• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI HUTAN SIKULIKAP DESA DOULU PASAR KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI HUTAN SIKULIKAP DESA DOULU PASAR KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI HUTAN SIKULIKAP DESA DOULU PASAR KECAMATAN

BERASTAGI KABUPATEN KARO

Oleh :

Risnawati Br Ginting NIM. 4113220029 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan kasihNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi ini dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Skripsi

ini berjudul “Keanekaragaman Serangga Di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar

Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo” sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains di FMIPA Biologi Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Drs. Hudson Sidabutar, MS., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing

Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran sejak

dimulainya penulisan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada Bapak Drs. Lazuardi, M.Si., Bapak Drs. Puji Prastowo,

M.Si., Bapak Drs. Nusyirwan, M.Si., selaku dosen penguji yang telah banyak

membantu memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih Kepada

Bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Bioligi.

Teristimewa ucapan terima kasih yang tidak pernah terbatas kepada

Ayahanda Raskita Ginting dan Ibunda Dameria Br Karo yang telah mendidik,

memotivasi, mendoakan saya dengan penuh cinta kasih sampai saat ini.

Terimakasih juga buat adik tersayang Joy Fransisko Ginting yang telah

mendoakan, memotivasi dan banyak membantu selama penelitian.

Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Biologi ND 2011, untuk

sahabat-sahabat saya (Doni, Eva, Ribka) yang telah memberikan semangat dan

dukungan, K’Erayati Ginting atas motivasi dan doanya, Dora, Arta, Rina, Andi

Andrean, Yahya Pintor, K’Feny, K’Irma, Arihta, Rahel, teman-teman Permata

Jl.Udara yang telah memotivasi dan mendoakan saya serta memberikan dukungan

dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk Defanan Brahmana, Yosa, Candra,

Gita, kak Lita, B’Indra, B’Ihsan, Rinaldi Ginting, Harta atas doa, motivasi, dan

(4)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang

membangun demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat member

manfaat.

Medan, Maret 2015

Risnawati Br Ginting

(5)

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI HUTAN SIKULIKAP DESA DOULU PASAR KECAMATAN BERASTAGI

KABUPATEN KARO

RISNAWATI BR GINTING (4113220029) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi serangga , dan faktor fisika-kimia lingkungan pada Hutan Sikulikap di Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survey. Pengambilan sampel dilakukan selama 3 kali pengulangan. Pemeriksaan sampel

dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNIMED. Hasil penelitian

(6)

DIVERSITY OF INSECTS IN FOREST SIKULIKAP DOULU PASAR VILLAGE DISTRICT BERASTAGI

KARO DISTRICT

RISNAWATI BR GINTING (4113220029) ABSTRACT

(7)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ekologi Serangga 6

2.2. Keanekaragaman Serangga 7

2.3. Deskripsi Serangga 8

2.4. Struktur Morfologi Serangga 9

2.4.1.Struktur Tubuh Serangga 9

2.4.2. Kepala 9

2.4.2.1 Antena 9

2.4.2.2. Bagian-bagian Mulut 10

2.4.3. Toraks 10

2.4.3.1. Kaki 10

(8)

2.4.4. Abdomen 11

2,5. Klasifikasi Serangga 11

2.6. Peranan Serangga bagi Manusia dan Lingkungan 17

2.6.1. Pengurai Bahan Organik 17

2.6.2. Penyerbuk 17

2.6.3.Sebagai Bioindikator 17

2.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi 18

2.7.1. Suhu Udara 18

2.7.2.Kelembaban Udara 19

2.7.3. Angin 19

2.7.4. Cahaya, Warna dan Bau 20

2.8. Ekosistem Hutan 20

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 22

3.2. Populasi dan Sampel 22

3.3. Alat dan Bahan 22

3.4. Teknik Pengumpulan Data 23

3.4.1. Metode Penelitian 23

3.4.2. Jenis dan Sumber Data 25

3.4.3. Prosedur Kerja 26

3.5. Analisis Data 28

3.5.1. Kelimpahan Serangga 28

3.5.2. Indeks Dominansi 28

3.5.3. Indeks Keanekaragaman 29

3.5.4. Indeks Keseragaman 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 31

4.1.1. Faktor Fisika-kimia Lingkungan 31

(9)

