• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan yang Didominasi Laki-Laki: Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita yang Berprofesi Sebagai Kondektur Bis Di Terminal Kp. Rambutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan yang Didominasi Laki-Laki: Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita yang Berprofesi Sebagai Kondektur Bis Di Terminal Kp. Rambutan"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita Yang Berprnfesi Sebagai Kondektur Bis Di Terminal Kp. Rambutan)

Oleh:

NURASIAH

NIM: 102070026013

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENYESUAIAN DIRI WANITA PEKERJA PADA

BIDANG PEKERJAAN YANG DIDOMINASI LAKI LAKI

(Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita Yang Berprofesi Sebagai Kondektur Bis Di Terminal Kp. Rambutan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

NURASIAH

NIM :102070026013

i

Di Bawah Bimbingan

pッセセ[ュ「[ッァ@

I

/ /

|セ@

1111

Prof. Ham \I n asun M.Si

N y 30 351146

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul PENYESUAIAN DIRI WANITA PEKERJA PADA BIDANG PEKERJAAN YANG DIDOMINASI LAKl-LAKI (Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita Yang Berprofesi Sebagai Kondektur Bis di Terminal Kp. Rambutan) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Penguji I

Jakarta, 26 Februari 2007

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota

Anggota:

M.Si

P iltuji II

iセ@

, I

Prof. Ha. d n Yasun

nャセOエSP@

3S1146

Pembimbing II

(4)

Barang::5iapa yang: meng:egakan amalamaf ,ihafeh

7

baik faki-faki maupun perempuan 6edang: ia

orang beriman

7

maka mereka ifu ma:5uk ke dalam :5urg:a

dan mereka tidak dianiaya 6edzkifpun

(QS.

.Annloa

124)

.J<:arya Sederhana Yni

.J<:uper6embahkan

ferurduk

(5)

(B) Februari

2007

(C) NUR ASIAH

(D) PENYESUAIAN DIRI WANITA PEKERJA PADA BIDANG PEKERJAAN YANG DIDOMINASI LAKl-LAKI (STUD! KASUS PADA TIGA

KONDEKTUR BUS WANITA) (E) xi +

67

halaman

(F) Penyesuaian diri yang baik selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya selalu ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan

ketegangan jiwa. Dalam pekerjaan, hal ini merupakan kebutuhan utama. Dengan tercapainya penyesuaian diri, orang tersebut diharapkan

mampu menghadapi kesukaran dengan cara obyektif, menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, dan terdorong untuk berprestasi. Hal ini juga berlaku pada wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Mereka dituntut untuk dapat berbaur dengan dunia yang asing bagi dirinya. Mereka harus mengerahkan segala kemampuannya karena identitas mereka sebagai wanita.

Menurut Schneider (1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengatasi tekanan kebutuhan, memiliki kemampuan yang sewajarnya untuk mengatasi frustrasi dan mampu

mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok atau pantas untuk dirinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi Jaki-laki khususnya kondektur bis wanita di Terminal Kampung Rambutan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, dilakukan kepada tiga orang kondektur bis wanita yang berusia antara

20-40

tahun melalui wawancara dan observasi lapangan yang berlangsung pada bulan Oktober

2006.

(6)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. '

Proses yang dialami mereka adalah awalnya mereka merasakan malu, canggung atas tatapan orang lain saat sedang menjalani profesinya. Dengan kesadaran bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah halal dan dari segi ekonomi lebih menguntungkan daripada pekerjaan yang pernah mereka geluti, mereka mengembangkan perilaku-perilaku yang tampak lebih maskulin seperti berpakaian, berbicara, dan merokok.

Motivasi mereka menggeluti profesi kondektur bis disebabkan kondisi ekonomi keluarga yang sangat menghimpit, sehingga mendorong mereka untuk turut terjun membantu memulihkan perekonomian keluarga.

(G) Bahan bacaan: 24 (1964-2005) + 6 pustaka online

(7)

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang

Didominasi Laki-lakt"'. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpab atas

Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi

umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas ini dapat terselesaikan

tidak dapat terlepas dari konstribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih

yang mendalam kepada:

1. Yang teristimewa lbunda tercinta, Thoharoh, yang tak kenal lelah

berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian doa yang !bu panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup. Serta Ayah tercinta M. Nur (aim) be/um

(8)

sempat ananda membalas jasamu. Adikku tersayang Nia Kurnia semoga

cita-citamu bisa tercapai dan mendapatkan yang terbaik dalam hid.up.

2. lbu Dra. Hj Netty Hartati, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Hamdan Yasun, M.Si, Pembimbing I yang senantiasa memberikan

bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis untuk rnenyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Asep Haerul Ghani, Psi, Pembimbing II yang tidak pernah bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan kritik yang

membangun, motivasi, dan menumbuhkan rasa percaya diri sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini.

5. lbu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik

yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada seluruh mahasiswa.

6. Para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.

7. Yang terkhusus K'Fahruddin & K'Didi Paridi, yang dengan kebijakan dan

kesabarannya meyakinkan penulis untuk terus berjuang dalam hidup ini.

(9)

8. K'Saepudin & tetehku tersayang Nur 'Aeni, terima kasih atas doa kalian

yang tiada hentinya menyertai penulis dan atas kasih sayang yang besar

itu.

9. Teruntuk Ma H. Nasir & keluarga, bibi Nur ma'wah & keluarga, bibi Ento

& keluarga, bibi lyah & keluarga, terimakasih atas dukungan serta doanya

selama ini.

10. Teman-teman Psikologi angkatan 2002, terima kasih atas persahabatan

dan dukungan yang telah kalian berikan.

11. For my best friend (Wulan, Tonah, Fitri, Lia, Ratna, Nda, Seha, Dwi)

terima kasih atas kenangan manis yang kalian ciptakan, kalianlah yang

telah mewarnai hari-hari penulis selama empat tahun ini. Terima kasih

atas persahabatan yang sangat berarti ini. Semoga persahabatan yang

telah terjalin tetap abadi selamanya.

12. Sahabat-sahabatku tercinta, Mia, Vivin, Eneng, Yoyoh, Pudoh yang

selalu berbagi dalam suka dan duka, yang setia mendengarkan

keluh-kesah penulis. Semoga persahabatan kita langgeng selalu.

13. Teruntuk Teh Mimi & keluarga terima kasih atas doa serta kasih sayang

yang sangat berharga.

(10)

14. Mbah Hell (Rental Orion) yang selalu siap membantu penulis setiapkali

computer eror serta mengedit dan mempercantik skripsi ini. セ@

15.

Terima kasih yang tulus untuk para respondenku (SA, SR, MR) yang

telah meluangkan waktunya, tanpa bantuan kalian belum tentu skripsi ini

bisa selesai.

16.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan

para pembaca.

Jakarta, Februari

2007

Penulis

(11)

Halaman Judul

Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan

Persembahan ... .

