Cowok Aku Sering Misuh
Saturday, 03 April 2010 21:58 -
Assalamualaikum Wr Wb.
Saya bingung mau cerita pada siapa, makanya saya konsultasi ke biro konseling lewat email soalnya aku takut kalau dimarahi cowok ku kalau datang langsung ke sana, saya mulai cerita dari diri saya dulu nama saya F mahasiswi semester akhir, usia saya 23 tahun, saat ini saya sedang dekat dengan cowok sebut saja V selama hampir 3 bulan. Dalam rentang waktu 3 bulan itu ada sifatnya yang membuat saya kurang merasa nyaman yaitu, dia sangat mudah untuk berkata kotor. Dalam setiap kalimat yang diucapkanya pasti selalu mengandung kata-kata kotor seperti maaf (J*****) setiap kali diingatkan justru malah semakin membuat kata-kata tersebut muncul dengan intonasi dan frekuensi yang meningkat dan tidak mengenal situasi dan kondisi, dan hal itu pun terjadi di rumahnya. padahal saya sudah terlanjur kenal dengan keluarganya dan tidak bisa sedikitpun berpisah dengan dia, sebenarnya sikapnya pun baik sama saya, dia juga tidak pernah memukul saya tapi hanya kata-kata kotornya yang sering muncul itu
membuat aku kurang nyaman padahal saya punya keinginan untuk merubah dia menjadi lebih baik, dan ingin melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius! Terus saya harus bersikap bagaimana?
Walaikumsalam wr wb.
Jika benar cinta itu buta, Butakah hatiku Berkali terluka, Masih juga
Ku menunggu .
( Penggalan lirik lagu Malaysia, Cinta Itu Buta dari UKS )
Penggalan lirik lagu diatas merupakan sebuah prolog buat mbak, memang benar sikap cowok mbak sekarang baik dan tidak pernah memukul secara fisik tetapi secara psikologis mbak tertekan dengan kata-kata kotornya, terus terang kami kagum dengan sikap mbak yang masih tetap melanjutkan hubungan dengan cowok tersebut. Benar yang dikatakan pepatah bahwa cinta itu memang buta dia tidak mengenal usia dan bisa mengalahkan logika. Dan lirik diatas merupakan gambaran dari hubungan yang sekarang mbak jalani.
Adalah sebuah kewajaran ketika mbak F dekat dengan seorang cowok apalagi jika dilihat dari usia mbak secara biologis dan fisiologis sudah siap untuk melanjutkan hubungan itu ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Tetapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
termasuk persiapan secara psikologis. Karena dalam pernikahan kita tidak hanya
menggabungkan budaya dua keluarga tapi yang paling esensi lagi adalah kita menggabungkan dua pribadi yang tentu saja hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Termasuk didalamnya
merubah kebiasaan dari sang calon suami. dalam hal ini kebiasaan mengeluarkan kata-kata kotor atau misuh dalam bahasa jawanya. memang sering kali kata jancuk dikonotasikan negative bagi kebanyakan orang, namun apabila ditinjau dari ranah ilmiah atau psikolinguistik, kata tersebut merupakan kata yang dapat memberikan kepuasan bagi yang mengucapkannya dan juga pada dasarnya memang tidak mempunyai makna yang khusus akan tetapi sering diucapkan.
Terkadang umpatan atau misuh atau mengeluarkan kata-kata kotor dalam dunia laki-laki sering dijumpai dalam berbagai aktifitas tetapi ketika kebiasaan itu coba untuk direduksi atau bahkan dihilangkan dengan cara diperingatkan tapi malah meningkat frekuensinya bukankah hal itu akan menjadi suatu masalah bagi mbak apalagi statusnya masih pacar bagaimana ketika besok jadi suami bisakah mbak f menjamin kebiasaan itu akan hilang ketika akan menikah atau
Cowok Aku Sering Misuh
Saturday, 03 April 2010 21:58 -
bahkan kebiasaan itu akan berubah menjadi kekerasan fisik setelah menikah. Untuk mbak f apabila mbak masih ingin melanjutkan hubungan ada cara yang bisa dilakukan ketika cowok mbak mau mengeluarkan kata-kata kotor mbak langsung suruh ganti kata-kata kotor itu dengan sesuatu yang positif yang menurut mbak mudah dihafal dan diucapkan oleh cowok mbak. Misalkan : bagusnya atau manisnya . jika berhasil berikan dia hadiah apa yang dia sukai tapi jangan keseringan, tetapi kalau kebiasaan cowok mbak masih tetap abaikan saja dia semisal jangan di sms seharian hal itu untuk memperkuat bahwa sebenarnya mbak kurang nyaman dengan sikapnya yang sering berkata kotor.
Dan apabila ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan harap dipertimbangkan betul apakah calon suami mbak bisa menyenangkan hati atau bahkan malah menyiksa meskipun secara psikis, tetapi kalau dirasa lebih menyiksa lebih baik ditinggalkan. Untuk mbak F pilihan ada ditangan anda dan semoga diberikan pilihan yang terbaik.