4.1.3. Kelimpahan Serangga 33

4.1.4. Indeks Keanekaragaman 34

4.1.5. Indeks Dominansi 35

4.1.6. Indeks Keseragaman 35

4.2. Pembahasan 36

4.2.1. Kelimpahan 36

4.2.2. Keanekaragaman Serangga 36

4.2.3. Indeks Dominansi 37

4.2.4. Indeks Keseragaman 38

4.2.5. Faktor Fisika Kimia Lingkungan 38

4.2.5.1. Suhu Udara 38

4.2.5.2. Kelembaban Udara 39

4.2.5.3. pH Tanah 39

4.2.5.4. Kelembaban Tanah 40

4.2.5.5. Curah Hujan 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 41

5.2. Saran 42

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara, 31

pH tanah, kelembaban tanah, dan curah hujan.

Tabel 4.2. Kelimpahan, Indeks Dominansi, Indeks Keanekaragaman 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Acerentulus barberi 12

Gambar 2.2. Lepisma saccharina 12

Gambar 2.3 Campodea sp 13

Gambar 2.4. Entomobrya laguna 13

Gambar 2.5. Anisomorpha 14

Gambar 2.6. Anisolabis sp 14

Gambar 2.7. Embia major 15

Gambar 2.8. Reticuli termes 15

Gambar 2.9. Platycotis sp 16

Gambar 2.10. Libellula sp 16

Gambar 3.1. Metode pitfall trap 23

Gambar3.2. Metode yellow sticky trap 24

Gambar 3.3. Metode Light Trap 25

Gambar 4.1. Grafik indeks keanekaragaman 34

Gambar 4.2. Grafik Indeks Dominansi 34

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus

dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan ragam jenisnya.

Serangga memiliki beberapa nilai penting antara lain nilai ekologi, endemisme,

konservasi, pendidikan, budaya, estetika, dan ekonomi (Little, 1957). Penyebaran

serangga dibatasi oleh faktor-faktor geologi dan ekologi yang cocok, sehingga

terjadi perbedaan keragaman jenis serangga. Perbedaan ini disebabkan adanya

perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanannya (Borror &

Long, 1996).

Dalam Speight et. Al (1999) mengatakan bahwa serangga merupakan

bioindikator kesehatan hutan. Penggunaan serangga sebagai bioindikator

akhir-akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan

adanya keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Sejumlah

kelompok serangga seperti kumbang (terutama kumbang pupuk), semut,

kupu-kupu dan rayap memberikan respons yang khas terhadap tingkat kerusakan hutan

sehingga memiliki potensi sebagai spesies indicator untuk mendeteksi perubahan

lingkungan akibat konservasi hutan oleh manusia yang sekaligus menjadi

indicator kesehatan hutan.

Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan

lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain

sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai

penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus

hidrologika, dan pelestari tanah serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi

yang paling penting (Arief, 2001).

Dari segi pengelolaan hutan, peranan serangga perlu diarahkan kepada

pendugaan seberapa jauh serangga tertentu atau dalam hubungan simbiosis yang

seperti apakah sehingga serangga mempunyai peran sebagai spesies indikator,

untuk memprediksi tingkat kepunahan spesies lain atau perubahan mikro

(13)

akhir-akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan

adanya keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik lingkungan. Bioindikator

(Indikator biologi) adalah jenis atau populasi tumbuhan, hewan dan

mikroorganisme yang kehadiran, vitalitas dan responnya akan berubah karena

pengaruh kondisi lingkungan. Setiap jenis akan memberikan respon terhadap

perubahan lingkungan tergantung dari stimulasi (rangsangan) yang diterimanya.

Respon yang diberikan mengindikasikan perubahan dan tingkat pencemaran yang

terjadi di lingkungan tersebut dimana respon yang diberikan dapat bersifat sangat

sensitif, sensitif atau resisten (Speight et.al., 1999). Alfaro dan Singh (1997)

melaporkan bahwa kelimpahan invertebrata (yang didominasi oleh serangga) pada

kanopi hutan umumnya lebih tinggi pada hutan-hutan yang belum rusak yang

menunjukkan bahwa mereka merupakan bioindikator yang ideal terhadap

kesehatan hutan.

