• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH KEMBALI ( REMARRIED )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH KEMBALI ( REMARRIED )"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN PERKAWINAN

PADA PASANGAN YANG MENIKAH KEMBALI ( REMARRIED )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi (S-1)

Disusun Oleh : Depita Arianeka

NIM : 06810015

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH KEMBALI ( REMARRIED)

Skripsi

Disusun Oleh : Depita Arianeka

06810015

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH KEMBALI ( REMARRIED)

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Disusun Oleh : Depita Arianeka

06810015

FAKULTAS PSIKOLOGI

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Penyesuaian perkawinan pada pasangan yang

Menikah kembali ( remmaried )

2. Nama Peneliti : Depita Arianeka

3. Nim : 06810015

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 12 Januari 2011

7. Tanggal Ujian : 8,9 April 2011

Malang, 16 Maret 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji

Pada tanggal 9 April 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Ari Firmanto S.Psi ( )

2. Dr. Latipun ( )

3. Dra. Siti Suminarti F, M.Si ( )

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Depita Arianeka

Nim : 06810015

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG MENIKAH KEMBALI ( REMMARIED )

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam

bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan

sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan

Hak Bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan

undang-undang yang berlaku.

Malang, 20 Maret 2011

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang menyatakan,

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim...

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Penyesuaian Perkawinan Pada Pasangan Yang Menikah Kembali (

Remmaried )”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si dan Ari Firmanto, S.Psi selaku Pembimbing I dan

Pembimbing II, serta Dra. Iswinarti, M.si yang telah banyak meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Yudi Suharsono, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi

pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Kedua orang tua (Ayah dan Ibu tersayang) yang selalu memberikan berlimpah

dukungan kepada peneliti baik secara moril dan materil, adik (Teguh), beserta

seluruh keluarga besar yang selalu dan tiada henti memberikan doa dan dorongan

kepada peneliti.

5. Tri Cristian Dani I.A yang selalu memberi semangat dan doa kepada peneliti.

6. Suci, Mimi, Icha, ILa, Betta, Nora, dan semua teman-teman fakultas psikologi

angkatan 2006, khususnya teman-teman kelas A yang selalu memberikan

semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Ersa, Dessy, serta semua anak kostan Tata Surya yang selalu memberikan

semangat kepada penulis

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

(8)

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga

kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski

demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peniliti

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 16 Maret 2011

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian perkawinan 1. Pengertian penyesuaian perkawinan ... 7

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian perkawinan 8 3. Masalah-masalah dalam penyesuaian perkawinan ………... 12

4. Kriteria keberhasilan penyesuaian perkawinan …………... 13

B. Pengertian janda dan duda ... 15

1. Keluarga ……… 15

2. Perceraian ………. 18

C. Menikah kembali ……… 19

1. Pengertian menikah kembali ( Remmaried) ……… 19

2. Faktor-faktor yang mendorong individu menikah kembali .. 20

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Batasan Istilah ... 24

C. Subyek Penelitian ... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Analisa Data ... 26

F. Keabsahan Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

1. Deskripsi subjek dan informan penelitian ………... 28

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ………... 29

B. Analisa Data Hasil Penelitian ... 41

C. Pembahasan ... 47

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 52

B. SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Identitas Subyek Penelitian ... 28

Tabel 4.2 : Identitas Informant penelitian ……….. . 29

Tabel 4.3 : Gambaran penyesuaian perkawinan pasangan TH dan YA … . 41

Tabel 4.5 : Gambaran penyesuaian perkawinan pasangan SA dan WW .. .. 43

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Guide Wawancara ... 57

Lampiran II : Hasil Wawancara ... 58

Lampiran III : Hasil Wawancara Informant ………... 90

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Fridmen, B (2009). Pengertian dan macam-macam keluarga. Jakarta : (diaskes 19 Juli 2010 blogspot.com/2009/11/pengertian-keluarga).

Hurlock, E (1978). Psikologi perkembangan suatu rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Lambert, M. N. (t.t). Marriage development in late a dulth. Brigham Young

University. (diakses pada 15 november 2010

www.healthymarriageinfo.org/docs/sum-materlife.pdf,)

Moleong, L.J. (2009).Metode penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mapiare, A. (1983). Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. Nazir, (1983). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Papalia, D.E. Olds, S.W. Feldman, R.D. (2007). Human Development. USA: McGraw-Hill.

Sadarjoen, S. S (2005). Konflik marital : pemahaman konseptual, actual, dan alternative solusi, Bandung : PT. Refika Aditama.

