• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction from avocado leaves ethanol extract on Sparague-Dawley Rats

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction from avocado leaves ethanol extract on Sparague-Dawley Rats"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

A

DAN

ALP

AKTIVI

N ETIL

PUKAT

A

FAK

IN

TAS DIU

ASETA

(

Persea

SPRA

ARDLINA

KULTAS

NSTITUT

URETIK

AT EKST

america

AGUE-D

A RENI P

KEDOK

T PERTA

BOGO

2010

K FRAK

TRAK E

ana

Mill.

DAWLE

PUSPITA

KTERAN

ANIAN BO

OR

0

KSI HEK

ETANOL

.) PADA

EY

ASARI

HEWAN

OGOR

KSAN

L DAUN

A TIKUS

N

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, September 2010

(3)

ABSTRAK

ARDLINA RENI PUSPITASARI. Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley. Dibimbing oleh BAYU FEBRAM PRASETYO dan RINI MADYASTUTI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat pada tikus Sprague-Dawley. Penapisan fitokimia terhadap fraksi heksan dan etil asetat daun alpukat menunjukkan adanya kandungan flavonoid dan tanin. Sebanyak 30 ekor tikus digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu aquades sebagai kontrol negatif (A), furosemid 1.8 mg/kg bb sebagai kontrol positif (B), fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb (C) dan 300 mg/kg bb (D), serta fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb (E) dan 300 mg/kg bb (F) sebagai bahan yang akan diteliti. Metode Lipschitsz digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mencekokan setiap bahan dengan dosis 1 ml/100 gram bb. Aktivitas diuretik dievaluasi dengan mengukur volume, warna dan pH urin. Pengukuran volume urin dilakukan dengan melihat banyaknya urin yang dikeluarkan selama 24 jam. Fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 300 mg/kg bb menunjukkan hasil paling optimum dengan volume 24.7 ml yang didukung dengan warna urin yang paling muda.

(4)

ABSTRACT

ARDLINA RENI PUSPITASARI. Diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction from avocado leaves ethanol extract on Sparague-Dawley Rats. Under direction of BAYU FEBRAM PRASETYO and RINI MADYASTUTI.

The aim of this study is to determine diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves in Sprague-Dawley rats. The result of phytochemical screening on hexane and ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves showed the existing of flavonoid and tannin. Thirty rats were used in this study, divided into six groups: aquadest as normal control (A), furosemid 1.8 mg/kg bw as positive control (B), ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves 100 mg/kg bw (C) and 300 mg/kg bw (D), and hexane fraction of ethanol extract avocado leaves 100 mg/kg bw (E) and 300 mg/kg bw (F) as treatments which were studied. Lipschitsz method was applied in this study by taking each treatment material with doses 1 ml/100gram bw to the rats by orally. Diuretic activity was evaluated by measuring volume and pH of urine and observing urine’s color. Urine’s volume measured in 24 hours. Hexane fraction of ethanol extract avocado leaves 300 mg/kg bw showed the most optimum result with 24.7 ml urine’s volume and supported by urine’s color which was the brightest one.

(5)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atatu seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

AKTIVITAS DIURETIK FRAKSI HEKSAN

DAN ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT

(

Persea americana

Mill.) PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY

ARDLINA RENI PUSPITASARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley

Nama : Ardlina Reni Puspitasari

NIM : B04060334

Menyetujui,

Bayu Febram Prasetyo. S.Si, Apt, M.Si Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.Si Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui, Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan

Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2001

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas akhir dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul ”Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea amerciana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley”. Penyelesaian penelitian dan penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Suhadji dan Ibu Sri Warsiti, Mbak Fitri, Mbak Dini, Mas Anto, Mas Ferry, dan Mas Indra yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Bayu Febram Prasetyo, S.Si, Apt, M.Si dan Ibu Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Bapak Prof.drh.Arif Boediono, Ph.D dan ibu Dr.Ir.Etih Sudarnika, M.Si selaku dosen penguji pada Ujian Akhir Sarjana Kedokteran Hewan.

3. Bapak Dr. Bambang Kiranadi selaku dosen pembimbing akademik 4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Bagian Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi FKH IPB,

6. Haris Prayitno dan Dian Firnanda selaku teman penelitian saya yang telah membantu dalam proses penelitian dan skripsi. Teman-teman 43SCULAPIUS (Ical, Rista, Vivit, Isnia, Dana, Nirna, dll), Wisma Melati (Titis, Rias, Tina, Mbak Irma, Mbak Shelly, Noe, dll), serta teman-teman lain yang telah banyak membantu, mendoakan dan memotivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dikemudian hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

PENDAHULUAN ...1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Manfaat ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Alpukat (Persea americana Mill.) ... 3

Hewan Percobaan ... 5

Ginjal ... 6

Diuretik ... 8

Ekstraksi ... 10

Fraksinasi ... 11

Pelarut ... 11

METODE PENELITIAN ... 13

Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 13

Metode Penelitian ... 13

Analisis Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Penapisan Fitokimia ... 16

Aktivitas Diuretik ... 17

SIMPULAN DAN SARAN... 23

Simpulan... 23

Saran... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat dan heksan ekstrak etanol daun

alpukat ... 16 Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam ... 18 Tabel 3 pH urin awal perlakuan ... 21

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Tanaman alpukat ... 3

Gambar 2 Tikus putih galur Sprague-Dawley ... 5

Gambar 3 Struktur nefron ... 7

Gambar 4 Aktivitas diuretik selama 6 jam pertama... 19

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman sumber kekayaan hayati, sekitar 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan terdapat di Indonesia, dan lebih kurang 9.600 termasuk tanaman berkhasiat obat. Jumlah yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional baru sekitar 300 spesies (Depkes 2007). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tanaman, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM 2005).

Tanaman obat sudah dikenal masyarakat secara turun temurun sejak dahulu. Penggunaan obat herbal mempunyai efek samping yang minimum jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (Sari 2006).

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tanaman obat tidak lagi sesuai apabila digunakan dalam bentuk utuh, tetapi dimanfaatkan dalam bentuk ekstrak, yaitu sari yang dibuat dengan menambahkan pelarut yang sesuai. Berdasarkan informasi empiris terdapat beberapa tanaman obat yang memiliki aktivitas diuretik antara lain alang-alang, tempuyung, alpukat, mengkudu, pepaya dan lain-lain (Ceppy 2002). Penggunaan diuretik mampu mengatasi penyakit gagal jantung kongesti, sindrom nefritis, sirosis, gagal ginjal, hipertensi, toksemia kebuntingan (Agunu et al. 2005), edema, diabetes insipidus, batu ginjal, dan hiperkalsemia (Ceppy 2002).

(15)

daunnya (Prihatman 2000). Fungsi lain dari daun alpukat menurut penelitian adalah antimikroba (Flores et al. 2009), menurunkan glukosa darah, mempengaruhi metabolisme lipid saat hiperkolesterolemia (Brai et al. 2007), diuretik (Wientarsih et al. 2008), vasorelaksan (Owolabi et al. 2005), dan menurunkan tekanan darah (Ojewole et al. 2007). Biji buah alpukat juga dapat digunakan menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan kolesterol (Imafidon et al. 2010; Anaka et al. 2009), meningkatkan glukosa darah, antihiperglikemik (Edem 2009), dan antihiperlipidemia (Asaolu et al. 2010).

Bagian tanaman alpukat yang digunakan sebagai diuretik adalah daun. Menurut Adha (2009), kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun alpukat adalah flavonoid, tanin, dan kuinon. Penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas diuretik fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus Sprague-Dawley.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik dari fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus galur Sprague-Dawley, melalui parameter volume, pH, dan warna urin, serta melihat pada dosis fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat berapa yang mampu memberikan aktivitas diuretik terbaik.