Abstraksi ... ... ... ... ... .. .. . .. ... ... .... ... .. . ... .. ... .. ... .. .. .. ... .. ... ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar lsi ... . .. .. . .. .. .. ... .... .. .. . .... .... .... .... ... ... ... .. .. ... .. .. .. . .. .. .. . .. ... ... . . viii

Daftar Tabel ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1-9 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Jdentifikasi Masalah ... 5

1.3. Pembatasan Masalah Penelitian .... ... .... ... .. ... .... .. ... . .. ... ... 6

1.4. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

1.5. Tujuan dan Manfaat Peneltian ... 7

1.6. Sistematika Penelitian ... ... 8

BAB 2 KAJIAN TEORI 10-34

2.1. Penyesuaian Diri ... 1 O 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Diri ... ... . ... ... ... ... .. 1 O

2.1.2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri 13

(12)

2.1.3. Karakteristik Penyesuaian Diri ... 16

2.1.4. Proses Penyesuaian Diri ... セNNN@ 18 2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri 19 2.2. Kerja dan Karir ... ... .... .. ... ... ... 20

2.2.1. Pengertian Kerja ... 20

2.2.2. Pengertian Karir ... 22

2.2.3. Manfaat Bekerja Bagi Wanita ... 23

2.3. Wanita Dewasa Awai ... 25

2.3.1. Pengertian Dewasa Awai ... 25

2.3.2. Karakteristik Psikologis Pria dan Wanita Dewasa Awai 28 2.3.3. Kebutuhan Dewasa Awai Pada Pekerjaan ... 31

2.4. Kerangka Berpikir ... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN 35-42 3.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian ... 35

3.2. Subyek Penelitian ... ... .... ... ... .... .. .... ... 37

3.2.1. Karakteristik Subyek ... 37

3.2.2. Jumlah Subyek .. .... ... .. .. .... .. ... .. ... 38

3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel ... 38

3.3. Metode Pengumpulan Data ... ... ... ... ... ... ... 38

3.3.1. Metode Wawancara ... 39

3.3.2. Metode Observasi . .. ... .... ... ... 39

3.4. Teknik Analisa Data ... 40

3.5. Prosedur Penelitian ... 41

(13)

4.2. Gambaran Kasus ... ... ... ... ... ... ... 44 4.2.1. Kasus SA

4.2.2. Kasus SR 4.2.3. Kasus MR

44

49

54

4.3. Analisa Antar Kasus ... 60

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 64-67

5.1. Kesimpulan .. ... ... ... ... ... ... ... . ... ... . 64 5.2. Diskusi . .. ... .. .. . .. .. ... ... ... ... ... ... ... . .. . ... ... ... ... ... . .. . ... ... 65 5.3. Saran .. .. .. . . . .. .. .. . .. ... .. . .. ... ... ... ... ... .. . .. . .. .. .. .. . .. .... ... ... . . 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN

(14)

DAFTAR TABEl

Tabel 1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 44 Tabel 2 Perbandingan Antar Kasus ... 60

[image:14.595.59.462.141.508.2]
(15)

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai pribadi, manusia adalah makhluk yang bersifat eksploratif dan potensial. Manusia disebut sebagai makhluk eksploratif, karena ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. la memiliki kemampuan untuk memanfaatkan berbagai kelebihan yang ada dalam dirinya. Sebagai makhluk potensial, manusia menyimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan. Saat menginjak dewasa, kemampuan dan potensi-potensi dalam diri ini dianggap telah matang. Oleh sebab itu seseorang yang telah menginjak masa dewasa sepantasnya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam

memenuhi kebutuhannya.

Sebagai makhluk individu dan sosial dalam konteks kehidupan sehari-hari, akan tampak kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi bagi

kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan sosial yang antara satu

dengan lainnya memiliki kaitan dan membentuk suatu mata rantai kehidupan

(16)

2

yang bermuara pada kesejahteraan yang merupakan tujuan hidup manusia baik secara individual maupun kolektif. Demi memenuhi kebutuhan-.,

kebutuhan tersebut, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja.

Bekerja adalah kodrat manusia. Tuhan menciptakan manusia selain untuk beribadah juga diharuskan selalu berikhtiar agar nasib hidupnya menjadi lebih baik. Seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang selalu berkembang demi mencapai kondisi yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya. Menurut Magnis (dalam Anoraga, 2001), pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi, pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri disukai atau bersifat mendesak, melainkan karena kita mau dengan

sungguh-sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri sebagai benda, karya, tenaga dan sebagainya.

(17)

hawa. Pekerjaan-pekerjaan tersebut biasanya dikerjakan oleh kaum laki-laki karena pada dasarnya pekerjaan tersebut mengandung banyak

permasalahan dan resiko. Namun desakan ekonomi dan dukungan

perubahan cara pandang masyarakat membuat para wanita ikut serta dalam bekerja.

Secara langsung fenomena itu dapat dilihat, jika dulu kita tidak pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki beberapa penerbang wanita. Demikian pula pada masa lampau. Kita hampir tidak mengenal wanita yang duduk di kursi manajer tingkat atas. Tetapi sekarang jauh berbeda, banyak wanita telah menduduki posisi top manajerdan bahkan cukup banyak pula yang menempati kursi direktur eksekutif. Bertebaran diberbagai sektor usaha, mulai dari perhotelan, perbankan, sampai sektor industri konstruksi, garment, farmasi, bahkan profesi tergolong keras, seperti pengemudi angkutan umum, kondektur, tenaga operator alat-alat berat, dan lain-lain mulai dimasuki kaum wanita.

Namun proses yang dilalui para wanita ini tidaklah selalu mudah. Dalam pekerjaan mereka dibutuhkan banyak penyesuaian diri yang harus terus diusahakan agar dapat menjalankan fungsinya secara stabil dalam

(18)

Pengertian dari penyesuaian diri adalah suatu kemampuan untuk bekerja secara efektif dan berhubungan dengan orang lain, mempunyai エッャ・イZ⦅セョウゥ@

terhadap frustrasi, pemenuhan kebutuhan jasmani, merasa diterima oleh kelompoknya, percaya diri, mempunyai alasan dalam setiap perbuatan dan perasaannya (Yuliati, 2002).

4

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui orang-orang yang mengalami stres dan depresi disebabkan kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri terhadap tekanan.

Penyesuaian diri yang baik, selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya sering ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa. Dalam pekerjaan, hal ini merupakan kebutuhan utama. Dengan

tercapainya penyesuaian diri, orang tersebut diharapkan mampu menghadapi kesukaran dengan cara objektif, menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, dan terdorong untuk berprestasi. Hal ini juga berlaku bagi wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Mereka

(19)

harus mengerahkan segala kemampuannya karena identitas mereka sebagai wanita pun dapat dipandang sebagai suatu kekurangan di dunia エ・イウセ「オエN@

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin meneliti tentang Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki, yaitu Para Wanita Yang Bekerja Sebagai Kondektur Bis.

1.2.

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang hendak diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pada masa lampau, kita hampir tidak mengenal wanita yang duduk di kursi manajer tingkat atas. Tetapi sekarang jauh berbeda, banyak wanita telah menduduki posisi top manajer dan bahkan cukup banyak pula yang menempati kursi direktur eksekutif. Bertebaran diberbagai sektor usaha, mulai dari perhotelan, perbankan, sampai sektor industri konstruksi, garment, farmasi, bahkan profesi tergolong keras, seperti pengemudi angkutan umum, kondektur, tenaga operator alat-alat berat, dan lain-lain mulai dimasuki kaum wanita. Maka muncul suatu pertanyaan apa

(20)

\.

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi wanita pekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki khususnya yang bekerja seba_gai Kondektur Bis?

6

3. Penyesuaian diri yang baik, selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya selalu ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa. Maka muncul suatu pertanyaan bagaimana penyesuaian diri wanita pekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki khususnya yang bekerja sebagai Kondektur Bis?

1.3.

PEMBATASAN MASALAH PENELITIAN

Mengingat kompleksnya masalah yang akan diteliti, maka penulis memiliki satu batasan:

1. Menurut Schneider (1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengatasi tekanan kebutuhan, memiliki kemampuan yang sewajarnya untuk mengatasi frustrasi dan mampu mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok atau pantas untuk dirinya.

