• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effects of invigoration treatments on seed viability and yield of rice (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Effects of invigoration treatments on seed viability and yield of rice (Oryza sativa L.)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP

VIABILITAS BENIH DAN HASIL PADI (

Oryza sativa

L.)

SIMÃO MARGONO BELO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Viabilitas Benih dan Hasil Padi (Oryza Sativa L.) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang di terbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2012

(3)

ABSTRACT

SIMÃO MARGONO BELO. Effects of Invigoration Treatments on Seed

Viability and Yield of Rice (Oryza sativa L.). Under Supervision of FAIZA C. SUWARNO and SUWARNO

Seed quality with high viability and vigor is an important factor to get high yield of rice. A research was conducted from April to August 2011 aimed to study the effects of invigoration treatments on seed viability and yield of rice (Oryza sativa L.). The research consisted of laboratory experiment conducted in the laboratory of seed Science and Technology, IPB and field experiment conducted at Muara Research Station Bogor. A split - split plot design with three replications and three treatment factors i.e. variety, seed viability level, and invigoration treatment, was applied to the experiments. The variety treatment included an irrigated lowland varieties (Ciherang, Maro) and upland rice (Limboto). Seed with different viability levels were provided by applying rapid aging treatments of etanol vapour for 0 and 75 minutes. The invigoration treatments included 50, 100, 150 ppm of GA3 and 100, 150, 200 ppm of KH2PO4. The results indicated the invigoration treatment of KH2PO4 150 ppm could improve seed viability and vigor of rice seed significantly shown on varieties Ciherang and Maro, respectively. The invigoration treatments were also increased rice yield mainly due to the increase of the grain number per panicle.

Key words : Seed treatment, rice seed, viability, yield.

(4)

RINGKASAN

SIMÃO MARGONO BELO. Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Viabilitas

Benih dan Hasil Padi (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO

dan SUWARNO.

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan invigorasi pada dua tingkat mutu benih terhadap viabilitas benih dan hasil padi (Oryza sativa L.). Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan, yaitu percobaan pendahuluan untuk mendapatkan metode pengusangan cepat yang menghasilkan dua tingkat mutu benih, percobaan I untuk mengetahui pengaruh perlakuan invigorasi pada dua tingkat mutu benih terhadap viabilitas benih padi di laboratorium dan percobaan II untuk mengetahui pengaruh perlakuan invigorasi pada dua tingkat mutu benih terhadap hasil padi di lapang. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB dan Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Bogor mulai bulan April sampai Agustus 2011. Bahan penelitian yang digunakan adalah benih padi sawah (varietas Ciherang dan Maro) dan padi gogo varietas Limboto, GA3 (50 ppm, 100 ppm, 150 ppm) dan KH2PO4 (100 ppm, 150 ppm, 200 ppm). Rancangan percobaan yang di gunakan adalah split - split plot dengan petak utama varietas, anak petak tingkat viabilitas dan anak - anak petak perlakuan invigorasi.

Hasil percobaan pendahuluan dengan mengunakan varietas Ciherang menunjukkan bahwa tingkat mutu benih dengan daya berkecambah 85% - 100% (tingkat viabilitas satu) dan 70% - 80% (tingkat viabilitas dua) dapat diperoleh melalui metode pengusangan kimiawi mengunakan etanol 96% selama 0 menit dan 75 menit. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa varietas Ciherang pada tingkat viabilitas dua dengan perlakuan KH2PO4 150 ppm dapat meningkatkan daya berkecambah benih dari 73.33% menjadi 84.67%. Pada varietas Maro dan Limboto tidak ada satu perlakuan pun yang dapat meningkatkan daya berkecambah benih baik pada tingkat viabilitas satu maupun tingkat viabilitas dua. Varietas Maro pada tingkat viabilitas dua dapat meningkatkan indeks vigor dari 46.67% menjadi 71.33%, 61.33%, 70.00%, 68.00% dan 65.33% dengan perlakuan GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, KH2PO4 100 ppm, KH2PO4 150 ppm, dan KH2PO4 200 ppm.

Hasil penelitian pada fase vegetatif selama 10 minggu menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi dengan KH2PO4 150 ppm dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun pada varietas Ciherang, demikian pula pada varietas Maro. Berbeda dengan kedua varietas tersebut pada varietas Limboto tidak ada satu perlakuan pun yang dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah daun.

(5)

kering gabah per plot. Perlakuan invigorasi dengan GA3 100 ppm dapat meningkatkan jumlah gabah per malai dari 192.9 menjadi 217.5 sedangkan perlakuan invigorasi lainnya tidak berbeda nyata dengan kontrol. Pada parameter berat kering gabah per plot tidak ada perlakuan invigorasi yang menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari kontrol.

Hasil pengujian korelasi antara pengamatan di laboratorium dan di lapang menunjukkan bahwa panjang plumula berkorelasi nyata terhadap jumlah gabah per malai pada varietas Ciherang. Pada varietas Maro korelasi yang sangat nyata terjadi antara peubah laju pertumbuhan kecambah dan jumlah gabah per malai sedangkan pada varietas Limboto panjang akar berkorelasi dengan jumlah gabah per malai, berat gabah total per malai, berat gabah bernas per malai.

(6)

Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang - Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau meyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PENGARUH PERLAKUAN INVIGORASI TERHADAP

VIABILITAS BENIH DAN HASIL PADI (

Oryza sativa

L.)

SIMÃO MARGONO BELO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Viabilitas Benih dan Hasil Padi (Oryza sativa L.)

Nama : Simão Margono Belo

NIM : A251098081

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS Dr. Ir. Suwarno, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena pertolongannya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Viabilitas Benih dan Hasil Padi (Oryza sativa L.). Tesis ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya penulis sampaikan kepada: Dr.Ir. Faiza C. Suwarno, MS, Dr. Ir. Suwarno, MS selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sejak perencanaan, pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian penyusunan tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS selaku Ketua Mayor Ilmu dan Teknologi Benih SPs IPB yang selalu memberi arahan dalam pelaksanaan studi selama perkuliahan, Seed of life Timor dan Ministry of Agriculture Timor Leste yang telah mendanai selama perkuliahan dan penelitian, Kepala Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Bogor atas kesediaan untuk membantu proses penelitian di lapang. Istri tercinta Ester Wini Kaka dan anak -anak tersayang Pedrosa Umbu Belo dan Agnes Jassmine Belo atas segala kesabaran, pengertian, keikhlasan dan kasih sayangnya dalam menyemangati peneliti dalam menyelesaikan studi. Ayahanda Justino Da costa Belo (alm) dan Ibunda Julieta Manuela Da costa yang telah mendoakan, membesarkan, mendidik, serta membekali penulis dengan kasih dan pengetahuan hingga saat ini. Adik tersayang Helena Manuela Da costa Belo, Brigida Manuela Da costa Belo dan Elvira Manuela Da costa Belo, yang memberikan banyak motivasi dan bantuan serta kasih nya dalam bersaudara.

Semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pertanian.

Bogor, Maret 2012

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baucau-Timor Leste pada tanggal 01 Juli 1977 sebagai putra pertama dari empat bersaudara pasangan Justino Da costa Belo (alm) dan Ibunda Julieta Manuela Da costa. Penulis menikah dengan Ester Wini Kaka dan telah dikaruniai dua orang anak putra Pedrosa Umbu Belo dan putri Agnes Jassmine Belo.

Penulis menyelesaikan pendidikan AMD (D3) Jurusan Tanaman Pangan dan Hortikultura di Politeknik Pertanian Negeri Kupang-NTT pada tahun 2003, pendidikan sarjana di Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang tahun 2004. Penulis bekerja di Departemen Penelitian Timor Leste (Seed Of Life).

