48 22 RAMADLAN - 6 SYAWAL 1431 H
DI ANTARA KITA
Drs H Chairuman Pasaribu:
S
etidaknya begitulah sepenggal sejarah perjuangan merintis sebuah amal usaha yang didapat redaksi Suara Muhammadiyah ketika menyambangi Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) UMSU Drs H Chairuman Pasaribu di ruang kerjanya yang sederhana di Lantai II Kampus UMSU Jalan KH Ahmad Basri Medan. Saat itu, beliau ditemani oleh Anwar Bakti,Humas UMSU dan AmirullahHidayat,salah seorang fungsionaris DPP IMM. Namun, usia setua itu, justru tidak mengendurkan semangat pengabdiaannya bagi perkembangan UMSU ke depan. Kakek 10 cucu yang pernah menjabat sebagai Rektor UMSU dalam kurun waktu 4 tahun ini kelihatan masih enerjik ketika memaparkan bagaimana perjalanan karirnya di universitas yang kini sangat diperhitungkan di negeri ini. Dengan perlahan-lahan lelaki yang akrab dipanggil “Buya” itu, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela nako ruang kerjanya. Ternyata dari jendela itu, ia sering menatap lepas ke arah lapangan dan berjejer rapi ratusan sepedamotor yang diparkirkan.
“Dengan menatap sepedamotor yang diparkirkan tersebut, saya senantiasa mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah karena perkembangan UMSU sangat menggembirakan. Kalau dulu mahasiswa masih ada yang naik sepeda, sekarang sudah naik sepedamotor, mobil dan yang lebih menggembirakan, jumlah mahasiswanya terus meningkat,”
Menurutnya saat melihat cikal bakal UMSU yakni
UMSU Berkembang
Karena Keikhlasan
Melihat perkembangan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
yang sekarang, dapat dikatakan
perkembangan ini melebihi yang
dapat dibayangkan saat itu.
Saat Universitas ini sedang dirintis.
De
m
o (Vi
si
t ht
tp:
//www.pdfspl
itm
erge
r.c
om
49
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 95 | 1 - 15 SEPTEMBER 2010
DI ANTARA KITA
Fakultas Falsafah Hukum Islam Muhammadiyah, mayoritas orang pasti tidak akan berselera melihatnya. Prospeknya kelihatan suram dan kelihatan sangat sulit untuk bisa dikembangkan. Hal yang sama juga terjadi pada diri Chairuman Pasaribu. Saat itu tidak banyak orang potensial yang mau bergabung untuk berjuang di UMSU. Namun, setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Jalan Si-singamangaraja, Chairuman Pasaribu tergerak untuk ikut mengabdi dan berjuang di UMSU yang berwujud Fakultas Falsafah Hukum Islam Muhammadiyah.
Karirnya dimulai sebagai pegawai biasa di bagian tata usaha, kemudian menjadi dosen. Ketika Rektor UMSU dijabat almarhum Dalmy Iskandar, ia pun diberi
kepercayaan menduduki jabatan Sekretaris UMSU tahun 1982-1984. Jabatan Rektor UMSU periode 1999-2003 kemudian juga diamanatkan kepadanya. Setelah amanat sebagai rektor ditunaikan, pengabdiannya untuk UMSU ternyata belum berakhir. Jabatan Ketua BPH UMSU periode 2010-2014, justru diserahkan kepada Chairuman Pasaribu.
“Saya tidak pernah mengharapkan jabatan apa pun. Jabatan yang diberikan sampai saat ini adalah amanah. Saya jalani dengan pengabdian yang tulus dan tidak mengharapkan lebih dalam bentuk apa pun,” katanya.
Sikap sederhana itu, memang tidak dibuat-buat. Ketika Buya diangkat sebagai rektor, kepadanya ditawarkan sebuah mobil seharga Rp 300 juta sebagai kendaraan dinas. Mobil dinas itu ditolak karena Buya memang sudah memiliki kendaraan pribadi.
Tidak hanya mobil, jabatan sebagai Kepala Kantor Departemen Agama pun ditolaknya ketika ada
penawaran dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Sumatera Utara, Adnan Harahap yang kebetulan temannya.
Penawaran kedua untuk menjadi Kepala Kantor Departemen Agama kembali diterimanya ketika pejabat Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Sumatera Utara adalah abang iparnya. Namun, tawaran itu kembali ditolaknya.
Penolakan tersebut, karena Buya memang sudah menetapkan pendirian untuk mengabdikan hidupnya pada UMSU. Dengan tegas, Buya mengisahkan, bahwa hatinya tidak dapat berpindah ke tempat lain. “Saya ini guru, dan saya mau mengabdi langsung di dunia pendidikan,” Buya yang mengaku bahwa pengabdian tersebut merupakan panggilan sebagai kader Muhammadiyah.
Sebagai Ketua BPH, Buya sedang mengemas pengharapan UMSU akan memiliki kebun dan usaha-usaha lain yang dapat menopang operasional dan perkembangan universitas tersebut. Buya juga sedang memikirkan untuk melihat lahan yang dapat dijadikan pengembangan kampus UMSU yang lebih besar.
“Dalam hati saya, semoga program UMSU ini dapat dilaksanakan dengan baik, seperti apa yang pernah kami laksanakan, yakni tidak ada yang menyimpang soal uang. Artinya, tidak ada uang yang masuk ke dalam kantong yang tidak bernomor,” katanya.
Semangat keikhlasan untuk mengabdi tanpa menuruti kepentingan pribadi inilah yang menjadi kunci perkembangan UMSU sehingga kelihatan seperti sekarang ini.l Den