2. Kerja yang dimaksud disini merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak

(21)

3. Wanita yang dimaksud disini adalah para wanita yang termasuk kedalam kategori dewasa awal yaitu yang berkisar antara umur 20-40 tah_l)n, dan bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki yaitu kondektur bis di terminal Kp. Rambutan.

1.4. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat

dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki?

1.5. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui "Bagaimana Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki".

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Secara teoritis diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dari teori psikologi pada umumnya, dan khususnya psikologi Sosial serta psikologi perkembangan dewasa.

(22)

8

1.6. SISTEMATIKA PENELITIAN

Pada penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan kaidah American

Psychology Association (APA Style). Adapun sistematika penulis dalam

laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini penulis akan menyampaikan uraian latar belakang masalah, identifikas masalah, perumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

Bab 2 Kajian Pustaka

Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang landasan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk melihat permasalahan yang diteliti meliputi penyesuaian diri, kerja dan karir, dan wanita dewasa awal.

Bab 3 Metode Penelitian

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian meliputi pendekatan

(23)

Bab 4 Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang hasil penelitiaf!,• mendeskripsikan secara umum mengenai subyek penelitian, serta hasil analisis dan interpretasi data.

Bab 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran

(24)

BAB2

KAJIAN TEORI

2.1. PENYESUAIAN DIRI

2. 1.1. Pengertian Penyesuaian Diri

-.

Manusia sebagai makhluk sosial sepanjang kehidupannya harus dapat melakukan penyesuaian diri dimana pun manusia itu berada. Karena situasi yang berubah menuntut seseorang juga harus berubah sesuai norma-norma yang berlaku pada lingkungan tersebut.

Penyesuaian diri mengacu pada kemampuan individu dalam bersosialisasi dengan lingkungannya dan sejauh mana individu tersebut dapat berfungsi secara efisien dalam masyarakat.

Penyesuaian diri merupakan aspek terpenting didalam hiclup seseorang agar orang tersebut dapat tetap eksis didalam hidupnya dan dapat menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Disini setiap individu yang hidup dalam

lingkungan tertentu, selalu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.

(25)

Menurut Haber et.all. (1984), penyesuaian diri bukan merupakan suatu keadaan, melainkan proses berkelanjutan selama hidup. Peristiwa-peristiwa kehidupan selalu berubah-ubah. Berdasarkan konsep proses tersebut, maka penyesuaian diri yang efektif terukur dengan cara melihat bagaimana

seseorang mengatasi keadaan-keadaan yang selalu berubah.

Scheneider (1993) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengatasi tekanan kebutuhan, memiliki kemampuan yang sewajarnya untuk mengatasi frustrasi dan mampu mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok atau pantas untuk dirinya.

Penyesuaian diri adalah suatu pengertian yang pada dasarnya diambil dari ilmu Biologi yang dibuat oleh teori Charles Darwin yang terkenal dengan teori Evolusi. Biasanya pengertian tersebut menunjukkan bahwa makhluk hidup berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan alam tempat ia hidup, agar tetap hidup (Fahmy, 1982).

(26)

Dari segi bahasa penyesuaian adalah kata yang menun_iukkan keakraban,

pendekatan dan kesatuan kata. Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah

proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku agar terjadi

hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkungannya (Fahmy,

1982).

12

Rumusan tersebut mengandung pengetian bahwa orang yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik, mempelajari berbagai keterampilan sosial.

Keterampilan yang dimaksud seperti kemampuan untuk menjalin hubungan

dengan orang lain, baik dengan teman maupun orang yang tidak dikenal,,

sehingga sikap orang lain tersebut menyenangkan. Pada umumnya orang

yang berhasil melakukan penyesuain diri dengan baik akan mengembangkan

sikap social yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang

lain meskipun orang yang membantu itu sendiri mengalami kesulitan.

Batasan tersebut menunjukkan bahwa manusia dalam bertingkah laku

sebenarnya merupakan dorongan hidup yang lahir dari adanya kebutuhan

akan sesuatu. Tingkah laku dalam hubungan dengan sesamanya atau

lingkungannya merupakan wujud dari manifestasi usaha penyesuaian diri

yang timbul sebagai reaksi terhadap rangsangan dari dalam dirinya sendiri

(27)

sosialnya. Selain rangsangan dari dalam diri sendiri, usaha penyesuaian diri juga timbul sebagai reaksi terhadap situasi yang berasal dari lingkun@annya.

Penyesuaian diri adalah suatu kemampuan untuk bekerja secara efektif dan berhubungan dengan orang lain, mempunyai toleransi terhadap frustrasi, pemenuhan kebutuhan jasmani, merasa diterima oleh kelompoknya, percaya diri, mempunyai alasan dalam setiap perbuatan dan perasaannya (Yuliati, 2002).

Dari adanya rumusan-rumusan tentang penyesuaian diri tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian penyesuaian diri adalah reaksi seseorang tehadap rangsangan dari dalam sendiri maupun situasi yang berasal dari lingkungannya.

2.1.2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

(28)

14

1. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dir1nya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. la menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.

(29)

2. Penyesuaian Sosial

Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang rnereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup Hubungan-hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. lndividu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.

(30)

16

aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam-proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku

kelompok.

Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan

kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

2.1.3. Karakteristik Penyesuaian Diri

(31)

Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan-tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.

Menurut Haber et.all. (1984) ada lima ciri-ciri individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik, yaitu:

a. Persepsi terhadap realitas yang akurat. Hal yang penting dalam persepsi terhadap realitas yang akurat adalah kemampuan untuk mengenali konsekuensi-konsekuensi dari tingkah laku dan berusaha untuk menjalankan tingkah laku yang sesuai.

b. Mampu mengatasi kecemasan dan stress, didalam mencapai tujuan hidupnya banyak mengalami masalah serta rintangan. Bila tujuan ini tercapai maka individu akan menjadi puas, dan bila tidak tercapai maka akan menjadi kecewa dan cemas.

[image:31.595.56.455.150.508.2]
(32)

d. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, individu yang sehat secara emosional adalah individu yang mampu merasakan dan mengekspresikan seluruh emosi dan perasaannya.

e. Hubungan interpersonal yang baik, individu yang penyesuaian sosialnya efektif, mampu mencapai tingkat keakraban yang cocok dalam hubungan sosialnya, kompeten dan merasa nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain.

Sedangkan penyesuaian diri yang buruk adalah individu yang menerima secara pasif dan tidak melakukan usaha apapun untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, tidak mampu mencapai keharmonisan hubungan dengan lingkungan fisik dan sosial dalam memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial.

2.1.4. Proses Penyesuaian Diri

Menurut Haber et.all. (1984) proses penyesuaian diri adalah proses yang berlanjut sepanjang kehidupan seseorang, hal ini disebabkan oleh karena adanya perubahan situasi hidup yang menuntut seseorang harus berubah.

Menurut Hurlock (1996) proses penyesuaian diri sangat berkaitan dengan tingkatan perkembangan individu yang mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna, yaitu:

(33)

a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.

-.

b. Dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok social pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka.

c. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.

2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Schneider (dalam Nurjannah, 2002) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah:

a. Kondisi jasmani: meliputi pembawaan jasmaniah yang dibawa sejak lahir dan kondisi tubuh.

b. Perkembangan dan kematangan yang meliputi kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional.

c. Determinan psikologis yang meliputi pengalaman belajar, kondisioning determinan diri, frustrasi dan konflik.