(12)

DAFTAR ISI

Percobaan II: Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Hasil Padi ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan Pendahuluan ... 25

Percobaan I: PengaruhPerlakuan Invigorasi terhadap Viabilitas Benih Padi ... 26

Percobaan II: Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Hasil Padi ... 33

Korelasi antara Parameter di Laboratorium dan di Lapang ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengaruh Verietas, Tingkat Viabilitas, Perlakuan Invigorasi dan Interaksinya terhadap Viabilitas Benih ... 26

2. Daya Berkecambah (%) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu

Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dan Dua Tingkat Viabilitas ... 27

3. Berat Kering Kecambah Normal (gr) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) pada berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dengan Dua Tingkat Viabilitas ... 28

4. Panjang Plumula (cm) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) pada berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dengan Dua Tingkat Viabilitas... 29

5. Panjang Akar (cm) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) pada berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dengan Dua Tingkat Viabilitas... 30

6. Indeks Vigor (%) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) pada berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dengan Dua Tingkat Viabilitas... 31

7. Laju Pertumbuhan Kecambah (LPK) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) pada berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dengan Dua Tingkat Viabilitas. ... 32

8. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengaruh Varietas, Tingkat Viabilitas, Invigorasi dan Interaksi Terhadap Komponen Hasil ... 39

9. Umur Berbunga 50% Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) pada berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dengan Tingkat Viabilitas yang Berbeda ... 40

10.Umur Berbunga 100% Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) pada berbagai Perlakuan Invigorasi Benih dengan Tingkat Viabilitas yang Berbeda ... 41

11.Jumlah Gabah per Malai Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih

(14)

12.Jumlah Gabah Bernas per Malai Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi

Benih pada Dua Tingkat Viabilitas ... 43

13.Bobot 1000 Butir (gr) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas... 44

14.Berat Basah Gabah per Plot (kg) Tanpa Pingir Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas ... 45

15.Berat Kering Gabah per Plot (kg) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas ... 46

16.Jumlah Gabah per Malai (butir), Berat Gabah Total per Malai (gr), Berat Kering per Plot (kg) pada Perlakuan Invigorasi Benih ... 46

17.Koefisien Korelasi Parameter Laboratorium dan Lapang Varietas Ciherang ... 47

18.Koefisien Korelasi Parameter Laboratorium dan Lapang Varietas Maro ... 48

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Garis – garis viabilitas benih dalam konsepsi Steinbauer – Sadjad ... 6

2. Kurva penurunan daya berkecambah benih varietas Ciherang setelah

diusangkan secara kimiawi dengan uap etanol 96%. ... 25

3. Rata - rata tinggi tanaman padi varietas Ciherang dengan perlakuan invigorasi . 33

4. Rata - rata tinggi tanaman padi varietas Maro dengan perlakuan invigorasi ... 34

5. Rata - rata tinggi tanaman padi varietas Limboto dengan perlakuan invigorasi .. 34

6. Rata - rata jumlah anakan tanaman padi varietas Ciherang dengan perlakuan invigorasi. ... 35

7. Rata - rata jumlah anakan tanaman padi varietas Maro dengan perlakuan invigorasi ... 36

8. Rata - rata jumlah anakan tanaman padi varietas Limboto dengan perlakuan invigorasi ... 36

9. Rata - rata jumlah daun tanaman padi varietas Ciherang dengan perlakuan invigorasi ... 37

10.Rata - rata jumlah daun tanaman padi varetas Maro dengan perlakuan invigorasi ... 38

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Bagan alir pelaksanaan penelitian. ... 58

2. Denah percobaan II. ... 59

3. Gambar percobaan pendahuluan. ... 60

4. Gambar percobaan I di laboratorium. ... 61

5. Gambar percobaan di lapang, perlakuan invigorasi ... 62

6. Gambar percobaan di lapang, penanaman dan hasil panen... 63

7. Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) terhadap parameter daya berkecambah ... 64

8. Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) terhadap parameter berat kering kecambah normal ... 64

9. Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) terhadap parameter panjang plumula ... 64

10.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) terhadap parameter panjang akar ... 65

11.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) terhadap parameter indeks vigor ... 65

12.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) terhadap parameter laju pertumbuhan kecambah . ... 65

13.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) pada parameter vegetatif lapang umur berbunga 50%. ... 66

14.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) pada parameter vegetatif lapang umur berbunga 100% ... 66

15.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) pada parameter generatif jumlah gabah per malai. ... 66

16.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi

(17)

17.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi

(Iv) pada parameter generatif berat gabah total per malai. ... 67

18.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) pada parameter generatif berat gabah bernas per malai ... 67

19.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) pada parameter generatif bobot 1000 butir ... 68

20.Analisis ragam pengaruh varietas (V), tingkat viabilitas (Tv) dan invigorasi (Iv) pada parameter generatif berat basah gabah per plot (kg). ... 68

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu sumber karbohidrat yang menempati urutan pertama bahan pangan penduduk Indonesia. Permintaan terhadap komoditas ini bertambah setiap tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Meskipun luasan areal tanaman padi meningkat, tahun 2006 luas panen padi 11 786 430 ha dan tahun 2009 mencapai 12 842 739 ha (BPS 2009), namun data produksi relatif masih rendah jika dibandingkan dengan potensi produksinya. Rata - rata produksi padi adalah 4.9 ton/ha gabah kering panen, sedangkan potensi produksi padi dari semua varietas unggul yang dilepas di Indonesia berkisar 5.5 - 9.0 ton/ha (BPS 2009). Produksi padi Timor Leste tahun 2009 mencapai 120 775 ton gabah kering panen dengan luas area 22 000 ha yang terdiri dari luasan area sawah dataran rendah (irigasi) 13 000 ha, dataran rendah (tadah hujan) 6 000 ha dan luasan area sawah dataran tinggi 3 000 ha (Country Brief Timor Leste 2010)1). Produksi varietas padi yang sudah dilepas di Timor Leste lebih rendah dari produksi varietas padi di Indonesia yaitu 3.8 ton/ha (Anonim 2009).

Faktor yang mempengaruhi produksi padi adalah vigor benih. Vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi sub optimum. Benih mencapai vigor maksimum pada saat masak fisiologi, setelah itu mengalami penurunan sampai mencapai kematian. Penanganan benih selama periode pasca panen sangat mempengaruhi kecepatan penurunan viabilitas benih (Sadjad 1994 & ISTA 2008). Faktor lain penyebab rendahnya produktivitas padi di Indonesia adalah perluasan sawah (ektensifiksi) dari lahan subur ke lahan marjinal (Notohadiprawiro 1983).

Invigorasi benih dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya produktifitas yang disebabkan penggunaan benih bervigor rendah. Seed conditioning merupakan salah satu cara menginvigorasi benih yang sangat berguna untuk mempercepat dan menyeragamkan pertumbuhan serta meningkatkan persentase pemunculan kecambah dan bibit (Ilyas 1994). Senyawa yang biasa digunakan untuk perlakuan invigorasi adalah Polyethylene glycol (PEG), KNO3, K3PO4, KH2PO4, MgSO4, NaCl, gliserol dan manitol (Khan 1992). Efektifitas larutan tersebut tergantung

(19)

jenis dan konsentrasi larutan yang digunakan dan lama perlakuan (Hasanah et al. 2002).

(20)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan invigorasi pada dua tingkat mutu benih terhadap viabilitas benih dan hasil padi.

Hipotesis

1. Perlakuan invigorasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap viabilitas masing - masing varietas dan tingkat mutu benih.

2. Perlakuan invigorasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi pada masing – masing varietas dan tingkat mutu benih. 3. Terdapat korelasi antara pengaruh perlakuan invigorasi terhadap viabilitas benih

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Padi

Tanaman padi termasuk dalam divisi spermatophyta, subdivision Angios-permae, kelas Monocotyledonae, ordo Poales atau Glumiflorae, famili Graminae (poaceae), genus Oryza, spesies Oryza sativa. Nama ilmiahnya Oryza sativa L.

(Siregar 1987).

Tipe pertumbuhan padi adalah tegak dan merumpun. Penyerbukan pada padi adalah penyerbukan sendiri yang terjadi pada saat sebagian serbuk sari melekat pada kepala putik. Kepala putik mengeluarkan semacam cairan gula sebagai perekat sehingga serbuk sari tidak dapat terlepas walau terkena hembusan angin dan kemungkinan terjadinya peyerbukan silang sangat kecil. Umur berbunga tanaman padi beragram antara 70 - 75 hari setelah tanam (HST), tergantung pada varietasnya. Pembungaan dipengaruh oleh lama penyinaran dan suhu, pada umumnya pembungaan terjadi pada hari cerah antara jam 10-12, dimana suhu berkisar antara 30-32 0C (Siregar 1987).

Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Viabilitas merupakan ciri utama yang membedakan antara benih dan biji. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat di indikasikan oleh pertumbuhannya ataupun gejala metabolismenya yang mencakup viabilitas total, viabilitas potensial dan vigor. Viabilitas benih di lapang ditunjukkan dengan banyaknya benih yang berkecambah dari seluruh lot benih yang di tanam, tumbuh menjadi tanaman dan berproduksi secara normal pada kondisi lapang yang optimum (Sadjad 1994). Viabilitas benih merupakan fokus dalam ilmu benih. Pengujian viabilitas bertujuan untuk mengetahui semua benih yang hidup baik dorman maupun tidak dorman sehingga dapat menggambarkan daya hidup benih, karena benih merupakan suatu individu yang hidup. Viabilitas benih dapat menurun seiring berjalannya waktu (Sadjad 1993).

(22)

Gambar 1. Garis garis viabilitas benih dalam konsepsi Steinbauer - Sadjad (Sadjad 1994)

Kemunduran Benih

Konsepsi Steinbauer Sadjad menunjukkan viabilitas benih dalam dimensi

Kemunduran Benih

Konsepsi Steinbauer Sadjad menunjukkan viabilitas benih dalam dimensi waktu yang menggambarkan garis viabilitas keseluruhan kehidupan benih (Gambar 1). Garis tersebut juga menggambarkan periode kemunduran benih (deteriorasi benih) dalam kurun waktu tertentu yaitu periode III (Sadjad 1994).

Benih merupakan suatu benda hidup yang mengalami kemunduran secara perlahan. Kemunduran benih ditandai oleh lambatnya perkecambahan bahkan sampai benih tidak dapat tumbuh sama sekali. Proses kemunduran tersebut terjadi terus - menerus seiring berjalannya waktu, hingga tarjadi kematian benih. Kemunduran benih ini bersifat absolut (Harington 1972 dalam Justice & Bass

Keterangan : Periode I = Peride pembangunan benih

Periode II = Periode simpan

(23)

2002 ). Penyebab kemunduran benih seperti yang telah dirangkum oleh Justice & Bass (2002) antara lain kerusakan membran dan respirasi benih.

Pengusangan Cepat

Istilah devigorasi digunakan untuk menjabarkan kemunduran benih yang disebabkan oleh proses pengusangan cepat baik secara fisik maupun secara kimiawi. Metode pengusangan secara kimiawi dilakukan dengan uap etanol 96% jenuh. Prinsipnya adalah mengalirkan uap etanol 96% di ruang tempat benih yang diusangkan. Kemunduran benih ditandai dengan menurunnya viabilitas serta vigor benih pada kurun waktu penderaan (Pian 1981).

Pengusangan secara fisik dilakukan dengan mengunakan mesin (MPC) IPB 88-1A. Metode ini mula-mula dilakukan oleh Dr. Delouche di Missisipi State University USA, dengan cara mendera benih dalam kondisi suhu tinggi (40 0C) dan RH mendekati 100%. Kondisi tersebut menggambarkan kondisi lingkungan alami selama periode konservasi sebelum penyimpanan dimana RH dan suhu yang cukup tinggi serta kadar air benih yang masih tinggi sehingga benih mengalami fermentasi atau respirasi anaerob gesekan antara butiran benih yang letaknya tidak stasioner (Sadjad 1994). Metode pengusangan cepat ini baik secara kimiawi maupun secara fisik, dapat dimanfaatkan sebagai penduga daya simpan benih. Pian (1981) menyebutkan bahwa pengusangan benih jagung dengan mengunakan etanol 96% selama 20 menit setara dengan penyimpanan 20 minggu. Informasi mengenai viabilitas dan vigor benih mengunakan metode pengusangan cepat ini juga bermanfaat bagi para pemulia dalam menyeleksi benih dari berbagai galur berdasarkan daya simpannya (Addai & Kantanka 2006).

Invigorasi Benih

(24)

dimiliki benih (internal) ditambah sumber daya dari luar (eksternal) untuk memaksimalkan perbaikan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman. Invigorasi adalah suatu proses bertambahnya vigor benih (Sadjad 1994). Pada kemunduran tipe I, struktur mitokondria yang abnormal dapat pulih kembali setelah 48 jam imbibisi. Invigorasi dapat dilakukan dengan metode Priming (Murray & Wilson 1987). Priming pada prinsipnya adalah mengatur jumlah air yang diimbibisi oleh benih serta pengaturan kecepatan masuknya air kedalam benih (Murray & Wilson 1987). Perlakuan priming sering pula disebut dengan istilah conditioning Beberapa metode priming yang dapat dilakukan yaitu:

1) Hydropriming yaitu priming dengan cara merendam benih dalam air selama 5 jam lalu diikuti dengan perlakuan inkubasi pada kondisi kelembaban nisbi/relatif 100 % dan suhu kamar selama 3 hari (Fujikura et al. 1993)

2) Osmotic priming yaitu dengan cara menempatkan benih dalam larutan osmotic, misalnya larutan KH2PO4 (Kalium dihidrogen fosfat), KCl (Kalium khlorida), K3PO4 (Kalium fosfat),KNO3 (Kalium nitrat),MgSO4 (Magnesium sulfat), NaCl (Natrium khlorida), Gliserol dan sebagainya (Murrary & Willson 1987).

3) Matriconditioning yaitu priming dengan cara menempatkan benih pada media padatan yang telah dilembabkan, misalnya pada vermikulit (Khan 1992).

Perendaman (presoaking) benih dapat berfungsi sebagai proses

osmo-conditioning dimana pengontrolan air tersedia dapat menghentikan proses perke-cambahan pada suatu titik kritik sebelum kerusakan embrio terjadi (Takaki & Toledo 1991). Menurut Khan (1992), osmoconditioning adalah perbaikan fisiologi maupun biokimia pada benih selama penundaan perkecambahan dengan menggunakan medium imbibisi yang berpotensial osmotik rendah.

(25)

oleh potensial osmotic larutan tersebutsehingga mencegah pemunculan radikula. Dikemukakan pula bahwa respon benih yang diberi perlakuan berbeda untuk setiap spesies, bahkan mungkin antar lot benih dari beberapa kultivar. Lama

osmoconditioning umumnya berkisar antara 2 - 21 hari (tergantung spesies).

Pengaruh GA3 Terhadap Viabilitas Benih

Perkecambahan benih dimulai dengan aktifnya giberelin endogen. Benih yang mengalami kemunduran atau kerusakan giberelin endogen akan terhambat perkecambahannya yang dapat diatasi dengan pemberian giberelin eksogen, misalnya GA3 membantu pembentukan sel-sel baru pada embrio karena GA3 merangsang sintesa enzim - enzim hidrolisa yang merombak pati pada endosperm setelah imbibisi berlangsung (Prawiranata et al. 1989). Menurut Watkins et al. (1983) GA3 terbukti mempercepat perkecambahan dan perombakan cadangan makanan pati menjadi gula. Perlakuan Matriconditioning ditambah GA3 pada benih besar seperti buncis dan kedelai dapat meningkatkan ukuran kecambah.

Matriconditioning pada benih pepaya dengan menambahkan GA3 pada konsentrasi 100 atau 200 ppm mempersingkat waktu perkecambahan, dapat meningkatkan persentasi pemunculan kecambah (Andreoli & Khan 1993).

Matriconditioning dengan menggunakan media vermikulit dan micro Cel-E yang dikombinasikan dengan GA3 dapat meniggkatkan persentasi kecambah (Khan et

al. 1990). Singh et al. (1993) melaporkan penambahan GA3 dan benzyladenine dapat meningkatkan vigor benih kedelai yang telah mundur baik secara alami (deteriorasi) maupun buatan (devigorasi). Perlakuan tersebut secara nyata meningkatkan persentasi perkecambahan dan berat kering kecambah. Suartini & Ilyas (1996) menyatakan inkorporasi GA3 dalam proses Matriconditioning benih kacang panjang dapat meningkatkan kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, mempersingkat T50 dan mempercepat pemunculan bibit di lapang.

Pengaruh KH2PO4 Terhadap Viabilitas Benih

(26)

pada benih padi dengan KH2PO4 cenderung memberikan peningkatan viabilitas benih yang lebih baik dari perlakuan PEG 600. Hasil penelitian Munthe (1992) pada benih kacang tanah menunjukkan bahwa total bobot kering kecambah normal lebih tinggi pada perlakuan larutan KH2PO4 dengan lama imbibisi 12 jam, 2 hari dan 3 hari dibanding perlakuan larutan PEG 6000. Perlakuan benih dengan larutan KH2PO4 diharapkan dapat menambah ketersediaan fosfor anorganik di dalam benih, karena sifat ion tersebut yang mudah memasuki sel - sel benih.

