• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 17 MEDAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 17 MEDAN T.A 2014/2015."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : Fresly Juliarta NIM. 41113311018

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-3

SMP NEGERI 17 MEDAN T.A 2014/2015

Fresly Juliarta (NIM : 4113311018) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa di kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan dengan penerapan pembelajaran konteksual (CTL) .

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan T.A 2014/2015 yang berjumlah 32 orang dan objek penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes, dan observasi. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran, lembar observasi digunakan untuk melihat hasil belalajar siswa dan mendukung penggunaan pembelajaran kontekstual (CTL). Sedangkan analisis data yang dilakukan di dalam penelitian adalah teknik/metode analisis.

Penelitian ini dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan observasi pembelajaran serta di akhir dari siklus diberikan tes hasil belajar. Dari siklus I diperoleh skor hasil belajar yang menunjukkan belum adanya siswa di kategori tinggi sehingga belum memenuhi target peneliti, sedangkan di siklus II diperoleh skor hasil belajar siswa dalam kategori baik juga menunjukkan hasil belajar siswa sudah ada di kategori tinggi dan terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran berlangsung dengan baik yaitu dari hasil observasi di siklus I mencapai 66,38% dengan kategori cukup dan mengalami peningkatan di siklus II menjadi 80,83% dengan kategori baik. Pada tes hasil belajar I dari 32 orang siswa sebanyak 22 siswa (68,75%) telah mencapai ketuntasan belajar sedangkan 10 siswa lainnya (31,25%) belum tuntas. Pada tes hasil belajar II, sebanyak 28 orang (87,5% ) telah mencapai ketuntasan belajar dan 4 orang siswa lainnya (12,5%) tidak tuntas.

(4)

v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi v

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel vii

Daftar Lampiran viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Pembatasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Pengertian Belajar 9

2.1.2 Hasil Belajar 11

2.2 Pembelajaran Kontekstual 13

2.2.1 Pengertian dan Konsep Dasar Stratregi Pembelajaran Kontekstual 13

2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 16 2.2.3 Teori-Teori yang Relevan dengan Pendekatan Kontekstual 17 2.2.4 Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Kontekstual 22

2.2.5 Keunggulan dan Kelemahan CTL 26

2.3 Materi Pelajaran Aritmatika Sosial 26

(5)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 32

3.2 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian 32

3.2.1 Subjek Penelitian 32

3.2.2 Objek Penelitian 32

3.3 Defenisi Operasional 32

3.4 Prosedur Penelitian 33

3.5 Siklus I 34

3.5.1 Permasalahan I 34

3.5.2 Perencanaan Tindakan I 34

3.5.3 Pelaksanaan Tindakan I 34

3.5.4 Observasi I 35

3.5.5 Analisis data I 35

3.5.6 Refleksi I 35

3.6 Siklus II 35

3.7 Alat Pengumpulan Data 36

3.7.1 Tes 36

3.7.2 Observasi 37

3.8 Teknik Analisis Data 37

3.8.1 Reduksi Data 37

3.8.2 Paparan Data 37

3.8.3 Simpulan Data 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Siklus I 42

4.1.1 Permasalahan I 42

4.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I) 43

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 43

4.1.3.1 Pertemuan Ke-1 Selasa, 07 April 2015 43

4.1.3.2 Pertemuan Ke-2 Kamis, 09 April 2015 45

(6)

vii

4.1.4 Observasi I 47

4.1.5 Analisis Data Hasil Penelitian Siklus I 48 4.1.5.1 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I 48

4.1.5.2 Tes I 48

4.1.6 Refleksi I 49

4.2 Hasil Siklus II 51

4.2.1 Permasalahan II 51

4.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 51

4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 52

4.2.3.1 Pertemuan ke -1 Kamis, 16 April 2015 52 4.2.3.2 Pertemuan Ke-2 Selasa, 21 April 2015 53

4.2.3.3 Pertemuan Ke-3 Kamis, 23 April 2015 54

4.2.3.4 Observasi II 54

4.2.5 Analisi Data Hasil Penelitian Siklus II 55 4.2.5.1 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II 55

4.2.5.2 Tes II 55

4.2.6 Refleksif II 57

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 60

5.2. Saran 60

(7)

