DAFTAR PUSTAKA
Alex, S. 2011. Untung besar budidaya aneka jamur. Pustaka baru press. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Potret Usaha Pertanian
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2014. Sumatera Utara Dalam Angka. Medan. Baroh, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Distribusi Keripik Nangka Studi Kasus
pada Agroindustri Keripik Nangka di Lumajang. LP UMM. Malang. Swastha, Basu. DH. 1998. Manajemen Pemasaran. UGM. Yogyakarta.
Bayu, AP. 2015. Daftar Upah Minimum Kota 2015 Sumatera Utara. tanggal 11 mei 2015.
Evy, Syariefa. 2014. Pacu Produksi Jamur Tiram. Trubus Swadaya. Jakarta.
Hardjanto, W. 1993. Bahan Kuliah Manajemen Agribisnis. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Hayami, Y.T. et all. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java: A Prospectif from A Sunday Village: Bogor.
Hicks, P. A. 1995. An Overview of Issue and Strategies in The Development of Food Processing Industries in Asia and The Pacific, APO symposium. Tokyo. Kotler, P. Dan Armstrong, G. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran. Jilid 2. Edisi
Kedelapan. Penerbit Erlanggar. Jakarta
Manalili, 1996. Pembangunan Agroindustri Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta Martawijaya dan Nurjayadi, 2009. Bisnis jamur tiram dirumah sendiri. Bogor : IPB
press.
Pasaribu, Tahir dkk. 2002. Aneka Jamur Unggulan Yang Menembus Pasar. Jakarta : PT Grasindo.
Ritonga, A. 2004. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Unversitas Indonesia. Jakarta
Sheila, W. 2014. The secret of jamur. FlashBooks. Jogjakarta.
Sicat, GP. dan Arndt, H.W. 1991. Ilmu Ekonomi untuk Konteks Indonesia. Jakarta: LP3S.
Soekartawi. 1993. Agribisnis teori dan aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Prinsip dasar manajemen pemasaran hasil-hasil pertanian teori dan aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi (b). 1999. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi, 1998. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. UI Press. Jakarta. Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang
Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Swastha, B. 1998. Manajemen pemasaran modern. Edisi ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Syammahfuz , C. Dan Putri, S. 2010. Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Jamur. Bandung : CV Nuansa Aulia
Triono, U. 2013. Bisnis Jamur Tiram. AgroMedia Pustaka. Jakarta selatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di Kota Medan. Dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan salah satu Kab/Kota di Sumatera Utara yang mengusahakan jamur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Jamur, Luas Tanam, dan Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan per Rumah Tangga
Nias Selatan - - -
Lanjutan Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Jamur, Luas Tanam, dan Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan per Rumah Tangga
Kabupaten Jamur
3.2. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode sensus, yaitu semua populasi dijadikan sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi.
Setelah melakukan survey, adapun keseluruhan banyaknya sampel yang akan dijadikan penelitian ini sebanyak 4 pengusaha jamur tiram dan 17 pengusaha jamur crispy di Kota Medan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengusaha jamur tiram dan jamur crispy dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti Dinas Pertanian Pemprov Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menyelesaikan masalah (1) digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menjelaskan dari awal pengolahan jamur tiram sampai menjadi jamur crispy di daerah penelitian.
Untuk menyelesaikan masalah (2) digunakan uji beda rata-rata (Compare Means) karena berasal dari dua variabel yang berbeda maka uji beda rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent test, dengan rumus sebagai berikut:
keterangan: �1
���
�2
��� : Rata-rata variabel 2 : Rata-rata variabel 1
����� −1 ����2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
Kriteria uji Menggunakan nilai signifikan/P – Value
Jumlah sampel untuk variabel 2 (Ritonga, 2004).
Untuk menyelesaikan masalah (3) digunakan rumus perhitungan nilai tambah yaitu untuk menganalisis berapa besar nilai tambah dari proses pengolahan jamur tiram sampai menjadi jamur crispy di daerah penelitian. Nilai tambah yang dihitung dalam penelitian ini yaitu nilai tambah bruto.
Maka menurut suryana (1990), rumus perhitungan nilai tambah bruto yaitu :
NT = NP- (NBB + NBP)
Dimana:
NT = Nilai Tambah NP = Nilai Produk NBB = Nilai Bahan Baku NBP = Nilai Bahan Penunjang Kriteria ujinya yaitu:
Jika rasio nilai tambah > 50% maka nilai tambah tergolong tinggi Jika rasio nilai tambah ≤ 50% maka nilai tambah tergolong rendah (Sudiyono, 2004).
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1. Definisi
2. Penerimaan adalah seluruh hasil penjualan jamur crispy dihitung dalam rupiah (Rp).
3. Pendapatan adalah seluruh hasil dari penjualan jamur crispy dikurangi dengan seluruh biaya yang dikorbankan oleh pengusaha jamur crispy dan dihitung dalam rupiah (Rp).
4. Output adalah jumlah produk jamur crispy yang dihasilkan dalam satu kali produksi dihitung dalam kilogram (kg).
5. Input adalah jumlah jamur tiram yang diolah dalam satu kali produksi dihitung dalam kilogram (kg).
6. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh pengusaha jamur crispy.
7. Nilai tambah adalah selisih dari harga jamur crispy dengan harga bahan baku jamur tiram ditambah dengan biaya lainnya (Rp).
8. Biaya adalah keseluruhan pengeluaran yang dikeluarkan dalam pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy dan dihitung dalam satuan rupiah (Rp).