Santrock, J.W. (1995). Life Span development. Jakarta ; Erlangga

Savitri, I , Kundjoro (2002). Tantangan dan penyesuaian diri pernikahan kembali. Jakarta : (di akses 12 Oktober 2010 www.iptui.com/artikel.php )

Sugiyono, (2008). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

Suryanto,a (2006). Faktor-faktor penghambat dan pendukung penyesuaian

perkawinan, Jakarta : ( diaskes 18 Juli 2010

blogspot.com/2009/04/penyesuaian perkawinan)

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Ketika pasangan saling menunjukkan sifat aslinya, seperti egois, sadis, dan

otoriter manakala pernikahan memasuki usia lima tahun pertama. Tidak semua pasangan

berhasil mewujudkan impian tentang mahligairumah tangga yang bahagia. Karena

berbagai alasan banyak pula pasangan yang pernikahannya kandas ditengah jalan. Faktor

penyebabnya adalah karena perceraian atau kematian suami/istri. Indonesia berada

diperingkat tertinggi memiliki angka perceraian paling banyak dalam setiap tahunnya,

dibandingkan negara Islam didunia lainnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Bimas

Islam Departemen Agama dalam acara Pembukaan Pemilihan Keluarga Sakinah dan

Pemilihan Kepala KUA Teladan Tingkat Nasional, di Asrama haji, Pondok Gede,

Jakarta. Setiap tahun ada 2 juta perkawinan, tetapi yang memilukan perceraian

bertambah menjadi dua kali lipat, setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangannya

bercerai, dan umumnya mereka yang baru berumah tangga (Kompas , 2010,5 agustus).

Data dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Blimbing Malang kasus

perceraian di kecamatan Blimbing Malang mengalami peningkatan pada tahun 2009

sampai tahun 2010. Pada tahun 2008 angka perceraian di kecamatan pasar kliwon

mencapai 7,5% dari tahun 2007 yang hanya 0% kasus perceraiannya dan meningkat

pada tahun 2006 mencapai 8,8%. Pada tahun 2009 kasus perceraian mencapai 6,06%

dan meningkat lebih dari 100% pada tahun 2010 kasus perceraiannya mencapai 12,4%.

Dari banyaknya kasus perceraian tersebut 45% disebabkan karena kurangnya

penyesuaian sehingga menyebabkan perselisihan yang terus-menerus, 40% yang lain

disebabkan karena meninggal dunia dan 15% karena masalah-masalah rumah tangga

yang lain seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, pemabuk, dan

sebagainya (Malang post , 2010 , 8 April).

Menurut Duval & Miller (1985) kebanyakan dari orang yang bercerai itu

(15)

2

lagi pada tahun pertama setelah perceraian. 4 dari 10 rang laki-laki dan perempuan yang

berpisah menikah lagi pada 3 tahun setelah mereka bercerai. Dan akhirnya 5 dari 6

laki-lai yang bercerai dan 3 dari 4 perempuan yang bercerai, mereka menikah lagi. Seorang

wanita yang mempunyai beberapa orang anak memliki kesempatan yang sedikit untuk

menikah lagi, dibandingkan seorang wanita yang mempunyai satu atau dua orang anak.

Hanya 1 dari 5 orang yang bercerai, mereka tidak menikah lagi.

Tujuan perkawinan adalah mendapat kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan

keturunan. Menikah dan menjalani kehidupan perkawinan yang harmonis merupakan

impian setiap manusia. Sebab, selain untuk memenuhi tugas perkembangan sebagai

individu dewasa, secara umum kehidupan perkawinan juga lebih banyak memberikan

keuntungan bagi individu dibandingkan hidup melajang. Perkawinan juga dapat

membuat hidup seseorang menjadi lebih bahagia, memberi kepuasan emosional dan

seksual serta meningkatkan kesejahteraan secara finansial (Olson & Defrain , 2003 ).

Umumnya banyak pasangan yang kurang menyadari pentingnya penyesuaian

dalam pernikahan. Sebagian berpikir bahwa penyesuaian dengan pasangan sudah

dilakukan saat masa pacaran sebelum menikah; ada pula yang beranggapan bahwa

penyesuaian hanya perlu dilakukan di masa-masa awal pernikahan saja. Akibat dari

persepsi tersebut, mereka tidak siap ketika menghadapi perubahan ataupun perbedaan

pada diri pasangannya. Hal tersebut akhirnya bisa memunculkan pikiran negatif terhadap

pasangan yang seringkali bila tidak dikonfirmasi akan menimbulkan kesenjangan

diantara suami istri ( Olson & Defrain , 2003 ).

Penyesuaian dalam pernikahan pada dasarnya adalah hal yang berjalan

sepanjang waktu, sepanjang pernikahan itu bahkan hingga salah satu dari pasangan

meninggal dunia penyesuain tetap menjadi kebutuhan dan keharusan. Di awal

perkenalan sebelum menikah, keduanya masih saling berkenalan luarnya saja, hanya

mengenal kepribadian calon pasangannya secara umum saja. Tentu itu tidak cukup, oleh

karenanya di awal pernikahan pun pasangan masih perlu penyesuaian dan pengenalan

(16)

3

pun perlu terus dilakukan dalam pernikahan ketika istri hamil, anak pertama lahir, dst

(Kuntjoro,2002).

Penyesuaian dengan pasangan juga butuh kesabaran dan kemauan untuk saling

menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak semua kebiasaan dan

sifat-sifat pasangan akan sejalan dan sesuai dengan diri. Oleh karenanya perlu memahami

tentang kebiasaan pasangan, sifat dan karakternya, hal-hal yang ia sukai dan ia tidak

sukai, dsb. Perbedaan diantara pasangan suami istri adalah suatu hal yang wajar, dan

karena perbedaan itulah Allah mempertemukan dan menyatukannya agar satu sama lain

bisa saling melengkapi. Suami dengan kelebihannya mampu membimbing dan menutupi

kekurangan istri, begitu sebaliknya istri mampu pula dengan kelebihannya menutupi

kekurangan yang ada pada diri suami. Dengan adanya saling pengertian satu sama

lainnya ini, maka keharmonisan dalam rumah tangga akan selalu menghiasi( Olson &

Defrain , 2003 ).

Kehilangan pasangan karena kematian bagi para janda dan duda merupakan

suatu pukulan tersendiri bagi mereka, karena mereka akan merasa kesepian atas

meninggalnya pasangan. Pernikahan kembali merupakan solusi bagi para janda dan duda

untuk menghilangkan hal tersebut. Sebenarnya ada banyak hal yang menyebabkan

seseorang mempunyai keinginan untuk menikah kembali. Davidoff (2005)

mengungkapkan perkawinan sering dikaitkan dengan alasan seksual , ekonomi , sosial,

alasan mencari pasangan hidup dan mencari dukungan emosional. Pada umumnya duda

menikah kembali juga disebabkan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Sedangkan

janda biasanya lebih disebabkan untuk memenuhi kebutuhan finansialnya, dimana saat

pasangan masih ada, kebutuhan mereka selalu terpenuhi. Diharapkan pasangan baru

yang didapatkan setelah menikah kembali mampu mengisi kekosongan peran pasangan

yang telah tiada agar para janda dan duda dapat meraih kebahagian dan kepuasaan.

Dibandingkan pernikahan antara gadis dan jejaka, pernikahan dengan duda

atau janda membutuhkan pertimbangan yang lebih komplek, apalagi bila sudah

mempunyai anak. Perlu disadari bahwa pernikahan ini tidak hanya mempertimbangkan

(17)

4

tiri lebih kejam daripada orang tua kandung akan berbeda-beda dibandingkan pada

anak non biologis (anak tiri). Pandangan tersebut muncul karena orang tua tiri

memaksakan nilai-nilai yang diyakininya terhadap anak tiri ( Dariyo ,2004).

Selain nilai-nilai tersebut faktor umur anak juga mempengaruhi anak tiri yang

sudah menginjak remaja dengan anak tiri yang masih kecil. Anak yang relatif masih

kecil lebih mudah menerima orang tua tiri karena mereka belum punya pemahaman

tentang aturan dan biasanya mereka memang lebih membutuhkan sosok orang tua dan

ini merupakan salah satu fator pendukung bagi janda atau duda untuk menikah lagi.

Sebelum menikah sebaiknya kedua pasangan membicaraan hal-hal yang mereka tidak

tahu sehinga tidak terjadi kesalahpahaman misalnya faktor ekonomi, pekerjaan dan

keluarga masing-masing pasangan ( Soenarnatalina,1995).

Menjalani pernikahan untuk kedua kalinya tentunya berbeda dengan saat

individu menjalani pernikahan yang pertama kali. Karena dalam pernikahan kedua

segala sesuatu yang dihadapi lebih kompleks daripada apa yang dihadapi pada

pernikahan yang pertama. Hurlock (1980) menyebutkan bahwa hal ini disebabkan oleh

empat hal, yaitu karena mereka pada umumnya sudah berusia lebih tua dibandingkan

dengan perkawinan pertama. Semua bentuk penyesuaian secara teoritis akan semakin

sulit sesuai dengan pertambahan usia, penyesuaian dalam pernikahan berarti

menghilangkan atau mengekang sikap yang telah terpola dalam periode waktu yang

sangat lama dan berusaha untuk membentuk sikap baru, serta keterlibatan dari keluarga

pada perkawianan pertama yang berarti menambah masalah baru. Oleh karena itu

dibutuhkan adanya suatu penyesuaian diri kembali di dalam pernikahan sehingga tidak

menimbulkan suatu konflik yang berkepanjangan karena adanya ketidakpuasan.

