• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seed Invigoration treatments to increase seed viability, plant growth and yield of upland rice (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Seed Invigoration treatments to increase seed viability, plant growth and yield of upland rice (Oryza sativa L.)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN DAN HASIL PADI GOGO (

Oryza sativa

L.)

LA DAHAMARUDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

DenganinisayamenyatakanbahwatugasakhirPerlakuan

InvigorasiBenihuntukMeningkatkanViabilitas,

PertumbuhanTanamandanHasilPadiGogo

(

Oryza

sativa

L.)

adalahkaryasayadenganarahandarikomisipembimbingdanbelumdiajukandalambent

ukapapunkepadaperguruantinggimanapun.

Sumberinformasi

yang

berasalataudikutipdarikarya yang diterbitkanmaupuntidakditerbitkandaripenulis

lain

telahdisebutkandalamteksdandicantumkandalamDaftarPustaka

di

bagianakhirTugasAkhirini.

Bogor, Oktober 2011

La Dahamarudin

NRP.A254090075

(3)

LA DAHAMARUDIN. Seed Invigoration treatments to increase seed viability,

plant growth and yield of upland rice (

Oryza sativa

L.) Under direction of FAIZA

C. SUWARNO and SUWARNO

The objective of this research was to study the effects of invigoration

treatments, seeds viability and varieties on seed vigor, plant growth and yield of

upland rice (

Oryza sativa

L.). The research was carried out in the seed Science

and Technology Laboratory, Bogor Agricultural University, and the Makariki

field station, Central of Maluku District, Acessement Institute of Agricultural

Technology Maluku. The research consisted of Laboratory and field experiments,

both were arranged in a Randomized block design with three treatment factors,

invigoration, viabilities, and varieties, and three replications. The result showed

that the invigoration treatment with GA3

and young coconut water increased seed

viability from 58.0-61.3 to 85.3-96.7% and vigor index from 19.1-44.9 to

42.5-89.2%. The treatment also improved plant performance in the field indicated by

more plants and higher grain yield of the treated plots than those of the untreated.

There were 234.9-245.1 plants/plot yielded 4.96-6.22 t/ha, in the treated plots

compared to 205.9-213.3 plants/plot yielded 3.41-3.83 t/ha in the untreated plots.

Key words: coconut water, GA3, increasing yield, seed viability, upland rice.

(4)

RINGKASAN

LA DAHAMARUDIN. Perlakuan InvigorasiuntukMeningkatkanViabilitas,

PertumbuhanTanamandanHasilPadiGogo (

Oryza sativa

L.). Di bawahbimbingan

FAIZA C. SUWARNO dan SUWARNO.

Kontribusipadigogodalamperberasannasionalmasihsangatrendahyakni ±5%.

Hal inidisebabkanolehrendahnyaproduktifitaspadigogo yang barumencapai 2,97

ton/ha,

sementaraproduktifitaspadisawahsudahmencapai

5,0

ton/ha.

Disampingituluas areal penanamanpadigogolebihkecil (1,1juta ha) dibandingluas

areal padisawah yang mencapai 11,8 juta ha.

Penggunaanbenih

yang

mutunyarendah,

merupakansalahsatupenyebabrendanyaproduktifitaspadigogo,

ditambahdengankompleksnyapembataspertumbuhantanaman

di

lahankeringdibandinglahansawah.Invigorasibenihmerupakansalahsatumetodeuntu

kmeningkatkanviabilitasbenih.Gibelerat,

sitokinindan

air

kelapamudadapatdigunakanuntukmenginvigorasibenihpadigogo.

Penelitianbertujuanuntuk:

1)

mempelajaripengaruhperlakuaninvigorasibenihdantingkatviabilitaspadaberbagaiva

rietaspadigogoterhadappeningkatanviabilitas, pertumbuhantanamandanhasil di

laboratoriumdanlapang. 2) mempelajarikorelasiantaravariabelpengujian di

laboratoriumdanpengujian di lapang.

Penelitiandilaksanakandalamtigatahapyakni;

prapenelitian,

penelitianlaboratoriumdanpenelitianlapang.Prapenelitiandanpenelitianlaboratoriu

mdilaksanakanmulaibulanOktober

-

Desember

2010

di

laboratoriumIlmudanTeknologiBenih

IPB.PenelitianlapangdilaksanakanpadabulanDesember 2010 sampaidenganbulan

Mei

2011.Prapenelitiandilaksanakandenganmenggunakanmetodepengusangancepatfisi

kuntukmemperolehtingkatvibilitasbenihdengandayaberkecambah (DB) ±80%

dan±60%.Benihdidera/diusangkanpadasuhu

43-45

0

C

dan

RH

100%.Penelitianlaboratoriumdanlapangmenggunakanrancanganacakkelompokpol

afaktorial

(tigafaktor)

dengantigaulangan.Faktorpertamaadalahperlakuaninvigorasibenih(penelitian

laboratorium10 tarafdanpenelitianlapang 5 taraf).Perlakuan invigorasi di

lapangmerupakanperlakuanterpilihdarihasilpenelitianlaboratorium.Faktorkeduaad

alahtingkatviabilitasbenihsebanyaktigatarafyaitu: tingakatviabilitastinggi (DB

±100%), tingkatviabilitassedang (DB ±80%) dantingkatviabilitasrendah(DB

±60%). Faktorketigaadalahvarietas (Situpatenggang, LimbotodanBatutegi).

Hasilprapenelitianmenunjukkanbahwavarietas memberikan tanggap yang

berbedaterhadapwaktupengusangan.Waktupengusanganuntukmemperolehviabilita

sbenihdengan DB ±80% adalahsembilan jam untukSitupatenggangdanLimboto,

sedangkanBatutegi 24 jam. DB ±60% dibutuhkanwaktu 24 jam

untukSitupatenggangdanLimboto, sedangkanBatutegi 33 jam.

Hasilpenelitianlaboratoriummenunjukkanbahwaterdapatinteraksiantarainvig

orasi, viabilitasdanvarietasterhadapvariabel DB, indeks vigor (IV),

(5)

lebihbaikdibandingdenganperlakuanlainnyaterhadapsemuavariabel yang diamati.

Hasilpengujianlaboratoriummenunjukkanbahwapadatingkatviabilitasrendah

(DB

±60%)

perlakuaninvigorasibenihdengan

air

kelapamudameningkatkandayaberkecambahdanberatkeringkecambah

normalmasing-masingsebesar33.33%–54.94% dan 25.90%–58.47%.Perlakuan

invigorasibenih GA3100 ppm + air kelapamudameningkatkandayaberkecambah,

indeks vigor dankecepatantumbuhbenihpadigogomasing-masingsebesar 39.13%–

59.34%, 50.07%–122.40% dan 32.99%–22.11%.

Hasilpengujianlapangmenunjukkanbahwaperlakuaninvigorasibenihdengan

air

kelapamudameningkatkanjumlahanakanmaksimum/rumpun,

jumlahanakanproduktif/rumpundanjumlahrumpun/petakmasing-masingsebesar

22.1–25.9,

11.13–15.33,

230.0–

251.9

sertamenghasilkangabahkeringgilingsebesar2.28

kg/ubinatausetara5.63

ton/ha.Perlakuan

invigorasibenih

GA3100

ppm

+

air

kelapamudasertamenghasilkanjumlahanakanmasimum/rumpun,

jumlahanakanproduktif/rumpun, jumlahrumpun/petakmasing-masing 17.9–24.8,

12.83–15.27

dan

234.9–250.6,

denganhasilgabahkeringgiling

2.42

kg/ubinsetaradengan 5.98 t/ha.

HasilgabahkeringgilingtertinggidiperolehpadapadigogovarietasLimboto,

SitupatenggangdanBatutegiberturut-turutsebesar 2.31 kg/ubin (setara 5.71 t/ha),

2.61 kg/ha (setara 6.43 t/ha) dan 1.55 kg/ubin (setara 3.84

t/ha)danmasing-masingberbedanyata.

Variabelpengamatandi

laboratoriumdan

dilapangberkorelasipositifdengannilaikoefisienkorelasi (r) berkisarantara 0,33–

0,44. Variabelkecepatantumbuh (KCT) danindeks vigor (IV)memilikikorelasi yang

nyatadenganvariabelbobot 1000 butirdengannilaikoefisienkorelasiberturut-turut

0.33 dan 0.39.

Kata kunci: air kelapa, GA3, padigogo, peningkatanhasil, viabilitasbenih

(6)

@ HakCiptamilik IPB, tahun 2011

HakCiptadilindungiUndang-undang

1. Dilarangmengutipsebagianatauseluruhkaryatulisinitanpamencantumkanata

umenyebutkansumber

a. Pengutipanhanyauntukkepentinganpendidikan,

penelitian,

penulisankaryailmiah,

penyusunanlaporan,

penulisankritikatautinjauansuatumasalah.

b. Pengutipantidakmerugikankepentingan yang wajarbagiIPB.

2. Dilarangmengumumkanataumemperbanyaksebagianatauseluruhkaryatulis

dalambentukapapuntanpaizin IPB.

(7)

TANAMAN DAN HASIL PADI GOGO (

Oryza sativa

L.)

LA DAHAMARUDIN

TugasAkhir

sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar

Magister Profesionalpada

Program StudiMagister ProfesionalPerbenihan

(8)

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

PengujiLuarKomisipadaUjianTugasAkhir :Dr. Ir. EndangMurniati, MS

(9)

PertumbuhanTanamandanHasilPadiGogo (

Oryza sativa

L.)