DAFTAR TABEL

[image:7.595.80.529.100.676.2]

Halaman

(8)
(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran –I (SIKLUS I) 64

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran –II (SIKLUS I) 69

Lampiran 3 Rencana Relaksanaan Pembelajaran -I (SIKLUS II) 73

Lampiran 4 Rencana Relaksanaan Pembelajaran -II (SIKLUS II) 79

Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) I (SIKLUS I) 84

Lampiran 6 Lembar Aktifitas Siswa (LAS) II (SIKLUS I) 87

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I (SIKLUS II) 90

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II (SIKLUS II) 93

Lampiran 9 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus 1 Pert I 94

Lampiran 10 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus I Pert II 94

Lampiran 11 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus II Pert I 98

Lampiran 12 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus II Pert II 98

Lampiran 13 Kisi-Kisi Tes Diagnostik 108

Lampiran 14 Tes Diagnostik 109

Lampiran 15 Jawaban Tes Diagnostik 111

Lampiran 16 Lembar Validasi Soal Test Diagnostik 114

Lampiran 17 Lembar Validasi Soal Test Diagnostik 115

Lampiran 18 Lembar Validasi Soal Test Diagnostik 116

Lampiran 19 Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar Siklus I 117

Lampiran 20 Tes Hasil Belajar Siklus I 118

(10)

ix

Lampiran 22 Lembar Validasi Soal Test Siklus I 123

Lampiran 23 Lembar Validasi Soal Test Siklus I 124

Lampiran 24 Lembar Validasi Soal Test Siklus I 125

Lampiran 25 Kriteria Pedoman Penskoran Soal Test Siklus I 126

Lampiran 26 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siklus II 127

Lampiran 27 Tes Hasil Belajar Siklus II 128

Lampiran 28 Jawaban Tes Siklus II 130

Lampiran 29 Lembar Validasi Soal Test Siklus II 133

Lampiran 30 Lembar Validasi Soal Test Siklus II 134

Lampiran 31 Lembar Validasi Soal Test Siklus II 135

Lampiran 32 Kriteria Pedoman Penskoran Soal Test Siklus II 136

Lampiran 33 Pembagian Kelompok Belajar Siswa 139

Lampiran 34 Analisis Hasil Evaluasi Tes Dignostik 140

Lampiran 35 Analisis Hasil Evaluasi Tes Hasil Belajar Siklus I 141

Lampiran 36 Analisis Hasil Evaluasi Tes Hasil Belajar Siklus II 142

(11)

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu negara. Maju mundurnya proses pembangunan suatu bangsa di segala bidang sangat ditentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh warga negaranya. Untuk itu, pemerintah telah mengatur Sistem Pendidikan Nasional dalam suatu undang-undang.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggara-kan satu sistem pendidimenyelenggara-kan nasional yang meningkatmenyelenggara-kan keimanan dan ketakwaan

serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(12)

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah

satu upaya yang dilakukan ialah dengan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK.

Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah adalah masih adanya pola pembelajarn yang sangat teoritis dan kurang bervariasi. Kegiatan pembelajaran di sekolah seharusnya interaksi guru dengan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran para guru disamping menguasai bahan atau materi pelajaran perlu juga mengetahui bagaimana cara materi itu disampaikan dan bagaimana pula karekteristik siswa yang menerima materi pelajaran tersebut. Tetapi kegiatan pembelajaran yang berlangsung tidak demikian melainkan, kegiatan pembelajaran di kelas sering textbook oriented dan kurang dikaitan dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada. Seringkali kegiatan kelas melalui metode ceramah dan diikuti dengan latihan mengerjakan soal-soal atau pemberian tugas rumah. Hal ini dapat membuat siswa sering merasa bosan dan motivasi belajarnya juga menurun. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi

(2008:89):

Salah satu penyebab kesulitan siswa dalam belajar adalah guru tidak kualified dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Guru-guru menuntut standat pelajaran di atas kemampuan anak, hingga belum dapat mengukur kemampuan murid-muridnya, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik.

