• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Carboxymethyl Chitosan Dengan Variasi Konsentrasi NaOH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Carboxymethyl Chitosan Dengan Variasi Konsentrasi NaOH"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARAKTERISTIK

CARBOXYMETHYL CHITOSAN

DENGAN

VARIASI KONSENTRASI NaOH

MOCHAMMAD JAMIL AWAL SAPUTRA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik

Carboxymethyl Chitosan Dengan Variasi Konsentrasi NaOH adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Mochammad Jamil Awal Saputra

(4)
(5)

ABSTRAK

MOCHAMMAD JAMIL AWAL SAPUTRA. Karakteristik Carboxymethyl Chitosan Dengan Variasi Konsentrasi NaOH. Dibimbing oleh PIPIH SUPTIJAH dan UJU.

Carboxymethyl chitosan merupakan senyawa turunan kitosan yang diperoleh dengan modifikasi kimia sehingga larut air. Pembuatan CMCh dilakukan melalui proses alkalisasi dan karboksimetilasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik karboksimetil kitosan antara lain kelebihan natrium hidroksida pada proses alkalisasi kitosan, rasio antara kitosan dan asam monokloroasetat serta suhu karboksimetilasi kitosan menjadi karboksimetil kitosan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi NaOH terhadap kualitas carboxymethyl chitosan yang dihasilkan, mempelajari proses pembuatan CMCh, menetapkan konsentrasi NaOH yang tepat dalam proses pembuatan CMCh, dan menganalisis karakteristik CMCh yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian, CMCh terbaik terdapat pada penggunaan konsentrasi NaOH 10 M dengan rendemen berkisar antara 110,72%-114,22%. Nilai pH berkisar antara 3,74-4,31. Persentase kadar air sebesar 10,70%-11,42%. Kadar abu dan nitrogen masing-masing berkisar antara 0,49%-0,50% dan 4,52%-4,81%. Nilai viskositas sebesar 6,50-8,25 cPs, serta kelarutan sebesar 61,61%-91,50%. Gugus fungsi yang berbeda dari kitosan yaitu gugus C=O, gugus CH alkena, gugus C−O, dan gugus C−O−C.

Kata kunci: carboxymethyl chitosan, gugus fungsi, karakteristik CMCh, kelarutan, kitosan.

ABSTRACT

MOCHAMMAD JAMIL AWAL SAPUTRA. Carboxymethyl Chitosan Characteristics With Variation Of NaOH Concentration. Supervised by PIPIH SUPTIJAH and UJU.

Carboxymethyl chitosan is chitosan derivative product obtained from chemical modification. CMCh were made by alkalization process and carboxymethylation process.Factors that affect CMCh characteristics were excess sodium hydroxide in alkalization process, ratio between chitosan and monochloroacetic acid, and carboxymethylation temperature. The objectives of this research were to study the NaOH effect to CMCh characteristics, to learn process of making CMCh, to set the proper concentration of NaOH, and to analyze CMCh characteristics. CMCh yields were 110.72%-114.22%. CMCh pH value were 3.74-4.31. The optimum NaOH concentration to obtain the best CHCh was 10 M. Percentage of CMCh moisture content was 10.70%-11.42%. Ash content and nitrogen content of CMCh were 0.49%-0.50% and 4.52%-4.81%. CMCh viscousity was 8.25 cps. Percentage of CMCh solubility was 61.61%-91.50%. The different functional groups from chitosan which observed in CMCh were C=O group, CH group from alkene functional group, C−O group, and C−O−C group.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Terknologi Hasil Perairan

KARAKTERISTIK

CARBOXYMETHYL CHITOSAN

DENGAN

VARIASI KONSENTRASI NaOH

MOCHAMMAD JAMIL AWAL SAPUTRA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Karakteristik Carboxymethyl Chitosan Dengan Variasi Konsentrasi NaOH

Nama : Mochammad Jamil Awal Saputra

NIM : C34090045

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Pipih Suptijah, MBA Pembimbing I

Dr Eng Uju, SPi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini Karakteristik Carboxymethyl Chitosan Dengan Variasi Konsentrasi NaOH.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Dr Pipih Suptijah, MBA dan Dr Eng Uju, SPi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, MPhill selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

3. Dr Desniar, SPi, MSi selaku wakil ketua program studi yang telah mewakili departemen pada saat ujian dan saran perbaikan.

4. Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.

5. Ayah, ibu, adik-adik, dan seluruh keluarga atas pengertian dan dukungan yang diberikan.

6. Rasta, Rafiq, Alam, Affan, Rohmad, Budi, Dhani, Galih, Caca, Batara, Yudha dan teman-teman THP 46 (Alto) lainnya atas segala doa, motivasi, dan kenangan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2014

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

Bahan ... 2

Alat ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Karakteristik Kitosan Komersil ... 6

Rendemen Carboxymethyl Chitosan(CMCh) ... 8

Karakteristik Carboxymethyl Chitosan (CMCh) ... 9

Gugus Fungsi Carboxymethyl Chitosan ... 14

KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

Kesimpulan ... 16

Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 19

(15)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik kitosan komersil... 7

2 Karakteristik kimia carboxymethyl chitosan ... 10

3 Hasil analisis gugus fungsi CMCh. ... 14

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian ... 3

2 Kenampakan fisik kitosan komersil... 7

3 Rendemen carboxymethyl chitosan. ... 9

4 Kenampakan fisik carboxymethyl chitosan ... 10

5 Diagram hasil analisis viskositas CMCh. ... 12

6 Diagram hasil analisis kelarutan carboxymethyl chitosan. ... 13

7 Grafik hasil analisis gugus fungsi CMCh ... 15

DAFTAR LAMPIRAN

1

Tabel analisis data dengan One Way ANOVA SPSS 17.0 ... 19

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kitosan merupakan biopolimer turunan kitin yang dapat diperoleh dari kulit udang dan cangkang kepiting. Miao et al. (2008) melaporkan bahwa kitosan merupakan polisakarida kationik yang diperoleh dari deasetilasi basa kitin. Kitosan memiliki tiga tipe gugus fungsional yaitu gugus amino/asetamido dan gugus hidroksil yang berikatan secara primer maupun sekunder, masing-masing berada pada C-2 dan C-3 (Kim 2012).