Nama

: La Dahamarudin

NRP

: A254090075

Disejutui

KomisiPembimbing

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS.

Ketua

Dr. Ir. Suwarno, MS.

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Magister ProfesionalPerbenihan

DekanSekolahPascasarjana IPB

(10)

Prof. Dr. Ir. SatriyasIlyas, MS

Dr. Ir. DahrulSyah, M.Sc.Agr

TanggalUjian: 28 Oktober 2001

TanggalLulus : ……….

PRAKATA

Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat

Allah

SWT

karenaatasberkatrahmatdankarunia-Nya,

penelitiandanpenulisantugasakhirinidapatterselesaikan.Tugasakhirberjudul

”Perlakuan

InvigorasiuntukMeningkatkanViabilitas,

PertumbuhanTanamandanHasilPadiGogo

(

Oryza

sativa

L.)”

disusunsebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelar Magister Profesionalpada

Program

StudiMagister

ProfesionalPerbenihan,

SekolahPascasarjana,

InstitutPertanian Bogor.

Penelitiandanpenulisantugasakhirinidapatdiselesaikanataspengarahandanbim

bingandaritimkomisipembimbing.

Penulismenyampaikanterimakasihdengantulusdanpenuh rasa hormatkepada Dr. Ir.

Faiza C. Suwarno, MS.sebagaiketuakomisipembimbing, dan Dr. Ir. Suwarno, MS

sebagaianggotakomisipembimbing.

Ucapanterimakasihdisampaikan

pula

kepadaRektor

IPB

danPimpinanSekolahPascasarjana IPB ataskesempatanmengikutiStudi Program

Magister

ProfesionalPerbenihan

di

IPB.KepadaDekanFakultasPertanianIPBsertaKetuaDepartemenAgronomidanHorti

kultura, penulissampaikanterimakasihatasijinmelanjutkanStudi Program Magister

ProfesionalPerbenihan.UcapanterimakasihjugadisampaikankepadaBadanLitbangP

ertanianKementrianPertanianyang telahmembiayaistudipenulis.

KepadaAyahanda (Almarhum), Ibundatercintadansaudara-saudarasaya yang

berada

di

Kabupaten

Maluku

Tengah

Propinsi

Maluku,

penulismenyampaikanterimakasihdanpenghargaansetinggi-tingginyaataspengorbanandando’arestunya.KhususkepadaistritercintaJumiati La

Borneo dananak-anaktersayangLa AchmadNurSaensyah, Setiyati Sabrina,

danIlhamZulfikry,

yang

tetapsetiamendampingipenulisdenganpenuhkesabarandankeceriaan,

penulissampaikanucapanterimakasih.

Semogahasilpenelitianinibermanfaat.

Bogor, Oktober 2011

La Dahamarudin

(11)

Penulisdilahirkan di Buton, PropinsiSulawesi Tenggara padatanggal02

Agustus 1968, merupakanputraketigadaritujuhbersaudara, dariAyahandaLa

OluMonydanIbundaWaAsi.

Pendidikan SD, SMP dan SMA penulistempuh di kotaMasohiKabupaten

Maluku

Tengah

Propinsi

Maluku.

Padatahun

1987,

penulisditerimasebagaiMahasiswajurusanBudidayaPertanian

Program

StudiAgronomi, FakultasPertanianUniversitasHaluoleoKendari, dan lulus tahun

1993.

PenulisdiangkatmenjadiPegawaiNegeriSipil

(PNS)

padatahun

1999sebagaiTenagaPenelitipadaJurusanBudidayaPertanian,

BalaiPengkajianTeknologiPertanian Maluku.

Tahun

2009penulismendapatkesempatanmelanjutkanpendidikanMagister

ProfesionalPerbenihanpada

Program

Magister

ProfesionalPerbenihanSekolahPascasarjanaInstitutPertanian

Bogor

denganbiayadariBadanLitbangPertanian.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………...

v

DAFTAR GAMBAR ……… ..

vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ...

1

LatarBelakang ...

1

TujuanPenelitian...

3

Hipotesis...

3

TINJAUAN PUSTAKA ...

4

Viabilitasdan Vigor ...

4

MetabolismePerkecambahan...

5

PengaruhPerlakuan InvigorasiTerhadapPeningkatan

Vigor Benih ...

8

ZatPengaturTumbuhAsamGiberelat (GA

3

) danSitokinin ... 10

METODOLOGI PENELITIAN ... 13

TempatdanWaktu ... 13

BahandanAlat ... 13

MetodePenelitian... 14

Prapenelitian... 14

PenelitianLaboratorium ... 15

PenelitianLapang... 17

MetodeAnalisis... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Prapenelitian (PengusanganBenih)... 21

PenelitianLaboratorium ... 23

PenelitianLapang... 34

KorelasiAntaraVariabelLaboratoriumdanLapang... 48

SIMPULAN ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 53

(13)

Halaman

1 Rekapitulasihasilanalisisragamvariabelyang diamatipada

penelitianlaboratorium ... 23

2 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenih,tingkatviabilitas

danvarietasterhadaprata-rata dayaberkecambahbenih...

24

3 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenih,tingkatviabilitas

danvarietasterhadaprata-rata indeks vigor...

28

4 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenih,tingkatviabilitas

danvarietasterhadaprata-rata kecepatantumbuh ...

30

5 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenih,tingkatviabilitas

danvarietasterhadaprata-rata beratkeringkecambah normal... 33

6 RekapitulasihasilAnalisisragamvariabelyang diamatipada

penelitianlapang ... 34

7 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenih, tingkatviabilitas

danvarietasterhadaprata-ratajumlahanakanmaksimum ... 35

8 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenih,tingkatviabilitas

danvarietasterhadaprata-rata jumlahanakanproduktif ... 37

9 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenih,tingkatviabilitasdan

varietasterhadap rata-rata bobot 1000 butirpadakadar air 14%... 38

10 Pengaruhinteraksiperlakuaninvigorasibenihdantingkatviabilitas

terhadap rata-rata jumlahrumpun ... 39

11 Pengaruhinteraksiperlakuantingkatviabilitasdanvarietas

terhadap rata-rata umurberbunga 100% ... 41

12 Pengaruhperlakuanvarietasterhadap rata-rataumurberbunga 50%

dan 100% ... 42

13 Pengaruhperlakuaninvigorasidantingkatviabilitasterhadap

rata-rataberatgabahkeringgiling/rumpunpadakadar air 14% ... 43

14 Pengaruhperlakuanvarietasterhadap rata-rataberatgabahkering

giling/rumpunpadakadar air 14% ... 44

15 Pengaruhperlakuaninvigorasidantingkatviabilitasterhadap

rata-rataberatgabahkeringgilingpadakadar air 14% ... 45

(14)

vi

16 Pengaruhperlakuanvarietasterhadap rata-rataberatgabah

keringgilingpadakadar air 14% ... . 46

17 Rekapitulasikoefisienkorelasi (r) dankoefisiendeterminasi (R

2

)

antaravariabelpengamatan di laboratoriumdan di lapang ...

48

(15)

Halaman

1 Peristiwafisikdanmetabolik yang terjadiselama proses

perkecambahan (fase I dan II) danpertumbuhan

awalkecambah (fase III)...

6

2 Dayaberkecambahbenihpadigogo (Situpatenggang, Limboto

danBetutegi) padatiga interval waktupengusangancepatfisik... 21

3 Pengaruhvarietasterhadaptinggitanamanpadigogo...

40

4 Pengaruhperlakuaninvigorasibenihterhadaptinggitanaman

padigogo...

40

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram pelaksanaanpenelitian ...

54

2 DenahpenelitianLaboratorium ...

55

3 Denahpenelitianlapang...

56

4 Posisi media tumbuh (kertas towel) di dalamkotakpengecambahan .. ...

57

5 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V)danvarietas (G)padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadaprata-rata dayaberkecambah (%)...

58

6 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadap rata-rata indeks vigor (%)...

58

7 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadap rata-ratakecepatantumbuh (%KN/etmal)...

59

8 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadap rata-rataberatkeringkecambah normal ...

59

9 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadap rata-ratajumlahtanaman/petak ...

60

10 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadapjumlahanakanmaksimum...

60

11 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadapjumlahanakanproduktif ...

61

12 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadapumurberbunga 50% (hari) ...

61

13 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadapumurberbunga 100% (hari) ...

62

(17)

ix

terhadapberatgabahkeringgiling/rumpun ...

62

15 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadapberatgabahkeringgiling/ubin...

63

16 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadapbobot 1000 butir (g) ...

63

17 Analisisragampengaruhperlakuaninvigorasi (I), tingkat

Viabilitas (V) danvarietas (G) padigogo (

Oryza sativa

L.)

terhadapkadar air gabahsaatpanen (%) ...

65

18 DeskripsipadigogovarietasSitupatenggang ...

65

19 DeskripsipadigogovarietasLimboto ...

66

20 DeskripsipadigogovarietasBatutegi ...

67

(18)

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Padi (

Oryza sativa

L.) merupakanbahanmakananpokoksebagianbesarrakyat

Indonesia, sekitar 95% penduduk Indonesia mengkonsumsiberas(Santoso

et

al.

