• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN DAN PENILAIAN KRITERIA PEMASOK PADA PT SYM GREEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN DAN PENILAIAN KRITERIA PEMASOK PADA PT SYM GREEN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG PENENTUAN DAN PENILAIAN KRITERIA PEMASOK

PADA PT SYM GREEN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana Ekonomi

Oleh :

Awaludin Yoga Permadi

201110160311157

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

KRITERIA PEMASOK

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukurkehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Penentuan Kriteria Pemilihan Pemasok Pada PT SYM Green”

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi penentuan kriteria pemilihan pemasok PT SYM Green dengan memilih 22 kriteria pemilihan pemasok dengan teknik analisis kualitatif dengan melakukan pembobotan pada kriteria pemilihan pemasok.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Marsudi, MM selaku ketua program studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Fien Zulfikarijah, M.M selaku Dosen Pembimbing Satu yang telah memberikan bimbingan hingga terselesainya penulisan skripsi.

4. Dra. Hj. Triningsih S, M.P selaku Dosen Pembimbing Dua yang telah memberikan bimbingan hingga terselesainya penulisan skripsi.

(4)

6. Teman-teman tercinta yang selalu ada. Terima kasih atas do’a, dukungan dan semangatnya.

7. Shinta Wuri Handayani yang tiada henti memberikan do’a, semangat dan dukungan, serta mengajari arti berjuang bersama.

Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki peneiliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb..

Malang, 15 Maret 2014 Peneliti

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penetian Terdahulu... 7

B. Landasan Teori ... 9

1. Manajemen Rantai Pasokan ... 9

2. Arean Cakupan Manajemen Rantai Pasokan ... 13

3. Strategi Rantai Pasokan... 15

4. Kriteria Pemilihan Pemasok ... 18

5. Portofolio Hubungan dengan Supplier ... 20

6. Pemilihan Vendor ... 25

C. Kerangka Pikir ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian ... 29

(6)

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 32

E. Jenis dan Sumber Data ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Skala Pengukuran ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 35

IV. Hasil Penelitian A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 39

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 39

2. Visi dan Misi PT SYM Green ... 39

3. Struktur Organisasi ... 40

4. Personalia ... 43

5. Produksi dan Proses Produksi ... 47

6. Pemasaran ... 53

B. Analisis Data ... 54

1. Menentukan Kriteria Pemilihan Pemasok dan Bobot Pada Masing-Masing Kriteria Pemilihan Pemasok yang Sudah Disesuaikan dengan Kebutuhan Perusahaan ... 54

a. Menentukan Kriteria Pemilihan Pemasok ... 54

b. Menentukan bobot pada masing-masing Kriteria Pemilihan Pemasok yang Sudah Disesuaikan dengan Kebutuhan Perusahaan... 58

2. Indikator dari Masing-masing Kriteria Pemilihan Pemasok yang Sudah Disesuaikan dengan Kebutuhan Perusahaan ... 61

3. Menentukan Nilai Untuk Masing-masing Kriteria Pemilihan Pemasok terhadap Pemasok ... 63

(7)

C. Pembahasan ... 68 1. Menentukan Kriteria Pemilihan Pemasok dan Bobot Pada

Masing-Masing Kriteria Pemilihan Pemasok yang Sudah Disesuaikan dengan Kebutuhan Perusahaan ... 68 a. Menentukan Kriteria Pemilihan Pemasok ... 68 b. Menentukan bobot pada masing-masing Kriteria Pemilihan

Pemasok yang Sudah Disesuaikan dengan Kebutuhan Perusahaan... 69 2. Indikator dari Masing-masing Kriteria Pemilihan Pemasok yang

Sudah Disesuaikan dengan Kebutuhan Perusahaan ... 70 3. Menentukan Nilai Untuk Masing-masing Kriteria Pemilihan

Pemasok terhadap Pemasok ... 71 4. Penilaian Terhadap Pemasok PT SYM Green ... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Haming, Murdifin dan Nurnajamuddin, Mahfud, 2012, Manajemen Produksi Modern, Buku 2 Edisi 2, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Heizer, Jay dan Render, Barry, 2005, Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Heizer, Jay dan Render, Barry, 2011, Manajemen Operasi, Edisi Kesembilan, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta.

http://nadhirin.blogspot.com/2010/01/membuat-skala-pengukuran-instrumen.html Novenber 24, 2014.

http://teorionline.wordpress.com/service/metode-pengumpulan-data/ November, 19, 2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Likert November, 24, 2014

Indriantoro, Nur, Bambang Supomo, 2009, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Moleong, J. Lexy, 2014, Metodologi Penelitihan Kualitatif, Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Prassetya, 2011, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarja.

(10)

Sanusi, Anwar, 2011 , Metodologi Penelitihan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta.

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri pengolahan kayu merupakan barometer peningkatan perekonomian nasional dan faktor kunci dalam upaya meningkatkan penerimaan Negara dari sektor kehutanan. Praktek-praktek eksploitatif terhadap sumber daya hutan telah dilakukan sejak terbitnya UU No. 5 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan.

Berbagai fasilitas dan kemudahan diprioritaskan untuk mendorong tercapainya tujuan menjadikan industri pengolahan kayu sebagai primadona kontributor riil sektor non migas terhadap pembangunan ekonomi nasional. Kran ekspor kayu bulat ditutup guna menjamin ketersediaan suplai kayu dalam negeri, dengan harapan Indonesia dapat mengekspor produk olahan yang bernilai tambah, yang dapat bersaing dengan produk olahan luar negeri, dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan Negara.

