• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kerjasama Pertahanan India-Amerika Serikat sebagai Respon Agresivitas China di Samudra Hindia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Kerjasama Pertahanan India-Amerika Serikat sebagai Respon Agresivitas China di Samudra Hindia"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

Samudra Hindia merupakan samudra terbesar ketiga setelah samudra

pasifik dan atlantik1. Kawasan Samudra Hindia dinilai strategis, terutama bagi

negara-negara yang berbatasan langsung. Salah satu fungsi dari samudra ini

adalah sebagai jalur lalu lintas perdagangan yang salah satunya adalah untuk

mengangkut kebutuhan minyak. Sembilan puluh persen perdagangan antar benua

dan juga dua pertiga dari semua perjalanan minyak dilakukan melalui jalur

pelayaran2

. Di abad 21 ini, negara-negara besar seperti Amerika dan China

memberi perhatian lebih terhadap keamanan maritim. Sangat beralasan jika

negara-negara tersebut saling bersaing, karena kebutuhan energy mereka

mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Arti Samudra Hindia bagi India sangat vital, hal ini terlihat dari beberapa

statement oleh salah satu pejabat India, Manmohan Singh yang menyatakan

pentingnya peningkatan maritim power, “there can thus be no doubt that the

Indian Navy must be the most important maritime power in this region”3, sebagai seseorang yang pernah menjabat sebagai Mentri Pertahanan, tentu perkataan

Manmohan Singh ini menyiratkan keinginan dan harapan kuat kepada angkatan

laut India untuk menjadi yang terdepan di Samudra Hindia. Tahun berikutnya

sekretaris luar negeri Nirupama Rao juga memberi statement pada National

1

Indian Ocean, diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Indian_Ocean, tgl: 29 April 2013

2

Sekretariat Kabinet Indonesia, dalam http://setkab.go.id/berita-6752-presiden-dorong-asean-dan-india-pangkas-hambatan-perdagangan.html, 29 April 2013

3

(2)

Maritime Foundation, “as the main resident power in the Indian Ocean region,

India is well poised to play a leadership role with regard to maritime security in

the region”4. Hampir sama dengan pernyataan Manmohan Singh, yang melihat peluang India untuk menguasai Samudra Hindia sangat tinggi, mengingat jumlah

populasi dan peremajaan postur-postur militer yang mengalami peningkatan tiap

tahun, tentu keamanan kelautan menjadi diprioritaskan, mengingat posisi Samudra

Hindia sangat setrategis bagi India, sehingga wajar bila kedua pejabat ini

menyatakan statement yang koersif.

Mentri pertahanan India, A.K Antony juga tidak ketinggalan memberikan

statement tentang arti pentingnya samudra Hindia bagi India,

“India’s strategic location in the Indian Ocean and the professional capability of our Navy bestows upon us a natural ability to play a leading role in ensuring peace and stability in the Indian Ocean Region”5.

Sedikit lebih halus, pernyataan Mentri pertahanan yang baru ini juga

mendorong angkatan laut India untuk memiliki peran yang mendamaikan,

menstabilkan wilayah perairan Samudra Hindia. Dari ketiga statement tersebut

memiliki tujuan yang sama, yaitu keinginan India untuk memonitor, memimpin,

dan menguasai Samudra Hindia tanpa ada kekuatan besar yang lain. Wajar jika

India menganggap demikian, mengingat posisi India yang langsung berbatasan

dengan Samudra Hindia membuat negara ini lebih intens dalam melakukan patroli

keamanan. Salah satu cara adalah dengan membangun beberapa pangkalan militer

di sejumlah titik, yaitu pulau Andaman, Nicobar, dan Bay of Bengal.

(3)

Sebagai samudra yang letaknya strategis, tentu sejumlah negara besar

tidak akan tinggal diam untuk bisa memanfaatkannya. China, sebagai negara yang

sedang bersinar telah mampu menunjukan kekuatan militernya di samudra hindia.

Salah satunya yaitu dengan membuat kebijakan string of pearl6, ialah sebuah

kebijakan China, melalui angkatan lautnya yang disebut PLA (People Liberation

Army) mengadakan ekspansi ke Samudra Hindia, dan pantai Afrika untuk

menyokong pencarian akses litoral bagi China dalam rantai pulau pertama, kedua,

dan seterusnya yang bertujuan untuk memanfaatkan hubungan serta pengaruh

geopolitik, ekonomi, dan militer7.

Selain itu, China mampu menunjukan pada India bahwa dia mampu

bekerjasama dengan negara di sekitar samudra Hindia, dimana

negara-negara tersebut juga berbatasan langsung dengan India. Beberapa tahun terakhir,

China dengan giat menggalang kekuatan di Samudra Hindia demi melindungi

jalur Sea Line of Communication (SLOC)8, dimana jalur ini berfungsi untuk

menghubungkan jalur minyak yang diambil China dari timur tengah melewati

selat malaka menuju samudra pasifik. Sehingga jalur SLOC melalui kebijakan

string of pearl China sangatlah penting.

Dalam hubungan sejarah antara India dengan China tidak terlalu baik,

adanya claim China di sejumlah perbatasan, seperti dalam perbatasan Kashmir,

Anurachal Pradesh, serta kepemilikan senjata nuklir. Sebagaimana diketahui

6

China String of Pearls policy Essay, dalam http://www.americanessays.com/study-aids/free-essays/economics/china-string-of-pearls-policy.php, diakses tgl : 14 April 2013

7

W.Lawrence S. Prabhakar, China’s ‘String of Pearls’ in Southern Asia-Indian Ocean: Implications for India and Taiwan, dalam http://www.csa

chennai.org/Files/China's%20STring%20of%20Pearls.pdf, hal : 6

8

(4)

bahwa hubungan China dengan rival India yaitu Pakistan, terkait nuklir sangat

akrab. China memasok bahan-bahan untuk pembuatan nuklir ke Pakistan, serta

China membantu dalam percobaan-percobaan nuklir yang dilakukan oleh

Pakistan.

Tentunya, India merasa tidak nyaman, jika China terus agresif. Hal ini

memberi pengalaman bagi India untuk waspada terhadap China. Selain itu melihat

pertumbuhan ekonomi China yang meningkat tiap tahunnya, berefek pada

modernisasi kekuatan postur militer. Berikut perbandingan kekuatan China dan

India9.

9

Vincent Wei-cheng Wang, 2012, American Perspectives on the Rise of China and the Rise of India, American Association for Chinese Studies, hal:22

(5)

selain GDP yang meningkat, sejumlah kegiatan perekonomian juga meningkat,

tabel diatas menunjukan adanya ekspor-impor China yang mengalami kenaikan,

serta belanja militer juga mengalami kenaikan yang diakumulasikan dalam

prosentase. China juga telah melakukan peningkatan pembuatan pangkalan baru

di negara-negara yang dekat dengan India, bila sebelumnya China telah membuat

pangkalan di Pakistan yang diberi nama pangkalan Gwadar, Coco Island di

Burma, juga pangkalan Hambantota Srilangka10, saat ini China telah bekerjasama

dalam membangun pangkalan baru di negara kepulauan Seychless.

