• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kandungan Residu Pestisida Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Dari Pasar Kaban Jahe dan Dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas FPD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kandungan Residu Pestisida Organofosfat (Dimetoat, Klorpirifos dan Propenofos) Pada Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Dari Pasar Kaban Jahe dan Dari Kebun di Desa Ketaren Kecamatan Kaban Jahe Secara Kromatografi Gas FPD"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1. Gambar Instrument Kromatografi Gas

Seperangkat instrument kromatografi gas Shimadzu 2010

(3)

Lampiran 2. Gambar Perangkat Pendukung Lainnya

Neraca Analitik Ultra Turax

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P., 2009. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Lampung : Penerbit Kanius

Fitriani, E., 2012. Untung Berlipat Dengan Budidaya Tomat Di Berbagai Media Tanam. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Hasibuan, R., 2015. Insektisida Organik Sintetik Dan Biorasional. Yogyakarta : Plantaxia

Komisi Pestisida., 2004. Pedoman Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil Pertanian. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman

Rismunandar., 1995. Tanaman Tomat. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Rohman, A., 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sunarjono, H., 2014. Bertanam 36 Jenis Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya

Trisnawati., 1993. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Jakarta : PT. Penebar Swadaya

Wudianto, R., 1997. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Bogor : Penebar Swadaya

(5)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat

Nama Alat Merek Alat

1. Telenan

2. Pecincang Stanles Steel

3. Neraca Analitik Metter Toledo

4. Spatula

5. Beaker Glass Iwaki

6. Erlenmeyer Iwaki

7. Pipet Volume Iwaki

8. Bulp

9. Ultra Turax IKA T.25

10.Alumunium Foil

11.Labu bulat Iwaki

12.Rotari Evaporator IKA KV 600 Digital

13.Pipet Tetes

14.Test Tube Iwaki

15.Rak Tabung Reaksi

16.Siring Hamilton

17.Kromatografi Gas GC 2010

(6)

3.2 Bahan-bahan

1. Buah Tomat

2. Aseton

3. Isooktan

4. Diklorometana

5. Petroleum Eter 400C-600C

6. Klorpirifos 98,7 %

3.3Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Bahan Aktif Klorpirifos

1. Ditimbang bahan aktif klorpirifos sebanyak 25,8 mg

2. Diencerkan dengan pelarut aseton dalam labu ukur 25ml

3. Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana standart bahan aktif sampai

konsentrasi seri standart 1

4. Dipipet masing- masing bahan aktif sebanyak 1 ml kedalam labu ukur 10

ml

5. Diencerkan kembali dengan pelarut isooktana sampai garis batas

3.3.2 Preparasi Sampel Buah Tomat

3.3.2.1 Tanpa pencucian

1. Dicincang buah tomat

2. Ditimbang sebanyak 15 gr menggunakan neraca analitik

3. Dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml

4. Ditambahkan Aseton, Diklorometane dan Petruleum Eter masing- masing

(7)

6. Didiamkan sampai filtrat dan endapan terpisah

7. Dipipet filtrat sebanyak 25 ml

8. Dimasukkan kedalam labu didih

9. Dirotari evaporator filtrat sampai pelarut menguap seluruhnya

10.Dilarutkan hasil rotap dengan perbandingan pelarut toluena : isooktan

(10:90)

11.Dipipet sebanyak 5 ml

12.Dimasukkan ke dalam test tube

3.3.2.1 Dicuci dengan air mengalir

1. Dicuci buah tomat dengan air mengalir

2. Dicincang buah tomat

3. Ditimbang sebanyak 15 gr menggunakan neraca analitik

4. Dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml

5. Ditambahkan Aseton, Diklorometane dan Petruleum Eter masing- masing

sebanyak 30 ml dengan menggunakan pipet volume

6. Dihaluskan sampel dengan menggunakan alat ultra turax

7. Didiamkan sampai filtrat dan endapan terpisah

8. Dipipet filtrat sebanyak 25 ml

9. Dimasukkan kedalam labu didih

10.Dirotari evaporator filtrat sampai pelarut menguap seluruhnya

11.Dilarutkan hasil rotap dengan perbandingan pelarut toluena : isooktan

(10:90)

12.Dipipet sebanyak 5 ml

(8)

3.3.3 Penginjekkan ke Alat Kromatografi gas

1. Disuntik 1-2 µl larutan standar campuran dan ekstrak sampel kedalam

kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut :

Kolom kapiler,restek Rtx -1 MS,0.25 mm id x 0,25 µm df x 30 m

Suhu kolom 190oC

Suhu injektor : 230oC

Suhu detektor : 230o C

Laju alir : 30 ml/min

(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Hasil yang diperoleh dari analisa kandungan residu pestisida klorpirifos dalam

sampel buah tomat terlihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Hasil analisa kadar residu pestisida klorpirifos pada buah tomat