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kota Medan.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara. Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, sering dipakai sebagai tolak ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan terletak antara 3º.27 - 3º.47 Lintang Utara dan 98º.35 - 98º.44 Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dengan batas:
•Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang •Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang •Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
•Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
Kelembapan udara di wilayah Medan rata-rata 76 – 81 %.Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat dan timur. Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli (BPS, 2013).
Tabel 3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, 2013
Golongan Laki-Laki Perempuan
70 – 74
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2014
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa penduduk Kota Medan pada tahun 2013 yang berjumlah 2.122.804 jiwa yang terdiri dari 1.047.875 jiwa laki-laki dan 1.074.929 jiwa perempuan. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 3 juga menunjukkan jumlah usia non produktif (0 - 14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak, dan remaja tahun adalah sebanyak 569.622 jiwa (26,90%). Jumlah usia produktif yaitu 15 – 54 tahun adalah sebanyak 1.355.771 orang (63,84%). Sedangkan usia manula > 55 adalah 199.311 orang (9,26%). Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif.
4.1.2 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiridari tamat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.Untuk melihat lebih jelas mengenai tingkat pendidikan Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2013
Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)
SD 266.756 31,7
SLTP 116.076 13,8
SLTA 125.639 15,0
Perguruan Tinggi 331.567 39,5
Jumlah 840.038 100
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Kota Medan terdiri dari sekolah, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi, dan pasar.Kelima jenis sarana dan prasarana ini tersedia sangat baik.Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sarana dan Prasarana, 2013
Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1. Sekolah
a. Mesjid/Musholla 1.740
b. Gereja 751
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2014
sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.
Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk terutama Kota Medan. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas sebanyak 39 unit, Pustu 41 unit, BPU sebanyak 357 unit, Rumah Bersalin 175 unit, Rumah Sakit sebanyak 75 unit dan Posyandu sebanyak1.406 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan. Selain itu, sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan. Sarana peribadatan yang ada adalah mesjid/musholla berjumlah 1.740 unit, gereja sebanyak 751 unit, kuil 34 unit, wihara 22 unit dan klenteng 33 unit.
Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dapat dengan mudah memilih untuk berbelanja di pasar tradisional maupun pasar modern. Pasar tradisional identik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang besar dan megah.Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Medan.
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1. Jamur Tiram
4.2.1.1. Umur
Tabel 6. Umur Responden Pengusaha Jamur Tiram
No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0-20 0 0
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 1 (2015)
Dapat dilihat jumlah terbesar umur responden pengusaha jamur tiram berada pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 3 jiwa atau 75%, sedangkan jumlah terkecil umur responden berada pada umur 41-50 tahun yaitu hanya 1 jiwa atau 25% saja.
4.2.1.2 Tingkat Pendidikan
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Jamur Tiram
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 SD 0 0
Dapat dijelaskan, dari ke-4 responden di Kota Medan tingkat pendidikan adalah tamatan Sarjana yaitu 4 jiwa atau 100%.
4.2.1.3 Jumlah Tanggungan
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Responden Pengusaha Jamur Tiram
No. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0 0 0
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 1 (2015)
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbanyak adalah berjumlah 3 jiwa tanggungan yaitu sebanyak 3 responden atau 75%.
4.2.1.4 Pengalaman Berusaha
Tabel 9. Pengalaman Berusaha Responden Pengusaha Jamur Tiram
No. Pengalaman Berusaha (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 ≤ 3 0 0
2 4-6 4 100
3 7-9 0 0
4 ≥ 10 0 0
Jumlah 4 100
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 1 (2015)
4.2.2. Jamur Crispy
Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha jamur crispy di Kota Medan. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 4 untuk pengusaha Jamur Tiram dan 17 untuk penjual Jmaur Crispy. Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha, dan luas lokasi usaha.
4.2.2.1. Umur
Tabel 10. Umur Responden Pengusaha Jamur Crispy
No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0-20 0 0
2 21-30 9 53
3 31-40 4 24
4 41-50 3 18
5 51-60 1 5
6 > 60 0 0
Jumlah 17 100
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 1 (2015)
4.2.2.2 Tingkat Pendidikan
Tabel 11. Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Jamur Crispy
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 SD 0 0
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 1 (2015)
Dapat dijelaskan, dari ke-17 responden di Kota Medan tingkat pendidikan terbanyak adalah tamatan SMA yaitu 10 jiwa atau 59% dan tingkat pendidikan terkecil adalah tamatan SMP sebanyak 2 jiwa atau 12%.
4.2.2.3 Jumlah Tanggungan
Tabel 12. Jumlah Tanggungan Responden Pengusaha Jamur Crispy
No. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 0 3 18
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 1 (2015)
4.2.2.4 Pengalaman Berusaha
Tabel 13. Pengalaman Berusaha Responden Pengusaha Jamur Crispy
No. Pengalaman Berusaha (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 ≤ 3 12 70
2 4-6 4 24
3 7-9 1 6
4 ≥ 10 0 0
Jumlah 17 100
Sumber : Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 1 (2015)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketersediaan Bahan Baku
Kebutuhan jamur tiram yang digunakan untuk memproduksi jamur crispy di Kota Medan antara 2 kg sampai 850 kg (Lampiran 3, 2015). Berikut ini rincian mengenai penggunaan bahan baku Jamur tiram untuk memproduksi jamur crispy di daerah penelitian.
Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Jamur Tiram dalam Pembuatan Jamur Crispy
di Kota Medan
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 3 (2015)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata responden memproduksi jamur crispy 6 hari/minggu, 24 hari/bulan, dan 288 hari/tahun. Responden membutuhkan waktu minimal 1 hari untuk dapat mengolah jamur tiram menjadi jamur crispy. Responden rata-rata membutuhkan jamur tiram 2,94 kg/hari, 17,65 kg/minggu, 70,59 kg/bulan, dan 847,06 kg/tahun. Sedangkan rata-rata total pembelian bahan baku jamur tiram adalah Rp 56.382,35,-/hari, Rp 33.8294,12,-/minggu, Rp 1.353.176,47,-/bulan, dan Rp 16.238.117,65,-/tahun.
5.1 Pendapatan Jamur Tiram
Adapun rata-rata penerimaan usaha jamur tiram di Kota Medan dapat dilihat dari tabel 15:
Tabel 15. Rata-rata Penerimaan Usaha Jamur Tiram di Kota Medan
No Sampel Jumlah
Jumlah 26.000 4.925 80.000 98.500.000 297.500.000
Rata-Rata 6.500 1.231,25 20.000 24.625.000 74.375.000
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 5 (2015)
Adapun rata-rata biaya usaha jamur tiram di Kota Medan dapat dilihat dari tabel 16:
Tabel 16. Rata-rata Biaya Usaha Jamur Tiram di Kota Medan
No Sampel Total Biaya (Rp)/4 Bulan Total Biaya /Tahun
1 16.006.000 48.018.000
2 15.630.640 46.891.920
3 17.431.566 52.294.698
4 18.086.826 54.260.478
Jumlah 67.155.032 201.465.096 Rata-Rata 16.788.758 50.366.274
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 3-5 (2015)
Dari Tabel 16 dapat dijelaskan bahwa rata-rata biaya jamur tiram sebanyak 16.788.758/4 bulan, dan 50.366.274/tahun.
Adapun rata-rata pendapatan usaha jamur tiram di Kota Medan dapat dilihat dari Tabel 17:
Tabel 17. Rata-rata Pendapatan Usaha Jamur Tiram di Kota Medan
No Sampel Pendapatan (Rp)/4 Bulan Pendapatan/ Tahun
1 18.494.000 55.482.000
2 3.369.360 10.108.080
3 4.568.434 13.705.302
4 4.913.174 14.739.522
Total 31.344.968 94.034.904 Rata-rata 7.836.242 23.508.726
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Tiram, Lampiran 5 (2015)
5.2 Proses Pembuatan Jamur Crispy
Gambar 2. Skema Pembuatan Jamur Crispy
Tahapan pembuatan Jamur Crispy :
1. Jamur Tiram; merupakan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan jamur crispy di Kota Medan. Dalam proses ini digunakan 1 kg jamur tiram dengan biaya Rp. 19.117,65,-
2. Pencucian; Jamur tiram dicuci agar jamur yang akan diolah bersih dari kotoran-kotoran yang masih menempel. Proses ini dilakukan di dalam wadah yang bersih.
Jamur Tiram 1 kg
Cuci
Suir-suir
Goreng 0,1 liter
Tiriskan
3. Suir; Setelah jamur tiram selesai dicuci bersih, jamur tiram di suir-suir menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi.
4. Tepung Racikan; Jamur tiram yang telah selesai disuir, dimasukkan kedalam olahan tepung yang telah diracik sebanyak 0.8 kg dengan biaya Rp. 11,952.944 5. Penggorengan; Masukkan Jamur tiram yang telah di balut dengan olahan tepung
racikan kedalam panci penggorengan, Tunggu sekitar ±4-5 menit. Dalam proses penggorengan digunakan 0,1 liter minyak goreng dengan harga Rp. 1,852.941 6. Pentirisan; Jamur yang telah masak, di angkat dan ditiriskan agar kandungan
minyak didalam jamur crispy tidak banyak.
5.3. Pendapatan Jamur Crispy
Adapun rata-rata penerimaan usaha pembuatan jamur crispy di Kota Medan dapat dilihat dari Tabel 18:
Tabel 18. Rata-rata Penerimaan Usaha Pembuatan Jamur Crispy di Kota
Medan
Uraian Produksi Jamur
Crispy (kg)
Harga Jual (Rp) Penerimaan (Rp)
Per Hari 3,91 102.352,9 406.666,67
Per Minggu 23,47 102.352,9 2.440.000
Per Bulan 93,88 102.352,9 9.760.000
Per Tahun 1.126,59 102.352,9 117.120.000
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 7 (2015)
Adapun rata-rata biaya tidak tetap usaha pembuatan jamur crispy di Kota Medan dapat dilihat dari Tabel 19:
Tabel 19. Rata-rata Biaya Tidak Tetap Usaha Pembuatan Jamur Crispy di Kota
Medan
Jamur Tiram 56.382,35 338.294,12 1.353.176,47 16.238.117,65 Tepung 29.470,59 176.823,53 707.294,12 8.487.529,41 Tabung Gas 3.965,69 23.794,12 95.176,47 1.142.118 Plastik 4.950,98 29.705,88 118.823,5 1.425.882
Saus 4.117,65 24.705,88 98.823,53 1.185.882
Minyak Goreng 6.166,67 37.000 148.000 1.776.000
Bahan Bakar 7.300 43.800 175.200 2.102.400
Tenaga Kerja 25.470,59 152.823,5 611.294,1 7.335.529,41
Total 137.824,51 826.947,06 3.307.788 39.693.458,82
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 9 (2015)
Dari Tabel 19 dapat dijelaskan bahwa total biaya tidak tetap jamur crispy sebanyak 137.824,51 /hari, 826.947,06 /minggu, 3.307.788 /bulan, dan 39.693.458,82 /tahun.