Dengan meningkatnya aktifitas China di samudra Hindia, membuat India

untuk segera melakukan peningkatan yang sama dengan AS. Salah satu cara yang

dilakukan adalah dengan membentuk kerjasama pertahanan dengan Amerika

Serikat. Tahun 2005, India-Amerika membentuk Defense Policy Group (DPG)11,

pada awal dibentuknya DPG ini bertujuan untuk mewadahi dialog mutual interest

dari kedua belah pihak. Kemudian dalam perkembangan isu-isu seperti terorisme,

humanitarian security, ilegal fishing, serta kerjasama dalam bidang maritim,

dalam personil naval exchange, latihan bersama merupakan perkembangan dari

pembentukan DPG.

Keseriusan Amerika Serikat dalam kerjasama ini, juga terlihat dari

transformasi tujuan kebijakan keamanan yang disampaikan oleh sekretaris

10

Harsh V. Pant, China and India: a Rivalry Take Shape, 2011, Foreign Policy Research Institute, hal: 3

11

(6)

pertahanan Amerika Leon Panetta, yang dianggap sebagai empat mayor

kepentingan keamanan AS, antaralain12 :

1. Establishing a stable a balance of power in Asia

2. reducing the threat posed by terrorism and religious extremism

3. curtailing nuclear proliferation in Asia and

4. protecting U.S. economic and political interests in the Asia-Pacific region.

Kepentingan yang pertama menjadi prioritas AS. Sebagai negara super

power tentunya AS tidak mau China menjadi satu-satunya negara mayor power di

Asia. Perkembangan China di samudra hindia faktanya memberi sedikit

kekhawatiran bagi AS, terlihat dari statement sekretaris AS Hillary Clinton

beberapa waktu lalu “We've made it a strategic priority to support India's Look

East policy and to encourage Delhi to play a larger role in Asian institutions and

affairs”13. Dari statement tersebut, AS telah serius mendukung India untuk bermain di area yang lebih luas, khususnya di Asia. sehingga India memperdalam

fokusnya di Samudra Hindia.

Kepala Staf Aangkatan Laut India Nirmal Kurma Verma dalam

menanggapi himbauan AS, juga telah menyatakan statement, “Kami harus berbuat

lebih banyak di area utama daripada memperhatikan di area luar, Saya rasa ada

urusan yang belum selesai di kawasan Samudra Hindia14”. Pernyataan tersebut

mengindikasikan adanya kekhawatiran India terhadap China, karena saat ini

12

K. Alan Kronstadt, 2013, U.S.-India Security Relations: Strategic Issues, Congressional Research Service, hal: 8

13

Hillary Clinton urges India to play larger role in Asia, dalam http://in.news.yahoo.com/hillary-clinton-urges-india-play-larger-role-asia-112018373.html, diakses tgl 01 Mei 2013.

14

(7)

China telah melakukan pendekatan terhadap negara-negara timur tengah, dan

negara kepulauan yang letaknya lebih dekat di Samudra Hindia, sehingga India

mempunyai keinginan untuk saling menguatkan pertahanan maritim dengan AS di

Samudra Hindia.

II. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas, kita dapat mengetahui bahwa

permasalahan yang sedang di bahas adalah, “Mengapa India melakukan

peningkatan kerjasama pertahanan dengan AS?”

III.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta memahami apa yang

terjadi dalam alliansi India-Amerika Serikat secara mendalam. Khususnya terkait

dengan kerjasama pertahanan, dimana kerjasama pertahanan India-AS negara

mengindikasikan respon atas pengembangan militer China di Samudra Hindia.

Sebagaimana diketahui, bahwa selama ini negara India dan China mempunyai

latar belakang konflik.

IV.Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat penelitian yang bisa diambil dalam penelitian ini, yaitu

penelitian teoritis, kedua adalah manfaat praktis.

4.1. Manfaat Teoritis

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan kepada para pembaca agar

dapat memperdalam kajian hubungan International dalam memperkaya kajian

tentang realisme politik, serta melihat konteks aliansi lebih dalam.

(8)

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan memberikan kontribusi

berupa pengetahuan tentang konflik di samudra hindia antara India, China dan

Amerika Serikat, serta memberi pemahaman pendalaman tentang aliansi

pertahanan India-Amerika.

V. Studi Terdahulu

Penelitian pertama menjelaskan tentang dampak hubungan China dan

India, atas kebijakan blue water strategy atau string of pearl di Samudra Hindia

yang di tulis oleh Meutia Galuh Rizqi dalam judul skripsi “Pengaruh Blue Water

Strategy terhadap Hubungan antara India-China. Dalam penelitiannya, diawali

dengan keberadaan angkatan laut China (PLA) ternyata tidak selamanya dianggap

positif oleh negara-negara di Asia Selatan. Pakistan, Bangladesh, Srilangka

misalnya telah mengambil keuntungan atas kebijakan BWS China, namun India

justru merespon negatif keberadaan PLAN yang dianggap berpotensi sebagai

ancaman utama India.

Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan threat

perception dari Robert Jervis. Dijelaskan bahwa aspek sejarah dari hasil hubungan

kedua negara sangat berpengaruh terhadap persepsi ancaman salah satu negara.

Pengalaman konflik tersebut akan sangat mempengaruhi pemikiran elit politik15.

Tahapan penentuan threat perception dalam teori Jervis, awalnya ditentukan oleh

general image, dimana sejarah konflik yang panjang akan menimbulkan general

image tersebut. Kemudian image yang terbentuk itu akan menghasilkan sebuah

15

(9)

kesimpulan yaitu believe, digunakan sebagai acuan dalam memandang perilakuk

negara lain mulai dari aspek sejarah hingga saat ini.

Pembentukan threat perception oleh Jervis dibagi menjadi dua, yaitu

Unmitivated bias dan motivated bias. Unmotivated bias merupakan proses

terbentuknya persepsi ancaman yang berhubungan dengan aspek kognitif, dimana

informasi diserap dan dianalisa16. Pengertian motivated bias adalah proses

terbentuknya persepsi ancaman yang dilihat dari segi komponen-komponen

penyusun kekuatan China. Sehingga, untuk menjelaskan kekhawatiran India

terhadap BWS China membutuhkan threat perception.

Berbeda dengan penelitian diatas, penulis mengambil variable ketiga dari

hubungan India dan China, yaitu adanya Amerika Serikat yang juga berperan

dalam membantu India dari sistem pertahanannya. Ibarat dimana ada China pasti

ada Amerika, terhadap issue di Samudra Hindia Amerika pun masuk melalui

India, dalam bentuk kerjasama-kerjasama dalam bidang pertahanan, salah satunya

adalah dengan mengadakan latihan bersama, kerjasama bilateral dengan India.