2005). Kebutuhanberasuntukmemenuhikebutuhanpanganpenduduk Indonesia

terusmeningkat,

karenaselainpendudukterusbertambahdenganlajupeningkatansekitar

2%,

jugaterjadiperubahanpolakonsumsipendudukdari

non

beraskeberas.Dilainpihakterjadipenciutanlahansawahirigasisubur

(intensif)

akibatkonversilahanuntukkepentingan

non

pertanian.Dalamkurunwaktusepuluhtahundaritahun 1989 sampaitahun 1999

telahterjadialihfungsilahansawahseluas 1,6 juta ha, sekitarsatujuta ha

diantaranyaterjadi di PulauJawa(Irawan

et al.

2001).MenurutBadrudin (2008),

konversilahansawahmenjadinonsawah di Jawadalamduadekadeterakhir rata-rata

tercatat 54.716 ha/tahun.

Lahankering

yang

berpotensiuntuktanamanpangankhususnyapadigogoadalahsekitar 5,1juta ha, yang

tersebar

di

berbagaipropinsi.

Namunsecaramenyeluruhbelumdapatdimanfaatkansecara

optimal.Lahankering

yang

berpotensiuntukdikembangkanyaitu

di

lahan-lahanterbuka,

sekitarbantalansungai,

sekitarperbukitandaerahaliransungaidansebagaitumpangsaridengandengantanaman

perkebunandanhutantanamanindustri (Deptan 2009).

Rata-rata produksipadigogo di tingkatnasionalmasihrendah, yaitu 2,97 t/ha

atausekitar 59% dari rata-rata produksipadisawahnasional yang sudahmencapai

rata-rata 5,00 t/ha (KEMENTAN 2010). Salah satufaktor yang

menyebabkanrendahnyaproduktivitaspadigogoadalahpenggunaanbenih

yang

bermuturendah.Hal

iniberkaitandengankeberadaanpetanipadigogo

yang

umumnyapetanimiskin,

petanitradisional

yang

mempunyaibanyakketerbatasan.Petanipadigogo,

umumnyabelummengenalteknologipertanian

yang

sudahmaju.(Deptan.

(19)

2009).MenurutteorikesejajaranSadjad (Sadjad1993), petanipadigogopadatataran

status budayatani, barumencapaitingkatsederhanadankelas/tarafindustrikelas I.

Denganadanyaketerbatasan-keterbatasan di atas, makaintensifikasi yang

perludilakukan

di

lahankeringuntukpadigogoadalahmenerapkanteknologiPengelolaanTanamandanS

umberdayaTerpadu (PTT) TanamanPadiGogo.Salah satukomponen PTT

adalahpenggunaanbenihbermutudenganviabilitassesuaistandar (Deptan2009).

Benihyang

mempunyaidayahiduppotensialatauviabilitaspotensialhanyaakantumbuhmenjadita

naman normal padakondisilingkungantumbuh yang optimum, sedangkanbenih

yang masihmampumenumbuhkantanaman normal danberproduksi normal,

padakondisilingkungantumbuhtidak optimum atau sub optimum adalahbenih yang

memiliki vigor tinggi (Sadjad

et al.

1999).

Benih

yang

diproduksipadakenyataannyatidakselalusegeraditanam.Benihitumengalamipenund

aantanambaikdalamwakturelatifpendekmaupunpanjang.Benih

yang

mengalamipenundaantanam (disimpan) kadangdibiarkandalamkondisi yang tidak

optimal,misalnyaditempatkan di ruangan yang tidak optimum, dalamkemasan

yang terbukaatausebelumdibawakelapang, ditempatkan di ruang yang

berkelembabanudaratinggi,

sehinggameskihanyamelampauiperiodependek,

benihtidakjarangmengalamipenurunan vigor konservasisebelumtanam yang

cepatsehinggawaktuditanam vigor kekuatantumbuhsudahrendah(Sadjad

et al

.

1999).

Priming

merupakansalahsatumetodeinvigorasi

yang

dapatdigunakanuntukmeningkatkanviabilitasdan

vigor

benih.Sebagaiorganismehidup,

benih

yang

telahmengalamikemunduranmemilikibatasviabilitas

minimal

untukdapatditingkatkanviablitasnyadenganmenggunakanmetodeinvigorasi.Inform

asitentangbatas

minimal

viabilitasbenih

yang

masihefektifuntukdiberiperlakuaninvigorasisampaisaatinimasihterbatasterutamajik

adikaitkandengankemampuanbenihuntuktumbuhdanberproduksi

normal

padakondisi sub optimum.

(20)

3

Pengujiandayaberkecambah

di

laboratoriumsebagaitolokukurviabilitasbenihadalahpengujian

yang

dilakukanpadakondisilingkungan

yang

optimum,

sehinggaseringkalilebihtinggidarikenyataan

yang

tumbuh

di

lapang.Untukmengetahuitingkatpertumbuhantanamandi laboratoriumdanlapang,

perludilakukanpengkajianpengaruhinvigorasibenihterhadapviabilitasdanhasilpadig

ogo (

Oryza sativa

L.).

TujuanPenelitian

1. Mempelajaripengaruhperlakuaninvigorasibenihdantingkatviabilitaspadaberba

gaivarietaspadigogoterhadapviabilitas,

pertumbuhandanhasil

di

laboratoriumdanlapang.

2. Mempelajarihubunganantaravariabelpengamatandi

laboratoriumdanvariabelpengamatandi lapang.

Hipotesis

1. Perlakuan

invigorasibenih,

tingkatviabilitasdanvarietasberpengaruhterhadapviabilitaspotensialdan vigor

benihpadapengujianlaboratorium.

2. Perlakuan

invigorasibenih,

tingkatviabilitasdanvarietasberpengaruhterhadappertumbuhandanhasil

di

lapang.

3. Terdapatpengaruhinteraksiantaraperlakuaninvigorasibenih,

tingkatviabilitasdanvarietasterhadapviabilitaspotensialdan

vigor

benihpadapengujianlaboratorium.

4. Terdapatpengaruhinteraksiantaraperlakuaninvigorasibenih,

tingkatviabilitasdanvarietasterhadappertumbuhandanhasilpadigogo di lapang.

5. Variabel-variabelpengujianviabilitasbenih

di

laboratoriumberkorelasinyatadenganvariabelpengujianpertumbuhandanhasil

di lapang.

(21)

Viabilitas dan Vigor Benih

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan bobot (

massa

), volume,

jumlah sel, jumlah protoplasma dan tingkat kerumitan.Biasanya, fase awal

perkembangan awal kecambah meliputi produksi sejumlah sel baru melalui

mitosis (pembelahan inti), dilanjutkan dengan sitokinesis (pembelahan sel).

Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu ,

yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses

pembelahan sel di meristem (Salisbury&Ross 1995).Perkecambahan adalah

proses yang kompleks dimana benih harus segera pulih secara fisik dari akibat

proses pengeringan(Nonogaki

et al.

2010),.

Vigor dan viabilitas benih adalah dua karakter yang saling berhubungan dan

umumnya penurunan vigor mendahului penurunan viabilitas (Basu

1994).Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukan dalam

fenomena pertumbuhan, gejala metabolisme, kinerja hormon, atau garis

viabilitas.Vigor adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada

kondisi suboptimum di lapang produksi, atau sesudah disimpan dalam kondisi

simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum

(Sadjad 1994).

Karakter yang sangat penting dari benih vigor adalah yang dimanifestasikan

oleh kecepatan laju perkecambahan, keseragaman dari pertumbuhan dan daya

tumbuh dan kemampuan untuk tumbuh normal pada rentang kondisi linkungan

yang luas (Basu 1994).

Vigor kekuatan tumbuh, vigor daya simpan, vigor konservasi sebelum

simpan dan vigor kekuatan tumbuh setelah tanam merupakan parameter vigor

benih yang menghadapi cekaman dari luar benih.Faktor-faktornya bersifat

eksternal tetapi dampaknya juga ditentukan oleh faktor internal, yang dapat

dibedakan sebagai faktor

innate, induced

dan

enforced

. Vigor biokimia dan vigor

genetik bukan vigor benih terhadap cekaman, tetapi lebih merupakan informasi

tentang vigor yang berasal dari pengaruh faktor internal atau

innate

(Sadjad

et al

.

1999).

(22)

5

Benih dikatakan vigor apabila memiliki indikasi: (1) tahan simpan, (2)

berkecambah cepat dan merata, (3) bebas dari penyakit, (4) tahan terhadap

gangguan berbagai mikroorganisme, (5) tumbuh kuat dalam keadaan lahan

basah/kering, (6) bibit efisien dalam memanfaatkan cadangan makanan, (7) laju

tumbuh atau pertambahan berat kering bibit yang berfotosintesis tinggi, (8)

menghasilkan tanaman berproduksi tinggi (Heydecker

dalam

Sadjad 1972), (9)

tidak menunjukan perbedaan pertumbuhan di lapang dan di laboratorium, (10)

tahan terhadap saingan (Sadjad 1972)

Lot benih memiliki kemampuan potensial apabila lot benih tersebut

memiliki pertumbuhan normal pada kondisi optimum (viabilitas potensial), dapat

dideteksi dengan tolok ukur daya berkecambah dan berat kering

kecambah.Apabila lot benih dapat menghasilkan pertanaman normal dalam

kondisi suboptimum berarti lot benih tersebut memiliki lebih dari potensial

(vigor).Parameter vigor (V

g

) adalah vigor kekuatan tumbuh (V

KT

) apabila

viabilitas diperkirakan untuk kondisi lapang di periode III.Tolok ukur untuk

parameter ini harus spesifik yang berkaitan dengan kondisi lapang suboptimum

tertentu (Sadjad 1994).