Kepuasan perkawinan adalah suatu keadaan sejahtera dan menyenangkan karena telah

tercapainya tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan keinginan dalam berbagai aspek dalam

perkawinan, yang hanya dapat dirasakan oleh pasangan suami-istri yang bersangkutan.

Sedangkan penyesuaian dalam perkawinan adalah mengubah diri sendiri sesuai dengan

keadaan lingkungan dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan)

(18)

5

Berdasarkan hasil wawancara, fenomena tersebut juga ditemui pada subjek TH

dan pasanganya YA. Melalui wawancara dengan subyek TH dan YA, diketahui bahwa

subyek TH dan YA pasangan menikah kembali karena perceraian dan kematian

pasangannya. Menurut TH dan YA pasangannya yang sekarang berbeda dengan

pasangannya yang dulu. Hal ini menyebabkan YA tidak betah di rumah. Selain TH dan

YA, terdapat subyek pasangan RA dan MT yang merupakan pasangan hasil pernikahan

kembali. Mereka berdua sama-sama ditinggal pasangan perceraian. Sama seperti TH dan

YA, pasangan RA dan MT memiliki masalah dalam hal penyesuaian dengan pasangan.

Mereka juga harus saling menerima kondisi masing-masing yang menimbulkan perasaan

tidak nyaman dalam hubungan seksual.

Pada pasangan yang suaminya ditinggal mati atau cerai oleh pasangannya yang

pertama, biasanya mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan pasangan. Hal ini

disebabkan karena tidak mudah menghapus kenangan dengan pasangan yang lama.

Sedangkan bagi pasangan yang beda usia, hal ini akan lebih kompleks. Diantaranya

adalah Riberu (2008) yang mengatakan bahwa perbedaan usia yang sangat jauh akan

menciptakan banyak perbedaan dan bisa menimbulkan masalah, mulai dari pergaulan,

selera, dan cara memandang sesuatu, dimana kemampuan untuk saling menyesuaikan

diri dan memahami satu sama lain sangat diperlukan dalam perkawinan beda usia jauh

ini.

Dari paparan diatas, maka timbul persoalan yang perlu dikaji lebih dalam tentang

gambaran penyesuaian perkawinan pada pasangan janda dan duda yang menikah lagi.

Hal ini ditujukan agar pasangan janda dan duda mencapai kebahagian dan

kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, Peneliti merasa perlu mengadakan penelitian

(19)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah ,

yaitu ;

Bagaimana gambaran penyesuaian yang dilakukan pada pasangan yang remarried?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui gambaran penyesuaian yang dilakukan pada pasangan janda dan

duda yang remarried

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi konstribusi bagi perkembangan ilmu

psikologi, khususnya psikologi perkembangan terutama yang menyangkut topik tentang

penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menikah kembali.

2. Secara Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pasangan janda

dan duda yang menikah kembali akan proses penyesuaian pernikahan kembali sehingga

pernikahan tersebut lebih berarti. Disamping itu untuk memberikan informasi bagi pihak

keluarga lingkungan sekitar pasangan yang melakukan pernikahan kembali agar dapat

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perkembangan Tamadun Islam Di Andalus (711-1492M): Satu Sorotan Sejarah Menurut Sumber-Sumber Berbahasa Indonesia oleh Saifullah Mohd. Prosiding Simposium Tamadun Islam

Sebagai pelaku industri hili r di Indonesia, perlu ditingkatkan kerjasama, komilmen dan sinergi kegialan antara lembaga litbang, perguruan linggi dan industri

Alur pencarian solusi dengan algoritma genetika ini adalah dengan menampung semua solusi pada suatu populasi untuk didapatkan solusi yang terbaik pada generasi

Membahas mengenai sistem penjualan yang digambarkan dengan menggunakan Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship Diagram (ERD) dan Normalisasi yang kemudian diimplementasikan

Penggunaan Homepage itu sendiri sangatlah fleksibel karena jika terdapat penambahan atau pengurangan halaman web, maka Homepage dapat ditulis kembali, ditambah, dikurangi atau

Kartu Seminar PKL, PraSeminar (Biru) yang telah ditandatangani oleh Ketua Program Studi6. Tanda Terima Pengumpulan Laporan PKL dan

Mengulas bagaimana pemanfaatan driver dan mode grafis pada bahasa C di sebuah game, dan penerapannya ke dalam logika pemrograman. Game My Igo ini memiliki beberapa kelebihan