Fitin sebagai bentuk utama P dalam benih merupakan cadangan P yang tidak larut dan tidak dapat digunakan secara langsung oleh sel - sel tanpa perombakan menjadi P anorganik dengan enzim fitase. Enzim fitase (myo-inositol heksafosfat fosfohidrolase) menghidrolisa menguraikan fitin yang menghasilkan P anorganik, myo-inositol dan makro nutrien seperti K, Ca dan Mg serta mineral-mineral lainnya yang terkandung dalam fitin (Bewley & Black 1985). Myo-inositol yang dilepaskan akan digunakan untuk pembentukan dinding sel, karena senyawa ini merupakan prekursor dari unit gula pentosyl dan uronosyl yang bergabung dengan pektin dan polisakrida dinding sel yang lain sedangkan P anorganik yang dilepaskan akan ditransportasikan ke titik tumbuh (axis) untuk sintesis senyawa-senyawa yang mengandung P, seperti ATP. Fosfor merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa vital seperti molekul pentransfer energi (ADP/ATP) dan senyawa sistim informasi genetik (DNA/RNA). Fosfor juga merupakan bagian dari fosfolipid seperti lecithin dan cholin yang berperan dalam integritas membrane sel. Menurut Copeland (1976) senyawa fitin berfungsi sebagai cadangan fosfat dan untuk pemeliharaan energi, sebab P dapat bergabung dengan ADP membentuk ATP.

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Jurusan Agronomi dan Hortikultura IPB dan Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Bogor pada bulan April sampai Agustus 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi (Oryza

sativa L.), dua varietas padi sawah (Ciherang, Maro) dan satu varietas padi gogo (Limboto) dengan kisaran daya berkecambah antara 82% - 94 %. Bahan untuk perlakuan invigorasi benih meliputi GA3 dan KH2PO4 sedangkan bahan untuk pengujian perkecambahan adalah kertas merang, kertas tissue towel, boks plastik berukuran 19.5 cm x 13 cm x 5 cm, etanol 96%, pupuk kimia (urea, KCL, SP-36) dan pestisida. Alat - alat yang digunakan pada penelitian ini adalah stoples kedap udara, germinator IPB 73-2A/B, oven listrik, desikator, timbangan analitik, labu takar, gelas piala, sudip, spatula, inkubator, sprayer, alat pengolahan tanah, alat panen, timbangan, karung/plastik, meteran.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan yaitu percobaan pendahuluan, percobaan pengaruh invigorasi terhadap viabilitas benih padi dan percobaan pengaruh invigorasi terhadap produksi padi.

Percobaan Pendahuluan

(28)

akan digunakan untuk percobaan I dan II. Daya berkecambah benih diuji dengan metode Uji Di atas Kertas (UDK) di dalam kotak plastik dengan ukuran 19.5 cm x 13 cm x 5 cm pada satu varietas dan diulang tiga kali.

Percobaan I : Pengaruh Perlakuan Invigorasi Terhadap Viabilitas Benih Padi

Percobaan I adalah pengaruh perlakuan invigorasi terhadap viabilitas benih padi dengan mengunakanrancangan percobaan split - split plot. Faktor I sebagai petak utama adalah varietas yang terdiri dari tiga varietas yaitu : Ciherang, Maro (padi sawah) dan Limboto (padi gogo). Faktor II sebagai anak petak adalah tingkat viabilitas benih yang terdiri atas dua taraf yaitu : Tingkat viabilitas I (T1) dengan DB 85 - 100% dan tingkat viabilitas II (T2) dengan DB 70 - 80%. Faktor III sebagai anak - anak petak adalah perlakuan invigorasi yang terdiri atas tujuh taraf yaitu perendaman benih dengan air murni (I1), benih direndam dalam 50 ppm GA3 (I2), benih direndam dalam 100 ppm GA3 (I3), benih direndam dalam 150 ppm GA3 (I4), benih direndam dalam 100 ppm KH2PO4 (I5), benih direndam dalam 150 ppm KH2PO4 (I6), benih direndam dalam 200 ppm KH2PO4 (I7). Perlakuan tersebut merujuk pada hasil penelitian Madiki (1998), dimana

pemberian larutan 100

μ

M GA3 (35.6 ppm) pada benih padi dapat meningkatkan

vigor dan KH2PO4 merujuk pada Dona (2008) dimana perlakuan 0.02% (200 ppm) KH2PO4 dapat meningkatkan daya berkecambah benih padi.

Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium

(29)

Digulung dalam plastik (UKDdp). Kebutuhan benih yang dikecambahkan sebanyak 50 butir dan diulang 3 kali.

Perlakuan perendaman dengan larutan GA3 dan KH2PO4 tersebut dilakukan selama 24 jam sebelum benih di kecambahkan. Kombinasi perlakuan yang dihasilkan adalah 42. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga totalnya adalah 126 satuan percobaan. Benih yang digunakan sebanyak 50 gr per varietas.

Model linier dari rancangan split-split plot adalah sebagai berikut.

Yijkl= µ+αi+Dj+βij+Pk+(DP)jk+

y

ijk+Vl+ (DV)jl+(PV)kl+(DPV)jkl+εijk

Keterangan :

Yijkl = Nilai pengamatan pada varietas ke-j, perlakuan tingkat viabilitas ke-k dan invigorasi ke-l terhadap ulangan ke-i

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)

Dj = Pengaruh perlakuan varietas ke-j (j = 1, 2, 3)

βij = Galat petak utama

Pk = Pengaruh tingkat viabilitas ke-k (k = 1, 2)

(DP)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan varietas ke-j dan tingkat viabilitas ke-k (j = 1, 2, 3 dan k = 1, 2)

y

ijk = Galat anak petak

Vl = Pengaruh perlakuan invigorasi ke-l (l = 1, 2…7)

(DV)jl = Pengaruh interaksi antara perlakuan varietas ke-j dan invigorasi ke-l

(PV)kl = Pengaruh interaksi antara tingkat viabilitas ke-k dan invigorasi ke-l

(DPV)jkl = Pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-j, tingkat viabilitas ke-k dan invigorasi ke-l.

ε

ijkl = Galat anak – anak petak.

(30)

Peubah yang Diamati Sebagai Tolok Ukur Viabilitas di Laboratorium Pengamatan yang dilakukan untuk percobaan pendahuluan adalah Daya Berkecambah (DB) dan Indeks Vigor (IV). Pada percobaan satu yang diamati adalah : 1) Daya Berkecambah (DB), 2) Berat Kering Kecambah Normal (BKKN), 3) Panjang Plumula, 4) Panjang Akar dan 5) Indeks Vigor (IV), 6) Laju Pertumbuhan Kecambah (LPK).

Daya Berkecambah (DB)

Pengamatan daya berkecambah benih dilakukan pada hari ke 5 (hitungan pertama) dan hari ke 7 (hitungan kedua), dengan menghitung benih yang berkecambah normal, abnormal dan mati. Menurut Kamil (1982) benih dikatakan berkecambah normal bila radikula telah tampak keluar menembus koleoriza diikuti munculnya koleoptil yang membungkus daun. Daya Berkecambah (DB) dihitung berdasarkan rumus Sadjad (1999) dalam Halimursyadah (2007) yaitu sebagai berikut :

Keterangan:

DB = Daya berkecambah

KN I = Kecambah normal pada pengamatan pertama, yaitu hari kelima KN II = Kecambah normal pada pengamatan kedua, yaitu hari ketujuh

Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

Berat kering kecambah normal (BKKN) dihitung berdasarkan kecambah normal pada hari pengamatan terakhir. Hari terakhir perhitungan semua kecambah normal dimasukkan dalam amplop kertas, kemudian dioven pada suhu 60 0C selama 3x24 jam (72 jam), kemudian kecambah di masukan dalam desikator selama 45 menit dan ditimbang dalam satuan gram.

(31)

Panjang Akar: diukur akar primer (akar terpanjang), mulai dari pangkal akar hinga ujung akar dengan mengunakan pengaris.

Indeks Vigor (IV).