Metabolisme Perkecambahan

Setelah benih berimbibisi terjadi reaktivasi enzim, proses metabolisme

(respirasi), sintesis RNA dan protein yang berpengaruh padapeningkatan integritas

struktur sel (Nonogaki 2010).Secara fisiologis, terjadi beberapa proses berurutan

selama perkecambahan benih yaitu: (1) penyerapan air (

water absorption

), (2)

pencernaan (

digestion

), (3) pengangkutan zat makanan (

food transfer

), (4)

asimilasi (

assmilation

), (5) pernapasan (

respiration

) dan (6) pertumbuhan

(

growth

) (Kamil 1979)

Penyerapan air merupakan proses yang pertama sekali terjadi pada

perkecambahan benih, diikuti dengan pelunakan kulit benih, dan pengembangan

benih (

swelling of the seed

). Penyerapan air ini dilakukan oleh kulit benih (

seed

coat

) melalui peristiwa imbibisi dan osmosis dan perosesnya tidak memerlukan

energi.Penyerapan air oleh embrio dan endosperma menyebabkan

pembengkakkan (penggembungan) dari kedua struktur ini, mendesak kulit benih

(23)

yang sudah lunak sampai pecah dan memberikan ruang untuk keluarnya akar

(Kamil 1979).

Penurunan kadar air (saat benih dikeringkan) dan rehidrasi benih cukup

memberikan tekanan pada komponen sel-sel. Pada benih yang viabilitasnya

rendah, ketika benih berimbibisi ada kebocoran zat terlarut yang menunjukkan

kerusakan membran sel. Organ seperti mitokondria rusak dan berkurang

jumlahnya bahkan DNA juga tidak luput dari kerusakan, sehingga diperlukan

pemberianenzim dan senyawa tertentu untuk mengantisipasi, membatasi dan

memperbaiki kerusakan sel (Nonogaki

et al

. 2010).

Perkembangan perkecambahan terkait dengan proses penyerapan air yang

diawali dengan imbibisi hingga benih berkecambah dibagai dalam tiga tahap.

Tahap I, diawali dengan imbibisi oleh benih sampai semua matriks danisi sel

terhidrasi.Tahap II adalah periode serapan air yang terbatas dan telah terjadi

pertumbuhan awal kecambah, serta tahap III terjadi peningkatan penyerapan air

yang berkaitan dengan penyelesaian perkecambahan(Nonogaki

et al.

2010)

(Gambar 1).

Umumnya cadangan makanan disimpan di dalam benih dalam bentuk pati,

hemiselulosa, lemak dan protein yang tidak larut di dalam air (

water insoluble

)

atau berupa senyawa koloid. Cadangan makanan ini umumnya (tersebar) terdapat

di dalam endosperma (pada monokotil), merupakan senyawa yang kompleks

bermolekul besar dan tidak bisa diangkut (

immobile

) ke daerah yang memerlukan

yaitu poros embrio (

embryonic axis

). Sebagian kecil cadangan makanan ini juga

Sumber: Nonogaki et al. (2010)

Gambar 1 Peristiwa fisik dan metabolik yang terjadi selama proses perkecambahan (fase I dan II) dan pertumbuhan awal kecambah (fase III)

(24)

7

terdapat di poros embrio, tetapi segera habis pada awal perkecambahan benih.

Lebih tegas lagi, cadangan makanan dalam jaringan penyimpanan (

storage tissue

)

tidak bisa diangkut dari sel ke sel yang lain dan dipakai untuk pembentukan

protoplasma dan diding sel sebelum zat-zat tersebut dirubah menjadi zat atau

senyawa yang lebih sederhana, bermolekul lebih kecil, larut dalam air dan dapat

melakukan difusi (Kamil 1979).

Salisbury&Ross (1995) mengemukakan bahwa, segera setelah benih

berkecambah, sistem akar dan tajuk muda mulai menggunakan hara mineral,

lemak, pati dan protein yang terdapat di sel penyimpanan pada benih. Kecambah

muda bergantung pada cadangan makanan ini sebelum mampu menyerap garam

mineral dari tanah dan sebelum dapat memanjangkan sistem tajuknya menuju

cahaya.Kecambah menghadapi kesulitan dengan lemak, polisakarida, dan protein,

sebab molekul tersebut tidak dapat dipindahkan.

Proses terjadinya pemecahan (

breaking down

) zat atau senyawa bermolekul

besar, kompleks, menjadi senyawa bermolekul lebih kecil , kurang kompleks,

larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel, dibutuhkan

agen pencerna (

digestive agents

) yaitu enzim. Setelah penyerapan air, terjadi

aktivasi termasuk aktivasi enzim, kemudian masuk ke dalam endosperma dan

mencerna makanan cadangan (Kamil 1979). Salah satu enzim yang diperlukan

dalam proses pencernaan ini adalah α-amilase yang menghidrolisis pati

(Salisbury&Ross 1995).

Pada serealia, cadangan makanan umumnya berbentuk pati, terdapat pada

endosperma, terdiri atas dua bentuk yaitu amilosa dan amilopektin.Pencernaan

pati (amilosa dan amilopektin) dilakukan oleh dua macam enzim amilase yaitu

β-amilase dan α-β-amilase.Enzim β-β-amilase sudah ada dari semula (

pre-exist

) di

dalam skutelum dan selaput aleuron pada biji kering angin, sedangkan enzim

α-amilase terbentuk pada waktu mulai perkecambahan dan masuk ke dalam

endosperma untuk mencerna amilosa menjadi glukosa yang larut dalam air dan

bisa diangkut (Kamil 1979).

Embrio (nutfah) benih serealia dan rumputan lainnya dikelilingi cadangan

makanan yang terdapat di sel-sel (jaringan) yang secara metabolik tidak aktif,

yakni endosperma; endosperma sendiri diselimuti selaput tipis yang hidup, yang

biasanya mempunyai ketebalan dua hingga empat sel, dan disebut aleuron.Setelah

(25)

perkecambahan terjadi, terutama akibat peningkatan kelembaban, sel aleuron

mengeluarkan sejumlah enzim hidrolisis yang mencerna pati, protein, fitin, RNA,

dan bahan didinding sel tertentu yang terdapat dalam sel-sel endosperma.Enzim

yang dikeluarkan selaput aleuron adalah α-amilase, setelah selaput aleuron

memperoleh hormon giberelin yang disedikan oleh embrio.Hormon giberelin juga

mendorong sekresi enzim hidrolitik ke endosperma, tempat enzim tersebut

mencerna cadangan makanan dan dinding sel. Unsur mineral dan cadangan

makanan menjadi lebih mudah tersedia sebagai hasil kerja giberelin

(Salisbury&Ross 1995).

Kulit benih dan struktur disekitarnya dapat juga mempengaruhi kemampuan

perkecambahan benih melalui penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran

gas, difusi inhibitor endogenous atau penghambatan pertumbuhan

embrio.Sementara jika penghambatan perkecambahan terjadi pada benih yang

tidak mempunyai kulit keras atau tidak memerlukan skarifikasi untuk penyerapan

air, maka kemungkinan penyebabnya adalah penghambat bagian lain dari benih

misalnya endosperma (Watkins & Cantliffe 1985).

Pengaruh Perlakuan Invigorasi Terhadap Peningkatan Vigor Benih

Invigorasi benih pratanam memperbaiki keadaan fisiologis dan biokimia

benih melalui perbaikan metabolik, kemunduran waktu dan potensi untuk

berkecambah (Khan 1992).Sadjad (1994) menyatakan bahwa invigorasi adalah

proses bertambahnya vigor benih.Invigorasi benih mengimplikasikan suatu

peningkatan penampilan benih oleh beberapa perlakuan lepas-panen yang

menghasilkan peningkatan dalam daya berkecambah, daya simpan dan

penampilan pertumbuhan di lapang melebihi benih yang tidak diberi perlakuan

(Basu 1994).

Perlakuan invigorasi benih pratanam seperti hidrasi pada sejumlah benih

dapat mempercepat pemunculan radikula, meningkatkan persentase

perkecambahan dan laju pertumbuhan, dan memperbaiki pertumbuhan bibit pada

kondisi tanah yang tidak menguntungkan.

Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki perkecambahan benih

melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar dalam invigorasibenih.

Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternatif yang dapat

(26)

9

digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara

memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktifkan kegiatan metabolisme

benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan. Selama proses

invigorasi, terjadi peningkatan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta

mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan. Invigorasi dimulai

saat benih berhidrasi pada medium imbibisi yang berpotensial air rendah.

Biasanya dilakukan pada suhu 15-20

o

C. Setelah keseimbangan air tercapai

selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan (Khan 1992).