Adapun rata-rata biaya tetap usaha pembuatan jamur crispy di Kota Medan dapat dilihat dari Tabel 20:
Tabel 20. Rata-rata Biaya Tetap Usaha Pembuatan Jamur Crispy di Kota
Medan
Uraian Per Hari (Rp)
Per Minggu (Rp)
Per Bulan (Rp)
Per Tahun (Rp)
Kuali 41,10 300 1.250 15.000
Kompor Gas 164,38 1.200 5.000 60.000
Ember 50,28 367,07 1.529,41 18.352,94
Saringan 45,12 329,41 1.372,55 16.470,59
Sutil 5,48 40 166,67 2.000
Gerobak 1.643,83 12.000 50.000 600.000
Mangkok 6,98 50,98 212,42 2.549,02
Tupperware 48,99 357,65 1.490,20 17.882,35
Total 2.006,18 14.645,10 61.021,24 732.254,9
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 10 (2015)
Adapun rata-rata pendapatan bersih usaha jamur crispy di Kota Medan dapat dilihat dari Tabel 21:
Tabel 21. Rata-rata Pendapatan Bersih Usaha Jamur Crispy di Kota Medan
Uraian Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
Per Hari 406.666,6667 139.830,69 266.835,98
Per Minggu 2.440.000 841.592,16 1.598.407,84
Per Bulan 9.760.000 3.368.809,48 6.391.190,52 Per Tahun 117.120.000 40.425.713,72 76.694.286,28 Sumber: Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 12 (2015)
5.4 Uji Beda Rata-rata
Adapun perbedaan rata-rata pendapatan usaha jamur tiram dengan jamur crispy dapat dilihat dari Tabel 22:
Tabel 22. Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Usaha Jamur Tiram dengan Jamur
Crispy
No Usaha Rata-rata Pendapatan/Tahun (Rp)
1 Jamur Tiram 23.508.726
2 Jamur Crispy 76.694.286,3
Sumber: Data Primer Jamur Tiram dan Jamur Crispy, Lampiran 5 dan 12
Hasil analisis uji beda model Independent Sampel t-Test antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan pengusaha jamur crispy dapat dilihat pada Tabel 23 berikut:
Tabel 23. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usaha Jamur Tiram dengan Pendapatan Usaha Jamur Crispy dalam 1 Tahun
No. Usaha Sig
1 Jamur Tiram 0,005
2 Jamur Crispy 0,006
Sumber: Data Primer Lampiran SPSS
Dari Tabel 23 diketahui nilai signifikansi sebesar 0,005 artinya nilai signifikansi yang
diperoleh lebih kecil dari nilai α (0,002 < α 0,05). Disimpulkan bahwa ada perbedaan
nyata antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan pengusaha jamur crispy dalam 1 tahun.
5.5 Nilai Tambah Usaha Pengolahan Jamur Tiram menjadi Jamur Crispy
Secara rinci Rata-rata nilai bahan baku, Nilai bahan penunjang, nilai produk, dan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini.
Tabel 24. Rata-rata Nilai Bahan Baku, Nilai Bahan Penunjang, Nilai Produk, dan Nilai Tambah Usaha Pengolahan Jamur Crispy /Tahun
Uraian Nilai
Nilai Bahan Baku 16.238.117,65
Nilai Bahan Penunjang 16.119.805,41
Nilai Produk 117.120.000
Nilai Tambah 84.762.076,94
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 3, 4, 7 (2015)
Dari Tabel 24 diketahui Rata-rata harga input (bahan baku) di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 16.238.117,65 /tahun. Nilai produk yang didapat adalah Rp. 117.120.000 /tahun. Nilai tambah pada pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy adalah sebesar Rp. 84.762.076,94 /tahun bahan baku. Besarnya nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai produk sebesar Rp. 117.120.000 /tahun dengan biaya bahan baku (harga input) sebesar Rp. 16.238.117,65 /tahun, dan biaya bahan penunjang sebesar Rp. 16.119.805,41 /tahun,. Secara matematis, besarnya nilai tambah didapat dari :
NT = Rp. 117.120.000 – (Rp. 16.238.117,65 + Rp. 16.119.805,41)
Adapun rata-rata nilai bahan baku penunjang jamur crispydapat dilihat dari Tabel 25:
Tabel 25. Rata-rata Nilai Bahan Penunjang Pembuatan Jamur Crispy /Tahun
No. Uraian Biaya (Rp)
1 Tepung 8.487.529,41
2 Tabung Gas 1.142.117,65
3 Plastik 1.425.882,35
4 Saus 1.185.882
5 Minyak Goreng 1.776.000
6 Bahan Bakar 2.102.400
Nilai Bahan Baku Penunjang (Rp/tahun) 16.119.805,41
Sumber: Analisis Data Primer Jamur Crispy, Lampiran 4 (2015)
Dari Tabel 25 diketahui Besarnya nilai tambah yang didapat sejalan dengan besarnya rasio nilai tambah terhadap nilai produknya. Rasio nilai tambah ini didapat dari pembagian antara nilai tambah dengan nilai produk yang dinyatakan dalam persen (%). Rasio nilai tambah ini menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk, artinya jika rasio nilai tambah > 50% maka nilai tambah tergolong tinggi, sedangkan jika rasio nilai tambah ≤ 50%, maka nilai tambah tergolong rendah. Rasio nilai tambah yang diperoleh dalam pengolahan jamur crispy ini adalah 72,37 %.