Manfaat

(16)

Alpukat ( Tana yaitu Mek dunia, ter Meksiko Indian bar apokat (Ja abate (Por Ada K K O F G S

(Persea ame aman alpuk ksiko, Peru, rmasuk Indo

(Persea dry rat (Persea a awa), alpuke

rtugal), dan apun taksono Kingdom : P Kelas : D Ordo : L Famili : L Genus : P Spesies : P

TINJ

ericana Mil kat merupak

, hingga Ve onesia. Ter ymifolia), t americana) et (Sunda), n aguacate p

omi alpukat Plantae Dicotyledon Laurales Lauraceae Persea Persea amer Gamb

JAUAN P

ll.) kan tanama enezuela. T rdapat tiga tipe Guatem ) (Sunarjono avocado pe

palta (Spany t dalam Prih

ne

ricana Mill

bar 1 Tanam

PUSTAKA

an yang ber Tanaman ini tipe alpuka mala (Perse

o 2008). Alp ear (Inggris) yol) (Dalim hatman (200

l.

man alpukat

A

rasal dari A i telah men

at yang dik ea guatelam

pukat diken ), poire d’av martha 2008)

00) adalah s

t.

Amerika Te nyebar di se kenal, yaitu mensis), dan nal dengan i

(17)

Alpukat merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Pohonnya berkayu dan sosoknya seperti kubah sehingga dari jauh tampak menarik. Kayunya keras dan tidak bergetah. Daunnya panjang (lonjong) tersusun seperti pilin, terpusat pada ujung ranting (Sunarjono 2008). Menurut Dalimartha (2008), daunnya tunggal, tebal seperti kulit, bertangkai dengan panjang 1.5-5 cm, dan terletak berdekatan dengan ujung ranting. Helaian daun berbentuk bulat lonjong sampai bulat telur memanjang, mempunyai ujung dan pangkal daun runcing, bagian tepi rata tetapi kadang-kadang menggulung ke atas. Daun bertulang menyirip dengan panjang 10-20 cm dan lebar 3-10 cm. Daun muda berwarna kemerahan dan berambut rapat, sedangkan daun tua berwarna hijau dan tidak berambut. Umumnya percabangannya jarang dan arahnya horizontal. Bunga alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Bunganya sempurna (dalam satu bunga terdapat putik dan benang sari), tetapi tidak serempak. Bunga berwarna putih (Sunarjono 2008).

Kandungan kimia yang terdapat dalam buah adalah saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, asam folat, asam pantotenat, niasin, vitamin, dan mineral. Kandungan serat dan asam lemak tak jenuh tunggal dalam buah dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol tinggi dalam darah. Bersama dengan vitamin C, vitamin E dan glutation, asam lemak tak jenuh tunggal dapat melindungi pembuluh darah arteri dari kerusakan oleh adanya timbunan LDL. Niasin bekerja mempengaruhi aktivitas enzim lipoprotein lipase yang mengakibatkan penurunan produksi VLDL di hati yang berakibat penurunan kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida. Selain itu, niasin ini juga dapat meningkatkan HDL. Kandungan yang terdapat dalam daun alpukat adalah saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, senyawa sterin, gula d-persit, dan gula alkohol (Dalimartha 2008).

(18)

Hewan Pe Men dipelihara mengemba laboratorik mencit, tik Tiku mudah dip macam pe galur Spra adalah be panjang d besar dan dari tikus (Malole et

ercobaan nurut Malo a atau senga angkan ber k. Beberapa kus, marmo

Gam

us (Rattus n pelihara, me enelitian. T ague-Dawle erwarna alb dari badanny

ekor lebih putih dan t al. 1989).

ole et al. aja diternakk rbagai bidan a hewan cob

t, hamster,

mbar 2 Tik

norvegicus) erupakan he Terdapat be ey, Wistar, bino putih, ya. Ciri-ciri h pendek. C memiliki w

(1989), he kan sebagai ng ilmu da ba yang digu

dan primata

kus putih ga

) telah dike ewan yang eberapa galu

Long-Evan kepala kec i dari tikus Ciri-ciri dari warna hitam

ewan perco i hewan mo lam skala p unakan untu a.

alur Sprague

etahui sifat-relatif seha ur tikus ya ns. Ciri-ciri

cil, dan me Wistar ada i tikus Lon m pada kepa

obaan adala odel untuk m

penelitian a uk penelitia

e-Dawley.

-sifatnya de at dan cocok ang umum

dari tikus empunyai e alah ditanda ng-Evans ad ala dan tubu

ah hewan mempelajar atau pengam an adalah ke

engan semp k untuk ber digunakan Sprague-Da ekor yang ai dengan k dalah lebih uh bagian d

(19)

Ginjal

Ginjal mempunyai fungsi utama untuk mengekskresikan produk sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan seperti urea, asam urat, dan kreatinin. Ginjal juga berperan dalam proses homeostasis (pengaturan garam dan kandungan elektrolit serta volume cairan ekstraselular) dan juga keseimbangan asam basa (Rang et al. 1995). Proses homeostasis dapat dipertahankan dengan menyeimbangkan asupan yang masuk dalam tubuh dengan air dan elektrolit yang diekskresikan. Ginjal dapat juga berperan menyeimbangkan asam basa, bersama dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh akan mengekskresikan asam seperti asam sulfur dan asam fosfat serta mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh (Guyton et al. 2007).

Menurut strukturnya ginjal terdiri dari kortek, medula, dan pelvis yang kosong sampai ureter. Unit terkecil dari ginjal adalah nefron (Gambar 3), berjumlah sekitar 1.3 x 106. Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul (Rang et al. 1995). Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu saat terjadi trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap.

Glomerulus

(20)

P bebas yang t konsen dengan Bowm reabso dari ka Tubul T yang m yang s tubulu descen di tubu sangat semula Segme B proksi Pembentuka protein dar terdapat dal ntrasi zat p n plasma. C man dan men orpsi air dan apiler peritu lus Proksim Tubulus pro mengalir da sama, sehin us tetap iso nden dari an

ulus menca t hipertonik a) (Guyton en Ascende Bagian asc malis yang Gambar 3

an urin dim i kapiler glo lam plasma

ada filtrat g Cairan akan

ngalir melew n zat larut s ubulus ke da malis

oksimalis m ari glomerul

gga hanya s oosmotik te

nsa Henle, a apai keseim k (sekitar d et al. 2007) en Ansa He cenden dari g banyak m

3 Struktur ne

mulai dengan omerulus ke a, kecuali pr

glomerulus n mengalam wati tubulu spesifik kem alam tubulu merupakan lus. Zat terl sedikit terja erhadap pla air direabso mbangan den dua sampai ). enle

i ansa Hen ereabsorpsi

efron (Dave

n filtrasi se e kapsula B rotein, difil dalam kap mi perubahan

s. Hal ini di mbali ke da us (Guyton e

tempat reab arut dan air adi perubah

sma. Ketik orpsi melalu ngan cairan i empat ka

nle merupa i natrium, k

ey 2010).

ejumlah cair Bowman. Se ltrasi secara sula Bowm n ketika kel isebabkan k rah atau sek et al. 2007)

bsorpsi zat r direabsorp han osmolar ka cairan m ui proses osm

n interstisia li osmolari

akan lanjut kalium, dan

ran yang ha ebagian bes a bebas seh man hampir

luar dari ka karena terja kresi zat-za .

t terlarut da psi dalam ju ritas, yaitu c melewati se

mosis dan c alis medula itas filtrat g

tan dari tu n klorida, n

(21)

impermeabel terhadap air walaupun terdapat banyak ADH (anti diuretik hormon). Hal ini menyebabkan cairan menjadi lebih encer (hipoosmotik) ketika memasuki awal tubulus distal (Guyton et al. 2007).

Tubulus Distal

Ketika cairan pada bagian awal tubulus distal melewati bagian akhir tubulus kontortus distal, duktus koligentes kortikolis, dan duktus koligentes mengalami proses reabsorpsi terhadap natrium klorida. Bagian tubulus ini impermeabel terhadap air karena tidak ada ADH. Selain itu, zat-zat terlarut direabsorpsi sehingga cairan tubulus menjadi lebih encer (Guyton et al. 2007). Duktus koligentes

Duktus koligentes terdiri dari dua bagian yaitu, bagian kortikal dan bagian medulla yang akan mengalirkan cairan filtrat dari kortek menuju pelvis renalis. Di duktus koligentes ini akan terjadi perubahan osmolalitas dan volume yang bergantung pada banyaknya vasopresin yang bekerja di duktus ini. Hormon antidiuretik ini berasal dari kelenjar hipofisis yang akan meningkatkan permeabilitas duktus koligentes terhadap air melalui pembentukan cepat kanal air aquoporin-2 di membran luminal sel prinsipal (Ganong 2002).