(12)

2

Fakta tersebut membuat perusahaan harus selalu dapat mengatur bahan baku perusahaan agar selalu dapat berproduksi dengan lancar. Untuk mengatur bahan baku tersebut banyak perusahaan yang memilih Supply Chain Management (SCM) untuk selalu dapat berproduksi dengan lancar. SCM

menjadi salah satu solusi terbaik bagi perusahaan untuk memperlancar produksi perusahaan. Mengelola SCM berarti merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol alur barang dari pemasok hingga sampai ke konsumen. Kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor bahwa penerapan SCM yang dilakukan oleh suatu perusahaan berhasil sehingga produk yang dijual oleh perusahaan harus selalu dalam keadaan baik kualitasnya maupun kuantitasnya.

Pengukuran kinerja Supply Chain Management (SCM) pada perusahaan sangalah diperlukan, karena dengan mengukur kinerjanya perusahaan dapat mengetahui apakah kinerja yang selama ini dilakukan sudah sesuai dengan target. Selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan hanya terfokus pada perspektif finansial atau aspek keuangan, sehingga pengukuran kinerja perusahaan hanya dapat dilihat dari satu sisi sedangkan sisi lain dari perusahaan kurang terkontrol dengan baik.

(13)

3

Pemasok atau Supplier adalah satlah satu bagian dari Supply Chain Management (SCM), pemasok menjadi salah satu hal terpenting dalam sebuah

perkembangan perusahaan. Pemasok adalah seseorang atau organisasi yang menjalankan usaha dengan menyalurkan atau memasarkan suatu produk dalam jangka waktu tertentu ke perusahaan. Pemasok adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan karena tanpa pemasok perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik bahkan kegiatan operasi didalam perusahaan dapat berhenti sementara waktu. Untuk itu perusahaan harus benar-benar memilih pemasok yang tepat. Dalam SCM terdapat terdapat lima strategi dalam pemilihan pemasok yaitu banyak pemasok, sedikit pemasok, integrasi vertikal, jaringan keiretsu, dan perusahaan maya (Heizer dan Barry, 2011:11). Strategi tersebut dapat berperan penting dalam aliran pemilihan pemasok bagi perusahaan.

Menurut Nyoman Pujawan (2010:165), secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman dalam memilih pemasok perusahaan. Namun sering kali perusahaan menetapkan kriteria-kriteria yang lain yang dianggap penting bagi perusahaan untuk memilih suppliernya. Penentuan kriteria-kriteria ini sangat penting karena berfungsi sebagai penunjang dalam pemilihan supplier perusahaan.

(14)

4

karena kelancaran kegiatan operasi perusahaan akan bergantung pada pemasok. Dengan itu dalam perusahaan manufaktur pemilihan pemasok yang tepat adalah prioritas yang harus dilakukan oleh perusahaan.

Salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan stick es-cream PT SYM Green harus selalu dapat memenuhi kebutuhan para konsumennya dengan barang atau produk yang berkualitas dan kuantitas yang diharapkan oleh konsumennya. Hal tersebut membuat perusahaan harus mencari pemasok yang benar-benar dapat selalu memenuhi kebutuhan bahan bakunya sehingga proses operasi perusahaan tidak terhambat dan perusahaan selalu dapat memenuhi kebutuhan para konsumennya.

Keberadaan pemasok dalam perusahaan merupakan hal penting karena akan berdampak langsung terhadap proses operasi perusahaan. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk memilih pemasok secara cermat dan tepat, karena dengan adanya pemasok yang tepat akan memperlancar proses operasi perusahaan dan perusahaan akan selalu dapat memenuhi permintaan para konsumennya.

Terkadang terjadi pemasok terlambat dalam pengiriman bahan baku ke perusahaan sehingga proses operasi dalam perusahaan terhambat dan berhenti untuk sementara waktu. Hal ini yang menjadi alasan kuat untuk perusahaan menambah pemasok. Dengan adanya pemasok yang tepat dapat membantu perusahaan untuk memperlancar proses produksinya.

(15)

5

calon pemasoknya. Kriteria yang tepat tersebut akan membuat perusahaan mendapatkan pemasok yang tepat untuk memasok bahan baku yang akan dipakai dalam proses produksi perusahaan. Dalam fenomena dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini berjudul Penentuan Kriteria Pemasok Pada PT SYM Green.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria-kriteria apa saja yang digunakan dalam memilih pemasok yang tepat dan berapa bobot masing-masing kriteria pemilihan pemasok pada PT SYM Green?

2. Apa saja indikator kriteria pemilihan pemasok pada PT SYM Green? 3. Berapa nilai dari masing-masing kriteria pemilihan pemasok pada PT SYM

Green?

4. Berapakah hasil penilaian yang didapat oleh Pemasok PT SYM Green?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan kriteria-kriteria yang tepat sebagai cara dalam memilih pemasok yang tepat dan Untuk mengetahui bobot dari masing-masing kriteria pemilahan pemasok.

2. Untuk mengetahui indikator dari kriteria pemilihan pemasok.

(16)

6

4. Untuk mengetahui berapa penilaian yang didapat oleh pemasok PT SYM Green.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi perusahaan, memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih pemasok dan mendapatkan kriteria-kriteria yang tepat dalam memilih pemasok sehingga menjadi lebih efektif pada proses pengambilan keputusan.