No. Nama / Asal

4.2.1 Pada Bahan Aktif Klorpirifos

Rumus Standarisasi Pada Bahan Aktif

STD (mg/ml) =

(10)

Bahan Aktif Klorpirifos

Kemurnian 98,7% tertimbang 0,0258 g (25,8 mg)

1. Pengenceran 100 ng/µl dalam labu takar 25 ml

Maka,

2. Pengenceran 10 ng/µl dalam labu takar 25 ml

(11)

Maka,

3. Pengenceran 1 ng/ l dalam labu takar 10 ml

4.2.2 Pada Sampel

Rumus Kadar Pestisida Dalam Sampel :

mg/kg

Rumus rata-rata area Standar :

(12)

Rumus Rata-rata Kadar Pestisida Dalam Sampel :

Keterangan :

C.standar = Konsentrasi standar

Std = Standar

V.inj = Volume Injek

FP = Faktor Kpengenceran (5000 µl)

FK = Faktor Koreksi

Crata-rata = konsentrasi rata-rata

Csampel = Konsentrasi Sampel

4.2.2.1 Buah Tomat dari Pasar Pagi

4.2.2.1.1 Tanpa Pencucian

(13)

4.2.2.1.2 Dicuci dengan Air Mengalir

4.2.2.2 Buah Tomat dari Pasar Sore

4.2.2.2.1 Tanpa Pencucian

(14)

4.2.2.2.2 Dicuci dengan Air Mengalir

(15)

4.3 Pembahasan

Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwasannya kadar residu pestisida di dalam

buah tomat dari pasar Pagi Padang Bulan Kecamatan Medan Selayang sebelum

dicuci sebesar 0,303 mg/kg dan setelah dicuci 0,096 mg/kg, sedangkan buah

tomat dari pasar Sore Padang Bulan Kecamatan Medan Baru sebelum dicuci

0,302mg/kg, dan setelah dicuci 0,084 mg/kg, hal ini menunjukkan bahwa kadar

residu pestisida pada buah tomat masih layak dikonsumsi, karena masih dibawah

batas maksimum resitu (BMR) yaitu 0,5 mg/kg.

(16)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada analisis residu pestisida pada buah tomat dapat disimpulkan :

Kadar residu pestisida pada buah tomat dengan bahan aktif klorpirifos yang

beredar di pasar pagi padang bulan kecamatan medan selayang sebelum dicuci

0,303 mg/kg, dan setelah dicuci 0,096 mg/kg, sedangkan buah tomat dari pasar

sore padang bulan kecamatan medan baru sebelum dicuci 0,302 mg/kg, dan

setelah dicuci 0,084 mg/kg, hal ini menunjukkan bahwa kadar residu pestisida

pada buah tomat tidak melampaui batas maksimum residu pestisida yang telah

ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313: 2008 tentang batas

maksimum residu pestisida pada hasil pertanian tanaman buah tomat yaitu 0,5

mg/kg.

5.2 Saran

Diharapkan kepada masyarakat untuk mencuci buah tomat sebelum dikonsumsi

agar kadar residu pestisida yang terkandung dalam buah tomat aman dikonsumsi

dan tidak menimbulkan efek samping bagi kesehatan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida

2.1.1 Pengertian Pestisida

Pestisida berasal dari Bahasa Inggris yaitu pesticides dengan asal suku kata pest

berarti hama, sedangkan cide bermakna membunuh, sehingga pestisida dapat

diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan

jasad pengganggu yang merugikan kepentingan manusia. Pestisida telah lama

dimanfaatkan di bidang kesehatan untuk melindungi tubuh manusia dari serangan

berbagai penyakit yang tertular oleh vector dan dibidang pertanian untuk

mengendalikan serangan berbagai organisme pengganggu tanama n di lapangan

maupun di tempat penyimpanan. Pada prinsipnya, pestisida adalah bahan racun

namun dapat bermanfaat apabila cara penggunaanya dilakukan secara tepat dan

benar (Hasibuan.,2015).

Menurut pasal 1 ayat (a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan

Pestisida. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan

virus yang digunakan untuk

a) Memberantas atau mencegah hama- hama dan penyakit-penyakit yang

merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasl pertanian

(18)

c) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan

d) Mematikan atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk

e) Memberantas atau mencegah hama- hama luar pada hewan piaraan dan

ternak

f) Memberantas atau mencegah hama-hama air

g) Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik

dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan

h) Memberantas atau pencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

penggunaan pada tanaman, tanah atau air (Komisi Pestisida.,2004).