Diuretik

Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Diuretik dapat meningkatkan penyaringan natrium (natriuresis) yang diikuti ion (biasanya Cl-) pada penggunaan secara klinik. Natrium klorida yang berada dalam tubuh menentukan volume cairan ekstraseluler dan pada pengaplikasian klinis, secara langsung mengurangi volume cairan ekstraseluler dengan menurunkan kandungan NaCl dalam tubuh (Parial et al. 2009).

(22)

mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatitis (Neal 2005). Diuretik bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi ion-ion Na+, Cl-, atau HCO3-, yang merupakan elektrolit utama dalam cairan

ekstrasel. Diuretik juga menurunkan reabsorpsi elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif (Siswandono et al. 1995). Menurut Sunaryo (2003), fungsi utama diuretik adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan elektrolit sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.

Secara umum diuretik dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat mekanisme transport elektrolit dalam tubuli ginjal. Diuretik osmotik merupakan zat bukan elektrolit yang mudah dan dapat diekskresikan oleh ginjal (Sunaryo 2003), sedangkan menurut Siswandono et al. (1995) diuretik osmotik merupakan senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa (menghambat reabsorpsi air dan zat elektrolit). Diuretik osmotik mempunyai efek samping berupa gangguan keseimbangan elektrolit, pandangan kabur, dehidrasi, takikardia, dan nyeri kepala (Siswandono et al.1995).

Beberapa jenis obat yang menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal dalam Sunaryo (2003) terdiri dari:

a) Penghambat karbonik anhidrase

Kabonik anhidrase adalah enzim yang mengatalisis reaksi antara karbondioksida dan uap air ( CO2 + H2O H2CO3 ). Enzim ini terdapat

dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit, dan sistem saraf pusat, namun tidak terdapat di dalam plasma. Enzim ini dapat dihambat aktivitasnya oleh sianida, azida, dan sulfida, serta derivat sulfonamide seperti asetazolamid dan diklorofenamid (Sunaryo 2003). Kerugian dari inhibitor karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis akibat hilangnya ion-ion bikarbonat yang keluar bersama urin secara berlebihan (Guyton et al.2007).

b) Benzotiadiazid

(23)

dalam urin disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada tubuli distal (Sunaryo 2003).

c) Diuretik hemat kalium

Diuretik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada tubulus distal. Aldosteron menstimulsi reabsorpsi Na+ yang mengarahkan ion K+ dan H+ ke dalam lumen. Diuretik menurunkan reabsropsi Na+ dengan mengantagonis aldostreron atau memblok kanal Na+. Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus menurun sehingga eksresi K+ berkurang (Neal 2005). Diuretik hemat kalium mempunyai beberapa kelompok, diantaranya antagonis aldosteron, triamteren, dan amilorid (Sunaryo 2003). Kerugian dari diuretik ini dapat menyebabkan hiperkalemia akut, terutama pada pasien gangguan gagal ginjal (Neal 2005). d) Diuretik kuat

Diuretik kuat mempunyai daya kerja yang sangat kuat daripada diuretik lainnya. Diuretik kuat disebut juga sebagai loop diuretik, karena bekerja di segmen epitel tebal ansa Henle ascenden. Beberapa contoh kelompok ini diantaranya adalah asam etakrinat, furosemid, dan bumetanin. Secara umum diuretik kuat bekerja dengan cara menghambat reabsropsi elektrolit di ansa Henle ascendens segmen epitel tebal (Sunaryo 2003).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut (solut) diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi dapat memindahkan dua atau lebih zat berdasar perbedaan koefisian distribusi. Bila zat yang satu memiliki koefisien distribusi yang jauh lebih besar dari yang satu, sedangkan yang lainnya jauh lebih kecil dari yang satu, pemisahan yang hampir sempurna sudah dapat dicapai hanya dengan ekstraksi tunggal (Nur et al. 1989).

Fraksinasi

(24)

metode fraksinasi tergantung beberapa faktor diantaranya, adanya substansi alami yang terdapat dalam ekstrak, pemisahan fraksi seketika, manfaat, harga peralatan dan bahan yang diperlukan, serta keamanan (Houghton et al. 1998).

Pelarut

Pelarut adalah cairan yang digunakan dalam proses pemecahan ikatan suatu persenyawaan untuk selanjutnya membentuk suatu larutan. Energi yang dibutuhkan untuk memecahkan ikatan ini diambil dari energi yang dilepaskan karena terbentuknya ikatan antara partikel yang dilarutkan dengan pelarut. Pemecahan ikatan persenyawaan membutuhkan energi yang cukup besar karena persenyawaan yang berikatan ion hanya larut di dalam air atau pelarut yang sangat polar lainnya. Hal itu juga terjadi pada persenyawaan kovalen polar yang hanya larut dalam pelarut polar dan persenyawaan kovalen non polar hanya larut dalam persenyawaan non polar (Winarno et al. 1973).

Etil asetat

Etil asetat merupakan senyawa ester dengan rumus kimia CH3COOC2H5.

Etil asetat dihasilkan dari reaksi antara etanol (etil alkohol) dengan asam asetat. Pelarut ini digunakan sebagai pelarut dan obat-obatan (Basri 2005) dengan berat jenis 0.90 pada suhu 27 0C (Patil et al. 2009). Menurut Wilson et al. (1982), etil asetat, ester asetat, nafta vinegar, di dapat secara destilasi lambat campuran etil alkohol, asam asetat, dan asam sulfat. Cairan tidak berwarna, transparan, bau harum, segar dan sedikit seperti aseton dan rasa aneh, seperti aseton dan membakar. Etil asetat dapat bercampur dengan eter, alkohol dan minyak lemak dan atsiri. Etil asetat sekarang digunakan secara luas dalam industri sebagai pelarut. Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel (Harborne 1987). Heksan

Heksan merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan rumus kimia CH3(CH2)4CH3. Termasuk dalam alkana, berbentuk cairan beruap, tidak

(25)

termasuk dalam senyawa non polar sehingga gaya tarik antara molekul lemah. Heksan memiliki berat yang lebih ringan dari air dan titik didihnya adalah 69

0

(26)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2009, bertempat di Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, dan Laboratorium Metabolit, Departemen Anantomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian Pengumpulan Bahan

Daun alpukat yang sudah tua diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor yang sudah dilakukan determinasi.

Pembuatan Simplisia

Daun alpukat dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih dan ditiriskan. Daun alpukat dikeringkan dengan oven pada suhu 40 0C, setelah kering daun dibersihkan, bila masih terdapat kotoran yang mungkin tertinggal saat pencucian. Daun yang telah kering kemudian digiling dan diayak kemudian disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat.

Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Alpukat

(27)

Pembuatan Fraksi Heksan Ekstrak Etanol Daun Alpukat

Ekstrak etanol yang diperoleh di atas kemudian dipartisi (cair-cair) dengan menggunakan corong pisah dengan pelarut heksan (1:1) sampai diperoleh dua lapisan terpisah (lapisan air dan heksan). Lapisan heksan dipisahkan dan ditampung.

Pembuatan Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat

Ekstrak etanol yang diperoleh di atas kemudian dipartisi (cair-cair) dengan menggunakan corong pisah dengan pelarut etil asetat (1:1) sampai diperoleh dua lapisan terpisah (lapisan air dan etil asetat). Lapisan etil asetat dipisahkan dan ditampung.

Rancangan Penelitian

Desain penelitian aktivitas diuretik dilakukan dengan metode Lipschitz (1943) dalam Adha (2009). Perlakuan dilakukan pada 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang ditempatkan dalam kandang metabolit yang terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Kelompok 1 merupakan kontrol normal (A) yang diberi aquades, 2. Kelompok 2 merupakan kontrol positif (B) yang diberi furosemid,

3. Kelompok 3 (C) yang diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat dosis 100 mg/kg bb,

4. Kelompok 4 (D) yang diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat dosis 300 mg/kg bb,

5. Kelompok 5 (E) yang diberi fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat dosis 100 mg/kg bb,

6. Kelompok 6 (F) yang diberi fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat dosis 300 mg/kg bb.

(28)

Analisis Data

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat. Fraksinasi dilakukan dengan mengocok larutan ekstrak etanol daun alpukat ditambah pelarut dengan perbandingan 1:1 yang kemudian terbentuk dua fase yang berbeda warna.