Berbagai cara dapat dilakukan sehubungan dengan perlakuan invigorasi

benih sebelum tanam yaitu

osmoconditioning

,

priming

,

moisturizing, hardening,

humidification, solid matrix priming, matriconditioning

dan

hydropriming

. Namun

demikian

cara

yang

umum

digunakan

adalah

osmoconditioning

(

conditioning

dengan menggunakanlarutan osmotik seperti PEG,

KNO

3

, KH

2

PO

4

, NaCl dan manitol) dan

matriconditioning

(

conditioning

dengan

menggunakan media padat lembab, seperti Micro-Cel E, Vermikulit(Khan 1992),

juga telah dipelajari beberapa media alternatif antara lain abu gosok dan serbuk

gergaji (Madiki A 1998).

Perlakuan invigorasi benih telah banyak diteliti dan telah umum diketahui

memberikan pengaruh positif terhadap berbagai perubahan fisiologis dan biokimia

di dalam benih. Beberapa hasil penelitian antara lain menunjukkan bahwa

perlakuan invigorasi mengurangi luka imbibisi pada benih buncis yang menua

sebagai akibat dari meningkatnya integritas membran (Ptasznik & Khan 1993),

mempercepat perkecambahan dan keserempakan tumbuh benih cabai dan

meningkatkan vigor benih yang bermutu rendah (Ilyas 1996; Ilyas

et al.

2002).

Studi biokimia pada benih cabai menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi dengan

matriconditioningmenyebabkan peningkatan aktivitas ACC oksidase atau ethylene

forming enzyme (EFE) yang mengoksidase ACC menjadi etilen pada saat

perkecambahan (Ilyas 1994), meningkatkan konsentrasi total protein dan

menyebabkan perubahan pola pita protein dan enzim (Ilyas

et al.

2002).

Imbibisi pada benih yang dilakukan secara tiba-tiba apalagi terhadap benih

dengan kadar air sangat rendah dan benih yang mengalami penyimpanan yang

lama dapat menyebabkan kerusakan pada struktur membran sehingga perlu suatu

kondisi dimana imbibisi dilaksanakan secara terkontrol. Salah satu upaya yang

(27)

dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan invigorasi benih

yaitu dengan cara mengkondisikan benih sedemikian rupa sehingga karakter

fisiologi dan biokimiawi yang terdapat di dalam benih dapat dimanfaatkan secara

optimal (Khan

et al.

1992).

Perlakuan invigorasi dapat memperbaiki sel-sel vital benih terutama benih

yang mempunyai vigor rendah dan sedang (Khan

et al.

1992).Hasil penelitian

pada tanaman cabai menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi pada tingkat vigor

benih yang berbeda mampu meningkatkan indeks vigor, daya berkecambah dan

kecepatan perkecambahan. Invigorasi benih dengan menggunakan larutan 100 μM

GA

3

dan

matriconditioning

dengan serbuk gergaji dan 100 μM GA

3

dapat

meningkatkan vigor benih padi sawah yang diuji pada kondisi cekaman oksigen

(Madiki 1998).

Zat Pengatur Tumbuh Asam Giberelat (GA3) dan Sitokinin

Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik atau hormon yang

mampu mendorong, mengatur dan menghambat proses fisiologis tanaman.

Hormon umumnya tidak mempengaruhi organ tempat biosintesisnya, tetapi

mempengaruhi organ yang lainnya.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pemakaian ZPT. Faktor-faktor tersebut antara lain kedewasaan

tanaman, lingkungan dan konsentrasi. Penggunaan konsentrasi yang tepat sangat

penting karena jikaterlalu rendah pengaruhnya tak akan ada dan jika berlebih

pertumbuhan tanaman justru terhambat atau bahkan mati sama sekali (Gardner

1991).

Hormon memiliki pengaruh besar dalam proses perkecambahan dan

dormansi. Biosintesis asam giberelat diperlukan untuk perkecambahan benih

Arabidopsis.Benih mutan ganda-KO ga3ox1 ga3ox2 tidak dapat berkecambah

tanpa aplikasi GA (Nonogaki 2010).Lebih lanjut dikemukakan bahwa, analisis

ekspresi gen metabolisme hormon dalam termoinhibited benih Arabidopsis

menunjukkan bahwa suhu tinggi merangsang biosintesis ABA dan menekan

biosintesis GA.

Asam giberelat (GA

3

) adalah suatu senyawa organik yang sangat penting

dalam proses perkecambahan suatu benih karena ia bersifat mengontrol

perkecambahan tersebut, terutama pada jagung dan serealia lainnya. Kalau

(28)

11

GA

3

tidak ada atau kurang aktif maka α-amilase tidak akan terbentuk yang dapat

menyebabkan terhalangnya proses perombakan pati, sehingga dapat

mengakibatkan tidak (terhalang) terjadinya perkecambahan. Keadaan seperti ini

adalah merupakan salah satu penyebab terjadinya gejala dormansi pada beberapa

jenis benih, oleh karena β-amilase sendiri tidak cukup untuk melaksanakan

pencernaan dan mendorong perkecambahan benih (Kamil 1979)

Hingga tahun 1990 telah ditemukan 84 jenis giberelin pada berbagai jenis

cendawan dan tumbuhan dan dua spesies bakteri (Sponsel; Graebe; dan Takahashi

et al

.

dalam

Salisbury&Ross 1995). Dari jumlah tersebut, 73 jenis berasal dari

tumbuhan tingkat tinggi, 25 jenis dari cendawan

Gibberella

, dan 14 dari jenis

keduanya. Biji tumbuhan sejenis mentimun

Sechium edule

mengandung paling

tidak 20 macam giberelat, dan biji kacang hijau (

Phaseolus vulgaris

) mengandung

± 16 macamgiberelat, tetapi sebagian besar tumbuhan lain mengandung kurang

dari itu (Salisbury&Ross 1995)

Asam giberelat tidak tahan panas.Secara umum, peranan asam giberelat

didalam tanaman adalah menginduksi pemanjangan ruas yang disebabkan oleh

pertambahan ukuran dan jumlah sel-sel pada ruas-ruas. Giberelin juga berperan

terhadap pertambahan ukuran luas daun, ukuran buah dan mempengaruhi proses

pembungaan tanaman (Wattimena 1988) . Sebagian besar tumbuhan dikotil dan

beberapa monokotil memberikan respon dengan cara tumbuh lebih cepat ketika

diberi perlakuan giberelat (Pharis&Kuo

dalam

Salisbury&Ross 1995).

Padi kerdil (kultivar Tanginbou) menunjukkan respon (tumbuh sama dengan

tanaman normal) terhadap perlakuan 3,5 pikogram (3,5 x 10

12

g) GA

3

(Nishijima&Katsura

dalam

Salisbury&Ross 1995). Lima macam mutan tanaman

jagung kerdil tumbuh setinggi tanaman lainnya yang normal setelah diberi

giberelat (Salisbury&Ross, 1995).Pertumbuhan beberapa kultivar jagung hibrida

yang menunjukkan heterosis tidak terpacu oleh giberelat, sebab hibrid ini diduga

mengandung GA

1

untuk pertumbuhannya (Rood

et al. dalam

Salisbury&Ross

1995).Tumbuhan kadang bereaksi terhadap GA

3

dengan cara memanjang lebih

cepat. Hasil penelitian membuktikan bahwa GA

1

merupakan giberelat utama yang

dibutuhkan kapri, kapri manis, tomat, padi dan bebereapa kultivar gandum kerdil.

GA

3

atau giberelat lain memacu pemanjangan tanaman kerdil, dengan cara diubah

terlebih dahulu menjadi GA

1

(Salisbury&Ross 1995).

(29)

Pada tahun 1940-an Johannes Van Overbeek menemukan bahwa

endosperma cair buah kelapa yang belum matang, kaya akan senyawa yang dapat

memacu sitokinesis. Sebelumnya, pada tahun 1913, Gottlib Haberlandt,

menemukan suatu senyawa tak dikenal yang memacu pembelahan sel yang

menghasilkan kambium-gabus dan memulihkan luka pada umbi kentang yang

terpotong.Senyawa tersebut didapat dari jaringan pembuluh berbagai jenis

tumbuhan. Temuan ini merupakan ungkapan pertama tentang senyawa yang

dikandung tumbuhan, yang sekarang dinamakan senyawa sitokinin

(Salisbury&Ross 1995).

Bakteri dan cendawan tertentu mengandung sitokinin yang diyakini

berpengaruh pada proses penyakit yang disebabkan oleh kedua mikroba ini, dan

sitokinin yang dihasilkan oleh cendawan dan bakteri bukan patogen diperkirakan

mempengaruhi hubungan mutualistisnya dengan tumbuhan, seperti pembentukan

mikoriza dan bintil akar (Greene; Ng

et al

.; Sturtevan&Taller

dalam

Salisbury&Ross 1995).

Umumnya, sitokinin paling banyak terdapat di organ muda (biji, buah,

daun) dan di ujung akar.Fungsi utama sitokinin adalah memacu pembelahan sel

(dengan menaikkan laju sintesis protein) dan pembentukan organ, menunda

penuaan dan menigkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu

perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, memacu pembesaran sel, dan

memacu perkembangan kloroplas dan sintesis klorofil (Gardner 199;

Salisbury&Ross 1995).Arah pembelahan sel dipengaruhi oleh nisbah sitokinin

terhadap auksin.Jika nisbah sitoknin-auksin diperkecil, pertumbuhan akar terpacu

dan jika nisbah sitokinin-auksin cukup tinggi, sering hanya sintem tajuk yang

berkembang, kemudian akar-liar terbentuk.

