• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding School (Studi Kasus Di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Boarding School Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding School (Studi Kasus Di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah Boarding School Depok)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Boarding School Depok

)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun oleh:

MIRA KHUMAIROH

108011000147

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

PEMBINAAN AKTILAK SISWA

MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL

(studi kasus

di MTs Al-Hidayah

Boarding

School

Depok)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan Islam (S.pd.I)

Disusun oleh:

Mira Khumairoh

NrM. 10801t000r47

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

: 195809181987012001
(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding

School (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)" disusun oleh

Mira Khumairoh, Nomor Induk Mahasiswa 108011000147, Jurusan pendidikan

Agama Islam. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang

berhak untuk diujikan pada sidan g Munaqasaft sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh

Fakultas.

Jakarta, 13 April20l3

Yang Mengesahkan,

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudur: o'pembinaan Akhrak siswa Merarui program Boarding school (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding Schoor Depok),, diajukan kepada Fakultas Irmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) uIN syarif Hidayatuilah Iakarta dan terah dinyatakan lurus daram ujian munaqosah pada tanggar 14 Mei 2013 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penuris berhak memperoreh gerar sarjana sl (s.Pd.I) daram bidang pendidikan Agama Isram.

panitia sidang Munaqasan Jakarta' 16 Mei 2013

Tanggal

P/r.tus

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/program Studi)

Tanda Tangan Ketua Panitia

Bahrissalim" MA

NIP. 19680307 199803 1 002

r\rr. ryoluJt6'2tJtJ033 1 001

Penguji I

M. Zuhdi. Ph. D

NIP. 19720704 199703 | 002

Penguji 2

Drs. HA. Gholib. MA NrP. 19s4101s 1979021

19670328 200033

trb/t

/akB

(5)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama . Mira Khurnairoh N I M : 1 0 8 0 1 1 0 0 0 1 4 7 Jurusan : pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun :200g/2009

Alamat : Jl. Rawadenok

RT. 02101 No. 52 Kel. Rangkapan aya Baru Kec. pancoran Mas Depok.

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

skripsi ini berjudul "Pembinaan Akhlak Siswa Melalui progrant Boarding school (studi kasus di MTs Ar-Hidayah'Boarding schoor Depok),, adarah benar hasir karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama NIP

Dosen Jurusan

: Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.A : 1 9 5 8 0 9 1 8 1 9 8 7 0 1 2 0 0 1

: Pendidikan Agarna Islam

Demikian surat pemyataan ini saya menerima segala konsekuensi apabila

buat dengan sesungguhnya dan saya siap skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, l3 April20l3 Yang Menyatakan,

(6)

i

SCHOOL (Studi Kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)

Akhir-akhir ini dunia pendidikan menyajikan fakta yang memprihatinkan. Persoalan penyimpangan perilaku siswa sampai pada titik yang mencengangkan, di mana lembaga pendidikan formal mengalami kegagalan membentuk sikap dan perilaku siswa. Tawuran antar sekolah, siswa masuk dalam pengaruh narkoba yang mematikan, terjebak pola hidup yang jauh dari nilai-nilai sosial dan agama. Fakta demikian mengharuskan lembaga pendidikan memikir ulang proses pembelajaran di sekolah dan di rumah.

Keprihatinan kondisi pendidikan kemudian banyak disikapi oleh pendidikan Islam, termasuk sekolah Al-Hidayah Boarding School. Untuk menanggulangi kenakalan-kenakalan siswa, HBS menawarkan program sekolah berbasis asrama agar mampu memantau secara langsung untuk membentuk perilaku siswa agar mampu bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan dan nilai-nilai islami.

Program sekolah berasrama HBS kemudian dikaji dengan pendekatan deskriptif untuk merekam bagaimana pengembangan kualitas pribadi siswa dengan nilai-nilai islam yang dilakukan oleh HBS. Penelitian yang dilakukan di sekolah Al-Hidayah Boarding School menggunakan pendekatan kualitatif sehingga mampu menjelaskan perubahan perilaku siswa dan mengetahaui kendala dan hambatan yang dihadapi HBS dalam melakukan pengembangan akhlak siswa.

Pendidikan berbasis asrama yang terdapat pada sekolah HBS di Depok Jawa barat ini menunjukkan hasil yang efektif untuk melakukan pembinaan akhlak siswa. Program-program yang diselenggarakan mampu mempengaruhi sikap siswa meskipun harus diawali dengan usaha pembiasaan. Dan tidak bisa dinapikan juga usaha pengembangan perilaku siswa juga harus berhadapan dengan hambatan yang luar biasa seperti keterbatasan guru untuk memonitoring dengan ketat karena hanya sebagain kecil saja guru yang menetap di lingkungan asrama sekolah. Akan tetapi secara umum berdasarkan parameter yang tersedia terdapat perubahan yang sangat signifikan pada akhlak siswa dengan sistem boarding school.

(7)

ii

menyelesaikan skripsi ini. Juga şalawat dan salam penulis haturkan kepada sayyidina Muhammad Saw. sebagai uswah hasanah suluruh umat manusia.

Dalam menulis skripsi ini tentu tidak selamanya berjalan mulus, banyak

terdapat hambatan-hambatan yang didapati penulis namun semua itu dapat dilalui

oleh penulis atas rahmat dan kehendak dari Allah Swt serta dukungan-dukungan

dari orang-orang yang turut memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis

dapat bangkit kembali dan menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Rif‟at Syauqi Nawawi M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bahrissalim M.Ag. dan Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag. selaku Ketua dan Sekretaris

Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah membimbing penulis dalam

perkuliahan sampai selesai

3. Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi, penulis

ucapkan banyak terimakasih atas kesediannya meluangkan waktu disela-sela

kesibukan beliau untuk membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh

ketelitian dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi.

4. Tanenji, M.A. selaku dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing serta

memberikan motivasi, saran dan nasihat kepada penulis untuk tetap semangat dan

bersungguh-sungguh dalam menjalani setiap fase-fase dalam perkuliahan.

5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meberikan

kemudahan kepada penulis dengan fasilitas dan pelayanan yang baik.

