PENGARUH PENDAPAT, MINAT, AKTIVITAS, TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ROKOK A-MILD
Oleh:
Uden
NIM : 205081000159
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iii ABSTRACT
This research has a purpose: to analyze influence of opinions, interests, activities, against purchasing decision A-Mild.Penelitian Cigarettes are using multiple linear regression analysis. Data used in this study using primary data obtained from the answers of respondents who provided questions. The sample in this study is that all consumers who use a A-Mild cigarette. The results of this study indicate that there are significant variables simultaneously on Opinion, Interest and Aktivity of Buying Decision. The results of this study also showed variable has a significant interest, Opinion and partially to the Decision Choosing, while variable Aktivity no significant effect on purchase decisions. In the test there is determination of the influence of 57.2% which affects the purchasing decision is explained by variables Opinion, Interest and Aktivity while the remaining 42.8% are influenced by other variables and not included in this regression analysis.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan: menganalisis Pengaruh pendapat, minat, aktivitas,
terhadap keputusan pembelian Rokok A-Mild.Penelitian ini menggunakan analisa
regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
data primer yang diperoleh dari jawaban dari responden yang diberikan
pertanyaan. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah semua konsumen yang
menggunakan rokok A-Mild. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan pada variabel Opinion, Interest dan Aktivity terhadap Keputusan Pembelian. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel Opinion
dan interest berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Keputusan Memilih,
sedangkan variabel Aktivity tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 57,2% yang
mempengaruhi Keputusan pembelian yang dijelaskan oleh variabel Opinion, Interest dan Aktivity sedangkan sisanya 42,8% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini.
3
kasih atas sup
viii
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk
menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis
dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak
terkait.
Jakarta, Desember 2010
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Daftar riwayat hidup ... ii
Abstract ... iii
Abstraks ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xv
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran ... 7
1. Konsep Pemasaran ... 8
2. Konsep Produksi ... 10
x
4. Konsep Penjualan ... 11
5. Lingkungan Pemasaran ... 12
6. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 13
7. Bauran Pemasaran ... 13
8. Keputusan Pembelian Konsumen ... 15
9. Pembelian Ulang ... 16
10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen .. 17
B. Gaya Hidup (Life Style) ... 18
1. Pengertian Gaya Hidup ... 18
2. Dimensi Gaya Hidup ... 22
3. Segmentasi Gaya Hidup ... 23
C. Minat ... 24
D. Aktivitas ... 31
E. Rokok A-Mild ... 32
F. Penelitian Terdahulu ... 34
G. Kerangka Pemikiran ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
B. Metode Penentuan Sampel ... 38
C. Metode Pengumpulan Data ... 39
D. Metode Analisis ... 40
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47
B. Karakteristrik Responden ... 48
C. Hasil Dan Pembahasan ... 50
D. Uji Asumsi Klasik ... 79
E. Interprestasi ... 90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Implikasi ... 93
C. Saran ... 93
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
2.1 Tabel Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup ... 20
2.2 Tabel Data Produsen dan Merek Rokok A-Mild ... 33
3.1 Tabel Operasional Variabel Penelitian... 45
4.1 Tabel Data Responden ... 49
4.2 Tabel Hasil Try Out Item Instrumen ... 52
4.3 TabelMenurut anda rokok akan meningkatkan Kepecayaan diri anda ... 54
4.4 Tabel Menurut anda rokok akan meningkatkan pergaulan dalam suatu hubungan sosial di masyarakat ... 54
4.5 Tabel Menurut anda rokok dapat mempengaruhi Keadaan politik di suatu negara ... 55
4.6 Tabel Menurut anda seorang businesmen harus Mengkonsumi rokok ... 55
4.7 Tabel Menurut anda rokok dapat meningkatkan perekonomian Suatu negara ... 56
4.8 Tabel Menurut anda rokok dapat menurunkan kualitas pendidikan di suatu negara ... 57
4.9 Tabel Menurut anda rokok merupakan budaya Masyarakat saat ini ... 57
4.10 Tabel Menurut Anda saat ini rokok merupakan produk yang telah mengalami perkembangan inovasi yang semakin baik dengan meningkatkan aroma dan campuran lainnya ... 58
4.11 Tabel Dalam membeli rokok anda selalu memikirkan Kepentingan keluarga terlebih dahulu ... 59
xiii
4.13 Tabel Anda merupakan seorang yang mencintai pekerjaan dan
merupakan seorang yang ulet dan
Bertanggung jawab ... 60
4.14 Tabel Anda memiliki komunitas dalam
Pergaulan anda ... 61
4.15 Tabel Anda memiki keterkaitan untuk melakukan
Kegiatan rekeasi setiap minggunya ... 61
4.16 Tabel Anda tertarik dengan perkembangan fasion saat ini ... 62
4.17 Tabel Anda adalah orang yang lebih tertarik untuk membeli
Rokok dibandingkan untuk membeli makanan ... 62
4.18 Tabel Anda membeli rokok yang anda sukai karena iklan
Di media menarik ... 63
4.19 Tabel Anda tertarik mengkonsumsi rokok karena dapat
Meningkatkan prestasi ... 64
4.20 Tabel Dalam setiap melakukan pekerjaan anda selalu
Mengkonsumsi rokok ... 65
4.21 Tabel Merokok merupakan kegiatan yang anda sukai ... 65
4.22 Tabel Dalam kegiatan sosial anda selalu
Merokok untuk mengisi waktu istirahat ... 66
4.23 Tabel ketika berlibur anda selalu
Merokok ... 67
4.24 Tabel Anda tergabung dalam suatu organisasi serta menjadi
anggota dalam suatu organisasi ... 67
4.25 Tabel Anda senang mengikuti kegiatan klub ... 68
4.26 Tabel Merokok merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan dalam komunitas yang anda ikuti ... 69
4.27 Tabel Ketika melakukan kegiatan berbelanja anda selalu
Merokok ... 69
4.28 Tabel Ketika berolahraga anda selalu memokok ... 70
4.29 Tabel Anda membeli rokok karena kebiasa yang menjadi
xiv
4.30 Tabel Anda mengkonsumsi rokok karena mengikuti kebiasaan
dilingkungan sosial anda ... 71
4.31 Tabel Anda memilih produk sampoerna mild karena harganya yang terjangkau ... 72
4.32 Tabel Anda membeli rokok dalam jumlah yang cukup banyak dalam sehari ... 72
4.33 Tabel Anda mengetahui produk sampoerna mild dari keluarga ... 73
4.34 Tabel Anda mengetahui informasi tentang sampoerna mild dari temen ... 74
4.35 Tabel Anda mengetahui informasi tentang sampoerna mild dari tetangga ... 74
4.36 Tabel Anda mengetahui informasi sampoerna mild dari kenalan anda ... 75
4.37 Tabel Anda mengetahui tentang sampoerna mild dari iklan di tv ... 76
4.38 Tabel Disekitar rumah anda banyak tersedia penjual yang menjual sampoerna mild ... 76
4.39 Tabel Ketika membeli rokok anda selalu Dengan merek sampoerna mild ... 77
4.40 Tabel Ketika anda membeli rokok anda selalu membandingkan harga dengan merek lain ... 77
4.41 Tabel Sampoerna mild memiliki aroma dan kualitas yang baik dibandingkan dengan merek rokok lainnya ... 78
4.42 Tabel Sampoerna mild adalah rokok yang memiliki desain kemasan yang menarik ... 79
4.43 Tabel Uji Korelasi ... 81
4.44 Tabel Uji Interpretasi Koefisien Korelasi ... 81
4.45 Tabel Uji Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel ... 82
4.46 Tabel Uji Multikolinieritas ... 82
xv
4.48 Tabel Uji F ... 85
4.49 Tabel Uji T ... 87
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Gambar Konsep Pemasaran (INTEGRATED MARKETING) ... 9
2.2 Gambar Konsep Penjualan ... 12
2.3 Gambar Bauran Pemasaran dan Sub-Baurannya ... 14
2.4 Gambar Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ... 16
2.5 Gambar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen ... 17
2.6 Gambar Kerangka Pemikiran ... 36
4.1 Gambar Data Responden Menurut jenis kelamin ... 49
4.2 Gambar Data responden menurut usia ... 50
4.3 Gambar Normalitas Data (P-P Plot) ... 80
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
1. Lembar Kuisioner 97
2. Data Mentah 100
3. Hasil Uji Regresi 105
4. Tabel Uji Validitas Dan Realibelitas 116
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rokok merupakan salah satu intrumen penting dalam penerimaan Negara.