2.1.2 Klasifikasi Pestisida Menurut OPT Sasarannya

Pengelompokan pestisida menurut jenis organisme pengganggu tanaman

(OPT) sasarannya, dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1: Penggelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasaranya

(19)

Nematisida

2.1.3 Sifat-sifat Ideal Pestisida

Para ahli kimia tidak henti- hentinya mencoba mencari pestisida yang ideal.

Kemajuan telah banyak diperoleh, tetapi sebegitu jauh, pestisida yang benar-benar

ideal belum ada. Dari berbagai sumber, sifat-sifat ideal yang seyogianya dipunyai

oleh pestisida adalah sebagai berikut :

1. Sifat Biologi

a. Efikasi biologis optimal (dengan kata lain efektif)

b. Takaran aplikasi rendah, tidak terlampau membebani lingkungan

c. Toksisitas terhadap mamalia rendah (LD56-nya tinggi) sehingga kurang

membahayakan penggunaan, konsumen dan lingkungan

d. Sasarannya spesifik, khususnya untuk insektisida

e. Selektif

f. Tidak cepat menimbulkan resistensi dan resurjensi

2. Sifat Kimia Fisik

a. Tidak persisten

b. Tidak mudah menembus kulit manusia

3. Formulasi

a. Diformulasi dalam bentuk yang mendukung keselamatan pengguna,

konsumen, dan lingkungan

(20)

c. Mudah diaplikasikan (Djojosumarto,P., 2009).

2.1.4 Residu Pestisida

Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian bahan

pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung

dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan pestisida, seperti

senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat pengotor yang

dapat memberikan pengaruh toksikologis.

2.1.5 Batas Maksimum Residu Pestisida

Batas maksimum residu pestisida dapat didefenisikan sebagai konsentrasi

maksimum residu pestisida yang secara hukum diijinkan atau diketahui sebagai

konsentrasi yang dapat diterima dalam atau pada hasil pertanian bahan pangan,

atau bahan pakan hewan. Konsentrasi tersebut dinyatakan dalam miligram residu

pestisida per kilogram hasil.

Batas maksimum residu (BMR) pestisida direkomendasikan berdasarkan

rasa residu yang tepat dan diperoleh dari percobaan yang terawasi. Dengan

demikian, data residu pestisida yang diperoleh menggambarkan penggunaan

pestisida yang sesuai dengan tatacara budidaya pertanian yang baik. BMR

pestisida berdasarkan adanya data yang mendukung bahwa residu pestisida yang

tertetapkan diketahui membahayakan manusia.

BMR pestisida berlaku terhadap hasil pertanian yang berupa pangan, baik

dalam bentuk olahan maupun mentah dan pakan hewan yang diperdagangkan

(21)

lingkup internasional. BMR pestisida diberlakukan pada pintu masuk suatu

negara, sedangkan pada hasil yang diperdagangkan dalam lingkup nasional. BMR

pestisida diberlakukan pada pintu masuk jalur perdagangan (Komisi Pestisida.,

2004).

2.1.6 Risiko Penggunaan Pestisida Pertanian

Pestisida pertanian dan pestisida pada umumnya adalah bahan kimia atau

campuran bahan kimia serta bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan,

mikroorganisme, dsb) yang digunakan untuk mengendalikan OPT. Karena itu

senyawa pestisida bersifat bioaktif. Artinya, pestisida dengan satu atau beberapa

cara mempengaruhi kehidupan misalnya membunuh hama / penyakit, mengusir

hama. Setiap racun selalu mengandung resiko (bahaya) dalam penggunaanya, baik

risiko bagi manusia maupun lingkungan.

1. Risiko bagi Keselamatan Penggunaan

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara

langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis.

Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah

dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan

dapat mengakibatkan kebutaan.

2. Risiko bagi Konsumen

Risiko bagi Konsumen adalah keracunan residu (sisa-sisa) pestisida yang

terdapat dalam produk pertanian. Risiko bagi konsumen dapat berupa

keracunan langsung karena memakan produk pertanian yang tercemar

pestisida atau lewat rantai makanan. Meskipun bukan tidak konsumen

(22)

bentuk keracuna kronis, tidak segera terasa dan dalam jangka panjang

mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.

3. Risiko bagi Lingkungan

Risiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat digolongkan menjadi

tiga kelompok sebagai berikut

a) Risiko bagi orang, hewan atau tumbuhan yang berada di tempat atau di

sekitar tempat pestisida digunakan. Drift pestisida misalnya, dapat

diterbangkan angin dan mengenai orang yang kebetulan lewat.

b) Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran

lingkugan (tanah, air, udara) dengan segala akibatnya, misalnya kematian

hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami, penyederhanaan

keanekaragaman hayati, biakumulasi / biomagnifikasi dan sebagainya.

c) Khusus pada lingkungan pertanian (agroekosistem), penggunaan

pestisida pertanian dapat menyebabkan hal-hal berikut.

Bahan aktif dan berbagai merek pestisida begitu banyak dijual di kios-kios

pestisida atau toko sarana produksi pertanian. Pada tahun 1997 ada sekitar 500

nama dagang pestisida yang terdaftar pada Komisi Pestisida Departemen

Pertanian yang diizinkan untuk digunakan di bidang pertanian (termasuk

perkebunan) dan kehutanan. Persoalan pertama yang kita dihadapi ketika

memutuskan menggunakan pestisida untuk mengendalikan OPT adalah

bagaimana memilih ratusan pestisida yang ada di pasaran. Untuk memilih

pestisida yang benar, kita perlu tahu seluk-beluk pestisida, terutama yang

(23)

2.2 Insektisida

2.2.1 Pengertian Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa

mematikan semua jenis serangga. Serangga adalah binatang yang 26% spesiesnya

merugikan manusia karena herbivor atau fitofak, sedang sebagian lainnya

merugikan karena menyebarkan penyakit pada manusia da n manusia ternak.

Walau demikian ada pula serangga yang sangat penting (Wudianto, R., 1997).

2.2.2 Insektisida Organofosfat

Organofosfat adalah nama umum ester dan fosfat. Insektisida organofosfat

(Organophosphates-OPs) adalah insektisida yang mengandung unsur fosfat.

Insektisida organofosfat dihasilkan dari asam fosforik. Insektisida ini dikenal

sebagai insektisida yang paling beracun terhadap mamalia. Dahulu insektisida

juga dikenal dengan nama fosfat organik (organic phosphate). Insektisida fosfat

(phosphorus insecticides), kerabat gas beracun (nerve gas relatives), dan ester

asam fosfat (phosphotic acid esters).

Semua insektisida organofosfat adalah bentuk ester dari asam fosfat.

Gugus X (R3) rumus kimia organofosfat lebih dikenal dengan istilah leaving

group karena merupakan bagian yang paling reaktif dan dapat tergantikan oleh

unsure lain pada saat organofosfat mengalami fosforilasi asetilkholin, selain itu

gugus ini juga paling sensitif terhadap hidrolisis, sehingga cepat terurai. Seperti

terlihat pada rumus umumnya, organofosfat selalu mengandung gugus R (alkyl)

(24)

dan R2 dapat berupa OCH3 (meti) atau OC2H5 (etil). Seperti terlihat pada gambar

2.1 berikut ini :

O

R1O P OR3

R2O

Gambar 2.1 Rumus Umum insektisida organofosfat

Organofosfat dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan tergantung

dari kombinasi unsur oksigen, karbon, sulfur, dan nitrogen. Semua kelompok

organofosfat dapat dikenal melalui struktur kimia penyusunnya.

2.2.3 Chlorpyrifos

Chlorpyrifos diproduksi secara komersial untuk pertama kali pada tahun 1965

oleh Dow Chemical Company. Nilai LD50 chlorpyrifos adalah 95-270 mg/kg.

Chlorpyrifos adalah organofosfat yang berspektrum luas. Untuk memperluas

penggunaannya chlorpyrifos telah diformulasikan menjadi beberapa bentuk

seperti : granules (G), werrable powder (WP), dustable powder (D), dan

emulsifiable concentrate (EC). Rumus kimia insektisida chlorpyrifos tertulis pada

gambar 2.2 berikut ini.

(25)

(Hasibuan R., 2015).

2.2.4 Sifat Kimia Dan Fisika Klorpirifos

 Nama Umum : chlorpyrifos (BSI, E-ISO, ANSI, ESA, BAN)

 Nama Kimia : O,O-diethyl O-(3,5,6-trichloro-2-pyridyl) phosphorothioate

 Nama Dagang : Lorsban, Dursban

 Berat Molekul : 350.6

 Rumus Empiris : C9H11Cl3NO3PS

 Bentuk : Butiran Kristal

 Warna : Putih hingga kecoklatan

 Bau : Merkaptan lembut

 Titik Leleh : 41.5 – 42.5°C

 Titik Didih : > 300°C

2.3Tomat

2.3.1 Mengenal Tomat

Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik

kuantitas dan kualitas masih rendah. Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh karena

mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

kesehatan. Buah tomat juga mengand ung karbohidrat, protein, lemak dan kalori.

Buah tomat juga adalah komoditas yang multiguna berfungsi sebagai sayuran,

bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna

makanan, sampai kepada bahan kosmetik, obat-obatan dan bahan baku industri

(26)

2.3.2 Sejarah Perkembangan Tomat

Sejarah pertomatan dimulai dari daratan Amerika Latin, lebih tepatnya di sekitar

Peru, Equator. Dari daerah inilah tanaman tomat mulai menyebar ke seluruh

bagian daerah tropis Amerika. Tidak lama kemudian orang Meksiko mulai

membudidayakan tanaman ini. Tanaman tomat mulai masuk ke Eropa pada awal

abad ke-16, sedangkan penyebarannya ke benua Asia dimulai dari Filipina

melewati jalur Amerika Selatan. Sekitar tahun 1650 tanaman ini sudah mucul di

Malaysia. Di benua Afrika penyebaran buah tomat dilakukan oleh para pedagang

Portugis yang mendarat di Mesir atau Sudan kemudian dari sana menyebar ke

Afrika Barat.

Walaupun nenek moyang buah tomat berasal dari benua Amerika ternyata

tanaman ini terlambat dikenal oleh orang Amerika Serikat. Mereka baru mengenal

tanaman ini sekitar abad ke-18 sebab ketika tanaman ini mulai masuk Amerika

Serikat mendapat sambutan yang kurang hangat. Konon kabarnya, orang Amerika

Serikat menganggap tomat sebagai cendawa n beracun sehingga mereka acuh tak

acuh terhadap tanaman ini, bahkan takut untuk memakannya. Ketakutan ini

berakhir ketika tahun 1820 Robert Gibon Johnson dari kota Salem, New Hersey

nekat mempertontonkan “adegan bunuh diri” di hadapan orang-orang Salem.

Disaksikan oleh dua orang dokter spesialis perut, Robert melahap buah tomat satu

persatu. Dengan rasa cemas orang Salem menyaksikan Robert masih segar bugar

setelah memakan beberapa buah tomat. Sejak itu orang mulai percaya bahwa

tomat bukan tanaman beracun. Bahkan mulai menyebar secara luas dan banyak

(27)

Tanaman ini di Indonesia mulai tampak menyebar di mana- mana dalam

tahun-tahun terakhir penjajahan Belanda. Di beberapa daerah dan negara

diberikan nama tersendiri baginya, dan hingga sekarang masih berlaku, namun

sebutan “tomat” sudah merupakan umum di seluruh nusantara

(Rismunandar.,1995).

2.3.3 Klasifikasi dan Kandungan Zat Gizi

Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : solanaceae (Suku terung-terungan)

Genus : Solanum

Spesies : Solanum lycopersicum I

(Fitriani, E. 2012).

Komposisi zat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Buah Tomat

Zat Gizi Kandungan Gizi

(28)

Karbohidrat 4,2 g

2.3.4 Fungsi dan Khasiat Tomat

Tomat selain sebagai buah dan campuran pada masakan, juga berkhasiat untuk

mencegah berbagai macam penyakit seperti jantung, stroke, sembelit, dan

lain-lain. Beberapa manfaat buah tomat bagi kesehatan :

a. Mencegah Gusi Berdarah

b. Melawan Stroke dan Sakit jantung

c. Mencegah Gangguan Pencernaan

d. Memulihkan Fungsi Hati

e. Kulit Terbakar Sinar Matahari

f. Wasir

g. Tekanan Darah Tinggi, Mata Merah

h. Memar Akibat Terbentur

i. Radang Usus Buntu, Sakit Kuning

(29)

k. Demam

l. Radang Gusi, Gusi Berdarah

m. Sariawan, Ulkus di Rongga Mulut

n. Ulkus Lambung

o. Meningkatkan Nafsu Makan

p. Lemas Karena Kadar Glukosa Darah Rendah

2.4 Kromatografi Gas

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama

kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan

dan deteksi senyawa organik yang mudah menguap dan

senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang

signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan

batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat

melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat.

KG merupakan gas sebagai gas pembawa/ fase geraknya. Ada 2 jenis

kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya

berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut

dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya

berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.

Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan

sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,

dan deteksi tiap komponen dengan detektor.

(30)

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak)

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan

awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa

tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif;

murni/ kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan

dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen,

dan abu-abu untuk nitrogen)

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat efesien.

Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam

yang dilengkapi dengan septum karena pada satu ujung untuk

mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena helium (gas

pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang

diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 µL) akan segera diuapkan untuk

selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini

tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan

akurat. Septum karet, setelah d ilakukan pemasukan sampel secara berulang,

dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk

mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga tersedia di pasaran.

Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu :

a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan

akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk

(31)

b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan

diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan

pemecahan

c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua

sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom

karena katup pemecah ditutup; dan

d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung

semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom.

Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunaan untuk

senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau penyuntikkannya melalui

lubang suntik, dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena

suhu yang tinggi atau terjadi pirolisis.

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya

terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada

KG.

Ada tiga jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing column) dan

kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif (preparative

column).

Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari

tembaga dan alumunium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan

diameter dalam 104 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom

(32)

sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang

kompleks.

Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar,

atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah

metil polisiloksan (Hp-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil

5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar

adalah seperti fenil 50%- metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19),

sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M;

DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-20M).

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor.

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat

keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.

Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi

mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya

menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna

untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen

yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.

Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial,

dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier

dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram

yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG

disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu

(33)

sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data

kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan

tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks

misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.

5. Komputer

Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern menggunakan

komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software) untuk

digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain:

a. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase

gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara

otomatis.

b. Menampilkan kromatogram dan informasi- informasi lain dengan

menggunakan grafik berwarna.

c. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan

statistik.

d. Menyimpan data parameter anaisis untuk analisis senyawa tertentu.

Kromatografi gas telah digunakan untuk menganalisis bahan-bahan yang

terkait dengan bidang farmasi seperti palarut, pengawet, dan bahan obat,

mengamati stabilitas suatu obat, dan untuk analisis se nyawa obat dalam cairan

bilogis (Rohman, A., 2009).

(34)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanaman tomat termasuk keluarga besar “solanaceae”. Keluarga ini terdiri tidak

kurang dari 2.200 spesies, yang secara alamiah diciptakan untuk membantu

kelangsungan dan kebahagiaan hidup manusia (Rismunandar.,1995). Kelezatan

cita rasa masakan seolah-olah kurang sempurna tanpa kehadiran tomat, baik

berupa buah segar atau berupa saos. Demikian juga tomat sebagai minuman, juice

tomat, semakin digemari orang. Bahkan, tanpa susah payah pun sebenarnya tomat

sudah bisa dinikmati dengan lezat sebab tomat enak dimakan segar. Bentuk

buahnya yang bulat dengan warna merah merekah serta rasanya yang

manis-manis asam merupakan daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki oleh buah yang

lainnya (Trisnawati.,1997).

Tomat adalah buah yang banyak mengandung vitamin A dan C.

Kandungan vitamin A nya mencapai 1600 IU yang dapat mencegah penyakit

mata. Sedangkan kandungan vitamin C pada tomat dapat mencapai 35 mg. Pada

tomat yang besarnya sedang, sedikitnya terkandung 30 kalori didalamnya. Sangat

baik untuk mmelihara kesehatan gusi dan mempercepat kesembuhan luka. Tomat

menjadi buah atau sayuran yang paling pas disajikan dalam bentuk lalapan

(35)

Pada awal program intensifikasi ini, yaitu tahun 1970 sampai 1980, untuk

mengatasi masalah hama digunakan berbagai jenis dan formulasi pestisida dengan

aneka bahan aktifnya. Pada saat itu, insektisida diprogramkan untuk memberantas

bukannya mengendalikan. Bahkan juga untuk mencegah agar hama tidak timbul.

Kegiatan pemberantas ini sudah terjadwal rapi, misalnya setiap minggu sekali.

Tanpa memperhatikan ada tidaknya serangan dan ekosistem (Wudianto, R.,1997).

Untuk menghindari dampak negatif akibat penggunaan pestisida dan

sekaligus meningkatkan efektivitas penggunaanya, pemerintah melalui sistem

peraturan dan perundang- undangan telah mengatur peredaran, penyimpanan dan

penggunaan pestisida di seluruh wilayah Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 7

Tahun 1993). Sebelum diedarkan dan sampai ke tangan petani, pestisida harus

terlebih dahulu dievaluasi oleh Komisi Pestisida (Hasibuan, R.,2015).

Analisis residu pestisida memerlukan peralatan laboratorium yang

memadai dan tenaga ahli dan teknisi yang kompeten di bidang analisis residu.

Permasalahan lain adalah bahwa BMR untuk berbagai jenis pestisida dan produk

pertanian tertentu secara internasional ditetapkan oleh JMPR (Joint FAO/WHO

Meeting on Pesticide Residues) yang mengadakan rapat sekali setiap tahun di Den

Haag Belanda. Banyak data yang diperlukan untuk menetapkan BMRP termasuk

hasil pemeriksaan tingkat residu pada percobaan lapangan terawasi berdasarkan

pada, GAP (Good Agriculture Practies), perkiraan pemasukan harian residu

pestisida melalui makanan (predicted daily intake of pesticide residues),

(36)

Oleh karena itu untuk mengetahui kadar residu pestisida klorpirifos yang terdapat

didalam buah tomat menggunakan alat kromatografi gas penulis mengangkat

masalah ini dalam pembahasan tugas akhir dengan judul “Penentuan Kadar

Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang

Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan

Alat Kromatografi Gas”.

1.2 Permasalahan

Pada tanaman pertanian terutama buah tomat biasanya memiliki kandungan

pestisida berbahan aktif klorpirifos yang tinggi. Kandungan residu pestisida pada

buah tomat dapat mempengaruhi mutu dan kualitas buah tomat. Oleh karena itu,

maka sering timbul permasalahan, apakah kandungan residu pestisida klorpirifos

pada buah tomat sudah memenuhi batas maksimun residu Departemen Pertanian.

1.3 Tujuan

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kandungan residu pestisida

klorpirifos yang terkandung didalam buah tomat sebelum dan setelah dicuci

dengan menggunakan alat kromatografi gas.

1.4 Manfaat

Dengan diketahuinya hasil dari kandungan residu pestisida klorpirifos pada buah

tomat sebelum dan sesudah dicuci menggunakan alat kromatografi gas maka akan

lebih mempermudah masyarakat untuk mengetahui baik atau tidaknya kualitas

buah tomat yang dikonsumsi.

(37)

Abstrak

Tanaman tomat termasuk keluarga besar “solanaceae”. Keluarga ini terdiri tidak kurang dari 2.200 spesies, yang secara alamiah diciptakan untuk membantu kelangsungan dan kebahagiaan

hidup manusia (Rismunandar.,1995). Kelezatan cita rasa masakan seolah -olah kurang sempurna tanpa kehadiran tomat, baik berupa buah segar atau berupa saos. Demikian juga tomat sebagai minuman, juice tomat, semakin digemari orang. Bahkan, tanpa susah payah pun sebenarnya tomat sudah bisa dinikmati dengan lezat sebab tomat enak dimakan segar. Bentuk buahnya

yang bulat dengan warna merah merekah serta rasanya yang manis-manis asam merupakan

(38)

PENENTUAN KADAR RESIDU PESTISIDA PADA BUAH

TOMAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS YANG

BEREDAR DI PASAR PAGI DAN PASAR SORE

PADANG BULAN MEDAN MENGGUNAKAN

ALAT KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR

MIFTAHUR RAHMI 132401047

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(39)

PENENTUAN KADAR RESIDU PESTISIDA PADA BUAH

TOMAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS YANG

BEREDAR DI PASAR PAGI DAN PASAR SORE

PADANG BULAN MEDAN MENGGUNAKAN

ALAT KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

MIFTAHUR RAHMI 132401047

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang

Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan Alat Kromatografi Gas

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(41)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR RESIDU PESTISIDA PADA BUAH

TOMAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS YANG

BEREDAR DI PASAR PAGI DAN PASAR SORE

PADANG BULAN MEDAN MENGGUNAKAN

ALAT KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

(42)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia - Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul “Penentuan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Tomat Dengan Bahan Aktif Klorpirifos Yang Beredar Di Pasar Pagi Dan Pasar Sore Padang Bulan Medan Menggunakan Alat Kromatografi Gas “

Tugas akhir ini merupakan hasil kerja praktik di Laboratotium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara UPT. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultural. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan akademi mahasiswa/i untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma 3 untuk program studi Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada kedua orang tua saya Ayah Ardi dan Ibu Jasmani atas segala doa, dukungan baik moral ataupun materi. Serta saudara saya kakak Ainil Fitri dan Annisa Olivia dan Adik Farhan Furqan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc. M.phil selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini, ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia, ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku ketua program studi D-3 Kimia, Dekan dan Pembantu Dekan, seluruh staff dan pegawai serta seluruh dosen kimia FMIPA USU. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dwi Ajeng, Masyitah, Farah Dina, Dinda widya, Citra Maulidya, Elvi Hotida dan Ardiansyah Putra serta seluruh teman seperjuangan D-3 kimia yang telah membantu dan memberi semangat bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang b ersifat membangun, agar dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan perbaikan atas kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini.