Indeks vigor ditentukan berdasarkan jumlah kecambah normal pada hitungan pertama. Indeks vigor dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IV (%) X 100 %

Laju Pertumbuhan Kecambah (LPK)

Laju pertumbuhan kecambah dihitung dengan menggunakan rumus (AOSA 1983):

Percobaan II : Pengaruh Perlakuan Invigorasi Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Hasil Padi

Percobaan ke dua adalah pengaruh perlakuan invigorasi terhadap pertum-buhan tanaman dan hasil padi yang disusun dalam rancangan split - split plot. Faktor I sebagai petak utama adalah varietas yang terdiri dari : Ciherang, Maro (padi sawah) dan Limboto (padi gogo). Faktor II sebagai anak petak adalah tingkat viabilitas benih yang terdiri dari dua taraf yaitu: 1. DB 85 - 100% dan 2. DB 70 - 80%. Faktor III sebagai anak - anak petak adalah perlakuan invigorasi yang terdiri dari tujuh taraf yaitu perendaman benih dengan air murni (I1), benih direndam dalam 50 ppm GA3 (I2), benih direndam dalam 100 ppm GA3 (I3), benih direndam dalam 150 ppm GA3 (I4), benih direndam dalam 100 ppm KH2PO4 (I5), benih direndam dalam 150 ppm KH2PO4 (I6), benih direndam dalam 200 ppm KH2PO4 (I7).

(32)

kali sehingga totalnya adalah 126 satuan percobaan. Total lahan yang dibutuhkan adalah 2088 m2 dan menggunakan benih sebanyak 567 gr per varietas. Rancangan yang digunakan adalah split - split plot.

Model linier dari rancangan split-split plot adalah sebagai berikut.

Yijkl= µ+αi+Dj+βij+Pk+(DP)jk+

y

ijk+Vl+ (DV)jl+(PV)kl+(DPV)jkl+εijk

Keterangan :

Yijkl = Nilai pengamatan pada varietas ke-j, perlakuan tingkat viabilitas ke-k dan invigorasi ke-l terhadap ulangan ke-i

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)

Dj = Pengaruh perlakuan varietas ke-j (j = 1, 2, 3)

βij = Galat petak utama

Pk = Pengaruh tingkat viabilitas ke-k (k = 1, 2)

(DP)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan varietas ke-j dan tingkat viabilitas ke-k (j = 1, 2, 3 dan k = 1, 2)

y

ijk = Galat anak petak

Vl = Pengaruh perlakuan invigorasi ke-l (l = 1, 2…7)

(DV)jl = Pengaruh interaksi antara perlakuan varietas ke-j dan invigorasi ke-l

(PV)kl = Pengaruh interaksi antara tingkat viabilitas ke-k dan invigorasi ke-l (DPV)jkl = Pengaruh interaksi perlakuan varietas ke-j, tingkat viabilitas ke-k

dan invigorasi ke-l.

ε

ijkl = Galat anak – anak petak.

Pelaksanaan Percobaan di Lapang

Persemaian

(33)

Pemupukan dilakukan 5 HST (hari setelah tanam), pupuk disebar pada pagi hari sebelum pukul 08.00. Untuk melindungi persemaian dari serangan hama maupun penyakit, disemprotkan insektisida Bassa 50 EC (konsentrasi 1,5 ml/l air) dan Dharmafur 3G sebanyak 2 kg. Lahan persemaian dijaga dalam kondisi macak - macak hingga tanaman berumur 14 hari setelah tanam kemudian dipindah ke sawah/penanaman (Wirawan & Wahyuni 2002)

Ukuran bedengan persemaian yaitu panjang bedengan 500 - 600 cm. lebar bedengan 100 - 150 cm, tinggi bedengan 20 - 30 cm, dan diantara kedua bedengan yang berdekatan dipisahkan dengan selokan, dengan ukuran lebar 30 - 40 cm. Pembuatan selokan bermaksud untuk mempermudah penaburan benih dan pencabutan bibit. Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi : penyiangan, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit.

Penyiapan Lahan dan Pengelolaan Air

Penyiapan lahan terdiri dari pembuangan rumput - rumput/belukar. Setelah pengolahan tanah, dilakukan pelumpuran dan perataan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dua tahap. Setelah pengolahan tahap pertama, tanah digenangi agar zat beracun terpisah dari tanah, hingga air genangan berkisar antara 5 - 10 cm. Untuk mengatur tinggi air genangan dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil (membuka) pintu saluran air. Pengolahan tanah tahap kedua dilakukan dua minggu setelah pengolahan tanah pertama.

Pengolahan Tanah ke Dua dan Pembuatan Petak

Tanah diolah sempurna dengan kedalaman lumpur sekitar 15-30 cm, permukaannya diratakan, sehingga tidak terjadi genangan/kering pada suatu tempat tertentu, selanjutnya dibuat petak percobaan berukuran 2 m x 3 m, jumlahnya sesuai dengan banyaknya perlakuan yaitu 3 varietas, 2 tingkat viabilitas, 7 perlakuan invigorasi dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Jumlah total petak adalah 126 (satuan percobaan).

Penanaman

(34)

yang digunakan : 1 bibit per lubang. Pemeliharaan meliputi: a. penyulaman dan penyiangan, b. pengairan, c. pemupukan. Dosis pupuk yang digunakan adalah pupuk urea 300 kg/ha, pupuk SP-36 200 kg/ha, pupuk KCl 100 kg/ha. Pupuk dasar diberikan 3 - 4 hari sebelum tanam dengan 1/3 bagian Urea dan seluruh dosis TSP maupun KCl. Pemupukan susulan I diberikan 3-4 MST dengan 1/3 bagian urea, sedangkan pemupukan susulan II diberikan 7 MST (minggu setelah tanam). Pupuk dasar diberikan dengan cara disebarkan merata kemudian di injak-injak. Pupuk susulan I diberikan dengan cara disebarkan dalam larikan dengan selang satu larikan. Pemberian pupuk susulan II dengan cara disebarkan pada larikan yang belum dipupuk pada pemupukan susulan I. Pada saat pemupukan, kondisi tanah dibuat macak-macak dan dibiarkan selama 3 hari. (Wirawan & Wahyuni 2002).

Peubah yang Diamati pada Percobaan II di Lapang

Peubah yang diamati pada masa vegetatif adalah jumlah anakan/rumpun, tinggi tanaman/rumpun, jumlah daun/rumpun untuk bulan pertama pengamatan dilakukan setiap minggu dan setelah satu bulan pengamatan dua minggu sekali. Pengamatan waktu pembungaan (dilihat pada saat tanaman mulai berbunga sampai selesai masa berbunga (setiap hari), untuk pengamatan umur berbunga 50% dan 100% adalah dengan cara : melihat jika dalam satu lot (100 rumpun) terdapat satu tanaman berbunga maka dalam lot tersebut terdapat 1/100 x 100% = 1% yang berbunga, jika ada dua tanaman yang berbunga dalam satu rumpun tetap di hitung satu persen.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Pendahuluan.

Hasil percobaan pendahuluan dengan menggunakan varietas Ciherang menunjukkan bahwa viabilitas benih (DB) dapat diturunkan menjadi 58% melalui pengusangan selama 108 menit (Gambar 2). Kisaran waktu pengusangan untuk mendapatkan tingkat viabilitas 70 – 80% adalah 45.6 menit - 87.8 menit. Pengusangan kimiawi dengan uap etanol 96% terpilih yang digunakan sebagai benih dengan tingkat viabilitas dua (T2) untuk penelitan I dan II adalah 75 menit yang dapat menurunkan daya berkecambah benih varietas Ciherang menjadi 73%.

Gambar 2. Kurva penurunan daya berkecambah benih varietas Ciherang setelah diusangkan secara kimiawi dengan uap etanol 96%.

(36)

selain kondisi lingkungan sewaktu benih diproduksi, ketepatan waktu panen berdasarkan tingkat masak, cara prosessing, cara pengeringan, cara panen dan cara pengepakan.

Percobaan I : Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Viabilitas Benih Padi

Sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur berat kering kecambah normal (BKKN), panjang plumula dan vigor benih indeks vigor (IV). Pada daya berkecambah (DB) serta vigor benih yang di ukur dengan tolok ukur laju pertumbuhan kecambah (LPK) pengaruhnya nyata, sedangkan terhadap panjang akar tidak nyata.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengaruh Varietas, Tingkat Viabilitas, Perlakuan Invigorasi dan Interaksinya terhadap Viabilitas Benih.

Tolok ukur Perlakuan dan Interaksi

Keterangan : V (varietas), T (tingkat viabilitas), I (invigorasi), * = berpengaruh nyata pada taraf 5 %, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata.