Secara matematis rasio nilai tambah pengolahan jamur crispy yaitu sebagai berikut:
Rasio Nilai Tambah = Rp. 84.762.076,94 x 100% = 72.37 % Rp. 117.120.000
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
1. Ada perbedaan nyata antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan pengusaha jamur crispy dalam 1 tahun bahwa pendapatan pengusaha jamur crispy jauh lebih tinggi dari pengusaha jamur tiram.
2. Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy adalah sebesar Rp 98.242,-/kg. Rasio nilai tambah produk jamur crispy adalah sebesar 72% yang artinya sebesar 72% dari nilai ouput berupa jamur crispy merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy.
6.2 Saran
Kepada pengusaha jamur tiram dan jamur crispy 1. Diharapkan kepada pengusaha jamur tiram
Kepada pemerintah
Diharapkan agar membantu pengusaha dalam pembentukan badan usaha yang bersifat membantu pengusaha dalam pengembangan dan pemasaran jamur crispy dengan sistem pemasaran yang menguntungkan.
Kepada peneliti selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Jamur tiram diidentifikasi secara ilmiah pertama kali pada 1775 berkat jasa Nikolaus Joseph Freiherr von jacquinn(1727-1817). Naturalis berkebangsaan Belanda itu memasukkannya dalam genus Agaricus dengan nama spesies Agaricus ostreatus. Ketika itu, jamur-jamur yang memiliki “insang” atau Gill memang dikategorikan dalam kelompok Agaricus. Hingga 1871, Paul Kummer, ahli jamur dari Jerman, mengubahnya masuk genus Pleurotus satu genus yang diidentifikasikan Kummer. Dalam bahasa latin, pleurotus berarti “telinga bagian sisi” seperti penampakan tudungnya yang tumbuh menyamping dari tangkai jamur. Sedangkan ostre berarti oyster (tiram), atus berarti menyerupai. Jamur tiram termasuk divisi Basidiomycota. Itu karena dalam reproduksi generatifnya ia menghasilkan basidiofora. Sedangkan reproduksi vegetatifnya membentuk konidospora. Ciri kelompok ini antara lain memiliki dinding sel tersusun dari zat kitin, hifanya bersekat, dan membentuk badan buah. Badan atau tubuh buah jamur tiram secara garis besar terdiri dari tudung dan tangkai. Tubuh buah itulah yang dikonsumsi (Evy, 2014).
istimewa 72% lemak nya tidak jenuh, jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg dan Cu. Kandungan serat mulai 7,4 – 24,6 % sangat baik bagi pencernaan. Jamur mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok untuk pelaku diet.
Hasil studi di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin, asam nicotinat, pantothenat, dan biotin (Vitamin B). Masih terpelihara dengan baik meskipun jamur telah dimasak. Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Centre menyebutkan jamur tiram atau (Pleurotus ostreatus ) mengandung senyawa pleuran ( di jepang jamur tiram disebut Hiratake sebagai jamur obat) mengandung protein 19-30 %, Karbohidrat 50-60 %, asam amino, Vit.B1 (Thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niasin), B5 (Asam pantotenat), B7 (Bioting), Vit.C dan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai anti tumor, menurunkan kolesterol, dan antioksidan (Alex, 2011).
Tabel 1. Perbandingan Nilai Gizi Jamur Dengan Jenis Pangan Yang Lain
Bahan Pangan
Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosf or
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Khasiat jamur bagi kesehatan tubuh memang terbukti. Selain mengandung berbagai macam asam amino esensial, lemak, mineral dan vitamin juga terdapat zat penting yang berpengaruh terhadap aspek medis. Sejak berabad-abad lalu, jamur sudah menjadi makanan istimewa sehingga banyak orang menjadi penggemar. Sudah turun-temurun masyarakat jepang, dan cina melengkapi menu dengan jamur. Bukan saja kelezatan rasa, tetapi juga tinggi nilai gizinya. Orang yunani kuno percaya, makan jamur menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dan sehat.
2.2. Landasan Teori
Agroindustri adalah pengolahan hasil dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari subsistem agribisnis. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu produk olahan, yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian (Soekartawi (a), 1993).
Menurut Hicks (1995), agroindustri adalah kegiatan dengan ciri :
(a) meningkatkan nilai tambah
(b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan
(c) meningkatkan daya simpan
(d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen.
Manalili (1996) menyebutkan, pengembangan agroindustri di Indonesia mencakup berbagai aspek, diantaranya menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan devisa, memperbaiki pemerataan pendapatan, bahkan mampu menarik pembangunan sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku.
Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Nilai Tambah
Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.
2. Kualitas Hasil
Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.
4. Meningkatkan keterampilan
5. Peningkatan Pendapatan
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar. (Soekartawi (b), 1999).
Nilai Tambah
Pada proses distribusi komoditas pertanian terjadi arus yang mengalir dari hulu ke hilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran (Baroh, 2007).
mengubah bentuk (from utility), menyimpan (time utility), maupun melalui proses pemindahan tempat dan kepemilikan.