Penelitian ini menggunakan fraksinasi cair-cair, yaitu menggunakan ekstrak etanol daun alpukat dan pelarut heksan serta etil asetat. Hasil yang diperoleh pada Tabel 1 dengan menggunakan pelarut etil asetat dan heksan menunjukkan bahwa kandungan daun alpukat dengan dua pelarut mengandung flavonoid dan tanin. Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun

alpukat

Jenis pelarut Metabolit sekunder

Heksan Flavonoid, Tanin

Etil asetat Flavonoid, Tanin

Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Golongan flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan akan tetap berada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang akan berubah warna bila ditambah basa atau amonia, sehingga mudah dideteksi pada kromatografi atau dalam larutan (Harborne 1987). Flavonoid mempunyai sejumlah gugus hidroksil atau gula yang cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dan lain-lain. Sebaliknya aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon, dan flavonol cenderung lebih mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform (Markham 1988).

Flavonoid berfungsi sebagai vasodilatasi, menghambat reseptor adrenergik (Koffi et al. 2009), hipoglikemik (Chandrika et al. 2006), dan bekerja sebagai stimulan pada jantung dalam dosis kecil, diuretik dan antioksidan pada lemak apabila flavon terhidrolisis (Sirait 2007; Ebrahimzadeh et al. 2008).

(30)

dibedakan menjadi tanin terkondensasi dan terhidrolisis. Tanin terhidrolisis dapat memetabolisis senyawa lebih lanjut seperti pirogalol yang beracun bagi ruminansia. Tanin terkondensasi dapat membantu mengontrol parasit dalam gastrointestinal dan mampu mengikat protein serta molekul lain pada pH mendekati normal (Min et al. 2003). Tanin memperlihatkan aktivitas antivirus, antibakterial, dan antitumor. Tanin juga dilaporkan mampu menghambat replikasi HIV secara selektif dan sebagai diuretik (Aiyelaagbe et al. 2009).

Menurut Jouad et al. (2001) dan Zeggwagh et al. (2007), pemberian flavonoid menunjukan peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus yang dapat meningkatkan eliminasi elektrolit melalui urinasi. Peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus bersamaan dengan peningkatan diuresis. Peningkatan pengeluaran urin timbul secara sekunder akibat inhibisi reabsorpsi natrium tubulus karena natrium yang tersisa bekerja secara osmotik untuk menurunkan reabsorpsi air (Guyton et al. 2007).

Laju filtrasi ditentukan oleh daya hidrostatik membran glomerulus dan koefisien filtrasi kapiler glomerulus. Koefisien filtrasi kapiler glomerulus merupakan hasil konduktivitas hidrolik dan area permukaan kapiler tubulus. Peningkatan koefisien filtrasi akan meningkatkan GFR dan penurunan koefisien filtrasi akan menurunkan GFR. Perubahan tekanan hidrostatik glomerulus merupakan alat pengatur GFR secara fisiologis. Tekanan hidrostatik glomerulus ditentukan oleh tiga variabel, yaitu tekanan arteri, tahanan arteriol aferen, dan tahanan arteriol eferen (Guyton et al. 2007). Flavonoid yang berfungsi sebagai vasodilatator bekerja pada tahanan arteriol aferen yang akan meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR. Diduga aktivitas diuretik pada fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat karena adanya flavonoid dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat.

Aktivitas Diuretik

(31)

furosemid 1.8 mg/kg bb sebagai kontrol positif, fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb, serta fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb sebagai bahan yang akan diteliti. Setiap kelompok terdiri dari lima tikus. Pemberian bahan coba pada kelompok perlakuan dilakukan secara peroral menggunakan sonde lambung termasuk saat pemberian loading dose. Selain volume urin, variabel yang di ukur adalah pH dan warna.

Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam

Jam ke-

Volume urin (ml)

Aquadest (A)

Furosemid (B)

EA dosis 100mg/kg

bb (C)

EA dosis 300mg/kg bb

(D)

Heksan dosis 100mg/kg bb

(E)

Heksan dosis 300mg/kg

bb (F)

1 0.56±0.74a 1.04±0.71ab 5.94±0.97c 6.52±1.46c 3.32±2.75b 6.66±3.24c

2 4.44±1.13a 5.14±1.40a 9.40±0.78a 10.36±1.23a 7.48±1.75a 10.68±1.19a

3 7.04±0.20a 8.46±0.59a 12.26±1.04a 13.74±0.88a 9.50±0.95a 15.56±1.64b

4 7.88±0.73a 9.50±1.13ab 14.42±0.64bc 16.02±0.72c 10.50±1.14ab 18.66±0.70c

5 8.12±0.21a 10.08±0.39ab 15.70±0.82bc 17.36±0.48bc 11.64±0.99bc 20.48±0.71c

6 8.26±0.17a 10.60±0.38ab 17.14±0.54cd 18.46±0.58bcd 12.38±0.68abc 22.14±0.84d

24 9.48±0.44a 12.10±0.28ab 20.36±1.33c 20.52±1.45a 13.82±0.21ab 24.70±1.60bc

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan dari pengeluaran urin pada tiap perlakuan (P<0.05).

Hasil analisis aktivitas diuretik selama 24 jam ditunjukkan pada Tabel 2. Aktivitas diuretik pada jam ke-1 menunjukkan kelompok C, D dan F terjadi perbedaan yang nyata terhadap perlakuan A. Ketiga kelompok ini memiliki onset untuk mempengaruhi pengeluaran urin (diuretik) pada jam pertama. Kelompok F menunjukkan perbedaaan yang nyata terhadap semua kelompok termasuk kelompok A sebagai kontrol normal perlakuan pada jam ke-3 (p<0.05). Hal ini memperlihatkan bahwa dengan pemberian heksan 300 mg/kg bb mampu meningkatkan aktivitas diuretik.

(32)

Furo obat pemb dan meng ascenden et al. 20 tertinggi p bekerja da jam. Berd hanya sam nyata untu masih me saling ber jam ke-24 berkurang etanol frak cairan hip beban air 0 5 10 15 20 25 volume   (ml) osemid digu banding dal gekskresikan ansa Henle 07). Tabel pada jam k alam 0.5 sa

dasarkan ha mpai jam ke uk setiap pe enunjukkan rinteraksi an 4 sudah me gnya cairan

ksi etil aset potonik yan (Ganong 20 Gam 1 unakan seba lam respon

n Na+ deng (Nalwaya e 2 menunj ke-2. Menu ampai 2 jam

asil analisis e-2, hal ini d

erlakuan (P perbedaan ntar setiap p engalami pe

yang telah tat daun alp ng diminum 002).

mbar 4 Akti

2 3

wa

agai diureti famakologi gan mengha

et al. 2009) jukkan fur urut Siswan m setelah p

pada Tabe dapat diliha P>0.05). Jam yang nyat perlakuan. A enurunan ju

difiltrasi a pukat sudah m akan terj

vitas diuret

4 5

aktu (jam)

ik pada pra i. Obat ini m ambat Na+, ), serta men osemid me ndono et al emberian o

el 2 aktivita at dengan ad m ke-3 sam ta terhadap

Aktivitas ur umlah urin. atau dengan h menurun.

adi pada 1

tik selama 6 6

aktek klinik meningkatk , K+, dan C nurunkan uri engalami a

l. (1995), f oral, dengan

as urinasi op danya perbe mpai jam ke

kelompok rinasi dari j Hal ini dis n kata lain e Diuresis y 5 menit se

6 jam awal.

k sebagai st kan produks Cl- pada se inasi K+ (L aktivitas diu

furosemid m n masa kerj

(33)

Etil AAsetat 100mg/ (C) Berd adanya pe perlakuan kontrol po menunjuk diuretik te dosis pad pada tikus Se Tikus yan mg/kg bb, secara ber kuning pu Wa dihasilkan hemoglob EA 100 Etil /kg bb dasarkan G eningkatan karena A ositif menu kkan kenaik ertinggi terd a suatu fra s sehat.

lain volume ng diberi aq , heksan 10 rturut-turut ucat.