6. Segenap Staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(8)

iii

8. Terkhusus orang tua tercinta; Ayahanda Saipudin Zuhri S.Ag dan Ibunda Ida

Farida S.Pd serta adik-adikku Miftahul Rizki dan M. Zaid An-Nashohi,

terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan atas doa, nasihat, dukungan

serta kasih sayang yang tiada henti mereka curahkan kepada penulis. Juga kepada

keluarga besar H. Mugni bin H. Hanafi dan H. M. Nur bin H. Nipan yang telah

memberikan banyak dukungan serta doa kepada penulis.

9. Kepada Deden Supriadi S.Pd.I yang telah dengan setia mendampingi penulis serta

memberikan dukungan, motivasi dan bantuan kepada penulis dengan penuh

ketulusan, penulis ucapkan banyak terimakasih.

10.Terimakasih kepada Armidis S.Pd yang telah memberikan inspirasi serta bantuan

kepada penulis.

11.Terimakasih kepada para sahabat: Devi Febrina, Siti Rahimah, Epip Yukhopipah,

Ade Sri Rahayu dan seluruh sahabat PAI C yang penulis tidak dapat sebutkan

namanya secara keseluruhan. Teman-teman PAI Angkatan 2008. Juga kepada

sahabat PPKT. Serta Sahabat IKMD. Semoga tali silaturrahim kita tetap terjaga

selamanya. Amin.

Tentu masih banyak lagi pihak-pihak yang turut membantu dalam

penulisan skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara

keseluruhan penulis ucapkan banyak terimakasih. Jazakallah Khairon Kaśiron.

Tangerang, 13 April 2013

Penulis,

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Peran pendidikan dalam membangun peradaban manusia tidak diragukan

lagi. Pendidikan menjadi alat yang efektif untuk membangun kesadaran manusia

agar mampu menciptakan kehidupan sosial yang tentram. Hal utama yang mesti

diperhatikan dari usaha membangun kehidupan yang damai itu adalah membentuk

perilaku manusia agar bertindak sesuai dengan ketentuan dan nilai yang berlaku

dalam masyarakat. Dengan demikian dalam rangka membina akhlak siswa

tersebut, pendidikan juga dijadikan lembaga dalam menyemai nilai-nilai islami

sehingga bisa tercipta kehidupan sosial yang harmonis baik hubungannya dengan

dunia sekitarnya atau pun hubungan dengan sang pencipta atau yang dikenal

dengan hubungan vertikal.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu

maupun masyarakat dan bangsa menempati posisi penting, sebab jatuh bangunnya

suatu masyarakat tergantung kepada akhlak yang dimiliki. Jika akhlaknya baik,

maka sejahteralah lahir dan batinnya. Tetapi, jika akhlaknya rusak, maka akan

rusak pula kehidupan masyarakat tersebut.1

Usaha pembinaan akhlak pun mesti digalakkan baik melalui lembaga

pendidikan mapun lembaga sosial lainnya melalui. Hal ini dikarenakan akhlak

merupakan tujuan dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan yang

1

(10)

sungguh-sungguh. Pembinaan ini bertujuan membentuk pribadi-pribadi muslim

yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat pada kedua orang

tua, serta sayang pada sesama makhluk Tuhan. Sebaliknya, kalau anak-anak

terlepas dari pembinaan orang tua, sekolah dan lingkungan sosial maka akan

menghasilkan anak-anak yang nakal, berperilaku menyimpang, melakukan

berbagai perbuatan tercela.

Upaya pembentukaan akhlak manusia juga selaras dengan tujuan

pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Pasal 3 bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pembinaan semacam ini semakin diperlukan mengingat besarnya

tantangan lingkungan dan tuntutan global yang menghadang kehidupan. Dampak

dari kemajuan IPTEK misalnya sangat sangat mempengaruhi perilaku manusia.

Kecanggihan teknologi saat ini memudahkan orang dalam berkomunikasi tanpa

mengenal ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi dibelahan dunia mana pun

dalam hitungan menit dapat dilihat diberbagai Negara melalui internet, faximile,

film, buku-buku. Tentu dengan segala konsekuensi dan dampak negatifnya.

Begitu pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup

materialistik dan hedonistik semakin menggejala dan menjadi trend hidup yang

dalam lingkungan kita dewasa ini.3 Ini semua adalah ekses dari kemajuan

teknologi yang terkadang merongrong akhlak dan nilai timur yang selama ini kita

anut.

Pada sisi yang lain, fenomena yang sering disajikan seperti kurangnya

waktu bersama keluarga karena sibuk dengan beban kerja yang menumpuk

sehingga mengabaikan peran vitalnya sebagai orang tua yang seharusnya

membimbing anaknya. Kurangnya alokasi waktu untuk keluarga berakibat negatif

pada pertumbuhan anak. Anak sering mengekspresi kekesalannnya melalui

2

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005) Cet ke-4, h. 310

3

(11)

tindakan-tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran hanya untuk mencari

perhatian keluarga. Oleh karena itu, dengan perubahan lingkungan sosial yang

begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi

perkembangan pribadi anak. Tantangan seperti meluasnya peredaran obat

terlarang, narkotik, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga menumbuhkan

kekhawatiran pada para orang tua.4

Salah satu contohnya yaitu perkelahian antar individu, atau antar

kelompok (tawuran) sering terjadi di antara pelajar belakangan ini. Bahkan tidak

hanya antar pelajar SMU, tapi mahasiswa antar kampus pun sering terlibat dalam

tawuran seperti ini. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan,

tawuran ini sering terjadi. Di Jakarta misalnya tawuran terjadi antar sekolah SMK,

menewaskan seorang pelajar berumur 17 tahun menderita luka karena terkena

lemparan batu dibagian kepala, luka tusuk di selangkangan paha kiri. Pada

akhirnya meninggal dunia.5

Peristiwa itu menambah daftar korban akibat tawuran pelajar. Data

Komnas Perlindungan Anak mencatat jumlah tawuran pelajar pada 2012

mencapai 339 kasus dan 82 orang tewas. Jumlah itu meningkat 165% dari 128

kasus pada tahun sebelumnya. Jika mengacu pada data tersebut menyajikan fakta

bahwa angka tawuran semakin meningkat.6

Dari data-data di atas, perilaku siswa mengkhawatirkan masyarakat,

khususnya para orang tua yang mengharapkan anak-anak berperilaku baik dan

berakhlak terpuji. Para orang tua berupaya mencari jalan keluar dari kekhawatiran

itu dengan menyerahkan tanggung jawab pembinaan anak-anaknya pada lembaga

pendidikan dan melakukan pembinaan akhlak anak-anaknya kepada lembaga

sekolah. Dalam rangka menjawab persoalan tersebut sistem pendidikan

menawarkan pendidikan formal di sekolah sekaligus adanya sistem pengawasan

terpadu di luar sekolah atau biasa dikenal dengan sistem boarding school.