(17)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Rahmawati (2011), melakukan penelitian

di PT. Armindo Catur Pratama (ACP) yang merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang konstruksi baja, seperti tower yang bahan baku

utamanya ialah besi siku. PT. ACP memiliki 3 supplier bahan baku utama, yaitu PT. IBB, PT. KWT, dan PT. GG. PT. ACP belum memilki sistem

pemilihan supplier dan alokasi pembelian bahan baku sehingga selama ini

pembelian bahan baku dilakukan secara acak dan subjektif. Dalam

penelitian ini, diberikan usulan perbaikan evaluasi supplier dengan menggunakan metode AHP-Goal Programming. Ada 7 kriteria yang dinilai,

yaitu harga, kualitas, delivery, kapasitas, aspek K3, service dan sistem pembayaran. Hasil evaluasi ini akan digunakan untuk memilih supplier kemudian diintegrasikan dengan metode goal programming untuk mengalokasikan pembelian bahan baku. Dari hasil AHP diketahui score

untuk PT. IBB sebesar 26,66%, PT. KWT sebesar 55,71% dan score PT. GG

sebesar 17,63%. Dengan metode GP dapat diketahui kuota pembelian di

masing-masing supplier yang sesuai dengan score supplier, harga yang minimum dan kualitas yang baik.

Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Qolbi Isnanto tentang

Manajemen rantai pasok merupakan sistem yang mengelola masalah

(18)

8

awal sampai ke konsumen paling akhir dengan menggunakan pendekatan

sistem yang terintegrasi. PT PJB Unit Pembangkitan Muara Karang juga

menggunakan sistem rantai pasok dalam menjaga ketersediaan bahan baku.

Pada proses aliran rantai pasok ini PT PJB Unit Pembangkitan Muara

Karang melibatkan distributor, transportir dan surveyor untuk memvalidasi

volume transaksinya. Pada tahun 2009 volume pasokan yang diterima PT

PJB Unit Pembangkitan Muara Karang berada dalam kondisi normal karena

berada diantara -0,5% hingga +0,5% yaitu bernilai -0,447195% dan

0,325591% selama tahun 2009.

Penelitian lainnya yang dilakukan Marcelinus Mada' Barung dengan

tujuan yang ingin dicapai adalah Mengukur bullwhip effect pada supply

chain di distributor Y dan ritel Z, Mengidentifikasi penyebab terjadinya

bullwhip effect pada supply chain di distributor Y dan ritel Z, Menentukan

alternatif solusi yang tepat untuk mengurangi bullwhip effect pada supply

chain di distributor Y dan ritel Z. Evaluasi ini terdiri dari beberapa langkah.

Langkah pertama, melakukan pengukuran bullwhip effect, langkah

selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab terjadinya bullwhip effect

pada supply chain pada distributor Y dan Ritel Z. Dari hasil evaluasi

diketahui bahwa penyebab terjadinya bullwhip effect antara lain:ramalan

permintaan yang kurang tepat dan permintaan yang lebih besar dari

persediaan. Cara yang mungkin efektif untuk mengurangi bullwhip effect

yang terjadi antara lain dengan berbagi informasi data, memilih metode

(19)

9

B. Landasan Teori

1. Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen Rantai Pasokan (SCM) adalah proses perencanaan,

penerapan, dan pengendaliaan operasi dari rantai pasokan dengan tujuan

untuk mencukupi kebutuhan pelanggan seefisiensi mungkin. Manajemen

rantai pasokan mancakup semua pergerakan dan gudang penyimpanan

dari bahan baku, persediaan barang dalam pengolahan, dan barang sejak

jadi titik produksi ke titik konsumsi.

Menurut Dewan Profesional Manajemen Rantai Pasokan (CSCMP)

–suatu asosiasi profesional yang mengembangkan definisi pada tahun

2004 – bahwa Manajemen Rantai Pasokan meliputi perencanaan dan

manajemen diri semua aktivitas yang dilibatkan dalam sumber dan

pengadaan, konversi, dan semua aktivitas manajemen logistik. Hal

penting ialah SCM juga meliputi kolaborasi dan koordinasi dengan mitra

saluran, dapat berupa penyalur, para perantara, pihak ketiga selaku

penyedia jasa , dan pelanggan. Intinya, Manajemen Rantai Pasokan

mengintegrasi permintaan dan penawaran manajemen di dalam dan antar

perusahaan.

Manajemen Event Rantai Pasokan (SCEM) merupakan suatu pertimbangan dari semua factor dan peristiwa yang mungkin terjadi dan

dapat menyebabkan suatu gangguan di dalam rantai pasokan. Dengan

SCEM, skenario mungkin dapat diciptakan dan solusi dapat

direncanakan. Beberapa tenaga ahli memandang, rantai pasokan sebagai

(20)

10

menyatakan istilah SECM dan manajemen logistik tersebut dapat

dipertukarkan penggunaannya untuk menyatakan hal yang sama. Dari

segi pandang perusahaan, lingkup manajemen rantai pasokan umumnya

dibatasi pada sisi pemasok sediaan oleh para pemasok dan pada sisi

pelanggan oleh para pelanggan dari pelanggan anda.