Menurut hayami et al (1987) dalam buku Pemasaran Pertanian Sudiyono (2004), nilai tambah dapat dilihat dari dua aspek yaitu nilai tambah untuk pengelolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat di katagorikan menjadi dua yaitu: faktor teknis dan faktor pasar. Menurut suryana (1990), Adapun rumus untuk menghitung nilai tambah brutto yaitu :
NT = NP – ( NBB + NBP )
Keterangan :
NT = Nilai Tambah NP = Nilai Produk NBB = Nilai Bahan Baku
NBP = Nilai Bahan Penunjang Lainnya
Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen). Karena itu, untuk menjamin agar proses produksi terus berjalan secara efektif dan efisien maka nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil. Analisis nilai tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai (Hardjanto, 1993).
Menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa.
Menurut putong (2002) mengatakan bahwa produksi atau memproduksi menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi, produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum.
Pendapatan
2.3.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan adalah Maya Agustina Tanjung (2009) dengan judul Analisis Value Added Usaha Pengalengan Ikan Cunang Renang
(Muarenesox Talabon) di Kota Tanjung Balai Dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa Rata-rata penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi yaitu adalah sebesar Rp 421.666.667,- Per Bulan. Rata-rata pendapatan penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi adalah sebesar Rp 156,346,816 ,-Per Bulan. Rata-rata nilai tambah (value added) yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah Nilai nilai tambah Per Tahun adalah Rp 568.209.167,-.
Penelitian lain yang juga menjadi rujukan adalah Henni Febri Yanti (2013) Dengan Judul Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus : Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah) Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingan pendapatan usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf lebih rendah dibandingkan nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioca
2.4.Kerangka Pemikiran
Jamur tiram termasuk sebagian diantara jamur kayu yang saaat ini mulai banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Jamur tiram memiliki harga jual yang relatif murah. Selain rasa nya yang enak dan bergizi, jamur crispy sangat di gemari oleh semua kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Sehingga selain memiliki nilai gizi yang tinggi untuk dikonsumsi jamur tiram juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Keterangan : : Menyatakan ada hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian
2.5.Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan pendapatan usaha jamur crispy.
2. Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy tinggi.
Proses Nilai Tambah
Jamur Crispy
1.Penerimaan 2.Harga Jual 3.Produksi 4.Biaya Perbandingan
Pendapatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut tentunya membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan sektor pertanian dalam rangka kebutuhan pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis makanan. Secara umum, Indonesia sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai peluang cukup besar untuk mengembangkan produk-produk pertanian khususnya produk pangan, dimana didalamnya terdapat produk hortikultura yaitu buah-buahan dan sayuran (Martawijaya dan Nurjayadi, 2009).
Indonesia yang dikenal dengan negara agraris, sebenarnya telah lama membudidayakan aneka jenis jamur konsumsi, bahkan sejak perang dunia kedua. Dari sekian banyak jenis jamur, jamur tiram merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan(Untung, 2013).
Jamur hanya tumbuh secara alami pada musim hujan. Inisiatif pembudidayaan jamur konsumsi dilakukan saat kebutuhannya terus meningkat, sedangkan persediaan alam terbatas. Berkat pengalaman dan ketelitian memepelajari cara hidupnya, manusia berhasil membudidayakan jamur konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat setiap saat. Diantara beberapa jamur yang dikonsumsi masyarakat, jamur tiram adalah jamur yang dikenal paling enak dan paling disukai masyarakat, sedangkan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan ialah jamur tiram putih (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Sejak 3000 tahun silam, Jamur tiram mulai dinimkati di Negara-negara seperti Jepang, Cina, Korea, dan Mesir. Sebagian besar mereka meyakini bahwa mengonsumsi jamur ini dapat meningkatkan kekekalan (berumur panjang). Beberapa Negara seperti Rusia, Yunani dan Meksiko sangat percaya bahwa memakan jamur tiram dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Jamur ini sangat popular saat ini (Sheilab
Di luar negeri jamur tiram sangat populer terutama di negara Amerika dan Eropa. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bila budidaya atau usaha jamur tiram sudah mendunia sejak dulu. Di mancanegara, jamur tiram biasa disebut Oyster Mushroom. Jamur tiram di sana sudah memasyarakat sebagai olahan yang cukup banyak penggemarnya karena selain mengandung gizi yang cukup tinggi juga disinyalir dapat digunakan sebagai obat untuk berbagai macam penyakit (Warisno, 2010).
, 2014).
sebagai bahan pengobatan herbal. Saat ini, jamur telah berkembang menjadi makanan rakyat yang penyajiannya cukup dinantikan. Di sejumlah Negara, beberapa jenis jamur hanya bias dijangkau kelas tertentu saja mengingat harganya yang mencapai jutaan serta khasiatnya yang luar biasa (Syammafuz, 2010 ).
Sebagai salah satu sumber hayati, jamur (mushroom) diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, selain juga ada yang memanfaatkannya untuk dijadikan obat. Jamur yang hidup liar di alam ada yang beracun dan ada yang aman untuk di konsumsi. Dikatakan beracun karena jamur tersebut mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia bila mengkonsumsinya, sedangkan jamur yang aman dikonsumsi yaitu jamur yang tidak mengandung zat berbahaya dalam jamur sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat.
Jamur tiram mempunyai manfaat dan khasiat untuk manusia sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung serta untuk mengurangi berat badan dan diabetes. Kandungan asam folatnya tinggi sehingga dapat menyembuhkan anemia dan obat anti tumor. Digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi. Untuk terapi pengobatan sebaiknya tidak digoreng karena bisa menurunkan kadar vitaminnya dan zat-zat yang bermanfaat untuk penyembuhan penyakit (Pasaribu dkk, 2002).
yang saat ini sudah banyak menjadi mata pencaharian masyarakat. Selain rasa nya yang enak dan bergizi, jamur crispy sangat di gemari oleh semua kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Sehingga selain memiliki nilai gizi yang tinggi untuk dikonsumsi jamur tiram juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis nilai tambah pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan jamur crispy di daerah penelitian?