G

arna urin n tergantung in). Urin y

Aquades (A

l Asetat 300m (D)

ambar 4 da volume ur sebagai kon unjukkan p kan volume dapat pada h aksi mempe

[image:33.595.93.518.69.809.2]

e urin, vari quades, furo 00 mg/kg bb adalah cokl

Gambar 5 W

normal ad g konsentra yang tidak

A)

mg/kg bb H

apat dilihat rin. Perlaku ntrol norma eningkatan e urin seja heksan 300 engaruhi pe

iabel lain ya osemid, etil b, dan heks lat tua, kuni

Warna urin p

dalah kuni si pigmen u berwarna c

Furosemid

Heksan 100mg (E)

bahwa seti uan pada A al. Furosem

yang sign ajar dengan

mg/kg bb. M eningkatan

ang diukur l asetat 100 an 300 mg/ ing, kuning

pada tiap per

ing-kekunin urokrom (za cenderung s

(B)

g/kg bb

iap perlakua A lebih ren mid yang dig

nifikan. Kee n kontrol p Menurut Ra volume uri

adalah war 0 mg/kg bb /kg bb mem g, kuning pu

rlakuan.

ngan. Setia at empedu h sangat cair

Heksan 300m (F)

an menunju ndah dari s

gunakan se empat perla positif. Akt

athi et al. (2 in dan elek

rna dan pH b, etil aseta miliki warna

ucat, kuning

ap warna hasil pemec (Schrier 2

(34)

Banyaknya volume urin yang dikeluarkan (diuresis) akan mempengaruhi warna urin yang terbentuk yaitu semakin banyak urin yang diekskresikan dalam satu waktu akan menghasilkan warna urin yang semakin jernih.

Ginjal yang berfungsi mengatur keseimbangan asam-basa berperan penting dalam mengoreksi abnormalitas konsentrasi H+ cairan ekstrasel dengan mengekskresikan asam atau basa pada kecepatan yang bervariasi. Ginjal mengatur asam-basa bersama dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh dengan cara mengatur pengaturan dapar cairan tubuh (Guyton et al. 2007).

Pegaturan asam-basa oleh ginjal dengan cara mengeksresikan urin yang asam atau basa. Apabila sejumlah HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam

tubulus dan bila HCO3- dieksresikan kedala urin, maka akan menghilangan basa

dari darah. Sebaliknya, bila sejumlah H+ dieksresikan kedalam urin, maka akan menghilangan asam dari darah (Guyton et al. 2007). Urin tikus mempunyai pH normal antara 7.3 sampai 8 (Nor et al. 2009).

Tabel 3 pH urin awal perlakuan

Perlakuan pH Aquades 7 Furosemid 6

Etil asetat 100 mg/kg bb 6.8

Etil asetat 300 mg/kg bb 6.6

Heksan 100 mg/kg bb 7

Heksan 300 mg/kg bb 6.8

Tabel 3 menunjukkan ukuran pH dari semua perlakuan. Tingkat keasaman pada masing-masing perlakuan seperti aquades sebesar 7; furosemid 6; etil asetat 100 mg/kg bb sebesar 6.8; etil asetat 300 mg/kg bb sebesar 6.6; heksan 100 mg/kg bb sebesar 7; dan heksan 300 mg/kg bb sebesar 6.8. Berdasarkan data tersebut setiap perlakuan mempunyai pH yang hampir sama. Rendahnya pH urin yang dihasilkan dapat disebabkan peningkatan ekskresi asam, lemahnya bufer urin, atau keduanya (Maalouf et al. 2007).

(35)

menimbulkan peningkatan sekresi H+ serta reabsorbsi bikarbonat. Perubahan ini menyebabkan terjadinya alkalosis (Guyton et al. 2007).

Daun alpukat selain memiliki flavonoid yang mempengaruhi aktivitas diuretik juga memliki kandungan kalium (Adha 2009). Penumpukan kalium yang berlebih dalam darah merangsang kerja Na-K ATPase untuk menurunkan sekresi H+ dan reabsorsi HCO3- yang cenderung menyebabkan asidosis (Guyton et al.

2007).

(36)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penapisan fitokimia terhadap fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat diperoleh daun alpukat mengandung flavonoid dan tanin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan fraksi heksan dengan dosis 300 mg/kg bb mempunyai tingkat diuretik tertinggi daripada perlakuan yang lain. Peningkatan dosis pada setiap perlakuan berbanding lurus terhadap aktivitas diuretik hewan, hal ini menunjukkan bahwa fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat mampu digunakan sebagai diuretik.

Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adha AC. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Aktivitas Diuretik Tikus Putih Jantan Sprague-Dawley [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Agunu A, Abdurahman EM, Andrew GO, Muhammed Z. 2005. Diuretic activity of the Stem-Bark Extracts of Steganotaenia araliaceahoehst. Journal of Ethnopharmacol 96: 471-5.

Aiyelaagbe OO, Osamudiamen. 2009. Phytochemical Screening for Active Compounds in Mangifera indica Leaves from Ibadan, Oyo State. Plant Sciences Research 2(1): 11-13.

Anaka ON, Ozolua RI, Okpo SO. 2009. Effect of the Aqueous Seed Extract of Persea americana Mill. (Lauraceae) on the Blood Pressure of Sprague-Dawley Rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology 3(10): 485-490.

Anonim. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Asaolu MF, Asaolu SS, Olugbenga OA, Aluko BT. 2010. Hypolipemic Effects of Methanolic Extract of Persea americana Seeds in Hypercholestrolemic Rats. Journal of Medicine and Medical Sciences 1(4): 126-128.

Badan POM. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/LAMP_CPOTB.pdf [ 26 April 2010].

Basri S. 2005. Kamus Kimia. Ed ke-3. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Brai BIC, Odetola AA, Agomo PU. 2007. Hypoglycemic and Hypocholesterolemic Potential of Persea americana Leaf Extracts. Journal of Medicinal Food 10(2): 356-360.

Brieger G. 1969. A Laboratorium Manual for Modern Organic Chemistry. New York: Oakland.

Ceppy S. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. Chandrika UG, Wedage WS, Wickramasinghe SMDN, Fernando WS. 2006.

Hipoglycaemic Action of The Flavonoid Fraction of Artocarpus heterophyllus leaf. Afr. J. Traditional CAM 3(2): 42-50.

Cheremisinoff NP, Archer WL. 2003. Industrial Solvents Handbook. 2nd ed. New York: Marcel Dekker.

(38)

[Depkes]. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ebrahimzadeh MA, Pourmorad F, Bekhradnia AR. 2008. Iron Chelating Activity, Phenol and Flavonoid Content of Some Medicinal Plants from Iran. African Journal of Biotechnology 7(18): 3188-3192.

Edem DO. 2009. Hypoglycemic Effect of Ethanolic Extracts of Alligator Pear Seed (Persea americana Mill.) in Rats. Europan Journal of Scientific Research 4: 669-678.

Flores RG, Quintana CA, Licea RQ, Guerra PT, Guerra RT, Cuevas EM, Padillah CR. 2008. Antimicrobial Activity of Persea americana Mill. (Lauraceae) (Avocado) and Gymnosperma glutinosum (Spreng.) Less (Asteraceae) Leaf Extracts and Active Fractions Against Mycobacterium tuberculosis. American-Eurasian Journal of Scientific Research 3(2): 188-194.

Galati EM, Tripodo MM, Trovato A, Miceli N, Monforte MT. 2002. Biological Effect of Opuntia ficus indica (L.) Mill. (Cactaceae) Waste Matter Note 1: Diuretic Activity. Jounal of Ethnopharmacology 79: 17-21.

Ganong WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Brahm UP, editor. Jakarta: ECG. Terjemahan: Review of Medical Physiology. 20th ed.

Gowda S, Satish, Mahesh, Kumar V. 2009. Study on the Diuretic Activity of Cynodon dactylon Root Stalk Extract in Albino Rats. Research J. Pharm. and Tech 2(2): 338-340.

Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Irawati dkk, penerjemah. Jakarta: ECG. Terjemahan: Textbook of Medical Physiology. 11th ed.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Kosasih P & Iwan S, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan: Phytochemical Methods.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extracts. London: Chapman & Hall.

Imafidon KE, Amaechina FC. 2010. Effects of Aqueous Seed Extract of Persea americana Mill. (Avocado) on Blood Pressure and Lipid Profile in Hypertensive Rats. Advances in Biological Research 4(2): 116-121.

Jouad H, Lacaille-Duboisb MA, Lyoussic B, Eddouks M. 2001. Effects of The Flavonoids Extracted from Spergularia purpurea Pers. on Arterial Blood Pressure and Renal Function in Normal and Hypertensive Rats [Abstract]. Journal of Ethnopharmacology 76: 159-163. http://www.sciencedirect.com /science/journal/03788741 [1 Juli 2010].