Penelitian kedua dipaparkan oleh Charles Grant,17 membahas secara

deskriptif tentang kekuatan militer dalam perhitungan kapabilitas kedua negara

yaitu China dan India. Dalam penelitiannya, yang berjudul “India’s Response to

China’s Rise” Charles Grant lebih melihat melalui persepsi India yang khawatir

dengan bangkitnya kekuatan China di segala aspek. Kapabilitas militer yang

mencakup peningkatan anggaran belanja militer, moderenisasi militer, pendekatan

secara bilateral dengan beberapa negara tetangga India, membuat India khawatir

16

Ibid.,

17

(10)

dengan adanya kerjasama-kerjasama tersebut. Selain itu peneliti juga memaparkan

aspek ketidakharmonisan hubungan keduanya melalui pembuatan nuklir,

konflik-konflik perbatasan, serta pertumbuhan dari sisi ekonomi, yang dibandingkan

dalam tabel berikut ini :

Di akhir pemaparannya, peneliti mengemukakan bahwa saat ini India juga

mulai melakukan hal yang sama dengan China, dengan menaikan anggaran

belanja militer, bekerjasama dengan Jepang, Australia, juga negara-negara Asia

Tenggara (ASEAN) dalam visi misi “look east” policy18. Meskipun demikian,

pada penelitian ini belum dijelaskan secara terperinci apa dampak yang

ditimbulkan atas bangkitnya China terhadap India, juga pembahasan terlalu

meluas, tidak mengupas secara spesifik. Sehingga penulis disini mencoba untuk

memberikan batasan masalah pada bab selanjutnya dengan membahas kerjasama

pertahanan India-Amerika terhadap kebangkitan China di Samudra Hindia.

Untuk menambah perbandingan dengan penulis lainnya, penelitian ketiga

diambil dari skripsi mahasiswa Universitas Muhammadyah Malang, bernama

Ikhrotul Fitriyah, dalam judul strategi China dalam persaingan dengan Amerika

18

(11)

Serikat untuk memperebutkan hak eksplorasi minyak di Sudan. Kebutuhan

minyak negara Amerika Serikat dan China sangat tinggi, kedua Negara

menggunakan minyak untuk kebutuhan industrial serta kebutuhan sehari-hari

rakyatnya. Hal ini membuat India-AS saling bersaing untuk memperebutkan

minyak di negara-negara yang kaya akan minyak, salah satunya adalah Sudan.

China menyadari bahwasanya dimanapun ada minyak, pasti disitu pula ada

AS, begitupun di Sudan China harus menghadapi persaingan dengan kekuatan

super power tersebut. Dalam mengimbangi kekuatan AS, China mengatur strategi

untuk mendekati Sudan yaitu dengan beraliansi dengan Sudan untuk

mengimbangi dominasi AS. Dengan melakukan kerjasama dalam ranah low

politic dibidang ekonomi, budaya (pertukaran diplomat, pertukaran pelajar), dan

kerjasama-kerjasama lain yang tidak turut campur dalam permasalahn domestik,

serta memberikan perlindungan diplomatik dalam pembelaan Omar Hasan

al-Bashir atas tuduhan AS sebagai penjahat perang kepada rakyatnya melalui HAM.

Hasil analisa dari penelitian persaingan China dan AS dalam

memperebutkan minyak di Sudan adalah menggunakan konsep “balancing” dari

Kenneth Waltz. Dimana menurut Waltz dalam theory of International Politics,

teori Balance of Power memahami konsep balancing sebagai tindakan negara

dalam mempertahankan posisinya dalam sistem, bukan meningkatkan kekuatan19.

Perbedaan dengan penelitian diatas, penulis menggunakan konsep “balancing”

dalam teori balance of threat yang dikemukakan oleh Stephen M. Walt. Dimana

ancaman digunakan dalam variable utama. Konsep balancing dalam teori ini

19

(12)

menggunakan ukuran atau faktor-faktor dari ancaman, sehingga menyebabkan

sebuah negara ingin beraliansi. Konsep balancing yang dikemukakan oleh

Stephen Walt lebih rinci dan detail.

Penelitian keempat menjelaskan tentang hubungan China dan Pakistan.

Penelitian ini mempunyai analisis dimana Pakistan dan China mempunyai

persepsi sama terhadap India, dengan menggabungkan balance of power dan

balance of threat. Michael P. Watson, membagi pola hubungan China-Pakistan

menjadi tiga fase20, yaitu fase pertama tahun 1963-1972, yang menceritakan

hubungan ketiga negara yaitu India, pakistan, dan China sedang berkonflik.

Pakistan pernah berperang dengan India, tahun 1961. China dengan India tahun

1962 juga mengalami peperangan. Fase kedua, tahun 1972-1989, menjelaskan

hubungan Pakistan-China yang semakin meningkat diberbagai bidang, antaralain

ekonomi, militer, serta budaya. Namun dalam fase ini tidak sepenuhnya

menggentarkan India dengan hubungan China-Pakistan, karena India dan Pakistan

masih saja mengalami peperangan dalam konflik kashmir. Serta India berani

menguji coba nuklir pertamannya tahun 1974.

Fase ketiga,tahun 1989 hingga kini, menurut Watson hubungan ketiga

negara tidaklah terlalu memanas seperti dua fase awal, karena terdapat berbagai

faktor external yang mempengaruhinya. Namun meskipun cenderung lebih

tenang, hubungan antara China-Pakistan terus berlanjut hingga kini, dimana

keduanya masih menganggap India sebagai ancaman. Analisa Watson dalam hal

20

(13)

ini adalah dengan mengunakan Balance of power yang dikemukakan oleh Hans J

Morgenthou, dan Kenenth Waltz, serta membandingkan dengan Balance of

Threat oleh Stephen Walt. Analisa Balance of power, dikemukakan oleh Watson

dalam fase pertama, antara India-Pakistan. Fase kedua dianalisa sebagai

penggabungan BoP dengan BoT, karena pada fase ini ketiga negara terlibat

persilsihan bahkan peperangan. Fase ketiga dianggap sebagai realisasi BoT oleh

Watson, dimana pada fase ketiga ini hubungan China-Pakistan mengalami

peningkatan, dalam melihat India sebagai ancaman.

Michael P. Watson mengimplementasikan teori balance of Power dengan

Balance of Threat melalui hubungan China-Pakistan dan India, dimana Watson

mengemukakan diawal hubungan ketiga negara lebih condong pada balance of

power, sedangkan di akhir analisa menggunakan penggabungan kedua teori

tersebut dengan menggunakan contoh-contoh hubungan ketiganya secara spesifik.

Dari pemaparan tulisan tersebut, penulis bermaksud untuk mengambil contoh pola

dari ketiga negara, melalui aplikasi balance of threat, dimana Pakistan dan China

beraliansi, karena menganggap India agresif dan berpotensi sebagai ancaman atas

kepemilikan nuklir, dan pola tersebut menginspirasi penulis untuk diaplikasikan

dalam penelitian ini.

Penelitian kelima, menjelaskan hubungan AS-India dalam sebuah jurnal

yang ditulis oleh Marshall M. Bouton. Dipaparkan bahwasannya hubungan India

dan Amerika Serikat akan semakin baik dan kuat tiap tahunnya21. Eksplanasi

hubungan keduanya dianalisa oleh Bouton melalui strategy partnership yang

21

Marshall M. Bouton, US-India Strategic Dialog, aspen strategy group, hal: 2 dalam

(14)

merupakan gambaran paling ideal untuk menjelaskan hubungan AS-India, dimana

didalamnya terdapat penjelasan secara general tentang kerjasama-kerjasama

srtategis.