(30)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian laboratorium dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi

Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, mulai

bulan September sampaiDesember 2010. Penelitian lapang dilaksanakan di

Kebun Percobaan (KP) Makariki, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku,

dimulai bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih padi gogo

terdiri atas tiga varietas, yaitu: Situpatenggang, Limboto, dan Batutegi (diperoleh

dari Kebun Percobaan Muara. Benih tersebut adalah hasil panen bulan Agustus

2009 dan disimpan ±12 bulan di dalam gudang pada suhu kamar yang dikemas

dengan kantong kertas), GA

3

, alkohol 70%, sitokinin, air, air kelapa muda, air

kelapa tua, kantong strimin, kertas towel, pupuk majemukNPK (15:15:15), pupuk

N, insektisida (bahan aktif) carbofuran, profenofos, deltametrin.

Giberelin yang digunakan adalah giberelin teknis berbentuk powder dengan

kandungan geberelin 10%. Larutan giberelin 100 ppm dibuat dengan cara

melarutkan satu gram giberelin dengan 10 cc alkohol 70% kemudian ditambahkan

air sampai volumenya satu liter. Sitokininyang digunakan adalah sitokinin teknis

dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 100 ppm.Larutan giberelin dan sitokinin

dengan konsentrasi 80 ppm diperoleh dengan menggunakan metode pengenceran

Masing-masing larutan dengan konsentrasi 100 ppm (larutan stok) diencerkan

dengan menggunakan rumus “V1M1=V2M2” dimana V1= volume larutan yang

dimiliki (larutan stok) dalam ml, M1= konsentrasi larutan stok, V2= volume

larutan yang diinginkan dan M2 = konsentrasi larutan yang diinginkan.

Kelapa tua dan kelapa muda adalah jenis kelapa hijau dengan kriteria kelapa

muda adalah kelapa hijau dengan daging buahnya ± ¼ bagian masih transparan,

tempurung bagian bawah belum berubah warna (putih).Sedangkan kelapa tua

adalah kelapa hijau yang kulit luarnya sudah berwarna coklat muda dan

tempurung berwarna coklat tua.

Alat-alat yang digunakan antara lain adalah: mesin pengusangan cepat

(MPC) fisik tipe 1-800-284-5779 (inkubator), grain moisture meter GMK-303RS,

(31)

cawan, traktor, parang, linggis, sabit, cangkul, tiang penyangga, tali ajir, bambu

(ajir sampel), tali raffia, benang jahit, gunting, timbangan analitik, gelas ukur,

baskom, pipet, pengukur RH, gembor, hand sprayer, pinset, meter, alat tulis,

kamera, label, dll.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu:

1. Pra penelitian; dilakukan untuk menetapkan waktu pengusangan yang tepat

untuk memperoleh tingkat viabilitas benihdengan DB±80% dan DB ±60%.

2. Penelitian laboratorium; dilakukan untuk mengetahui pengaruh invigorasi

benihdan tingkat viabilitas terhadap pertumbuhan kecambah padi gogo .

3. Penelitian lapang; dilakukan untuk mengetahui pengaruh invigorasi dan

viabilitas terhadap pertumbuhan tanaman dan hasilpadi gogo .

Pra Penelitian

Untuk memperoleh lot benih padi gogo dengan viabilitas yang diinginkan

(DB ±80% dan DB ±60%) lot benih diusangkan dengan metode pengusangan

cepat fisik. Pengusangan terhadap lot benih menggunakan suhu tinggi (43-45

O

C)

dan kelembaban tinggi (RH 100 %), yaitu dengan meletakkan benih yang

memiliki viabilitas awal dengan DB ±100% di dalam kantong strimin, kemudian

disimpan di dalam mesin pengusangan cepat (MPC) fisik tipe 1-800-284-5779.

Waktu pengusangan fisikdilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu: tahap

pertama pengusangan dilakukan dengan selang waktusatu hari, yakni; 1, 2, 3, 4, 5,

6 dan 7 hari. Tahap kedua pengusangan dilakukan dengan selang waktuenam

jam, yakni; 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72, 78, 84, 90 dan 96

jam.Tahap ketiga pengusangan dilakukan dengan selang waktu tiga jam, yakni; 3,

6, 9, 12, 15.18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45 dan 48 jam.

Lot benih yang telah diusangkan kemudian diuji viabilitasnya dengan

menggunakan metode UDK (uji di atas kertas) dalam kotak plastik dengan ukuran

kotak: panjang 17,5 cm, lebar 10,5 cm dan tinggi 7,5 cm. Masing-masingunit

diulang tiga kali. Variabel yang diamati adalah daya berkecamabah (%).Waktu

pengusangan yang memberikan nilai viabilitas dengan DB ±80% dan DB ±60%

akan digunakan untuk mengusangkan benih padi gogo yang akan digunakan

sebagai materi penelitian di laboratorium dan dilapang.

(32)

15

Penelitian Laboratorium

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK) pola faktorial yang terdiri dari tiga faktor. Faktor pertama adalah

perlakuan invigorasi (I) terdiri dari sepuluh taraf perlakuan yaitu:

(I1):kontrol (benih direndam dengan air)

(I2):direndam dalam air kelapa muda

(I3): direndam dalam air kelapa tua

(I4): benih direndam dalam larutan GA

3

80 ppm

(I5): benih direndam dalam larutan GA

3

100 ppm

(I6): benih direndam dalam larutansitokinin 80 ppm

(I7): benih direndam dalam larutan sitokinin 100 ppm

(I8): benih direndam dalam larutan GA

3

100 ppm +80 ppm sitokinin

(I9): benih direndam dalam larutan GA

3

100 ppm + 100 ppm sitokinin

(I10): benih direndam dalam larutan 100 ppm GA

3

+ air kelapa muda

Faktor kedua adalah tingkat viabilitas benih (V), terdiri dari tiga taraf

perlakuan yaitu: V1: viabilitas tinggi (DB ±100%), V2: viabilitas sedang (DB

±80%) dan V3: viabilitas rendah (DB ±60%). Faktor ketiga adalah varietas padi

gogo (G) terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu: G1(Situpatenggang), G2

(Limboto), dan G3(Batutegi). Dari tiga faktor yang dicobakan tersebut diperoleh

90 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga

diperoleh 270 unit percobaan.Pengujian viabilitas benih padi gogo dilakukan

dengan menggunakan metode UDK di dalam kotak plastik.Jumlah populasi

sampel setiap unit percobaan sebanyak 50butir benih.

Model linier untuk setiap variabel pengamatan dari percobaan di atas

adalah: Y

ijk

= µ + K + α

i

+ β

j

+

γ

k

+ α

i

β

j

+ α

i

γ

k

+ β

j

γ

k

+ α

i

β

j

γ

k

+ ε

ijk

(Gasperz 1994)

Dimana: Y = nilai pengamatan hasil percobaan µ = nilai rataan (mean) harapan K = nilai pengaruh kelompok

αi = nilai pengaruh perlakuan invigorasi (I) ke i

βj = nilai pengaruh perlakuan viabiltas(V) ke j

γk = nilai pengaruh perlakuan genotipe (G) ke k

αiβj = nilai pengaruh interaksi perlakuan I ke i dan V ke j

αiγk = nilai pengaruh interaksi perlakuan I ke i dan G ke k

βjγk = nilai pengaruh interaksi perlakuan V ke j dan G ke k

αiβjγk = nilai pengaruh interaksi perlakuan I ke i, V ke j, dan G ke k.

εijk = nilai pengaruh galat percobaan

(33)

Pelaksanaan Penelitian

Lot benih yang telah diusangkan pada tingkat viabilitas sedang (DB ±80%)

dantingkat viabilitas rendah (DB ± 60%) ditambah dengan tingkat viabilitas tinggi

(DB ±100%) diinvigorasi sesuai perlakuan. Metode invigorasi dilakukan dengan

cara merendam benih padi gogo dalamair atau larutan sesuai dengan taraf

perlakuan selama 6 jam.

Benih yang telah direndam, ditiriskan dan selanjutnya dikering

anginkan.Setelah benih dikering-anginkan, ditanam di dalam kotak

pengecambahan dengan menggunakan media kertas towel. Dalam setiap kotak

pengcambahan digunakan empat lembar kertas towel sebagai media tanam.

Media kertas dimasukan ke dalam kotak pengecambahan sedemikian rupa

sehingga posisi kertas towel seimbang (ujung kertas towel sama tinggi pada

keempat sisi kotak pengecambahan). Media tanam yang telah siap, dilembabkan

dengan cara disemprot dengan air, dan ditanami dengan 50 butir benih padi.

Posisi kertas towel di dalam kotak pengecambahan dapat dilihat pada Lampiran 4.

Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap: daya berkecambah (DB) sebagai tolok ukur

viabilitas potensial, indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (K

CT

), dan berat kering

kecambah normal (BKKN)sebagai tolok ukur viabilitas potensial.

Daya berkecambah (DB)

Pengamatan hitungan pertama dilakukan pada 5 hari setelah tanam (HST)

dan pengamatan hitungan kedua/terakhir dilakukan pada 7 HST.Daya

berkecambah (DB) diperoleh dengan menjumlahkan kecambah normal pada

hitungan pertama dan kedua dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Keterangan :

KNI = jumlah kecambah mormal pada hitunganpertama

KN II= jumlahkecambah mormal pada hitungankedua

(KN I + KN II)

DB = x 100 %

∑ benih

(34)

17

Indeks Vigor

Penilaian ini dilakukan dengan menghitung persentase kecambah normal

yang muncul pada pengamatan hitungan pertama (Copeland dan McDonald

1995).