Ini dapat diketahui dari besarnya cukai yang berhasil dihimpun pemerintah. Pada
TA 1990/1991 sumbangan cukai hasil tembakau terhadap cukai secara
keseluruhan adalah sebesar 95,2 % kemudian setiap tahunnya menunjukkan
angka peningkatan (kecuali TA 1991/1992), dan pada TA 1999/2000 realisasi
penerimaan cukai hasil tembakau mencapai jumlah Rp.10.113,3 miliar atau
sebesar 97,26 %. Sementara itu, jika dilihat dari perkembangan realisasinya
penerimaan cukai hasil tembakau dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah
terjadi peningkatan sebesar 590 % atau hampir mencapai 6 (enam) kali lipat, yaitu
dari Rp. 1.713,8 miliar pada TA 1990/1991 menjadi Rp. 10.113,3 miliar pada TA
1999/2000. Pemerintah terus berupaya agar pendapatan cukai rokok bisa naik.
Caranya yaitu dengan menaikan harga jual eceran.
Industri rokok di Indonesia merupakan salah satu produsen rokok terbesar
di dunia dan jumlah perokok di Indonesia berada pada urutan kedua dunia setelah
china, Menurut ketua gabungan produsen rokok putih Indonesia (Gaprindo)
Muhaimin mufti, total produksi pada tahun 2006 mencapai 220 miliar batang,
dengan produksi rata-rata perbulannya 19 miliar batang.
Pada tahun 2007 pemerintah akhirnya menaikan kembali harga jual eceran
(HJE) sebesar 7% pada bulan maret 2007. sehingga produksi rokok tahun 9,4
2 miliar batang pada 16-04-2007. Menurut mufti “pada januari hingga febuari 2007
total produksi rokok telah mencapai 50 miliar batang. Namun pada maret
produksi hanya mencapai sekitar 6,1 miliar batang, karena banderol yang lama
telah diganti dengan yang baru.
Produksi rokok nasional pada triwulan I 2007 mencapai 36,1 miliar batang
atau turun 9,4 miliar batang dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu
yang mencapai 65,5 miliar batang. Total produksi rokok itu dihitung berdasarkan
jumlah pembelian pita cukai di Ditjen Bea dan cukai (www.deperin.go.id)
Jika dikaitkan dengan populasi penduduk Indonesia yang pada tahun 2004
mencapai 216,4 juta jiwa, konsumsi rokok putih mengalami penurunan perkapita
hanya 72 batang, dan pada 2005 sebanyak 77 batang, meski terlihat naik, jika
melihat kondisi enam tahun terakhir, sebetulnya konsumsi perkapitanya turun
8,3%..(Warta Ekonomi. No.23 th.XVIII.10 November)
Pada tahun 2006 kenaikan HJE atau harga jual eceran terjadi pada bulan
April. Ini menjelaskan mengapa ditriwulan I 2006 produksi rokok mencapai 65,5
miliar batang. Namun menurut Mufti, jika mengasampingkan pembelian pita
cukai, produksi rokok ditriwulan I 2007 mencapai 54 miliar batang. Ini dengan
asumsi rata-rata produksi rokok disemester I 2007 diharapkan mencapai 108
miliar batang.
Menurut penelitian gabungan produsen rokok putih Indonesia (Gaprindo)
proyeksi konsumsi rokok nasional dari tahun 1997 sampai pada tahun 2002 terus
3 rokok putih. Hal ini dikarnakan jumlah perokok diindonesia relative besar, yakni
jumlah perokok laki-laki mencapai sekitar 59% dan wanita sebanyak 41% dari
jumlah penduduk (Media Indonesia, 18 maret 2000)
Walaupun pemerintah memperoleh pendapatan yang tinggi dari cukai rokok,
namun tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang dikeluarkan untuk
menangani dampak dari rokok itu sendiri. Antara lain dengan kerugian ekonomi
dan sosial yang harus ditanggumg seperti biaya kesehatan, kematian dan
hilangnya produktifitas kerja yang ternyata biayanya bisa mencapai 7 kali lipat
lebih besar daripada penerimaan Negara dari cukai rokok. Data tahun 1990
menunjukan bahwa perolehan cukai rokok di Indonesia mencapai 2,6 triliun,
sedangkan kerugian yang ditimbulkan oleh rokok mencapai Rp. 14,5 triliun.
Akhir-akahir ini produsen rokok banyak mengeluarkan produk baru
dengan kadar nikotin dan tar rendah yang dikenal dengan rokok Mild, seperti PT.
HM Sampoerna dengan A-Mild, dan U-Mild. PT.Djarum dengan produknya LA
Light, dan Djarum super Mezzo. Juga ada merek lain seperti X-Mild, dan Star
Mild dari PT.Bentoel dan Clas Mild dari PT.Nojorono.
Perbedaan jumlah rokok dapat dibedakan berdasarkan tingkan ekonomi,
gender, dan tingkat penddikan. Perokok pria aktif di Negara berkembang
mencapai 48% sedangkan untuk Negara maju 42%. Namun jumlah perokok aktif
wanita mencapai 24%. Dari keseluruhan jumlah tersebut, produk aktif sebagai
4 Kesimpulan dari data diatas adalah semakin maju tingkat pendidikan
seseoarang, semakin kecil kemungkinannya seseorang menjadi perokok. 80%
perokok tinggal dinegara miskin hingga Negara berkembang, sisanya dinegara
maju. Jadi jelas bahwa ada hubungan antara standar hidup sebuah Negara, tingkat
penddikan, dan penghasilan masyarakatnya,. Dengan kata lain jika anda perokok,
maka anda boleh menyandang gelar “Bermental miskin Dan Bodoh”.
Menurut dewi Sulistiowati, (geografian.com. 2005) pengamat geografi
kesehatan di universitas Indonesia mengatakan, bahwa penyakit akibat gaya hidup
merokok cenderung menyebar berdasarkan tingkat kesejahteraan dan pendidikan
masyarakat. Salah satu cara efektif untuk mencegah penyakit yang disebabkan
oleh gaya hidup adalah dengan menyadarkan orang yang melakukan kegiatan
tersebut, yakni dengan kampanye anti rokok.
Kampanye anti rokok dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
diantaranya yaitu dengan memperketat peraturan penggunaannya. Mulai dari
pelarangan merokok ditempat umum seperti terminal, dalam bus, dalam gedung,
maupun ditempat umum lainnya. Membatasi iklan rokok, hingga mencegah para
artis dan actor untuk membintangi iklan rokok.
Kombinasi antara merokok dengan gaya hidup diet Amirican style seperti
makan Junk Food, Hamburger, French Fries, dan Milk Shake, kian mempercepat
penyempitan arteri tidak hanya dijantung saja, tapi hampir di sekujur tubuh.