(34)

20

Sedangkan menurut Calhoun {dalam Nurjannah, 2002) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah:

-.

a. Situasi, yaitu cara seseorang menyesuaikan dan penilaian kita, seperti apakah hal itu merupakan penyesuaian yang sehat, sangat tergantung terhadap apa seseorang tersebut menyesuaikan.

b. Nilai, penilaian kita yaitu apakah seseorang dengan penyesuaian yang baik tergantung tidak hanya dari situasi saja, namun juga penilaian diri kita, pemikiran kita tentang bagaimana seseorang seharusnya

berperilaku.

2.2.

KERJA DAN KARIR

2.2.1. Pengertian Kerja

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu biasanya bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang

dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.

(35)

tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Menurut Magnis (dalam Anoraga, 2001), pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi, pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang khusus. Yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan, melainkan karena kita mau dengan sungguh-sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri atau sebagai benda, karya, tenaga dan sebagainya, atau sebagai pelayanan terhadap

masyarakat, termasuk dirinya sendiri. Kegiatan itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun rohani.

Menurut Hegel (dalam Anoraga, 2001), inti pekerjaan adalah kesadaran manusia. Pekerjaan memungkinkan orang dapat menyatakan diri secara objektif ke dunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan dirinya.

Menurut Smith (dalam Anoraga, 2001), tujuan dari kerja adalah untuk hidup. Dengan demikian, maka mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan sarana kebutuhan untuk hidup, berarti bekerja. Dari pendapat tersebut, maka hanya kegiatan-kegiatan orang yang

(36)

22

Menurut Brown (dalam Anoraga, 2001), kerja itu sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat. Dalam keadaan biasa, seseorang baik pria maupun wanita sejak dahulu kala memang menyukai pekerjaan. Bila mereka tidak menyukai pekerjaan, sesungguhnya kesalahannya tidak terletak pada si pekerja itu sendiri, tetapi pada kondisi-kondisi sosial dan psikologis dari pekerjaan itu.

2.2.2. Pengertian Karir

Anoraga (2001) mengemukakan bahwa bekerja apa saja asal mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya itulah yang disebut karir.

Sedangkan menurut Gibson dkk. (dalam Titik, 2005) karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi

(37)

Karir dalam arti sempit yaitu upaya untuk mencari nafkah, mengembangkan profesi, dan meningkatkan kedudukan sedangkan karir dalam arti luas merupakan langkah maju sepanjang hidup atau mengukir kehidupan seseorang.

Zaman sekarang dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini menjadikan peluang untuk meningkatkan karir dalam pekerjaan menjadi terbuka lebar apalagi jika ditunjang dengan jenjang pendidikan yang tinggi. Hal ini tidak saja terjadi pada pria tetapi juga bagi wanita. Banyak wanita terutama di Indonesia yang bekerja untuk mengembangkan karir dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya. Fenomena yang dapat dilihat sekarang,

khususnya di Jakarta banyak para wanita yang bekerja sebagai buruh kasar, seperti: kondektur bis, tukang parkir, operator SPBU, dan lain sebagainya.

2.2.3. Manfaat Bekerja Bagi Wanita

Menurut Rini (2002), kerja mempunyai manfaat positif baik bagi sang ibu bekerja maupun bagi keluarga. Beberapa segi positifnya adalah :

1. Mendukung ekonomi rumah tangga

(38)

hal : gizi, pendidikan, tempat tinggal, sandang, liburan dan hiburan, serta

fasilitas kesehatan

-.

2. Meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas

Bekerja, memungkinkan seorang wanita mengekspresikan dirinya sendiri, dengan cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu yang mendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya tersebut mendapatkan penghargaan dan umpan balik yang positif. Melalui bekerja, wanita berusaha menemukan arti dan identitas dirinya; dan

pencapaian tersebut mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan. 3. Relasi yang sehat dan positif dengan keluarga

24

Wanita yang bekerja, cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, lebih energik, mempunyai wawasan yang luas dan lebih dinamis. Dengan demikian, keberadaan istri bisa menjadi partner bagi suami, untuk menjadi teman bertukar pikiran, serta saling membagi harapan, pandangan dan tanggung jawab.

4. Pemenuhan kebutuhan sosial

(39)

kemampuan empati dan kepekaan sosial - dan yang terpenting, untuk dapat menjadi tempat pengalihan energi secara positif, dari berbagai masalah yang menimbulkan tekananlstres, entah masalah yang sedang dialami dengan suami, anak-anak maupun dalam pekerjaan. Dengan sejenak bertemu dengan rekan-rekan, mereka dapat saling sharing, berbagi perasaan, pandangan dan solusi.

5. Peningkatan skill dan kompetensi

Dengan bekerja, maka seorang wanita harus bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan, baik tuntutan tanggung jawab maupun tuntutan skill dan

kompetensi. Untuk itu, seorang wanita dituntut untuk secara kreatif menemukan segi-segi yang bisa dikembangkan demi kemajuan dirinya. Peningkatan skill dan kompetensi yang terus menerus akan mendatangkan "nilai lebih" pada dirinya sebagai seorang karyawan, selain rasa percaya diri yang mantap.

2.3.

WANITA DEWASA AWAL

2.3.1.

Pengertian Dewasa Awai

lstilah Adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah

adolescene-adolescere yang berarti "tumbuh menjadi kedewasaan". Akan tetapi kata

adult berasal dari kata kerja adultus yang berarti "telah menjadi dewasa".

(40)

pertumbuhan dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1996).

-.

Dalam menentukan batasan usia yang tepat bagi dewasa awal sebenarnya merupakan pekerjaan yang sulit, karena tidak adanya patokan yang pasti mengenai hal ini. Namun beberapa ahli mencoba mengemukakan batasan tersebut menurut pandangannya masing-masing.

26

Masa dewasa dibagi menjadi 3 (tiga): Masa dewasa dini, dewasa madya, dan dewasa lanjut (usia lanjut). Sedang dewasa awal sendiri dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan

psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan refroduktif. Perlu diingat jug a bahwa pembagian ini hanya menunjukkan usia rata-rata pria dan wanita. Mereka mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam

penampilan, minat, sikap, dan perilaku yang karena tekanan dari lingkungan dan berhubungan dengan penyesuaian diri yang harus dihadapi oleh setiap orang dewasa (Hurlock, 1996).

(41)

stabil. Umpama saja dalam bentuk perkawinan, membentuk keluarga,

pemilihan satu pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya, qan lain-lain.

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal yang menurut

Havighurst (dalam Hurlock, 1996) tugas-tugas perkembangan ini dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat, yakni mencakup:

1. Mulai bekerja

2. Memilih seorang teman hidup

3. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri 4. Membentuk suatu keluarga

5. Mengasuh dan membesarkan anak-anak 6. Mengelola rumah tangga

7. Menerima tanggung jawab sebagi warga Negara 8. Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok

Tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan ini pada tahun-tahun awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pada waktu

setengah baya. Keberhasilan dalam menguasai tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal ini sangat dipengaruhi oleh dasar-dasar yang telah ditanamkan oleh orang tua maupun lingkungan sebelumnya. Namun

(42)

28

2.3.2. Karakteristik Psikologis Pria dan Wanita Dewasa Awai

Sesungguhnya ada perbedaan yang esensial pada karakter wanita d<;iwasa dan pria dewasa yang sudah diakui orang sejak beribu-ribu tahun yang lau. Baik para ahli pikir, para pujangga, maupun buku-buku agama telah

memaparkan perbedaan ini. Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan, bahwa fisik maupun psikis wanita itu sama dengan milik pria.