Kerjasama-kerjasama AS-India harus selalu ditingkatkan, mengingat

terdapat beberapa tantangan di masa yang akan datang, seperti kompetisi sumber

daya sebagai pertumbuhan global, selain itu meningkatnya kekhawatiran atas

keamanan maritim, adanya implikasi dari pergeseran gravitasi ekonomi global

dari wilayah Atlantik ke wilayah Asia yang ditunjang dengan kebangkitan Cina,

serta ancaman global perubahan iklim, ketahanan pangan dan proliferasi nuklir.

Dari beberapa tantangan tersebut, di akhir penulisannya Bouton memberi

dorongan terhadap India maupun AS tentang gambaran bagaimana agar hubungan

kedua negara semakin meningkat, terutama menyangkut kerjasama dalam ranah

pertahanan. Bagi penulis, penelitian kelima dapat memberikan kontribusi terhadap

penelitian ini, yaitu berupa sumbangan informasi tentang hubungan India-AS.

Tabel study terdahulu

No Nama dan Jenis Penelitian Pendekatan Hasil Analisa

1 Meutia Galuh Rizqi dalam judul

skripsi “Pengaruh Blue Water

(15)

motivated bias dan unmotivated bias terhadap China.

2 Charles Grants dalam “India’s

Responses to China’s Rise.”

3 Ikhrotul Fitriyah dalam judul

Strategi China dalam Persaingan

bersifat low politic.

Dimana konsep The case of China and Pakistan (Jurnal)

(16)

(aspen strategy group) AS melalui

6 Jayanti Badariyan, dalam judul

Peningkatan Kerjasama akibat dari variable sebelumnya.

VI.Landasan Konsep dan Teori 6.1. Konsep Agressivitas

Untuk mengetahui tingkat agresivitas China di Samudra Hindia, penulis

menambahakan konsep Agresiviitas. Sikap Agresivitas merupakan hasil dari

social labeling process, dimana pertimbangan sosial yang menentukan sikap dari

proses tersebut berbahaya dan mengindikasikan sikap yang merugikan pihak lain.

Secara dasar, kata agresif berasal dari term Aggression, yang berarti serangan22.

Konsep ini diambil dari pendekatan psychology. Secara umum, dalam psycology

bahawasannya aggression dipahami sebagai sebuah stimulus dari respon yang

ditimbulkan sebelumnya.

22

(17)

Bila dikaitkan dengan perilaku China yang agresif, bisa ditafsirkan dalam

perilaku China sebelumnya yang membuat dia agresif. Misalnya adanya kasus

claim perbatasan anurachal pradesh, kashmir yang melibatkan China-India

menyebabkan perilaku yang agresif bagi China, dimana konflik-konflik tersebut

masih kian memanas hingga kini. Selain itu, adanya kepentingan perlindungan

jalur SLOC oleh China di Kawasan Samudra Hindia yang dianggap sangat

penting baginya, sehingga menjadikannya lebih agresif. Konsep agresifitas ini,

membantu penulis untuk mengukur serta menganalisa offensive intension dalam

balance of threat, dimana niatan untuk offensive tersebut salah satunya ialah

dilihat dari sikap agresif China di Samudra Hindia.

6.2. Konsep Deterrence

Sebuah gertakan dibutuhkan sebuah negara untuk mencegah lawan dari

sikap-sikap yang memicu serangan. Dalam hal ini, deterrence diperlukan oleh

sebuah negara yang sedang khawatir akan ambiguitas serangan dari sebuah

ancaman. Deterrence merupakan sebuah ketegasan bagian dari sikap balasan,

yang bertujuan untuk mencegah sesuatu peristiwa yang tidak diinginkan23.

Pasca perang dingin konsep deterrence mempunyai pergeseran. Jika masa

perang dingin deterrence digunakan untuk mencegah dari serangan militer dalam

arti benar-benar melakukan tindakan siaga dalam militer untuk mencegah

serangan, saat ini deterrence mempunyai pemahaman yang tidak sesederhana itu.

Untuk itulah Patrick Morgan, membagi deterrence menjadi dua yaitu general

deterrence dan immediate deterrence. General deterrence lebih ditujukan pada

23

(18)

sikap sebuah negara yang waspada terhadap serangan, namun melakukan sebuah

persiapan untuk menghadapi serangan yang belum tentu terjadi.

“An actor maintains a broad military capability and issues broad threats of punitive response to an attact to keep anyone from seriously thinking about attacking”24

Sedangkan immediate deterrence dipahami apabila aktor sudah memperhitungkan

kapabilitas militer juga melakukan pertimbangan serangan dari ancaman, dan

aktor tersebut bersiap diri untuk melakukan serangan sebagai tindakan

pencegahan25. Untuk itu general deterrence masih dalam tahap sedikit cemas,

karena serangan hanya sekedar hipotesa, belum real.

Berbeda dengan immediate deterrence yang posisinya sudah berada pada

masa krisis, dimana negara cenderung dekat dengan suasanan perang. Penelitian

ini mengambil konsep general detereence untuk membantu memperkuat hasil

analisa dari teori balance of threat. Dimana tujuanya adalah untuk memahami

pertimbangan India dalam melakukan peningkatan dengan Amerika Serikat

merupakan salah satu tidakan gertakan India terhadap China.

6.3. Balance of Threat

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Balance of threat theory, yang

dikemukakan oleh Stephen M. Walt, dimana hasil asumsi dari teori ini ada dua

yaitu “balancing” dan “bandwagoning”26. Balancing diasumsikan jika antara

negara satu dengan negara lain saling mengikatkan diri untuk beraliansi dengan

tujuan yang sama terhadap satu negara yang dianggap sebagai ancaman. Asumsi

24

Patrick Morgan, 2003, Deterrence Now, Cambridge University Press, hal: 12

25Ibid., 26

(19)

balancing ditujukan kepada negara-negara yang memilih untuk beraliansi dengan

negara lainnya untuk menghadapi negara yang dianggap kuat sebagai ancaman

keamanan mereka.

Sebelumnya, dalam penelitian ini, penulis mereduksi posisi konsep aliansi

yang dikemukakan oleh Stephen M. Walt dalam hal level analisis. Dimana secara

umum aliansi masuk dalam teori balance of power maupun balance of threat

yang dikategorikan dalam grand theory, yaitu teori-teori dan konsep yang mampu

menganalisa dalam level sistem. Namun, penulis mereduksi konsep aliansi dari

balance of threat milik Stephen M.Walt menjadi middle range theory, dimana

posisi aliansi yang biasanya dilakukan antar kelompok negara, dalam penelitian

ini menjadi satu negara yaitu India yang menawarkan kerjasama untuk beraliansi

dengan satu negara lain yaitu AS, dimana AS dianggap mampu untuk

mengimbangi negara yang menjadi ancaman, yaitu China.

Terdapat alasan negara memilih untuk balancing27, yaitu bertujuan untuk

mempertahankan diri atau survival, dalam hal ini untuk menekan dominasi power

agar dominasi power tersebut tidak menjadi terlalu kuat. Oleh karena itu, Waltz

mengatakan,

“not only is balancing more common than bandwagoning, but also that the stronger the state, the greater is likely to be its tendency to balance, or to ally itself with other states to cope with the threat posed by the politically dominant power”28.

