si anak, sehingga menmngkinkan juga memberikan faktor
gangguan.
j9 AI<P. Djas\vadi, YVa}vancara langsung dengan Wakapolsek /i.1an1pang Prapatan, Rabu 26
>
Lingkungan masyarakat: perubahan-perubahan masyarakat yang cepat,clengan kejaclian-kejaclian yang sering menimbulkan ketegangan,
te1jaclinya cliskriminalitas tentang sesuatu, persaingan yang ticlak aclil clan
sebagainya. .Tuga saling berebut rezeki clalam masyardrnt clengan
persaingan yang menggunakan segala cara, korupsi, pergaulan yang cliluar
kebiasaan, clan sebagainya.
>
Lingkungan sekolah: pengaruh clari teman-temannya yang clatang clarikeluarga yang kurang memperhatikan kepentingan anak clalam belajar,
kelompok ganja,
cross boys
clancross girls
yang memberikan kesankebebasan tanpa kontrol, akan muclah sekali cliterima oleh
teman-temannya. Perlakuan guru yang ticlak aclil, clisiplin yang terlalu keras,
hukuman yang ticlak menunjang tercapainya tujuan pencliclikan, kurang
aclanya interaksi antara guru clan muricl, kurangnya pemberian kesibukan
belajar di rumah, clan sebagainya sering juga clapat memberi pengaruh
anaknya, sehingga clapat menimbulkan tumbuhnya
delinquency.
>
Dari lingkungan keluarga: oleh karena sejak kecil anak clibesarkan olehkeluarga, sebagian besar waktunya aclalah di clalam keluarga, maim
sepantasnyalah kalau kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagian
besar juga berasal clari keluarga. Apakah itu clari orang tua atau karena
sauclara-sauclaranya, atau karena masalah sosial ekonomi, kurangnya
sikap pilih kasih, semuanya itu menyebabkan juga timbulnya gangguan
d
l,
40pa a ana,.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, sebenarnya faktor-faktor yang
menimbulkan gejala-gejala kemerosotan moral dalam masyarakat modern sangat
banyak, yang terpenting diantaranya adalah kurang te1ianamnya jiwa agama
dala111 hati tiap-tiap orang, dan tidak dilaksanakannya agama dalar;1 l 3hidupan
sehari-hari, baik oleh individu maupun 111asyarakat.
Dalam dunia modern, orang kelihatannya kurang mengindahkan agarna.
Anak-anak dibesarkan dan menjadi dewasa tanpa mengenal pendidikan agama.
Akan tetapi sudah menjadi suatu tragedi clari clunia maju, dimana. segala sesuatu
hampir clapat clicapai clengan ilmu pengetalman, sehingga keyakinan beragama
mulai terdesak, kepercayaan kepacla Tuhan tinggal sebagai simbol,
larangan-larangan dan suruhan-suruhan-Nya tidak cliindahkan lagi. Dengan longgarnya
pegangan seseorang kepada agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang acla
di clalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas masyarakat itu
ticlak sekuat pengawasan clari dalam cliri sendiri. Karena pengawasan masyarakat
itu clari luar.
Faktor kedua adalah tidak terlaksananya penclidikan moral menurut
biasanya, baik dalam rumah tangga, sekolah maupun 111asyarakat. Pembinaan
moral seharusnya dilaksanakan sejak si anak masih kecil, sesuai clengan
40
kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir belum mengerti mana yang
benar clan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas clan ketentuan moral yang
berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang
clianggap baik untuk pertumbuhan moral, anak-anak akan clibesarkan tanpa
mengenal moral-moral itu. 41 ·
Menurut Sahilun, faktor yang menyebabkan kenakalan remaJa clibagi
menjacli clua, yaitu bersifat umum clan khusus.
a) Bersifat umurn
1. Faktor langsung:
• Kegagalan penclidikan alau pencliclikan agama yang dilakukan
kcluarga, guru) guru aga111a dan n1nsyarakat. ·rcrutnn1a olch kcluarga
sebagai penyebab utama.
• Konclisi sosial yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan clan
perkembangan remaja secara wajar.
2. Faktor ticlak langsung:
• Faktor sosial politik, sosial ekonomi, sosial buclaya, masalah
urbanisasi, penyakit masyarakat, teknologi canggih, komunikasi cepal
yang bersifat negatif mernpercepat kemungkinan timbulnya kenakalan
remaja.
41
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Mas Agung,
b) Bersifat khusus
1. Faktor Intern:
• Cacat lahir/keturunan yang bersifat biologis atau psykis
• Pembawaan negatif yang sukar untuk diarahkan, sukar c!ik.:mdalikan
secara waJ ar
• Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan
anak-anak
• Kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
• Pengendalian diri kurang terhadap hal-hal yang negatif
• Tidak mempunyai hobi yang sehat
2. Faktor Ekstern:
• Dari lingkungan keluarga;
Rasa cinta kasih sayang yang tidak merata terhadap anak-anak, broken
home, kurang mengetahui cara mendidik anak, kesibukan orang tua,
kurang contoh teladan, kurang memberi dasar pendidikan agama.