Area kompetitif dan strategis berikut dapat dipakai sebagai

penyumbang manfaat yang sempurna untuk penerapan system

manajemen rantai pasokan dengan baik. Faktor kompetitif dan strategis

dimaksut adalah sebagai berikut:

a. Fulfillment (Pemenuhan Kabutuhan)

Aktivitas yang berhubungan dengan kapasitas kecakupan

kuantitas dari komponen yang diperlukan dalam menjalankan

produksi atau produk yang akan dijual dan tiba pada waktu yang tepat

sesuai jadwal. Hal itu dimungkinkan melalui adanya komunikasi

efisien, yang memastikan bahwa pesanan ditetapkan pada sejumlah

jadwal yang sesuai dan siap untuk dipenuhi. Sistem manajemen rantai

pasokan juga kemungkinan suatu perusahaan untuk secara tetap

melihat apa yang ada di gudang persediaan dan meyakinkan bahwa

jumlah yang dipesan sesuai dengan kebutuhan yang dimaksud dalam

order dan jadwal untuk menggantikan sediaan yang sudah dipakai.

b. Logistics (Logistik)

Aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan sediaan bahan

(21)

11

biaya angkutan material serendah mungkin, konsisten dengan waktu

penyerahan yang dijanjikan, dan dilakukan secara tepat waktu dan

aman. Di sini, sistem manajemen rantai pasokan memungkinkan suatu

perusahaan untuk mempunyai kontak tetap dengan tim distribusinya,

dapat terdiri atas truk, kereta api, atau jenis transportasi lain. Sistem

dapat mengizinkan perusahaan untuk menjajaki material yang

diperlukan secara terus-menerus. Mungkin juga dapat menghemat

biaya untuk berbagai beban biaya transportasi dengan perusahaan

mitra jika pengiriman tidak cukup besar untuk mngisi secara penuh

sebuah truk, dan sekali lagi SECM mengizinkan perusahaan untuk

membuat keputusan sedemikian rupa.

c. Production (Produksi)

Aktivitas tersebut berhubungan dengan kegiatan mengolah

bahan menjadi keluaran yang direncanakan. Aktivitas itu harus

mampu menjamin bahwa lini produksi atau lini perakitan berfungsi

dengan baik. Fasilitas dapat berfungsi memuaskan jika didukung oleh

ketersediaan komponen yang bermutu tinggi dan tersedia ketika

diperlukan. Produksi dapat berlangsung secara teratur jika ditunjang

oleh manajemen logistik dan pemenuhan atas order bahan atau

komponen yang memuaskan, yaitu suatu volume kebutuhan dan

penyerahaannya tepat sesuai jadwal. Jika jumlah yang disediakan

tidak sesuai dengan yang dipesan serta dikirimkan pada waktu yang

(22)

12

tidak terganggu. Akan tetapi, dengan manajemen rantai pasokan yang

andal maka keberlangsungan kegiatan produksi dapat berjalan dengan

mulus dan sasaran keluaran akan dapat diwujudkan.

d. Revenue and Profit (Pendapatan dan Laba)

Aktivitas tersebut berhubungan dengan aktivitas pemasaran dan

penjualan, yaitu memberikan layanan penyampaian produk atau jasa

kepada pelanggan yang membutuhkan secara tepat jumlah, tepat

waktu, dan tepat mutu. Kegiatan itu harus mampu memberikan

jaminan bahwa tidak ada penjualan yang akan hilang karena

persediaan tidak ada atau kosong. Mengelola rantai pasokan dengan

baik akan meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam bereaksi

terhadap perubahan tidak terduga yang terjadi atas permintaan dan

penawaran.

e. Costs (Biaya-Biaya)

Kemampuan berproduksi secara efektif dan efisien, pada

gilirannya akan memampukan perusahaan memiliki keunggulan atas

aspek biaya. Faktor biaya produksi atau penyiapan produk merupakan

salah satu dari empat faktor keunggulan kompetitif perusahaan.

Kegiatan tersebut harus mampu memelihara biaya atau harga layak

diterima. Manajemen rantai pasokan mampu mengurangi biaya

melalui peningkatan rasioperputaran sediaan (inventory turn over) di

lantai pengerjaan dan di dalam gudang, mengendalikan mutu proses

(23)

13

sama dengan penyalur agar dapat menghasilkan keluaran melalui

pemanfaatan alat-alat pabrikasi secara eifisien.

f. Cooperastion (Keja Sama)

Antar mitra rantai pasokan memastikan bahwa semua pihak akan

memperoleh manfaat timbal balik. Perencanaan kolaboratif, pengisian

kembali, dan peramalan merupakan suatu komitmen jangka panjang,

kerja sama atas mutu, dan mendukungnya dengan pembeli dari

manajerial penyalur, teknologi, dan pengembangan kapasitas.

Hubungan tersebut memungkinkan perusahaan mempunyai akses

terhadap informasi sekarang yang dapat dipercaya, menghasilkan

tingkat persediaan yang lebih rendah, memotong lead-team, meningkatkan kualitas produk, meningkatkan kecermatan ramalan,

dan akhirnya meningkatkan layanan kepada pelanggan dan perolehan

laba yang memuaskan. Para penyalur juga menerima manfaat dari

hubungan kerja sama melalui peningkatan pembeli masukan,

peningkatan mutu, dan penurunan biaya.

2. Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan

Majanemen rantai pasokan pada hakekatnya mencakup lingkup

pekerjaan dan tanggungjawab yang luas. Kalau kita kembali pada definisi

supply chain management diatas maka kita bisa katakan secara umum bahwa semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi, dan

(24)

14

kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi supply chain mangement adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan merancang produk baru (product development)

b. Kegiatan mendapatkan bahan baku (Procurement, Purchasing, or supply)

c. Kegiatan merencanakan produk dan persdiaan (Planning and Control)

d. Kegiatan melakukan produksi (Production)

e. Kegiatan melakukan pengiriman / distribusi (Distribution)

f. Kegiatan pengelolaan pengembalian produk / barang (Return)

Keenam klasifikasi tersebut biasanya tercemin dalam bentuk

pembagian departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur.

Pembagian tersebut sering dinamakan function division karena mereka

dikelompokkan sesuai dengan fungsinya. Umumnya sebuah perusahaan

manufaktur akan memiliki bagian pengembangan produk, bagian

pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa inggris biasanya disebut

(25)
[image:25.612.125.512.144.421.2]

15

Tabel 2.1 Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama supply chain

Bagian Cakupan Kegiatan Antara Lain

Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru

Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, menitoring supply risk, membina dan memlihara hubungan dengan supplier.

Perencanaan dan Pengendalian Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.

Operasi / Produk Eksekusi produksi, pengendalian kualitas

Pengiriman / Disribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, monitor service level ditiap pusat distribusi

Sumber: Nyoman Pujawan (2010:10)

3. Strategi Rantai Pasokan

Setiap perusahaan yang ingin menang atau bertahan dalam

persaingan harus memiliki strategi yang tepat. Strategi akanmengarahkan

jalannya organisasi ke yujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Strategi

diperlukan oleh satu unit operasi dalam sebuah perusahaan , oleh sebuah

perusahaan secara keseluruhan, maupun oleh sebuah rantai pasokan.

Strategi pada hakekatnya bukanlah sebuah keputusan atau aksi tunggal

melainkan adalah kumpulan berbagai keputusan dan aksi yang dilakukan

oelh suatu organisasi atau oleh beberapa organisasi secara bersama-sama.

Dalam menyusun strategi operasi, kebutuhan pasar maupun

(26)

16

Dengan kata lain, suatu strategi harus mampu menerjemahkan kebutuhan

pasar kedalam keputusan-keputusan operasi dan mampu mengeksploitasi

kemampuan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut.

Slack dan Lewis mengatakan bahwa strategi operasi pada hakekatnya

adalah rekonsiliasi antara kebutuhan pasar dengan kemampuan sumber

daya suatu perusahaan.

Strategi tidak bisa dilepaskan dari tujuan jangka panjang. Tujuan

inilah yang diharapkan akan tercapai, Keputusan-keputusan jangka

pendek dan di lingkungan, lokal mestinya harus mendukung organisasi

atau supply chain ke arh tujuan-tujuan strategis tersebut. Tujuan-tujuan strategis tersebut perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau

setidaknya bertahan dalam persaingan pasar. Untuk bisa memenangkan

persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi.

Ke-empat tujuan strategi tersebut sangat penting dimata

pelanggan. Namun perlu disadari tingkat kepentingan untuk

masing-masing tujuan diatas berbeda-beda untuk tiap jenis produk dan segmen

pelanggan. Ada produk yang dibeli oleh pelanggan dengan pertimbangan

utama harga yang murah, sedangkan ada pelanggan yang membeli

dengan kualitas sebagai pertimbangan utama. Untuk mencapai tujuan

(27)

17

efisien, menciptakan kualitas, cepat, fleksibel, dan inovatif.

Strategi supply chain harus mencerminkan pada kebijakan atau keputusan taktis supply chain. Kebijakan ataukeputusan mengenai dimana fasilitas lokasi akan didirikan, bagaimana cara mengatur dan

mengendalikan sistem produksi, bagaimana kebijakan-kebijakan tentang

persediaan dan transportasi, pemasok bagaimana yang akan dipilih, dan

kebijakan mengenai pengembangan produk harus besinergi dengan

strategi supply chain. Apabila supply chain memilih efisiensi fisik sebagai strategi maka semua keputusan sub bidang tersebut harus

[image:27.612.154.512.414.497.2]

mendukung.

Gambar 2.1 Komponen keputusan taktis untuk mendukung strategi supply chain

Sumber : Nyoman Pujawan (2010:36)

Kebijakan tentang lokasi fasilitas berpengaruh besar terhadap

ongkos-ongkos fisik maupun kecepatan respon suatu supply chain. Oleh karena itu kebijakan lokasi tentu berbeda pada supply chain yang memilih strategi efisiensi fisik dengan supply chain yang fokusnya pada responsiviness. Supply chain yang mementingkan efisiensi fisik akan memilih mendirikan pabrik di tempat-tempat yang tenaga kerjanya

murah atau dekat dengan bahan baku.

Konfigurasi dan pengelolaan sistem produksi juga menentukan Strategi supply chain

Lokasi

(28)

18

efisiensi maupun kecepatan respon suatu supply chain. Sistem produksi yang memiliki konfigurasi relatif tetap, diatur dengan tipe product layout,

memiliki fasilitas-fasilitas yang spesialis akan mudah mendukung strategi

untuk efisiensi fisik, tetapi tidak akan mendukung strategi reponsiviness.

Kecepatan respon akan dicapai kalau sistem produksinya harus tinggi.