Pada masa sekarang ini rokok sudah menjadi suatu gaya hidup, kebiasan
5 Kebiasaan ini terus berkembang karena orang lain mencontoh gaya hidup
tersebut. Pada awalnya merokok merupakan kebiasaan kaum bangsawan, kini
terjadi pergeseran dari pola tersebut, jumlah perokok dinegara maju mulai
menurun sedangkan jumlah perokok di Negara miskin dan berkembang
jumlahnya semakin meningkat.
Kebanyakan para perokok berawal saat mereka masih muda dulu dengan
berbagai alasan diantaranya : agar diterima dalam pergaulan, agar terlihat macho
atau jantan, menjadi pemberontak, agar terlihat keren, agar terlihat dewasa dan
lain-lain. Hampir semua remaja mengalami krisis identitas diri dan merasa paling
kuat sedunia. Sedangkan pada remaja putri yang memakai rokok agar terlihat
anggun, elegan, cantik.
Untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan
judul “PENGARUH PENDAPAT, MINAT, AKTIVITAS, TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN ROKOK A-MILD”
B. Perumusan masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah “ Apakah terdapat pengaruh antara pendapat, minat,
aktivitas, terhadap keputusan pembelian Rokok A-Mild.
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
menganalisis Pengaruh pendapat, minat, aktivitas, terhadap keputusan pembelian
6 D. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi:
1 Peneliti
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan penulis yaitu tentang ilmu
marketing atau manajemen pemasaran. Serta dapat menambah wawasan
penulis tentang pengaruh pendapat, minat, aktivitas, terhadap keputusan
pembelian rokok A-Mild.
2 Perusahaan
Menjadi acuan bagi produsen dalam menetapkan segmen pasar,
menetukan posisi produk melalui periklanan, mengembangkan media
guidelines dan untuk membatasi target produk baru.
3 Akademisi
Menambahkan referensi bagi universitas dan mahasiswa sehingga
penelitian ini dapat dijadikan study literature untuk penelitian lebih lanjut.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para akademis serta dapat
menambah wawasan. Pengetahuan dan pemahaman yang berhubungan
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN
A. Pengertian Pemasaran
American marketing association (A M A) mendifinisikan pemasaran
sebagai proses perencanaan dan pelaksanaan rencana penetapan harga, promosi
dan distribusi dari ide-ide, barang-barang dan jasa-jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individual dan organisasional.
(Rhenald Kasali,2001:53)
Pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan yang mereka
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai kepada pihak lain.
Pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk
mendapatkan laba. Dua sasaran pemasaran yang utama adalah menarik konsumen
baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat
ini dengan memberikan kepuasan. ( Kotler dan Amstrong, 2004:5)
Pemasaran berasal dari kenyataan bahwa manusia mempunyai
kebutuhan dan keinginan, sehingga timbullah berbagai macam produk yang
dihasilkan untuk memenuhi segala macam kebutuhan manusia.
Menurut Simamora (2003: 20) pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang digunakan individu, rumah tangga ataupun organisasi untuk
8 memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka dengan cara menciptakan dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain.
1. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran (marketing Concept) merupakan falsafah
perusahaan yang menyatakan bahwa pemasaran keinginan pembeli adalah syarat
utama bagi kelangsungan hidup perusahaan. Segala kegiatan perusahaan
dibidang produksi, tekhnik, keuangan, dan pemasaran diarahkan pada usaha
untuk mengetahui keinginan pembeli dan kemudian memuaskan keinginan
tersebut dengan mendapatkan laba.
Konsep pemasaran ini sering juga disebut sebagai konsep yang
berorientasi kepada keinginan konsumen, setiap produk yang dihasilkan
produsen, selalu lebih dahulu disesuaikan dengan keinginan konsumen pembeli,
atau kepada langganan pembeli.
Jadi, bagian pemasaran mempunyai peranan aktif sejak dimulainya
proses produksi. Semua kegiatan perusahaan untuk menghasilkan dan menjual
barang didasarkan pada masalah pemasaran.
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan
bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial
bagi kelangsungan hidup perusahaan (Swastha Dan Sukotjo 2000:181)
Didalam konsep ini perusahaan mengadakan pemasaran yang terpadu
(integrated marketing). Disini, semua departemen yang ada didalam perusahaan
9 langganan yang sudah lama. Langganan merasa puas dan keinginannya dapat
terpenuhi setiap pemakai produk tertentu. Kepuasan mereka menjadi keuntungan
bagi perusahaan. Karena pembeli yang sudah merasa puas ini akan menjadi
pembeli yang setia dikemudian harinya. Untuk lebih jelasnya, konsep pemasaran
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
KONSEP PEMASARAN (INTEGRATED MARKETING )
(Pusat perhatian) (sasaran untuk mencapai (tujuan akhir) tujuan)
Sumber: Sutisna (2002) perilaku konsumen dan komunikasi Pemasaran
FOCUS MEANS ENDS
Kebutuhan Dan keinginan pelanggan (Customer needs
and wants)
Mencapai tujuan melalui Kepuasan pelanggan (Profit though customer satisfaction)
10 Dengan melihat gambar kedua konsep diatas, jelas bagi kita terdapat perbedaan
antara konsep penjualan denngan konsep pemasaran. Konsep pemasaran lebih dahulu
meneliti dan mencari tahu kebutuhan dan keinginan konsumen dan setelah itu baru
memproduksikan barang kebutuhan mereka. Berbeda dengan konsep penjualan, yang
berusaha menggalakkan promosi terus menerus untuk meningingkatkan penjualan.
2. Konsep Produksi
Didalam konsep produksi, pengusaha memproduksi produk sebanyak
banyaknya. Karena produk ini pasti akan terjual dipasar, karena jumlah pembeli
yang ada masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan penjual yang ada. Itu
menunjukan bahwa barang yang ada dipasar masih jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan permintaan yang ada, berarti barang dipasar masih kurang.
3. Konsep Financial
Disini pengusaha berpendapat bahwa uang dan modal mempunyai
peranan yang besar meningkatkan laba. Pengusaha berusaha meningkatkan
produksi dengan cara penggabungan modal, sehingga produk yang mereka
hasilkan juga lebih besar dibandingkan dengan produk yang mereka hasilkan
sendiri-sendiri.
Para pengusaha beranggapan bahwa memproduksi barang
sebanyak-banyaknya akan mendapatkan keuntungan atau laba dengan sebesar-besarnya
pula. Factor ini menyebabkan pengusaha bergabung didalam modal untuk
11 4. Konsep penjualan
Konsep ini beranggapan bahwa jumlah pasar yang ada dipasar sudah
berlimpah. Untuk itu pengusaha perlu mencoba mencari berbagai macam cara
untuk meningkatkan volume penjualan. Pengusaha memakai advertising,
promosi, showroom, penjualan rumah, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan jumlah penjualan.
Para pengusaha mencari para pembeli secara agresif, itu berarti dengan
mempengaruhi para pembeli sedemikian rupa supaya konsumen dapat tertarik
kepada barang yang sedang dipromosikan. Bahkan kadang-kadang para penjual
ini memakai cara tipuan halus, asalkan produk mereka dapat terjual.