Dalam abad ke-19, terutama dibawah pengaruh gerakan-gerakan wanita yang secara sistematis memperjuangkan hak-hak persamaan atau

emansipasi, banyak orang berusaha untuk menghilangkan perbedaan hakiki antara laki-laki dan wanita. Terutama orang berusaha memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban yaitu sebagai manusia wanita yang

berkedudukan sebagai warga Negara. Namun, betapapun hebat perjuangan feministis ini, orang toh senantiasa menyadari akan adanya perbedaan yang fundamental antara kaum pria dan wanita. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya yaitu (Kartono, 1992):

1. Betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita, namun pada intinya wanita hampir-hampir tidak pernah mempunyai interest

(43)

2. Kaum wanita itu lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati segi-segi kehidupan konkrit. Misalnya, ia sangat meminati masalah ruiriah tangga, kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitar rumah tangganya. Sedang kaum pria pada umumnya cuma mempunyai interest jika peristiwanya mengandung latar belakang teoritis untuk dipikirkan lebih lanjut, mempunyai tendensi te1tentu, sesuai dengan minat pria, atau ada kaitannya dengan diri sendiri. Ringkasnya, wanita lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis konkrit, sedangkan kaum laki-laki lebih tertarik pada segi-segi kejiwaan yang bersifat abstrak.

3. Wanita pada hakekatnya lebih bersifat hetero-sentris dan lebih sosial. Karena itu lebih ditonjolkan sifat kesosialannya. Sebaliknya kaum laki-laki, mereka lebih bersifat egosentris.

4. Pria cenderung berperan sebagai pengambil inisiatif untuk memberikan stimulasi dan pengarahan, khususnya bagi kemajuan. Wanita adalah sebaliknya, biasanya ia tidak agresif. Sifatnya lebih pasif, lebih suka melindungi-memelihara-mempertahankan.

(44)

30

Maka secara ringkas dapat dikatakan, bahwa perbedaan kaum laki-laki dan wanita itu bukan terletak pada adanya perbedaan yang esensial dari-, temperamen dan karakternya; akan tetapi pada perbedaan struktur

jasmaniahnya. Perbedaan tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitasnya sehari-hari. Dan hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi sosialnya ditengah masyarakat. Jadi, ada perbedaan dalam nuansa kualitatif, dan bukan perbedaan secara kuantitatif saja.

Masa dewasa merupakan masa "pengaturan". Pada generasi-generasi terdahulu berada pandangan bahwa jika anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa secara syah, hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. lni berarti bahwa kaum pria muda mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditanganinya sebagai karirnya, sedangkan kaum wanita muda

diharapkan mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang. Ada banyak alasan mengapa penyesuaian diri terhadap masalah-masalah pada masa dewasa begitu sulit. Tiga diantaranya

(45)

diatasi sebagai orang dewasa. Kedua, rnencoba rnenguasai dua atau lebih keterarnpilan serernpak biasanya rnenyebabkan kedua-duanya kurang berhasil. Ketiga, dan rnungkin yang paling berat dari sernuanya, orang-orang muda itu tidak memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah mereka; tidak seperti sewaktu mereka dianggap belum dewasa.

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang kedalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang.

2.3.3. Kebutuhan Dewasa awal Pada Pekerjaan

Masa dewasa awal merupakan masa perpindahan dari rnasa remaja,

sehingga pada masa ini individu dituntut untuk menjadi seperti halnya orang dewasa. Penyesuaian diri pada rnasa ini begitu penting guna kelangsungan penyesuaian dirinya dengan nilai-nilai masyarakat pada umumnya.

(46)

32

perlahan-lahan harus dipenuhi, yakni: memilih pasangan hidup, belajar hidup bersama dengan istri atau suami, mengasuh dan membesarkan anak, dan mengelola sebuah rumah tangga. Sehingga kebutuhan untuk bekerja tidak terelakkan lagi, yakni sebagai awal untuk memenuhi tugas perkembangan lainnya.

Menurut Haryani (2007) seorang wanita bisa tetap mulia dengan bekerja (baik terpaksa karena alasan ekonomi) atau aktualisasi diri. Terlebih lagi dengan bekerja karena niat mulia (awalnya terpaksa) akhirnya mendapatkan banyak hal misalnya ilmu yang bertambah (dunia akhirat), aktualisasi diri (menyertai) karena bekerja dibidang yang disukai dan berdasarkan disiplin ilmu di bangku sekolah, pergaulan sehat (yang tidak sehat ditinggalkan), dan mendapatkan penghasilan untuk membantu membesarkan/mendidik/

mengantarkan anak pada kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik.

2.4.

KERANGKA BERPIKIR

(47)

Biasanya pekerjaan yang dilakukan oleh kaum Adam bersifat keras sehingga membutuhkan kekuatan fisik dan psikis yang besar dan bagi kaum Hawa sebaliknya, karena tugas mereka yang pertama dan paling utama adalah mengurus keluarga yang membutuhkan kelembutan dan kasih sayang.

Pada saat ini banyak perempuan tidak lagi sekadar menjadi ibu rumah

tangga, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), dan buruh kasar, tetapi juga banyak yang menjadi tukang operator SPBU dan kondektur bis, semua pekerjaan ini biasanya dikerjakan oleh kaum laki-laki yang

mengandung banyak permasalahan dan resiko. Desakan ekonomi membuat seseorang rela melakukan kerja atau tugas apapun untul< memenuhi

kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu diperlukan cara penyesuaian diri yang baik jika seseorang ingin bekerja pada bidang pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh kaum laki-laki. Manusia selama hidupnya akan selalu berusaha menyesuaikan diri, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan dalam usaha penyesuaian diri seseorang.

(48)

34

Penyesuaian diri yang baik selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya selalu ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa. Dalam pekerjaan, hal ini merupakan kebutuhan utama. Dengan

tercapainya penyesuaian diri, orang tersebut diharapkan mampu menghadapi kesukaran dengan cara obyektif, menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, dan terdorong untuk berprestasi. Hal ini juga berlaku pada wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Mereka dituntut untuk dapat berbaur dengan dunia yang asing bagi dirinya. Mereka harus mengerahkan segala kemampuannya karena identitas mereka sebagai wanitapun dapat dipandang sebagai suatu kekurangan di dunia tersebut.

(49)

METODE PENELITIAN

Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian rnerupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya

pelaksanaan penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.

3.1. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN

Melihat tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Penyesuaian Diri Wanita Bekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki, pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang yang perilakunya diamati.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif

dengan studi kasus. Gay mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai

[image:49.595.53.468.81.496.2]
(50)

36

kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu y-eng sedang berjalan dari pokok suatu penelitian (Sevilla, 1993). Studi kasus dipandang sebagai strategi yang cocok untuk jenis penelitian yang menempatkan peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (Yin, 1996).

Menurut Boedhisantoso (dalam Parsudi, 1994), metode studi kasus: 1. Menyajikan deskripsi yang mendalam dan lengkap, sehingga dalam

informasi-informasi yang disampaikan nampak hidup sebagaimana

adanya dan pelaku-pelaku mendapat tempat untuk memainkan perannya. 2. Bersifat mendasar yaitu betul-betul empiric sesuai dengan konteksnya. 3. Bercorak holistik.

4. Menyajikan informasi yang berfokus dan berisikan pernyataan-pernyataan yang perlu-perlu saja, yaitu mengenai pola-polanya.

(51)

Menurut Winarno (dalam Desnita, 2005), studi kasus adalah suatu studi yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendet?il. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit yang dipandang sebagai kasus.

3.2.

SUBYEK PENELITIAN

3.2.1. Karakteristik Subyek

Menurut Sanapiah (1999) istilah subyek penelitian menunjuk pada orang atau individu, ataupun kelompok yang dijadikan unit atau kesatuan dari kasus yang diteliti.