2. Apakah ada perbedaan yang nyata antara pendapatan usaha jamur tiram dengan pendapatan usaha jamur crispy di daerah penelitian?
3. Bagaimana nilai tambah pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan jamur crispy di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui perbedaan yang nyata antara pendapatan usaha jamur tiram dengan pendapatan usaha jamur crispy di daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai wacana dan sumber informasi bagi pengusaha jamur crispy dan masyarakat umum.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pemerintah dalam hal pengambil kebijakan.
ABSTRAK
MEINIA SINGGAR NIARI (110304111): Analisis Value Added Pengolahan Jamur Tiram menjadi Jamur Crispy di Kota Medan, dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui proses pembuatan jamur crispy , untuk mengetahui perbedaan yang nyata antara pendapatan usaha jamur tiram dengan pendapatan usaha jamur crispy dan untuk mengetahui nilai tambah pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy di Kota Medan.
Metode penelitian: Daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Kota Medan. Metode penentuan sampel menggunakan metode sensus dimana sampel yang diambil adalah pengusaha jamur tiram dan jamur crispy di Kota Medan yang masing-masing berjumlah 4 sampel dan 17 sampel. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji beda rata-rata dan nilai tambah dengan metode hayami.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jamur tiram diproses dengan cara dibersihkan lalu di belah-belah menjadian bagian-bagian kecil. Setelah itu, jamur tiram dimasukkan ke air yang sudah dicampur dengan telur dan ditiriskan. Setelah selesai, jamur tiram dimasukkan ke tepung bumbu yang sudah dibuat dan dimasukkan ke dalam minyak lalu ditiriskan lagi dan jadilah jamur crispy dan ada perbedaan nyata antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan pengusaha jamur crispy dalam 1 tahun dimana pengusaha jamur tiram dengan biaya bahwa pendapatan pengusaha jamur crispy jauh lebih tinggi dari pengusaha jamur tiram serta Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy adalah sebesar Rp 84.762.076,94,-/tahun. Rasio nilai tambah produk jamur crispy adalah sebesar 72% yang artinya sebesar 72,37% dari nilai ouput berupa jamur crispy merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy.
ANALISIS
VALUE ADDED
PENGOLAHAN JAMUR TIRAM
MENJADI JAMUR
CRISPY
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
MEINIA SINGGAR NIARI 110304111
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS
VALUE ADDED
PENGOLAHAN JAMUR TIRAM
MENJADI JAMUR
CRISPY
DI KOTA MEDAN
SKRIPSI
OLEH :
MEINIA SINGGAR NIARI 110304111
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec) (Ir. Lily Fauzia, M.Si) NIP : 196302041997031001 NIP: 196308221988032003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
MEINIA SINGGAR NIARI (110304111): Analisis Value Added Pengolahan Jamur Tiram menjadi Jamur Crispy di Kota Medan, dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui proses pembuatan jamur crispy , untuk mengetahui perbedaan yang nyata antara pendapatan usaha jamur tiram dengan pendapatan usaha jamur crispy dan untuk mengetahui nilai tambah pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy di Kota Medan.
Metode penelitian: Daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Kota Medan. Metode penentuan sampel menggunakan metode sensus dimana sampel yang diambil adalah pengusaha jamur tiram dan jamur crispy di Kota Medan yang masing-masing berjumlah 4 sampel dan 17 sampel. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif, uji beda rata-rata dan nilai tambah dengan metode hayami.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jamur tiram diproses dengan cara dibersihkan lalu di belah-belah menjadian bagian-bagian kecil. Setelah itu, jamur tiram dimasukkan ke air yang sudah dicampur dengan telur dan ditiriskan. Setelah selesai, jamur tiram dimasukkan ke tepung bumbu yang sudah dibuat dan dimasukkan ke dalam minyak lalu ditiriskan lagi dan jadilah jamur crispy dan ada perbedaan nyata antara pendapatan pengusaha jamur tiram dengan pengusaha jamur crispy dalam 1 tahun dimana pengusaha jamur tiram dengan biaya bahwa pendapatan pengusaha jamur crispy jauh lebih tinggi dari pengusaha jamur tiram serta Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy adalah sebesar Rp 84.762.076,94,-/tahun. Rasio nilai tambah produk jamur crispy adalah sebesar 72% yang artinya sebesar 72,37% dari nilai ouput berupa jamur crispy merupakan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Medan pada tanggal 31 Mei 1994, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, seorang putri dari Ayahanda dr. Hendrik dan Ibunda Vivi Nursyamsi Lubis.
Jenjang Pendidikan
1. Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Martapura, masuk tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005.
2. Sekolah Menengah Pertama di MTsN Martapura, masuk tahun 2005 dan lulus tahun 2008.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Unggul Martapura, masuk tahun 2008 dan lulus tahun 2011.
4. Tahun 2011 masuk di program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB-Mandiri).
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juli 2014 di Desa Kwala Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.