Boarding school sendiri merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menerapkan

4

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, (Jakarta: Rajawali,Pers, 2009), h.152-153.

5

http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/ 6

(12)

pola pendidikan seperti pondok pesantren. Para siswanya tinggal di asrama dan

diasuh langsung dari Pembina asrama dan guru. Model ini menerapkan pola

pendidikan terpadu antara penekanan pada pendidikan agama yang di kombinasi

dengan kurikulum pengetahuan umum yang menekankan pada penguasaan sains

dan teknologi.

Fenomena baru dalam lingkungan sekolah formal kita menyita perhatian

penulis untuk mengetahui lebih dalam tentang proses-proses program yang

dilakukan di sekolah Al–Hidayah Boarding School Depok, dalam membina

akhlak peserta didiknya.

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti bermaksud mengangkatnya ke

dalam penulisan skripsi dengan judul “PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (studi kasus di MTs

Al-Hidayah Boarding School Depok)”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah-msalah dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Keterbatasan orang tua dalam memberikan perhatian dan pengawasan

kepada anak selama masa pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Kesibukan orang tua menjadikan kurangnya kasih sayang yang akhirnya

anak melampiaskan perilakunya sesuai keinginanannya sendiri tanpa

mempedulikan etika dan sopan santun.

3. Meningkatnya kenakalan anak karena dampak dari perkembangan teknologi

dan akses informasi yang pesat sehingga mempengaruhi perilaku dan

kehidupan mereka.

4. Timbulnya kekhawatiran orang tua terhadap perubahan lingkungan sosial

(13)

C.Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan memudahkan pokok persoalan dalam penelitian

ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Pembinaan akhlak yang dimaksud adalah pembinaan sikap dan perilaku

siswa terhadap Allah, Rasul-Nya, Orangtua (termasuk Kyai/Ustadz) dan

santun dalam pergaulan melalui program yang diselenggarakan di

Al-Hidayah Boarding school Depok di luar kegiatan kurikuler.

2. Strategi pembinaan akhlak dalam boarding school yang dibahas mencakup

tujuan dan kegiatan tentang peran dan tanggung jawab.

3. Perilaku moral siswa sebagai hasil dari strategi pembinaan akhlak, faktor

pendukung dan penghambat serta jalan yang ditempuh untuk

menyelesaikannya.

4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa HBS tahun 2012/2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang akan diteliti dan

dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pembinaan akhlak siswa MTs

Al-Hidayah Boarding School melalui program Boarding School. Berikut di

(14)

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh sekolah

dalam melakukan pembinaan akhlak anak MTs Al-Hidayah Boarding School

melalui program Boarding School.

1. Untuk mengetahui program Boarding School dalam pembinaan akhlak

siswa yang dilaksanakan di MTs Al-Hidayah.

2. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh

pengasuh, pengurus, siswa dalam pembinaan akhlak.

3. Untuk mengetahui strategi dan alat pendidikan yang dikembangkan dalam

pembinaan akhlak.

4. Untuk mengetahui perilaku moral siswa MTs Al-Hidayah sebagai wujud

dari pembinaan akhlak.

5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pembinaan akhlak.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi Guru Al-Hidayah Boarding School

Untuk dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam pembinaan

akhlak anak.

3. Bagi Siswa Al-Hidayah Boarding School

Untuk memberikan pengetahuan tentang pembinaan akhlak agar melekat

dalam dirinya.

4. Bagi masyarakat

Untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang pembinaan akhlak

(15)

iv

KATA PENGANTAR ……….ii

DAFTAR ISI ………iv

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah………1

B. IdentifikasiMasalah ………..4

C. PembatasanMasalah……….5

D. PerumusanMasalah ………..5

E. TujuanPenelitian ………..6

F. ManfaatPenelitian ………6

BAB II KAJIAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN A. PembinaanAkhlakdalamPendidikanIslam 1. PengertianPembinaanAkhlak ………7

2. RuangLingkupAkhlak ………..11

3. StrategiPembinaanAkhlak………...18

4. Alat yang EfektifdalamPembinaanAkhlak ……….24

B. Boarding School 1. Pengertian Boarding School ………..29

2. Unsur-unsur Boarding School………30

3. Program Boarding School ……….32

4. AspekPositif Boarding School ……….34

C. KerangkaBerfikir ………36

(16)

v

B. Setting Penelitian………39

C. MetodePenelitian ……...….………40

D. ProsedurPengumpulan Data ……….…..41

E. ProsedurPengolahan Data danAnalisis Data………..45

BAB IV HASIL PENELITIAN A. ProfilMTsAl-HidayahBoarding SchoolDepok ………51

B. Program PembinaanAkhlak Boarding School ………...56 C. PerandanTanggungjawabPengelola Boarding School dalamPembinaanAkhlak……… …..66

D. StrategidanalatpendidikandalampembinaanAkhlak ……..69

E. Sikapdanperilakusiswasebagaiwujuddaripembinaanakhlak ………..77

F. FaktorPendukungdanPenghambatpembinaanakhlak……… ………...80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….81

B. Saran ………82

DAFTAR PUSTAKA …..…………..….………83

(17)

7

BAB II KAJIAN TEORI

A.Pembinaan Akhlak dalam Pendidikan Islam

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan didefinisikan

sebagai kegiatan membangun, mendirikan, mengusahakan supaya menjadi lebih

baik.Secara etimologi pembinaan berarti proses dan cara; penyempurnaan,

pembaharuan, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif

untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.1

Sedangkan secara terminologi pembinaan diartikan sebagai upayakegiatan

yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan dan

mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar mampu menghayati

dan mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.2

Dari pengertian di atas dapat dirangkum pengertian pembinaan merupakan

usaha sungguh-sungguh yang dilaksanakan secara sadar, sistematis dan terencana

dalam membentuk kepribadian sesuai dengan potensi dan tujuan yang diharapkan.