Kepuasan pelanggan kurang diperhatikan dalam konsep penjualan. Yang
terpenting untuk pengusaha disini adalah volume penjualan yang terus menerus
12 Gambar 2.2
Konsep Penjualan
(Pusat perhatian) (sasaran untuk mencapai (tujuan akhir) tujuan)
Sumber : Sutisna (2002)
5. Lingkungan Pemasaran
Lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan luas,
lingkungan tugas meliputi kepada siapa saja yang terlibat didalam melakukan produksi,
menyalurkan, dan mempromosikan tawaran. Yang tercakup dalam kelompok pemasok
adalah pemasok bahan baku, dan pemasok jasa seperti agen riset pemasaran, agen
periklanan, perusahaan perbankan dan asuransi, perusahaan tranportasi dan
telekomunikasi. Yang termasuk distributor dan dealer adalah again, pialang, dan
FOCUS MEANS ENDS
HASIL PRODUKSI PERUSAHAAN (INDUSTRY PRODUCT)
KEUNTUNGAN MELALUI VOLUME PENJUALAN (PROPFIT THROUGH SALES
VAOLUME)
13 perwakilan manufaktur, serta yang lainnya yang memudahkan penemuan dan penjualan
kepada pelanggan.
Lingkungan luas terdiri dari enam komponen yaitu : lingkungan demografis,
lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan tekhnologi, lingkungan
hukum-politik, dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan-lingkungan itu mengandung
kekuatan yang dapat membawa dampak utama bagi para pelaku dilingkungan tugas
(kotler, 2002 : 17)
6. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen asosiasi pemasaran Amerika (American Marketing Association), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan
harga, promosi dan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menghasilkan pertukaran
yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi. (Philip kotler, (1997).
Manajemen pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses dalam pengelolaan yang
meliputi perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta
menyalurkan setiap macam gagasan untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi
sasaran individu dan organisasi. (kotler, 2002:9)
7. Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah perangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk secara terus menerus mencapai tujuan
pemasaran dipasar sasaran. Mc carthy mendefinisikan alat-alat itu menjadi empat
kelompok yang disebut dengan 4p ( Empat P ) yaitu Product (produk), Price
14 Marketing mix selalu berhubungan dengan strategi pemasaran dan
keputusan pemasaran, kerena keempat variabel ini adalah variabel terpenting
dalam pemasaran,. Perusahaan akan mengatur variabel produk, price, place, dan
promotion untuk menghadapi persaingan dengan perusahaan yang lain.
Perusahaan memakai cara marketing mix yang berbeda untuk setiap
produk yang berbeda. Produk yang baru memasuki pasar memakai marketing
mix yang berbeda dengan produk yang sudah mempunyai Market Share. Produk
yang PLC mulai naik (growth) berbeda marketing Mix-nya dengan produk yang
sudah memasuki tahap decline.
Marketing mix (concept) mengatakan bahwa masing-masing
pengambilan keputusan harus menganalisa kekuatan pasar dan harus
menganalisis elemen-elemen pemasaran, kalau manajer pada akhirnya ingin
menentukan keberhasilan pemakaian elemen tersebut. Memakai
elemen-elemen pemasaran ini memberikan hasil dan keuntungan pada perusahaan.
Gambar 2.3
Bauran pemasaran dan Sub – Baurannya Bauran produk:
- Pemotongan harga
Bauran promosi: - Periklanan
- Penjualan tatap muka - Publisitan
- Promosi penjualan
15 8. Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Sutisna (2002:2) Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk
melakukan pembelian suatu barang atau produk diawali oleh adanya kesadaran
atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan, yang oleh Assael disebut sebagai need
arousal. Selanjutnyan jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka
konsumen akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang
diinginkannya.
Proses pencarian informasi ini akan dilakukan dengan mengumpulkan
semua informasi yang berhubungan dengan produk yang diinginkan. Dari
berbagai informasi yang diperoleh konsumen melakukan seleksi atas
alternative-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai tahap evaluasi
informasi.
Setelah adanya proses evaluasi informasi itu, selanjutnya konsumen akan
melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase evaluation). Proses evaluasi
ini akan menentukan apakan konsumen merasa puas atau tidak atas keputusan
pembeliannya. Seandainya konsumen merasa puas, maka kemungkinan untuk
melakukan pembelian kembali pada masa depan akan terjadi, sementara itu jika
konsumen merasa tidak puas atas keputusan pembeliannya, maka dia akan
mencari kembali berbagai informasi produk yang dibutuhkannya. Proses itu akan
terus berulang sampai konsumen merasa terpuaskan atas keputusan pembelian
produknya. Seperti dijelaskan pada gambar.2.4 yang menjelaskan tentang proses
16 Gambar 2.4
Proses pengambilan keputusan konsumen
Umpan Balik
Sumber: (Sutisna, 2002: 16)
9. Pembelian Ulang
Jika konsumen senang atau tertarik terhadap suatu merek atau produk
tertentu, maka tindakan tersebut akan berulang sampai konsumen menemukan
produk atau jasa pengganti yang lebih baik. Menurut Engel etal (1994:38) yang
ada dua kemungkinan pengambilan keputusan, bila proses pembelian diulang
sepanjang waktu, yaitu:
a. Pemecahan masalah berulang
Pembelian ulang merupakan syarat adanya pemecahan masalah
berlanjut. Ada beberapa factor yang mempengaruhi masalah ini, tetapi yang
paling mempengaruhi yaitu karena adanya kekecewaan konsumen terhadap Pengenalan masalah/kebutuhan
dan keinginan
Pencarian berbagai informasi
Evaluasi berbagai alternative merek produk
Pilihan atas merek produk untuk dibeli
17 alternatif produk yang telah dibeli sebelumnya. Faktor lain yang juga
mempengaruhi seperti menggantikan merek atau kehabisan persediaan barang
juga merupakan penyebab dari masalah ini. Sehingga konsumen harus
memikirkan kembali konsekuensi dari investasi waktu dan energi dalam
berbelanja ditempat lain. Akhirnya pengambilan keputusan pembelian ulang
didasarkan pada keputusan “beli yang termurah”.
b. Pengambilan keputusan kebiasaan
Ada faktor kebiasaan pembelian yang mengakibatkan terjadinya
pembelian ulang yaitu: Loyalitas merek, yaitu loyalitas yang mencerminkan
kebiasaan yang termotivasi tinggi dan sulit diubah dan untuk menghindari
resiko kesalahan dalam pemilihan altetnatif merek lain.
10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (2004:2014) factor yang mempengaruhi
perilaku pembelian konsumen adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5
Factor-faktor yang mempengaruhi pembelian konsumen `
18 B. Gaya Hidup (Lifestyle)
1. Pengertian gaya hidup
Orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang
sama mungkin akan memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup / lifestyle
seseorang menujukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang
tercermin dalam kegiatan,minat, dan pendapatannya. (Simamora, 2003:89)
(Kotler dan Armstrong 2004:210) menyatakan gaya hidup/lifestyle
adalah pola hidup seseorang yang tergambarkan pada sikografisnya.
Psikografis membutuhkan pengukuran dimensi AIO utama konsumen yaitu
opinions (tentang diri mereka sendiri, isu-isu sosial, bisnis, produk),
interest/minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan activities/kegiatan
(pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kelas sosial).
Menurut Rhenald Kasali, (2001:225). Gaya hidup pada prinsipnya
adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Gaya hidup
mempengaruhi seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi
seseorang.
Orang-orang yang berorientasi pada karir akan memilih pakaian, buku,
majalah, computer, dan barang-barang lainnya yang berbeda dengan mereka
yang berorientasi pada keluarga. Demikian pula bagi mereka yang sudah
meraih sukses, tentu mempunyai cara-cara konsumsi yang berbeda dengan
19 Gaya hidup menggambarkan sesuatu yang lebih dari kelas sosial atau
kepribadian seseorang.. Assael (1992:290) menyatakan bahwa akhir-akhir ini
para pemasar semakin tertarik terhadap pengetahuan tentang karakteristik
psikografik. Dimana psikografik itu adalah psychological characteristic dari
konsumen yang dapat dihitung. Psikografi diwakili oleh 2 jenis variabel,
yaitu: gaya hidup (Lifestyle), dan kepribadian (personality).