Ruslan., H (2009) dalam penelitiannya melaporkan pada hutan homogen

keanekaragam lebih tingi dibanding hutan heterogen. Tingginya indeks

keanekaragaman pada hutan homogen hal ini disebabkan pada hutan homogen

vegetasi herba yang merupakan tempat hidup dan sumber makanan bagi serangga

permukaan tanah, lebih beragam dan rimbun bila dibandingankan dengan vegetasi

heterogen. Pada hutan homogeny tutupan kanopi dari vegetasi kurang rapat

sehinga penetrasi sinar matahari lebih banyak, sehingga vegetasi herba atau

rumput yang membutuhkan sinar matahari untuk kehidupan dapat dipenuhi.

Sedangkan pada hutan heterogen tutupan kanopi lebih rapat, penetrasi sinar

matahari lebih kurang. Hal ini yang menyebabkan indeks keanekaragaman lebih

tinggi

Sesuai penelitian Koneri, R., (2010) mengatakan pada tempat yang lebih

tinggi kekayaan spesies dan kelimpahan spesies lebih rendah. Perbedaan

ketinggian akan menyebabkan perbedaan iklim (seperti suhu, kelembaban dan

curah hujan) dan pola penyebaran vegetasi. Subekti, N (2013) menemukan 19

jenis serangga di Hutan Tinjomoyoyang merupakan Hutan Wisata di Jawa

Tengah. Lebih lanjut Patang (2010) ada menemukan 322 jenis serangga di hutan

(14)

Hutan Sikulikap terletak di Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi

Kabupaten Karo. Hutan ini merupakan salah satu akses jalan yang dapat dilalui

untuk menuju Air Terjun Sikulikap. Disekeliling air terjun adalah hutan tropis

lebat, dengan tonjolan dinding-dinding cadas pada beberapa tempat (Anonim,

2009).

Penelitian serangga belum pernah dilakukan di hutan ini, sehingga perlu

dilakukan penelitian ang bertujuan untuk melihat keanekaragaman jenis serangga

di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Penelitian keanekaragaman jenis serangga di Hutan Sikulikap merupakan bentuk

upaya dalam menambah pengetahuan tentang kekayaan alam/keanekaragaman di

Indonesia khususnya Kabupaten Karo.

1.2. Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang tersebut maka ruang lingkup masalah dalam

penelitian ini mencakup tentang keanekaragaman jenis serangga di Hutan

Sikulikap Desa Doulu Pasar Kecamatan Berastagi Kaupaten Karo. Dalam hal ini

menyangkut keanekaragaman, kelimpahan, keseragaman dan faktor fisika-kimia

lingkungan.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Tempat penelitian akan dilakukan di Hutan Sikulikap Kecamatan

Berastagi Kabupaten Karo.

b. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan

metode transek.

c. Faktor Fisika-Kimia yang dikaji adalah kelembaban, suhu udara dan pH

(15)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan adapun yang menjadi

rumusan masalah yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana kelimpahan serangga pada Hutan Sikulikap Kecamatan

Berastagi Kabupaten Karo.

b. Bagaimana tingkat dominansi serangga pada Hutan Sikulikap Kecamatan

Berastagi Kabupaten Karo.

c. Bagaimana indeks keanekaragaman serangga pada Hutan Sikulikap

Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

d. Bagaimana tingkat keseragaman Serangga pada Hutan Sikulikap

Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

e. Bagaimana Kondisi fisika-kimia pada Hutan Sikulikap Kecamatan

Berastagi Kabupaten Karo.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui kelimpahan serangga pada Hutan Sikulikap

Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

b. Untuk mengetahui tingkat dominansi serangga pada Hutan Sikulikap

Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

c. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman serangga pada Hutan

Sikulikap Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

d. Untuk mengetahui tingkat keseragaman Serangga pada Hutan

Sikulikap Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

e. Untuk mengetahui Kondisi fisika-kimia pada Hutan Sikulikap

(16)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaatdari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagi salah satu bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan yang

berkaitan dengan dengan penataan ruang, pengelolaan hutan dan konservasi

keanekaragaman hayati.

b. Dapat dijadikan sebagai sumber rujukan atau sebagai perbandingan dalam

melakukan penelitian.