Sedangkan akhlak berasal dari kata arab, yang kemudian diserap menjadi

bahasa Indonesia. Kalau ditinjau menurut bahasa akhlak adalah bentuk jamak dari

kata khuluq (khuluqun), padanan kata tersebut dalam dalam bahasa Indonesia

adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi‟at.Secara sederhana, akhlak

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi 3, h. 152

2

(18)

bisa didefinisikan sebagai sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah

laku), mungkin baik mungkin buruk.”3

Pada dasarnya, banyak pendapat para ahli mencoba merangkum pengertian

akhlak dalam sebuah definisi sesuai perspektifnya. Seperti yang dilakukan oleh

Abdul Hamid Yunus yang membuat definisi akhlak sebagai berikut:

ّب أْا اسْناْا ا ِّ ىه قاْخأا

4

“Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan.”

Selain Abdul Hamid Yunus, ada pula pengertian yang ditulis oleh Ibrahim Anis dalam al-Mu’jam al-Wasith sebagai berikut:

ىلا جاح ّْغ ْ م ش ْ ا ّْخ ْ م ّاعْفاْا ر ْصت ا ْع سار سْ لل ّاح ل ْلا

يْؤر ْكف

5

[Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan].

Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang didefinisikan oleh dua tokoh sebelumnya, Imam al-Ghazali mengartikan akhlak sebagai berikut:

ْ م ْسي لْ سب ّاع ْناْار ْصت ا ْع سار سْ لا ىف ّْه ْ ع را ع ل ْلا

يْؤر ْكف ىلا جاح ّْغ

6

[Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan].

Walaupun masing-masing ahli mendefinisikan akhlak dengan beragam

redaksi namun semuanya masih diikat dalam satu kesamaan paradigma dalam

memandang akhlak.Ketiga ahli ini masih menekan pengertian akhlak dalam pada

usaha reflektif atau sudah menjadi kebiasaan dalam bertingkah laku.Semuanya

dipandang sebagai kebiasaan yang sering dilakukan sehingga untuk

melakukannya tidak perlu pertimbangan akal.Semuanya dilakukan dengan

sistematis tanpa perintah dari akal.

3

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 346

4

Abd. Hamid Yunus, Da’irah al-Ma’arif, II, (Cairo: Asy‟syab, t.t), h. 436.

5

Ibrahim Anis, Al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Darul Ma‟arif, 1972), h. 202.

6

(19)

Abuddin Nata dalam bukunya Pendidikan Dalam

PersfektifHaditsmenjelaskan lima ciri bisa digolongkan dengan dalam perbuatan

akhlak. Diantaranya Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi

kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang.Kedua perbuatan akhlak

merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran.

Ketiga, perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan. Keempat,

perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara. Kelima,

perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah.7 Penjelasan ini tidak jauh

berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh ahli etika sebelumnya, dimana

penekanan masih terdapat pada sikap spontanitas yang melekat pada seseorang

untuk melakukan sebuah tindakan.

Kalau diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak

sebagaimana tersebut di atas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi,

yaitu suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan

lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan

sudah menjadi kebiasaan.Oleh karena itu wujud akhlakadalah keadaan yang

melekat pada jiwa manusia.Ini sesuai dengan pendapat Muhammad Daud Ali pada

kutipan berikut ini:

Suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlak, apabila telah memenuhi beberapa syarat diantaranya adalah (1) dilakukan berulang-ulang, apabila dilakukan sekali saja atau jarang-jarang maka tidak dapat dikatakan akhlak.(2) Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan baginya. Apabila suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan ditimbang-timbang, apabila terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan akhlak.8

Tentang istilah akhlak dalam bahasa Indonesia sering dipakai dengan

moral atau etika. Istilah moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yangartinya

adalah adat kebiasaan. Dalam kamus Bahasa Indonesia moral artinya ajaran

tentang baik buruk yang di terima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,

7

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000).h. 274. 8

(20)

budi pekerti, akhlak.Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan

batas-batas suatu sifat, perangai, perbuatan yang layak dikatakan benar, salah,

baik, buruk. Sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya

kebiasaan.Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan

buruk.9Penjelasan ini sesuai pula dengan apa yang dikemukakan Ibnu Maskawih

yang memandang persoalan akhlak tidak dibatasi pemaknaannya pada etika baik

saja, tetapi berdasarkan pada nilai yang berkembang di dalam masyarakat itu

sendiri. Maka persepsi tentang akhlak pun sangat flexible. Banyak nilai yang

berkembang dalam masyarakat justru berlawanan dengan nilai arab bahkan islam

itu sendiri, namun Maskawih dapat mengakomodirnya dalam bingkai konsep

akhlak seperti yang dijelaskannya.

Meskipun demikian, ada ahli yang cenderung membedakan akhlak dengan

etika.Umumnya pembedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang

menentukan yang baik dan yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala

sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta

norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang

lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan

nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat

dan diri sendiri. Penentuan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan

perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah

al-Qur’an yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan sunnah beliau

yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis.

Penentuan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat disuatu masa.Oleh karena itu, dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu disuatu tempat tertentu.Konsekuensinya, akhlak Islam bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif (nisbi).10

Uraian diatas dapat dipahami bahwa pembinaan akhlak merupakanusaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana

9

ibid, h. 353-354.

10

(21)

pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina

secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Menurut Ali Daud, Jika

program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik,

sistematik,dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepatserta

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau

orang-orang yang baik akhlaknya.11

2. Ruang Lingkup Akhlak

Dalam islam, Al-Qur’an dan hadist yang menjadi sumber pelajaran bagi

seorang muslim telah menjelaskan nilai-nilai etika islam. Sebagian akhlak baik

tersebut misalnya dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan

yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan

sebagai khalik.

Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empatalasan

manusia perlu berakhlak kepada Allah.Pertama, karena Allah yang telah

menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dari air yang

ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dengan

demikian, sudah sepantasnya manusia berterimakasih kepada yang

menciptakan-Nya. Kedua, karena Allah yang telah memberikan

perlengkapan panca indera, penciptaan yang sempurna. Ketiga, karena Allah

yang telah menyediakan berbagai bahan yang diperlukan bagi kelangsungan

hidup manusia. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan

diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Meskipun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada

manusia sebagaimana disebutkan diatas, bukanlah menjadi alasan Allah

perlu dihormati. Bagi Allah, dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi

11

(22)

kemuliaan-Nya. Akan tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah

sewajarnya manusia menunjukkan sikap akhlak yang pas kepada Allah.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan

kegiatan menanam nilai-nilai akhlak kepada Allah. Diantara nilai-nilai hal

yang dituntut untuk berakhlak kepada Allah seperti 1) Iman, yaitu sikap

batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. 2) Ihsan, yaitu kesadaran

yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau bersama

manusia dimanapun manusia berada. 3) Takwa, yaitu sikap yang sadar

bahwa kita selalu diawasi olehNya. Itu dapat dimanifestaikan dalam sikap

menjauhi diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.4) Ikhlas, yaitu sikap

murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh

keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan bathin, tertutup maupun

terbuka.5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan

penuh harapan kepada-Nya.6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terimakasih

atas nikmat yang diberikanNya. 7) Sabar, sikap tabah menghadapi segala

kepahitan dan cobaan dariNya.12

Sementara itu menurut Quraish Shihab mengatakan bahwa:

―titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran

bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.13

Berdasarkan pernyataan diatas, berkenaan akhlak kepada Allah

dilakukan dengan cara banyak memuji-Nya. Selanjutnya sikap tersebut

diteruskan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu menjadikan

Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW

Akhlak terhadap Rasul adalah beriman kepada Rasul. Dikatakan iman

bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu yang diyakini, akan tetapi

harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Amal perbuatan yang dijelaskan di

12

Muhammad Alim, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. ke-2, h. 152-154.

13

(23)

dalam Al-qur’an dan Al-hadis, tentang bagaimana bersikap kepada

Rasulullah SAW, itulah yang dinamakan akhlak kepada Rasulullah SAW.

Dalam hal beriman kepada Rasul, Allah memerintahkan manusia agar

meneladani yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sebagai Nabi penutup,

Nabi Muhammad ditugasi membawa wahyu dan risalah yang berisi

pokok-pokok aqidah, ibadah dan akhlak yang berlaku sepanjang masa yang wajib

diteladani setiap muslim.

Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai berikut:

1) Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW 2) Mengucapkan shalawat dan salam

3) Taat kepada Rasulullah SAW 4) Cinta kepada Rasulullah SAW

5) Percaya atas semua berita yang disampaikan Rasulullah SAW 6) Tidak boleh mengabaikan Rasulullah SAW

7) Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW 8) Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW

9) Laksanakan hukum Allah SWT dan Rasulullah SAW

10) Berhadaqah sebelum bertanya kepada Rasulullah SAW (pada masa hidupnya)

11) Jangan berumpah, tetapi amalkan ajaran Rasulullah SAW 12) Berbicara dengan suara rendah

13) Bermusyawarah dengan Rasulullah SAW (pada masa hidupnya).14

c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-quran berkaitan dengan

perlakuan terhadap sesama manusia, diantaranya:

1) Akhlak terhadap orang tua

Sebagai seorang anak wajib patuh dan taat terhadap perintah

orang tua dan tidak durhaka kepada kepada mereka. Terutama, kepada

ibu yang telah berjuang mengandung, melahirkan serta membesarkan

anak-anaknya dengan kasih sayang yang tidak terbatas. Begitu pula

seorang Ayah yang berperan besar, ia bertanggung jawab untuk

hal-hal yang bersifat financial dan harus menghidupi keluarganya

14

(24)

sertapendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu, seorang anak dituntut

untuk tidak mengecewakannya dan berbakti kepada kedua orang tua,

bersikap baik meskipun ia kurang menyenangkan hatinya, berkata

halus dan mulia, berkata lemah lembut, berbuat baik kepada kedua

orang tua yang sudah meninggal dengan cara mendoakan kedua orang

tua, menempati janji kedua orang tua, memuliakan teman-teman orang

tua dan bersilaturrahmi dengan orang yang mempunyai hubungan

dengan orang tua. Seperti yang diajarkan kitab suci kita yang

mengajarkan bahwa kita harus berbicara dengan tutur kata yang

lembut, sesuai dengan berfirmaNya dalam al-Qur’an:































Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan

menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".(Q.S. Al-Isra, 17: 23-24).15

Oleh karena itu, berdasarkan firman Allah diatas, kita sebagai

anak harus patuh kepada kedua orang tua, berkata halus dan mulia

serta jangan sampai sekali-kali membentak kedua orang tua, karena

kedua orangtualah yang membesarkan dari kecil hingga dewasa.

15

(25)

2) Akhlak Terhadap Guru

Akhlak terhadap guru merupakan cerminan seorang murid yang

patuh dan taat terhadap perintah dan menjalankan segala aturan yang

terdapat di dalam lingkungan sekolah yang harus diperhatikan

siswa-siswi terhadap guru nya adalah ―sikap murid sebagai pribadi dalam

menuntut ilmu murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar

dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran,

menghafal dan mengamalkannya.‖16 Dalam Islam posisi guru adalah

sebagai orang tua, akhlak yang harus dimiliki siswa terhadap guru

diantaranya:Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya

dengan tulus dan ikhlas,tundukdan patuh terhadap semua perintah dan

nasihat guru, jujur dan setia bersama guru, bersikap rendah hati,

lembut dan santun kepada guru, tidak berjalan di depan guru ketika

berjalan bersamanya, tidak meninggikan suara ketika berbicara

dengan guru.17

Dengan demikian seorang siswa harus menghormati dan patuh

terhadap guru, karena guru merupakan orang tua kedua disekolah.

3) Akhlak terhadap Teman

Manusia sebagai makhluk hidup individual juga makhluk sosial

yaitu manusia tidak dapat hidup seorang diri, tetapi membutuhkan

orang lain.Rasulullah telah memberikan pedoman dalam pergaulan

tersebut.Dari Abu Musa radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:

كْسمْلا لماحك ءْ سلا حلاصلا سّلجْلا لثم ّا ملس هّلع ها ىلّ ِّ لا ع

هْم جت ْ أ امإ هْم عاتْت ْ أ امإ كي ْحي ْ أ امإ كْسمْلا لماحف ّْكْلا خفان

ثّ خ احير جت ْ أ امإ كباّث ق ْحي ْ أ امإ ّْكْلا خفان ِّط احير

“Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk seperti penjual

minyak wangi dan pandai besi.Penjual minyak wangi mungkin ia

16

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 102

17

Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru (http://fidela19salju.blogspot.com/), (Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul: 19:35). Lihat juga terjemahan Ta’limul muta’allim:

(26)

memberi hadiah minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan aroma yang wangi sedangkan pandai besi mungkin akan mengakibatkan bajumu terbakar atau kamu akan

mendapatkan aroma yang tidak sedap darinya.” (H.R Muslim)18

Akhlak terhadap teman dapat dilakukan dengan cara sebaagai

beikut:

a) Hendaklah memilih teman yang baik serta berakhlaq yang terpuji

b) Berkunjung kerumahnya, serta bergaul bersamanya dengan baik

c) Merasa kehilangan ketika temannya tidak ada, dan menanyakan

keberadaannya kepada orang lain

d) Menjenguknya dan menghiburnya ketika terkena musibah

e) Menolongnya ketika membutuhkan

f) Ikut merasakan kesedihan serta kesusahan yang dialami oleh teman

g) Hendaklah menutup aib temannya

h) Bila temannya berbuat salah, maafkanlah dan tetap berbaik sangka

kepadanya

i) Tidak terlalu banyak bergurau dengan teman karena hal itu dapat

menyakitkan hatinya dan membuat permusuhan

j) Selalu menghormati teman, dan memanggilnya dengan nama

terbaiknya

k) Selalu memberikan masukan kepada teman dan meluruskan

kesalahannya

l) Selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikannya

m)Menepati janji dan tulus dalam menjalin tali persahabatan karena

hal itu dapat mewujudkan rasa cinta kasih dan saling saying

menyayangi serta penuh pengertian dalam persahabatan

n) Sahabat sejati adalah sahabat yang mencintai sahabatnya seperti

mencintai dirinya sendiri.

18‘Abdurrahman bin Nashir As

(27)

4) Akhlak kepada lingkungan hidup

Alam merupakan segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi

beserta isinya, selain Allah.Allah melalui al-Qur’an mewajibkan

kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta seluruh isinya.

Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk

mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.Manusia diturunkan

ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam

seisinya.Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban

terhadap alam sekitarnya, yaitu melestarikan dan memeliharanya

dengan baik.Bahkan dengan sangat terang Tuhan memberikan catatan

kepada manusia untuk tidak membuat kerusakan di

bumiNya.Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat al

-Qashash ayat 77:



















Artinya: “Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. al-Qhashash: 77)

Oleh karena itu, akhlak terhadap lingkungan hidup antara lain

sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan

memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna

(hewan dan tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk

kepentingan manusia dan makhluk lainnya serta sayang terhadap

sesama makhluk.19

19

(28)

3. Strategi Pembinaan Akhlak

Strategi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitustrategia yang

berarti ilmu perang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi diartikan

sebagai ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsauntuk

melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Sedangkan

menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau metode

yang secara umum memiliki pengertian garis besar haluan untuk bertindak dalam

usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.20 JR. David, juga mengartikan

bahwa strategi adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.21

Secara sederhana strategi adalah upaya yang terencana untuk mencapai

tujuan. Dalam bahasa yang lain penggunaan strategi biasa disamakan dengan

siasat atau cara. Maka dapat dipahami bahwa strategi kalau dirincikan dapat

diterjemahkan dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk

mencapai tujuannya.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah

suatu cara yang bersifat umum digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan agar terjadi kesesuaian dengan teknik danoutput yang

diinginkan.Strategi juga dapat disimpulkan sebagai suatu rencana tindakan dan

rangkaian kegiatan yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai

sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.Strategi dapat juga diartikan sebagai

siasat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang mencakup metode dan teknik.

Adapun yang dimaksud dengan metode adalah cara itu sendiri. Sedangkan yang

dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan kegiatan khusus dalam

menggunakan suatu metode tertentu.atau dapat diartikan dengan tindakan praktis

yang diterjemahkan dari strategi berupa langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam menacapai tujuan.

Dalam pembinaan akhlak, strategi harus menyentuh kepada aspek-aspek

manusia atau unsur-unsur insaniyah yang terdiri dari akal, amarah dan syahwat.

20

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 5. 21

(29)

Sebagai yang dikemukakan oleh Ibnu Al-Jauzi bahwa di dalam diri manusia

mempunyai tiga unsur penting;1) unsur akal (juz’ ‘aqli), 2)unsur amarah (juz’

ghadhabi),3) unsur hawa bafsu (juz’ syahwani).22

Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, struktur kerohanian manusia

menjadi empat unsur, yaitu nafs, qalb, ruh dan akal.23Al-nafs menurut Imam

Al-Ghazali mempunyai dua arti, pertama adalah kekuatan hawa marah dan syahwat

yang dimiliki oleh manusia.Dan pengertian inilah menurut mayoritas ulama’

tasawuf. Mereka berkata sebagaimana hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh

Ibn Abbas yang artinya―Musuhmu yang paling membahayakan adalah nafsumu

yang terletakdiantara dua lambungmu‖.24

Apabila nafs menenggelamkan diri dalam kejahatan, mengikutinafsu

amarah, syahwat dan godaan syetan, maka dinamakan nafs al-ammarah.Bahkan

dalam hal ini Imam Al-Ghazali mengatakan ―jadikanlahsebuah kekalahan dalam

jiwamu (nafs).Maksudnya adalah himbauan agarmemposisikan jiwa pada poros

bawah, sehingga jiwa (nafs) tidak merajalelamenerjang syari’at.

Sedangkan nafs dalam pengertian yang kedua adalah merupakanhakikat,

diri, dan dzat manusia karena mempunyai sifat yang latif, rabbani,dan rohani.

Nafs dalam pengertian yang pertama di atas merupakanbentuknya yang tidak

kembali pada Allah swt dan jauh dari Allah swt,sedang dalam pengertian yang

kedua adalah merupakan nafs al-muthmainnahyang diridloi oleh Allah swt.25

Qalb (hati), Imam Al-Ghazali membagi menjadi duabagian.Pengertian

bagian pertama adalah berupa fisik, maksudnya adalahjantung yang merupakan

segumpal daging yang terletak pada dada sebelahkiri. Sedangkan pengertian

bagian kedua adalah hati dalam pengertianmetafisik yang merupakan karunia

Tuhan yang halus (latifah) bersifatruhaniah, menjadi sasaran perintah, hukuman

dan tuntutan Tuhan.Pengertian inilah yang menjadi hakikat manusia dan yang

berhubungandengan ilmumukasyafah.26

22

Abdurrahman Ibnu Al-Jauzi, Terapi Spiritual,Terj. A. Khosla Asy’ari Khatib, (Jakarta:

Zaman, 2010), h. 14. 23

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah,2002), juz III, h. 45. 24

ibid,h. 4. 25

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, juz III, h 5. 26

(30)

Selanjutnya tentang al-ruh, jenis ini juga mempunyai banyak arti.Jika

dalam bahasa Arab, ruh diartikan sebagai nyawa dan jiwa. Begitu jugadalam

bahasa Indonesia ruh dipahami sebagai lawan dari kata jasmani, yaituruhani.

Namun jika dikaitkan kembali dalam bahasa Arab, ruh dapat berartisemua

makhluk yang tidak berjasad, seperti jin, malaikat, dan setan.

Sebagaimana mendefinisikan kata al-qalb dengan pengertianmetafisik,

Imam Al-Ghazali juga memaknai ruh sebagai sesuatu yang indah,bersifat

ketuhanan yang mengalahkan akal dan pemahaman dalammenentukan hakikat

kebenaran.27Sehingga dengan adanya ruh ini menjadifaktor penting dalam

mendukung aktifitas manusia, sebab tanpa adanya ruh,manusia tidak akan dapat

berpikir dan merasa.

Istilah keempat adalah al-aql (akal).Pada umumnyaakal diartikan sebagai

pusat segala kecakapan yang dimiliki manusia,karena akal dapat menjadi tolak

ukur kecakapan manusia. Ada pula yangmengartikan akal dengan otak.Imam

Al-Ghazali juga membagi pengertianakal menjadi dua bagian.Pertama akal

merupakan pengetahuan mengenaihakikat segala sesuatu, dalam hal ini akal

diibaratkan sebagai sifat ilmuyang terletak dalam hati. Adapun pengertian yang

kedua adalah akal rohaniyang memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri

(al-mudrik li al-ulum) yangtak lain adalah jiwa (al-qalb) yang bersifat halus dan

menjadi esensimanusia.28

Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur insaniyah yang menjadi objek

pembinaan akhlak merupakan prosesmenghilangkan atau membersihkan sifat-sifat

tercela yang ada pada diri danmenanamkan atau mengisi jiwa dengan sifat-sifat

terpuji sehinggamemunculkan tingkah laku yang sesuai dengan sifat-sifat Tuhan.

Menurut Imam Al-Ghazali, strategi pembinaan akhlak dapat dilaksanakan

dengan jalan tazkiyah al-nafs, mujahadah dan riyadlah.29Tazkiyah al-nafs

memiliki arti penyucian diri atau jiwa. Secara bahasa, tazkiyah al-nafs berasal dari

dua kata yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata

27

Ibid.

28

Al-Ghazali,Isi Pokok Ajaran Al-qur’an., h. 5. 29

(31)

tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata

thahhara-yuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian.30

Tazkijah al-nafs bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan

tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq,

puasa, haji, dzikir, fikir, tilawah al-Qur’an, renungan, muhasabah dan

dzikrul-maut. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna dan dampak bagi

seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan Iainnya. Hasil yang paling

nyata ialah adab dan mu’amalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada

Allah berupa pelaksanaan hak-haknyatermasuk di dalamnya adalah jihad di

jalan-Nya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam dan taklif

Ilahi.

Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisirnya tauhid ikhlas,

sabar, syukur, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepada-Nya, di dalam

hati. Dan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal tersebut

seperti riya’, ‘ujub, ghurur marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan

demikian jiwa menjadi tersucikan lalu hasil-hasilnya nampak pada

terkendalikannya anggota badan sesuai dengan perintah Allah dalam berhubungan

dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan manusia.

Selanjutnya strategi pembinaan akhlak menurut al-ghazaliadalah

Mujâhadah dan Riyâdhah.Istilahmujâhadah dan riyâdhah dikenal sebagai strategi

dalam melahirkan akhlak yang baik. Mujâhadah menurut bahasa artinya

bersungguh-sungguh agar sampai kepada tujuan.Secara lebih luas, mujâhadah

adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu

(keinginan-keinginan) serta segala macam ambisi pribadi supaya jiwa menjadi

suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa saja yang bersifat

suci, sehingga ia berhak memperoleh pelbagai pengetahuan yang hakiki tentang

Allah dan kebesaran-Nya.31

Dengan demikian, mujâhadah merupakan tindakan perlawanan terhadap

nafsu, sebagaimana usaha memerangi semua sifat dan perilaku buruk yang

30

Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996), h. 496

31

(32)

ditimbulkan oleh nafsu amarahnya, yang lazimdisebut mujâhadah

al-nafs.32Berkaitan dengan ini, Allah SWT. Berfirman:















“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan

Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

(QS. Al-Ankabut, 29: 69).

Indikator dari keberhasilan mujâhadah adalah munculnya kebiasaan dari

seseorang untuk menghiasi dirinya dengan dzikrullah sebagai cara untuk

membersihkan hatinya dan sebagai upaya untuk mencapai musyahadah

(merasakan adanya kehadiran Allah).33

Adapun riyâdhah artinya ―latihan‖. Maksudnya adalah latihan rohaniah

untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad (badan).

Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau

pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya

dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulia. Pekerjaan yang

termasuk kedalam amalan riyâdhah adalah mengurangi makan, mengurangi tidur

untuk salat malam, menghindari ucapan yang tidak berguna, dan berkhalwat yaitu

menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi dengan ibadah, agar bisa terhindar

dari perbuatan dosa.34

Tujuan riyâdhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun

badannya, agar roh tetap suci.35Oleh karena itu, riyâdhah haruslah dilakukan

secara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan.Riyâdhah yang dilakukan

dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik

terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt. Bagi

seorang sufi riyâdhah merupakan sarana untuk mengantarkan dirinya lebih lanjut

pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakekat.36

32

Achmad Suyuti, Percik-Percik Kesufian,(Jakarta: Pustaka Amani, 2006), h. 125. 33

Labib MZ, Memahami Ajaran Tasawuf, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001), h. 39. 34

Achmad Suyuti, op.cit., h.125-126. 35

Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafndo, 1994), h. 17. 36

(33)

Mujâhadah dan riyâdhah yang dilakukan akan mendatangkan cahaya di

dalam kalbu seseorang. Dengan kesungguhan ber-mujâhadah dan ber-riyâdhah,

Allah akan menumbuhkan rasa manisnya amal ibadah di hati, sehingga ia semakin

tekun beribadah. Iabenar-benar akan merasakan nikmatnya shalat, puasa, zikir,

dan ketaatan lainnya. Dan akhirnya Allah akan menumbuhkan dalam dirinya

sifat-sifat terpuji, seperti ikhlas, tuma’ninah, sabar, jujur, istiqamah dan selalu gemar

beribadah. Bagi seseorang yang sudah bersungguh-sungguh melakukan

mujâhadah dalam ibadahnya, biasanya akan menerima nur dari Allah yang datang

ke hatinya, sehingga hati itu mengalami keadaan (hâl) yang bermacam-macam.

Ada yang merasakan keresahan dan ketakutan yang sangat kepada Allah, atau rasa

cinta yang besar kepada Allah, atau munculnya rasa kasih sayang kepada semua

makhluk Allah, atau menimbulkan gairah menegakkan agama Allah, dan bahkan

ada yang mendapatkan kasyf (tersingkapnya rahasia batin) atau musyâhadah.

Sebagaimana menurut al-Ghazali di atas, tazkiyah al-nafs, mujâhadah dan

riyâdhahadalah strategi dalam melahirkan akhlak yang mulia juga merupakan

latihan rohaniah dalam rangka menyucikan jiwa, agar hati diliputi nur Ilahiah,

tersingkapnya rahasia batin (mukâsyafah), merasakan nikmat dan lezatnya

beribadah.

Dalam buku Berbisnis Dengan Allah, al-Ghazali mengemukakan,

sesungguhnya tujuan mujahadah dan riyadlah dengan melakukan amal shalih

adalah untuk menyempurnakan dan mensucikan jiwa serta untuk mendidik

akhlak. Jiwa dan tubuh bersifat saling mempengaruhi, apabila jiwa sempurna dan

suci maka perbuatan tubuh akan baik, begitu juga apabila tubuh baik maka jiwa

akan baik.37Jadi, strategi untuk menyucikan jiwa adalah dengan membiasakan diri

untuk melakukan perbuatan yang dilakukan oleh jiwa yang suci dan sempurna.

Apabila hal tersebut dilakukan dengan terus-menerus, maka jiwa akan terbiasa

dan selalu terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan sempurna dan

akan menjadi perangai dan akhlak baginya.

37

(34)

Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperolehkebahagiaan.Salah

satu dari kebahagiaan adalah orang yang menyucikandirinya, yaitu suci dari sifat

dan perangai buruk, suci lahir dan bathin.Sebaliknya, jiwa yang kotor dan

perangai yang tercela membawakesengsaraan di dunia dan di akhirat.Dengan

melaksanakan strategi pembinaan akhlak ini diharapkan segala kebahagiaan dapat

diraih baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat.

4. Alat yang Efektif dalam Pembinaan Akhlak

Menurut Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa

akhlak adalah hasil usaha (Muktasabah). Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha

pembinaan akhlak melalui berbagai macam cara terus dikembangkan. Ini

menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini membawa

hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang berakhlak mulia, taat

kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama

makhluk Tuhan.38

Di kalangan ahli tasawuf dikenal sistem pembinaan mental, dengan istilah

takhalli, tahalli, dan tajalli.Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan

jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat itulah yang dapat mengotori jiwa

manusia.Tahalli adalah mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji

(mahmudah).39Jadi, dalam rangka pembinaan mental atau terapi kesehatan,

penyucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang

dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, kemudian jiwa yang

bersih diisi dengan sifat-sifat terpuji, hingga akhirnya sampailah pada tingkat

yang berikutnya yang disebut dengan tajalli, yaitu tersingkapnya tabir sehingga

diperoleh pancaran Nur Ilaahi.40

Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan

dalam pembinaan akhlak.Menurut Abdurrahman An-nahlawy alat yang efektif

38

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)h. 156-157 39

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:Amzah, 2007), h. 38

40

(35)

untuk pembinaan akhlak diantaranya yaitu keteladanan, pembiasaan, nasihat dan

mendidik melalui kedisiplinan.

a. Keteladanan

Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber

dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia.

Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa

merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan

kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anak-anak

cenderung meniru orang dewasa, kaum lemah cenderung meniru kaum

kuat, serta bawahan cenderung meniru atasannya.41

Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan

memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir, dan

sebagainya. Mayoritas ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan

dengan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil.Hal ini

disebabkan karena pada umumnya dalam belajar lebih mudah

menangkap yang konkrit dibandingkan yang abstrak.42

Abdullah Ulwan mengatakan bahwa pendidik akan merasa lebih

mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Akan tetapi anak

didik akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu jika melihat

pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang

disampaikannya.43

Untuk itu Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai hamba

dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan

pendidikan Islam44, melalui firman-Nya ini:

41

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995)h. 263

42

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 178 43

Abdullah Alwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, (Beirut: Dar-al-Salam, 1978), h. 633 44

(36)











“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik……”. (Q.S. Al-Ahzab: 21)

b. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan.Yang

dimaksud dengan kebiasaan adalah cara-cara bertindak dan

hampir-hampir otomatis (hampir-hampir-hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya).

Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat

penting, terutama bagi anak-anak, karena belum mengenal mana yang

baik dan buruk. Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu

akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan

segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk

diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua.Untuk mengubahnya sering

kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.45

Metode ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah amaliah,

seperti jamaah shalat, kesopanan terhadap guru, pergaulan terhadap

sesama siswa, sehingga tidak asing dijumpai disekolah, sebagaimana

seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya, maka siswa

dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.

Metode ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan

kepribadian, jika seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat terpuji,

lalu tersimpan dalam sistem otak sehingga aktifitas yang dilakukan oleh

siswa tercover secara positif.

c. Memberi Nasihat

Secara etimologi, kata nasihat berasal dari bahasa arab yaitu nashaha

yang artinya bersih dari noda dan tipuan. Sedangkan yang dimaksud

dengan nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan

dengan tujuan menghindarkan seseorang yang dinasihati dari bahaya

45

(37)

serta menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan

manfaat.46

Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam

pendidikan Islam.Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan

pengaruh yang baik kedalam jiwa.Dengan metode ini pula, pendidik

mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik

kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan.Cara yang dilakukan

hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus.47Menurut Abdu

Gambar

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah
No Table I Nama Kegiatan Target

Referensi

Dokumen terkait