(37)

Daya Berkecambah (DB)

Perlakuan KH2PO4 150 ppm pada varietas Ciherang dengan tingkat viabilitas dua (T2) dapat meningkatkan daya berkecambah dari 73.33 menjadi 84.67% (Tabel 2). Menurut Widajati (1999) perlakuan dengan KH2PO4 dapat meningkatkan daya berkecambah benih karena adanya sumbangan P dan K+ dari KH2PO4 yang siap dimetabolismekan oleh benih, selain P dan K+ dari dalam benih itu sendiri. K+ yangmasuk ke dalam benih juga dapat digunakan sebagai kofaktor enzim kinase yang mengkatalisis penambahan gugus fosfat yang di lepaskan oleh fosfoenol piruvat ke ADP sehingga terbentuk ATP. Ketersedian ATP yang lebih tinggi akan memberikan dampak sintesis makromolekul pada embrio lebih cepat yang tercermin dengan meningkatnya DB.

Tabel 2. Daya Berkecambah (%) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada DuaTingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto T x I

berbeda nyata pada uji DMRT α = 0.05. angka rata-rata yang diikuti huruf kapital yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %. T : tingkat viabilitas, I : invigorasi.

Pada varietas Maro dan Limboto tidak ada satu perlakuan yang dapat meningkatkan daya berkecambah baik pada lot I maupun lot II. Hal ini diduga karena lot I dan lot II masih memiliki GA3 endogen dan phytin (P) yang cukup.

Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

(38)

dengan tingkat viabilitas dua (T2) dapat meningkatkan berat kering kecambah normal (BKKN) (Tabel 3).

Tabel 3.Berat Kering Kecambah Normal (gr) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto T X I

berbeda nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %. T : tingkat viabilitas, I : invigorasi.

Pada varietas Limboto dengan tingkat viabilitas dua, perlakuan GA3 50 ppm dan KH2PO4 100 ppm dapat meningkatkan berat kering kecambah normal dari 0.24 gr menjadi 0.31 gr dan 0.29 gr. Munthe (1992) menunjukkan bahwa perlakuan osmotic priming pada benih kacang tanah dengan larutan KH2PO4 memperlihatkan tolok ukur bobot kering kecambah normal (BKKN) yang lebih tinggi. Menurut Sadjad (1989) bobot kering kecambah normal merupakan tolok ukur viabilitas potensial yang menggambarkan banyaknya cadangan makanan yang tersedia sehingga bila dikondisikan pada lingkungan yang sesuai mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, bobot kering kecambah yang tinggi dapat menggambarkan pemanfaatan cadangan makanan dalam benih yang efisien.

Panjang Plumula

(39)

(Tabel 4). Demikian juga pada tingkat viabilitas satu perlakuan GA3 100 ppm dan

GA3 150 ppm mampu meningkatkan panjang plumula dari 5.00 cm menjadi 8.33

cm dan 8.00 cm. Hal ini mengambarkan bahwa padi sawah varietas Ciherang dengan perlakuan invigorasi GA3 100 ppm, GA3 150 ppm efektif dalam memanfaatkan cadangan makanan yang tersimpan di dalam endosperma menjadi energi yang dipergunakan dalam proses pembentukan sel – sel baru yang diakumulasi sebagai bahan padat untuk pemanjangan koleoptil.

Tabel 4. Panjang Plumula (cm) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto T x I

berbeda nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %. T : tingkat viabilitas, I : invigorasi.

(40)

cadangan makanan menjadi gula, asam amino, nukleotida dan lain - lain. GA3 juga diduga dapat mendorong aktivitas enzim - enzim glukoneogenik pada fase - fase permulaan perkecambahan benih. Hal ini menjamin perombakan yang cepat dari lipid menjadi sukrosa yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio menjadi kecambah.

Interaksi perlakuan tingkat viabilitas dan invigorasi pada parameter laboratorium panjang plumula menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi GA3 100 ppm dan GA3 150 ppm pada tingkat viabilitas dua dapat meningkatkan panjang plumula dari 6.33 menjadi 9.56, 9.56 cm sedangkan pada tingkat viabilitas satu peningkatan pajang plumula terjadi pada perlakuan GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, GA3 150 ppm dan KH2PO4 100 ppm.

Panjang Akar

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua perlakuan invigorasi pada benih varietas Ciherang, Maro dengan tingkat viabilitas satu (T1) dan tingkat viabilitas dua (T2) tidak dapat meningkatkan panjang akar.

Tabel 5. Panjang Akar (cm) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu

Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto

(41)

Pada varietas Limboto perlakuan invigorasi pada tingkat viabilitas satu (T1) dengan GA3 100 ppm dapat meningkatkan panjang akar.

Indeks Vigor (IV)

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tingkat viabilitas satu (T1) dan dua (T2) GA3 50 ppm,GA3 100 ppm, GA3 150 ppm, KH2PO4 100 ppm, KH2PO4 150 ppm dan KH2PO4 200 ppm, pada varietas Ciherang tidak berbeda nyata.

Tabel 6. Indeks Vigor (%) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto T x I dalam uap etanol 96 %. T : tingkat viabilitas, I : invigorasi.

(42)

berlangsung selama aplikasi perlakuan asam giberelat berperan dalam pembelahan dan pemanjangan sel (Taiz & Zeiger 1991) dan berpartisipasi dalam pemanjangan kecambah padi (Khan et al. 1988). Tabel 6 nampak bahwa varietas Limboto pada tingkat viabilitas 2 (T2) perlakuan invigorasi GA3 50 ppm, KH2PO4 100 ppm, KH2PO4 150 ppm dan KH2PO4 200 ppm tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini disebabkan benih tersebut masih memiliki status viabilitas yang tinggi dengan

nilai indeks vigor 90.67%.

Laju Pertumbuhan Kecambah (LPK)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa, pada tingkat viabilitas dua (T2) varietas Ciherang perlakuan GA3 150 ppm, KH2PO4 100 ppm dan KH2PO4 200 ppm dapat meningkatkan laju pertumbuhan kecambah (LPK) dari 0.0057 menjadi 0.0090, 0.0080 dan 0.0077 (Tabel 7). Benih Maro dengan tingkat viabilitas dua (T2) yang diberi perlakuan GA3 100 ppm dan GA3 150 ppm dapat meningkatkan laju pertumbuhan kecambah dari 0.0070 menjadi 0.0087 dan 0.0090. Varietas

Limboto tingkat viabiltas satu (T1) menunjukkan GA3 150 ppm dapat

meningkatkan laju pertumbuhan kecambah dari 0.0073 menjadi 0.0090.

Tabel 7.Laju Pertumbuhan Kecambah (LPK) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto T x I

(43)

Hasil penelitian Ilmiyah (2009) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman menggunakan GA3 berpengaruh terhadap viabilitas benih Kapuk (Ceiba petandra

Gaertn ). Perlakuan lama perendaman dalam GA3 yang efektif adalah 24 jam. Menurut Utomo (2006) air mutlak diperlukan untuk perkecambahan, meskipun demikian perendaman yang terlalu lama dapat menyebabkan anoksia (kehilangan oksigen), sehingga membatasi proses respirasi. Tabel 7 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan (T x I) tidak nyata terhadap parameter laju pertumbuhan kecambah pada tingkat viabilitas dua.

Percobaan II : Pengaruh Perlakuan Invigorasi Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Hasil Padi

Hasil Pengamatan Fase Vegetatif Tinggi Tanaman Padi

Hasil pengamatan selama sepuluh minggu terhadap tinggi tanaman varietas Ciherang dengan perlakuan KH2PO4 150 ppm menunjukkan bahwa kecepatan tinggi tanaman pada waktu pengamatan 4 MST baru 54 cm dan setelah itu tinggi tanaman mencapai maksimum yaitu 101 cm pada 8 MST, lebih tinggi dari perlakuan GA3 100 ppm dan kontrol (Gambar 3).

(44)

tanaman meningkat menjadi 80 cm dan dengan berjalannya waktu tinggi tanaman

mencapai maksimum 100 cm pada 10 MST, lebih tinggi dari perlakuan GA3 100

ppm dan kontrol.

Gambar 4. Grafik rata-rata tinggi tanaman padi varietas Maro dengan perlakuan invigorasi.