1.7.Defenisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan persepsi dan istilah-istilah yang digunakan,

berikut ini adalah defenisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini:

a. Serangga:Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan ragam

jenisnya.

b. Hutan: Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan,

rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup

luas.

(17)

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Hutan Sikulikap Desa Doulu Pasar

Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, maka kesimpulan yang didapatkan adalah

sebagai berikut:

Hasil dari indeks keanekaragaman, kelimpahan, indeks dominansi, dan

indeks keseragaman serangga pada Hutan Sikulikap yaitu:

a. Rata-rata indeks keanekaragaman yaitu 1.2543 dikategorikan sedang.

Indeks keanekaragaman serangga di hutan sikulikap paling tinggi

ditemukan pada perangkap pitfall trap yaitu 1.7255 (Kategori sedang),.

Indeks keanekaragaman terendah didapat pada jebakan light trap yaitu

0.6118 (dikategorikan rendah).

b. Kelimpahan serangga pada penelitian ini menggunakan metode pitfall

trap, light trap dan yellow sticky trap. Angka tertinggi terdapat pada

Pitfall trap yaitu 115.663, Sedangkan kelimpahan terrendah yaitu

terdapat pada metode YST yaitu 11.664 individu dan didominasi oleh

Polyrhachis abdominalis.

c. Rata-rata indeks dominansi yang diperoleh yaitu 0,4523 dikategorikan

indeks dominansi sedang. Indeks dominansi paling tinggi didapat pada

jebakan light trap yaitu 0.6543 (kategori sedang). Indeks dominasi

paling rendah didapatkan pada Yellow sticky trap yaitu 0.3077,

(kategorikan rendah).

d. Rata-rata indeks keanekaragaman adalah 0,6233 dikategorikan sedang.

Dimana indeks keseragaman paling tinggi didapatkan pada jebakan

yellow sticky trap yaitu 0.7956 dan indeks keseragaman paling rendah

berada pada jebakan light trap yaitu 0.3801.

e. Kondisi fisika-kimia lingkungan yang diperoleh adalah sebagai

berikut: Kisaran suhu udara pada kebun kakao tersebut berkisar 210C

-230C, dengan kelembaban udara berkisar 70% - 72%. Pada Hutan

(18)

dengan kelembaban tanah berkisar 2,5-4,5%. Serta data curah hujan

yang didapatkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika yang terletak

di Kutagadung Kecamatan Berastagi selama penelitian adalah 5,6 mm.

5.2. Saran

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka Hutan Sikulikap perlu

dilakukan upaya konservasi untuk pelestarian kawasan. Perlunya perhatian

yang lebih lagi dari masyarakat dan instansi yang terkait guna pelestarian

kawasan Hutan Sikulikap.

2. .Perlu dilakukan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui

keanekaragaman dan kelimpahan serangga di Hutan Sikulikap berdasarkan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Alfaro, R.I.,& Singh,P., 1997, Forest Health Management : A Changing Persfective

Anonim,(2009),SampurenSikulikap,https://sites.google.com/site/wisataairterjun/s umatera-utara/air-terjun-sikulikap.

Anonim, (2010), Majalah Komunitas Pemerhati Serangga,

http://ilmuserangga.word press.com

Anonim,(2012), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga,

http://kuliahagribisniselin.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

Arief A, (2001).Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Borror, D.j dan De Long D.M, (1996). An Introduction to the Study of Insect.

Sounders College Publishing.

Fransina, S.L. dan Illa Anggreni, (2010), Diversitas Coleoptera dalam Kawasan Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon, Seminar Nasional Biologi, Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta.

Hidayat; Otong; Sutarno; Nono; Suhara; Sanjaya dan Yayan. (2004). Dasar-Dasar Entomologi.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Heddy, S. dan M, Kurniaty., (1996), Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT Raja Grafindo, Jakarta.

Jumar, (2000),Entomologi Pertanian,Rineka Cipta, Jakarta

Koneri, R., dkk, (2010), Keanekaragaman Kumbang Lucanid

(Coleoptera:Lucanidae) Pada Berbagai Ketinggian Tempat di Hutan

Konsensi Unocal Gunung Salak, Jawa Barat.

Kramadibtara, I., (1995),Ekologi Hewan. ITB, Bandung.