• Dari lingkungan sekolah;
Kurangnya guru agama yang memenuhi syarat, biaya pendidikan yang
cukup tinggi, kesibukan guru mencari tambahan, kurang adanya ke1ja
sama antara guru dengan wali murid, kurangnya sarana dan prasarana
•
Faktor POLEKSOSBUD yang masih kurang menguntungkan bagiperkembangan remaja;
Pengawasan orang tua/guru/masyarakat, kurang diikutsertakan remaja
dalam kegiatan kemasyarakatan, kehenclaknya tidak clipc;rnhi clan
kurang disalurkan secara wajar, kurang diberikan rasa tanggung
. b 42
Jawa.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor penyebab kenakalan remaja dapat clibagi lagi menjacli tiga, yaitu:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
5. Darnpak Kenakalan Remaja
Diclalam kehidupan ini segala sesuatu pasti acla akibatnya (clampaknya),
baik itu berdampak positif maupun negatif. Dal am ha! kenakalan remaja ten tun ya
lebih banyak memberikan dampak negatif, baik itu terhadap diri pribadi, keluarga,
maupun lingkungan masyarakatnya. Berikut ini akan penulis paparkan mengenai
clampak-dampak kenakalan remaja tersebut.
a. Dampak bagi diri sendiri
Dalam masa pcralihan, te1:jacli bennacarn-macam persoalan clan masalah
yang tidak muclah untuk dihaclapi oleh remaja. Apabila segala masalah yang
dihadapinya itu tidak mendapatkan penyelesaian yang sehat dan wajar, maka
akan dibawanyalah masalah itu kemasa dewasanya clan akan tetaplah
persoalan itu menjadi bahaya yang mengancam kebahagiaannya sepanpng
umur.
Diantaranya dampak kenakalan remaja bagi diri sendiri, yaitu:
• Masa remajanya terbuang sia-sia; Dengan melakukan penyi
'1pangan-penyimpangan seperti melakukan bolos sekolah, sering berkelahi, keluar
sampai larut malam tanpa tujuan, meminum minuman keras, clan
menggunakan narkoba climasa remajanya, maka masa remaja anak
tersebut akan habis tanpa ada suatu ha! yang berarti yang telah ia lakukan
untuk masa depannya.
Sedangkan jika ia menggunakan waktu remaJanya untuk belajar, ticlak
membolos, ticlak keluyuran tiap malam clan melakukan ha -ha! yang
positif lainnya akan sangat berarti untuk masa clepannya ymg masih
panJang.
• Mengalami gangguan kesehatan jiwa; Dengan menggunakan masa
remajanya untuk berfoya-foya menikmati narkoba, minum minuman keras
clan obat-obatan terlarang lainnya, akan membuat clirinya candu
(ketagihan) dan apabila ticlak menggunakannya sekali saja akan membuat
clirinya saldt danjiwanyapun ikut saldt.
b. Dampak bagi keluarga
Anak clalam kehidupannya tidak terlepas clari keluarga, seorang anak haclir
dalam kehidupannya akan berdampak terhadap keluarganya, terutama bagi
orang tua.
Dengan demikian, kelakuan anak dalam kehidupan sehari-hari akan
memberikan penilaian dari masyarakat terhadap orang tuanya. Apabila anak
tersebut melakukan hal-hal yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
lingkungannya, maka orang tuanya akan terlihat baik clan berhasil clalam
mencliclik.
Seclangkan apabila anak tersebut melakukan penyimpangan terhaclap
norma-norma yang berlaku, maka panclangan masyarakat tidak baik terhaclap
keluarganya.
c. Dampak bagi masyarakat atau lingkungan
Salah satu sifat clasar manusia aclalah sosial, climana manusia liclak akan
terlepas clari lingkungan clisekitarnya. Atas clasar inilah segala tingkah laku
manusia akan memiliki clampak terhaclap lingkungannya.
Dengan clemikian, segala sesuatu yang clilakukan oleh seseorang clalam
suatu masyarakat akan terlihat dan terasa perbeclaannya dalam kehidupan
masyarakat sekitarnya, baik itu ha! yang bersifat positif maupun negatif.
Misalkan orang tersebut melakukan suatu penemuan yang bagus, maka
lingkungan sekitarnya akan menclapatkan clampak yang bagus pula terhadap
kelakuannya. Apabila seseorang melakukan suatu kesalahan, contohnya
atau nonna yang berlaku di masyarakat, maka lingkungannyapun akan
menclapatkan penilaian yang buruk clari lingkungan atau claerah lain.
6. Usaha-usaha Penanggulangan Kenakalan Remaja
Untuk menclekatkan masalah remaja atau kenakalan remaja µacla suatu
pemecahan yang tepat, maka henclaknya clitinjau terlebih clahu\1 clengan
subjeknya, kemuclian barn pacla bentuk clan sifat perbuatannya. Oleh karena itu,
remaja harus clipanclang:
1. Sebagai incliviclu yang masih clalam masa transisi meningkat clewas:"
2. Sebagai incliviclu yang memerlukan clan berhak menclapatkan bant uan clalam
masa perkem bangannya.
3. Sebagai incliviclu yang menclerita atau seticlak-ticlaknya mengalani kelainan
perkembangan.
4. Scbagai inclividu yang mengalami kesulitan clan kegagalan clalarn p,roses
pencliclikan clan pembinaan.
5. Sebagai inclividu yang menjacli korban daripada perubahan-perubahan sosial,
terutama akibat perkembangan teknologi yang kurang tepat penggunaannya.
Setelah cliketahui tentang keaclaan remaja clan sifat-sifatnya serta beberapa
faktor clan penyebab timbulnya problema remaja clan khususnya kenakalan
remaja, maka perlu cliaclakan penanggulangan, pemecahan masalah atau jalan
Alternatifpemecahan masalah kenakalan remaja:
I. Tindakan Preventif,
Yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya
kenakalan-kanakalan.
Usaha-usaha yang sifatnya preventif dapat clilakukan melalui
penclidikan informal (keluarga), pendidikan formal (sekolah), atau juga
melalui pendiclikan non formal (masyarakat).
a) Pendidikan Informal (Keluarga):
• Menghinclari keretakan rumah tangga; karena kebanyakan remaja
yang mengalami penyimpangan acla