Untuk mengatasi masalah tersebut, bagi guru-guru agar lebih mendalami berbagai metode dan teknik yang nantinya dapat mereka terapkan dikelas masing-masing dan diharapkan guru lebih kreatif serta mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna. Pola pembelajaran dengan teknik yang bervariasi diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa

(13)

untuk mencapai hasil yang diinginkan (Purwanto,2010 :18)”.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dibutuhkan proses pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika diajarkan pada dasarnya untuk membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat, hal ini ini senada dikatakan oleh Ansari (2009:1) Mengungkapkan bahwa :

“Untuk merealisasikan kenyataan tersebut perlu ada SDM yang handal dan mampu bersaing secara global diperlukan kemampuan tingkat tinggi yaitu berfikir logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama secara proaktif”

Mengingat besarnya peranan matematika, maka tidak heran jika pelajaran matemattika diberikan pada setiap jenjang mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP, SMA, sampai pada perguruan tinggi. Bahkan matematika dijadikan salah satu tolak ukur kelulusan siswa melalui diujiankannya matematika dalan ujian nasional.Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding

lurus dengan hasil balajar matematika siswa. Pada kenyataannya hasil pembelajaran matematika masih memperhatinkan. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan.

Berdasarkan tes diagnostik yang telah dilakukan penulis pada tanggal 13 Januari 2015 kepada siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan ada beberapa masalah yang di alami oleh siswa. Tes yang diberikan berbentuk uraian untuk mengetahui hasil tes belajar siswa pada materi Aritmatika Sosial, soal yang diberikan kepada siswa.

Harga pembelian satu lusin penggaris Rp.12.000,00. Kemudian penggaris itu dijual dengan harga Rp.1.500,00 setiap batang. Tentukan persetase keuntungan terhadap pembelian?

(14)

(mencapai KKM sekolah) dan 21 siswa atau sekitar 65,63% (tidak mencapai

KKM sekolah) mendapat hasil yang salah. Dari data tersebut hanya sebesar 34,38% siswa telah tuntas belajar. Depdikbud (dalam Trianto, 2010:214) menyatakan bahwa setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65% dan suatu kelas dikatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa

yang telah tuntas belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk pelajaran matematika, kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan pada semester genap belum mencapai ketuntasan belajar.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negari 17 Medan, Ibu Maryuna S.Pd diperoleh bahwa untuk pelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negari 17 Medan pada semester genap, masih sangat rendah karena hanya 30% siswa yang berhasil mencapai atau melewati nilai ketuntasan sekolah, dan 70% lagi siswa yang tidak berhasil mencapai nilai ketuntasan sekolah tersebut. Sangat mengecewakan sekali kalau kita lihat hasil ujian anak didik saya ujar guru Ibu Maryuna S.Pd. Kesulitan yang dihadapi guru di dalam kelas salah satunya yaitu minat siswa memang sangat

kurang untuk belajar matematika. Karena persepsi siswa tentang pelajaran matematika itu sangat sulit sehingga mereka tidak mau untuk mencoba.

Cockroft (dalam Abdurahman 2010 :253) mengemukakan bahwa :

“Matematika perlu diajarkan keada siswa karena (1) selalu digunakan

dalam segala segi kehidupan ; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantag”.

(15)

bahwa: “Suasana kelas masih di dominasi guru dan titik berat pembelajaran ada pada keterampilan tingkat rendah”. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah akibatnya hasil belajar matematika siswa rendah. (http://www.pmri.or.id/en /ericle.php?main=3)

“Pembelajran matematika di sekolah di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya siswa diposisikan sebagai objek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa sementara guru memposisikan dirinya sebagai yang mempunyai pengetahuan. Guru ceramah dan menggurui, otoritas diajarkan secara terpisah-pisah, materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi. Siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran matematika yang diajarkan guru di dalam kelas tanpa diberikan kesempatan yang besar utnuk melakukan aktifitas seperti bertanya, memberikan pendapat, dan berdiskusi dengan teman-temannya, hal ini merupakan indikasi rendahnya keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dan semua terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah akibatnya hasil belajar matematika masih sangat rendah”.