Selanjutnya, strategi persediaan juga besar pengaruhnya terhadap

sfisiensi fisik dan kecepatan merespon pasar. Efisiensi pada supply chain

bisa dicapai apabila ada upaya untuk meminimumkan persediaan secara

terus menerus. Salah satu ukuran kinerja yang penting diukur adalah

tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate). Sebaliknya, perubahan permintaan yang terjadi secara tiba-tiba padaproduk-produk

inovatif membutuhkan supply chain untuk menyimpan cadangan

persediaan ekstra ditempat-tempat tertentu.

Dalam memilih supplier, strategi efisiensi harus didukung dengan

melihat ongkos sebagai kriteria utama dalam memilih maupun

mengevaluasi kinerja pemasok. Sebaliknya, kalau supply chainingin responsif terhadap pasar, memilih pemasok yang paling murah tidak akan

menciptakan sinergi. Kriteria fleksibel dan kecepatan harus diberikan

prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kriteria lainnya. Oleh

karena itu, untuk menciptakan sinergi, fokus pengembangan produk pada

supply chain yang ingin responsif harus didukung dengan kemampuan.

4. Kriteria Pemilihan Supplier

(29)

19

digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan tentunya harus mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item yang akan dipasok.

Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan

kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan

ketepatan waktu pengiriman. Namun sering kali pemilihan pemasok

membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh

perusahaan.Pennelitihan yang dilakukan oleh Dickson hampir 40 tahun

yang lalu menunjukan bahwa kriteria pemilihan supplier bisa sangat beragam. Tabel 2.2 menunjukkan 22 kriteria yang diidentifikasikan oleh

Dickson. Angka pada kolom kedua menunjukan tingkat kepentingan dari

masing-masing kriteria berdasarkan kumpulan jawaban dari survey yang

direspon oleh 170 manajer pembelian di Amerika Serikat. Responden

diminta memilih angka 0 - 4 pada skala likert dimana 4 berarti sangat

penting. Jadi tabel tersebut menunjukan bahwa rata-rata responden

(30)
[image:30.612.173.502.121.454.2]

20

Tabel 2.2 Kriteria pemilihan / evaluasi supplier (Dickson 1966)

No Kriteria Skor

1 Kualitas 3.5

2 Waktu Pengiriman 3.4

3 Sejarah Kinerja 3.0

4 Garansi dan Layanan Pengaduan 2.8

5 Harga 2.8

6 Kemampuan Teknis 2.8

7 Posisi Keuangan 2.5

8 Kepatuan Prosedural 2.5

9 Sistem Komunikasi 2.5

10 Reputasi dan Posisi Perusahaan 2.4

11 Keinginan untuk Bisnis 2.4

12 Manajemen dan Organisasi 2.3 13 Kontrol dan Pengoperasian 2.2

14 Perbaikan Pelayanan 2.2

15 Perilaku 2.1

16 Kesan 2.1

17 Kemampuan Pengemasan 2.0

18 Catatan Hubungan Kerja 2.0

19 Lokasi Geografis 1.9

20 Jumlah Bisnis Sebelumnya 1.6

21 Alat Bantu Pelatihan 1.5

22 Adanya Hubungan Timbal Balik 0.6 Sumber: I Nyoman Pujawan

Namun tentu saja perusahaan harus menentukan sendiri

kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam memilih supplier.

5. Protofolio Hubungan dengan Supplier

Salah satu yang menjadi tugas penting bagian pengadaan adalah

menciptakan hubungan yang proposional dengan supplier. Hubungan

yang proposional yang dimaksud adalah hubungan yang secara tepat

(31)

21

beberapa item dengan dengan nilai ratusan ribu rupiah per tahun, ada

juga supplier yang memasok ratusan item dengan nilai transaksi miliaran

rupiah dalam setahun. Oleh karena itu, tidaklah tepat menyamakan model

hubungan antara satu supplier dengan supplier lainnya. Untuk menciptakan hubungan model yang sesuai, perusahaan perlu membuat

klasifikasi supplier berdasarkan berbagai kriteria yang relevan.

Ada dua faktor yang bisa digunakan dalam merancang hubungan

dengan supplier. Yang pertama adalah tingkat kepentingan strategis item yang dibeli bagi perusahaan / supply chain. Logikanya, semakin strategis

pasisi suatu sebuah item dalam perusahaan, makin perlu untuk

menciptakan hubungan yang dekat dan berorientasi jangka panjang

dengan supplier dari item tersebut. Strategi tidaknya suatu item

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :

a. Konstribusi item tersebut terhadap kegiatan / kompetensi inti

perusahaan

b. Nilai pembelian dalam setahun

c. Image / brand nama dari supplier

d. Risiko ketidaktersediaan item yang bersangkutan

Faktor yang kedua adalah tingkat kesulitan mengelola pembelian

item tersebut. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, semakin banyak

diperlukan intervensi dari manajemen. Secara umum tingkat kesulitan

pembelian suatu item ditentukan oleh beberapa hal seperti :

(32)

22

b. Kemampuan supplier dalam memenuhi permintaan

c. Ketidakpastian (ketersediaan, kualitas, harga, waktu pengiriman)

Dengan menggunakan dua faktor tersebut, kita bisa dapat empat

klasifikasi supplier seperti ditunjukan pada gambar 2.2. Suppier yang tingkat kepentingannya rendah dan relatif mudah untuk ditangani

diklasifikasikan sebagai non critical supplier. Supplier dari barang-barang yang relatif standar, ketersediannya cukup, mudah dicari

substitusinya, dan nilainya reatif rendah masuk dalam klasifikasi ini.