Berdasarkan permasalahan yang akan diambil dalam penelitian ini, maka subyek penelitian adalah wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Untuk lebih jelasnya ditetapkan karakteristik sebagai berikut:

1. Sudah bekerja minimal 3 bulan 2. Berumur 20-40 tahun

3. Sudah menikah

(52)

38

3.2.2. Jumlah Subyek

Menurut Strauss (1990) dalam penelitian dengan pendekatan kualita4f, tidak ada aturan yang pasti mengenai jumlah subyek yang harus dipenuhi. Jumlah subjek sangat bergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan peneliti, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil tiga orang responden sebagai subjek penelitian.

3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000). Ciri-ciri atau sifat-sifat tersebut telah ditetapkan, seperti yang telah dibahas pada sub bab karakteristik subyek yaitu wanita yang bekerja sebagai

kondektur bis di terminal Kp. Rambutan minimal 3 bulan dengan usia antara

20-40 tahun, dan sudah menikah.

3.3.

METODE PENGUMPULAN DATA

(53)

3.3.1. Metode Wawancara

Wawancara menurut Kerlinger (1993) adalah situasi peran antar pribcidi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang

diwawancara atau responden. Dengan menggunakan wawancara peneliti dapat berhubungan langsung dengan subyek penelitian, memperoleh jawaban yang mendalam dan dapat diadaptasikan terhadap situasi-situasi individual.

Dalam kaitannya dengan metode wawancara ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu tape recorder (alat perekam). Hal ini dilakukan agar memudahkan penulis dalam proses pengolahan data.

3.3.2. Metode Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebagai metode penunjang dari metode wawancara. Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 2000).

(54)

40

yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari persfektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi_harus akurat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal-hal yang tidak relevan. Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti melakukan observasi terhadap subjek pada saat pertemuan wawancara. Adapun hal-hal yang menjadi focus observasi peneliti adalah mengenai penampilan fisik subjek, gaya bicaranya, gerakan tubuh atau kumunikasi non verbal subjek, dan suasana lingkungan fisik (kondisi tempat, cuaca, dan lain-lain) pada saat wawancara dilakukan.

Dalam penelitian ini akan digunakan lembar observasi untuk mencatat setiap keadaan yang khusus ada pada subyek, terutama saat menyampaikan informasi, meliputi komunikasi verbal dan non verbal. Selain itu juga, lembar observasi juga digunakan untuk mencatat tempat dilaksanakannya

wawancara dan kapan waktu wawancara.

3.4.

TEKNIK ANALISA DATA

(55)

Dalam melakukan analisa data, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh penulis, yaitu membuat daftar pertanyaan, pedoman observasi dan ーセ、ッュ。ョ@

analisis dokumen.

3.5.

PROSEDUR PENELITIAN

Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yaitu:

1. Prosedur persiapan

Sebelum penulis mengambil data dilapangan, terlebih dahulu penulis melakukan beberapa persiapan, meliputi: memilih, menjajaki, dan kemudian menilai lapangan penelitian, menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian memberi penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaannya serta

menyusun pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, sebagaimana termuat dalam bab 2, mempersiapkan lembar observasi, tape recorder sebagai alat bantu atau perekam wawancara dan mempersiapkan perlengkapan lainnya yang dirasa perlu.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

(56)

informasi yang mendalam dengan tetap memperhatikan batasan-batasan yang ada.

3. Tahap pengolahan data

42

Hasil wawancara dilapangan yang telah direkam kemudian

dipindahkan secara verbatim kedalam bentuk naskah (teks). Adapun sistematika penulisan naskah yang digunakan adalah dengan

memilah-milah hasil wawancara berdasarkan pedoman wawancara. Selanjutnya dianalisa secara kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori tertentu untuk memperoleh kesimpulan dan gambaran secara umum. 4. Tahap analisa

Membandingkan analisis masing-masing kasus subyek penelitian untuk menarik benang merah yang menunjukkan persamaan dan karakteristik khas pada masing-masing kasus untuk memudahkan melihat perbedaan gambaran masing-masing subyek serta dilakukan analisis dengan berbagai pendekatan secara keseluruhan. Pada tahap akhir ini, semua data hasil analisis dibuat kesimpulan dan

(57)

PRESENT ASI DAN ANALISA DAT A

Dalam bab ini data-data yang telah diperoleh dalam penelitian akan

dipaparkan dan dibahas secara sistematis. Nama subyek dan orang-orang yang terlibat dalam kasus ini bukanlah nama sebenarnya, hal ini

dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan subyek dan pihak-pihak lain yang terkait. Sedangkan kutipan dari transkrip wawancara disajikan diantara tanda kutip.

4.1. GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

Subyek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, yamg diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu: sudah bekerja minimal 3 bulan, berumur 25-40 tahun, sudah menikah dan bekerja sebagai

kondektur bis. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu antara tanggal 01 sampai dengan 22 November 2006, di tempat-tempat yang telah penulis sepakati dengan subyek itu sendiri.

Nama-nama subyek dalam penelitian ini sengaja tidak disebutkan sesuai dengan nama yang sebenarnya, melainkan peneliti ganti dengan inisial

[image:57.595.49.462.113.500.2]
(58)

44

masing-masing nama tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kerahasiaan subyek dalam penelitian ini tetap terjaga.

Tabel1

Gambaran Umum Subyek Penelitian

Nam a SA SR MR

4.2. GAMBARAN KASUS

4.2.1. Kasus SA

Usia Lama Kerja

25 4 tahun

35 7 tahun

32 5 tahun

[image:58.595.61.459.133.488.2]
(59)

Selang beberapa bulan bekerja di supermarket tersebut, subyek akhirnya dinikahi oleh seorang pria dengan profesi supir pada tahun 2001. Dari hasil pernikahannya tersebut, subyek memiliki satu orang anak laki-laki yang kini berusia 5 tahun. Pernikahan ini kemudian mengubah hidup subyek. Subyek yang pada awalnya berprofesi SPG, namun setelah menikah ia lebih memilih menjadi ibu rumah tangga atas anjuran suami. Karena kendala keuangan saat itu maka subyek beserta suami untuk sementara memilih tinggal di rumah orang tua subyek dengan alasan belum ada biaya yang memadai untuk memilih kontarakan apalagi membeli rumah sendiri di bilangan Jakarta ini.

(60)

46

Untuk bergelut dengan profesi yang biasa diidentikkan dengan pria ini,

subyek tak melaluinya tanpa hambatan. Hambatan pertama yang di<otlaminya adalah keluarga subyek nampaknya tidak mengizinkan dengan alasan bahwa profesi tersebut adalah profesi pria yang memerlukan tenaga ekstra untuk melaksanakannya selama seharian. Orang tua subyek mengkhawatirkan subyek, apakah subyek mampu melakoninya dengan aman mengingat menjadi kondektur adalah profesi yang beresiko yang membutuhkan tenaga dan kekuatan yang tak sedikit. Hambatan kedua adalah subyek telah memiliki anak balita yang secara psikologis masih memerlukan asuhan ibu dengan lebih dekat. Dengan menjadi kondektur tentunya asuhan itu harus

ditinggalkan untuk beberapa jam dalam sehari. Dan hambatan ketiga adalah adanya persepsi sosial yang dirasakan subyek bahwa menjadi kondektur wanita adalah profesi yang kurang Jayak mengingat kaum hawa tidaklah pantas dengan pekerjaan seperti itu.