Kecepatan Tumbuh (K

CT

)

Pengujian dilakukan dengan mengamati jumlah kecambah normal yang

muncul setiap hari (interval 24 jam) hingga pengamatan kecambah hitungan

kedua/terakhir. Kecepatan tumbuh (K

CT

) dihitung dengan formula sebagaiberikut:

Keterangan :KCT= Kecepatan tumbuh benih

t = Kurun waktu perkecambahan (etmal)

d= tambahan persentase kecambahnormal setiap etmal (1 etmal = 24 jam)

Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

Pengujian dilakukan dengan cara menimbang kecambah normal (setelah

evaluasi kecambah) setelah diovenkan selama 24 jam pada suhu 80

O

C.Kecambah

normal sebelum diovenkan, organ penyimpanan makanan (skutelum)

dipotong/dibuang dan selanjutnya kecambah normal dimasukan ke dalam

amplop.Kecambah yang telah dimasukan ke dalam amplop kemudian diovenkan.

Penelitian Lapang

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK) pola faktorial yang terdiri dari tiga faktor. Faktor pertama adalah

perlakuan invigorasi (I) terdiri dari lima taraf perlakuan yaitu: (I1): kontrol

(benih ditanam 3-5 butir/lubang atau setara dengan kebutuhan benih 40 kg/ha)

(benih direndam dengan air mineral), (I2): benih ditanam 6-10 butir/lubang atau

setara dengan kebutuhan benih 80 kg/ha (benih direndam dengan air mineral),

(I3): benih direndam dengan air kelapa muda, (I4): benih direndam dengan larutan

GA3100 ppm, dan (I5): benih direndam dengan larutan GA

3

100 ppm + air kelapa

muda.

Faktor kedua adalah tingkat viabilitas benih (V), terdiri dari tiga taraf

perlakuan yaitu: V1: viabilitas tinggi (DB ±100%), V2: viabilitas sedang (DB

±80%) dan V3: viabilitas rendah (DB ±60%). Faktor ketiga adalah varietas padi

gogo (G) terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu: G1(Situpatenggang), G2

K

CT

=

t=1

7

(35)

(Limboto), dan G3(Batutegi). Dari tiga faktor yang dicobakan tersebut diperoleh

45 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga

diperoleh 135 unit percobaan.

Model linier untuk setiap variabel pengamatan dari percobaan di atas

adalah: Y

ijk

= µ + K + α

i

+ β

j

+

γ

k

+ α

i

β

j

+ α

i

γ

k

+ β

j

γ

k

+ α

i

β

j

γ

k

+ ε

ijk

(Gasperz 1994)

Dimana: Y = nilai pengamatan hasil percobaan µ = nilai rataan (mean) harapan K = nilai pengaruh kelompok

αi = nilai pengaruh perlakuan invigorasi (I) ke i

βj = nilai pengaruh perlakuan viabiltas(V) ke j

γk = nilai pengaruh perlakuan genotipe (G) ke k

αiβj = nilai pengaruh interaksi perlakuan I ke i dan V ke j

αiγk = nilai pengaruh interaksi perlakuan I ke i dan G ke k

βjγk = nilai pengaruh interaksi perlakuan V ke j dan G ke k

αiβjγk = nilai pengaruh interaksi perlakuan I ke i, V ke j, dan G ke k.

εijk = nilai pengaruh galat percobaan

Pelaksanaan Penelitian

Lahan dibersihkan dari gulma, diolah dengan cara dibajak sebanyak dua kali

menggunakan traktor. Pengolahan tanah kedua (bajak kedua) dilakukan setelah

dua minggu dari waktu pengolahan lahan pertama.Lahan yang telah dibajak

kedua, dirotari hingga bongkahan tanah hancur.Lahan yang telah dirotari

diratakan dengan menggunakan cangkul.Petak penanaman dibuat dengan cara

mengajir lahan dengan ukuran 4 m x 3 m. jarakpetak antar perlakuan 75 cm dan

jarak antar ulangan 100 cm.

Penanaman dilakukan dengan cara tugal dan benih setiap lubang tugal

ditanam 3-5 biji/lubang untuk perlakuanjumlah benih 3-5 biji/lubang (I1),

invigorasi benih dengan air kelapa muda (I3),invigorasi benih dengan GA

3

100

ppm (I4)dan invigorasi benih dengan GA

3

100 ppm + air kelapa

muda(I5),sedangkan perlakuan jumlah benih6-10 biji/lubang (I2) ditanam 6-10

biji/lubang tanam. Jarak tanam diatur dengan menggunakan tali ajir yang telah

diberi tanda sebagai jarak taman. Jarak tanam yang digunakan 30 cm x 15

cm.Penanaman dilakukan sesuai dengan hasil pengacakan perlakuan yang

dituangkan dalam bentuk denah penelitian (Lampiran 3).

Pupuk diberikan dengan takaran 45 kg/ha NPK ditambah 45 kg pupuk N.

NPK diberikan dalam dua tahap yaitu; tahap pertama diberikan pada umur 15

(36)

19

HST dan tahap kedua diberikan pada umur 35 HST, sedangkan pupuk N

diberikan pada saat primordia bunga.Pengedalian hama belalang yang pada stadia

bibit digunakan insektisida karbofuran diberikan pada umur 14 hari setelah tanam

dengan dosis 20 kg/ha dengan cara ditabur pada pangkal rumpun tanaman. Untuk

mengedalikan penggerek batang padi dan walang sangit digunakan insektisida

profenofos dan deltametrin dengan dosis 2 cc/l. Sedangkan untuk mengendalikan

hama burung yang menyerang pada saat pengisian sink digunakan tali rafia,

benang jahit dan tiang kayu.

Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan secara

acak.Jumlah sampel diambil sebanyak 5rumpun/petak (sampel diberi

ajir).Variabel-variabel yang diamati terdiri dari:

1. Jumlah rumpun/petak; yaitu dengan menghitung rumpun tanaman yang

tumbuh dalam satu petak. Pengamatan dilakukan pada umur 14 hari

setelah tanam (HST).

2. Tinggi tanaman; dilakukan dengan cara mengukur dari permukaan tanah

sampai dengan bagian tertinggi dari tanaman. Diukur pada umur 14, 21,

28, 35, 42, 49, 56, 63 dan 70 HST.

3. Jumlah anakan/rumpun; dilakukan dengan cara menghitung jumlah anakan

yang terbentuk dalam satu rumpun tanaman.

4. Jumlah anakan produktif/rumpun, dilakukan dengan cara menghitung

anakan yang menghasilkan malai dalam satu rumpun.

5. Waktu mulai berbunga, berbunga 50% dan 100%. Dihitung saat tanaman

berbunga dan berbunga minimal 50% dan saat berbunga 100%.

6. Jumlah gabah/malai; dilakukan dengan cara menghitung jumlah gabah

dalam satu malaisetelah panen.

7. Kadar air gabah kering panen; mengukur kadar air gabah saat panen

8. Bobot gabah/rumpun; dilakukan dengan menimbang gabah isi yang telah

dijemur pada setiap rumpun sampel dan mengukur kadar air gabah isi dari

masing-masing sampel. Berat gabah tetapkan pada kadar air 14% dengan

formula 1.

(37)

9. Bobot gabah kering giling 1000 butir. Dilakukan dengan cara menghitung

1000 butir gabah isi, kemudian ditimbang serta mengukur kadar air gabah

isi dari masing-masing sampel. Berat 1000 butir gabah ditetapkan pada

kadar air 14% dengan menggunakan formula 1.

10. Hasil gabah kering giling/petak; dihitung dengan cara menimbang gabah

yang telah dikeringkan dalam satu petak (diambil dengan cara ubinan

dengan luas 4,05 m

2

) dan mengukur kadar air gabah dari masing-masing

sampel ubinan. Berat gabah per ubin ditetapkan pada kadar air 14%

dengan menggunakan formula 1 (ISTA, 2010) sebagai berikut:

keterangan:

A = kadar air awal gabah (%)

B = kadar air gabah yang diinginkan (%)

W

1

= berat awal gabah yang telah diketahui (kg atau g)

W

2

= berat gabah dengan kadar air yang diinginkan (kg atau g)

Metode Analisis

Untuk menguji pengaruh perlakuan yang dicobakan terhadap variabelyang

diamati, data hasil pengamatan ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan

analisis ragam. Jika F hitung lebih besar dari F tabel analisis dilanjutkan dengan

analisis DMRT pada α = 0,05.Sedangkan untuk menguji hubungan antara

variabelpengamatan laboratorium danvariabelpengamatan lapang digunakan

analisis korelasi.

W

2

=

x W

1
(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prapenelitian (Pengusangan Benih)

Pengusangan cepat fisik benih padi gogo varietas Situpatenggang, Limboto,

dan Batutegi tahap pertama yang dilakukan dengan interval waktu satu hari (1, 2,

3, 4, 5, 6, dan 7 hari), pada hari keempat memberikan hasil viabilitas benih dengan

daya berkecambah (DB) mencapai 0,0% yang ditunjukkan oleh persentase

kecambah normal, sedangkan tingkat viabilitas yang diinginkan (DB ±80% dan

[image:38.612.131.509.274.407.2]

±60%) belum diperoleh hasil yang baik (Gambar 2a).