Mutu kitosan terdiri dari beberapa parameter yaitu bobot molekul, kadar air, kadar abu, warna, derajat deasetilasi dan kelarutan. Kelarutan merupakan salah satu karakteristik yang penting bagi kitosan. Kitosan hanya larut pada sebagian besar larutan asam organik dengan pH sekitar 4,0 tetapi tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5. Mourya et al. (2010) melaporkan bahwa rendahnya kelarutan kitosan dalam pH netral maupun alkali karena adanya struktur kristal yang stabil yang terbentuk dari ikatan kuat hidrogen, oleh karena itu aplikasi kitosan menjadi terbatas. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kitosan yang ada dapat dimodifikasi menjadi senyawa-senyawa turunannya yang memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dalam pH netral dan alkali. Modifikasi kitosan dapat dilakukan secara kimiawi maupun melalui proses depolimerisasi. Salah satu senyawa turunan kitosan yang dapat larut dalam pH netral adalah carboxymethyl chitosan(CMCh) (Miranda et al. 2003).

Carboxymethyl chitosan merupakan senyawa turunan kitosan yang telah dimodifikasi dengan penambahan gugus hidrofilik sehingga dapat larut dalam air. An et al. (2009) melaporkan bahwa karboksimetilasi kitosan dapat dilakukan dengan cara alkilasi menggunakan reagen asam monokloroasetat. Aplikasi CMCh antara lain sebagai senyawa pengantar obat, senyawa pengantar obat yang responsif terhadap perubahan pH, kosmetik, senyawa pengantar DNA, dan senyawa peningkat aktivitas penyebaran obat. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan karboksimetil kitosan adalah tingkat kemurnian kitosan, kelebihan natrium hidroksida pada proses alkalisasi kitosan, rasio antara kitosan dan asam monokloroasetat serta suhu karboksimetilasi kitosan menjadi karboksimetil kitosan. Informasi mengenai pengaruh konsentrasi NaOH terhadap karakteristik carboxymethyl chitosan belum diketahui, sehingga diperlukan penelitian mengenai hal tersebut.

Tujuan Penelitian

(17)

2

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai Pengaruh Perbedaan Konsentrasi NaOH Terhadap Karakteristik Carboxymethyl Chitosan dilaksanakan mulai bulan April 2013 sampai Juli 2013. Pembuatan CMCh, analisis proksimat, dan uji kelarutan dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis viskositas dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis gugus fungsi dilakukan di Laboratorium Analisis Bahan, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan CMCh adalah kitosan yang diperoleh dari CV. Bio Chitosan Indonesia, asam monokloroasetat produksi Merck, NaOH, isopropil alkohol, dan metanol. Bahan-bahan digunakan dalam analisis proksimat adalah akuades, selenium, H2SO4, NaOH, HCl, dan asam borat

(H3BO3). Bahan yang digunakan dalam analisis kelarutan dan viskositas adalah

aquades. Bahan yang digunakan dalam analisis pH adalah larutan buffer.

Alat

Alat yang digunakan untuk pembuatan CMCh adalah beaker glass, erlenmeyer, corong kaca, kertas saring, magnetic stirrer, magnetic bar, batang pengaduk, sudip, termometer, mortar, kertas pH indikator, dan sendok. Alat yang digunakan dalam analisis rendemen adalah timbangan digital. Pengujian pH menggunakan alat pH meter. Alat yang digunakan untuk analisis proksimat adalah timbangan digital, desikator, oven, cawan porselen, sudip (analisis kadar air); tabung kjeldahl, destilator, buret, labu ukur, erlenmeyer (analisis kadar protein); tanur dan desikator (analisis kadar abu). Alat yang digunakan dalam uji kelarutan adalah oven. Pengujian viskositas dilakukan dengan alat Viscometer Brookfield

tipe LV dengan spindle nomor 1 dan kecepatan 60 rpm. Alat yang digunakan dalam analisis gugus fungsi adalah Fourier Transform Infrared (FTIR).

Prosedur Penelitian

(18)

3

Gambar 1. Diagram alir prosedur penelitian (Xue et al. 2009 dengan modifikasi)

Pembuatan carboxymethyl chitosan (CMCh)

Metode yang digunakan dalam pembuatan CMCh mengacu pada Xue et al. (2009) dengan modifikasi. Proses pembuatan CMCh dimulai dengan melarutkan 10 gram kitosan ke dalam 100 ml isopropil alkohol dengan suhu 40℃ lalu diaduk selama 30 menit. NaOH (5M, 10M, 15M) sebanyak 12 ml ditambahkan ke dalam larutan lalu diaduk selama 90 menit. Sesudah itu, sebanyak 30 gram asam monokloroasetat yang terbagi menjadi 4 bagian yang sama ditambahkan dengan selang waktu 5 menit. Campuran kemudian dipanaskan hingga suhu 60℃ selama 4 jam. Setelah itu, campuran dicuci menggunakan methanol 90% dan dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Gambar proses pembuatan disajikan pada Lampiran 2.

(19)

4

Banyaknya rendemen CMCh yang dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Rendemen (%) = a (gram)

b (gram) ×100% Keterangan:

a = Berat produk yang dihasilkan b = Berat awal bahan

Analisis proksimat

Analisis proksimat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui kandungan pada bahan. Analisis proksimat terdiri dari analisis kadar air, kadar abu, kadar nitrogen, dan kadar lemak. Analisis proksimat yang dilakukan pada penelitian ini hanya analisis kadar air, abu, dan nitrogen.

a. Analisis kadar air (AOAC 2005)

Tahap awal dalam memulai analisis kadar air yaitu mengeringkan cawan porselen di dalam oven pada suhu 102-105 oC selama 1 jam. Selanjutnya cawan tersebut diletakkan dalam desikator kurang lebih selama 15 menit hingga dingin kemudian ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan kedalam cawan kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 102-105 oC selama 6 jam. Setelah 6 jam cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin kemudian ditimbang bobotnya dan diulang sampai berat konstan.