Sebaliknya, critical stratigic supplier adalah mereka yang memasok

barang atau jasa dengan nilai yang besar dan barang atau jasa tersebut

kritis bagi perusahaan. Ketidaktersediaannya bisa mengakibatkan

masalah serius bagi kelangsungan perusahaan.

Bottleneck supplier adalah pemasok item-item yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi perusahaan dan nilai transaksinya juga relatif

rendah, namun barang atau jasa tersebut tidak mudah diperoleh. Ii

mumngkin disebabkan karena supplier barang atau jasa tersebut relatif sedikit sedangkan yang membutuhkannya banyak. Klasifikasi terakhir

yang berkebalikan dengan bottleneck supplier adalah leverage supplier. Yang masuk dalam kelompok ini adalah supplier-supplier yang memasok

item yang tingkat kepentingannya tinggi bagi perusahaan namun

item-item tersebut relatif mudah diperoleh karena mungkin spesifikasinya

standar dan banyak supplier yang bisa memasoknya.

(33)

23

investasi bersama dari pihak perusahaan maupun supplier hanya rasional

dilakukan untuk critical strategic supplier. Investasi perusahaan untuk mengembangkan kemampuan supplier yang masuk golongan critical trategic supplier perlu dilakukan sehingga mereka bisa memasok barang atau jasa dengan kualitas yang lebih baik dengan pengiriman yang lebih

tepat waktu. Untuk supplier dalam kelompok ini, kriteria pemilihan dan penilaiannya lebih ditekankan pada patensi kerjasama dan perbaikan

janka panjang, dan bukan semata-mata pada kualitas, harga, dan

[image:33.612.210.478.345.540.2]

ketepatan pengiriman yang dijanjikan.

Gambar 2.2 Empat Klasifikasi Supplier Bottle Supplier

- Sulit mencari substitusi - Pasar monopoli

- Supplier baru sulit masuk

Critikal strategic supplier - Penting / strategis - Substitusi sulit

Non-critical supplier - Ketersediaan cukup - Item-item cukup standar - Substitusi dimungkinkan - Nilainya relatif rendah

Leverage supplier - Ketersediaan cukup - Substitusi dimungkinkan - Spesifikasi standar - Nilainya relatif tinggi Sumber: I Nyoman Pujawan

Untuk supplier yang termasuk dalam kategori non-critical, fokus manajemen hendaknya pada penyederhanaan proses pembelian dengan

memberikan otoritas bagi tingkat manajemen yang lebih rendah untuk

mengambil keputusan pembelian dan mengurangi proses-proses yang

(34)

24

relatif standar dan tidak berniali strategis, kriteria utama keputusan

pembelian adalah harga per-unit.

Perusahaan perlu menaruh perhatian yang signifikan terhadap

bottle supplier, karena kalau tidak, ketidaktersediaan item-item yang mereka dipasok sering menjadi penghambat. Biasanya ketersediaan yang

rendah diakibatkan tidak banyak supplier yang mau memasok item item tersebut. Alasannya bisa karena secara alamiah barang atau jasa tersebut

tidak mudah diperoleh atau karena tidak banyak nilai ekonomisnya bagi

supplier sehingga tidak banyak yang berminat untuk memproduksi atau

memasok. Terhadap supplier-supplier yang sepeeti ini perusahaan bisa meningkatkan standarisasi atau penyederhanaan spesifikasi barang atau

jasa sehinggah lebih mudah diperoleh.

Supplier yang masuk kategori leverage adalah yang relatif mudah untuk dikelola karena banyak pemasok yang berkompeten, item-item

yang dipasok bisa disubstitusi, dan ketersediaannya cukup, Oleh karena

itu biasanya perusahaan memiliki posisi tawar yang bagus. Oleh karena

itu, fokus manajemen adalah mempertahankan posisi tawar tersebut.

Pada kasusu-kasus tertentu perusahaan bisa mengubah model hubungan

ke kemitraan jangka panjang, namun hal itu hanya perlu dilakukan kalau

(35)

25

Gambar 2.3 Fokus Manajemen untuk setiap Kelompok Bottleneck supplier

- Penyederhanaan / standarisasi item

Crirical strategi supplier - Strategi partnership, fokus ke keunggulan strategis

Non-critical supplier - Simplifikasi proses, fokus keharga per-unit

Leverage supplier

- Pelihara bergaining power terhadap supplier

Sumber: I Nyoman Pujawan

6. Pemilihan Vendor

Vendor untuk barang dan jasa yang dibeli oleh perusahaan tentu

harus diseleksi. Pemilihan vendor (vendor selection) mempertimbangkan banyak faktor, seperti kesesuaian strategis, kemampuan penjual,

pengiriman, dan kinerja berkualitas. Proses pemilihan dapat menjadi

sangat menantang karena suatu perusahaan memiliki sejumlah

kemampuan dalam semua bidang dan kemampuan yang begitu baik

hanya pada suatu bidang. Kebijakan pengadaan juga perluh dibuat. Hal

ini dapat mengatasi permasalahan seperti presentase bisnis yang

dilakukan dengan salah satu pemasok atau bisnis minoritas.