Gaya hidup merupakan pola hidup yang diidentifikasikan dengan
bagaimana orang menggunakan waktunya. Apa yang mereka anggap penting
dalam lingkungan (interest) dan apa yang mereka piker tentang dirinya dan
dunia sekitarnya. Menurut Engel (1994) gaya hidup didefinisikan sebagai pola
dimana orang hidup dan menghabiskan waktu dan uang. Gaya hidup adalah
fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial,
demografi dan variabel yang lain Engel, J.F, Blackwell, R.D. & Miniard, P.W.
(1994) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri
seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dan masing-masing
orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi
perilaku pembeliannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan
menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi,
kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri, dan kemampuan
20 seseorang berdasarkan psikografisnya. Psikografis membutuhkan pengukuran
dimensi AIO utama konsumen yaitu:
1. Activities (kegiatan) seperti pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kerja social
2. Interest (minat) seperti makanan, menonton, mode, keluarga, rekreasi;
3. Opinion (pendapat) tentang diri mereka, isu-isu sosial, bisnis, dan produk.
Berikut ini akan disajikan kategori AIO dari studi mengenai gaya
hidup yang disarikan oleh Flummer dalam Assael (1992) yang disajikan pada
tabel
Tabel 2.1
Kategori AIO dari studi mengenai gaya hidup
Activities Interest Opinions Kerja
Sumber : Assael (1992)
Gaya hidup menggambarkan sesuatu yang lebih dari kelas sosial atau
kepribadian seseorang. Gaya hidup menunjukkan seluruh pola kegiatan dan
21 dapat membantu pemasar untuk memahami perubahan nilai konsumen dan
bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi perilaku pembelian. Penanda
atau symbol dari status individu tersebut tentu saja berhubungan dengan
keadaan masyarakat Jakarta pada saat ini, status sosial dapat ditunjukan oleh
berbagai hal seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jumlah pendapatan,
atau status sosial dapat dilihat dari gaya bicara, gaya berpakaian dan juga
konsumsi.
Dalam Segmentasi psikografis, perilaku konsumen diobservasi melalui
gaya hidup, nilai-nilai kehidupan yang dianut, dan kepribadian konsumen.
Gaya hidup pada prinsipnya adalah pola seseorang dalam mengelola waktu
dan uangnya. Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang yang pada
akhirnya menentukan pola konsumsi seseorang Yohanes Sondang Kunto dan
Peter Ramy Pasla (2006). Terdapat macam-macam konsep yang dapat
menjelaskan konsep tentang gaya hidup. Menurut Mowen, 1995 gaya hidup
adalah “Life style relate to how people live, how they spend their money, an
how allocate the time”, Dengan demikian berdasarkan definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa gaya hidup berhubungan dengan bagaimana mereka
hidup, cara mereka menggunakan uangnya dan cara mereka mengalokasikan
waktunya (aktifitas) dan apa yang menurut mereka penting dalam
lingkungannya (minat) dan apa yang mereka pikirkan tentang dirinya dan
dunia sekelilingnya (opini). Menurut perspektif sosiologi, sebuah gaya hidup
22 sangat ditentukan oleh pengetahuan yang berasal dari interaksi dalam konteks
yang berbeda pada suatu periode tahun. Namun, pada masyarakat berkembang
menjadi lebih kompleks, Menurut Weber status tidak dapat lagi diukur hanya
melalui pengetahuan, tetapi status juga dapat diekspresikan melalui style of
life dari seseorang individu. Penanda atau symbol dari status tersebut antara
lain adalah: rumah, pakaian, cara berbicara, dan juga pekerjaan. Pengukuran
gaya hidup dapat dilakukan dengan aktivitas/sikap, ketertarikan/minat dan
pendapat konsumen. Jadi, sikap/aktivitas tertentu yang dimiliki oleh
konsumen terhadap suatu obyek tertentu (misalnya merek produk) bisa
mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang juga bisa dilihat dari apa
yang disenangi dan disukainya.
2. Dimensi Gaya Hidup
Para peneliti pasar yang menganut pendekatan gaya hidup, cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel AIO yaitu: Opinion
(pandangan-pandangan), interest (minat), dan Activity (aktifitas). Joseph
Plumer (1974:33-34) mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur
aktifitas-aktifitas manusia dalam hal:
a. Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.
b. Minat mereka, apa yang dianggap penting disekitarnya.
c. Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap orang
23 d. Karakter-karakter dasar seperti tahap yang telah mereka lalui dalam
kehidupan. (Life Cycle), penghasilan, pendidikan, dan dimana mereka
tinggal.
3. Segmentasi gaya hidup
Di Indonesi, Susianto (1993: 56-76) dengan menggunakan model yang
dikembangkan oleh Plummer, berhasil memetakan 6 segmen gaya hidup
remaja dijakarta. Ke 6 segmen itu adalah:
a. Hura-hura
Yaitu kelompok yang menyukai kegiatan ‘hura-hura’, dalam artian
tidak terlalu serius terlibat dalam sesuatu hal. Sebagian besar kelompok ini
adalah mereka yang senang dengan “keramaian kota”
b. Hedonis (pencari kenikmatan indrawi).
Adalah segmen yang mengarahkan aktifitasnya untuk mencari
kenikmatan hidup. Mereka banyak menghabiskan waktunya diluar rumah,
dan cenderung membeli barang-barang yang harganya mahal untuk
kesenangannya.
c. Rumahan
Atau bisa disebut anak rumahan, yaitu merek yang lebih banyak
menghabiskan waktunya dirumah dan tidak banyak bergaul dengan
teman-teman yang ada disekitar lingkungannya. Mereka berorientasi pada
24 d. Sportif.
Yaitu mereka yang senang berolahraga dan banyak mendapatkan
prestasi pada bidang olahraga. Biasanya mereka tidak terlalu memikirkan
penampilan dan lebih terbuka terhadap situasi.
e. Kebanyakan
Adalah tipe yang paling umum ditemui, mereka agak berhati-hati
dalam bertindak dan mengambil suatu keputusan. Cenderung konformis
(tidak ingin bertentangan dengan kelompok yang lebih besar) dan kurang
berani menjadi inisiator.
f. Orang untuk orang lain.
Adalah kelompok yang peka terhadap kebutuhan orang lain, dapat
diandalkan dan bersikap sosial, produktif (selalu melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat) dan mengutamakan kebersamaan dalam
keluarga.
C. Minat
Eysenck dkk. (1972) mendefinisikan minat sebagai suatu kecenderungan
untuk bertingkah laku yang berorientasi kepada objek, kegiatan, atau pengalaman
tertentu, dan kecenderungan tersebut antara individu yang satu dengan yang lain
tidak sama intensitasnya. Sedang Witherington (1986) berpendapat bahwa minat
adalah kesadaran seseorang pada sesuatu, seseorang, suatu soal atau situasi yang
bersangkut paut dengan dirinya. Tanpa kesadaran seseorang pada suatu objek,
25 Hurlock (1986) mengartikan minat sebagai sumber motivasi yang akan
mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi
kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti
bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya
nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
Sedangkan Drever (1988) mengartikan minat (interest) ke dalam dua
pengertian, baik fungsional maupun struktural. Minat dalam pengertian
fungsional menunjukan suatu jenis pengalaman perasaan yang disebut
“worthwhileness” (kegunaan) yang dihubungkan dengan perhatian pada objek
atau tindakan. Sedang minat dalam pengertian struktural adalah elemen atau hal
dalam sikap individu, baik yang merupakan bawaan ataupun karena perolehan,
sehingga seseorang itu cenderung memenuhi perasaan worthwhileness dalam
hubungannya dengan objek-objek atau hal-hal yang berhubungan dengan subjek
khusus atau bidang pengetahuan khusus. Apa yang disebut sebagai “doctrine of
interest” dalam pendidikan harus berdasarkan pada minat anak, dan selanjutnya
dikembangkan minat baru berdasarkan minat yang sudah ada tersebut.