(61)

tangga yang masih sempat dilakukannya pada saat ini adalah mencuci pakaian dan sesekali membersihkan dan merapihkan rumah. Hal yang menarik adalah strategi subyek dalam mengatasi hambatan ketiganya. Pada awal-awal kerjanya subyek memang merasa malu, terlebih jika terdapat kerabat atau teman yang melihatnya bekerja sebagai kondektur bus Kopaja 605. Akan tetapi lambat laun subyek menemukan cara bahwa agar ia tak dihina oleh orang lain sebagai kondektur bus maka subyek memilih merokok dan berpenampilan maskulin. Merokok menurutnya adalah cara yang tepat untuk menghindarkan diri dari rasa malu yang kerap kali menghinggapinya. Selain itu subyek berpikir bahwa penampilan yang maskulin dari seorang wanita sepertinya masih dapat ditolerir dengan pekerjaan kondektur yang biasanya didominasi oleh pria ketimbang harus berpenampilan sebagai wanita yang feminin.

"Makanya mba' biar saya engga diejek sama orang-orang disini, akhimya saya ngerokok deh ... "

Dengan menjalani profesi baru tersebut, tentunya secara tidak sengaja subyek juga memasuki dan bergaul dengan komunitas baru yang

(62)

dengan penumpang ketika mengambil ongkos, ataupun para penjual di sekitar terminal hingga bocah-bocah pengamen dan anak terlantar yang biasa berdiam di terminal.

48

Meskipun awalnya subyek merasa asing dan bahkan tak betah dengan situasi dan kondisi tersebut, namun pada akhirnya subyek pun mampu menyesuaikan dirinya dengan baik meskipun secara bertahap. lndikasi dari hal ini adalah subyek merasa bahwa inilah situasi yang dihadapinya saat ini dan beginilah keadaan yang harus dijalani dalam kesehariannya. Mau tidak mau, ia harus menerima kenyataan ini dan semestinya harus bergaul dengan komunitas barunya dengan baik.

Subyek yang biasa sehari-harinya memandikan anaknya sendiri sebelum berangkat kerja, selama menjadi kondektur bus belum pernah berhadapan langsung dengan yang namanya polisi karena subyek bersama supirnya selalu mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku.

(63)

biaya pembelian solar sebesar Rp.180,000, uang makan perhari Rp.30.000, serta uang kembalian untuk esok hari sebesar Rp.20.000.

Meskipun saat ini subyek merasa telah nyaman dengan profesi kodektur ini ditambah dengan penghasilan yang mencukupi akan tetapi subyek tetap memiliki cita-cita yang ia sendiri tak tahu apakah cita-cita tersebut bakal terwujud atau selamanya akan tetap menjadi cita-cita, yakni menjadi guru Taman Kanak-Kanak.

"Oulu ... waktu masih SMP, saya bercita-cita pengen jadi guru TK, tapi ... itu cuma cita-cita doang, semua itu cuman mimpi. Kio dah gini engga mungkin kan sayajadi guru TK (subyek tersenyum malu)".

4.2.2. Kasus SR

(64)

50

menyekolahkan anak-anaknya. Walaupun SR tidak bisa memantau langsung perkembangan anak-anaknya, tapi SR selalu menyempatkan diri untuk

berkomunikasi dengan anak-anaknya maupun orang tuanya. Kondisi tersebut subyek manfaatkan untuk menanyakan perkembangan anak-anaknya seperti tingkah laku, dan mengenai sekolah kepada orang tuanya. Hubungan subyek dengan orang tua sangat baik begitu juga dengan pihak orang tua suaminya (mertua). Walaupun subyek tidak bisa memberikan kasih sayang seperti layaknya seorang ibu yang selalu berada dekat dengan anak-anaknya, tapi selama ini subyek selalu memberikan yang terbaik buat anak-anaknya dengan cara memberikan materi untuk kehidupan sehari-hari, sekolah serta keperluan lainnya.

Subyek menuturkan bahwa pertama kali ia menginjak dan mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1990 bersama dengan suami yang telah menikahinya ketika masih di Jawa Tengah. Alasan subyek merantau ke Jakarta adalah bahwa di Jakarta cukup mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang

(65)

Pada tahun-tahun awal berdomisili di Jakarta hanya suamilah yang bekerja. Saat itu - sampai saat ini - suami subyek berprofesi sebagai supir bus 509 dengan jurusan Lebak Bulus - Kampung Rambutan. Namun karena

pertimbangan ekonomi, subyek diajak oleh suaminya untuk ikut serta menjalani profesi tersebut. Jika suaminya adalah supir bus maka sang istri atau subyek sendiri adalah kondekturnya. Tawaran tersebut nampaknya disambut baik oleh subyek dengan alasan bahwa penghasilan buat keluarga akan lebih bertambah sehingga akan lebih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Saya kerja disini ... diajak sama suami saya, katanya:

lumayan/ah .... kalau istri sendiri yang ngenekin, bisa dapet setoran lebih, ada tambahan uang jajan buat anak-anak, sama bisa

b "

na ung ...

(66)

52

Namun, dengan pertimbangan bahwa pemenuhan kebutuhan ekonomi lebih penting maka subyek menerapkan strategi coping atau mengatasi masalah yang dihadapinya dengan berpenampilan agak maskulin semacam baju kemeja yang yang berukuran cukup besar buat tubuh subyek, bercelana jeans yang terkadang terlihat kumal, serta memakai topi untuk menutupi kepala dari sengatan matahari, sambil sesekali mengisap rokok, perasaan malu dalam menekuni pekerjaan ini sedikit terminimalisir. Selain itu, subjek juga berpikir bahwa perasaan malu atau canggung tergantung pada

kebiasaan. Menurutnya, jika ia telah terbiasa maka akan lebih cuek untuk menanggapi persepsi sosial yang menimpanya.

"Emang sih, awalnya saya malu ... banget, perasaan saya waktu pertama kali ngenekin ... kayanya orang-orang pada ngeliatin saya ... aja, tapi temyata itu cuma perasaan saya doang. Akhimya

buat ngatasin rasa malu .... saya dandan kaya gini (pake kemeja dan

ce/ana kumel) biar kaya /aki-laki gituh".

(67)

"Se/agi pekerjaan itu nguntungin buat keluarga saya ... kenapa engga dijalanin? kan yang penting kerjaan itu halal, iya engga mba?"

Secara sosial, subyek mengaku mampu menyesuaikan diri dengan baik dengan pada komunitas terminal mencakup para supir, kondektur, pengamen dan lain-lain. Subyek tak jarang memperoleh bantuan secara fisik oleh para teman barunya. Selain itu tak ada diskriminasi terhadap subyek apalagi kecemburuan dari para kondektur lain di sekitarnya. Hubungan dengan komunitas baru itu dianggap sangat akrab dan bernuansa kekeluargaan. Justru dengan mereka, subyek terkadang merasa terhibur dengan canda dan obrolan mereka.

"Semua orang-orang disini baik-baik ... walaupun saya perempuan tapi mereka semua engga pernah ngebeda-bedain saya dengan kernet cowok. Semua orang-orang disini udah kaya keluarga kedua buat saya, sekarang ... susah senang ya suami dan orang-orang disni yang ngehibur, yang bisa bikin saya ketawa-ketiwi".

Walaupun subyek bekerja dari pagi tepatnya pukul 05.30 sampai malam tepatnya jam 22.00, tapi sebelum berangkat kerja subyek selalu

(68)

54

subyek lakukan adalah memasak, untuk makan subyek dan suami membeli makanan di warteg.

Menurut subyek, pendapatan sehari-harinya bersama suami lumayan besar, kira-kira Rp.180.000. Hal tersebut sudah dipotong untuk uang setoran, solar, uang makan, serta uang untuk kembalian untuk keesokan harinya. Selama ini subyek dan suami sangat bahagia dapat mencukupi semua kebutuhan

keluarga dengan baik.