Perhitungan kadar air:

b. Analisis kadar abu (AOAC 2005)

(20)

5 Sampel sebanyak 0,25 gram ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50 mL aquades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang

berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh.

Kadar nitrogen dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Analisis kelarutan (Lembono 1989 dalam Khalil 2007)

Tahap awal dalam melakukan analisis kelarutan yaitu kertas saring dikeringkan dalam oven selama 30 menit dan ditimbang. Sampel CMCh ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam 100 mL aquades, kemudian disaring. Kertas saring yang digunakan selanjutnya dikeringkan dalam oven selama 3 jam, lalu dimasukkan dalam eksikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang.

Perhitungan kelarutan:

Analisis viskositas (BSN 1998)

Carboxymethyl chitosan dilarutkan dengan aquades sehingga diperoleh larutan CMCh 1%. Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai viskositas menggunakan viskometer Brookfield tipe LV. Kekentalan larutan diukur menggunakan spindle dan kecepatan putar yang sesuai. Setelah spindle berputar sampai penunjukkan konstan, hentikan putaran spindle dan lakukan pembacaan. Nilai viskositas diukur dengan rumus:

Analisis derajat keasaman (pH)

Proses analisis pH diawali dengan kalibrasi pH meter dengan cara elektroda dicelupkan ke dalam larutan buffer yang telah diketahui pH-nya. Skala yang terbaca kemudian dicocokkan dengan pH dari buffer tersebut. Kemudian elektroda dibilas dengan aquades dan selanjutnya dicelupkan ke dalam larutan aquades, skala yang terbaca kemudian dicocokkan dengan angka 7. Selanjutnya elektroda dibilas dengan aquades dan dilap dengan tissue.

Sebanyak 1 gram sampel CMCh dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml sehingga diperoleh larutan CMCh 1%. Elektroda yang telah dikalibrasi dicelupkan ke dalam sampel, untuk kemudian dicatat nilai pH-nya.

Analisis gugus fungsi (Domsay 1985)

% N = mL HCl –mL Blanko ×N HCl ×14,007 ×fp ×100% mg contoh

Kelarutan = Berat sampel awal –Berat residu

Berat sampel awal ×100%

(21)

6

Sampel sebanyak 0,2 gram digerus dengan KBr dalam mortar agate sampai homogen, kemudian dimasukkan dalam cetakan pelet, dicetak dengan dipadatkan dan divakum sampai optimum, selanjutnya pelet ditempatkan dalam sel dan dimasukkan ke dalam tempat sel pada spektrofotometer inframerah IR-408 yang sudah dinyalakan dan stabil. Panjang gelombang yang digunakan yaitu sebesar 400-4000 cm-1.

Prosedur analisis data

Model rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu konsentrasi NaOH (5M, 10M, dan 15M) dengan dua kali ulangan. Nilai hasil interaksi antar faktor kemudian diolah secara statistik menggunakan software statistika (SPSS 17.0) untuk melihat, persen signifikansi (selang kepercayaan), dan pola interaksi faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon. Uji lanjut yang digunakan dalam analisis data ini adalah uji Duncan untuk melihat pengaruh signifikan dari faktor. Model matematis racangan acak lengkap yang digunakan sebagai berikut:

Yij = μ + Ai + εij

Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan karakteristik CMCh ke-j dengan perlakuan ke-i i = Perbedaan konsentrasi NaOH (5M, 10M, dan 15M)

j = Ulangan dari setiap perlakuan (dua kali)

μ = Nilai tengah umum Ai = Pengaruh perlakuan ke-i

Εij = Pengaruh galat Hipotesis :

H0 : Perbedaan konsentrasi NaOH yang diberikan tidak berpengaruh

terhadap karakteristik CMCh

H1 : Perbedaan konsentrasi NaOH yang diberikan berpengaruh terhadap

karakteristik CMCh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Kitosan Komersil

Kitosan adalah produk turunan kitin yang diperoleh melalui proses deasetilasi. Kitosan merupakan padatan amorf yang berwarna putih kekuningan

dengan rotasi spesifik [α]D11 -3 hingga -10o (pada konsentrasi asam asetat 2%).

Kitosan merupakan polimer glukosamin yang larut oleh sebagian besar asam organik pada pH sekitar 4,0 tetapi tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5 serta tidak larut dalam pelarut air, alkohol, dan aseton (Sugita et al. 2009).

(22)

7

Gambar 2 Kenampakan fisik

kitosan komersil

Beberapa karakteristik fisika-kimia dari kitosan yang dianalisis yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein, ukuran partikel, dan derajat deasetilasi. Karakteristik fisika-kimia kitosan komersil yang digunakan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik kitosan komersil

Parameter Kitosan Komersila Standar Kitosanb

Kenampakan Kuning Pucat -

Kadar Air 8,6% ≤ 10%

Kadar Abu 0,3% ≤ 2%

Kadar Protein 0,5% ≤ 5%

Ukuran Partikel 20-30 mesh serpihan/bubuk

Derajat Deasetilasi 88,5% ≥70%

Sumber: aCV. Bio Chitosan Indonesia.; bProtan Laboratories diacu dalam Ibrahim et al. (2009).

Mutu kitosan komersil yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh Protan Laboratories. Berdasarkan hasil pada tabel tersebut diketahui bahwa kadar air kitosan komersil yang digunakan sebesar 8,6%, kadar abu sebesar 0,3%, kadar protein sebesar 0,5%, dan derajat deasetilasi sebesar 88,5%.

Berdasarkan hasil pada Tabel 1, diketahui bahwa kadar air kitosan komersil memiliki nilai yang telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan Protan Laboratories. Lembabnya lingkungan serta lamanya penyimpanan dapat memberikan pengaruh terhadap persentase kadar air kitosan karena menurut Sofia

et al (2010) penyimpanan yang lama memungkinkan terjadinya perubahan kadar air, tergantung kondisi kelembaban lingkungannya. Selain kelembaban lingkungan, menurut Kurniasih dan Kartika (2011) sifat kitosan yang higroskopis menyebabkan berikatannya molekul air dengan gugus amina kitosan sehingga memungkinkan terjadinya peningkatkan kadar air.

Kadar abu merupakan salah satu parameter yang dapat mengindikasikan kandungan mineral dalam sampel. Kadar abu kitosan komersil yang diperoleh adalah 0,3%. Nilai tersebut telah memenuhi standar mutu kadar abu kitosan menurut Protan Laboratories yaitu kurang dari sama dengan 2%. Faktor yang dapat mempengaruhi kadar abu pada kitosan adalah efektivitas proses demineralisasi, karena menurut Kim (2004) kadar abu merupakan indikator keefektivan proses demineralisasi dalam menghilangkan kalsium karbonat.

(23)

8

pada kitosan komersil yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,5%. Nilai tersebut lebih rendah dari pada kitosan komersil yang digunakan dalam penelitian Zahid (2012) yang mencapai 1,33%. Perbedaan nilai kadar protein ini dapat disebabkan oleh lamanya waktu deproteinasi, karena menurut Poeloengasih et al. (2008) semakin lama waktu yang digunakan untuk proses deproteinasi, maka semakin rendah kandungan nitrogen pada kitin dan kitosan. Faktor lain yang mempengaruhi kadar protein pada kitosan yaitu suhu proses dan konsentrasi NaOH yang digunakan pada proses deasetilasi. Menurut Zahiruddin et al. (2008), protein yang masih terikat setelah proses deproteinasi akan semakin sedikit jumlahnya apabila proses deasetilasi dilakukan dengan suhu yang semakin meningkat dan konsentrasi NaOH yang tinggi.

Deasetilasi merupakan proses menghilangkan gugus asetil dari rantai molekul kitin. Nilai derajat deasetilasi kitosan komersil yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 88,5%. Nilai tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Protan Laboratories. Besarnya nilai derajat deasetilasi dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH yang digunakan dalam proses deproteinase. Zahiruddin et al. (2008) melaporkan bahwa konsentrasi NaOH yang cukup tinggi pada saat deproteinase akan mempermudah pemutusan gugus asetil pada saat deasetilasi.

Rendemen Carboxymethyl Chitosan (CMCh)

Rendemen merupakan salah satu parameter karakteristik yang dapat diamati sebagai respon dari perlakuan yang diberikan. Rendemen CMCh dihitung sebagai persentase bobot CMCh yang dihasilkan terhadap bobot awal kitosan. Rendemen CMCh yang diperoleh berkisar antara 110,72%-114,22%. Persentase rendemen CMCh yang dihasilkan lebih besar daripada persentase rendemen hasil penelitian Khalil (2007) yang hanya mencapai 91,66%-98,82%. Nilai persentase rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan alkalisasi menggunakan 10 M NaOH yaitu sebesar 114,27±1.76%, sedangkan nilai rendemen terendah terdapat pada perlakuan alkalisasi menggunakan 5 M NaOH yaitu sebesar 110,70±2.49%.

Hasil rendemen yang lebih besar dai 100% diduga disebabkan oleh adanya kompetisi reaksi substitusi ion Cl- dari asam monokloroasetat dengan NaOH yang menghasilkan sodium klorida (NaCl) dan sodium glikolat (HOCH2-COONa).

Berikut merupakan rekasi kimia yang terjadi pada proses pembuatan CMCh menurut Basmal et al.(2005)a:

Kitosan-OH + NaOH → Kitosan-ONa

Kitosan-ONa + ClCH2COOH → Kitosan-OCH2COONa + NaCl +2H2O

ClCH2COOH + 2NaOH → HOCH2-COONa + NaCl + H2O

Sodium klorida dan sodium glikolat yang dihasilkan merupakan senyawa yang menjadi pengotor pada CMCh. Hasil penelitian Wijayani et al. (2005) menunjukkan bahwa kemurnian carboxymethyl cellulose meningkat pada penambahan NaOH tetapi mengalami penurunan bila ClCH2COONa semakin naik,

penurunan yang terjadi disebabkan oleh semakin banyaknya NaCl yang dihasilkan. Persentase rendemen CMCh yang mencapai lebih dari 100% menurut Basmal et al. (2007) juga disebabkan karena adanya substitusi H+ pada atom C6

(24)

9

Gambar 3 Rendemen carboxymethyl chitosan. Hasil yang diperoleh merupakan basis kering. aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Gambar 3 menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan rendemen CMCh yang dihasilkan seiring dengan peningkatan konsentrasi NaOH yang digunakan. Meskipun demikian, peningkatan persentase rendemen akibat tingginya konsentrasi NaOH yang digunakan secara statistik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persentase rendemen CMCh yang dihasilkan adalah jumlah asam monokloroasetat yang ditambahkan, karena menurut Oktavia et al. (2005) bila jumlah monokloroasetat yang ditambahkan cukup banyak, rendemen karboksimetil kitosan juga meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan rendemen CMCh adalah waktu reaksi pada saat karboksimetilasi, hal ini dibuktikan dalam penelitian An et al. (2009) yang melaporkan bahwa terjadinya peningkatan rendemen yang sejalan dengan peningkatan waktu reaksi karboksimetilasi dari 1 hingga 3 jam, namun setelah itu tidak terjadi peningkatan rendemen yang signifikan.