Dalam kamus psikologi, Chaplin (1989) menyebutkan bahwa interes atau minat
dapat diartikan sebagai:
a. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada
perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek
26 b. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktivitas pekerjaan atau objek itu
berharga atau berarti bagi individu.
c. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku
menuju satu arah tertentu.
Dalam “Encyclopedia of Psychology”, minat adalah kecenderungan
tingkah laku yang mengarah pada tujuan yang pasti, aktivitas-aktivitas atau
pengalaman yang menarik dari tiap individu. Oleh karena itu, apabila individu
atau seseorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka itu berarti ia telah
menetapkan tujuan sebelumnya (Cuming, 1972). Sedangkan Crow and Crow
mengidentifikasikan minat sebagai kekuatan yang mendorong seseorang
memberikan perhatian terhadap orang lain atau melakukan aktivitas tertentu.
Dengan mengutip pendapat Layton, Handoyo mengartikan minat sebagai
kesukaan atau ketidak-sukaan terhadap sesuatu. Dengan kata lain, minat dapat
dilihat atas dasar perbedaan rasa suka terhadap sesuatu hal, pekerjaan, tugas atau
suatu kegiatan. Sedangkan Murphy berpendapat, sebagaimana yang dikutip oleh
Handoyo, bahwa minat merupakan kondisi rangsang yang terarah sehubungan
dengan tujuan yang bermanfaat.
Menurut Guilford (1956), minat adalah kecenderungan untuk
memperhatikan dan mencari objek-objek tertentu, dan perhatian terhadap objek
tersebut cenderung mempengaruhi perilaku individu dalam kegiatan-kegiatan
27 McDaniel & Sahftel (1958) berpendapat bahwa minat merupakan suatu
aktivitas yang sebagian besar perhatian individu terfokus pada objek atau
aktivitas tertentu. Keadaan atau aktivitas tersebut tidak hanya sekadar
memberikan kepuasan, tetapi juga memberikan suatu kondisi yang menghasilkan
dan menggairahkan sehingga bisa menyingkirkan aktivitas-aktivitas lain yang
tidak sesuai dengan objek yang menjadi fokus perhatian individu tersebut.
Sedang menurut Jones (1963), minat adalah reaksi organisme yang berhubungan
dengan perasaan suka terhadap situasi tertentu. Reaksi tersebut dapat berupa
reaksi aktual dan bisa juga bersifat imajiner. Dengan demikian, minat merupakan
suatu aktivitas yang berbentuk perhatian yang intens terhadap suatu objek, baik
secara aktual atau tidak. Maksudnya adalah bahwa perhatian tadi dapat
berlangsung secara indriawi terhadap objek yang sebenarnya atau menggunakan
perenungan atau pemikiran terhadap objek yang imajiner. Perhatian yang intens
tersebut dapat memberikan kepuasan bagi pelakunya, dan juga bisa membuat
individu tersebut menjadi bergairah. Dalam kondisi demikian, individu akan
mengabaikan objek-objek lain yang tidak diminati.
Menurut Laiton (Hansen, 1984), minat didefinisikan sebagai kesukaan
atau ketidaksukaan terhadap sesuatu hal. Dengan kata lain, minat tersebut dapat
dilihat berdasarkan adanya perbedaan rasa suka terhadap sesuatu hal, pekerjaan,
tugas atau kegiatan. Sementara itu, Masykur (1983) menunjukkan bahwa minat
berhubungan dengan kuatnya dorongan yang menyebabkan seseorang
28 Sedangkan Bhatia (1977) menunjukkan bahwa minat merupakan
keterlibatan perasaan seseorang terhadap suatu objek atau perasaan seseorang
yang tidak dapat dipisahkan dengan objek atau aktivitas, karena adanya kaitan
antara individu dengan aktivitas yang disukai tersebut. Di samping berbagai
pengertian di atas, pengertian minat secara harfiah adalah suatu kegiatan
organisme yang mengarahkan perhatian dengan sungguh-sungguh terhadap suatu
objek, yaitu objek yang relevan atau mempunyai karakteristik yang serupa
dengan objek tertentu. Ada yang mengatakan bahwa hubungan minat dengan
motivasi itu bersifat gradual, di mana timbulnya motivasi setelah adanya sikap,
dan sikap timbul karena adanya minat. Ada yang mengatakan bahwa minat itu
adalah aspek kognitif dari motivasi, dan ada pula yang mengatakan bahwa minat
timbul bersamaan dengan motivasi. Ada juga yang justru mengidentikkan minat
dengan motivasi. Misalnya, apabila timbul minat terhadap suatu aktivitas berarti
ada indikasi motivasi terhadap aktivitas tadi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah
suatu kecenderungan seseorang dalam bertingkah laku yang dapat diarahkan
untuk memperhatikan suatu objek atau melakukan suatu aktivitas tertentu yang
didorong oleh perasaan senang karena dianggap bermanfaat bagi dirinya.
Di samping itu, dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil beberapa
pengertian berikut:
1. Perasaan sadar dari individu terhadap suatu objek atau aktivitas, karena
29 2. Perasaan senang terhadap subjek atau objek ataupun juga aktivitas.
3. Perasaan sadar dan suka tersebut pada gilirannya akan menimbulkan rasa
untuk memperhatikan suatu objek, subjek atau aktivitas.
4. Dorongan tersebut akan berlangsung secara terus menerus untuk selalu
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan objek atau subjek yang
diminati, dan
5. Kuatnya kecenderungan individu untuk memberikan perhatian terhadap objek,
subjek atau aktivitas yang memuaskan dan bermanfaat bagi objek, subjek atau
aktivitas tersebut.
Minat merupakan aspek kognitif dari motivasi, atau merupakan gambaran
kognitif yang memberikan arah pada suatu tindakan (Franken, 1982). Besar
kecilnya minat seseorang terhadap suatu tugas atau pekerjaan, banyak
menentukan keberhasilan yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas tadi,
karena motivasi, efisiensi, gerak dan kepuasan kerja, akan didapat apabila
pekerjaan tersebut sesuai dengan lapangan yang diminatinya. Sebagaimana yang
telah disebutkan di atas, minat yang berbentuk perhatian yang intens tadi
merupakan suatu reaksi organisme, baik yang tampak nyata maupun yang
imajiner, yang disebabkan karena rasa suka terhadap suatu objek tertentu. Minat
ini mempunyai kecenderungan mempengaruhi perilaku individu dalam aktivitas
tertentu (Guilford, 1956; Jones, 1963).
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa minat dalam diri individu sangat
30 minat terhadap suatu objek atau aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan yang
berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana
kemudian, segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun
akan tercapai.
Sedangkan faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982),
terdiri dari tiga faktor:
a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat
seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian
ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.
b. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan
dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk
mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk
memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.
c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.
Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat
meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat
seseorang.
Berdasarkan pengertian minat yang telah diuraikan, kiranya dapat
dikatakan bahwa keberadaan minat pada diri individu merupakan hasil dari
31 pertama kali dialami adalah pengarahan terhadap objek, subjek atau aktivitas
yang merupakan rangsangan bagi diri individu.