(39)

Krobou Populations of Agboville (Côte-d’Ivoire). European Journal of Scientific Research 35(1): 85-98.

Lahlou S, Tahraoui A, Israili Z, Lyouss B. 2007. Diuretic Activity of The Aqueous Extracts of Carum carvi and Tanacetum vulgare in Normal Rats. Journal of Ethnopharmacology 110: 458-463.

Maalouf NM, Cameron MA, Moe OW, Adams-Huet B, Sakhaee K. 2007. Low Urine pH: A Novel Feature of The Metabolic Syndrome. Clinical Journal of The American Society of Nephrology 2: 883-888.

Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.

Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih P, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan: Techniques of Flavonoid Identification.

Min BR, Hart SP. 2003. Tannins for Suppression of Internal Parasites. Journal of Animal Science 81(E. Suppl. 2): 102-109.

Nalwaya N, Jarald EE, Asghar S, Ahmad S. 2009. Diuretic Activity of a Herbal product UNEX. International Journal of Green Pharmacy 224-226.

Neal MJ. 2005. Farmakologi Medis. Surapsari J, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan: Medical Pharmacology at a Glance.

Nor NMD, Yatim AM, Said M. 2009. Blood and Urine Profiles of Spontaneous Hypertensive Rats Supplemented with Pink Guava (Psidium guajava) Puree. Sains Malaysiana 38(6): 929–934.

Nur MA, Adijuwana H.1989. Teknik Pemisahan dalam Analisis Biologis. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.

Nurmillah OY. 2009. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang dan Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ojewole J, Kamadyaapa DR, Gondwe MM, Moodley K, Musabayane CT. 2007.

Cardiovascular Effects of Persea americana Mill (Lauraceae) (Avocado) Aqueous Leaf Extractin Experimental Animals. Cardiovascular Journal of South Africa 18(2): 69-76.

Owolabi MA, Jaja SI, Coker HA. 2005. Vasorelaxant Action of Aqueous Extract of the Leaves of Persea americana on Isolated Thoracic Rat Aorta. Fitoterapia 76: 567-573.

(40)

Patil UK, Muskan K. 2009. Essential of Biotechnology. New Delhi: International Publishing House.

Prihatman K. 2000. Alpukat. http://www.ristek.go.id [ 17 Desember 2009]. Rang, Ritter, Dale. 1995. Pharmacology. London: Tottenham Court Road.

Rathi BS, Baheti AM, Khandelwal KR, Parakh SR, Bodhankar SL. 2006. Diuretic Activity of Coconut Husk Mashi-an Ayurvedic Formulation. Indian Journal of Traditional Knowledge 5(4): 471-473.

Sari LORK. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(1): 1-7.

Schrier RW. 2007. Disease of The Kindey and Urinary Tract. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB.

Siswandono, Soekardjo B.1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press.

Sunarjono HH. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sunaryo. 2003. Obat yang Mempengaruhi Metabolisme Elektrolit dan Konsentrasi Air. Di dalam: Ganiswara, editor. Farmokologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.

Sudheesh S, Vijayalakshmi NR. 2005. Flavonoids from Punica granatum Potential Antiperoxidative Agents. Fitoterapia 76: 181-186.

Wientarsih I, Iskandar, Prasetyo BF, Purwono RM. 2008. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea gratissima Gaertn.) terhadap Batu Kandung Kemih Buatan dan Diuretik pada Tikus Putih serta Pengembangannya menjadi Sediaan Sirup Elixir dan Tablet Salut Enterik. http://lppm.ipb.ac.id/lppmipb/penelitian/hasilcari.php [22 Juni 2010].

Winarno FG, Fardiaz D, Ansori R, Ketaren S. 1973. Kimia Organik I. Departemen Teknik Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB. Wilson, Gisvold’s. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan

Medisinal Organik. Achmad Mustofa Fatah, penerjemah. Air Langga Univercity Press. Terjemahan: Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry.

(41)
(42)

Lampiran 1 Uji Statistik One Way ANOVA

ANOVA Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Jam 1 Between Groups 191.235 5 38.247 10.337 .000

Within Groups 88.804 24 3.700

Total 280.039 29

Jam 2 Between Groups 1.595 5 .319 .194 .962 Within Groups 39.452 24 1.644

Total 41.047 29

Jam 3 Between Groups 23.670 5 4.734 4.838 .003 Within Groups 23.484 24 .978

Total 47.154 29

Jam 4 Between Groups 20.826 5 4.165 5.528 .002 Within Groups 18.084 24 .754

Total 38.910 29

Jam 5 Between Groups 8.067 5 1.613 3.759 .012 Within Groups 10.300 24 .429

Total 18.367 29

Jam 6 Between Groups 8.251 5 1.650 5.016 .003 Within Groups 7.896 24 .329

Total 16.147 29

Jam 24 Between Groups 18.152 5 3.630 4.352 .006 Within Groups 20.020 24 .834

(43)

Lampiran 2 Uji Duncan (P<0.05) Jam1 Duncana

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

1 5 .5600

2 5 1.0400 1.0400

5 5 3.3200

3 5 5.9400

4 5 6.5200

6 5 6.6600

Sig. .697 .073 .583 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Jam2 Duncana

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 3 5 3.4600 4 5 3.8400 1 5 3.8800 6 5 4.0200 2 5 4.1000 5 5 4.1600

Sig. .454

(44)

Jam3 Duncana

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2

5 5 2.0200 1 5 2.6000 3 5 2.8600 2 5 3.3200 4 5 3.3800

6 5 4.8800

Sig. .061 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Jam4 Duncana

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

1 5 .8400

5 5 1.0000 1.0000 2 5 1.0400 1.0400

3 5 2.1600 2.1600

4 5 2.2800

6 5 3.1000

(45)

Jam5 Duncana

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

1 5 .2400

2 5 .5800 .5800

5 5 1.1400 1.1400

3 5 1.2800 1.2800

4 5 1.3400 1.3400

6 5 1.8200

Sig. .420 .105 .145 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Jam6 Duncana

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

1 5 .1400

2 5 .5200 .5200

5 5 .7400 .7400 .7400

4 5 1.1000 1.1000 1.1000

3 5 1.4400 1.4400

6 5 1.6600

(46)

Jam24 Duncana

Perlakua

n N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

4 5 1.1000 1 5 1.2200

5 5 1.4400 1.4400 2 5 1.5000 1.5000

6 5 2.5600 2.5600

3 5 3.2200

(47)
(48)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman sumber kekayaan hayati, sekitar 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan terdapat di Indonesia, dan lebih kurang 9.600 termasuk tanaman berkhasiat obat. Jumlah yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional baru sekitar 300 spesies (Depkes 2007). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tanaman, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM 2005).

Tanaman obat sudah dikenal masyarakat secara turun temurun sejak dahulu. Penggunaan obat herbal mempunyai efek samping yang minimum jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (Sari 2006).

Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tanaman obat tidak lagi sesuai apabila digunakan dalam bentuk utuh, tetapi dimanfaatkan dalam bentuk ekstrak, yaitu sari yang dibuat dengan menambahkan pelarut yang sesuai. Berdasarkan informasi empiris terdapat beberapa tanaman obat yang memiliki aktivitas diuretik antara lain alang-alang, tempuyung, alpukat, mengkudu, pepaya dan lain-lain (Ceppy 2002). Penggunaan diuretik mampu mengatasi penyakit gagal jantung kongesti, sindrom nefritis, sirosis, gagal ginjal, hipertensi, toksemia kebuntingan (Agunu et al. 2005), edema, diabetes insipidus, batu ginjal, dan hiperkalsemia (Ceppy 2002).

(49)

daunnya (Prihatman 2000). Fungsi lain dari daun alpukat menurut penelitian adalah antimikroba (Flores et al. 2009), menurunkan glukosa darah, mempengaruhi metabolisme lipid saat hiperkolesterolemia (Brai et al. 2007), diuretik (Wientarsih et al. 2008), vasorelaksan (Owolabi et al. 2005), dan menurunkan tekanan darah (Ojewole et al. 2007). Biji buah alpukat juga dapat digunakan menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan kolesterol (Imafidon et al. 2010; Anaka et al. 2009), meningkatkan glukosa darah, antihiperglikemik (Edem 2009), dan antihiperlipidemia (Asaolu et al. 2010).

