• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Motivasi dengan Kinerja Pegawai di dinas tenaga kerja propinsi jawa Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Motivasi dengan Kinerja Pegawai di dinas tenaga kerja propinsi jawa Timur."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh:

YULI FITRIANI 0341 010 070

OLEH :

YENI RAHMAWATI

0341 010 302

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Oleh :

YENI RACHMAWATI NPM. 0341 010 302

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 5 Maret 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.

Drs. Hartono Hidayat, M.Si Dr.Lukman Arif, M.Si NIP. 030 115 320 NIP.19641102 199403 1 001 Pembimbing Pendamping 2.

Dra. Diana Hertati, M.Si Dr. Slamet Srijono, M.Si NIP. 030 201 935 NIP. 130 286 546

3.

Drs. Hartono Hidayat, M.Si NIP. 030 115 320

Mengetahui, Dekan

(3)

Nama Mahasiswa : Yeni Rachmawati

NPM : 0341010302

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan Bahwa Skripsi Ini Telah Direvisi Dan Disahkan Pada Tanggal 17 Maret 2010

PENGUJI I PENGUJI II PENGUJI III

(4)

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PEGAWAI DI DINAS TENAGA KERJA PROPINSI JATIM”. Tugas ini dibuat dalam memenuhi persyaratan kurikulum pada Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jatim.

Dalam tersusunnya laporan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak. Drs. Hartono Hidayat Msi, sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Dra. Diana Hertati M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Disamping itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan FISIP Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik 3. Ibu Dra. Diana Hertati, M.Si selaku Sekjur Administrasi Publik

4. Bapak Kamarudin. Selaku Staff Pegawai Sub Bagian Umum Kepegawaian 5. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa dan dorongan baik moral dan

spiritual

6. Keluarga, semua sahabat-sahabat khususnya “Genk Da” terima kasih atas doa dan dorongannya selama ini.

(5)

iv

Dalam penyusunan laporan Skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik dari semua pihak yang dapat menambah kesempurnaan laporan.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih serta besar harapan penulis, laporan ini dapat bermanfat bagi semua pihak.

Surabaya, Maret 2010

(6)

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori... 11

2.2.1 Motivasi ... 11

2.2.2 Pengertian Kompetensi ... 11

2.2.1.1 Pengertian Motivasi ... 12

2.2.1.2 Indikator – indikator yang mempengaruhi motivasi... 22

2.2.1.3 Metode dan proses motivasi... 23

2.2.1.4 Aspek Motivasi ... 24

2.2.1.5 Tingkat Kebutuhan dalam motivasi ... 24

(7)

2.2.4.1 Tujuan Pembinaan Tenaga Kerja... 30

2.2.4.2 Sistem Pembinaan Tenaga Kerja ... 31

2.2.5 Pengertian Pelatihan Kerja... 34

2.2.5.1 Jenis-Jenis Pelatihan ... 35

2.2.5.2 Model-Model Pelatihan ... 36

2.2.5.3 Faktor Penting dalam Pelatihan ... 37

2.2.5.4 Pentingnya Program Pelatihan... 37

2.2.5.5 Metode Pelatihan ... 37

2.2.5.6 Tujuan Pasca Pelatihan ... 40

2.3 Kerangka Berfikir ... 46

BAB III METODE PENELITIAN... 47

3.1 Jenis Penelitian... 48

3.2 Fokus Penelitian... 51

3.3 Situs Penelitian... 51

3.4 Sumber Data... 51

3.5 Pengumpulan Data ... 57

3.6 Analisis Data... 61

3.7 Keabsahan Data ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 63

(8)

4.1.4 Kedudukan, Tugas pokok dan Fungsi... 91

4.1.4.1 Kedudukan Dinas... 91

4.1.4.2 Tugas dan Kedudukan masing-masing ... 92

4.1.5 Komposisi Pegawai Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur ... 93

4.1.6 Sarana dan Prasarana Kantor Dinas Tenga Kerja propinsi jawa Timur 94 4.2 Penyajian Data ... 94

4.2.1 Karakteristik Responden... 97

4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 99

4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 105

4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……… 107

4.4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama……… 108

4.2.2 Deskripsi Variabel ... 106

4.2.3 analisa Data... 122

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 125

4.2.5 Pembahasan……… 115

BAB V PENUTUP ... 145

5.1 Kesimpulan ... 145

5.2 Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 149

(9)

Tabel 3.2 Distribusi Interval Kelas Kategori Variabel X... 43 Tabel 3.3 Instrumen Pengukuran Variabel Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Y) 44 Tabel 3.4 Distribusi Interval Kelas, Kategori Variabel Y... 46 Tabel 3.5 Tabel Pedoman untuk memberikan Interprestasi Korelasi ... 49 Tabel 4.1 Komposisi Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin...

(10)
(11)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian assositif kuantitatif dengan 2 (dua).variabel.Variabel X yaitu motivasi merupakan penelitian dengan sub variabel(1)Intrinsik,meliputi: Keberhasilan Pelaksanaan, Pengakuan, Pekerjaan itu sendiri, Tanggung Jawab dan Pengembangan,dan (2)Ekstrinsik,meliputi: Teknis Supervisi, Hubungan Antar Pribadi, Kebijaksanaan dan Instansi, Pendapatan atau Bonus, dan Londisi Kerja, Variabel Y yaitu kinerja pegawai dengan sub variable:(1)Kuantitas Kerja,(2)Kerjasama,(3)Inisitif atau Prakarsa,(4)Adaptasi dan (5)Kehadiran atau Presensi.

Fenomena yang terjadi antara lain melanggar disiplin sehingga perumusan masalah yang dapat diambil “Adakah Hubungan Antara Motivasi Dengan Kinerja Pegawai di Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur”. Berdasarkan hipotesis penelitian yaitu “Diduga Ada Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Pegawai Di Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur.

Populasi yaitu semua pegawai yang telah menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur. Sebanyak 186 orang.Sampel atau responden yang diambil sebanyak 125 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data primer da data sekunder. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan korelasi Rho Spearman dengan rumus ρ = 1 –    6∑b12       

      n(n2  –  1)

(12)

1.1 Latar Belakang

Peningkatan sumber daya manusia merupakan titik sentral bagi pembangunan nasional. Hal ini disebabkan peranan sumber daya manusia merupakan unsur yang paling utama dalam proses pembangunan. Begitu juga peranan pegawai dalam suatu instansi sangat penting. Pegawai merupakan penggerak utama dalam suatu proses pelaksanaan operasional serta menentukan lancarnya aktivitas suatu instansi. Dengan demikian potensi pegawai yang ada di dalam instansi itu diperlukan adanya suatu pemanfaatan yang benar-benar efektif, sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu penyelesaian tugas secara tepat, berdaya guna dan berhasil guna.

Manusia merupakan unsur terpenting dan paling menentukan bagi kelancaran jalannya proses manajemen, maka hal-hal yang berhubungan dengan motivasi perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari setiap pimpinan guna keberhasilan suatu organisasi. Apabila motivasi tersebut diiringi dengan kemampuan yang dimiliki karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, maka karyawan tersebut diharapkan dapat menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan segala sumber daya yang dimilikinya untuk mengoptimalkan prestasi kerjanya.

Dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu atau bekerja, orang memerlukan suatu pendorong atau motivasi. Dengan adanya motivasi, maka orang

(13)

bekerja dengan lebih bersemangat dan lebih giat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi adalah merupakan bagian dari perilaku organisasi yang menyangkut dorongan yang memberikan semangat kerja kepada para pegawai untuk berperilaku dan untuk mencapai tujuan dalam suatu organisasi yang telah ditetapkan. Adapun yang menjadi motivasi pegawai pada lingkungan Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur adanya promosi jabatan dan tentunya dilihat juga dari kinerja pegawai tersebut sehingga hal tersebut memotivasi pegawai untuk lebih baik dalam bekerja.

Dalam prinsip manajemen motivasi merupakan sebab pikiran dasar atau golongan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Sedangkan masalah pokok dalam memotivasi adalah bagaimana cara terbaik untuk mengusahakan agar bawahan dapat selalu berprestasi secara maksimal untuk kepentingan organisasi atau perusahaan.

Setiap manusia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu pada dasarnya karena didorong oleh suatu motivasi tertentu. Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. (Hasibuan, 2002:141).

Masalah pokok dalam memotivasi adalah bagaimana cara terbaik untuk mengusahakan agar bawahan dapat meningkatkan prestasi secara maksimal untuk kepentingan organisasi atau perusahaan.

(14)

memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan perusahaan. Motivasi penting karena dengan motivasi ini mengharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Untuk dapat memiliki kinerja yang diharapkan, seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya harus senantiasa memiliki motivasi dalam bekerja. Kinerja pegawai dalam bidang pekerjaan apapun sangat dipengaruhi oleh besarnya motivasi pegawai. Motivasi pegawai itu berbeda-beda untuk setiap orang. Namun, motivasi dapat ditingkatkan, salah satunya adalah dengan memperhatikan harapan dan kebutuhan pegawai. Motivasi yang dimiliki oleh seorang pegawai akan mempengaruhi kinerja secara umum dari pegawai tersebut.

Seorang profesional tidak akan bisa terus bertahan (survive), bila tidak terus menerus memperdalam pengetahuannya, mengasah keterampilannya dan memperkaya wawasan dan pengalamannya. Untuk itulah para profesional membutuhkan proses belajar (termasuk praktek) yang berkesinambungan (continual) dengan bermacam-macam cara, mulai dari membaca buku, menganalisa pengalaman orang lain, mengikuti seminar atau diskusi, kerja praktek hingga mengikuti program reduksi (retraining).

Kinerja dapat diukur berdasarkan (1) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3) ketepatan waktu (Dharma, 2003).

(15)

pekerjaan. Keadaan yang paling sering terlihat berpotensi menurunkan motivasi kerja yang dihadapi oleh pegawai Dinas Tenaga Kerja.

Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur merupakan instansi yang memiliki tugas dan wewenang mengurusi masalah ketenagakerjaan Propinsi Jawa Timur. Pegawai di Dinas Tenaga Kerja juga membutuhkan motivasi dari pimpinan atau kepala dinas dalam meningkatkan kinerjanya.

Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur merupakan organisasi pemerintah yang memiliki visi dan misi dalam memberikan pelayanan dan bergerak dalam bidang menangani masalah ketenagakerjaan. Selama ini berbagai masalah ketenagakerjaan yang bersumber dan tingginya pertumbuhan angkatan kerja dan belum tertampungnya pencari kerja pada kesempatan kerja yang ada menyebabkan masih tingginya angka pengangguran di Jawa Timur, meskipun angka tersebut telah mengalami penurunan. Adanya perkembangan yang positif tidak menjadikan masalah ketenagakerjaan dapat disikapi dengan lunak. Penyediaan lapangan kerja formal maupun penciptaan kesempatan kerja informal tetap menjadi langkah prioritas bagi kebijakan di bidang ketenagakerjaan, hal ini merupakan salah satu kebutuhan mendesak dalam proses pembangunan Jawa Timur.

(16)

description) berdasarkan rincian tugas masing-masing pihak yang terlibat di lingkungan Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur. Wujud pelayanan di bidang ketenagakerjaan tertuang dalam hasil kinerja pembangunan ketenagakerjaan maupun program-program kegiatan di bidang ketenagakerjaan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur. Hasil kinerja yang dimaksud diupayakan untuk memberikan dampak nyata yang lebih luas bagi pembangunan ketenagakerjaan dan menjadi bagian dari solusi untuk meminimalisir masalah ketenagakerjaan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, menurut informan, Bapak Kamaruddin, selaku Staff Sub Bagian Kepegawaian Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur, bahwa kinerja seorang pegawai dapat meningkat dan menurun setiap waktu. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3). Yang dimaksud dengan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) adalah suatu daftar yang memuat hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu 1 (satu) tahun yang dibuat oleh pejabat penilai. (Sumber : Peraturan Pemerintah RI Tahun 1979 tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil). Tujuan dari DP3 adalah untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Sistem Karier dan Prestasi Kerja.

(17)

DENGAN KINERJA PEGAWAI DI DINAS TENAGA KERJA PROPINSI JAWA TIMUR ”. Karena dengan adanya pemberian motivasi diharapkan adanya suatu peningkatan kinerja pegawai, sehingga pekerjaan dan tugas-tugas akan cepat terselesaikan dengan baik dan benar sebagaimana mestinya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:

“Apakah ada hubungan antara motivasi kerja pegawai dengan kinerja pegawai di Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur”.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dnegan perumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja pegawai dengan kinerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur”.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

(18)

2. Bagi Instansi (Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur)

Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan bagi Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan bidang pengelolaan Sumber Daya Manusia, khususnya yang menyangkut kinerja pegawai.

3. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(19)

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian kali ini akan disampaikan beberapa penelitian

pendahuluan membahas dan meneliti pokok kajian yang sama antara lain:

1. Erma Gian Damayanti (2005), Administrasi negara, Fakultas Ilmu

Administrasi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

yang berjudul “Hubungan Motivasi dengan Produktivitas Kerja Pegawai di

Perusahaan Daerah Air Munim (PDAM) Kabupaten Lamongan”.

Masalah yang terjadi di dalam penelitian ini adalah adanya beberapa

gangguan pelayanan diantaranya adanya hambatan pada pipa jaringan

distribusi, kerusakan pada sebagian sistem yang akhirnya berpengaruh pada

kualitas pelayanan, kapasitas produksi tidak mencukupi pelanggan, water

meter tidak berfungsi atau rusak dan produksi akan air bersih masih dirasakan

belum dapat mencukupi kebutuhan warga Lamongan dan sekitarnya. Diduga

terdapat hubungan antara motivasi dan produktivitas kerja di PDAM

Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

2 variabel yaitu variabel X (motivasi) dan variabel Y (produktivitas kerja).

Indikator untuk variabel X (motivasi) didasarkan pada upah atau gaji,

pemberian insentif, memperhatikan rasa harga diri, memenuhi kebutuhan

rohani, memenuhi kebutuhan berprestasi, menempatkan pada tempat yang

tepat, menimbulkan rasa aman di masa depan, memperhatikan tempat bekerja

(20)

memberikan kesempatan untuk maju dan menciptakan pesaing yang sehat,

sedangkan indikator untuk variabel Y (produktivitas kerja) didasarkan pada

efektivitas dan efisiensi.

Dihitung dengan menggunakan rumus Rank Spearman melalui uji t

yang hasilnya 20,0081 sedangkan ttabel = 1,9840. Maka perhitungan

statistiknya membuktikan terdapat hubungan antara motivasi dengan

produktivitas kerja pegawai di PDAM Kabupaten Lamongan karena harga

thitung ≥ harga ttabel dan hipotesis alternatif (Ha) diterima pada taraf signifikan

0,05% dan hipotesis (Ho) ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan

motivasi yang positif dan signifikan antara produktivitas kerja pegawai di

PDAM Kabupaten Lamongan.

2. Norman Wahyudi (1999), Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang berjudul

“Hubungan Motivasi dengan Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Desa

Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep”.

Latar belakang masalah penelitian diawali dengan kurangnya

pelaksanaan disiplin dalam tugas pegawai sehingga dapat berpengaruh

terhadap efektivitas kerja. Dan kesejahteraan pegawai perlu mendapatkan

perhatian khusus dari kepala desa dan sekretaris desa tanpa mengabaikan

aspek lainnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dua

variabel yaitu, variabel X (motivasi) dengan indikator, keberhasila

pelaksanaan pekerjaan, pengakuan keberhasilan, tanggung jawab,

(21)

supervisi. Sedangkan variabel Y (efektivitas kerja) dengan indikator,

prodiktivitas, keluwesan, fleksibilitas, tidak ada tekanan organisasi, kepatuhan

terhadap jam kerja, ketertiban dalam pelaksanaan kedinasan, ketertiban

terhadap proses kerja.

Dihitung dengan menggunakan rumus statistik Rank Spearman yang

hasilnya 0,257. Maka perhitungan statistiknya membuktikan terdapat

hubungan yang rendah antara motivasi dengan efektivitas kerja pegawai di

kantor desa Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep.

3. Siti Natijatul Muwanah (2002), yang berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja

terhadap Semangat Kerja Pegawai (Studi pada Kntor Perwakilan PT. Asuransi

Jiwa Soraya (Persero)) di Pemekasan”.

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif dengan

menggunakan motivasi kerja sebagai variabel independen dan semangat kerja

sebagai variabel dependen. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik

sampling jenuh atau sensus terhadap populasi sebanyak 62 orang pegawai.

Selanjutnya digunakan analisa koefisien korelasi Rank Spearman dan didapat

hasil perhitungan r = 0,14. Kemudian dilanjutkan untuk mengetahui seberapa

besar variabel X mempengaruhi variabel Y digunakan analisa koefisien

determinan (r2) dengan hasil perhitungan r2 = 0,99.

Dengan demikian berarti motivasi kerja sangat berpengaruh terhadap

semangat kerja pegawai. Setelah didapat nilai dari nilai koefisien korelasi

(22)

digunakan uji statistik t, dimana thitung didapat nilai 10,843. Sedangkan harga

kritis t 0,005 = 2,657.

Dengan demikian hasil thitung lebih besar dari harga ttabel maka Ha

(Hipotesa Alternatif) yang diajukan ada pengaruh motivasi kerja terhadap

semangat kerja pegawai diterima dan Ho (Hipotesa Nihil) ditolak.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Motivasi

2.2.1.1 Pengertian Motivasi

Menurut Hasibuan (2003:92), Motivasi berasal dari kata latin movere

yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada

manusia, khususnya kepada para bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan

memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan

perusahaan.

Menurut Nimion (1999:46), motivasi dapat didefinisikan sebagai

keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada

pencapaian hasil-hasil tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa berupa

produktivitas, kehadiran, atau perilaku kerja kreatifnya.

Menurut Zainur (2004:42) konsepsi motivasi mempunyai peranan bagi

seseorang penanggung jawab dalam satu-satuan organisasi untuk menggerakkan

mengerahkan dan mengarahkan segala daya dan potensi tenaga kerja yang ada de

arah pemanfaatan yang palinf optimal sesuai dengan dan dalam batas-batas

(23)

Selanjutnya menurut Sinungan (2000:134), mengemukakan bahwa

motivasi adalah “keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberiikan

energi, mendorong kegiatan atau gerakan dan mengarahkan atau menyalurkan

perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberikan kepuasan atau

mengurangi ketidakseimbangan”.

Dengan demikian berarti motivasi adalah sesuatu keadaan yang

mendorong seseorang yang dalam hal ini pegawai utnuk motivasi dapat dipandang

sebagai bagian integral dari administrasi kepegawaian dalam rangka proses

pembinaan, pengembangan dan pengarahan tenaga kerja dalam sesuatu organisasi.

2.2.1.2 Indikator-Indikator yang mempengaruhi Motivasi

Secara psikologis, aspek yang sangat penting dalam kepemimpinan

kerja adalah sejauh mana pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja sumber

daya manusianya agar mereka mampu bekerja produktif dengan penuh tanggung

jawab. Hal ini karena beberapa alasan antara lain:

a. Pegawai harus didorong untuk bekerja sama dalam organisasi

b. Pegawai harus senantiasa didorong untuk bekerja dan berusaha sesuai dengan

tuntutan kerja

c. Motivasi pegawai merupakan aspek yang penting dalam memelihara dan

mengembangkan sumber daya manusia dalam organisasi.

Menurut Mangkunegara (2005:62), teori motivasi dipahami agar

(24)

hubungan perilaku kerja dengan motivasi dan mengapa pegawai berprestasi

tinggi.

1. Teori motivasi dengan pendekatan isi (Content Theory)

2. Teori motivasi dengan pendekatan proses (Process Theory)

3. Teori motivasi dengan pendekatan penguat (Reinforcemen Theory)

Teori motivasi dengan pendekatan ini lebih banyak menekankan pada

faktor apa yang membuat pegawai melakukan sesuatu tindakan tertentu.

Contohnya teori motivasi Maslow. Teori motivasi dengan pendekatan proses tidak

hanya menekankan pada fantor apa yang membuat pegawai bertindak, tetapi jiga

bagaimana pegawai tersebut termotivasi. Contohnya teori motivasi berprestasi

dari McCleland teori motivasi dengan pendekatan penguat, lebih menekankan

pada faktor-faktor yang dapat mengakibatkan suatu tindakan dilakukan atau yang

dapat mengurangi suatu tindakan. Contohnya teori motivasi dari Skinner (Operant

Coditioning).

a. Teori-Teori Kebutuhan Tentang Motivasi

1. Maslow’s Need Hierarchy Theory

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang

ada dalam diri. Kebutuhan merupakan fundamental yang mendasari

perilaku pegawai kita tidak mungkin memahami perilaku pegawai tanpa

mengerti kebutuhannya.

Maslow (2000:348) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan

(25)

1) Kebutuhan Fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,

perlindungan fisik, tunjangan, seksual, kebutuhan ini merupakan

kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang

paling dasar.

2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari

ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.

3) Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan utnuk diterima atau

kelompok beralifiasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai dan

dicintai.

4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan

dihargai oleh orang lain.

5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk

berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan

kritik terhadap sesuatu.

2. Hezberg Two Factor Theory

Dua faktor menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas

menurut Hezberg dikutip oleh Manullang (1994:153), yaitu faktor

pemotivasi (motivational factor) dan faktor pemeliharaan (maintenance

factor).

a. Faktor Motivator atau Faktor dari Dalam terhadap Pegawai, yakni

yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja dengan

(26)

menurut Hezberg yang dikutip oleh Manullang, pimpinan dapat

memotivasi pegawai. Usaha-usaha pimpinan terhadap motivasi adalah

sebagai berikut:

1) Keberhasilan Pelaksanaan (Achievement)

Pimpinan harus mempelajari perilaku dan pekerjaan bawahannya

dengan memberi kesempatan sendiri dan mencari hasil maksimal

dalam bekerja.

2) Pengakuan (Regocnition)

Pelaksanaan adalah pemberian pengakuan atas keebrhasilan

tersebut dengan sebagai lanjutan dari keberhasilan cara:

- Pemberian ucapan selamat atas keberhasilannya

- Memberi surat penghargaan

- Memberi hadiah

- Memberi kenaikan pangkat atau promosi

3) Pekerjaan itu Sendiri (The Work It Self)

Pimpinan berusaha membuat usaha-usaha nyata sehingga pegawai

mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukan atau berusaha

menghindarkan kebosanan yang ada dalam bekerja serta

mengusahakan agar pegawai dapat bekerja dengan baik.

4) Tanggung Jawab (Responsibilities)

Pimpinan harus memberikan pegawai bekerja sendiri sepanjang

(27)

membuat pegawai secara penuh melaksanakan dan merencanakan

pekerjaannya.

5) Pengembangan (Advancement)

Pimpinan dapat memulainya dengan melatih pegawai untuk

pekerjaan yang lebih bertanggung jawab. Bila ini sudah dilakukan

selanjutnya pemimpin memberikan rekomendasi kepada pegawai

yang siap untuk mengembangkan. Untuk menaikkan pengkatnya

atau dikirim mengikuti pendidikan dan latihan lanjutan.

b. Faktor Pemeliharaan atau faktor kesehatan dari luar yang dapat

menimbulkan rasa tidak puas terhadap instansi. Faktor tersebut antara

lain adalah:

- TechnicalSepervisor (teknis sepervisi)

- Interpersonal Relationship (hubungan antar pribadi)

- Company Policy and Administration (kebijaksanaan dan

administrasi instansi)

- Wages (pendapatan atau bonus)

- WorkingCondition (kondisi kerja)

Faktor pemeliharaan ini bukanlah bagian instrinsik dari suatu

pekerjaan tetapi berkaitan dengan kondisi pekerjaan yang dilaksanakan.

Manullang menemukan bahwa faktor pemeliharaan tidak mengakibatkan

pertumbuhan dalam kapasitas keluarga pegawai tetapi hanya mencegah

terjadinya kerugian dalam prestasi pegawai, karena adanya penurunan

(28)

Orang belum dapat mengharapkan faktor kepuasan tercapai, sebelum

faktor ketidakpuasan dapat dihilangkan terlebih dahulu. Agar

ketidakpuasan dapat dihilangkan dari pekerjaan maka pemimpin harus

melakukan tindakan sebagaimana yang dapat diringkas sebagai berikut:

1) Supervisi

Pemimpin perusahaan harus memiliki kemampuan tentang cara

mensupervisi dari segi teknis pekerjaan yang merupakan tanggung

jawabnya atau memiliki kecakapan teknis yang sesuai dengan

kebutuhan.

2) Hubungan antar Pribadi

Menunjukkan hubungan perseorangan antara bawahan dengan

atasannya, dimana bawahan merasa dapat bergaul dengan atasannya.

Dalam hal ini pemimpin harus memiliki kemampuan kemanusiaan

yaitu kemampuan untuk bekerja di dalam atau dengan kelompok

sehingga dapat membangun kerja sama dan mengkoordinasikan

berbagai kegiatan.

3) Kebijaksanaan dan Administrasi Instansi atau Perusahaan

Kebijaksanaan perusahaan pada umumnya dibuat dalam bentuk tertulis

dan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut dilakukan oleh masing-masing

pemimpin dalam lingkungan yang lebih kecil. Di sinilah peranan

pimpinan agar mereka tertulis benar-benar direalisasi dalam praktek

(29)

4) Pendapatan

Pada umumnya masing-masing pimpinan tidak dapat menentukan

sendiri skala pendapatan yang berlaku di dalam unitnya. Namun

demikian masing-masing pimpinan harus mempunyai kewajiban

menilai apakah jabatan-jabatan di bawah pengawasannya mendapat

pendapatan atau bonus sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan.

5) Kondisi Kerja

Masing-masing pemimpin dapat berperan dalam berbagai hal agar

keadaan bawahannya menjadi lebih baik, misalnya ruangan khusus

bagi unitnya, penerangan, perabot, suhu udara dan kondisi fisik yang

lainnya. Wewenang itu memang tidak sepenuhnya ditantang

masing-masing pemimpin, namun dapat memperjuangkannya.

3. Achievement Theory

McClelland diikuti dalam Robbins (2004:459), seorang ahli psikologi

bangsa Amerika dari Universitas Harvard, dalam teori motivasinya

mengemukakan bahwa produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh

“Virus Mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa

yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara

maksimal. Virus mental yang dimaksud terdiri dari 3 (tiga) dorongan

kebutuhan yaitu:

1) Need of Achievement (Kebutuhan akan Berprestasi)

Adalah dorongan untuk unggul, berprestasi dalam kaitannya dengan

(30)

2) Need of Affiliation (Kebutuhan akan Afiliasi)

Adalah keinginan akan hubungan antar pribadi yang bersahabat dan

erat.

3) Need of power (Kebutuhan akan Kekuasaan)

Adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan satu

cara sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.

b. Teori Kogitif tentang Motivasi

1. Teori Harapan (Expectancy Theory)

As’ad (1990:120) menyatakan harapan sebagai kemungkinan

pemenuhan kebutuhan tertentu dari individu yang didasarkan pada

pengalaman masa lalu dan kemungkinan disadari walaupun harapan

merupakan istilah teknis yang digunakan para ahli psikologis, harapan ini

secara langsung menunjuk pada jumlah pengalaman lain. Berkaitan

dengan harapan yang merupakan suatu bentuk keyakinan terhadap

kemungkinan pemenuhan kebutuhan tertentu dari individu yang bekerja

dalam organisasi tersebut dapat diukur melalui kemungkinan alasan-alasan

seperti:

a) Bilamana pekerjaan yang dibebankan kepada orang itu dalam

organisasinya dapat diterima karena sesuatu dengan syarat-syarat

teknis yang dimilikinya.

b) Bilamana pekerjaan yang diterimanya itu akan memberi

(31)

segala kemampuan yang dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

c) Bilamana pekerjaan yang dilakukan itu memberi cukup kebebasan

kepadanya untuk menentukan nasib sendiri dengan hak-hak dapat

bertindak dan menentukan sendiri segala sesuatu yang menyangkut

diri dan pekerjaanya.

d) Bilamana pekerjaan dan organisasi dimana orang-orang itu bekerja

memberi kemungkinan yang luas kepadanya untuk dapat menguasai

keadaan serta lingkungan-lingkungan lainnya yang berpengaruh

terhadap pekerjaannya.

e) Bilamana diakui atas kekuasaan yang terdapat dalam hubungan orang

itu masih ada kekuasaan yang menentukan sifat dan corak individual

maupun tingkah laku organisasi.

2. Teori keadilan (Equity Theory)

Ego manusia selalu mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah

maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relatif sama.

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat

kerja seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua

bawahannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus

dilakukan secara obyektif (baik atau salah), bukan atas suka atau tidak

suka (like or dislike). Pemberian kompensasi atau hukuman harus

(32)

Jika prinsip ini diterapkan dengan baik oleh pimpinan maka semangat

kerja bawahan cenderung akan meningkat.

3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku

dengan pemebrian kompensasi. Misalnya, promosi tergantung dari prestasi

yang selalu dapat dipertahankan. Bonus kelompok tergantung pada tingkat

produksi kelompok itu. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan

hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku itu.

Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

(1) Pengukuhan positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambah

frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara

bersyarat.

(2) Pengukuhan negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya

frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh negatif dihilangkan secara

bersyarat.

Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya

frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh suatu stimulus yang

bersyarat. Demikian juga “prinsip hukuman (punishment)” selalu

berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila

tanggapan (respons) itu diikuti oleh rangsangan yang bersyarat (Hasibuan,

2003:116).

(33)

2.2.1.3 Metode dan Proses Motivasi

Menurut Hasibuan (2003:100), metode-metode motivasi yang

digunakan untuk meningkatkan semangat kerja pegawai meliputi:

1. Metode Motivasi Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi yang

diberikan secara langsung kepada setiap individu pegawai

2. Metode Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation), adalah motivasi yang

diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta

menunjang gairah kerja.

Menurut Hasibuan (2003:101), dalam mendesain dan membangun

motivasi kerja pegawai maka diperlukan adanya proses motivasi yang diantaranya

meliputi:

1. Tujuan, dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan

organisasi, mengetahui kepentingan, dalam proses motivasi penting

mengetahui kebutuhan atau keinginan pegawai yang tidak hanya melihatnya

dari sudut kepentingan pimpinan dan organisasi saja.

2. Komunikasi Efektif, dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang

baik dan efektif dengan bawahan.

3. Integrasi Tujuan, dalam proses motivasi perlu menyatukan tujuan instansi dan

tujuan kepentingan pegawai.

4. Fasilitas, pimpinan dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada

instansi dan individu pegawai yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan

(34)

5. Team Work, pimpinan harus menciptakan team work yang terkoordinasi baik

yang bisa mencapai tujuan organisasi.

2.2.1.4 Aspek Motivasi

Menurut Hasibuan (2003:96), aspek motivasi dikenal dengan aspek

aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis.

Aspek aktif atau dinamis yaitu motivasi akan tampak sebagai suatu

usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia agar

secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.

Aspek pasif atau statis yaitu motivasi akan tampak sebagai kebutuhan

dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan

menggerakkan potensi sumber daya manusia ke arah tujuan yang diinginkan.

Keinginan dan kegairahan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan

pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi statis, yaitu:

1. Aspek motivasi tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok manusia

yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya dengan tercapainya

tujuan organisasi.

2. Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsang atau insentif yang

diharapkan akan dapat memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan

(35)

2.2.1.5 Tingkat Kebutuhan dalam Motivasi

Tingkatan kebutuhan masyarakat tersebut, menurut Dharma (1994:16)

didasarkan pada prinsip-prinsip yaitu:

a. Manusia adalah makhluk yang berkeinginan

b. Segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lain mulai

muncul

c. Kebutuhan manusia nampak diorganisir ke dalam kebutuhan yang

bertingkat-tingkat

d. Segera setelah kebutuhan semua itu terpenuhi, maka kebutuhan lain yang telah

meningkat mulai mendominasi.

Dengan demikian dapat dikatakan apabila timbulnya perilaku

seseorang pada suatu saat ditentukan oleh kebutuhan yang memiliki kekuatan

tinggi, maka pemimpin harus mengetahui tentang kebutuhan-kebutuhan yang

dirasakan penting bagi pegawai.

Sedangkan menurut Moekijat (1996:206) teori motivasi didasarkan

atas tingkat kebutuhan-kebutuhan yang disusun menurut prioritas kekuatannya

apabila kebutuhan-kebutuhan pada tingkat bawah telah terpenuhi maka akan

diteruskan kebutuhan yang lebih tinggi.

2.2.2 Pengertian Kinerja

Pada dasarnya kinerja seseorang pegawai merupakan hal yang bersifat

(36)

berbeda-beda dalam mengerjakan tugas pekerjaannya. Kinerja seorang bergantung pada

kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang diperoleh.

Menurut Mangkunegara (2005:67) istilah kinerja berasal dari kata Job

Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya)

yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Prawirosentono (1999:2)kinerja adalah suatu hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orag dalam organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya

mencapai suatu tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Sedangkan menurut Mathis dan Jakson (2002:78) kinerja merupakan

suatu rangkaian yang kritis antara strategi organisasi dengan hasilnya.

Menurut Smith dalam Soedarmayanti (2001:50) menyatakan bahwa

kinerja adalah hasil kerja atau keluaran dari suatu proses.

Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja adalah tingkat

seluruh keluaran baik kuantitas maupun kualitas yang dihasilkan oleh pegawai

yang merupakan hasil diri pekerjaan sesuai dengan persyaratan pekerjaan dalam

(37)

2.2.2.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2003:231) penilaian kinerja adalah suatu

kegiatan yang dilakukan manajemen atau penyewa penilai untuk menilai kinerja

tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan urutan atau

deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.

Darma (2004:367) menyebutkan bahwa penilaian kerja merupakan

proses pengambilan keputusan tentang hasil yang dicapai karyawan dalam priode

waktu tertentu.

Sedangkan Prawirosentono (1999:216), penilaian kinerja adalah proses

penilaian hasil kerja yang akan digunakan oleh pihak manajemen untuk

memberikan informasi kepada para karyawan secara individual tentang mutu hasil

pekerjaannya dipandang dari sudut kepentingan perusahaan.

Dari definisi-definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

penilaian kinerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan

pekerjaan mereka secara individual dipandang dari sudut kepentingan perusahaan.

2.2.2.2 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2003:203) penilaian kinerja dilakukan

dengan tujuan sebagai berikut:

1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan

jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.

(38)

3. Alat untuk memberikan timpal balik (feed back) yang mendorong ke arah

kemajuan dengan kemungkinan memperbaiki atau meningkatkan kualitas

kerja bagi para tenaga kerja.

4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seseorang

pemegang tugas dan pekerjaan.

5. Landasan atau bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang

ketenagakerjaan, baik promosi, muti, maupun kegiatan ketenagakerjaan

lainnya.

2.2.2.3 Indikator-Indikator yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Indikator-indikator yang mempengaruhi kinerja pegawai menurut

Martoyo (2000:172) ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi kinerja,

yaitu sebagai berikut:

1. Kuantitas kerja, merupakan jumlah pekerjaan yang dihasilkan untuk pegawai.

2. Kerja sama, merupakan kemampuan para pegawai untuk bekerja sama-sama

dengan orang lain, dalam hal ini menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan

yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang

sebesar-besarnya.

3. Inisiatif atau Prakarsa, merupakan kemampuan seseorang pegawai untuk

mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan

yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tanpa menunggu perintah dan

bimbingan.

(39)

5. Kehadiran atau Presensi, merupakan kedatangan secara fisik pegawai untuk

melaksanakan suatu pekerjaan.

2.2.2.4 Kinerja yang Efektif

Menurut Mathis dan Jackson (2002:108), kinerja yang efektif adalah:

1. Konsisten dengan misi dari strategi organisasi.

2. Menguntungkan sebagai alat pengembangan.

3. Bermanfaat sebagai alat administrasi.

4. Legal dan terkait dengan pekerjaan.

5. Secara umum dipandang cukup adil oleh kinerja karyawan.

6. Bermanfaat dalam mendokumenkan kinerja karyawan.

2.2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai menurut Mahmudi

(2005:21), banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu sebagai berikut:

a) Faktor personal / individu, meliputi: pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

b) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan tema leader.

c) Faktor tim, meliputi: kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan

(40)

d) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang

diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam

organisasi.

e) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan

eksternal dan internal.

Ruky (2001:7) faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap

tingkat pencapaian kinerja organisasi adalah:

1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan

untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan,

dan kebersihan.

4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam

organisasi yang bersangkutan.

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar

bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan,

promosi, dan lain-lainnya.

Sedangkan menurut Soesilo (2000:22), ada lima faktor yang

mempengaruhi kinerja:

1. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi

yang menjalankan aktifitas organisasi.

(41)

3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk

bekerja dan berkarya secara optimal.

4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan penglolaan data base

untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan

teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.

2.2.2.6 Manfaat Penilaian atau Evaluasi Kinerja

Menurut Siagian (2000:158) pentingnya penilaian kinerja yang

obyektif dan rasional dapat dilihat dari manfaat yang diperoleh. Manfaat adanya

penilaian yang obyektif dan rasional adalah sebagai berikut:

a) Memungkinkan pegawai, pimpinan dan satuan kerja yang mengelola sumber

daya manusia dalam suatu instansi atau perusahaan dapat mengambil

langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja.

b) Membantu instansi atau lembaga atau perusahaan melakukan penyesuaian

dalam pemberian imbalan kepada pegawai sesuai dengan penilaian kinerja.

c) Membantu para pengambil keputusan kunci dalam penempatan posisi yang

baru seperti alih tugas, alih wilayah, dan promosi.

d) Memberikan paham pertimbangan dalam merancang program pelatihan untuk

mengatasi permasalahan dan dalam rangka pengembangan pegawai.

e) Membantu pegawai untuk merencanakan dan mengembangkan kariernya di

(42)

f) Membantu manajemen sumber daya manusia untuk menyempurnakan

prosedur rekrutmen dan seleksi pegawai baru atau calon pegawai negeri sipil

(CPNS).

g) Menyempurnakan sistem informasi sumber daya manusia sehingga

benar-benar dapat diandalkan dalam menyelenggarakan berbagai fungsi yang

menjadi tanggung jawab manajemen sumber daya manusia.

h) Menyempurnakan sistem rancang bangun pekerjaan karena tidak mustahil

kinerja pegawai tidak sesuai dengan harapan karena rancang bangun yang

kurang tepat.

i) Membantu instansi atau lembaga atau badan atau perusahaan dalam

meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan eksternal di masa

datang.

Agar suatu penilaian bersifat obyektif dan rasional perlu diperhatikan

hal berikut:

1) Penilaian kinerja memenuhi empat persyaratan sebagai berikut:

a) Mampu menilai kinerja yang tipikal dan bukan mengukur kinerja yang

pada suatu ketika menonjol

b) Bersifat praktif

c) Bersifat baku

d) Dapat dipercaya

2) Pentingnya tolak ukur yang obyektif, mudah digunakan, tingkat keandalan

tinggi, dapat mengidentifikasi perilaku yang bersifat kritikal dalam

(43)

3) Penilaian kinerja harus diterapkan pada pengukuran standar hasil pekerjaan

yang didasarkan pada uraian pekerjaan yang telah dibuat.

4) Hasil penilaian kinerja bersifat rahasia bagi orang lain, tetapi harus bersifat

terbuka bagi pegawai yang dinilai.

5) Hasil penilaian kinerja harus tercatat secara lengkap dalam arsip pegawai.

6) Catatan lengkap tentang hasil penilaian kinerja harus tersimpan rapi pada

pengelola sumber daya manusia.

7) Dilihat pada sudut pandang kepentingan instansi atau perusahaan, filsafat

penilaian kinerja adalah meningkatkan produktivitas para pegawai sebagai

individu, sebagai anggota kelomok, dan sebagai anggota di instansi atau

perusahaan serta menemukan cara yang paling tepat untuk membantu pegawai

dalam meningkatkan kinerjanya.

2.2.2.7 Ukuran Tingkat Kinerja Organisasi

Menurut Levina, dkk. (1990) dalam Dwiyanto (1995) mengemukakan

ukuran tingkat kinerja suatu organisasi publik secara lengkap sebagai berikut:

1. Responsivitas

Responsivitas mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan

pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan

keinginan masyarakat.

2. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang implisit dan eksplisit.

(44)

Akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan kegiatan

organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

2.3 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Kepegawaian

Orang yang mau bekerja untuk memenuhi kebutuhan berbentuk materi

dan non materi. Oleh karena itu, harus dilaksanakan analisis kebutuhan-kebutuhan

dasar yang merupakan dasar motivasi seseorang untuk mampu bekerja dengan

baik serta mensurvey keinginan-keinginan pegawai termasuk didalamnya adalah

kebutuhan-kebutuhan terhadap kompensasi yang diberikan instansi kepada

pegawai sehingga termotivasi untuk bekerja lebih baik.

Menurut Zainun (2004:50), motivasi dan kemampuan untuk

menghasilkan memang merupakan syarat pokok yang istimewa bagi manusia

yang langsung berpengaruh terhadap tingkat dan mutu kinerja. Konsepsi motivasi

mempunyai peranan penting bagi seorang penanggung jawab dalam satu-satuan

organisasi untuk menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan segala daya dan

potensi tenaga kerja yang ada ke arah pemanfaatan yang paling optimal sesuai

dengan dan dalam batas-batas kemampuan manusia dengan bantuan sarana-sarana

dan fasilitas lainnya dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai.

Baron dan Greenberg (1990:90) “Motivation together with person’s

ability combine to influence job performance”, artinya motivasi bersama dengan

kemampuan seseorang mempengaruhi kinerja pegawai. Motivasi pegawai dalam

bekerja bergantung pada harapan yang ingin dicapai seseorang dari prestasi

(45)

kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan kinerja yang mendukung

tujuan dari badan usaha tersebut.

2.4 Kerangka Berpikir

Motivasi kerja memberikan kontribusi positif terhadap kinerja

pegawai. Pegawai yang memiliki pendorong dalam bekerja akan termotivasi

untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya yang akhirnya akan

berdampak pada membaiknya kinerja pegawai. Pendapat Nimron (1996:46) yang

merupakan keadaan dimana usaha dan kemauan keras seseorang diarahkan kepada

pencapaian hasil-hasil tertentu berupa produktivitas, kehadiran, atau perilaku kerja

kreatifnya terhadap kinerja pegawai dijelaskan pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

Motivasi Kerja (X) Kinerja Pegawai (Y)

Sumber : Nimron (1999:46)

Keterangan:

X = variabel bebas

Y = variabel terikat

= hubungan

Motivasi kinerja yang ada pada diri pegawai atau motivasi kerja

(46)

Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur akan mampu berpotensi meningkatkan kinerja

pegawai di Kantor Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir penelitian di atas maka dapat diambil

suatu hipotesis sebagai berikut:

“Diduga terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai di Dinas

(47)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini mengoperasikan 2 macam variabel, yaitu variabel

motivasi kerja dan variabel semangat kerja pegawai, beserta sub variabel dan

indikator masing-masing. Adapun penjelasan definisi operasional dari varibel X

dan variabel Y, sebagai berikut:

3.1.1 Definisi Operasional

1. Motivasi kerja (X) sebagai variabel bebas (Independen)

Variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

yang lain dalam penelitian. Dalam penelitian ini motivasi kerja merupakan

variabel independen. Motivasi kerja (X) adalah keseluruhan aktivitas

pemberian dorongan atau usaha menggerakkan anggota organisasi dari atasan

kepada bawahan, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga bawahan mau

bekerja dengan memberi yang terbaik dari dirinya, baik wantu, tenaga,

maupun keahliannya demi tercapainya tujuan organisasi. Dengan sub

organisasi begai berikut:

a. Faktor Dari Dalam

Yaitu faktor-faktor yang berperan sebagai motivator atau dari dalam

terhadap pegawai, yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang

(48)

4. Responsibilities (tanggung jawab)

5. Advancement (pengembangan)

b. Faktor dari Luar

Yaitu faktor pemeliharaan atau faktor kesehatan yang berasal dari luar

yang dapat menimbulkan rasa tidak puas terhadap instansi. Indikatornya

antara lain:

1. Technical Supervisor (teknis supervisi)

2. Interpersonal Relationship (hubungan antar pribadi)

3. Company Policy and Administration (kebijaksanaan dan administrasi

instansi)

4. Wages (pendapatan atau bonus)

5. Working Condition (kondisi kerja)

2. Variabel dependen (Y) adalah variabel kinerja. Kinerja (Y) adalah suatu hasil

kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi.

Adapun sub variabel kinerja pegawai adalah:

a. Kesetiaan

Adalah tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan, dan

mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung

(49)

tanggung jawab

3. Tekad dan kesanggupan mengamalkan sesuatu dengan penuh

kesadaran dan tanggung jawab

b. Prestasi Kerja

Adalah kinerja yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepadany a. Indikatornya adalah:

1. Kecakapan dalam bekerja

2. Ketrampilan dalam bekerja

3. Kesanggupan dalam bekerja

c. Tanggung Jawab

Adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas

dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan tepat waktu.

Indikatornya adalah:

1. Kesanggupan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan

2. Tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

3. Berani mengambil resiko

d. Ketaatan

Adalah kesanggupan menaati segala ketetapan dan peraturan

perundang-undangan. Indikatornya adalah:

(50)

1. Ketulusan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan

2. Tidak menyalahgunakan wewenang

f. Kerjasama

Adalah kemampuan bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam

menyelesaikan tugas. Indikatornya adalah:

1. Kemampuan untuk bekerja sama antar pegawai

g. Prakarsa

Adalah kemampuan untuk mengambil keputusan. Indikatornya adalah:

1. Kemampuan untuk mengambil keputusan

h. Kepemimpinan

Adalah kemampuan untuk meyakinkan orang lain dalam melaksanakan

perintahnya. Indikatornya adalah:

1. Tingkat kemampuan untuk meyakinkan orang lain

3.1.2 Pengukuran Variabel

Data penelitian diukur dengan skala interval, yaitu skala yang

mempunyai jarak (interval) yang sama pada semua tingkat (rank) dengan suatu

atribut yang hendak diukur. Sedangkan metode penyusunan skala menggunakan

skala sikap dari Likert (Skala Liket), dengan ketentuan, untuk variabel motivasi

(51)

Sedangkan untuk pengukuran variabel kinerja pegawai, skor yang

diberikan adalah:

Skor 1 = Kinerja yang rendah

Skor 2 = Kinerja yang sedang

Skor 3 = Kinerja yang tinggi

Untuk memperjelas tentang definisi operasional dan pengukuran

variabel sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya maka dibuat pengukuran

(52)

(kurang) (sedang/cukup) (baik)

tidak pernah kadang-kadang selalu

3. Pegawai sungguh peduli dengan pekerjaanya

Tidak peduli Kurang peduli Sangat peduli

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

6. Pegawai tetap bekerja dengan baik

meskipun tanpa diawasi

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

7. Pegawai mudah menjalin hubungan baik dengan orang lain

Tidak mudah Mudah Sangat mudah

Tidak pernah memberikan Sering memberikan Motivasi

(X)

Ekstrinsik

10. Kerjsa sama satu bisang atau dengan

(53)

Perhitungan interval kelas jawaban berdasarkan jumlah pertanyaan, nilai

skor tertinggi dan nilai skor terendah dengan rumus berikut ini.

Xa

X1

Interval kelas = k

= Nilai skor tertinggi – Nilai skor terendah

Jumlah kelas / kategori

= (10 x 3) – (10 x 1) 3

= 30 – 10 3

= 20 3

= 6,66

Berdasarkan perhitungan interval kelas di atas, maka dapat disusun

distribusi interval kelas masing-masing kategori interval X (motivasi) sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Distribusi Interval Kelas Kategori Variabel X

No. Interval Kelas Interval Jawaban Kategori

1 23,34 – 30,00 24 – 30 Baik

2 16,67 – 23,33 17 – 23 Cukup

(54)

l Variabel Indikator

2. Hubungan dengan atasan maupun sesame pegawai Terjalin dengan baik Kerja sama

Tidak baik Kurang baik Sangat baik

3. Pegawai di beri

Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

5. Pegawai selalu

atau presensi setiap harinya Tidak pernah Kadang-kadang Selalu

(55)

digunakan jika diyakini responden mengetahui bidang yang dinilai. (Husaini

dan Purnomo, 1996:66)

b. Semua jawaban responden dihitung dengan menggunakan skor yang tertinggi

ke urutan yang terendah, yakni skor 3 untuk ukuran tinggi, skor 2 untuk

ukuran sedang dan skor 1 untuk ukuran rendah.

Menurut Suprapto (2000:64) untuk mengetahui bagaimana tingkat

kategori variabel Y (kinerja), maka dilakukan perhitungan interval kategori

sebagai berikut:

Perhitungan interval kelas jawaban berdasarkan jumlah pertanyaan, nilai

skor tertinggi dan nilai skor terendak dengan rumus sebagai berikut:

X

n –

X

1

Interval kelas =

k

= Nilai skor tertinggi – Nilai skor terendah Jumlah kelas / kategori

= (5 x 3) – (5 x 1) 3

= 15 – 5 3

= 10 3

(56)

Tabel 3.4

Distribusi Interval Kelas Kategori Variabel Y

No. Interval Kelas Interval Jawaban Kategori

1 11,68 – 15,00 12 – 15 Baik

2 8,34 – 11,67 8 – 12 Cukup

3 5,00 – 8,33 5 – 8 Kurang

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi penilaian ini adalah semua Pegawai Negeri Sipil Dinas Tenaga

Kerja Propinsi Jawa Timur dengan populasi sebanyak 186 orang.

Menurut Sugiono (2001:78) adapun untuk teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan cara menggunakan Probability Sampling yaitu Simple Random

Sampling dikatakan menggunakan teknik Simple Random Sampling dikatakan

menggunakan teknik Simple Random Sampling karena cara pengambilan

sampelnya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada.

Dari populasi sebanyak 186 orang didapatkan jumlah sampel yang harus

diambil sebanyak 125 orang. Sampel yang ada dalam penelitian ini adalah

Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak termasuk pimpinan. Hal ini dapat dibuktikan

(57)

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dan selanjutnya

diolah, dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan. Teknik yang digunakan

dalam memperoleh data primer antara lain:

Quesioner

Yaitu: data yang diperoleh dengan cara membagikan kuesioner atau daftar

pertanyaan kepada responden untuk memperoleh data sesuai dengan masalah

yang diteliti.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dalam bentuk dokumen atau arsip serta

ketentuan-ketentuan yang berupa publikasi atau data yang diperoleh secara tidak

langsung dari obyek. Adapun teknik yang digunakan dalam memperoleh data

sekunder antara lain:

a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan langsung terhadap fenomena yang dihadapi di Kantor Dinas

(58)

dianalisa.

3.4 Metode Analisa Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Korelasi

Rank Spearman, yaitu untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel X

(Motivasi), dengan variabel Y (Kinerja).

6∑b12

Dengan rumus : ρ = 1 –

n(n2 – 1)

Dimana : ρ = Koefisien korelasi

b1 = Menunjukkan perbedaan setiap pasang rank X dan Y

n = Menunjukkan jumlah sampel. (Sugiono, 1997:186)

Langkah-langkah dalam menggunakan analisis Korelasi Rank Spearman

dapat diiktisarkan sebagai berikut:

1. Nilai pengamatan dari dua variabel yang akan korelasinya diberi jenjang. Bila

nilai pengamatan yang sama dihitung jenjang rata-ratanya.

2. Setiap pasang jenjang dihitung perbedaannya (b2).

3. Perbedaan setiap pasang jenjang tersebut dikuadratkan (b12) dan dihitung

jumlahnya (∑b12).

4. Menghitung harga Korelasi Rank Spearman.

(59)

Tabel 3.5

Tabel Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Sumber : Sugiono, 1997:149

Menurut Sugiono, 1997:220 untuk mengetahui tingkat signifikan, maka

harga dari Rank Spearman untuk n ≤ 30 langsung dikonsultasikan dengan tabel

nilai-nilai Rho Spearman.

Ketentuan dari pengujian hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ho : ρ = 0 (tidak ada hubungan anatara variabel X yaitu motivasi dengan

variabel Y yaitu kinerja)

2. Ho : ρ≠ 0 (ada hubungan antara variabel X yaitu motivasi dengan variabel Y

yaitu kinerja)

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dengan kriteria

(60)

2. Jika t hitung < t tabel, maka tidak ada hubungan yang signifikan antara

variabel X yaitu motivasi, dengan variabel Y yaitu kinerja sehingga Ha ditolak

dan Ho diterima.

Selanjutnya harga t hitung tersebut dikonsultasikan dengan tabel distribusi

(61)

4.1 Gambaran Umum Kantor Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur 4.1.1 Sejarah Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur

Dinas Tenaga Kerja merupakan organisasi yang mempunyai tugas

menangani masalah ketenagakerjaan. Sejalan dengan pertumbuhan organisasi

pemerintah Republik Indonesia, organisasi Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa

Timur mengalami banyak perubahan.

Pertama, Departemen Tenaga Kerja. Berdiri pada awal pemerintah RI,

bertugas untuk menangani masalah perburuhan berada di bawah kendali

Departemen Sosial CQ Bagian Perburuhan yang kemudian pada tanggal 1 Juli

1974 status organisasinya ditingkatkan menjadi jawatan perburuhan,

ditetapkan dengan adanya maklumat Presiden No.7 Tahun 1947. berdasarkan

Peraturan Menteri Perburuhan dan Sosial No.1 Tahun 1948 tanggal 29 Juli

1948 tentang struktur Organisasi Jawatan Perburuhan pada Kementrian

Perburuhan dan Sosial.

Pada tanggal 19 Desember 1948 Kementrian Perburuhan dan Urusan

Sosial di perluas tugas dan fungsinya menjadi Kementrian Perburuhan, Sosial,

Pembangunan, Pemuda dan Keamanan dan pada tanggal 20 Desember 1950

menjadi Kementrian Perburuhan dan Kementrian Sosial. Tata sususnan

Organisasi Kementrian ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perburuhan

(62)

Tenaga Kerja.

Untuk tingkat kantor daerah struktur organisasinya adalah sesuai

dengan PMP No. 74 Tahun 1954 dan telah diubah dengan PMP No.78 Tahun

1954 juncto PMP No.103 tanggal 3 November 1955 tentang susunan vertikal

jawatan penempatan tenaga di daerah-daerah. PMP No. 1 tanggal 25 April

1957 tentang pembentukan dewan-dewan pertimbangan penempatan tenaga

daerah pada Kantor Penempatan Tenaga Daerah.

Berdasarkan Keputusan Presiden Kabinet Ampera No.

75/KEP/11/1966 tanggal 3 November 1966 tentang struktur organisai dan

pembagian tugas departemen-departemen. Jawatan pembantu menteri di

lingkungan Departemen Tenaga Kerja dihapuskan digantikan dengan seorang

Sekretaris Jendral sebagai unsur pembantu Menteri Bidang Pembinaan Umum

Administrasi. Selanjutnya diusulkan pergantian nama dari Kementrian

Perburuhan menjadi Departemen Tenaga Kerja dengan maksud untuk

memberikan citra bahwa Departemen Tenaga Kerja di bentuk untuk mengatasi

masalah perburuhan dan menghilangkan konotasi politik.

Departemen Tenaga Kerja diperluas menjadi Departemen Tenaga

Kerja Transmigrasi dan Koperasi, sehingga ruang lingkupnya tidak hanya

mencakup masalah ketenagakerjaan tetapi juga mencakup masalah

(63)

organisasi yang “holding company type” menjadi “integrated type” ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No : Kep-199/Men/1984. dalam

masa bakti Kabinet Pembangunan II unsur koperasi dipisahkan dari

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi tetapi tidak mengalami

perubahan organisasi. Dan dalam masa bakti Kabinet Pembangunan IV telah

dibentuk Departemen Tenaga Kerja yaitu berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja Nomor: Kep-525/Men/1988 tentang penataan struktur organisasi

Departemen Tenaga Kerja. Departemen Tenaga Kerja berjalan beserta

program-program yang ada yang terbagi diberbagai daerah-daerah.

Kedua, Pembentukan Dinas Perburuhan Daerah Propinsi Jawa Timur

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1958 tanggal 25 Maret 1958

tentang penyerahan kekuasaan tugas dan kewajiban mengenai urusan-urusan

kesejahteraan buruh, kesejahteraan pengangguran dan pemberian kerja kepada

pengangguran di daerah-daerah. Bahwa berhubungan dengan keinginan dan

hasrat daerah-daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

yang seluas-luasnya.

Berdasarkan serah terima tanggal 25 Maret 1958 No. 14 LN 58-26 DU.

27-5-1958 serta berdasarkan juncto Surat Keputusan Dewan Pemerintahan

Daerah Swantara tanggal 26 Mei 1595 No : BH/2286/L/59dpd, maka urusan

(64)

Dinas Perburuhan Daerah Jawa Timur dibentuk berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 9 April 1964 No : 1

Des/269/G/33/AA, yang masing-masing Dinas berkedudukan di Ibukota

Daerah Pembantu Gubernur Jawa Timur.

Dalam rangka melengkapi dasar kelembagaan Dinas Perburuhan

Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, sebagaimana telah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Tingkat I Jawa Timur No. 9

Tahun 1978, maka dengan memperhatikan Keputusan Menteri Dalam Negeri

No. 274 Tahun 1982 tentang pedoman pembentukan, susunan organisasi dan

tata kerja Cabang Dinas Daerah Tingkat I dan tata kerja Cabang Dinas

Perburuhan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.

Sehubungan dengan telah berlakunya Peraturan Daerah Propinsi

daerah Tingkat I Jawa Timur No. 20 Tahun 1984 tentang susunan organisasi

dan tata kerja Cabang Dinas Perburuhan Daerah Tingkat Propinsi Tingkat I

Jawa Timur, sebagai pelaksanaan peraturan daerah, maka diterbitkan

keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 15 Mei

1985 No. 129 Tahun 1985 yang menetapkan wilayah kerja Cabang Dinas

Perburuhan Daerah di Surabaya, Probolinggo, Jember dan Pamekasan serta

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 1 Februari

(65)

Pada Tahun 1994 diadakan perubahan yaitu dari Dinas Perburuhan

Daerah Propinsi Jawa Timur. Berdasarkan Undang-Undang No.22 Tahun

1999 menetapkan kedudukan Propinsi sebagai pembangunan ketenagakerjaan

bertujuan menciptakan perluasan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga

kerja serta kesejahteraan tenaga kerja melalui penyebaran informasi dan

perencanaan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, kesempatan berusaha,

pembinaan manajemen dan produktifitas, pemagangan, pelatihan,

kelembagaan dan perlindungan serta kesejahteraan tenaga kerja. Serta adanya

penyerapan tambahan angkatan kerja dan pengurangan pengangguran secara

bertahap dengan menciptakan perluasan lapangan kerja yang produktif dan

berkelanjutan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2000, kewenangan di

bidang ketenagakerjaan meliputi pedoman kesejahteraan purna kerja serta

penetapan dan pengawasan atas pelaksanaan upah minimum. Disamping

melaksanakan dua kewenangan pokok, pemerintah propinsi juga mempunyai

tugas dekonsentrasi.

Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah, diikuti dengan pemberlakuan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

Gambar

Tabel 3.1 Instrumen Pengukuran Motivasi Pegawai Negeri Sipil (X)
Tabel 3.2 Distribusi Interval Kelas Kategori Variabel X
Tabel 3.3 Instrumen Pengukuran Variabel Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Y)
Tabel 3.4 Distribusi Interval Kelas Kategori Variabel Y
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

laboratorium masih manual, akan membuat menimbulkan ketidakpuasan dari pasien.. Akar dari permasalahannya yang saya lihat adalah aktivitas yang manual. dengan pasien

Prosedur Pengiriman Ekspor Karet (Rubber) pada PT Remco Palembang. 1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1

14 ROHMANTO III/b Pelaksana Seksi Operasi dan Pengolahan Data pada Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Citarum Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat 15 SITI

dan kota Semarang juga mempunyai curah hujan yang tinggi setiap tahunnya. tetapi belum diketahui bagaimana profil pH (tingkat keasaman) air hujan

c. Isi Surat Perintah Tugas memuat dasar dan pertimbangan perintah penugasan, nama jabatan yang diberi tugas, jenis tugas yang harus dilaksanakan dan

Dalam Pasal 15 Undang-undang No.31 Tahun 1999 ditentukan bahwa setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Sistem Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di DPPKAD Kota Gorontalo sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 yang