Kurnia, Sari, F., (2012), Analisis Komparasi Usaha Tani Padi Organik dan Anorganik di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, SKRIPSI, Salatiga, Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Keristen Satya Wacana.

(20)

Little, F. (1957),General And Applied Entomology. Texas: Texas University.

Mukayat, D.B., (1994),Zoologi Dasar, Jakarta : Erlangga

Notohadiprawiro, T. (1981). Pemapanan Agroforesty Selaku Bentuk Pemanfaatan Lahan Menurut Kriteria Pengawetan Tanah dan Air.Seminar Agroforestry

dan Pengendalian Perladangan.Yogyakarta: UGM

Partaya. (2002).Komunitas fauna tanah dan analisis bahan organic di TPA Kota

Semarang. Seminar Nasional: Pengembangan Biologi Menjawab

Tantangan Kemajuan IPTEK, tanggal 29 April 2002. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Patang F, 2010, Keanekaragaman Takson Serangga pada Areal Hutan Bekas Tambang Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.Bioprospek.Vol.7 (1): 80-89pp

Perangin-angin, G., (2009), Kajian Fauna Dan Flora Dari Kawasan Ekowisata Tangkahan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Green Biom: 1-23

Rahmawaty. (2004).Study Keanekaragaman mesofauna tanah di kawasan Hutan

Wisata Alam Sibolangit.Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara

Raihana. 1994. Pengaruh Jarak Tanan dalam Tumpangsari Sawi dengan Tomat Terhadap Serangan Ulat Daun Plutella xylostella Linn. Fakultas Pertanian. Unversitas Lambung Mangkurat. BANJARBARU.

Ruslan H, (2009),Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat.

Sihite, Ester., (2011), Ekologi Serangga Pada Tanaman Kopi Di Desa Sileang

Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Skiripsi,

FMIPA UNIMED, Medan

Speight M.R; Hunter M.D dan Watt A.D. 1999.Ecology of Insects, Consepts and Applications. Blackwell Science, Ltd.

Subekti N., (2013), Keanekaragaman Jenis Serangga Di Hutan Tinjomoyo Kota Semarang, Jawa Tengah (Insect Diversity Of Tinjomoyo Forest Semarang City, Central Java).

(21)

Sukarsono. (2012). Pengantar Ekologi hewan. Malang: Universitas Muhammadiyah. Malang Press

Suwiryo, 2006.Spesifikasi Serangga.diakses Maret 2012. Yogyakarta.

Way, M.J., K.C. Khoo. (1992). Role of ants in pest management. Annu. Rev. Entomol. 37: 479-503

Widiarta, I., N. Kusdiaman, D., dan Suprihanto, (2006), Keragaman Arthropoda Pada Padi Sawah Dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Jurnal HPT. Tropika,06 (02) : 61-69

Yuniarti,N,. (2012), Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia dan Gastropoda

(Molusca) di pesisir Glayem Jatinyuar Indramayu Jawa Barat, SKRIPSI,

Gambar

Tabel 4.1.Hasil pengukuran suhu udara, kelembaban udara,

Referensi

Dokumen terkait

Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation

Surat permohonan pindah harus diterima Rektor Universitas Mulawarman paling lambat 2 (dua) bulan sebelum kuliah semester baru. Keputusan penerimaan mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh tingkat keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa, terdapat perbedaan motivasi belajar

Infrastruktur Legal, penerapan aplikasi elektronik tata naskah memliki landasan hukum yang menjadi pedoman atau acuan dalam pelaksanaannya, landasan hukum tersebut

Status heterofil, limfosit serta rasio heterofil/limfosit pada itik Pengging, itik Tegal dan itik Magelang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05)

 PKS akan dibuat dan mengacu pada MoU yang berlaku, jika MoU baru telah selesai, maka yang dijadikan dasar hukum adalah MoU yang baru, namun jika belum selesai, maka dasar

Universitas Mercu Buana Jakarta sekaligus dosen pembimbing yang memberikan kesempatan dalam penyusunan proposal tugas akhir ini. Para dosen dan karyawan Univiersitas Mercu

1) Masa pengulangan harus disesuaikan dengan siklus Pendidikan Profesi Dokter Gigi yang sedang berlangsung. 2) Tiga hari menjelang masa pengulangan yang bersangkutan