Bagian tanaman alpukat yang digunakan sebagai diuretik adalah daun. Menurut Adha (2009), kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun alpukat adalah flavonoid, tanin, dan kuinon. Penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas diuretik fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus Sprague-Dawley.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik dari fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus galur Sprague-Dawley, melalui parameter volume, pH, dan warna urin, serta melihat pada dosis fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat berapa yang mampu memberikan aktivitas diuretik terbaik.

Manfaat

(50)

Alpukat ( Tana yaitu Mek dunia, ter Meksiko Indian bar apokat (Ja abate (Por Ada K K O F G S

(Persea ame aman alpuk ksiko, Peru, rmasuk Indo

(Persea dry rat (Persea a awa), alpuke

rtugal), dan apun taksono Kingdom : P Kelas : D Ordo : L Famili : L Genus : P Spesies : P

TINJ

ericana Mil kat merupak

, hingga Ve onesia. Ter ymifolia), t americana) et (Sunda), n aguacate p

omi alpukat Plantae Dicotyledon Laurales Lauraceae Persea Persea amer Gamb

JAUAN P

ll.) kan tanama enezuela. T rdapat tiga tipe Guatem ) (Sunarjono avocado pe

palta (Spany t dalam Prih

ne

ricana Mill

bar 1 Tanam

PUSTAKA

an yang ber Tanaman ini tipe alpuka mala (Perse

o 2008). Alp ear (Inggris) yol) (Dalim hatman (200

l.

man alpukat

A

rasal dari A i telah men

at yang dik ea guatelam

pukat diken ), poire d’av martha 2008)

00) adalah s

t.

Amerika Te nyebar di se kenal, yaitu mensis), dan nal dengan i

(51)

Alpukat merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Pohonnya berkayu dan sosoknya seperti kubah sehingga dari jauh tampak menarik. Kayunya keras dan tidak bergetah. Daunnya panjang (lonjong) tersusun seperti pilin, terpusat pada ujung ranting (Sunarjono 2008). Menurut Dalimartha (2008), daunnya tunggal, tebal seperti kulit, bertangkai dengan panjang 1.5-5 cm, dan terletak berdekatan dengan ujung ranting. Helaian daun berbentuk bulat lonjong sampai bulat telur memanjang, mempunyai ujung dan pangkal daun runcing, bagian tepi rata tetapi kadang-kadang menggulung ke atas. Daun bertulang menyirip dengan panjang 10-20 cm dan lebar 3-10 cm. Daun muda berwarna kemerahan dan berambut rapat, sedangkan daun tua berwarna hijau dan tidak berambut. Umumnya percabangannya jarang dan arahnya horizontal. Bunga alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Bunganya sempurna (dalam satu bunga terdapat putik dan benang sari), tetapi tidak serempak. Bunga berwarna putih (Sunarjono 2008).

Kandungan kimia yang terdapat dalam buah adalah saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, asam folat, asam pantotenat, niasin, vitamin, dan mineral. Kandungan serat dan asam lemak tak jenuh tunggal dalam buah dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol tinggi dalam darah. Bersama dengan vitamin C, vitamin E dan glutation, asam lemak tak jenuh tunggal dapat melindungi pembuluh darah arteri dari kerusakan oleh adanya timbunan LDL. Niasin bekerja mempengaruhi aktivitas enzim lipoprotein lipase yang mengakibatkan penurunan produksi VLDL di hati yang berakibat penurunan kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida. Selain itu, niasin ini juga dapat meningkatkan HDL. Kandungan yang terdapat dalam daun alpukat adalah saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, senyawa sterin, gula d-persit, dan gula alkohol (Dalimartha 2008).

(52)

Hewan Pe Men dipelihara mengemba laboratorik mencit, tik Tiku mudah dip macam pe galur Spra adalah be panjang d besar dan dari tikus (Malole et

ercobaan nurut Malo a atau senga angkan ber k. Beberapa kus, marmo

Gam

us (Rattus n pelihara, me enelitian. T ague-Dawle erwarna alb dari badanny

ekor lebih putih dan t al. 1989).

ole et al. aja diternakk rbagai bidan a hewan cob

t, hamster,

mbar 2 Tik

norvegicus) erupakan he Terdapat be ey, Wistar, bino putih, ya. Ciri-ciri h pendek. C memiliki w

(1989), he kan sebagai ng ilmu da ba yang digu

dan primata

kus putih ga

) telah dike ewan yang eberapa galu

Long-Evan kepala kec i dari tikus Ciri-ciri dari warna hitam

ewan perco i hewan mo lam skala p unakan untu a.

alur Sprague

etahui sifat-relatif seha ur tikus ya ns. Ciri-ciri

cil, dan me Wistar ada i tikus Lon m pada kepa

obaan adala odel untuk m

penelitian a uk penelitia

e-Dawley.

-sifatnya de at dan cocok ang umum

dari tikus empunyai e alah ditanda ng-Evans ad ala dan tubu

ah hewan mempelajar atau pengam an adalah ke

engan semp k untuk ber digunakan Sprague-Da ekor yang ai dengan k dalah lebih uh bagian d

(53)

Ginjal

Ginjal mempunyai fungsi utama untuk mengekskresikan produk sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan seperti urea, asam urat, dan kreatinin. Ginjal juga berperan dalam proses homeostasis (pengaturan garam dan kandungan elektrolit serta volume cairan ekstraselular) dan juga keseimbangan asam basa (Rang et al. 1995). Proses homeostasis dapat dipertahankan dengan menyeimbangkan asupan yang masuk dalam tubuh dengan air dan elektrolit yang diekskresikan. Ginjal dapat juga berperan menyeimbangkan asam basa, bersama dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh akan mengekskresikan asam seperti asam sulfur dan asam fosfat serta mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh (Guyton et al. 2007).

Menurut strukturnya ginjal terdiri dari kortek, medula, dan pelvis yang kosong sampai ureter. Unit terkecil dari ginjal adalah nefron (Gambar 3), berjumlah sekitar 1.3 x 106. Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul (Rang et al. 1995). Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu saat terjadi trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap.

Glomerulus

(54)

P bebas yang t konsen dengan Bowm reabso dari ka Tubul T yang m yang s tubulu descen di tubu sangat semula Segme B proksi Pembentuka protein dar terdapat dal ntrasi zat p n plasma. C man dan men orpsi air dan apiler peritu lus Proksim Tubulus pro mengalir da sama, sehin us tetap iso nden dari an

[image:54.595.118.510.80.303.2]

ulus menca t hipertonik a) (Guyton en Ascende Bagian asc malis yang Gambar 3

an urin dim i kapiler glo lam plasma

ada filtrat g Cairan akan

ngalir melew n zat larut s ubulus ke da malis

oksimalis m ari glomerul

gga hanya s oosmotik te

nsa Henle, a apai keseim k (sekitar d et al. 2007) en Ansa He cenden dari g banyak m

3 Struktur ne

mulai dengan omerulus ke a, kecuali pr

glomerulus n mengalam wati tubulu spesifik kem alam tubulu merupakan lus. Zat terl sedikit terja erhadap pla air direabso mbangan den dua sampai ). enle

i ansa Hen ereabsorpsi

efron (Dave

n filtrasi se e kapsula B rotein, difil dalam kap mi perubahan

s. Hal ini di mbali ke da us (Guyton e

tempat reab arut dan air adi perubah

sma. Ketik orpsi melalu ngan cairan i empat ka

nle merupa i natrium, k

ey 2010).

ejumlah cair Bowman. Se ltrasi secara sula Bowm n ketika kel isebabkan k rah atau sek et al. 2007)

bsorpsi zat r direabsorp han osmolar ka cairan m ui proses osm

n interstisia li osmolari

akan lanjut kalium, dan

ran yang ha ebagian bes a bebas seh man hampir

luar dari ka karena terja kresi zat-za .

t terlarut da psi dalam ju ritas, yaitu c melewati se

mosis dan c alis medula itas filtrat g

tan dari tu n klorida, n

(55)

impermeabel terhadap air walaupun terdapat banyak ADH (anti diuretik hormon). Hal ini menyebabkan cairan menjadi lebih encer (hipoosmotik) ketika memasuki awal tubulus distal (Guyton et al. 2007).