Proses menentukan vendor yang potensial dan menentukan

kemungkinan bahwa mereka akan menjadi pemasok yang baik. Proses ini

memerlukan pengembangan kriteria. Kriteria dan bobot dipilih

berdasarkan strategi rantai pasokan yang ingin dicapai. Pendekatan

berbobot adalah metode yang sangat cocok dipakai untuk pemiihan

vendor yang tepat bagi perusahaan.

(36)

26

terhadap sebuah pemasok potensial dengan menggunakan pendekatan

berbobort.

Solusi: Proses selanjutnya, meninjau atribut diferensiasi pemasok

dan membuat daftar kriteria pemilihan yang ditunjukan pada tabel

dibawah ini. Kemudian memberikan bobot untuk membantu

melaksanakan tinjauan pemasok potensial yang objektif. Kemudian

[image:36.612.179.549.314.531.2]

memberikan angka dan menghitung total nilai yang diberi bobot.

Tabel 2.3 Pendekatan Berbobot Evaluasi Vendor

No Kriteria Bobot Nilai (1-5)

(Tertinggi 5) Bobot X Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8

Keahlian rekayasa / penelitian / pembaharuan

Kemampuan proses produksi (fleksibilitas/bantuan teknis)

Kemampuan distribusi/pengiriman Sistem mutu dan kinerja

Fasilitas dan lokasi

Kekuatan keuangan dan pengelolaan (stabilitas dan struktur biaya)

Kemampuan sistem informasi (e-commerce internet)

Integritas (taat pada peraturan lingkungan hidup/etika) Jumlah 0,20 0,15 0,05 0,10 0,05 0,15 0,10 0,20 1,00 5 4 4 2 2 4 2 5 1,0 0,6 0,2 0,2 0,1 0,6 0,2 1,0 3,9 Sumber: Heizer dan Render

Pemahaman: Dasar untuk melakukan perbandingan dengan

vendor potensial lainnya dan memilih penjual yang memiliki nilai total

paling tinggi.

Pemilihan pemasok yang baik sangatlah penting. Jika pemasok

yang baik tidak terpilih, maka upaya rantai pasokan lainnya akan

(37)

27

jangka waktu lebih panjang, isu keuangan,mutu, manajemen, penelitian,

kemampuan teknis, dan kemungkinan untuk membina hubungan jangka

panjang yang erat, dan memainkan peranan yang semakin penting.

C. Kerangka Pikir

Kriteria pemilihan pemasok yang akan diseleksi oleh perusahaan 1. Kualitas

2. Waktu Pengiriman 3. Sejarah Kinerja

4. Garansi dan Layanan Pengaduan 5. Harga

6. Kemampuan Teknis 7. Posisi Keuangan 8. Kepatuan Prosedural 9. Sistem Komunikasi

10. Reputasi dan Posisi Perusahan 11. Keinginan Untuk Bisnis 12. Manajemen dan Oganisasi 13. Kontrol dalam Pengoperasian 14. Perbaikan Pelayanan

15. Perilaku 16. Kesan

17. Kemampuan Pengemasan 18. Catatan Hubungan kerja 19. Lokasi geografis

20. Jumlah Bisnis Sebelumnya 21. Alat Bantu Pelatihan

22. Adanya Hubungan Timbal Balik Sumber : diolah dari Nyoman Pujawan (2010)

(38)

28

Kerangka pikir merupakan inti sari dari Teori yang telah

dikembangkan dalam kerangka memberi jawaban terhadap pendekatan

pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan

pembahasan teoritis. Kerangka pikir merupakan suatu cara yang diperlukan

untuk mempermudah alur pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian.

Kerangka dalam penelitian ini adalah ingin menentukan kriteria pemilihan

pemasok yang sesuai dengan keadaan perusahaan yang akan dipakai oleh

Gambar

Tabel 2.1 Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur
Gambar 2.1 Komponen keputusan taktis untuk mendukung
Tabel 2.2 Kriteria pemilihan / evaluasi supplier (Dickson 1966)
Gambar 2.2 Empat Klasifikasi Supplier
+2

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dia orang yang sholeh, maka para malaikat berkata padanya: 'Keluarlah, duhai jiwa yang baik, dalam tubuh yang baik, keluarlah dengan terpuji, dan kabar gembira untukmu

Hasil analisis docking terhadap reseptor androgen (2AM9), estrogen (1A52), dan progesteron (1A28) yang diperoleh dari Protein Data Bank (PDB) menunjukkan bahwa

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis diantaranya dibawah ini. 1) Penelitian yang dilakukan Supriyanto Ismurrochman (2010) dalam

Hubungan antara persepsi kerja dengan sikap kerja De- partemen Agama adalah bahwa bila terhadap aparatur dapat diinternalisasikan tentang persepsi kerja Departemen Agama yaitu

Penelitian ini adalah penelitian lapangan ( field research ). Artinya, data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini diperoleh di lapangan dengan menggunakan metode

Pandangan Radhakrisnan mengenai pendidikan terletak pada tujuannya dalam mempertemukan pendidikan spiritual dan sosial untuk merekonstruksi sebuah masyarakat ideal di mana

• Sistem yang dapat digunakan untuk mengukur performa rumah sakit dikaitkan dengan kompleksitas pelayanan yang dihasilkan dan biaya. • National data base

Teknik Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) adalah ilmu yang mempelajari