PENGARUH CAPITAL INTENSITY DAN DEFERRED TAX EXPENSE TERHADAP TAX
AVOIDANCE DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI BISNIS SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
Valeria Eldyn Gula1), Susi Dwi Mulyani2) Jurusan Magister Akuntansi Universitas Trisakti
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji hubungan antara capital intensity, deferred tax expense terhadap tax avoidance dengan strategi bisnis sebagai variabel pemoderasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan metode purposive sampling. Data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen terhadap tax avoidance. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa capital intensity memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance dan deferred tax expense memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance. Sedangkan strategi bisnis ditemukan tidak dapat menjadi variabel moderator untuk pengaruh deferred tax expense terhadap tax avoidance. Tetapi strategi bisnis dapat menjadi variabel moderator pada pengaruh variabel capital intensity terhadap tax avoidance.
Kata Kunci: Intensitas Modal, Deferred Tax Expense, Strategi Bisnis, Tax Avoidance I. PENDAHULUAN
Direktorat Jenderal Pajak perlu meningkatkan penerimaan pajak demi percepatan pembangunan nasional, namun terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah dan perusahaan yang dapat menimbulkan ketidak patuhan yang dilakukan oleh pihak perusahaan sehingga upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak ini mengalami banyak kendala yaitu dengan adanya aktivitas penghindaran pajak atau sering disebut dengan tax avoidance. Dalam pelaksanaan, wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak bisa mengurangi laba bersihnya sehingga menyebabkan wajib pajak cenderung berusaha untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik dengan cara legal maupun ilegal. Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut melibatkan intensitas modal (capital
intensity). Intensitas modal adalah seberapa besar perusahaan menginvestasikan
asetnya pada aset tetap. Menurut Rodriguez dan Arias (2012) (Dalam Ardyansah dan Zulaikha, 2014) aset tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan memotong pajak akibat dari penyusutan asset tetap perusahaan setiap tahunnya.
Selain capital intensity juga terdapat deferred tax expense yang dapat mempengaruhi aktivitas tax avoidance. Efek perubahan perubahan temporer yang terefleksi pada kenaikan atau penurunan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus diperlakukan sebagai beban pajak tangguhan (deferred tax expense) atau penghasilan pajak tangguhan (deferred tax income) dan dilaporkan dalam laporan laba rugi tahun berjalan bersama-sama beban pajak kini (current tax expense), dengan penyajian secara terpisah, Berdasarkan uraian tentang praktek tax avoidance terdapat potensi bahwa peran strategi bisnis sebagai perkuat praktek tax avoidance yang dilakukan manajemen untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Pada penelitian sebelumnya, penelitian hanya meneliti efek langsung dari Capital
Intensity dan deferred tax expense, sebelumnya belum ada penelitian yang melihat efek
moderasi dari strategi bisnis terhadap hubungan antara capital intensity, deferred tax
expense terhadap tax avoidance. Penelitian yang menghubungkan antara capital intensity
dengan penghindaran pajak adalah penelitian yang dilakukan oleh Rodriguez dan Arias (2012) yang menyatakan bahwa aset tetap perusahaan memungkinkan perusahaan untuk
mengurangi beban pajaknya akibat dari penyusutan yang muncul dari aset tetap tersebut setiap tahunnya. Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Noor et al. (2010) capital
intensity memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance, artinya semakin tinggi tingkat
capital intensity perusahaan maka semakin tinggi penghindaran pajak perusahaan.
II. STUDI PUSTAKA Teori Keagenan
Teori Agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu strategi bisnis, dan tax avoidance. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan kagenan di dalam agency theory dimana perusahaan adalah kumpulan kontrak antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Hubungan antara teori agensi dengan penghindaran pajak yaitu jika dalam pengelolaan perusahaan kurang baik maka akan menimbulkan efek negatif bagi perusahaan.
Tax Avoidance
Penghindaran Pajak merupakan suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Menurut Utami (2010) Tax Avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan.
Capital Intensity
Capital Intensity merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan. Keputusan
tersebut ditentukan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan Ardyansah (2014) menerangkan bahwa Capital Intensity ratio atau rasio intensitas modal adalah aktivitas investasi yang dilakukan perusahaan yang dikaitkan dengan investasi dalam bentuk aset tetap (Capital Intensity) dan persediaan (inventory
intensity).
Deferred Tax Expense
Deferral Method (Metode Pajak Tangguhan) dalam metode ini menggunakan
pendekatan laba rugi yang memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil perhitungan dari pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba rugi.