Sedangkan bandwagoning diasumsikan jika negara sepakat untuk

bekerjasama dengan satu negara yang dianggap sebagai source of danger, yaitu

27

Sthepen M. Walt, 1985, Alliance Formation and The Balance of World Power. The MIT Press,

dalam http://www.jstor.org/stable/2538540. hal:5

28

Stephen M. Walt, 1987, The Origin of Alliances, dalam

(20)

satu negara yang dianggap sebagai sebuah ancaman karena mempunyai kekuatan

yang besar melebihi kekuatan negara-negara yang bekerjasama dengannya,

dimana kerjasama tersebut bisa menghasilkan konsekuensi bagi negara yang

bandwagon.

Sthepen Walt juga membagi faktor-faktor yang akan mempengaruhi

ukuran dari ancaman atau lebih pada level ancaman, antaralain :

1. Agregate Power

Merupakan kumpulan dari total resources, baik kapabilitas militer,

tehnology, industri, jumlah populasi, dal lain-lain, dimana total resources

ini mampu membuat negara lain memperhitungkan kekuatan dari agregate

power dari negara yang dirasa menjadi ancaman.

2. Geograpy Proximity

Negara akan memperhitungkan ancaman, dilihat dari sebuah kedekatan

geografi. Semakin dekat secara geografis, maka ancaman tersebut akan

semakin kuat.

3. Offensive Capability

Merupakan kemampuan untuk menyerang, dimana sebuah negara dengan

kemampuan yang besar untuk melakukan serangan, dengan ditunjang

dengan postur militer. Sehingga membuat negara lain merasa untuk

membentuk sebuah aliansi.

4. Offensive intension

Negara yang sedang terancam, akan mengukur tingkat kemampuan

(21)

dalam hal ini adalah niatan China untuk berniat offens, menjadi salah satu

faktor untuk meningkatkan offensive capability.

Berdasarkan pengamatan secara obyektif, dengan pemaparan teori balance

of threat, melihat hubungan India-Amerika Serikat terhadap China,

menggambarkan pola hubungan dari asumsi teori Stephen Walt. Dilihat dari

empat faktor yang tertera diatas, keagresifan China di Samudra Hindia,

diantaranya dengan giat membuat pangkalan-pangkalan di sejumlah titik, dan

selalu memperbaharui postur militer, China sangat berpotensi menjadi sebuah

ancaman yang kuat terhadap India. Sehingga India melakukan peningkatan

kerjasama dengan Amerika Serikat. Dimana kerjasama tersebut merupakan

sebuah aliansi untuk merespon China di Samudra Hindia.

Aplikasi Skema Balance of Threat

(22)

VII. Metode Penelitian. 1.7. Level Analisis

Level analisis dibutuhkan seorang penulis, untuk menghindari kesalahan

secara metodologis, serta mempermudah dan membantu penulis dalam

menganalisa variabel. Dalam penulisan ini hubungan antar variabel bersifat

Korelasionis. Disebut Korelasionis karena unit eksplanasi dan unit analisa berada

pada level yang sama.

Penulis menggunakan dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel dependen merupakan unit-unit analisa yang akan

dideskripsikan, jelaskan, dan ramalkan. Sedangkan variabel independen

merupakan unit eksplanasi yang hendak diamati.29 Sehingga dalam reset ini,

variable independent berada pada level negara yaitu “Agresivitas China di

Samudra Hindia”, dan variable dependen berada pada level negara yaitu “

Peningkatan Kerjasama India-AS”.

1.7.1. Tekhnik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan jenis data sekunder untuk tekhnik pengumpulannya,

di mana data tidak diperoleh secara langsung dari lapangan, melainkan dari hasil

pembelajaran dan proses memahami dari literatur, majalah, koran, internet, serta

karya ilmiah yang berhubungan dengan bahasan penulis.

1.7.2. Tipe Penelitian

Penulisan karya tulis ini menggunakan metodologi eksplanasi, untuk

menjelaskan permasalahan yang akan dibahas. Penelitian eksplanatori atau

29

(23)

eksplanatif bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala

atau variabel. Penelitian ini bertitik pada pertanyaan dasar “Mengapa”. Dalam

penelitian ini, penelitian eksplanatif berusaha untuk meneliti serta menjawab

pertanyaan mengapa India-Amerika Serikat melakukan peningkatan kerjasama

pertahanan.

1.7.3. Tekhnik Analisis Data

Sedangkan tekhnik analisa data yang digunakan adalah dengan hipotesa

yang terbentuk. Awalnya penulis mengumpulkan data sekunder, kemudian

memilih data sekunder sesuai dengan teori yang digunakan oleh penulis. Apabila

ada data-data yang tidak sesuai akan di reduksi. Setelah itu, penulis akan

melakukan hipotesa dengan menggunakan teori sebagai alat analisa, sehingga

nantinya penulis dapat menarik suatu kesimpulan.

1.7.4. Alur Pemikiran

Aggresivitas China di Samudra Hindia

Indikator Ballance of Threat

India Peningkatan Kerjasama

(24)

VIII. Ruang Lingkup Penelitian 1.8.1. Batasan Materi

Batasan materi digunakan oleh seorang penulis dengan tujuan untuk tetap

fokus dan menghasilkan tulisan yang linier. Penulisan ini difokuskan pada

pemahaman lebih dalam tentang peningkatan kerjasama India ke Amerika Serikat

dalam bidang pertahanan, mencakup latar belakang pengembangan kerjasama,

tujuan, dan lain-lain, dimana kerjasama pertahanan tersebut dianggap penulis

sebagai respon atas agresivitas China di samudra hindia. Digunakan data-data

berupa intensitas China di Samudra Hindia, yang membuat India khawatir

sehingga melakukan kerjasama dengan AS.

1.8.2. Batasan Waktu

Agresivitas China di Samudra Hindia yang menjadi penyebab peningkatan

kerjasama India dengan AS dalam pertahanan, akan dijelaskan dalam penelitian

ini. Melihat sejarah hubungan India-China yang cenderung berkonflik, dimulai

dari konflik perbatasan Kashmir, kepemilikan nuklir, serta adanya indikasi

munculnya konflik baru di samudra hindia.

Sehingga penulis membatasi penelitian karya ilmiah ini dalam konteks

kekinian yang secara spesifik membahas hubungan India-Amerika yang merasa

terancam di samudra Hindia karena Intensitas China. Tahun 2005, China

mengeluarkan sebuah kebijakan baru yaitu String of Pearls, dimana dalam

perkembangannya kebijakan ini mampu membuat China melakukan

kerjasama-kerjasama pertahanan maupun ekonomi dengan negara di kawasan Samudra

(25)

Samudra Hindia yang dilakukan oleh China membuat India juga ingin melakukan

peningkatan aktivitas militer di wilayah perairan Samudra Hindia. Sehingga

Batasan tahun 2005 hingga saat ini dipilih penulis untuk membatasi penelitian ini.

Namun untuk data tambahan, tidak menutup kemungkinan penulis mengambil

data sebelum tahun 2005 demi menjaga keakuratan penelitian.

IX.Hipotesa

Sejak China mengeluarkan kebijakan string of pearl tahun 2005, serta

melakukan kerjasama dengan Negara tetangga India, yaitu Bangladesh,

Pakistan, Srilangka melalui jalur SLOC, membuat India khawatir.