Gambar 2Dayaberkecambah benih padi gogo (Situpatenggang, Limboto, dan Betutegi) pada tiga interval waktu pengusangancepat fisik.

A. Pengusangan cepat fisikdengan interval waktu satu hari. B. Pengusangan cepat fisikdengan interval waktu enam jam. C.Pengusangan cepat fisikdengan interval waktu tiga jam

DB (%)

………….. waktu pengusangan (jam) ………

………waktu pengusangan (jam)……

D

..……waktu pengusangan (hari) ……

D B

Keterangan: stp = padi gogo varietas Situpatenggang, lbt = padi gogo varietas Limboto, btt = padi gogo varietas Batutegi.

A B

Keterangan: stp = padi gogo varietas Situpatenggang, lbt = padi gogo varietas Limboto, btt = padi gogo varietas Batutegi.

C 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 stp lbt btt rataan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

(39)

Pada pengusangan cepat fisik benih padi gogo varietas Situpatenggang,

Limboto, dan Batutegi pada interval enam jam memberikan hasil tingkat

viabilitas yang lebih baik dibanding pengusangan cepat fisik pada interval waktu

satu hari (tahap pertama), dimana benih dengan tingkat viabilitas DB 60%

diperoleh pada waktu pengusangan 30 jam (Gambar 2B). Untuk memperoleh

tingkat viabilitasyang diinginkan,waktu pengusangan diperkecil pada interval tiga

jam.Pengusangan cepat fisik dengan interval waktu tiga jam menunjukkan bahwa

viabilitas benih dengan DB ±80% diperoleh pada waktu pengusangan sembilan

jam untuk Situpatenggang dan Limboto, sedangkan Batutegi 24 jam.Tingkat

viabilitas benih dengan DB 60% diperoleh pada waktu pengusangan 24 jam

untuk Situpatenggang dan Limboto dan Batutegi 33 jam (Gambar 2C).

Respon benih terhadap waktu pengusangan cepat fisik seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2, berbeda-beda antar lot benih.Perbedaan tersebut

dipengaruhi oleh tingkat viabilitas awal benih dan faktor genetik

(varietas).Respon varietas terhadap waktu pengusangan yang berbeda-beda

menggambarkan tingkat adaptasi atau daya hidup lot benih pada kondisi

lingkungan yang sub-optimum.Hasil prapenelitian menunjukkan bahwa varietas

Batutegi memiliki vigor kekuatan tumbuh yang lebih baik dibanding dengan

Situpatenggang dan Limboto.Waktu pengusangan cepat fisik terpilih yang akan

digunakan untuk mengusangkan benih untuk persiapan materi penelitian

laboratorium dan lapang disesuaikan dengan respon masing-masing lot benih

terhadap waktu pengusangan cepat fisik.

Berdasarkan hasil prapenelitian, waktu pengusangan cepat fisik untuk

memperoleh tingkat viabilitas benih dengan DB 80%, pengusangan cepat

fisikdilaksanakan selama sembilanjam untuk lot benih padi gogo varietas

Situpatenggang dan Limboto, sedangkan lot benih padi gogo varietas Batutegi

pengusangan cepat fisik dilaksanakan selama 24 jam. Untuk memperoleh tingkat

viabilitas benih dengan DB 60%,lot benih padi gogo varietas Situpatenggang

dan Limboto waktu pengusangan cepat fisik dilaksanakan selama 24 jam,

(40)

23

Penelitian Laboratorium

Analisis ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan

invigorasi benih, tingkat viabilitas dan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap

variabel pengamatan daya berkecambah (DB), indeks vigor (IV), kecepatan

tumbuh (KCT)danberpengaruh nyata pada variabel berat kering kecambah normal

[image:40.612.133.513.229.389.2]

(BKKN).

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisisragam variabelyang diamati pada penelitian laboratorium

Perlakuan

Variabel Pengamatan

DB (%)

IV (%)

KCT(%KN/etmal )

BKKN (g)

Invigorasi Benih ** ** ** ** Tingkat Viabilitas ** ** ** ** Invigorasi Benih×Tingkat Viabilitas ** tn ** **

Varietas ** ** ** **

Invigorasi Benih×Varietas tn tn ** **

Viabilitas×Varietas ** ** ** **

Invigorasi Benih×Viabilitas×Varietas ** ** ** * Keterangan DB= daya berkecambah, IV = indeks vigor, KCT = kecepatan

tumbuh, BKKN= berat kering kecambah normal.

Pengaruh interaksi perlakuan invigorasi benih dan tingkat viabilitas

berpengaruh sangat nyata terhadap variabel DB, KCT, dan BKKN, tetapi tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel IV.Interaksi perlakuan invigorasi benih dan

varietas berpengaruh nyata terhadap variabel KCT dan BKKN, tetapi tidak

berpengarih nyata terhadap variabel DB dan IV. Interaksi perlakuan tingkat

viabilitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap semua variabel yang diamati.

Respon Daya Berkecambah Terhadap Perlakuan Invigorasi Benih, Tingkat Viabilitas dan Varietas

Perlakuan invigorasi benih dengan GA3, sitokinin dan kombinasi GA3

dengan sitokinin berpengaruh terhadap peningkatan daya berkecambah benih padi

gogo varietas Situpatenggang, Limboto dan Batutegi terutama pada lot benih

dengan tingkat viabilitas rendah (DB ±60%).

Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa, pada tingkat viabilitas

terendah (DB ±60%), perlakuan GA3 100 ppm, GA3 100 ppm + air kelapa muda

(41)

meningkatkan daya berkecambah (DB), masing-masing dari 58.0% menjadi

91.3%, 88.7% dan 85.3%. Pada tingkat viabilitas terendah (DB ±60%), perlakuan

tersebut jugameningkatkanDBpadi gogo varietas Limboto, masing-masing dari

[image:41.612.106.478.194.609.2]

DB 61.3%menjadi 85.3%, 84.0%,83.3%, 82.7%, 82.0% dan 81.3%.

Tabel 2 Pengaruh interaksi perlakuan invigorasi benih, tingkat viabilitas dan varietas terhadaprata-rata daya berkecambah benih

Perlakuan Invigorasi Daya Berkecambah (%) Situpatenggang Limboto Batutegi

V1 kontrol*) 91.33 abc 88.67 ab 90.67 ab

V1 air kelapa muda 95.33 a 84.67 abc 95.33 a

V1 air kelapa tua 87.33 abcde 75.33 d 73.33 c

V1 80 ppm GA3 91.33 abc 89.33 ab 92.67 ab

V1 GA3 100 ppm 90.00 abcd 89.33 ab 95.33 a

V1 sitokinin 80 ppm 91.33 abc 84.67 abc 88.67 ab

V1 sitokinin 100 ppm 86.67 abcde 86.00 abc 95.33 a

V1 GA3 100 ppm+sitokinin 80 ppm 91.33 abc 96.67 a 94.00 a V1 GA3 100 ppm+sitokinin 100 ppm 90.00 abcd 90.67 ab 92.67 ab V1 GA3 100 ppm+air kelapa muda 91.33 abc 83.33 bc 96.00 a

V2 kontrol*) 81.33 bcde 81.33 c 80.67 bc

V2 air kelapa muda 85.33 abcde 85.33 abc 74.00 c

V2 air kelapa tua 80.67 bcde 84.67 abc 73.33 c

V2 80 ppm GA3 82.00 bcde 82.00 c 80.67 bc

V2 GA3 100 ppm 84.00 abcde 88.67 ab 91.33 ab

V2 sitokinin 80 ppm 86.00 abcde 84.67 abc 81.33 bc

V2 sitokinin 100 ppm 86.67 abcde 85.33 abc 85.33 ab

Gambar

Gambar 2Dayaberkecambah benih padi gogo (Situpatenggang, Limboto, dan
Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisisragam variabelyang diamati pada penelitian laboratorium
Tabel 2 Pengaruh interaksi perlakuan invigorasi benih, tingkat viabilitas dan varietas  terhadaprata-rata daya berkecambah benih
Tabel 3 Pengaruhinteraksi perlakuan invigorasi benih,tingkat viabilitas dan varietasterhadap rata-rataindeks vigor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian lain, Pechmann dan Stewart (1990) mengemukakan bahwa apabila produk yang diiklankan adalah produk yang belum familiar, maka respon perhatian

companies, 4 are general reinsurance Ikhtisar Kegiatan Usaha Asuransi Gempa Bumi Indonesia per Juni Tahun 2011 Summary of Indonesian Earthquake Insurance Business Activities in

Ada beberapa cara untuk meningkatkan reliabilitas soal. Pertama, kita harus membuat soal yang mampu membedakan siswa yang kurang pandai dan yang pandai. Artinya, kita harus membuat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara asupan natrium, asupan kalium, dan rasio asupan natrium : kalium dengan tekanan darah sistolik

data dalam ra.

The two things I want to emphasize following Seaton are the fact that slumming is by definition an urban practice, and that it is also a technology of authorization for

Kami pertama- tama mempertimbangkan rantai pasokan serial servermulti satu tahap dan menemukan ekspresi bentuk untuk pemenuhan pembagian waktu.Untuk masalah multi-tahap

Anda diminta untuk menyatakan pendapat tentang seberapa jauh penggunaan komputer yang ada di perusahaan dengan member tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang