• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN PRINSIP

PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN

KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA

MUTMAINNA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Mutmainna

(4)

ii

ABSTRAK

MUTMAINNA. Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina. Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan sebuah keharusan bagi perusahaan sebagai wujud kepedulian terhadap kehidupan sosial dan lingkungan disamping mengejar keuntungan ekonomi. Salah satu bentuk pelaksanaan CSR adalah program pemberdayaan ekonomi lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina. Tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat diukur dari indikator kesesuaian program dengan kebutuhan peserta, pendampingan program, dan partisipasi peserta dalam program pemberdayaan ekonomi lokal. Ketercapaian indikator penerapan prinsip pengembangan masyarakat diharapkan berhubungan dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina yang diukur dari tingkat partisipasi peserta dalam kelompok usaha bersama (KUB), tingkat pendapatan individu peserta programper tahun, dan tingkat keragaman nafkah peserta program. Penelitian yang dilaksanakan di desa Balongan dan Desa Majakerta, Indramayu ini menggunakan metode survei dengan 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan (1) tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat berada pada tingkat sedang; (2) tingkat partisipasi peserta dalam program KUB berada pada tingkat non-partisipasi (rendah); tingkat pendapatan peserta berada pada tingkat pendapatan rendah dan sedang; tingkat keragaman nafkah berada pada tingkat tinggi; (3) tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat berhubungan positif dengan tingkat partisipasi peserta dalam KUB; tidak berhubungan positif dengan tingkat pendapatan per tahun individu peserta program; tidak berhubungan positif dengan tingkat keragaman nafkah peserta program.

(5)

iii ABSTRACT

MUTMAINNA. Relationship Between The Principles Implementation Level of Community Development with The Success of CSR Programs PT Pertamina. Under the guidance of TITIK SUMARTI.

The Implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) is a must for the company as an expression of concern for the social life and environment in addition to pursuit of economic profit. One form of implementation of CSR is the empowerment of local economy. This study aims to analyze the relationship between the principles implementation level of community development with the success of CSR program PT Pertamina. The principles implementation level of community development measured indicators of the program suitability to the participants needs, mentoring programs and participation in local economic development programs. Attainment the principles implementation level of community development indicators are expected relate to the success of CSR programs PT Pertamina that measured from the participation level in KUB, the individual income level in one year, and diversity of income levels program participants. This research conducted in Balongan and Majakerta village, Indramayu using survey methods with 60 respondents. Results showed (1) the principles implementation level of community development is at a medium level; (2) the participation level in KUB is at the level of non-participation (low); the individual income level is at the low and medium income level; diversity of income levels are at a high level; (3) the principles implementation level of community development is positively related to the participation level in KUB; not positively related to the individual income level; not positively related to the diversity of income levels program participants.

(6)
(7)

iv

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN PRINSIP

PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN

KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA

MUTMAINNA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

v Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina Nama : Mutmainna

NIM : I34100063

Disetujui oleh

Dr. Ir Titik Sumarti MC, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen

(10)
(11)

vii

PRAKATA

Untaian rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan

Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina” dapat

diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Shalawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Etta dan Mama tercinta (Ir.H. Suwardi Tahe dan Hj. Nurasiah, S.PdI), adik-adikku (Rahmadani, Nurul Muflihah, dan Rifkatul Amanah), Ta Tenry dan seluruh keluarga. Sumber motivasi utama yang telah mendukung segala pilihan penulis, memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril maupun materiil, pengertian dan kesabaran yang sangat berlimpah sampai saat ini. 2. Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS. selaku dosen pembimbing yang telah banyak

mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan, arahan, saran serta kritik yang membangun dan sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

3. St. Khadijah Hardiyanti, Pratiwi Hamzah, Andi Nurzamzam Arman, Anis Fauziyyah, Nur Mujahidah Syam, Fitriah Idris, Nydia Ainur S dan Nurul Fajriah teman, sahabat, dan saudara yang telah memberikan dukungan dan berbagi rasa selama hidup seatap di Wisma Cendana 53.

4. Dinasti Tri Ranti, Hermin Rahayu Pertiwi, Meziriati Hendri, Teman sebimbingan (Gebyar Trisula, Chyntia Wijaya, Mona De Anesya), Saefihim, Deslaknyo, seluruh keluarga SKPM 47, teman seperjuangan yang senantiasa mendukung dalam proses pembelajaran, memberi semangat dan motivasi bagi penulis.

5. Tim pendamping CSR PT Pertamina, Mas Rois, Mas Aris, Kak Irma, Kak Wulan, Mas Maul, Kal Alvi, Mas Puguh yang telah membantu dalam proses penelitian di Indramayu.

6. Keluarga IKAMI SUL-SEL-BAR (Amri Maulana, Nardi, Ceceng, Vivi, Ika, Yunus, dll) teman satu rantau layaknya keluarga bagi penulis.

7. Keluarga besar HIMASIERA dan Sanggar Juara yang telah memberikan kesempatan dan pengalaman berharga dalam aksi-aksi pemberdayaan masyarakat. Serta praktikan Dasar-Dasar Komunikasi yang memberikan banyak pembelajaran dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

8. Semua pihak yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, dan kerjasama selama ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang “Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina”

Bogor, Juli 2014

(12)
(13)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Definisi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) 5 Isu dan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) 6

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat 9

Konsep Partisipasi 10

Konsep Keberhasilan Program 11

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis 14

Definisi Operasional 15

PENDEKATAN LAPANGAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Metode Penelitian 17

Teknik Penentuan Informan dan Responden 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

PROFIL DESA 21

Kondisi Geografis 21

Karakteristik Penduduk 22

Kondisi Ekonomi 22

Struktur Sosial Masyarakat 24

Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina 25

Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal 26

Karakteristik Peserta Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal 30

Ikhtisar 31

TINGKAT PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT

DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 33

Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Peserta 33

Pendampingan program 34

Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal 34 Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dalam Upaya

(14)

x

Ikhtisar 39

KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA 41

Tingkat Partisipasi Peserta dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) 41

Tingkat Pendapatan 42

Tingkat Keragaman Nafkah 43

Ikhtisar 43

TINGKAT PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT

PERTAMINA 45

Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan Tingkat Partisipasi Peserta dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) 45 Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan

Tingkat Pendapatan Peserta Program 46

Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan

Tingkat Keragaman Nafkah Peserta Program 48

Ikhtisar 49

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 55

(15)

xi

DAFTAR TABEL

1 Tingkat partisipasi masyarakat menurut tangga partisipasi Arnstein 11 2 Definisi operasional tingkat penerapan prinsip pengembangan

masyarakat 15

3 Definisi operasional tingkat partisipasi. 16

4 Jumlah dan persentase jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin 23 5 Tahapan pencapaian target program pemberdayaan ekonomi lokal 26 6 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat kesesuaian

program dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina

pada tahun 2014 33

7 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendampingan program dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina

pada tahun 2014 34

8 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya pada tahap perencanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT

Pertamina pada tahun 2014 35

9 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya pada tahap pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT

Pertamina pada tahun 2014 36

10 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya pada tahap evaluasi program pemberdayaan ekonomi lokal PT

Pertamina pada tahun 2014 36

11 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina pada tahun

2014 37

12 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program pemberdayaan

ekonomi lokal PT Pertamina pada tahun 2014 38

13 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya dalam Kelompok usaha bersama pada tahun 2014 41 14 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendapatan dari

pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina pada

tahun 2014 42

15 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat keragaman nafkah setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal PT

Pertamina pada tahun 2014 43

16 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan ekonomi lokal dan tingkat partisipasi peserta dalam Kelompok usaha

bersama pada tahun 2014 46

17 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan ekonomi lokal dan tingkat pendapatan peserta program CSR pada tahun

(16)

xii

18 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan ekonomi lokal dan tingkat keragaman nafkah peserta program CSR

pada tahun 2014 48

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina 14 2 Luas penggunaan lahan Desa Balongan pada tahun 2013 21 3 Luas penggunaan lahan Desa Majakerta pada tahun 2013 22 4 Sosialisasi program perikanan tangkap kepada nelayan Desa Majakerta. 27 5 Proses pemanenan hasil program budidaya lele. 28

6 Proses monitoring program peternakan. 29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi penelitian 55

2 Alur waktu penelitian 56

3 Kerangka sampling dan sampel penelitian 57

4 Hasil pengolahan data 61

5 Dokumentasi 62

6 Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat agar tercapainya

keberhasilan suatu program 63

(17)

1

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan pentingnya penelitian tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dan hubungannya dengan keberhasilan CSR PT Pertamina dalam program pemberdayaan ekonomi lokal di Desa Balongan dan Desa Majakerta, Indramayu. Pada bagian masalah penelitian diuraikan permasalahan yang akan dianalisis oleh penulis yakni sejauhmana tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program pemberdayaan ekonomi lokal, sejauhmana tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina, dan bagaimana hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina. Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak terkait.

Latar Belakang

Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Balongan dan Desa Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu adalah masyarakat yang termasuk dalam Ring 1 wilayah operasi kilang minyak PT Pertamina Balongan. Dari pemaparan pendamping lapang CSR PT Pertamina di kedua desa tersebut, diperoleh informasi bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya belum mencapai kesejahteraan. Masyarakat disekitar perusahaan masih banyak yang berada pada kondisi miskin karena tidak memadainya lapangan pekerjaan, tingkat pendapatan yang masih rendah, kapasitas SDM yang lemah, kurangnya pendidikan, dan tidak adanya akses yang diberikan untuk mengelola sumber daya yang ada. Pada tahun 2010 terjadi konflik antara masyarakat dan perusahaan yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi PT Pertamina. Permasalahan tersebut dilandasi ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan yang tidak memedulikan kondisi sosial ekonomi mereka. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja menjadi penyebab utama ketidakpuasan masyarakat.

(18)

2

pemberdayaan ekonomi lokal tersebut sangat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sehingga terbangun sinergi yang baik, khususnya dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Pelaksanaan program CSR sudah semestinya dilakukan oleh PT Pertamina yang merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba perseroan dengan pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang direncanakan dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (EC1) (PT Pertamina 2011). Oleh karena itu, PT Pertamina telah menerapkan beberapa program CSR bagi masyarakat desa binaan sekitar perusahaan mereka. Salah satu program yang telah dilaksanakan PT Pertamina yakni program bina desa mandiri yang salah satunya berfokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal.

Beberapa perusahaan besar yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya dengan baik, namun beberapa perusahaan lainnya ada juga yang belum mampu mengefektifkan pelaksanaan kegiatan CSR sehingga tercapai taraf keberhasilan. Hal ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak menerapkan konsep-konsep pengembangan masyarakat misalnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak ada pendampingan dan tidak dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut menyukseskan program-program CSR tersebut. Faktor tersebut pada akhirnya menyebabkan pelaksanaan kegiatan CSR tidak mampu berkembang secara efektif untuk mencapai tujuannya, yakni memberdayakan masyarakat dan lingkungannya agar kesejahteraan itu tercapai (Rahmawati 2010).

(19)

3 Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijelaskan melalui berbagai bentuk aktivitas perusahaan seperti program pembangunan atau pengembangan komunitas, pelayanan komunitas, dan pemberdayaan komunitas. Beberapa perusahaan besar telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya dengan baik melalui berbagai macam program. Seringkali program CSR yang dilakukan hanya berlandaskan prinsip partisipasi seluruh stakeholder demi tercapainya keberhasilan program. Padahal keberhasilan suatu program dapat tercapai secara efektif bila dalam pelaksanaannya menerapkan beberapa prinsip pengembangan masyarakat yang dapat dilihat dari sejauhmana program tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menggunakan kealihan dari luar yang diperlukan (pendampingan). Tidak hanya itu program juga harus bersifat partisipatif. Ketika suatu program CSR dapat dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat dan terjadi partisipasi aktif dalam pelaksanaannya maka program tersebut diharapkan mencapai keberhasilan sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengankeberhasilan program CSR PT Pertamina.

Rumusan Masalah

Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi unsur penting bagi perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnisnya dan merupakan wujud tanggungjawab sosial perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya atas dampak operasional yang telah dilakukan. Industri yang sangat menggantungkan kegiatan operasionalnya kepada sumber daya alam ini telah memiliki kesadaran akan dampak operasionalnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal tersebut terbukti dengan kerja keras PT Pertamina dalam melaksanakan berbagai program CSR dengan baik yang bertujuan untuk memberikan manfaat terhadap masyarakat di berbagai desa binaannya khususnya di Desa Balongan dan Desa Majakerta. PT Pertamina telah berupaya melaksanakan program CSR-nya berlandaskan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Namun belum diketahui sejauhmana tingkat penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dilakukan PT Pertamina pada program pemberdayaan ekonomi lokal. Oleh karena itu, pertanyaan yang akan dikaji lebih lanjut adalah sejauhmana tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program pemberdayaan ekonomi lokal.

(20)

4

PT Pertamina berusaha menjaga keberlanjutan perusahaannya dengan jalan melaksanakan tanggung jawabnya untuk memberikan manfaat kepada seluruh

stakeholder terkait. Hal tersebut khususnya ditujukan pada masyarakat desa binaannya melalui berbagai program CSR misalnya program pelatihan dan bantuan modal usaha untuk beternak, budidaya, pengolahan sumber daya alam, dll. Khusunya di Desa Balongan dan Desa Majakerta, program yang dijalankan yakni budidaya lele, perikanan tangkap dan peternakan. Program tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat sehingga dapat tercapai keberhasilan program CSR. Namun belum diketahui apakah ada hubungan antara tingkat penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR. Oleh karena itu, sangat penting mengkaji bagaimana hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengankeberhasilan program CSR PT Pertamina.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis “Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina” dan secara khusus bertujuan untuk:

1. Menganalisis tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program pemberdayaan ekonomi lokal.

2. Menganalisis keberhasilan program CSR PT Pertamina, dilihat dari: tingkat partisipasi peserta dalam KUB, tingkat pendapatan peserta program dalam setahun dan tingkat keragaman nafkah peserta program.

3. Menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk civitas akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai CSR.

2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas.

3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai tingkat pendidikan masyarakat akibat dampak program CSR yang telah dilaksanakan.

(21)

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka berisi berbagai konsep dan teori yakni definisi dan tujuan CSR, isu dan implementasi CSR, prinsip-prinsip pengembangan masyarakat, konsep partisipasi, konsep keberhasilan program yang terdiri atas konsep pendapatan dan konsep keragaman nafkah. Selanjutnya pada bagian kerangka pemikiran diuraikan mengenai alur logika pemikiran dan hubungan antara konsep tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan konsep keberhasilan program CSR PT Pertamina. Kemudian dipaparkan hipotesis yang menghubungkan antara variabel tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam KUB; dengan tingkat pendapatan individu peserta program dalam setahun; dengan tingkat keragaman nafkah peserta program. Pada bagian definisi operasional dijelaskan mengenai batasan secara spesifik setiap variabel yang digunakan yakni tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat, tingkat partisipasi, tingkat pendapatan dan tingkat keragaman nafkah peserta program.

Tinjauan Pustaka

Definisi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)

Dalam lingkungan masyarakat, dunia usaha merupakan bagian dari komunitas yang memiliki tanggung jawas sosial terhadap seluruh pihak disekitarnya. The World Business Council for Sustainable Development

mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Khusnul (2009) yang juga mendefenisikan CSR sebagai komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan pada tiga aspek yang sangat penting. Dengan perkataan lain,

Corporate Social Responsibility (CSR) bertujuan untuk mencapai keseimbangan

(22)

6

lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena itu CSR adalah nilai moral yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan sesuai dengan hati yang tulus oleh setiap perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan

stakeholder perusahaan.

Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat disekitarnya melalui berbagai program pemberdayaan yang bertujuan meningkatkan kemampuan manusia sebagai individu agar tercapai keseimbangan antara keuntungan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Berbagai program CSR yang dilakukan khususnya pada bidang sosial kemasyarakatan diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat sehingga memberikan manfaat kepada seluruh pihak khususnya masyarakat sendiri dalam meningkatkan taraf hidup mereka menjadi lebih sejahtera.

Isu dan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

Setiap perusahaan tentunya menginginkan tercapainya kondisi keberlangsungan bagi usaha yang dijalankan. Hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Anatan (2010), CSR menjadi isu penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia usaha saat ini. Pada kenyataannya, kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa peran dunia usaha selama ini hanya sebatas pemberian dukungan dana secara sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy) kepada masyarakat sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang memberikan manfaat yang berarti. Hal tersebut cenderung memunculkan rasa kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan rendahnya peran dunia usaha dalam kehidupan sosial. Tidak hanya itu, terdapat kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR hanya di mata konsumen mereka untuk meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan dukungan pemerintah selaku pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Peran pemerintah dalam hubungan dengan perusahaan diperlukan bukan sebagai pihak pengatur atau pengendali tetapi lebih berperan sebagai mitra. Peran pemerintah diperlukan bukan hanya untuk membuat kebijakan, melainkan juga memfasilitasi dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.

Semakin besarnya tekanan dari berbagai pihak agar perusahaan melaksanakan CSR tidak hanya sebatas pemberian dukungan dana secara sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy) akhirnya mampu membuat dunia usaha lebih bijak dalam melaksanakan CSR. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ambadar (2008) yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan CSR telah terjadi pergeseran paradigma pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang meliputi corporate charity, corporate philantrophy, dan

(23)

7 Pengimplementasian berbagai program CSR tentunya dilatar belakangi oleh banyak hal. Menurut Ambadar (2008), beberapa motivasi dan manfaat yang diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan yakni perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan, kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah, perusahaan mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, dan perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar. Semua motivasi tersebut tentunya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan namun disisi lain juga memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.

Masyarakat merupakan pihak yang akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan suatu perusahaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa ketika perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya tidak hanya dibidang ekonomi dan lingkungan yakni khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat maka hal tersebut akan menjamin keberlangsungan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Keberlangsungan perusahaan dapat terjadi karena kebutuhan masyarakat turut menjadi perhatian khusus oleh perusahaan yang diharapkan dapat berujung pada kesejahteraan sehingga tidak menimbulkan aksi-aksi negatif yang dapat merugikan perusahaan. Harapannya masyarakat dapat memberikan respon positif serta mendukung keberlanjutan perusahaan karena kedua pihak sama-sama mendapatkan manfaat dari keberadaan satu sama lain.

Hal ini sejalan dengan landasan teoritik dari Elkington (Anatan, 2010) bahwa CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan

planet (3P). Profit, sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan berkembang. People, untuk menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga dalam organisasi maupun negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau

people adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, pemberian bantuan modal usaha mikro. Planet, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bisa dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan. Ketiga faktor ini saling berkaitan erat satu sama lain dan bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan adanya konflik kepentingan antar berbagai pihak yang dapat mempengaruhi program CSR.

(24)

8

menyadari dan tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi, dan budaya terhadap orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia di sekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan jika perusahaan menyandang nama sebagai industri dengan skala besar. Hal ini semata-mata demi keberlangsungan perusahaan.

Dalam pelaksanaannya, menurut Nugraha et al. (2005), CSR mempunyai lima pilar aktivitas yakni building human capital (secara internal perusahaan dituntut menciptakan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang handal; secara eksternal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat), strengthening economies (perusahaan dituntut untuk tidak kaya sendiri, komunitas di lingkungannya miskin), assesing social cohesion

(perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik), encouraging good governance (dalam menjalankan bisnisnya perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan baik), dan protecting the environment (perusahaan harus berusaha keras menjaga kelestarian lingkungan). Lima pilar aktivitas CSR tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sangat besar kepada lingkungan sekitarnya. Perusahaan diharuskan dapat melakukan aksi-aksi untuk memberdayakan masyarakat disekitar perusahaan, sehingga terjadi proses empowerment. Proses pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan (capacity building) sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga sangat erat kaitannya antara pelaksanaan program CSR oleh perusahaan-perusahaan dan seberapa besar kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Pelaksanaan berbagai program CSR harus melalui tahapan dan sistematika yang baik. Khususnya pada program pemberdayaan masyarakat, selain harus direncanakan dengan sistematis dan baik, strategi yang dirumuskan harus dapat tepat sasaran agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Menurut Khusnul (2009), strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan program CSR demi tercapainya kesejahteraan masyarakat yakni dengan meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia agar mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal, meningkatkan kualitas teknologi dan membantu permodalan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara optimal dan meningkatkan pendapatan penduduk, melakukan penyuluhan dan pembinaan dalam lingkungan penduduk mengenai permasalahan pertanian dan peternakan dan permasalahan sosial kependuduk untuk menghadapi berbagai bahaya yang mengancam, serta melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kelemahan internal seperti penggunaan teknologi dan modal yang rendah dalam rangka meningkatkan resistensi (daya tahan/kekebalan) terhadap berbagai ancaman yang selalu datang. Dapat diartikan bahwa strategi tersebut diupayakan menyentuh hal-hal mendasar yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Peningkatan kualitas potensi sumber daya manusia utamnya menjadi hal mendasar dan penting yang harus dilakukan agar tercapai suatu keberdayaan yang berujung pada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.

(25)

9 Sampoerna1. Program kemitraan ini dilakukan dengan perusahaan kecil dan menengah, koperasi, dan pondok pesantren untuk menjadi mitra produksi perusahaan sejak tahun 1994 dan telah melahirkan sebanyak 25 MPS. MPS dirancang dengan pendekatan saling menguntungkan (win-win approach). Melalui kegiatan kemitraan ini perusahaan memperoleh beberapa manfaat seperti: 1) peningkatan kapasitas produksi secara signifikan tanpa investasi untuk perluasan lahan dan pembangunan pabrik, 2) masalah tenaga kerja menjadi urusan mitra produksi sampoerna, demikian halnya dengan masalah dana pensiun dan hak-hak tenaga kerja lain, 3) biaya pengangkutan lebih murah dibandingkan jika perusahaan harus mengangkut barang jadi ke sentra produksi, 4) dengan model kerjasama kemitraan maka nama Djie Sam Soe dan HM Sampoerna akan tersosialisasi dengan sendirinya di lingkungan kemitraan, 5) tenaga kerja di MPS dapat menjadi panutan sehingga konsumen lain menikmati rokok-rokok produksi PT HM Sampoerna. Manfaat utama yang dirasakan komunitas adalah penyerapan tenaga kerja, transfer teknologi, dan menghidupkan ekonomi pedesaan.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat

Pelaksanaan program CSR yang dilakukan setiap perusahaan memiliki tujuan dan fokus yang berbeda-beda. Secara umum semua pihak khususnya perusahaan mengharapkan tercapainya keberhasilan dari pelaksanaan program CSR. Dalam konsep pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program CSR dapat dinilai dari sejauh mana program tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Ife (1995) menjelaskan bahwa terdapat dua puluh dua prinsip pengembangan masyarakat yakni merupakan pembangunan secara terpadu, mengembangkan proses untuk melawan ketimpangan struktural, memahami dan berkomitmen terhadap hak-hak asasi manusia, berkelanjutan, memiliki tujuan dan strategi pemberdayaan, menghubungkan antara persoalan individu dengan struktural, mengembangkan kepemilikan masyarakat, mengembangkan keswadayaan masyarakat, independensi dari negara, memiliki tujuan jangka menengah dan visi ideal, berdasarkan inisiatif dan potensi pengembangan yang tumbuh dari masyarakat sendiri, berdasarkan pada langkah-langkah pengembangan, adanya pendampingan, memperkuat kesatuan masyarakat, menggunakan pendekatan proses dan hasil, proses yang selaras dengan tujuan, anti kekerasan, bersifat inklusif, berdasarkan konsesus, mengembangkan kerjasama, partisipatif, sesuai kebutuhan bersama. Dari keseluruhan prinsip tersebut, terdapat tiga indikator penting yang harus diterapkan bila diharapkan tercapainya keberhasilan suatu program yaitu kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, pendampingan, dan partisipasi. Kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat maksudnya adalah program pengembangan masyarakat harus mengembangkan proses dan struktur masyarakat yang mampu menyelenggarakan kebutuhan anggota masyarakatnya dengan memperhatikan perspektif ekologi dan keadilan sosial berdasar kesepakatan. Indikator

1

(26)

10

pendampingan berkaitan dengan orang luar dalam pengembangan masyarakat yang mau bekerja dengan menghargai keunikan masyarakat yang ada, memfasilitasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih setara dan proses saling belajar, serta tidak mendorong pilihan pemecahan masalah dari luar melainkan dari masyarakat sendiri.

Konsep Partisipasi

Tingkat keberhasilan sebuah program akan sangat dipengaruhi dari sejauh mana partisipasi suluruh pihak dalam keseluruhan pelaksanaan program dari awal hingga akhir. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Menurut Cohen dan Uphoff seperti dikutip Nasdian (2014), partisipasi dibagi kedalam beberapa tahapan, yaitu (1) tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. (2) Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. (3) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. (4) Tahap menikmati hasil, masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan.

Arnstein (1969) menggambarkan delapan tingkatan yang setiap tingkatannya menggambarkan peningkatan pengaruh masyarakat dalam menentukan produk akhir pembangunan, yaitu dari tingkat terendah hingga tertinggi adalah manipulation (manipulasi), therapy (terapi), information

(informasi), consultation (konsultasi), placation (penentraman), partnership

(27)

11 Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein No Tingkat Partisipasi Hakekat Kesertaan Tingkatan Pembagian

Kekuasaan Sumber : Arnstein (1969)

Menurut Arnstein seperti dikutip Anggraeni (2013), berdasarkan kedelapan tingkat tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) non-partispasi, (2) tokenisme, dan (3) kekuatan warga negara (citizen power). Tangga pertama (manipulation) dan kedua (therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi. Tangga ketiga (informing), keempat (concultation), dan kelima (placation) termasuk ke dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (partnership), ketujuh (delegated power), kedelapan (citizen control) termasuk ke dalam tingkat citizen power

dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran kritis) dan partisipasi juga membantu masyarakat miskin untuk melihat realitas sosial ekonomi yang mengelilingi mereka.

Konsep Keberhasilan Program

(28)

12

ekonomi, politik dan teknologi. Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni (2013), indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh komunitas yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang bersangkutan yang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan serta keragaman nafkah mereka.

Tingkat Pendapatan

Keberhasilan program dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat. Menurut Mubyarto (2000), pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya tergantung dari pekerjaan di bidang jasa atau produksi serta waktu jam kerja yang dicurahkan, tingkat pendapatan per-jam yang diterima serta jenis pekerjaan yang dilakukan. Tingkat pendapatan per-jam yang diterima dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan dan sumber-sumber non tenaga kerja yang dikuasai seperti tanah, modal dan teknologi. Rosika (2011) kembali mengutip penjelasan mengenai pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yakni perhitungan pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan pengeluaran/konsumsi masyarakat. Hal ini didasari oleh paradigma bahwa bila pendapatan mengalami kenaikan maka akan diikuti oleh berbagai kebutuhan yang semakin banyak sehingga menuntut pengeluaran yang tinggi pula. Pada umumnya semakin tinggi pengeluaran maka persentase pengeluaran makanan cenderung semakin kecil atau dengan kata lain meningkatnya pendapatan masyarakat akan menggeser pola konsumsi masyarakat dari lebih banyak mengkonsumsi makanan menjadi lebih banyak mengkonsumsi bukan makanan. Dari kondisi ini dapat juga dilihat bahwa apabila persentase pengeluaran masyarakat untuk makanan telah menurun dari tahun-tahun sebelumnya hal ini dapat menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat telah mengalami peningkatan.

Konsep Keragaman Nafkah

(29)

13 a. Sektor farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas.

b. Sektor off-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun masih dalam lingkup sektor pertanian.

c. Sektor non-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagainya.

Merujuk pada Scoones seperti dikutip Turasih (2011), terdapat tiga klasifikasi strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumahtangga petani, yaitu:

a. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).

b. Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja selain pertanian dan memperoleh pendapatan.

c. Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan.

Kerangka Pemikiran

(30)

14

pemberdayaan ekonomi lokal. Selain itu, keberhasilan program CSR pemberdayaan ekonomi lokal juga diukur dari tingkat pendapatan dan keragaman nafkah peserta program (memberikan masyarakat peluang dalam memperoleh mata pencaharian lainnya). Tingkat partisipasi peserta program dalam KUB diukur dengan melihat sejauhmana keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses pelaksanaan KUB. Berkaitan dengan tingkat pendapatan peserta program diukur dengan pengeluaran selama setahun terakhir yang dikeluarkan selama melakukan usaha/pekerjaan. Selanjutnya untuk tingkat keragaman nafkah peserta program diukur dari seluruh kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh responden dari program CSR.

Keterangan:

berhubungan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina.

Hipotesis

Hipotesa Penelitian

Semakin tinggi tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat maka semakin tinggi keberhasilan program CSR PT Pertamina.

Hipotesa Uji

1. Diduga terdapat hubungan positif antara tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan tingkat partisipasi peserta program dalam KUB.

(31)

15 3. Diduga terdapat hubungan positif antara tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan tingkat keragaman nafkah peserta program.

Definisi Operasional

Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat

Berikut tabel yang menunjukkan tentang defenisi operasional dari tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat.

Tabel 2 Definisi operasional tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat.

Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkatan keikutsertaan/keterlibatan yang dicapai peserta program CSR dalam tangga partisipasi Arnstein (1969), baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria dibawah ini.

(32)

16

Tabel 3 Definisi operasional tingkat partisipasi. Non-partisipasi

Skor dari masing-masing tangga partisipasi adalah 1 dimana terdapat 8 tangga partisipasi dari 3 tahapan partisipasi masyarakat. Skor keseluruhan tangga partisipasi adalah 8x3=24. Jawaban “Ya” diberi skor 2 dan “Tidak” diberi skor 1. Skor minimum untuk tingkat partisipasi masyarakat adalah 24x1=24 dan skor maksimumnya adalah 24x2=48. Setelah skor minimum dan maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (48-24)/3=8. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi masyarakat adalah:

1. Rendah, apabila skor total 24-32 2. Sedang, apabila skor total 32,1-40 3. Tinggi, apabila skor total 40,1-48

Tingkat Pendapatan Individu Per Tahun

Tingkat pendapatan individu diukur berdasarkan pengeluaran responden dalam kurun waktu satu tahun. Pengeluaran responden tersebut mencakup kebutuhan responden dalam berusaha pada program CSR yang diikuti. Secara keseluruhan tingkat pendapatan individu dalam satu tahun tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kategori yakni :

1. Rendah : jika pendapatan ≤ x – ½ sd

2. Sedang : jika pendapatan x –½ sd ≤ x ≤ x + ½ sd 3. Tinggi : jika pendapatan ≥ x + ½ sd

Tingkat Keragaman Nafkah

Penerapan strategi nafkah adalah seluruh kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh responden dari program CSR. Diukur menggunakan skala ordinal, dibedakan menjadi tiga kategori, yakni :

1. Rendah : jika jenis nafkah responden lebih banyak dari sektor industri. 2. Sedang : jika jenis nafkah responden lebih banyak dari sektor dagang serta jasa

(33)

17

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Pertamina RU VI Balongan khususnya di Desa Balongan dan Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Wilayah ini termasuk dalam wilayah Ring 1 operasi tambang minyak PT Pertamina RU VI Balongan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Berdasarkan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan tambang PT Pertamina RU VI yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan minyak dan gas bumi pada kenyataannya tidak terlepas dari beberapa permasalahan (konflik) yang terkait dengan masyarakat disekitarnya. Hadirnya program CSR pemberdayaan ekonomi lokal yang berfokus pada program budidaya lele, perikanan tangkat dan peternakan bagi masyarakat berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menjadi peserta program, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian hubungan tingkat keberhasilan program CSR dengan kondisi sosial ekonomi peserta program. Waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 2. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang didukung oleh data kualitatif. Metode survei dilakukan melalui pengisian kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan antara tingkat penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat pada program pemberdayaan ekonomi lokal, mencakup kegiatan budidaya lele, perikanan tangkap, dan peternakan dengan keberhasilan program yang diukur dari tingkat partisipasi masyarakat dalam Kelompok usaha bersama, tingkat pendapatan dan tingkat keragaman nafkah peserta program di desa sekitar wilayah operasi perusahaan yakni di Desa Balongan dan Desa Majakerta, Indramayu. Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini menyoroti tokoh masyarakat, pihak perusahaan (pendamping teknis program). Hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa.

Teknik Penentuan Informan dan Responden

(34)

18

Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaksana program CSR PT Pertamina, pemerintah desa, dan pihak pendamping program CSR budidaya lele.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Balongan dan Desa Majakerta, Kabupaten Indramayu. Pemilihan responden di wilayah ini dilakukan secara acak untuk semua masyarakat yang menjadi penerima program CSR dari PT Pertamina. Teknik penarikan sampel menggunakan simple random sampling.

Karakteristik dari responden yang akan diteliti merupakan populasi masyarakat Desa Balongan dan Desa Majakerta yang termasuk dalam ring 1 RU VI Pertamina Balongan. Unit analisis adalah individu yang mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal yang terdiri atas tiga jenis program berjumlah total 129 orang secara keseluruhan dan mendapatkan bantuan dari program CSR tersebut (Lampiran 3). Program ini terdiri atas program perikanan tangkap yang berjumlah 53 orang, program budidaya lele yang berjumlah 36 orang dan program peternakan yang berjumlah 40 orang dengan usia produktif baik laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mendata semua penerima program. Kemudian diacak dan didapatkan sebanyak 25 responden yang diambil dari program perikanan tangkap, sebanyak 17 responden yang diambil dari program budidaya lele dan sebanyak 18 responden yang diambil dari program peternakan. Jadi jumlah sampel secara keseluruhan dari ketiga jenis program yang termasuk dalam program pemberdayaan ekonomi lokal adalah 60 responden.

Teknik Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Dalam kuesioner yang ditanyakan terdapat beberapa poin besar antara lain: (a) karakteristik peserta program; (b) tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat; (c) tingkat partisipasi peserta program dalam kelompok usaha bersama; (d) tingkat pendapatan individu peserta program pertahun; (e) tingkat keragaman nafkah peserta program.

Sementara itu, data kualitatif dari informan diperoleh melalui wawancara mendalam. Hasil dari wawancara dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil desa, profil perusahaan, tingkat taraf hidup, modal sosial dan tingkat pendidikan. Data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literatur-literatur lainnya yang terkait yang telah ada dan dibuat oleh sumber lain diluar penelitian ini.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(35)
(36)
(37)

21

PROFIL DESA

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lengkap lokasi penelitian yakni Desa Balongan dan Desa Majakerta yang terbagi ke dalam beberapa sub bab seperti kondisi geografis, kondisi ekonomi, karakteristik penduduk, dan struktur sosial masyarakat di Desa Balongan dan Desa Majakerta.

Kondisi Geografis

Desa Balongan dan Desa Majakerta merupakan desa yang terletak di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Desa ini merupakan desa yang menjadi binaan PT Pertamina RU VI di bawah pengawasan PT Pertamina. Secara administratif adapun batasan wilayah Desa Balongan yakni sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukaurip, sebelah timur berbatasan dengan PT Pertamina RU VI, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Singaraja. Selanjutnya, secara administratif adapun batasan wilayah Desa Majakerta yakni sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Sembadra, sebelah timur berbatasan dengan Desa Limbangan dan sebelah barat berbatasan dengan PT Pertamina RU VI.

Kedua desa ini dapat dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan elf (mini bus), kemudian kita dapat langsung berhenti tepat berada di depan kantor kuwu (kepala desa) Balongan dan Majakerta. Desa ini sangat dekat dengan kantor dan pabrik pengolahan minyak PT Pertamina RU VI. Pabrik pengolahan dapat dijangkau dengan jarak sekitar 200 meter dari Desa Majakerta. Jarak yang sangat dekat inilah yang membuat beberapa masyarakat di desa ini bekerja sebagai buruh di perusahaan tersebut. Luas wilayah Desa Balongan yaitu 511 ha. Umumnya lahan digunakan sebagai lahan pemukiman. Penggunaan lahan Desa Balongan dan desa Majakerta dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Sumber : Profil dan potensi Desa Balongan (2013)

Luas Penggunaan Lahan Desa Balongan (%)

(38)

22

Selanjutnya, luas wilayah Desa Majakerta yaitu 214 ha penggunannya sebagian besar dialokasikan untuk lahan persawahan (84 persen). Berikut data luas wilayah menurut penggunaan lahan di Desa Majakerta.

Sumber : Profil dan potensi Desa Majakerta (2013)

Sebagian besar luas wilayah Desa Balongan digunakan untuk pemukiman penduduk dan selanjutnya digunakan untuk pekarangan. Luas lahan persawahan tidak mendominasi di wilayah Desa Balongan. Lain halnya pada Desa Majakerta. Luas wilayah persawahan yang tedapat di desa ini sangat besar, hanya saja luas persawahan tersebut tidak dimiliki oleh masyarakat setempat namun telah menjadi milik perusahaan-perusahaan di sekitar desa ini seperti PT Pertamina RU VI. Penduduk sekitar hanya bekerja sebagai buruh dengan sistem bagi hasil. Selain itu, Desa Majakerta berada di bibir laut Jawa yang menyebabkan sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan. PT Pertamina juga mendirikan pelabuhan pengangkutan terdekat di Desa Majakerta untuk mengangkut hasil pengiriman minyak untuk diolah. Jarak pabrik PT Pertamina dan perumahan warga sangat dekat sehingga sering menimbulkan bau menyengat dan bunyi bising yang sangat mengganggu masyarakat Desa Majakerta. Tingkat kebisingannya dinilai berada pada taraf sedang.

Karakteristik Penduduk

Masyarakat Desa Balongan memiliki jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Berbeda halnya dengan masyarakat Desa Majakerta yang jumlah penduduk perempuannya lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki. Adapun jumlah kepala keluarga yang terdapat di Desa Balongan sebanyak 1 657 KK dan jumlah kepala keluarga yang terdapat di Desa Majakerta sebanyak 1 294 KK. Berikut Tabel 5 Jumlah penduduk di desa Balongan dan desa Majakerta pada tahun 2013.

8%

84%

0% 8% 0%

Luas Penggunaan Lahan Desa Majakerta (%)

Luas pemukiman

Luas persawahan

Luas pekuburan

Luas pekarangan

Luas perkantoran

(39)

23

Tabel 4 Jumlah dan Persentase Penduduk Desa Balongan dan Desa Majakerta Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013

No Jumlah Penduduk Sumber: Profil dan Potensi Desa Balongan dan Desa Majakerta (2013)

Kondisi Ekonomi

Masyarakat Desa Balongan mayoritas bermata pencaharian sebagai wiraswasta sebanyak 1 017 orang, buruh migran sebanyak 456 orang, petani sebanya 487 orang, buruh tani sebanyak 98 orang, dan selebihnya merupakan pedagang keliling, nelayan, peternak, PNS, montir, TNI, POLRI, pengusaha kecil dll. Data tersebut sejalan dengan pemanfaatan lahan di Desa Balongan yang tidak terfokus pada lahan persawahan. Kondisi tersebut cukup berbeda dengan kondisi ekonomi di Desa Majakerta. Desa ini memiliki lahan persawahan yang sangat luas, hanya saja berdasarkan informasi dari kepala desa, bahwa area persawahan di daerah tersebut bukanlah hak milik masyarakat lagi namun sudah berpindah tangan kepada perusahaan. Hal ini bukan menjadi persoalan utama yang dihadapi masyarakat, selebihnya seperti wilayah tempat tinggal mereka yang sangat dekat dengan Laut Jawa membuat mayoritas penduduk bekerja di sektor perikanan, sebanyak 670 orang. Tidak hanya perikanan, namun juga masyarakat pada sektor pertanian juga menjadi alternatif kedua yaitu sebanyak 357 orang.

(40)

24

Kelompok Usaha Bersama (KUB) merupakan kelembagaan yang baru dibentuk pada tahun 2012 di kedua desa tersebut. Masyarakat di kedua desa sangat jarang terlibat dalam sebuah kelembagaan seperti kelompok tani, sehingga KUB merupakan kelembagaan yang ingin membangun proses belajar bersama antar masyarakat. KUB bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat dalam menjalankan program pemberdayaan ekonomi lokal agar tercipta kehidupan yang lebih sejahtera. Pengurus KUB merupakan masyarakat desa yang juga menjadi peserta program dan dipilih secara bersama dari hasil kesepakatan seluruh peserta program yang mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal. Adapun sumber dana untuk operasional KUB yakni berasal dari CSR PT Pertamina yang diberikan kepada para pengurus untuk dikelola secara mandiri.

Struktur Sosial Masyarakat

Agama Islam di Desa Balongan merupakan agama yang dianut oleh masyarakat, hanya dua orang warga laki-laki yang beragama Katholik. Hal tersebut tidak terjadi di Desa Majakerta. Di desa ini agama Islam merupakan agama satu-satunya sehingga dapat dikatakan masyarakat desa ini mono-religi. Kelembagaan sosial yang ada di lingkungan masyarakat yakni pengajian, arisan, dll. Baik di Desa Balongan maupun di Desa Majakerta, etnik yang sangat dominan yaitu masyarakat Indramayu, Suku Jawa-Cirebon yang melebur. Khusus untuk di Desa Majakerta, Opinion Leader yang terdapat di desa ini cukup beragam, dimulai dari tokoh masyarakat, alim ulama, dan pegawai pemerintahan, salah satu contohnya adalah Bapak Asmuni yang sangat disegani oleh masyarakat sekitar, sehingga semua perkataannya selalu dituruti oleh masyarakat, begitupula alim ulama dan Kuwu Desa Majakerta.

Berkaitan dengan pelapisan sosial dalam masyarakat, di Desa Balongan dapat dilihat dari adanya tokoh masyarakat dan penduduk biasa. Mayoritas bermatapencaharian sebagai wiraswasta. Berbeda halnya dengan di Desa Majakerta. Pelapisan sosial di Desa Majakerta dapat dilihat dari aset kepemilikan perahu, seperti nelayan pengusaha atau besar yang memiliki perahu ukuran besar dan buruh nelayan dapat dikatakan sebagai masyarakat golongan atas, kemudian masyarakat dengan kepemilikan perahu sedang dan dengan jumlah minimal dua perahu dapat dikatakan masyarakat lapisan kedua dan terakhir sebagai masyarakat dengan kepemilikan perahu kecil berjumlah satu buah yang dapat dipergunakan untuk mencari ikan disekitar laut yang tidak terlalu jauh dikatakan sebagai masyarakat golongan bawah. Penggolongan ini berdasarkan pada mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan.

(41)

25 pendidikan masa depan keluarga mereka juga tidak berubah, lebih baik langsung bekerja untuk menambah pundi-pundi ekonomi keluarga, ketimbang menempuh pendidikan formal misalnya dengan menjadi tenaga kerja. Akses menuju Desa Majakerta sudah cukup baik, terlihat dari badan jalan yang keseluruhan telah diaspal, kendala berikutnya adalah jumlah angkutan umum yang belum banyak tersedia untuk menuju desa ini, sehingga akses untuk masuk ke dalam Desa Majakerta cukup sulit. Perbaikan infrastruktur akan sangat bermanfaat bila dikoordinasikan dengan pihak PT Pertamina yang memiliki jarak operasi sangat dekat dengan Desa Majakerta.

Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina

PT Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang kegiatan eksplorasi dan produksi migas dan panas bumi. Keberadaan PT Pertamina diharapkan dapat menjunjung tinggi etika bisnis dengan bertanggung jawab baik kepada lingkungan maupun sosial. Komitmen PT Pertamina untuk ikut berkontribusi secara langsung dalam memajukan dan menyejahterakan masyarakat disekitarnya diwujudkan melalui pelaksanaan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) serta program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL), yang merupakan program mandatori bagi sebuah Badan usaha Milik Negara (BUMN).

Visi CSR Pertamina yang dibentuk pada tahun 2009 adalah menuju kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut didukung dengan komitmen penyediaan dana untuk program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba perseroan dengan pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang direncanakan dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif. Pelaksanaan program-program CSR PT Pertamina dilakukan pada wilayah unit operasi dan anak perusahaan. Adapun fokus pelaksanaan program CSR PT Pertamina yakni menitikberatkan pada empat inisiatif pemberdayaan yaitu peningkatan kualitas pendidikan, pemberdayaan kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan hidup, dan peningkatan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat.

(42)

26

diharapkan mampu mewujudkan keberlanjutan dalam pelaksanaannya pada masyarakat, selain peningkatan infrastruktur, perusahaan berupaya menjalin hubungan kerja sama dengan beberapa lembaga lainnya untuk mewujudkan desa binaan dalam mendampingi masyarakat untuk mandiri dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Program yang termasuk dalam kategori peningkatan infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat ini, disebut program desa binaan PT Pertamina. Adapun lokasi desa binaan PT Pertamina khususnya di wilayah Indramayu yakni terdapat di tiga tempat, yaitu Desa Balongan, Desa Majakerta, dan Desa Karangsong. Program ini dilakukan dengan melakukan hubungan kemitraan dengan lembaga institusi, yaitu Institut Pertanian Bogor. Bentuk kolaborasi yakni kemitraan ini dilakukan karena perusahaan belum mampu melakukan upaya pemberdayaan sendiri. Hal ini dikarenakan sebelumnya tidak tercipta hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan salah satu pihak penengah sebagai jalan untuk mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program CSR yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal ini memiliki beberapa tahapan target program yang ingin dicapai. Berikut tabel tahapan target program pemberdayaan ekonomi lokal: Tabel 5 Tahapan Pencapaian Target Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tahun 1

duplikasi program Mendorong berlangsungnya KUB

Pendapatan Mendorong anggota untuk didaftarkan ke

(43)

27 Program Desa Binaan kemudian dibagi kembali menjadi beberapa jenis program di antaranya: program bantuan bidang perikanan tangkap, program budidaya lele, program peternakan yang menjadi bahasan pada penelitian ini adalah ketiga program tersebut di Desa Balongan dan Desa Majakerta.

1. Program Perikanan Tangkap

Program perikanan tangkap yang dibentuk sejak tanggal 29 November 2011 merupakan program bantuan berbentuk pemberian alat tangkap ikan secara berkala untuk memperbaiki alat tangkap nelayan yang tidak dapat digunakan dengan baik, kemudian adanya pelatihan mesin penangkapan ikan untuk program perikanan tangkap dan penguatan interaksi antar sesama kelompok dengan adanya KUB (kelompok usaha bersama). Tujuan dibentuknya program ini adalah terwujudnya masyarakat nelayan Desa Majakerta yang makmur sandang pangan melalui peningkatan hasil penangkapan ikan. Adapun beberapa kegiatan yang dilaksanakan yakni diadakan sosialisasi dan pelatihan mengenai program perikanan tangkap dari CSR PT Pertamina yang bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Program ini merupakan program pembelajaran bagi nelayan harian Desa Majakerta. Program perikanan tangkap yang dilaksanakan di Desa Majakerta telah memasuki tahun ketiga. Bentuk kegiatan yang dilakukan pada tahun ketiga ini adalah penguatan kegiatan pada penerima program tahun pertama dan penambahan kegiatan pada penerima program tahun kedua. Pada tanggal 13-16 Mei 2013 dilakukan pengadaan alat tangkap (jaring) untuk nelayan Desa Majakerta. Pengadaan ini juga melibatkan partisipasi nelayan Desa Majakerta. Mereka bersedia ikut dalam pembelian, pengaturan, dan pembagian alat tangkap (jaring).

sumber : Laporan kegiatan pendampingan (2013)

Dalam pelaksanaan program perikanan tangkap terdapat beberapa kendala yang seringkali dialami oleh nelayan. Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan Desa Majakerta antara lain sebagian besar nelayan masih terlilit hutang dengan bakul (tengkulak ikan) yang mengharuskan nelayan menjual hasil tangkapannya ke bakul. Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi nelayan karena harga ikan yang dibeli oleh bakul masih rendah, sedangkan harga kebutuhan nelayan seperti solar, dan alat tangkap terus mengalami kenaikan. Permasalahan

Gambar

Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip
Tabel 2 Definisi operasional tingkat penerapan prinsip pengembangan
Tabel 3 Definisi operasional tingkat partisipasi.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bila dalam pengelompokkan konvensional, sebuah poin data keanggotaannya hanya pada satu kelompok saja, namun dalam fuzzy klasterisasi, sebuah poin data bisa menjadi anggota

Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis

Lebih lanjut Suprayekti dan Agustyarini (2015: 24) menjelaskan bahwa anak laki-laki dan perempuan pada dasarnya memiliki pesamaan dan perbedaan. Perbedaannya pada

Tulisan berikut ini disajikan berdasarkan penelitian untuk mengkaji lebih dalam terhadap fenomena tersebut di atas, dengan fokus untuk menjawab permasalahan : Mengapa terjadi

Pada penelitian ini, bagian pertama dari tes GK ini digantikan dengan menerapkan denoising wavelet pada sinyal CTD sebelum masuk ke dalam

Dalam Kasali & Satar (2014), hasil pengamatan yang dilakukan Emirsyah Satar saat menjadi direktur utama Garuda Indonesia menunjukkan bahwa karyawan masih kerja

Bagaimana cara mengatur loading dock dan parker untuk meminimal isir kemacetan Penentuan sirkulasi parkir dan BOH Peletakan zona pasar dan area makan Peletakan

Spesies ikan layang menunjukan bahwa ikan yang dalam kondisi matang (mature) lebih banyak ditemukan pada ikan yang berjenis kelamin betina, sedangkan spesies ikan banyar yang