Strategi Bisnis
Menurut Haryadi (2008) dalam Warsini dan Rossieta (2013) strategi bisnis dimaknai sebagai cara yang digunakan oleh perusahaan untuk bersaing meliputi pencapaian prestasi dan pemeliharaan keuntungan dalam industrinya. Strategi bisnis biasanya dicantumkan dalam dokumen perusahaan yang digunakan sebagai pedoman untuk menjalankan kelangsungan hidup perusahaan.
Pengaruh Capital Intensity terhadap Tax Avoidance
Capital Intensity merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan. Keputusan
tersebut ditentukan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan Ardyansah (2014) menerangkan bahwa Capital Intensity ratio atau rasio intensitas modal adalah aktivitas investasi yang dilakukan perusahaan yang dikaitkan dengan investasi dalam bentuk aset tetap (Capital Intensity) dan persediaan (inventory
intensity). Capital intensity ratio dapat menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam
menggunakan aktivanya untuk memperoleh penjualan. Sama halnya dengan Stickney McGee (1982) dalam Gupta dan Newberry (1997) yang juga menjelaskan bahwa capital
intensity dapat diartikan sebagai rasio dari net property, plant and equipment terhadap
Hampir semua aset tetap mengalami penyusutan dan biaya penyusutan dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan. Seperti yang dijelaskan Hanum (2013) biaya depresiasi adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam menghitung pajak, jika semakin besar depresiasinya maka akan semakin besar pula jumlah aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah penghasilan kena pajak dan tarif pajak efektifnya akan semakin kecil. Lebih lanjut Leauby at al, (1996) dalam Ardyansah (2013) perusahaan dengan capital intensity ratio yang tinggi menunjukkan tingkat pajak efektifnya rendah.
H1: Capital intensity berpengaruh positif terhadap tax avoidance
Pengaruh Deferred Tax Expense terhadap Tax Avoidance
Plesko (2002) dalam Phillipset al. (2003) mengungkapkan bahwa semakin besar perbedaan antara laba fiskal dengan laba akuntansi menunjukkan semakin besarnya diskresi manajemen. Besarnya diskresi manajemen tersebut akan terefleksikan dalam beban pajak tangguhan dan mampu digunakan untuk mendeteksi praktik manajemen laba pada perusahaan. Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi pelaporan pajak tangguhan atau beban pajak ditunda perusahaan yang diukur dengan alokasi pajak antar periode akan mempengaruhi penghindaran pajak perusahaan, semakin tinggi alokasi antar periode berarti semakin kecil praktik tax avoidance yang dilakukan perusahaan.
H2: Deferred tax expense berpengaruh negatif terhadap tax avoidance
Pengaruh Capital Intensity terhadap Tax Avoidance Dengan Strategi Bisnis Sebagai Variabel Pemoderasi
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keputusan pendanaan dan investasi pada perusahaan adalah stuktur aset. Kepemilikan asset tetap yang besar dapat mengurangi pembayaran pajak, karena asset tetap memiliki beban penyusutan yang dapat dijadikan sebagai pengurang jumlah pajak yang harus di setor ke kas Negara, hal ini digunakan oleh perusahaan sebagai strategi bisnis dalam melakukan keputusan perpajakan.
H3: Strategi bisnis mampu memperkuat pengaruh positif capital intensity terhadap tax avoidance
Pengaruh Deferred Tax Expense terhadap Tax Avoidance Dengan Strategi Bisnis Sebagai Variabel Pemoderasi
Pajak adalah beban bagi perusahaan, sehingga wajar jika tidak satupun perusahaan (wajib pajak) yang dengan senang hati dan suka rela membayar pajak. Karena pajak adalah iuran yang sifatnya dipaksakan, maka negara juga tidak membutuhkan „kerelaan wajib pajak‟ Yang dibutuhkan oleh negara adalah ketaatan. Suka tidak suka, rela tidak rela, yang penting bagi negara adalah perusahaan tersebut telah membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebuah perusahaan merupakan wajib pajak sehingga kenyataan bahwa strategi bisnis mempengaruhi cara sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Mengingat pajak adalah beban (yang akan mengurangi laba bersih perusahaan) maka perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak.