Karakteristik Carboxymethyl Chitosan (CMCh)

Carboxymethyl chitosan merupakan senyawa turunan kitosan yang telah dimodifikasi dengan penambahan gugus hidrofilik sehingga dapat larut dalam air. Prinsip pembuatan CMCh secara umum merupakan reaksi asam basa. Basmal et al. (2005)a melaporkan bahwa prinsip pembentukan CMCh yaitu, kitosan yang telah berikatan dengan ion Na+ direaksikan dengan asam monokloroasetat sehingga terjadi pertukaran ion antara ion Na+ yang mudah larut dalam air dengan ion Cl- yang dilepaskan oleh asam monokhloroasetat membentuk larutan garam NaCl, sedangkan kitosan yang telah melepaskan ion Na+ akan bersifat reaktif terhadap gugus karboksil dari asam monokloroasetat sehingga membentuk CMCh. CMCh yang dihasilkan memiliki warna kuning pucat hingga kecoklatan dan berbentuk serpihan. Kenampakan fisik CMCh yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.

(25)

10

Gambar 4 Kenampakan fisik carboxymethyl chitosan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik CMCh yang dihasilkan adalah konsentrasi NaOH yang digunakan pada proses alkalisasi kitosan. Analisis karakteristik kimia yang dilakukan terhadap CMCh yang telah dihasilkan antara lain: kadar air, kadar abu, kadar nitrogen, dan pH. Karakteristik kimia CMCh yang dihasilkan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik kimia carboxymethyl chitosan

Parameter Hasil Khalil sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% .

Tabel 2 menunjukkan nilai hasil analisis karakteristik kimia CMCh yang dihasilkan. Nilai pH CMCh yang dihasilkan berkisar antara 3,74 hingga 4,31. Persentase kadar air CMCh yang dihasilkan berkisar antara 10,70% hingga 12,60%. CMCh yang dihasilkan memiliki nilai persentase kadar abu dan nitrogen masing-masing berkisar antara 0,49%-0,50% dan 4,52%-4,81%.

Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan parameter yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada suatu bahan. Berdasarkan Tabel 2 nilai pH CMCh yang dihasilkan meningkat seiring peningkatan konsentrasi NaOH, namun berdasarkan hasil ANOVA perbedaan konsentrasi NaOH yang digunakan tidak mempengaruhi pH CMCh yang dihasilkan (p>0,05). Nilai pH tertinggi terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH 15 M yaitu sebesar 4,31±0,18, sedangkan pH terendah terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH 5 M yaitu sebesar 3,74±0,06.

(26)

11 Kadar air

Kadar air merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui kadar zat yang mudah menguap termasuk pelarut organik dan air. Hasil pada Tabel 2 menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan kadar air seiring peningkatan konsentrasi NaOH yang digunakan. Meskipun demikian, peningkatan persentase nilai kadar air akibat tingginya konsentrasi NaOH yang digunakan secara statistik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05). Persentase kadar air tertinggi terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH 10 M yaitu sebesar 12,60±0,35%, sedangkan nilai kadar air terendah terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH sebesar 5 M yaitu sebesar 10,70±4,57%.

Nilai persentase kadar air CMCh yang dihasilkan lebih rendah dari pada hasil penelitian Khalil (2007) dengan nilai persentase sebesar 17,12%-20,7%, namun nilai tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Basmal et al. (2007) dengan nilai persentase sebesar 9,75%-9,82%. Nilai kadar air CMCh yang yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu Wuxi Asailuo yang nilainya kurang dari 15%. Perbedaan kadar air yang terkandung dalam CMCh dapat disebabkan oleh banyaknya asam monokloroasetat yang digunakan. Basmal et al. (2005)a melaporkan bahwa semakin banyak asam monokloroasetat yang digunakan menyebabkan jumlah gugus karboksimetil (-CH2COO-) yang

berikatan dengan kitosan lebih banyak sehingga pada saat dikeringkan jumlah air di dalam CMCh yang keluar lebih sedikit.

Kadar abu

Kadar abu merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui jumlah bahan anorganik yang terkandung dalam suatu bahan. Basmal et al. (2005)b melaporkan bahwa komponen-komponen anorganik tersebut biasanya terdiri dari kalsium, sodium, besi, magnesium, dan mangan. Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar abu CMCh yang dihasilkan tidak mengalami perubahan untuk setiap peningkatan konsentrasi NaOH. Berdasarkan hasil uji ANOVA, perbedaan konsentrasi NaOH yang digunakan tidak mempengaruhi kadar abu CMCh yang dihasilkan (p>0,05).

Nilai persentase kadar abu yang dihasilkan lebih rendah dari pada hasil penelitian Khalil (2007) dengan nilai persentase sebesar 0,76%-1,24%, namun nilai CMCh yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu dari Wuxi Asailuo. Tidak terpengaruhnya nilai persentase kadar abu yang dihasilkan diduga karena jumlah asam monokloroasetat yang digunakan sama untuk setiap perlakuan. Basmal et al. (2005)a melaporkan bahwa jumlah asam monokloroasetat yang diberikan pada waktu eterifikasi berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kadar abu pada CMCh.

Kadar nitrogen

(27)

12

CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH sebesar 10 M yaitu sebesar 4,52±0,17%.

Nilai persentase kadar nitrogen yang dihasilkan lebih tinggi daripada hasil penelitian Khalil (2007) dengan nilai persentase kadar nitrogen sebesar 3,03%-3,59%. Tidak terpengaruhnya kadar nitrogen CMCh oleh perlakuan yang diberikan diduga karena NaOH hanya digunakan sebagai senyawa untuk mengaktifkan gugus OH sehingga tidak bereaksi dengan gugus amino pada kitosan. Wijayani et al. (2005) melaporkan bahwa alkalisasi menggunakan NaOH bertujuan untuk mengaktifkan gugus-gugus OH dan berfungsi sebagai pengembang pada molekul selulosa.

Viskositas carboxymethyl chitosan (CMCh)

Pengujian viskositas merupakan salah satu cara untuk mengetahui karakteristik reologi suatu cairan. Viskositas adalah ukuran gaya yang diperlukan untuk menggeser suatu cairan pada suatu kecepatan yang dinyatakan dalam mPa.s yang diukur pada suhu tertentu (BSN 1998). Hasil analisis viskositas CMCh disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Diagram hasil analisis viskositas CMCh. Huruf diatas balok yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata dari uji lanjut Duncan Bedasarkan Gambar 5 diketahui bahwa nilai viskositas CMCh yang diperoleh berkisar antara 6,50-8,25 cPs. Nilai viskositas tertinggi terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH 15 M yaitu sebesar 8,25±0,35 cPs, sedangkan nilai viskositas terendah terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH 5 M yaitu sebesar 6,50±0,00 cPs. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi NaOH mempengaruhi nilai viskositas CMCh (P<0,05)(Lampiran 1). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi NaOH menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap viskositas CMCh, dimana perlakuan konsentrasi 5 M berbeda nyata dengan konsentrasi 10 M dan 15 M (Lampiran 1).

Gambar 5 menunjukkan terjadinya peningkatan nilai viskositas CMCh seiring dengan peningkatan konsentrasi NaOH yang digunakan. Peningkatan viskositas ini diduga karena semakin banyak terbentuknya sodium glikolat yang sukar larut dalam air sehingga meningkatkan sifat tahanan dari larutan CMCh. Santoso et al. (2012) melaporkan bahwa sodium glikolat dan sodium klorida memiliki kelarutan yang sangat rendah dalam air dingin.

(28)

13 Nilai viskositas CMCh yang dihasilkan lebih rendah daripada hasil penelitian Khalil (2007) dengan nilai sebesar 123,67-338,33 cPs, namun nilai viskositas tersebut masih memenuhi standar mutu Wuxi Asailuo yang nilainya sebesar ≤100 mpa.s. Miranda et al. (2003) melaporkan bahwa viskositas suatu cairan dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, namun untuk senyawa polimer dipengaruhi oleh massa molar, struktur polimer, konsentrasi, bahan tambahan, suhu dan sifat pelarut. Berdasarkan hasil penelitian Basmal et al. (2007) suhu eterifikasi mempengaruhi viskositas CMCh, semakin tinggi suhu nilai viskositas semakin menurun.

Kelarutan carboxymethyl chitosan (CMCh)

Kelarutan merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk CMCh. Basmal et al. (2007) melaporkan bahwa data kelarutan kitosan larut air dapat memberikan informasi mengenai banyaknya jumlah kitosan larut air yang dapat terlarut dalam setiap mL air sehingga dapat memprediksi jumlah pemakaian CMCh dalam industri pangan dan non pangan. Hasil analisis kelarutan CMCh disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Diagram hasil analisis kelarutan carboxymethyl chitosan. Huruf diatas balok yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata dari uji lanjut Duncan

Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa persentase kelarutan CMCh yang diperoleh berkisar antara 61,61%-91,50%. Nilai persen kelarutan tertinggi terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH 10 M yaitu sebesar 91,50±0,71%, sedangkan nilai viskositas terendah terdapat pada CMCh dengan perlakuan konsentrasi NaOH 15 M yaitu sebesar 61,61±9,49%. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi NaOH mempengaruhi persentase kelarutan CMCh (P<0,05) (Lampiran 1). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi NaOH menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase kelarutan CMCh yang dihasilkan, dimana perlakuan konsentrasi 15 M menghasilkan pengaruh berbeda nyata terhadap perlakuan konsentrasi 5 M dan 10 M (Lampiran 1).

Gambar 6 menunjukkan terjadinya peningkatan persentase kelarutan CMCh dari 87,06% menjadi 91,50% pada perlakuan konsentrasi NaOH 5 M menjadi 10M, namun mengalami penurunan menjadi 61,61% pada perlakuan konsentrasi NaOH 15 M. Penurunan persentase kelarutan ini diduga karena semakin banyak terbentuknya sodium glikolat dan sodium klorida dengan meningkatnya konsentrasi NaOH yang digunakan sehingga substitusi gugus

(29)

14

hidroksil dengan gugus karboksil terhambat. Muzzarelli et al. (1982) dalam

Mourya et al. (2010) melaporkan bahwa konsentrasi alkali lebih dari 60% menyebabkan terjadinya reaksi samping antara NaOH dengan asam monokloroasetat sehingga reaksi substitusi menurun.

Nilai kelarutan CMCh yang dihasilkan lebih rendah daripada penelitian Khalil (2007) dengan nilai sebesar 95,08%-99,84%. Perbadaan nilai persentase kelarutan ini dapat dipengaruhi oleh jumlah asam monokloroasetat yang digunakan, suhu dan waktu pada saat proses karboksimetilasi, serta rasio penggunaan air dengan isopropil alkohol. Mourya et al. (2010) menjelaskan bahwa peningkatan suhu reaksi menyebabkan meningkatnya fraksi pada proses karboksimetilasi sehingga meningkatkan ketidaklarutan dalam pH yang rendah, sedangkan peningkatan rasio antara air dan isopropil alkohol sebagai pelarut dapat menurunkan fraksi pada proses karboksimetilasi sehingga meningkatkan ketidaklarutan dalam pH yang tinggi.

Gugus Fungsi Carboxymethyl Chitosan

Spektrum inframerah digunakan untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam CMCh yang dihasilkan. Pebriani et al. (2012) melaporkan bahwa analisis FTIR dapat digunakan untuk mengetahui gugus fungsi pada suatu senyawa organik maupun senyawa polimer pada daerah sidik jari 400-4000 cm-1. Hasil analisis gugus fungsi CMCh disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisis gugus fungsi CMCh.

Daerah Serapan

Eter 1.300-100 1.080 Peregangan

C−O−C

Sumber: aCentral Connecticut State University (2013)

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa spectrum FTIR CMCh memiliki puncak-puncak spesifik, yaitu gugus hidroksil (-OH) pada bilangan gelombang 3.349 cm-1 dan 3.364 cm-1, gugus CH pada bilangan gelombang 2.939 cm-1 dan 2.893 cm-1, gugus C=O pada bilangan gelombang 1.643 cm-1, gugus amina (-NH2) pada bilangan gelombang 1.535 cm-1, gugus CH pada bilangan gelombang

(30)

15

Gambar 7 Grafik hasil analisis gugus fungsi CMCh. a) CMCh, b)Kitosan Gambar 7 menunjukkan perbedaan gugus fungsi yang diperoleh antara CMCh dengan gugus fungsi kitosan komersil yang digunakan. Perbedaan yang didapatkan yaitu munculnya gugus C=O, C-O, C-O-C, dan gugus CH dari gugus fungsional alkena pada CMCh yang tidak ada pada kitosan komersil. Adanya vibrasi molekul O-H dan C-O menunjukkan bahwa kitosan telah berhasil disubstitusi oleh asam monokloroasetat yang merupakan senyawa dari grup asam karboksilat. Grup asam karboksilat memiliki gugus karboksil yang bersifat polar sehingga kitosan yang berhasil disubstitusi dapat larut dalam air. Gugus karboksil (-COOH) memiliki sifat polar dan tak terintangi (Fessenden 2006).

Gugus C-O pada bilangan gelombang 1.250 cm-1 dan 1.149 cm-1 mewakili senyawa (–CH2COOH). Zamani et al. (2010) melaporkan bahwa puncak pada

bilangan gelombang 1.728 cm-1 mewakili vibrasi peregangan C=O dan puncak 1.238 cm-1 mewakili vibrasi peregangan ikatan C-O dari senyawa (–CH2COOH).

Gugus C-O-C pada bilangan gelombang 1.080 cm-1 menunjukkan bahwa karboksimetilasi terdapat pada gugus hidroksil primer dari kitosan, hal ini sesuai dengan pernyataan Xue et al. (2009) yang melaporkan bahwa semakin kuatnya vibrasi ikatan ether pada bilangan gelombang 1.076 cm-1, dan tidak signifikannya

b)

CH OH

NH

OH CH

C=O

NH

CH

C-O C-O-C

(31)

16

puncak alkohol primer pada bilangan gelombang 1.031 cm-1 menunjukkan bahwa karboksimetilasi terdapat pada gugus hidroksil primer dari kitosan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan konsentrasi NaOH dalam proses alkalisasi mempengaruhi persentase kelarutan serta viskositas CMCh yang dihasilkan. Hasil CMCh terbaik terdapat pada perlakuan konsentrasi NaOH sebesar 10 M. Nilai persentase rendemen pada perlakuan alkalisasi menggunakan 10 M NaOH yaitu sebesar 114,27±1.76%. Nilai pH CMCh pada perlakuan alkalisasi menggunakan 10 M NaOH sebesar 4,00±0,28. Nilai kadar air, kadar abu, dan kadar nitrogen CMCh pada perlakuan alkalisasi dengan 10 M NaOH masing-masing sebesar 12,60±0,35%, 0,49±0,00%, dan 4,52±0,17%. Nilai viskositas dan kelarutan CMCh pada perlakuan alkalisasi dengan 10 M NaOH masing-masing sebesar 7,69±0,27 cps dan 91,50±0,71%. Spektrum FTIR CMCh menunjukkan munculnya gugus C=O, C−O, C−O−C, dan gugus CH dari gugus fungsional alkena pada CMCh yang tidak ada pada kitosan komersil.

Saran

Perlakuan penggunaan asam monokloroasetat dengan berbagai konsentrasi yang berbeda serta suhu dan waktu reaksi karboksimetilasi dalam pembuatan CMCh dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik fisika-kimia CMCh. Pengujian kelarutan CMCh dalam berbagai rentang pH dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kelarutan CMCh dalam pH asam maupun basa. Banyaknya gugus karboksimetil mensubsitusi kitosan dapat diketahui dengan pengujian derajat substitusi. Penelitian tentang perubahan warna yang terjadi pada CMCh dapat dilakukan untuk mengetahui mekanisme dan faktor yang menyebabkan perubahan warna pada CMCh.

DAFTAR PUSTAKA

An TN, Thien DT, Dong NT, Dung PL. 2009. Water-soluble N-carboxymethylchitosan derivatives: preparation, characteristics and its application. Carbohydrate Polymers. 75:489-497.

[AOAC] Association of official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US): Published by The Association of Analytical Chemist, inc.

(32)

17 Basmal J, Prasetyo A, Fawzya YN. 2005a. Pengaruh konsentrasi asam monokloro asetat dalam proses karboksimetilasi kitosan terhadap karboksimetil kitosan yang dihasilkan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11(8):1-9.

Basmal J, Andhita D, Sediarso. 2005b. Pengaruh alkalinasi selulosa terhadap produksi sodium karboksimetil selulosa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11(4):61-70.

Basmal J, Prasetyo A, Farida Y. 2007. Pengaruh suhu eterifikasi terhadap kualitas dan kuantitas kitosan larut air yang dibuat dari cangkang rajungan. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 2(2): 99-106.

Central Connecticut State University. Table of IR Absorptions. www.ccsu.edu. [17 September 2013]

Domsay TM, Robert. 1985. Evaluation of Infra Red Spectroscopic Techniques for analyzing Chitosan. Journal Macromol Chemical. 186:1671.

Fessenden R. J, Fessenden J.S. 2006. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Ibrahim B, Suptijah P, Prantommy. 2009. Pemanfaatan kitosan pada pengolahan limbah cair industri perikanan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan. 12(2):154-166.

Khalil M. 2007. Kajian pengolahan dan toksisitas khitosan larut air dengan menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Kim SOK. 2004. Physicochemical and functional properties of crawfish chitosan as affected by different processing protocols [tesis]. Seoul (KR). Seoul National University.