Pada 8 MST perlakuan GA3 100 ppm menunjukkan tinggi tanaman yang lebih pendek dari KH2PO4 200 ppm. Pada 10 MST perlakuan kontrol, GA3 100 ppm dan KH2PO4 150 ppm menunjukkan tinggi tanaman yang sama. Hal ini diduga karena tanaman tidak produktif lagi dalam arti pertumbuhan tinggi tanaman sudah berhenti karena sudah memasuki masa pembungaan dan pengairan sudah mulai berkurang/dikeringkan (Gambar 4.)

Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi GA3 150 ppm dan KH2PO4 100 ppm pada varietas Limboto selama pengamatan 10 minggu tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan kontrol.

0

(45)

Data diatas menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi pada ketiga varietas yang diuji (Ciherang, Maro dan Limboto) tidak mampu meningkatkan tinggi tanaman diduga karena pada awal pertanaman menggunakan bibit yang relatif seragam. Selain itu pengaruh pemupukan yang diberikan dapat meningkatkan tinggi tanaman sehingga perlakuan invigorasi menjadi tidak nyata.

Jumlah Anakan

Hasil pengamatan lapangan sampai pada minggu ke-10 jumlah rata-rata anakan per rumpun pada perlakuan invigorasi varietas Ciherang menunjukkan bahwa perlakuan GA3 100 ppm dan KH2PO4 150 ppm mulai meningkatkan jumlah anakan pada pengamatan 4 MST dan 6 MST (Gambar 6). Pengamatan 3 MST perlakuan GA3 100 ppm dan KH2PO4 150 ppm belum meningkatkan jumlah anakan per rumpun.

Gambar 6. Grafik rata-rata jumlah anakan tanaman padi varietas Ciherang dengan perlakuan invigorasi.

Gambar 7 menunjukkan bahwa varietas Maro pengamatan 4 MST, 6 MST dengan perlakuan GA3 100 ppm dan KH2PO4 200 ppm dapat meningkatkan jumlah anakan dari 6 anakan menjadi 8, 9 anakan pada 4 MST dan jumlah anakan dari 11 menjadi 12, 15 anakan pada 6 MST sedangkan pada pengamatan yang lainnya perlakuan invigorasi belum mampu meningkatkan jumlah anakan.

(46)

Gambar 7. Grafik rata-rata jumlah anakan tanaman padi varietas Maro dengan perlakuan invigorasi.

Jumlah anakan padi gogo varietas Limboto (Gambar 8) menunjukkan bahwa perlakuan KH2PO4 100 ppm pengamatan 3 MST dapat meningkatkan jumlah anakan dari 4 menjadi 5 anakan, sedangkan perlakuan GA3 150 ppm mulai miningkatkan jumlah anakan pada 4 MST hingga 6 MST lebih tinggi dari perlakuan KH2PO4 dan kontrol tetapi pada pengamatan 8 MST dan 10 MST terjadi penurunan jumah anakan yang lebih cepat.

Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah anakan tanaman padi varietas Limboto dengan perlakuan invigorasi

Jumlah anakan pada tiga varietas Ciherang, Maro dan Limboto pada pengamatan 8 MST dan 10 MST umumnya menurun baik kontrol maupun dengan

(47)

perlakuan invigorasi. Hal ini diduga tanaman terserang penyakit trip sehingga menyebabkan jumlah anakan kering dan mati.

Makarim & Suhartatik (2009) menyatakan bahwa anakan padi pertama memunculkan anakan sekunder terjadi pada tiga puluh hari setelah tanam (30 hari setelah tanam pindah) dan setelah anakan maksimal tercapai sebagian dari anakan akan mati jika tidak berhasil membentuk malai (persaingan dalam mensuplai unsur hara), anakan tersebut dinamakan anakan tidak efektif.

Jumlah Daun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah daun varietas Ciherang dengan perlakuan invigorasi GA3 100 ppm dan KH2PO4 150 ppm pada pengamatan 4 MST, 5 MST, 6 MST dapat ditingkatkan, tetapi perlakuan invigorasi GA3 100 ppm pada pengamatan 6 MST tidak berbeda dengan jumlah daun kontrol (Gambar 9).

Gambar 9. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman padi varietas Ciherang dengan perlakuan invigorasi

(48)

Gambar 10. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman padi varietas Maro dengan perlakuan invigorasi

Gambar 11 menunjukkan bahwa varietas Limboto dengan perlakuan invigorasi GA3 150 ppm dan KH2PO4 100 ppm mulai meningkatkan jumlah daun pada pengamatan 4 MST, 6 MST dan 8 MST tetapi perlakuan GA3 100 ppm terlihat lebih menurun dibandingkan perlakuan KH2PO4 100 ppm.

Gambar 11. Grafik rata-rata jumlah daun tanaman padi varietas Limboto dengan perlakuan invigorasi

Hal ini didukung oleh hasil - hasil penelitian di tingkat laboratorium yaitu varietas Limboto dengan tingkat viabilitas dua (T2) pada perlakuan GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, GA3150 ppm dapat meningkatkan panjang plumula dari 7.00 cm menjadi 9.00 cm, 10.00 cm dan 10.33 cm (Tabel 4). Varietas Ciherang dan Maro dengan perlakuan invigorasi dapat meningkatkan panjang plumula.

(49)

Jumlah daun varietas Ciherang, Maro dan Limboto pada Gambar 9, 10 dan 11 nampak bahwa varietas Maro dan Limboto pada pengamatan 8 MST jumlah daun sudah berkurang sedangkan pada varietas Ciherang pengamatan 8 MST belum berkurang hal ini diduga pengaruh faktor umur panen yang berbeda-beda pada setiap varietas. Makarim & Suhartatik (2009) juga meyatakan bahwa anakan padi pertama memunculkan anakan sekunder terjadi pada tiga puluh hari setelah tanam (30 hari setelah tanam pindah) dan setelah anakan maksimal tercapai sebagian dari anakan akan mati jika tidak berhasil membentuk malai, anakan tersebut dinamakan anakan tidak efektif. Dalam hal ini semakin berkurangnya jumlah anakan maka jumlah daun juga akan berkurang.

Hasil Pengamatan Fase Generatif

Hasil sidik ragam pengaruh faktor varietas, tingkat viabilitas dan invigorasi terhadap komponen hasil (Tabel 8) menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap umur berbunga 50% dan berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga 100%, jumlah gabah per malai, jumlah gabah bernas per malai, berat gabah total per malai, bobot 1000 butir, berat basah gabah per plot dan berat kering gabah per plot, sedangkan pada parameter berat gabah bernas per malai tidak berpengaruh nyata.

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengaruh Varietas, Tingkat Viabilitas, Invigorasi dan Interaksi Terhadap Komponen Hasil.

Keterangan : V (varietas), T (tingkat viabilitas), I (invigorasi), * = berpengaruh nyata pada taraf 5 %, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata.

(50)

sedangkan umur berbunga 50%, jumlah gabah per malai, jumlah gabah bernas per malai, berat gabah total per malai, berat gabah bernas per malai, bobot 1000 butir, berat basah gabah per plot tidak nyata. Perlakuan invigorasi pengaruh sangat nyata terhadap parameter jumlah gabah per malai, jumlah gabah bernas per malai dan berpengaruh nyata terhadap berat gabah total per malai, berat basah gabah per plot dan berat kering gabah per plot sedangkan umur berbunga 50%, umur berbunga 100%, berat gabah bernas per malai, bobot 1000 butir tidak nyata.

Interaksi antara perlakuan varietas x invigorasi, tingkat viabilitas x invigorasi, varietas x tingkat viabilitas x invigorasi berpengaruh nyata pada perameter umur berbunga 50%, berat kering gabah per plot tetapi pada parameter lain tidak pengaruh nyata. Interaksi antara varietas x tingkat viabilitas berpengaruh sangat nyata pada parameter umur berbunga 100%, bobot 1000 butir dan berpengaruh nyata pada parameter umur berbunga 50%, jumlah gabah per malai, jumlah gabah bernas per malai, berat gabah total per malai, berat basah gabah per plot sedangkan berat gabah bernas per malai, berat kering gabah per plot tidak nyata.

Umur Berbunga 50 Persen

(51)

Tabel 9. Umur Berbunga 50% Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto

I1 kontrol 83.00 85.33 79.30

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kapital yang sama tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %.

Hal ini menunjukkan bahwa benih yang di usangkan (T2) mengalami recovery selama pertumbuhannya di lapang.