Tubulus Distal

Ketika cairan pada bagian awal tubulus distal melewati bagian akhir tubulus kontortus distal, duktus koligentes kortikolis, dan duktus koligentes mengalami proses reabsorpsi terhadap natrium klorida. Bagian tubulus ini impermeabel terhadap air karena tidak ada ADH. Selain itu, zat-zat terlarut direabsorpsi sehingga cairan tubulus menjadi lebih encer (Guyton et al. 2007). Duktus koligentes

Duktus koligentes terdiri dari dua bagian yaitu, bagian kortikal dan bagian medulla yang akan mengalirkan cairan filtrat dari kortek menuju pelvis renalis. Di duktus koligentes ini akan terjadi perubahan osmolalitas dan volume yang bergantung pada banyaknya vasopresin yang bekerja di duktus ini. Hormon antidiuretik ini berasal dari kelenjar hipofisis yang akan meningkatkan permeabilitas duktus koligentes terhadap air melalui pembentukan cepat kanal air aquoporin-2 di membran luminal sel prinsipal (Ganong 2002).

Diuretik

Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan natrium klorida. Diuretik dapat meningkatkan penyaringan natrium (natriuresis) yang diikuti ion (biasanya Cl-) pada penggunaan secara klinik. Natrium klorida yang berada dalam tubuh menentukan volume cairan ekstraseluler dan pada pengaplikasian klinis, secara langsung mengurangi volume cairan ekstraseluler dengan menurunkan kandungan NaCl dalam tubuh (Parial et al. 2009).

(56)

mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatitis (Neal 2005). Diuretik bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi ion-ion Na+, Cl-, atau HCO3-, yang merupakan elektrolit utama dalam cairan

ekstrasel. Diuretik juga menurunkan reabsorpsi elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif (Siswandono et al. 1995). Menurut Sunaryo (2003), fungsi utama diuretik adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan elektrolit sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal.

Secara umum diuretik dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat mekanisme transport elektrolit dalam tubuli ginjal. Diuretik osmotik merupakan zat bukan elektrolit yang mudah dan dapat diekskresikan oleh ginjal (Sunaryo 2003), sedangkan menurut Siswandono et al. (1995) diuretik osmotik merupakan senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa (menghambat reabsorpsi air dan zat elektrolit). Diuretik osmotik mempunyai efek samping berupa gangguan keseimbangan elektrolit, pandangan kabur, dehidrasi, takikardia, dan nyeri kepala (Siswandono et al.1995).

Beberapa jenis obat yang menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal dalam Sunaryo (2003) terdiri dari:

a) Penghambat karbonik anhidrase

Kabonik anhidrase adalah enzim yang mengatalisis reaksi antara karbondioksida dan uap air ( CO2 + H2O H2CO3 ). Enzim ini terdapat

dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit, dan sistem saraf pusat, namun tidak terdapat di dalam plasma. Enzim ini dapat dihambat aktivitasnya oleh sianida, azida, dan sulfida, serta derivat sulfonamide seperti asetazolamid dan diklorofenamid (Sunaryo 2003). Kerugian dari inhibitor karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis akibat hilangnya ion-ion bikarbonat yang keluar bersama urin secara berlebihan (Guyton et al.2007).

b) Benzotiadiazid

(57)

dalam urin disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada tubuli distal (Sunaryo 2003).

c) Diuretik hemat kalium

Diuretik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada tubulus distal. Aldosteron menstimulsi reabsorpsi Na+ yang mengarahkan ion K+ dan H+ ke dalam lumen. Diuretik menurunkan reabsropsi Na+ dengan mengantagonis aldostreron atau memblok kanal Na+. Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus menurun sehingga eksresi K+ berkurang (Neal 2005). Diuretik hemat kalium mempunyai beberapa kelompok, diantaranya antagonis aldosteron, triamteren, dan amilorid (Sunaryo 2003). Kerugian dari diuretik ini dapat menyebabkan hiperkalemia akut, terutama pada pasien gangguan gagal ginjal (Neal 2005). d) Diuretik kuat

Diuretik kuat mempunyai daya kerja yang sangat kuat daripada diuretik lainnya. Diuretik kuat disebut juga sebagai loop diuretik, karena bekerja di segmen epitel tebal ansa Henle ascenden. Beberapa contoh kelompok ini diantaranya adalah asam etakrinat, furosemid, dan bumetanin. Secara umum diuretik kuat bekerja dengan cara menghambat reabsropsi elektrolit di ansa Henle ascendens segmen epitel tebal (Sunaryo 2003).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut (solut) diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi dapat memindahkan dua atau lebih zat berdasar perbedaan koefisian distribusi. Bila zat yang satu memiliki koefisien distribusi yang jauh lebih besar dari yang satu, sedangkan yang lainnya jauh lebih kecil dari yang satu, pemisahan yang hampir sempurna sudah dapat dicapai hanya dengan ekstraksi tunggal (Nur et al. 1989).

Fraksinasi

(58)

metode fraksinasi tergantung beberapa faktor diantaranya, adanya substansi alami yang terdapat dalam ekstrak, pemisahan fraksi seketika, manfaat, harga peralatan dan bahan yang diperlukan, serta keamanan (Houghton et al. 1998).

Pelarut

Pelarut adalah cairan yang digunakan dalam proses pemecahan ikatan suatu persenyawaan untuk selanjutnya membentuk suatu larutan. Energi yang dibutuhkan untuk memecahkan ikatan ini diambil dari energi yang dilepaskan karena terbentuknya ikatan antara partikel yang dilarutkan dengan pelarut. Pemecahan ikatan persenyawaan membutuhkan energi yang cukup besar karena persenyawaan yang berikatan ion hanya larut di dalam air atau pelarut yang sangat polar lainnya. Hal itu juga terjadi pada persenyawaan kovalen polar yang hanya larut dalam pelarut polar dan persenyawaan kovalen non polar hanya larut dalam persenyawaan non polar (Winarno et al. 1973).

Etil asetat

Etil asetat merupakan senyawa ester dengan rumus kimia CH3COOC2H5.

Etil asetat dihasilkan dari reaksi antara etanol (etil alkohol) dengan asam asetat. Pelarut ini digunakan sebagai pelarut dan obat-obatan (Basri 2005) dengan berat jenis 0.90 pada suhu 27 0C (Patil et al. 2009). Menurut Wilson et al. (1982), etil asetat, ester asetat, nafta vinegar, di dapat secara destilasi lambat campuran etil alkohol, asam asetat, dan asam sulfat. Cairan tidak berwarna, transparan, bau harum, segar dan sedikit seperti aseton dan rasa aneh, seperti aseton dan membakar. Etil asetat dapat bercampur dengan eter, alkohol dan minyak lemak dan atsiri. Etil asetat sekarang digunakan secara luas dalam industri sebagai pelarut. Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel (Harborne 1987). Heksan

Heksan merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan rumus kimia CH3(CH2)4CH3. Termasuk dalam alkana, berbentuk cairan beruap, tidak

(59)

termasuk dalam senyawa non polar sehingga gaya tarik antara molekul lemah. Heksan memiliki berat yang lebih ringan dari air dan titik didihnya adalah 69

0

(60)

Alpukat (

Gambar

Tabel 1 Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat dan heksan ekstrak etanol daun
Gambar 1 Tanaman alpukat ...................................................................................
Gambar 33 Struktur neefron (Daveey 2010).
GGambar 5 WWarna urin p
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sarana dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan (p = 0,025), ada hubungan yang signifikan antara sikap

Wasir atau ambeien (hemoroid) adalah keadan dimana terjadi pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan

Dalam situs ini, komedi satire digunakan untuk menyalurkan kritik, gagasan dan norma yang menjadikan wacana politik diobyektifikasi menjadi bahan penggiring opini publik

Hilangnya radikal bebas dari dalam tubuh dikarenakan bereaksi dengan radikal bebas lain sehingga menjadi suatu senyawa yang stabil, atau hilangnya bisa juga karena

Berdasarkan hasil dari pengolahan data menggunakan inversi Res2divn2D diperoleh nilai resistivitas tanah yang diindikasi sebagai bidang gelincir dengan rentang 1068

Judul Penelitian : Tingkat kepuasan terhadap kualitas pelayanan kegawatdaruratan pada pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di UPT Puskesmas Kroya I

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku komunikasi ibu rumah tangga dan mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi ibu rumah tangga dengan