H4: Strategi Bisnis mampu memperlemah pengaruh negatif deferred tax expense
terhadap tax avoidance
Kerangka penelitian dalam penelitian ini:
H
1H
3H
4H
2 Deferred Tax Expense Tax Avoidance Strategi Bisnis Capital Intensity (CI)III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, objek dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014 – 2018 . Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis (Hypotesis testing). Model regresi yang didapat dari penelitian ini:
Y=α+β1CI+β2DTE+β3CI*SG+β4DTE*SG+e
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Tabel 3.1
No Variabel Rumus
1 Tax Avoidance (𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛𝑃jk/𝐿𝑎𝑏𝑎 Sblm Pjk) x -1 Rasio
2 Capital Intensity Total Aset Tetap/ Total Aset Rasio 3 Deferred Tax
Expense
(DTEp – DTEp-1) / TAp-1 Rasio
4 Strategi Bisnis Total Sales/ Total Asset Rasio Metode Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan consumer goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan metode purposive sampling dengan kriteria (i) perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI (ii)Sudah listing sejak tahun 2014 (iii) Perusahaan yang memiliki laporan tahunan yang lengkap (iv) Tidak terdapat pembayaran PPH di laporan arus kas (v) Perusahaan yang melakukan refund atas lebih bayar (vi)Perusahaan yang mengalami kerugian (vii)Perusahaan yang tidak membayar pajak
HASIL DAN PEMBAHASAN Objek Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 perusahaan yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan atas kriteria pemilihan sampel berikut ini:
Tabel 4.1 Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI 56 2 Perusahaan yang belum listing pada tahun 2014 -15 3 Perusahaan yang tidak lengkap laporan tahunan -19 4 Tidak terdapat pembayaran PPH di laporan arus kas -1 5 Perusahaan yang melakukan refund atas lebih bayar -1 6 Perusahaan yang mengalami kerugian -6 7 Perusahaan yang tidak membayar pajak -2 Total perusahaan yang dijadikan sampel 12 Jumlah tahun dari 2014 sampai 2018 5
Statistik Deskriptif
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Dev
CETR 60 -0.486779 5.796300 0.448140 0.809277 CIR 60 0.085309 1.151135 0.316416 0.183896 DTE 60 -0.143246 0.113897 0.000696 0.025622 SB 60 0.297701 8.877142 1.350990 1.249618 CIR_SB 60 0.068532 8.877142 0.548444 1.277133 DTE_SB 60 -0.098188 0.106462 0.002224 0.027060
Tabel 4.3 Hasil Uji Parsial (Uji t) Variabel Prediksi Koefisien
Regresi Probabilitas Kesimpulan CIR (+) 4.031329 0.0055 H1 Diterima DTE (-) -26.78000 0.0000 H2 Diterima CIR_SB (+) -0.529670 0.0085 H3 Ditolak DTE_SB (-) 9.024114 0.1399 H4 Ditolak
Berdasarkan tabel tersebut diatas, hasil uji t (parsial) dapat di interpretasikan sebagai berikut C = Konstanta, capital intensity berpengaruh signifikan positif terhadap
tax avoidance karena 0.0055 < 0.05, deferred tax expense berpengaruh signifikan negatif
terhadap tax avoidance karena 0.0000 < 0.05, strategi bisnis memperkuat pengaruh negatif capital intensity terhadap tax avoidance karena 0.0085 < 0.05 dan strategi bisnis tidak dapat menjadi variabel moderator untuk pengaruh deferred tax expense terhadap
tax avoidance karena 0.1399 > 0.05.
Tabel 4.4. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Effects Specification Weighted Statistics
R-squared 0.649515 Mean dependent var 0.448140
Adjusted R-squared 0.530031 S.D. dependent var 0.809277
S.E. of regression 0.554794 Sum squared resid 13.54305
F-statistic 5.436021 Durbin-watson stat 1.794051
Prob (F-statistic) 0.000005
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai adjusted R-squared
0.649515 = 64.95% Tax Avoidance dipengaruhi oleh variabel-variabel yang terdapat dalam model persamaan regresi sedangkan 35,05% Tax Avoidance dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan model regresi.
Hasil uji t menunjukkan variabel capital intensity (CI) memiliki nilai koefisien 4.031329 dan nilai signifikansi 0.0055 di bawah alpha 0.05 yang berarti bahwa variabel
capital intensity memiliki pengaruh positif terhadap variabel tax avoidance sehingga
hipotesis pertama diterima. Semakin besar intensitas asset tetap suatu perusahaan, semakin besar praktek penghindaran pajak perusahaan. Asset tetap perusahaan memiliki umur ekonomis yang berbeda-beda dilihat dari perpajakan Indonesia. Hampir seluruh asset tetap akan mengalami penyusutan yang akan menjadi biaya penyusutan dalam laporan keuangan perusahaan. Sementara biaya penyusutan ini adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan dalam perhitungan pajak perusahaan. Semakin besar biaya penyusutan akan semakin kecil tingkat pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Laba
kena pajak perusahaan yang semakin berkurang akan mengurangi pajak terutang perusahaan (Mulyani, 2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor, et al (2010) dan Adelina (2012) yang menyatakan bahwa capital intensity
berpengaruh positif terhadap praktek penghindaran pajak perusahaan.