Umur Berbunga 100 Persen

(52)

Tabel 10. Umur Berbunga 100% pada Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dengan Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kapital yang sama tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %.

Secara genetik terdapat perbedaan waktu berbunga 100% antara varietas Ciherang, Maro dan varietas Limboto.

Jumlah Gabah per Malai

(53)

Tabel 11. Jumlah Gabah per Malai Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto

I1 kontrol 154.57 197.43 213.33

I2 GA350 ppm 172.47 187.00 224.10

I3 GA3 100 ppm 173.00 220.00 261.53

I4 GA3 150 ppm 174.57 208.13 235.23

Tingkat Viabilitas 1 I5 KH2PO4 100 ppm 154.20 204.13 219.57

(T1)*) I6 KH2PO4 150 ppm 173.90 191.10 237.43

I7 KH2PO4 200 ppm 174.57 200.23 196.43

Rata-rata 168.18 D 201.15 C 226.80 B

I1 kontrol 171.47 195.10 226.00

I2 GA350 ppm 174.43 197.47 226.33

I3 GA3 100 ppm 191.77 199 .23 259.47

Tingkat Viabilitas 2 I4 GA3 150 ppm 189.57 196.00 257.23

(T2)**) I5 KH2PO4 100 ppm 184.53 179.00 236.10

I6 KH2PO4 150 ppm 180.33 186.53 239.20

I7 KH2PO4 200 ppm 150.57 187.63 233.10

Rata-rata 177.52 D 191.57 C 239.63 A

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kapital yang sama tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %.

(54)

Jumlah Gabah Bernas per Malai

Tabel 12 memperlihatkan tingkat viabilitas dua (T2) varietas Ciherang dan Maro tidak menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan tingkat viabilitas satu (T1) kecuali pada varietas Limboto.

Tabel 12. Jumlah Gabah Bernas per Malai Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kapital yang sama tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %.

Data jumah gabah bernas ini menunjukkan kecenderungan yang sama dengan data jumlah gabah per malai pada Tabel 11. Varietas Limboto pada tingkat viabilitas dua (T2) menghasilkan jumlah gabah bernas tertinggi (193.5) dibanding perlakuan lainnya.

Bobot 1000 Butir

(55)

tinggi dari tingkat viabilitas dua yaitu 24,35 gr. Varietas Limboto menunjukkan hal yang berbeda dengan varietas Maro yaitu tingkat viabiltas satu menghasilkan bobot 1000 butir lebih rendah dari tingkat viabilitas dua.

Tabel 13. Bobot 1000 Butir(gr) Dua Varietas Padi Sawah Ciherang, Maro dan Padi Gogo Limboto dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kapital yang sama tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap varietas yang berbeda memiliki sifat dan produktivitas yang berbeda – beda.

Berat Basah Gabah per Plot

(56)

Tabel 14. Berat Basah Gabah per Plot (kg) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Perlakuan Ciherang Maro Limboto

I1 kontrol 4.04 (7.40) 4.51 (7.83) 1.80 (4.02)

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kapital yang sama tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %. Angka dalam kurung adalah hasil transformasi t/ha.

Hal ini dapat diduga pengaruh awal tanam pindah ke sawah hanya memilih tanaman yang sehat sedangkan tanaman yang mati dan kerdil tidak ditam (Tabel 14).

Berat Kering Gabah per Plot

(57)

Tabel 15. Berat Kering Gabah per Plot (kg) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas.

Tingkat Viabilitas Invigorasi Ciherang Maro Limboto

I1 (kontrol) 2.73 (5.00) a-g 3.13 (5.45) a-d 1.07 (2.41) o

berbeda nyata pada uji DMRT α = 0.05. *) Benih yang tidak di usangkan dengan uap

etanol 96 % . **) Benih yang diusangkan selama 75 menit dalam uap etanol 96 %. Angka dalam kurung adalah hasil transformasi t/ha.

Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Jumlah Gabah per Malai, Berat Gabah Total per Malai dan Berat Kering Gabah per Plot

Hasil analisis Tabel 16 menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi dengan GA3 100 ppm dapat meningkatkan parameter lapang jumlah gabah per malai dari 192.9 menjadi 217.5 sedangkan perlakuan GA3 50 ppm, GA3 150 ppm, KH2PO4 100 ppm, KH2PO4 150 ppm dan KH2PO4 200 ppm tidak dapat meningkatkan jumlah gabah per malai.

Tabel 16. Jumlah Gabah per Malai, Berat Gabah Total per Malai, Berat Kering Gabah per Plot pada Perlakuan Invigorasi Benih.

Perlakuan Jumlah gabah per

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

(58)

Pada parameter berat gabah total per malai dan berat kering gabah per plot tidak ada satupun perlakuan invigorasi yang dapat meningkatkan hasil. Hal ini diduga karena unsur K dan P sudah diperoleh dalam jumlah yang cukup melalui pemupukan. Dahamarudin (2011) GA3 yang dapat meningkatkan produksi pada padi gogo varietas Limboto adalah 100 ppm ditambah air kelapa muda.

Korelasi antara Parameter di Laboratorium dan di Lapang

1. Varietas Ciherang

Nilai koefisien korelasi akan memperkuat dugaan terhadap parameter-parameter yang ada untuk menunjukkan adanya hubungan yang erat antara satu parameter dengan parameter lainnya (Tabel 17).

Tabel 17. Koefisien Korelasi Parameter Laboratorium dan Lapang Varietas Ciherang

Keterangan : **= Berkorelasi sangat nyata pada α = 0.01, * = berkorelasi nyata pada α 0.05, DB=

daya berkecambah, IV= indeks vigor, PP= panjang plumula, PA= panjang akar, BKKN= berat kering kecambah normal, LPK= laju pertumbuhan kecambah, JD/R= jumlah daun per rumpun, JA/R = jumlah anakan per rumpun, B1 = umur berbunga 50%, B2= umur berbunga 100%, JG/M jumlah total gabah permalai, JGB/M= jumlah gabah bernas per malai, BGT/M= berat gabah total per malai , BGB/M= berat gabah bernas per malai, BBG/P= berat basah gabah per plot, BKG/P= berat kering gabah per plot, BS = Bobot 1000 butir.

Gambar

Gambar 1. Garis – garis viabilitas benih dalam konsepsi Steinbauer - Sadjad (Sadjad 1994)
Gambar 2. Kurva penurunan daya berkecambah benih varietas Ciherang setelah  diusangkan secara kimiawi dengan uap etanol 96%
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengaruh Varietas, Tingkat Viabilitas,  Perlakuan Invigorasi dan Interaksinya terhadap Viabilitas Benih
Tabel 2.  Daya Berkecambah (%) Dua Varietas Padi Sawah (Ciherang, Maro) dan Satu Varietas Padi Gogo (Limboto) dengan berbagai Perlakuan Invigorasi Benih pada Dua Tingkat Viabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tiga varietas padi gogo toleran A1 yang diuji, dua varietas yaitu Grog01 dan Raul tergolong galur peka naungan sedangkan.. Hawara Bunar tergolong

Dalam penelitian ini upaya meningkatkan eksudat asam sitrat kecambah padi gogo varietas Situ bagendit adalah dengan memberi praperlakuan benih dengan cara perendaman benih

Benih padi hibrida Bernas Prima tidak responsif terhadap perlakuan perendaman benih dalam air maupun dengan KNO 3 3% pada tolok ukur DB selama benih mengalami

Kementrian Pertanian telah melepas lebih dari 233 varietas unggul yang terdiri atas 144 varietas unggul padi sawah inbrida, 35 varietas unggul padi hibrida, 30 varietas unggul

Rendahnya potensi hasil yang dimiliki galur padi gogo beras merah G9 (F2BC4P19-36), maka untuk meningkatkan potensi hasil dari galur tersebut, telah dilakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Ciherang dan Banyuasin merupakan padi yang sangat toleran terhadap salinitas.. Banyuasin dan Batanghari memiliki produksi per plot

Pemberian campuran 10 t cocopeat ha -1 dan RP dosis 30 P2O5 kg ha -1 meningkatkan jumlah gabah bernas malai -1 dan berat gabah kering giling ketiga varietas padi gogo, berat

Secara keseluruhan pemberian aluminium pada kecambah padi gogo varietas Situ bagendit menyebabkan cekaman aluminium pada kecambah yang ditunjukkan oleh penurunan