Kim SK. 2012. Marine Cosmeceuticals Trend and Prospect. United State of America: CRC Press.

Kurniasih M, Kartika D. 2011. Sintesis dan karakterisasi fisika-kimia kitosan.

Jurnal Inovasi. 5(1): 42-48.

Miao J, Chen G, Gao C, Dong S. 2008. Preparation and characterization of N,O-carboxymethyl chitosan/Polysulfone composite nanofiltration membrane crosslinked with epichlorohydrin. Desalination. 233: 147-156.

Miranda ME, Rodrigues CA, Bresolin TMB, Freitas RA, Teixeira E. 2003. Rheological aspect of n-carboxymethyl chitosan in diluted solutions. Alimentos e Nutrição Araraquara.14(2):141-147.

Mourya VK, Inamdar NN, Tiwari A. 2010. Carboxymethyl chitosan and its applications. Advanced Materials Letters. 1(1):11-33.

Oberholzer ID. 2003. Evaluation of the enzyme inhibitory effect of carboxymethylated chitosan [disertasi]. Potchefstroom (AZ): Potchefstroomse Universiteit Vir Christelike Hoer Onderwys.

Oktavia DA, Wibowo S, Fawzya YN. 2005. Pengaruh jumlah monokloro asetat terhadap karakteristik karboksimetil kitosan dari kitosan cangkang dan kaki rajungan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11(4):79-88.

Pebriani HR, Rilda Y, Zulhadjri. 2012. Modifikasi komposisi kitosan pada proses sintesis komposit TiO2-Kitosan. Jurnal Kimia Unand. 1(1):40-47.

(33)

18

Santoso PS, Sanjaya N, Ayucitra A, Antaresti. 2012. Pemanfaatan kulit singkong sebagai bahan baku pembuatan natrium karboksimetil selulosa. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 11(3):124-131.

Sofia I, Pirman, Haris Z. 2010. Karakterisasi fisikokimia dan fungsional kitosan yang diperoleh dari limbah cangkang udang windu. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 9(1):11-18.

Sugita P, Wukirsari T, Sjahriza A, Wahyono D. 2009. Kitosan Sumber Biomaterial Masa Depan. Bogor: IPB Press.

Wijayani A, Ummah K, Tjahjani S. 2005. Karakterisasi karboksimetil selulosa (CMC) dari eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart) Solms). Indonesia Journal Chemical. 5(3):228-231.

Wuxi Asailuo. 2013. Carboxymethyl Chitosan. asl888.en.made-in-china.com [27 Agustus 2013].

Xue X, Li L, He J. 2009. The performance of carboxymethyl chitosan in wash-off reactive dyeing. Carbohydrate Polymers. 75:203-207.

Zahid A. 2012. Uji efektivitas kitosan mikrokristalin sebagai alternatif zat-antibakteri alami dalam mouthwash [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Zahiruddin W, Ariesta A, Salamah E. 2008. Karakteristik mutu dan kelarutan kitosan dari ampas silase kepala udang windu (Penaeus monodon). Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 11(2):140-151.

(34)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel analisis data dengan One Way ANOVA SPSS 17.0 Parameter Grup Uji ANOVA Uji Lanjut Duncan

Nilai Sig. P1 P2 P3

Karakteristik limbah

Rendemen 0,092 - - -

pH 0,136 - - -

Kadar Air 0,787 - - -

Kadar Abu 0,465 - - -

Kadar Nitrogen 0,124 - - -

Viskositas 0,015 a b b

(35)

20

Lampiran 2 Dokumentasi pelaksanaan penelitian

Proses alkalisasi

(36)

21

Proses pencucian

(37)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang tanggal 27 November 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Wawan Sutiawan dan Ibu Junaiah. Penulis telah menempuh pendidikan di SDN 12 Serang lulus tahun 2003, SMPN 1 Serang lulus tahun 2006, SMAN 1 Kota Serang lulus tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Teknologi Hasil Perairan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.

Gambar

Gambar 1. Diagram alir prosedur penelitian (Xue  et al. 2009 dengan modifikasi)
Gambar 4 Kenampakan fisik  carboxymethyl chitosan
Gambar 7 Grafik hasil analisis gugus fungsi CMCh. a) CMCh, b)Kitosan  Gambar  7  menunjukkan  perbedaan  gugus  fungsi  yang  diperoleh  antara  CMCh  dengan  gugus  fungsi  kitosan  komersil  yang  digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Capital intensity yang meningkat justru meningkatkan pengaruh negatif, total aset yang tinggi justru menimbulkan perhatian dari petugas pajak karena asumsi

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Prabandari &amp; Azzuhri (2011) dimana kendala UKM belum.. menggunakan e-commerce terjadi karena beberapa alasan, yaitu

Dalam penyediaan alat bermain untuk mengembangkan gerakan motorik anak, maka yang harus diperhatikan guru terutama adalah…3. Saat mengajarkan anak untuk mengembangkan

Analisis Efek Penggunaan Alat Pelindung Diri Pestisida pada Keluhan Kesehatan Petani di Desa Pringgondani Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.. Analysis of Personal

Berdasarkan berbagai perubahan-perubahan positif yang terjadi selama proses belajar mengajar dari siklus pertama hingga siklus ketiga, maka guru dan observer

keänä, sillä tulevaisuuden kauppa vaatii verkostoitu- mista ja toimivaa yhteistyötä eri toimijoiden kanssa. Koulutuksen kehittämisen lähtökohtia Pirkanmaalla pidettiin hyvinä

Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah bahwa risiko portofolio tidak boleh dihitung dari penjumlahan semua risiko aset-aset yang ada dalam portofolio, tetapi harus

s Modul training disusun dari berbagai sumber dan media pembelajaran dengan penyajian materi dalam bentuk pengenalan konsep; teori; dan praktek; serta tentunya dipandu oleh