Selama menjadi kondektur bus, pernah suatu kali ia berhadapan dengan polisi karena busnya telah melanggar peraturan lalu lintas, subyek tidak merasa kesulitan ketika berhadapan langsung dengan polisi, menurutnya cara polisi menghadapi kliennya lebih sopan dan lebih baik dibandingkan kepada laki-laki.

4.2.3. Kasus MR

(69)

dirinya dan ke 15 orang sekampungnya berani datang ke Jakarta disebabkan adanya janji dari seseorang di Jakarta bahwa mereka akan dijadikan .

karyawan pada salah satu pabrik limun di Jakarta.

Selang beberapa hari kerja di pabrik tersebut, subyek merasakan kejenuhan hingga seseorang menawarinya untuk bekerja di sebuah yayasan di Jakarta Pusat. Mulanya subyek menerimanya dengan senang hati sehingga tak ayal profesinya sebagai karyawan pabrik limun tadi ditinggalkan. Pengakuan subyek, selang beberapa hari dikarantinakan di yayasan tersebut tanpa pekerjaan yang jelas, suatu hari di jam 12 siang, subyek melarikan diri bersama dengan beberapa temannya yang juga mengharapkan pekerjaan dari yayasan tersebut. Beberapa hari kemudian, subyek kembali menemukan pekerjaan menjadi karyawan koperasi di salah satu pabrik di Jakarta.

Pekerjaan ini akhirnya ditekuninya hingga tahun 2001.

(70)

56

bercerai dengan suaminya, tepatnya pada tanggal 3 Maret 2000. subyek bercerai dengan membawa 3 orang anak yang kesemuanya adalah laki-laki. Anak ke-2 subyek berusia 10 tahun dan telah duduk di bangku kelas 4 SD sedangkan anak bungsunya berusia 8 tahun tepatnya kelas 2 SD. Setelah subyek resmi bercerai denga:i suaminya, maka ketiga anaknya tersebut dititipkan pada orang tua MR di tempat kelahirannya yaitu di Kendal, Jawa Tengah. Alasan subyek menitipkan anak-anaknya pada orang tuanya adalah agar subyek lebih leluasa mencari pekerjaan. Karena setelah subyek bercerai dengan suaminya, subyek belum mendapat pengganti yang dapat menjadi bapak bagi anak-anaknya dan suami untuk dirinya.

Karir subyek sebagai kondektur diawali pada tahun 2001, setelah

(71)

Menekuni profesi ini, pada awalnya subyek merasa canggung, grogi serta malu. Semua perasaan tersebut timbul ketika ia dilihat orang terlebih oleh orang yang mengenalnya. Selain itu, yang paling membuatnya malu adalah ketika harus mengambil uang sewa dari para penumpang. Subyek merasa malu sebab semua penumpang akan melihatnya dengan seksama. Subyek merasa bahwa perasaan-perasaan tersebut merupakan kendala yang berarti. Subyek mengaku bahwa perasaan tersebut mengganggunya kurang lebih selama sebulan. Setelah itu, subyek pun merasa terbiasa, betah dan akhirnya mampu cuek dengan perasaan-perasaan tadi. Selain karena

terbiasa, subyek pun senantiasa meminimalisirnya dengan terbiasa merokok, dan berpenampilan maksulin seperti berjeans kumal, kemeja yang tak

seukuran badan subyek. Penampilan ini seakan menutupi rasa canggungnya terhadap masyarakat. Menurutnya ada sedikit kewajaran buat wanita yang terlihat maskulin untuk berprofesi sebagai kondektur yang biasanya

diperankan oleh para pria.

"Pertama ka/i ngenekin ... malunya bukan main, canggung, grogi juga, kayanya waktu itu saya ngerasa aneh sendiri, semua orang-orang di bis ngeliatin saya. Dan yang /ebih ma/u /agi ... ketemu orang yang kenal ma kita, wuuiii ... hhh malu banget. Tapi semakin lama saya kerja disini, saya bisa ngatasin perasaan itu, sa/ah satunya dengan

(72)

58

Pada awalnya orang tua MR tidak mengetahui pekerjaan subyek yang sebenarnya, orang tuanya hanya mengetahui subyek bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Hal tersebut subyek lakukan agar orang tuanya tidak khawatir tentang keadaan dirinya. Tetapi akhirnya, orang tua subyek mengetahui pekerjaan subyek yang sebenarnya. Pada awalnya orang tua MR tidak setuju dengan pekerjaan yang dilakoninya ini, tetapi subyek meyakinkan orang tuanya dan akhirnya orang tuanya menyetujuinya. Subyek mempunyai hubungan yang baik dengan orang tuanya, sehingga subyek sangat yakin ketiga buah hatinya dibesarkan oleh orang tuanya.

Semua permasalahan yang terjadi bisa diatasinya dengan baik, semua ini subyek lakukan untuk keluarga dan anak-anaknya di kampung. Walaupun pemberian materi yang subyek berikan kepada anak-anaknya tidak

seberapa, tetapi materi tersebut cukup untuk kehidupan sehari-hari dan uang sekolah, terkadang subyek menerima bantuan materi untuk anak-anaknya dari kakak tertuanya yang kebetulan tempat tinggalnya tidak jauh dari kediaman orang tuanya. Bantuan dari kakaknya tersebut sangat berguna bagi kehidupan anak-anaknya, karena setelah bercerai, suaminya tidak pernah memberikan bantuan materi untuk kehidupan anak-anaknya.

(73)

tidak ada penumpang (sepi). Penghasilan tersebut sudah dipotong biaya setoran, membeli solar, uang kembalian dan uang makan.

Adapun tentang penyesuaian dirinya, secara pribadi, ia tak

mempermasalahkan dengan dirinya dengan profesi kondektur. Hal ini

menurutnya wajar dengan alasan kalau masyarakat menganggapnya kurang layak untuk perempuan, hal itu disebabkan jarangnya perempuan berminat pada profesi ini. Pekerjaan ini membuatnya betah dan tentunya tak

membuatnya stress apalagi depresi. Canggung dan malu hanya perasaan yang biasa ketika memulai suatu hal yang berbeda. Sementara dengan lingkungan dan komunitas barunya, subyek mer

Gambar

Tabel 1 Gambaran Umum Subyek Penelitian .....................................
gambaran dirinya menjadi positif.
Gambaran Penyesuaian Diri Wanita Bekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang
GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
+3

Referensi

Dokumen terkait

Siswa memiliki kemampuan yang kurang baik untuk menafsirkan trend fashion, dan kemampuan mengekstrapolasi termasuk kedalam kategori cukup dengan frekuensi relatif

Terlihat pada Tabel 4.52 bahwa grafik Cusum selalu memberikan pendeteksian tercepat dan terbaik daripada grafik EWMA dengan berbagai nilai λ pada tingkat

Subbagian Akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari, 2015.. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

Dalam hal ini, partisipasi masyarakat pun berbeda-beda, di sebabkan oleh pekerjaan masyara- kat yang ditekuni.Di suatu kelurahan/desa dalam kegiatan pembangunan ada

Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Loyalitas Dan Kepuasan Sebagai Variabel Moderating Pada PT.. Ayu

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rosela kering beku pada se’i sapi berpengaruh sangat nyata (P˂0,01) terhadap kadar air, protein dan

dan stiker menggunakan slogan “ yuk rame-reme coblos nomor 4 ” .Dengan strategi tersebut Dedi Humadi berhasil menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(4) Denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, diberikan kepada pelaku usaha dan pengelola, penyelenggara atau penanggung jawab tempat dan fasilitas umum