(16)

(contextual teachig and learning). Pembelajaran kontekstual sabagai sebuah

inovasi pendidikan dalam realita di lapangan masih menghadapi berbagai kendala dan resistensi. Di antara kedala dan resistensi tersebut adalah terkait pemahaman dan kemampuan praktis guru tentang pendekatan, strategi dan model-model pembelajaran kontekstual.

Seperti yang dikemukakan oleh Kokom (2010 : 7) mengatakan bahwa :

“Pembelajaran Kontekstual ( Contextual teaching and Learning ) adalah

pendekatan pembelajaran yang menggaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya”.

Salah satu alternatif adalah menggunakan strategi pembelajaran kontekstual (CTL). Melihat permasalahan di atas, maka perlu diberikan solusi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa agar mereka memiliki motivasi dan kemauan untuk belajar matematika.Jika motivasi dan kemaun belajar ini timbul,

Kontekstual yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran kontekstual bermula dari dunia nyata. Dunia nyata tidak hanya berarti dunia konkret secara fisik dan kasat mata, tapi juga dapat dibayangkan oleh alam pikiran. Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) guru berperan

sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengaitkan ilmu yang didapat dengan situasi dunia nyata siswa. Akibat yang diharapkan adalah, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, siswa dapat mengetahui manfaat yang akan ia dapat dari mata pelajaran yang dipelajari. Jika siswa sudah mengetahui apa manfaat dari hal yang ia pelajari tersebut, maka ia akan termotivasi untuk belajar.dasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan

(17)

matematika.

2. Siswa masih mengalami kesulitan untuk menggunnakan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari.

3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered ). 4. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu pada penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP Negeri 17 Medan tahun ajaran 2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan pembelajaran Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas VII-3 SMP Negeri 17 Medan. 1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (CTL).

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, melalui penerapan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi guru matematika, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan yang tepat.

(18)

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti

(19)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas pada bab IV dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa dimana persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal masih 68,75% dengan nilai rata-rata 69,375 (kategori sedang) pada siklus I dan di akhir siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa klasikal menjadi 87,5% (tuntas) dengan nilai rata-rata 75,468 (kategori sedang). Peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal ddari siklus I ke siklus II adalah 18,75%. Dengan pembelajaran kontekstual, pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai alternatif dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi kepala sekolah hendaknya dapat mengkordinasi penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan guru-guru matematika SMP Negeri 17 Medan.

(20)

61

4. Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian di sekolah pada materi

(21)
(22)

62

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2012). Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Ambarjaya,Beni S., (2012), psikologi pendidikan dan pengajaran (teori dan praktek), CAPS,Yogyakarta.

Ansari, Bansu I, (2009), Komunikasi Matematik – Konsep dan Aplikasi, Yayasan Pena, Banda Aceh

Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Bambang,R.2008.Membangun Keterampilan komunikasi Matematika.

http://rbaryans.wordpress.com/2008/10/28/membangun-keterampilan-komunikasi-matematika.html. (diakses januari 2015)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Herdian., (2010) http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/.Kemampuan-komunikasi-matematika (diakses januari 2015).

Hudojo, H., (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Universitas Malang,Malang

Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Lie,A.,(2010), Cooperative Learning, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

(23)

Kencana Prenada Media Grup

Gambar

Tabel  3.1 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jam kerja pemboran jalur kawat, jam kerja pemboran lubang baji, jam kerja penggergajian, efisiensi perobohan, waktu edar alat,

Analisis Statistik Data Profil lipida Kontrol Awal.. Test distribution

kejahatan yang dilakukan dengan memasuki atau menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Buku Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013. 2.6 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah

Perubahan yang terjadi bila ibu dinyatakan hamil adalah terjadinya penam- bahan cairan tubuh atau volume plasma yang tidak sebanding dengan penambahan massa sel

Nur Rafida Herawati. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

(2) Promosi menjadi Hakim pertama dan Hakim militer dengan kelas pengadilan lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan mempertimbangkan kompetensi, hasil