Konflik-konflik perbatasan yang kian memanas antara India-China juga menambah

kekhawatiran bagi India dan membuat terancam. Ukuran ancaman tersebut

terlihat dalam empat faktor yang dikemukakan oleh Stephen M. Walt dalam

teori Balance of Threat.

Agregate power dimana India merasa China mempunyai aspek-aspek

politis, tehnology, maupun militer yang lebih besar, kemudian secara

kedekatan geografi, China berbatasan langsung dengan India, melalui jalur

darat. Terlebih India merasa China mempunyai offensive dan intension power

yang cenderung kuat, sehingga India memutuskan untuk membentuk aliansi

dengan AS. Selain itu dengan menghadirkan AS sebagai mitra kerjasama

(26)

X. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, berisi :

I. Latar belakang masalah

II. Rumusan masalah

III. Tujuan penelitian

IV. Manfaat Penelitian

V. Studi terdahulu

VI. Landasan konsep dan teori

VII. Metode penelitian

VIII. Ruang lingkup penelitian

IX. Hipotesa

X. Sistematika penulisan.

BAB II AGRESIFITAS CHINA DI SAMUDRA HINDIA

II.1. Peningkatan Ekonomi China yang mempengaruhi

Perkembangan Postur Militer di Samudra Hindia

II.2. Perluasan Kerjasama China ke Negara Afrika

2.2.1. Seychelles, Pelabuhan Victoria.

2.2.2. Pendekatan dengan Negara Mauritius

2.2.3. Pembangunan pelabuhan Lamu, Kenya

2.2.4. Pembangunan Pelabuhan Bagamoyo,

Tanzania

(27)

2.3.1. Konflik Perbatasan Kashmir di wilayah Aksai

Chin.

2.3.2. Konflik Perbatasan Arunachal Pradesh.

II. 4. Pandangan India terhadap Aktifitas China di Samudra

Hindia.

BAB III PENINGKATAN KERJASAMA PERTAHANAN INDIA-AMERIKA

SERIKAT

III.1. Rasionalitas India ketika Memutuskan Kerjasama

Pertahanan dengan Amerika Serikat

3.1.1. Perkembangan Peningkatan Kerjasama Pertahanan

India-Amerika Serikat

3.1.2. Konsekuensi India dalam Kerjasama Pertahanan

dengan Amerika Serikat.

BAB IV ANALISA RASIONALITAS PENINGKATAN KERJASAMA

PERTAHANAN INDIA - AMERIKA SERIKAT

IV.1. Analisa Menurut Empat Variable Balance of Threat

IV.2. Keputusan Balancing India.

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan

(28)

Peningkatan Kerjasama Pertahanan India-Amerika Serikat

sebagai Respon Agresivitas China di Samudra Hindia

Oleh

Jayanti Badariyan (09260074)

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(29)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Jayanti Badariyan

NIM : 09260074

Jurusan : Hubungan International

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Peningkatan Kerjasama Pertahanan India-Amerika Serikat

sebagai Respon Agresivitas China di Samudra Hindia.

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji ujian skripsi:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Senin

Tanggal : 21 Oktober 2013

Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan

Dekan FISIP-UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dosen Penguji

1. Gonda Yumitro, MA ( ...)

2. Ayusia Sabhita Kusuma, M. Soc. Sc ( ... )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, M. Si. ( ... )

(30)

xii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

MOTTO & PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRACT ... x

ABSTRAKSI ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah ... 1

II. Rumusan Masalah ... 7

III. Tujuan Penelitian ... 7

IV. Manfaat Penelitian ... 7

V. Studi Terdahulu ... 8

VI. Landasan Konsep dan Teori ... 16

VII. Metode Penelitian ... 22

VIII. Ruang Lingkup Penelitian ... 24

(31)

xiii

X. Sistematika Penulisan ... 26

BAB II AGRESIVITAS CHINA DI SAMUDRA HINDIA II.1. Peningkatan Ekonomi China yang Mempengaruhi Perkembangan Postur Militer di Samudra Hindia ... 28

II.2. Perluasan Kerjasama China ke Beberapa Negara FOCAC ... 42

2.2.1 Seychelles, Pelabuhan Victoria ... 43

2.2.2 Pendekatan dengan Negara Mauritius ... 44

2.2.3 Pembangunan Pelabuhan Lamu, Kenya ... 45

2.2.4 Pembangunan pelabuhan Bagamoyo, Tanzania ... 46

II.3. Pasang Surut Konflik Perbatasan India-China ... 48

2.3.1 Konflik Perbatasan Kashmir di Wilayah Aksai Chin ... 48

2.3.2 Konflik Perbatasan Arunachal Pradesh ... 49

II.4. Pandangan India terhadap Aktifitas China di Samudra Hindia ... 53

BAB III PENINGKATAN KERJASAMA PERTAHANAN INDIA-AMERIKA SERIKAT III.1. Rasionalitas India ketika Memutuskan Kerjasama Pertahanan dengan Amerika Serikat ... 59

3.1.1 Perkembangan Peningkatan Kerjasama Pertahanan India-Amerika Serikat ... 63

3.1.2 Konsekuensi India dalam Kerjasama Pertahanan dengan Amerika Serikat ... 75

BAB IV ANALISA RASIONALITAS PENINGKATAN KERJASAMA PERTAHANAN INDIA-AMERIKA SERIKAT IV.1. Analisa menurut Empat Variable Balance of Threat ... 89

(32)

xiv

BAB V PENUTUP

V.1. Kesimpulan ... 100

V.2. Saran dan Diskusi Lanjutan... 101

(33)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkembangan GDP China tahun 2000-2012 ... 30

Gambar 2.2 Peningkatan Pendapatan Perkapita tahun 2000-2012 ... 30

Gambar 2.3 Diagram Peningkatan Perdagangan China ... 31

Gambar 2.4 Peningkatan Ekspor China 2010-2012 ... 32

Gambar 2.5 Diagram Anggaran Pertahanan China ... 34

Gambar 2.6 Negara-negara Pembangunan Port dan Basis Militer China di Kawasan Samudra Hindia ... 42

Gambar 2.7 Perluasan Kerjasama China dibeberapa Negara FOCAC ... 47

Gambar 2.8 Klaim China atas Anurachal Pradesh ... 51

Gambar 2.9 Klaim atas Arunachal Pradesh yang dalam Google China ... 52

Gambar 2.10 Peta Jarak Listening Post Al-Hadd dengan Gwadar Port ... 56

Gambar 3.1 Total Anggaran Pertahanan China 2000-2011 ... 80

Gambar 3.2 Perbandingan Total Anggaran Pertahanan India-China 2002-2011 ... 81

Gambar 3.3 Perbandingan Kekuatan Armada Militer ... 81

(34)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Studi Terdahulu ... 14

Tabel 2.1 Tabel Pangkalan China di Beberapa Negara Kawasan Samudra Hindia ... 36

Tabel 3.1 Perbandingan Sektor Darat, Udara, Laut India ... 59

Tabel 3.2 Peningkatan Anggaran IMET India-AS ... 71

Tabel 3.3 Ekspor-Impor Peralatan Militer di Dunia ... 75

Tabel 3.4 Perbandingan Kekuatan Pertahanan India-China ... 83

(35)

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Aplikasi Balance of Threat ... 21

(36)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, tulisan karya tulis skripsi

ini bisa selesai dan siap untuk dibaca kepada para pembaca semua. Tentunya, hal

ini menjadi sebuah karunia Allah SWT kepada kami yang telah menuntun dalam

merampungkan karya tulis ini dimana kajian mencakup kawasan Samudra Hindia,

yang penulis coba menuangkannya dalam tulisan pendek ini. Selanjutnya,

Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi dan Rosul kita Muhammad

SAW, yang telah mengajari dan menuntun kita ke jalan yang benar.

Karya tulis skripsi ini, merupakan hasil penelitian dari kami terhadap

keingintahuan tentang gejolak India di Samudra Hindia, dengan melihat faktor

China yang semakin agresif di Kawasan tersebut. Samudra Hindia juga

merupakan salah satu Samudra yang memilki peran penting di Dunia ini,

khususnya di Kawasan Asia. Meskipun isu-isu yang bergulir tidak seaktif pada

konflik laut China Selatan. Namun, jika melihat arti Samudra Hindia yang begitu

vital bagi India, penulis ingin lebih jauh meneliti tentang bagaimana respon India

di Kawasan ini, mengingat China yang agresif melebarkan kerjasama dengan

beberapa negara tetangga India, seperti Bangladesh, Pakistan, dan Srilangka, serta

negara kepulauan di Samudra Hindia. Demi meningkatkan aktifitasnya di

Samudra Hindia, China membuat pangkalan-pangkalan militer yang berfungsi

untuk melindungi jalur Sea Line of Communication (SLOC), dari salah satu

(37)

Pertanyaan yang timbul, lalu bagaimana India mengahdapi China yang

agresif di Samudra Hindia?. Jika melihat dari sejumlah aspek seperti jumlah

populasi, GDP, atribut militer, yang nantinya kami ukur dengan empat indikator

dari teori balance of threat oleh Stephen M. Walt, India masih kalah jumlahnya

dengan China. Sehingga sudah sewajarnya jika India ingin melakukan

peningkatan kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat. Sebagaimana kita

ketahui, AS merupakan salah satu negara adidaya yang mempunyai kekuatan

besar khusunya dalam bidang pertahanan. Meskipun sebenarnya India juga perlu

waspada dalam melakukan kerjasama, melihat posisi AS sebagai super power

juga berpotensi sebagai ancaman, layaknya China.

Pembahasan selanjutnya yang dituangkan dalam penulisan ini akan

dijelaskan kemudian, dimana kami membaginya menjadi lima bab. Bab I berisi

pendahuluan, mencakup latar belakang, metode penelitian hingga hipotesa. Bab II

menceritakan bagaimana China mulai agresif di Samudra Hindia hingga menjalin

kerjasama dengan negara Afrika. Pada Bab III, penulis memaparkan kerjasama

India-Amerika Serikat yang kemudian India memutuskan untuk melakukan

peningkatan kerjasama, walaupun dengan segala konsekuensi yang juga harus

ditanggung oleh India. Bab IV, merupakan hasil analisa penulis dari paparan pada

bab-bab sebelumnya, yang kemudian menimbulkan kesimpulan di Bab V. Penulis

berharap, semoga dengan adanya karya tulis skripsi ini, bisa bermanfaat bagi para

(38)

DAFTAR PUSTAKA Buku, Jurnal, E-book :

Scoot, David. 2013. India’s Aspirations and Strategy for the Indian Ocean

Securing the Waves?. United Kingdom. The Journal of Strategic Studies

TD (Thean), Prof. 2012. Maritime security in the Indian Ocean: strategic setting and features. Institute for Security Studies no: 236

Wei Cheng Wang, Vincent. 2012. American Perspectives on the Rise of China

Jervis, Robert. Perception and missperception: diambil dari penelitian skripsi

tentang pengaruh BWS dalam hubungan antara India-China. Malang. Universitas Muhammadyah Malang

Grant, Charles. 2010. India’s Responses to China’s Rise. Center for european

reform.

Waltz, Kennenth. 1979. Theory of International Politics. Berkeley:

Addison-Wesley Publishing Company.

Watson .P, Michael. 2001. Balance Of Power vs Balance of Threat : The case of China and Pakistan. Master of Millitary Studies

Dougherty.E. James. 2001. Contending Theories of International Relation. Edition 5. Addition Wesley Longman

Walt .M, Stephen. 1985. Alliance Formation and The Balance of World Power.

The MIT Press

Walt .M, Stephen. 1987. The Origin of Alliance. London: Cornell University Press

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi.

Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Mittler, Rana. 2011. China Modern Menguasai Dunia. Yogyakarta: Pustaka

(39)

Arora, Vivek. 2010. China’s Economic Growth: International Spillovers. IMF Working Paper

Abitbol .D, Aldo. Causes of the 1962 Sino-Indian War, University of Denver.

Goswami, Namrata. 2010. , China’s Territorial Claim on Arunachal Pradesh:

Crafting an Indian Response. Institute for Defence Studies and Analyses

Reeves, Jeffrey. 2011. Arunachal Pradesh: A Crux of Sino-Indian Rivalry. Small Wars Journal

Tellis .J, Ashley (ed.). 2012. china’s military challenge. The National Bureau of

Asian Research

Berteau Guy Ben-Ari, David. 2012. Asian Defence Spending 2000-2011. Centre

for Strategic & International Studies (CSIS)

Frankel .R, Francine. 2011. The Breakout of China-India Strategic Rivalry In Asia and The Indian Ocean. , New York : Colombia University

Donough, David. 2003. Relations Between The USA And India: Towards a De

Facto .Strategic Partnership. The Canadian Institute Strategic Studies

Martin .F, Michael. 2011. India Domestic Issues, Strategic, Dynamics and U.S.

Relations. Congressional Research Service

Bishoyi, Saroj. 2011. Defence Diplomacy in US-India Strategic Relationship.

Journal of Defence Studies

Eby Hara, Abubakar. 2011. Pengantar Analisis politik Luar Negeri: dari

Realisme sampai Konstruktivisme. Bandung; NUANSA

Jervis, Robert (ed.). 2007. International Politics enduring concept and contemporery issues. United States: Pearson Education

(40)

Sumber Internet :

Indian Ocean, diakses dari http://en.wikipedia.org/wiki/Indian_Ocean, tgl: 29 April 2013

Sekretariat Kabinet Indonesia, dalam http://setkab.go.id/berita-6752-presiden-dorong-asean-dan-india-pangkas-hambatan-perdagangan.html, 29 April 2013

China String of Pearls policy Essay, dalam

http://www.americanessays.com/study-aids/free-essays/economics/china-string-of-pearls-policy.php, diakses tgl : 14 April 2013

W.Lawrence S. Prabhakar, China’s ‘String of Pearls’ in Southern Asia-Indian

Ocean: Implications for India and Taiwan, dalam

http://www.csachennai.org/Files/China's%20STring%20of%20Pearls.pdf

Hillary Clinton urges India to play larger role in Asia, dalam

http://in.news.yahoo.com/hillary-clinton-urges-india-play-larger-role-asia-112018373.html, diakses tgl 01 Mei 2013

Asia Pasific Defense, India bergeser dari Laut China Selatan berfokus pada

Samudra Hindia, dalam

http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/online/features/2012/12/11/india-sea-tactics, diakses tgl : 25 maret 2013

China's fixed-asset investment up 20.6 pct in 2012

http://english.cntv.cn/20130118/103733.shtml, diakses tgl: 22-07-2013

2012 China GDP growth reaches 7.8%,

http://english.cntv.cn/program/newshour/20130118/105120.shtml, diakses tgl 20-07-13

China GDP, http://www.tradingeconomics.com/china/gdp, diakses tgl: 27-07-2013

Chinese per capita income grows 2012

http://english.cntv.cn/20130118/104087.html, diakses tgl: 22-07-2013

China GDP Per Capita, http://www.tradingeconomics.com/china/gdp-per-capita, diakses tgl: 25-07-2013

(41)

http://www.businessweek.com/magazine/china-vs-the-us-the-case-for-second-place-10132011.html, diakses tgl: 07-07-2013

China has the fastest economic growth in the worlds history,

http://www.prlog.org/11334059-china-has-the-fastest-economic-growth-in-the-worlds-history.html, diakses tgl: 07-07-2013

China’s Defence Budget: 2013-14

http://www.idsa.in/idsacomments/ChinasDefenceBudget2013-14_msingh_180313, diakses tgl: 08-07-2013

Shee Poon Kim, An Anatomy of China ‘String of Pearls’ Strategy, Department of

Global Politics and Economics, Tamkang University, dalam

http://www.biwako.shiga u.ac.jp/eml/Ronso/387/Kim.pdf ticle&id=3902:oil-tanks-in-hambantota-port, , diakses tgl: 08-07-2013

Why China needs the Hambantota port, Sri Lanka, swa/101-chinas-investment-spurs-bangladesh-development.html, diakses tgl: 09-07-2013

China offers to develop Chittagong port,

(42)

FOCAC: trade, investments and aid in China-Africa relations, Center for Chinese

Studies, dalam

http://www.ccs.org.za/wp-content/uploads/2012/05/FOCAC_Policy-Briefing_tradeinvest_final.pdf

Chinese Troops in Seychelles: An Analysis, http://www.navalreview.ca/wp-content/uploads/public/vol4num4/vol4num4art9.pdf (string of pearl), diakses pada tgl : 10-07-2013

http://www.fmprc.gov.cn/eng/wjb/zzjg/fzs/gjlb/3039/, diakses tgl:11-07-2013

http://www.reuters.com/article/2013/04/11/kenya-port-lamu-idUSL5N0CX38D20130411, diakses tgl : 12-07-2013

http://sabahionline.com/en_GB/articles/hoa/articles/features/2013/03/27/feature-01, diakses tgl : 12-07-2013

China Menduduki Wilayah Kashmir,

http://international.okezone.com/read/2013/03/28/413/782918/china-menduduki-wilayah-kashmir, diakses pada tgl: 13-07-2013

http://www.indianexpress.com/news/china-shows-arunachal-pradesh-and-aksai-chin-as-its-territory/1035332/, diakses tgl: 15-06-2013

http://indiatoday.intoday.in/story/india-china-map-row-arunachal-pradesh/1/230544.html, diakses pada tgl: 21-06-2013

http://news.rediff.com/column/2009/sep/24/china-worried-over-us-india-military-cooperation.htm, diakses tgl 17-07-2013

(43)

C Raja Mohan, Circling Mauritius, Indian Express, 11 February, 2009.

C. Raja Mohan, Sino-Indian Rivalry in the Western Indian Ocean, ISAS Insight, http://www.isn.ethz.ch/isn/Digital-Library/Publications/Detail/?, diakses tgl 07-07-2013

Shashank Joshi, Why India Is Becoming Warier of China, 2011, dalam

http://shashankjoshi.files.wordpress.com/2011/04/joshi.pdf

Alman Helvas Ali, Visi angkatan laut India 2022, dalam

http://www.fkpmaritim.org/?p=1060, diakses tgl 10-07-2013

Istilah Brown water navy, diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/Brown-water_navy, diakses tgl 25-07-2013

The strategic Vission of India Navy, http://bbs.chinadaily.com.cn/thread-668562-1-1.html

China’s growing presence in India’s neighbourhood,

http://www.eastasiaforum.org/2010/02/05/chinas-growing-presence-in-indias-neighbourhood/,diakses tgl 08-07-2013

Ballistic and Cruise Missile Threat, national air and space intelligence center, dalam http://www.fas.org/programs/ssp/nukes/NASIC2009.pdf

http://www.globalfirepower.com/countries-comparison-detail.asp?form=form&country1=India&country2=China&Submit=Compare+Cou ntries, diakses tgl: 25-07-2013

(44)

http://www.presstv.com/detail/2012/12/03/275966/china-strength-concern-for-Siddharth Srivastava, “New Delhi’s Voracious Appetite for Arms,” Asia Times

Online, 2007,

<http.//ad.doubleclick.net/net/adi/N553.Tribal/B2227573.14;sz=120x600;click>., diakses tgl 09-07-2013

http://asiantribune.com/news/2009/11/25/obama-singh-agree-closer-cooperation-between-intelligence-agencies-tackling-terroris, diakses tgl 16-07-2013

India Borong 10 Pesawat C-17 dari AS ,

http://nasional.kompas.com/read/2010/09/23/08270513, diakses tgl 15-07-2013

http://news.rediff.com/column/2009/sep/24/china-worried-over-us-india-military-cooperation.htm, diakses tgl 17-07-2013

Statement on the 12th U.S.-India Defense Policy Group Dialogue, http://newdelhi.usembassy.gov/pr022312.html, diakses tgl 17-07-2013

Intercontinental Ballistic Missile, dalam

Gambar

Tabel study terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

YS Albay'a: Teşkilat içinde kendisinin de bildiği gibi üst kademede çekişmelerin olduğunu, bizi de alet edip kullanmaya çalıştıklarını, bu insanların inandığımız,

Perkara hukum yang langsung mendiskusikan legitimasi pidana mati di dalam konteks hukum Indonesia tentu saja adalah landmark case yang diputus oleh Mahkamah

Abbrevi- ations: ga: galena, cp: chalcopyrite, sph: sphalerite, fah I: freibergite- tetrahedritess, fah II: secondary tetrahedrite, py: pyrite, plb: polybasite, ac: acanthite,

Anak usia sekolah adalah anak berusia 6 – 21 tahun , yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya di bagi menjadi 2 sub kelompok yakni praremaja 9( 6-9 tahun) dan remaja ( 10 – 19

Terhadap pelaksanaan kontrak yang tidak sesuai terutama terhadap berlakunya causa yang tidak halal harus diperhatikan dalam rangkaian obyek perjanjian yang merupakan

(2) Percobaan padat {hidrostatic test) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, tekanan uji 1,5 kali dari tekanan kerja yang diperbolehkan atau tekanan desain atau tercantum

Bagaimana hasil yang muncul pada mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan situs Astana Gede sebagai sumber belajar untuk mengembangkan kesadaran sejarah

1) Agar dapat menambahkan user baru yang dapat menggunakan sistem operasi secara pribadi, dan lebih aman menyimpan data dalam sistem operasi yang memiliki banyak user. 2)