6. Melaksanakan Penelitian pada bulan Juli 2015 di Kota Medan, Sumatera Utara.
Pengalaman Organisasi :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, nikmat serta limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dalam bentuk dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan yang membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec. Selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan juga selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
5. Ayahanda tercinta dr. Hendrik dan Ibunda tercinta Vivi Nursyamsi Lubis serta abang tercinta dr. Hasiholan Sachdapul serta adik tercinta Muhammad Razak Parlindungan yang telah memberikan bantuan, doa dan begitu banyak perhatian, cinta dan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi tepat waktu.
6. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat selama penyelesaian skripsi ini dan Ridho Islami S.P yang selalu memberi semangat dan memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman yang luar biasa, Sri Wahyuni S.P, Futri Medwina S.P, Nelfita Rizka, Fauziatun Maulida, Uti, Utari, Novita, Fitrah, Fadil, dan semua yang telah mendukung dan mendoakan selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis stambuk 2011 serta abang
dan kakak stambuk yang telah banyak memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
9. Bapak dan Ibu Staf Pemerintahan Kota Medan sebagai tempat penulis melakukan penelitian skripsi.
10. Para Pengusaha Jamur Tiram dan Jamur Crispy di Kota Medan yang telah membantu memberikan data untuk menyelesaikan skripsi.
redaksinya oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal’alamin.
Medan, Januari 2016
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1 Nilai Tambah ... 11
2.3 Penelitian Terdahulu ... 14
2.4 Kerangka Pemikiran ... 16
2.5 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 19
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19
3.4 Metode Analisis Data ... 20
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 22
3.5.1 Definisi ... 22
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 24
4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 24
4.1.2 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 26
4.1.3 Sarana dan Prasana ... 27
4.2 Karakteristik Responden ... 29
4.2.1 Jamur Tiram ... 29
4.2.2 Jamur Crispy ... 31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pendapatan Jamur Tiram ... 35
5.2 Proses Pembuatan Jamur Crispy ... 37
5.3 Pendapatan Jamur Crispy ... 39
5.4 Uji Beda Rata-Rata ... 42
5.5 Nilai Tambah Usaha Pengolahan Jamur Tiram menjadi Jamur Crispy .... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 46
6.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Hlm.
1. Perbandingan Nilai Gizi Jamur Dengan Jenis Pangan Yang Lain ... 8
2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Jamur, Luas Tanam, dan Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan per Rumah Tangga ... 18
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, 2013 ... 25
4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2013 ... 26
5. Sarana dan Prasarana, 2013 ... 27
6. Umur Responden Pengusaha Jamur Tiram ... 29
7. Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Jamur Tiram ... 30
8. Jumlah Tanggungan Responden Pengusaha Jamur Tiram ... 30
9. Pengalaman Berusaha Responden Pengusaha Jamur Tiram ... 31
10. Umur Responden Pengusaha Jamur Crispy ... 31
11. Tingkat Pendidikan Responden Pengusaha Jamur Crispy ... 32
12. Jumlah Tanggungan Responden Pengusaha Jamur Crispy ... 32
13. Pengalaman Berusaha Responden Pengusaha Jamur Crispy ... 33
14. Rata-rata Penggunaan Jamur Tiram dalam Pembuatan Jamur Crispy di Kota Medan ... 34
15. Rata-rata Penerimaan Usaha Jamur Tiram di Kota Medan ... 35
16. Rata-rata Biaya Usaha Jamur Tiram di Kota Medan ... 36
17. Rata-rata Pendapatan Usaha Jamur Tiram di Kota Medan ... 36
18. Rata-rata Penerimaan Usaha Pembuatan Jamur Crispy di Kota Medan ... 39
19. Rata-rata Biaya Tidak Tetap Usaha Pembuatan Jamur Crispy di Kota Medan .. 40
20. Rata-rata Biaya Tetap Usaha Pembuatan Jamur Crispy di Kota Medan ... 41
21. Rata-rata Pendapatan Bersih Usaha Jamur Crispy di Kota Medan ... 41
22. Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Usaha Jamur Tiram dengan Jamur Crispy .... 42
23. Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usaha Jamur Tiram dengan Pendapatan Usaha Jamur Crispy dalam 1 Tahun ... 43
24. Rata-rata Nilai Bahan Baku, Nilai Bahan Penunjang, Nilai Produk, dan Nilai Tambah Usaha Pengolahan Jamur Crispy /Tahun ... 44
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hlm.
DAFTAR LAMPIRAN JAMUR
CRISPY
No. Judul
1. Karakteristik Responden Jamur Crispy 2. Peralatan Produksi Jamur Crispy 3. Biaya Bahan Baku (Jamur Tiram) 4. Biaya Bahan Penunjang Jamur Crispy
5. Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Jamur Crispy 6. Biaya Peralatan Usaha Jamur Crispy
7. Penerimaan Usaha Pengolahan Jamur Crispy
8. Penerimaan per 1 kg Jamur Tiram Usaha Pengolahan Jamur Crispy 9. Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Jamur Crispy
10. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Jamur Crispy
11. Total Biaya Produksi Usaha Pengolahan Jamur Crispy
12. Total Biaya Produksi per 1 kg Jamur Tiram Usaha Pengolahan Jamur Crispy 14. Pendapatan Usaha Pengolahan Jamur Crispy
DAFTAR LAMPIRAN JAMUR TIRAM
No. Judul
1. Karakteristik Responden Jamur Tiram
2. Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Satu Kali Produksi
3. Biaya Investasi dan Penyusutan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih per Musim Tanam (4 Bulan)
4. Biaya Produksi Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih per Musim Tanam (4 Bulan Produksi