Berbagai rangsangan tersebut dapat berbentuk benda-benda atau suatu
kegiatan. Dari pengenalan ini, akan timbul perasaan sadar pada diri individu
bahwa objek, subjek atau aktivitas tersebut bermanfaat bagi dirinya.
Adanya pengenalan dan perasaan sadar yang didasarkan pada asas manfaat
(dalam arti bahwa objek, subjek atau aktivitas itu diperlukan oleh individu),
maka pada saat itu juga akan diikuti perasaan senang pada objek, subjek atau
aktivitas tersebut. Dari kedua rangkaian tersebut, maka akan terbentuk minat atau
tidak.
D. Aktivitas
Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer,
bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya
individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini pada gilirannya akan
mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, subjek,
atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak
suka kepada objek, subjek atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya.
Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu (menolak/menerima). Jika ia
menerima berarti ia berminat, dan jika menolak berarti ia tidak berminat.
Penerimaan adalah sensitivitas individu terhadap rangsang dari
fenomena-fenomena tertentu, di mana individu tersebut mau menerima atau memperhatikan
32 sub-kategori yang terdiri dari: Kesadaran pada taraf ini adalah kesadaran
terhadap sesuatu yang ada dalam satu situasi, baik berupa fenomena atau objek,
Kemauan untuk menerima sub-kategori ini menggambarkan tingkah laku
individu yang mau menerima stimulus; atau dengan kata lain, individu
mempunyai kemauan untuk menerima rangsang yang ditimbulkan oleh
fenomena, Pengontrolan atau perhatian yang terpilih merupakan perhatian
terhadap rangsang atau fenomena objek yang telah dipilih individu.
Menanggapi adalah kategori kedua. Kategori ini merupakan perhatian
yang aktif terhadap benda yang menimbulkan rangsangan pada diri individu atau
fenomena-fenomena tertentu. Pada kategori ini, individu akan melakukan
aktivitas yang berkaitan dengan objek atau fenomena yang telah dipilih. Kategori
kedua ini dibagi menjadi tiga, yaitu : persetujuan untuk menanggapi, yang
merupakan respon untuk menunjukan kepada adanya ketaatan atau kerelaan
individu terhadap aturan-aturan yang berkaitan dengan rangsang fenomena dan
objek, kemauan untuk menanggapi, yang merupakan kemauan sukarela individu
(tanpa paksaan) untuk melakukan suatu aktivitas, kepuasan untuk menanggapi,
yang merupakan tindakan yang disertai oleh perasaan puas setelah melakukan
aktivitas.
E. Rokok A-Mild
Rokok A-Mild yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rokok putih
33 ditetapkan oleh pemerintah kadar tar: 20 mg, dan kadar nikotin: 1,5 mg, dan
terdaftar dalam gabungan produsen rokok putih Indonesia (Gaprindo).
Ini berarti tidak termasuk rokok kretek yang ada dipasaran yang kadar tar
dan nikotinnya melebihi dari apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Juga
tidak termasuk rokok import, yang berasal dari luar negeri. Dalam penelitian ini
rokok mild yang dimaksud antara lain Star Mild dan X Mild dari PT. Bentoel. A
mild dari PT. HM Sampoerna. LA Lights dan Djarum Super Mezzo dari PT.
Djarum. Dan Class Mild dari PT. Nojorono.
Tabel 2.2
Data Produsen dan Marek Rokok Mild
PRODUSEN MEREK
PT. BENTUL Star Mild, X Mild
PT. HM.SAMPOERNA Sampoerna A Mild, U Mild
PT. DJARUM LA Lights, Djarum Super Mezzo
PT. NOJORONO Class Mild
Sumber: Nielsen Media Research. (dikutip dari swa Sembada No.13/XXII)
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari majalah Warta Ekonomi
menujukkan bahwa Industri rokok yang paling besar masih berada di pulau jawa
yaitu pada jawa tengah sebesar 34 % dan jawa timur sebesar 37 %. Ini berarti
34 F. Penelitian Terdahulu.
Untuk memberikan gambaran dan kerangka pemikiran dalam penelitian
maka perlu kiranya untuk membahas hasil-hasil penelitian terdahulu.
Hasil penelitian Sasmito (2004) dari Universitas Merdeka Malang,
program studi Manajemen bidang kajian Manajemen Pemasaran yang mengambil
judul Pengaruh Aktivitas minat pendapat terhadap keputusan pembelian Rokok
Mild, menunjukan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi konsumen untuk
mengambil keputusan pembelian produk yang terdiri dari variabel bebas Aktivity
(X1), Interest (X2), dan Opinion (X3) secara simultan/bersama-sama mempunyai
pengaruh bermakna terhadap Keputusan pembelian (Y) dapat diterima atau teruji.
Hasil penelitian Roosy Arlyana (2008) dari Unversitas Brawijaya Malang
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Pemasaran yang berjudul “Pengaruh
Aktivitas minat pendapat terhadap keputusan pembelian Rokok Mild”
menunjukan bahwa variabel ini secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
volume Keputusan pembelian.
Akhmad hamdi (2008) dengan penelitianya yang berjudul Pengaruh
“Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Rokok”. dalam penelitian gaya
hidup terbagi atas tiga variabel yaitu opinion, activity, dan interest. Hasil
penelitianya menyatakan bahwa variabel opinion tidak berpengaruh secara
parsial, tetapi secara simultan seluruh variabel independen mempengaruhi
35 Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh laila nurul (2008)
dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Faktor Psikografis Terhadap
Keputusan Pembelian (Survei pada Produk Daging Sapi Olahan dalam Kemasan
Berlabel Halal di Hypermart Malang Town Square)” hasil penelitianya
menyatakan bahwa variabel opinion, activity dan interest baik secara parsial
maupun secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
E. Kerangka Pemikiran
Dibentuk atas dasar pengaruh gaya hidup (lifestyle) yang
diklasifikasikan berdasarkan Opinion, Interest, dan Activity (AIO), maka
36 Gambar 2.6
Kerangka KonseptualHipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah dikemukakan
pada bagian sebelumnya, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: Terdapat
pengaruh antara pendapat minat Aktivitas terhadap keputusan pembelian Rokok
A-Mild.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Pendapat (X1) Aktivitas (X3)
Keputusan Pembelian (Y)
Uji Validitas & Reliabilitas Minat (X2)
Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
Uji t Uji R2
Uji F
37 1. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pendapat,
Minat dan Aktivitas terhadap Keputusan Pembelian
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pendapat, Minat
dan Aktivitas terhadap Keputusan Pembelian
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pendapat
terhadap Keputusan Pembelian
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pendapat terhadap
Keputusan Pembelian
3. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Minat
terhadap Keputusan Pembelian
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Minat terhadap
Keputusan Pembelian
4. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Aktivitas
terhadap Keputusan Pembelian
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Aktivitas terhadap
38 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi yang akan diteliti adalah wilayah Jakarta dengan responden yang
mengkonsumsi rokok mild. Dengan mengidentifikasi beberapa variabel sebagai
berikut:
1. Variabel Terikat (Y) yaitu keputusan pembelian, yaitu bagaiman konsumen
memutuskan untuk membeli suatu produk yang dipengaruhi oleh factor
internal dan eksternal konsumen itu sendiri.
2. Variabel bebas (X) yaitu pendapatannya (Opinion), minat (Interest), dan
kegiatan (Activity).
B. Metode penentuan sample
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat atau warga
yang berjenis kelamin laki-laki dan mengkonsumsi rokok.