Medan, juli 2016

Penulis

(43)

PENENTUAN KADAR RESIDU PESTISIDA PADA BUAH

TOMAT DENGAN BAHAN AKTIF KLORPIRIFOS YANG

BEREDAR DI PASAR PAGI DAN PASAR SORE

PADANG BULAN MEDAN MENGGUNAKAN

ALAT KROMATOGRAFI GAS

ABSTRAK

Klorpirifos merupakan salah satu jenis insektisida organofosfat yang mengandung unsur fosfat dan berspektrum luas. Insektisida ini dikenal sebagai insektisida beracun bagi mamalia. Setiap organofosfat memiliki batas maksimum residu pada masing- masing tanaman. Penentuan kadar residu pestisida pada buah tomat dengan bahan aktif klorpirifos telah dilakukan menggunakan alat kromatografi gas. Kromatografi gas dilengkapi dengan detektor penangkap elektron, dan kolom Rtx-1 MS. Dari hasil yang diperoleh kadar residu pestisida pada buah tomat dari pasar pagi tanpa perlakuan 0,303 mg/kg, dan buah tomat yang dicuci dengan air mengalir 0,096 mg/kg, sedangkan buah tomat dari pasar sore tanpa perlakuan 0,302mg/kg, dan buah tomat yang dicuci dengan air mengalir 0,084 mg/kg, hal ini menunjukkan bahwa kadar residu pestisida pada buah tomat tidak melampaui batas maksimum residu pestisida yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional SNI 7313: 2008 tentang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian tanaman buah tomat yaitu 0,5 mg/kg.

(44)

DETERMINATION OF RESIDUAL LEVELS OF PEPTICIDE ON TOMATO FRUIT WITH THE ACTIVE MATERIAL OF

CHLORPYRIFOS SPREADING OUT IN PASAR PAGI ANDPASAR SORE PADANG BULAN MEDAN BY USING GAS CHROMATOGRAPHY EQUIPMENT

ABSTRACT

Chlorpyrifos is one type of organophosphate insecticides containing phosphate, and broad spectrum . The insecticide is known as insecticides toxic to mammals . Each organophosphates have maximum residue limits on each plant. Determination of pesticide residues in tomatoes with the active ingredient chlorpyrifos was performed using gas chromatography . Gas chromatography equipped with electron catcher detector , and column RTX - 1 MS . From the results obtained residue levels of pesticides in tomatoes from the morning market without treatment 0.303 mg / kg , and tomatoes are washed with running water 0.096 mg / kg , while the tomatoes from the market late without treatment 0.302 mg / kg , and tomatoes washed with running water 0,084 mg / kg , it shows that the levels of pesticide residues in tomatoes does not exceed the maximum residue limits of pesticides that have been identified by the National Standardization ISO 7313 : 2008 on maximum residue limits of pesticides on agricultural crops of tomatoes is 0 , 5 mg / kg .

Keywords : Pesticides , Fruit Tomato , chlorpyrifos , gas chromatography ,

Maximum residue limits .

(45)
(46)

3.3.2.2 Dicuci Dengan Air Mengalir 23

3.3.3 Penginjekan Ke Alat Kromatografi Gas 24

BAB 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Data Percobaan 25

4.2 Perhitungan 22

4.2.1 Pada Bahan Aktif Klorpirifos 25

4.2.2 Pada Sampel 27

4.2.2.1 Buah Tomat dari Pasar Pagi 28

4.2.2.1.1 Tanpa Pencucian 28

4.2.2.1.2 Dicuci Dengan Air Mengalir 29

4.2.2.2 Buah Tomat dari Pasar Sore 29

4.2.2.2.1 Tanpa Pencucian 29

4.2.2.2.2 Dicuci Dengan Air Mengalir 30

4.3 Pembahasan 31

BAB 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 32

5.2 Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN

(47)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

2.1 Pengelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasarannya 5 2.2 komposisi Zat Gizi Buah Tomat 14 4.1 Hasil Analisa Kadar Residu Pestisida Klorpirifos 25

Pada Buah Tomat

(48)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar

2.1 Rumus Umum Insektisida Organofosfat 11 2.2 Rumus Umum Klorpirifos 11

Gambar

Tabel 4.1 Hasil analisa kadar residu pestisida klorpirifos pada buah tomat
Tabel 2.1: Penggelompokan Pestisida Menurut Jenis OPT Sasaranya
gambar 2.2 berikut ini.

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA *) menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Ardilah Dwiagus Safitri, mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas

Mariko stood up. It was time to integrate the new material. Busy, busy, busy, she thought. There had been a number of teething troubles in the last batch. One of the new

The effect of ethanolic extract of black and white rice bran ( Oryza sativa l.) on cancer cells. High performance liquid chromatographic determination of anthocyanin pigments in

[r]

Masalah yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kehidupan dan kontribusi anak bekerja terhadap sosial ekonomi keluarga (studi kasus anak logam di

movie maker maka peneliti telah melakukan revisi produk media pembelajaran movie maker sesuai kritik dan saran dari para ahli dan siswa, yaitu menambah gambar

memperlihatkan bahwa patahan dalam batuan yang basah air tergantung pada tekanan kapiler dari medium dalam jalur patahan tersebut. Besar kecilnya tekanan yang disebabkan

Apakah menurut saudara dengan adanya jaminan kecelakaan kerja akan.. menambah ketenangan anda