2. Sample
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pada penelitian ini metode pengambilan sempel yang
digunakan adalah metode nonprobability sampling. Yaitu teknik pengambilan
39 sample yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
3. Teknik sampling
Teknik sampling merupakan tekhnik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka sampel
yang digunakan yaitu sampling kuota yaitu tekhnik penentuan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan.(Sugiono,1999: 77). Dalam pengambilan sampel secara kuota, kita
mengidentifikasikan kumpulan karakteristik penting dari populasi dan
kemudian memilih sampel yang diinginkan secara non-acak. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang responden yang
Mengkonsumsi Rokok A-Mild.
C. Metode pengumpulan data
1. Jenis Sumber Data :
a. Data primer diperoleh melalui survey dan observasi lapangan. Survey
lapangan yaitu dengan memberikan kuesioner kepada responden.
Kuesioner terdiri dari pertanyaan tertentu, yaitu pertanyaan yang telah
diberikan alternative jawabannya, sehingga responden tidak diberi
kebebasan dalam menjawab.
b. Data sekunder diperoleh dengan membaca literature, jurnal yang terkait
denagan penelitian, lembaga penelitian, Surat kabar, Internet, serta data
40 2 Teknik Mengumpulkan Data.
a. Wawancara, yaitu mengadakan Tanya jawab dengan responden maupun
pihak-pihak lainnya yang terkait dengan obyek penelitian.
b. Kuesioner, yaitu teknik penumpulan data dengan mengirim daftar
pertanyaan untuk diisi oleh responden.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
deskriptif. Tujuannya adalah agar terdapat beberapa gambaran ataupun bayangan
secara sistematis, actual, dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar
fenomoena yang diteliti dan diselidiki (Sugiono 1994:112).
R.S Likert (1932) mengembangkan prosedur penskalaan dimana skala
mewakili suatu kontinum bipolar. Pada bagian ujung kiri (dengan angka yang
besar) yang mengambarkan suatu jawaban yang sifatnya positif, sedangkan pada
bagian ujung kanan (dengan angka yang kecil) yang menunjukan jawaban yang
negatif.
Metode ini akan melibatkan kedalam penyelidikan yang lebih mendalam
dan pemeriksaan secara menyeluruh tehadap tingkah laku seseorang individu.
Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh Opinion
(Pendapat), Interest (Minat), Activity (Aktivitas), terhadap pembeli rokok
A-Mild.
Dan untuk mengetahui bagaimana gaya hidup konsumen atau pengaruh
41 menggunakan Skala Likert (R.A Likert, 1932) yang dapar mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok. Dalam skala Likert variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang
dapat berupa pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat negative sampai sangat positf. Seperti:
SS = Sangat Setuju diberi skor 5
S = Setuju diberi skor 4
R = Ragu-ragu diberi skor 3
TS = Tidak Setuju diberi skor 2
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
Untuk menjaga Kevalidan dan reliabelnya butir-butir pertanyaan yang ada
pada kuisioner dilakukan uji validitas dan Reabilitas.
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar (konstruk) pertanyaan-pertanyaan (Bhuono, 2005 : 67). Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan.
Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti.
Menurut Dr.Yahya Hamza, MM, suatu kelayakan butir dalam peryataan
42 Reabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan di susun dalam suatu
bentuk kuisioner Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai Croabach’s Alpha > dari 0, 60 (Bhuono, 2005 : 72)
1. Analisis Kuantitatif
a. Analisis regresi linier
Analisis regresi linier berganda merupakan teknik analisis yang
umum digunakan dalam menganalisis hubungan dan pengaruh satu
variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas. Teknik analisis
regresi berganda dapat di hitung dengan mengunakan rumus (Rangkuti
,2003 : 132)
1) Persamaan regresi linier berganda
Dimana mengunakan rumus persamaan sebagai berikut :
Y = a + b
1x
1+ b
2x
2+ b
3x
3+
ε
Dimana :
Y = Kepuasan Pembelian
a = Bilangan Konstanta
b1 S/ d b3 = Koefisien Regresi yang akan dihitung
X1 = Opinion (Pendapat)
43 X3 = Activity (Aktivitas)
ε = Standar Error
2) Koefisisien Determinasi
Digunakan sebagai dasar untuk dapat mengetahui pengaruh naik
turunya nilai variabel X dan variabal Y (saling mempengaruhi), yang di
hitung dengan cara mengkuadratkan nilai r (KD = r kudrat) yang biasa
di masukan atau dinyatakan ke dalam nilai persentase (%).
3) Uji t
Untuk menjawab perumusan permasalahan pada penelitian ini,
dilakukan uji t hitung untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang
signifikan variabel kontribusi pembiayaan dan sarana prasarana terhadap
kepuasaan siswa belajar. Dalam uji t digunakan alpa atau taraf
signifikan sebesar 0, 05 dengan metode dua arah/dua ekor.
Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen (bebas) secara individu dalam menerangkan
variansi variabel terikat.
Menentukan t hitung dapat di rumuskan sebagai berikut :
t
hitung=
21
2
r
n
r
−
−
44 r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
r2 = Determinasi
Apabila T hitung > T tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Apabila T hitung < T tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
Dalam menganalisis regresi berganda dalam penelitian ini,
penulis dengan unsur kesengajaan, dalam arti mempermudah
pemerosesan data yang diperoleh, digunakan bantuan berupa program
SPSS 16.0 for windows.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (independent Variabel)
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah gaya hidup (life style)
seseorang menunjukan pola kehidupan orang yang bersangkutan dan
tercermin dalam pendapatnya (Opinion), minat (Interest), dan kegiatan
45 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Sedangkan Variabel Terkait (Y) yaitu keputusan pembelian, yaitu bagaimana
konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk yang dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal konsumen itu sendiri.
Tabel 3.1 Variabel Operasional No
Variabel Sub
variabel Indikator Skala
1.
1. Terhadap diri sendiri
2. Isu-isu Sosial
3. Politik
4. Bisnis
5. Ekonomi
6. Pendidikan
7. Kebudayaan
8. Produk masa depan
46 3. Aktivity (X3)
(Mowen, 1995)
3. Kegiatan-kegiatan sosial
4. Liburan
5. Hiburan
6. Anggota Klub
7. Komunitas
1. Alasan membeli.
2. Harga beli
3. Frekuensi pemakaian
Sumber pribadi
Sumber komerial
47 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat PT.Sampoerna
Sampoerna didirikan pada tahun 1913 di Surabaya oleh Liem Seeng
Tee dan istrinya Siem Tjiang Nio, imigran Tionghoa dari Fujian, Tiongkok
dengan nama Handel Maastchpaij Liem Seeng Tee yang kemudian berubah
menjadi NV Handel Maastchapij Sampoerna. Perusahaan ini meraih
kesuksessan dengan merek Dji Sam Soe pada tahun 1930-an hingga
kedatangan Jepang pada tahun 1942 yang memporak-porandakan bisnis
tersebut. Setelah masa tersebut, putra Liem, Aga Sampoerna mengambil alih
kepemimpinan dan membangkitkan kembali perusahaan tersebut dengan
manajemen yang lebih modern. Nama perusahaan juga berubah seperti
namanya yang sekarang ini. Selain itu, melihat kepopuleran rokok cengkeh di
Indonesia, dia memutuskan untuk hanya memproduksi rokok kretek saja.
Generasi berikutnya, Putera Sampoerna adalah generasi yang membawa PT.
Sampoerna melangkah lebih jauh dengan terobosan-terobosan yang
dilakukannya, seperti perkenalan rokok bernikotin rendah, A Mild dan
perluasan bisnis melalui kepemilikan di perusahaan supermarket Alfa, dan
untuk suatu saat, dalam bidang perbankan. Pada tahun 2000, putra Putera,