Hasil Uji t menunjukkan variable deferred tax expense (DTE) memiliki nilai koefisien -26.78000 dan nilai signifikansi sebesar 0.0000 di bawah alpha 0.05 yang berarti variabel deferred tax expense (DTE) memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance
sehingga hipotesis kedua diterima. Analisis pengaruh deferred tax expense terhadap tax
avoidance adalah negatif karena semakin besar perbedaan antara laba fiskal dengan laba
akuntansi menunjukkan semakin besarnya diskresi manajemen. Besarnya diskresi manajemen tersebut akan terefleksikan dalam beban pajak tangguhan dan mampu digunakan untuk mendeteksi praktik manajemen laba pada perusahaan. Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi pelaporan pajak tangguhan atau beban pajak ditunda perusahaan yang diukur dengan alokasi pajak antar periode akan mempengaruhi penghindaran pajak perusahaan, semakin tinggi alokasi antar periode berarti semakin kecil praktik tax avoidance yang dilakukan perusahaan.
Hasil Uji t menunjukkan variabel CIR_SB memiliki nilai koefisien -0.529670 dan nilai signifikansi sebesar 0.0085 di bawah alpha 0.05 yang berarti variabel strategi bisnis memperlemah pengaruh capital intensity terhadap variabel tax avoidance sehingga hipotesis ketiga ditolak. Capital intensity yang meningkat justru meningkatkan pengaruh negatif, total aset yang tinggi justru menimbulkan perhatian dari petugas pajak karena asumsi secara umum semakin tinggi aset suatu perusahaan maka perusahaan dianggap berada dalan kondisi yang baik karena mempunyai ketersediaan kas yang cukup dari hasil penjualan yang dapat digunakan sebagai pendanaan operasional dan penempatan dana pada aktiva tetap, sehingga perpajakan yakin perusahaan mampu membayar pajak lebih tinggi.
Hasil Uji t menunjukkan variabel CIR_DTE memiliki nilai koefisien 9.024114 dan nilai signifikansi sebesar 0.1399 di atas alpha 0.05 yang berarti variabel strategi bisnis tidak dapat memoderasi pengaruh deferred tax expense terhadap variabel tax avoidance
sehingga hipotesis keempat tidak diterima. Perusahaan dengan beban pajak tangguhan yang besar menunjukkan suatu strategi bisnis yang tidak berubah dari tahun ke tahun, salah satunya yaitu tidak melakukan tax avoidance.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama adalah pengaruh
capital intensity terhadap tax avoidance berpengaruh positif dan penelitian yang kedua
tentang pengaruh deferred tax expense terhadap tax avoidance adalah berpengaruh negatif. Sedangkan hasil penelitian ketiga yaitu strategi bisnis memperlemah pengaruh
capital intensity terhadap tax avoidance. Penelitian ke empat menghasilkan kesimpulan
bahwa strategi bisnis yang ada tidak mempengaruhi deferred tax expense terhadap tax
avoidance. Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan manufaktur dalam
melakukan manajemen pajak dengan melakukan tax avoidance ataupun tanpa melakukan tax avoidance, untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan yang sesuai dengan harapan pemegang saham.
DAFTAR PUSTAKA
Ardyansah, Danis. 2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2010-2012). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Budiman, J. dan Setiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax avoidance). Jurnal Ekonomika dan Bisnis,Volume 3, No. 12, hal; 35-48. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Chen, K. P, dan Chu, C. Y. C. 2010. “Internal Control vs External Manipulation: A Model
of Corporate Income Tax Evasion”. Rand Journal of Economics. 2010.
Desai, M.A. and Dharmapala, D. 2006, “Corporate tax avoidance and high-powered incentives”, Journal of Financial Economics, Vol. 79 No. 1, pp. 145-179
Desai, M.A., Dyck, A. and Zingales, L. 2007. Theft and taxes. Journal of Financial Economics, Vol. 84 No. 3, pp. 591-623.
Dyreng, Scot D.,Hanlon. Michelle., and Edward L. Maydew. 2010. The Effect Of
Executives On Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review, Vol.85 PP 116-1189.
Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior,Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from: http://papers.ssrn.com
Jessica dan Agus, Arianto Toly. 2014 Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap agresivitas Pajak. Tax & Accounting Review, Vol. 4, No.1.
Kasmir. 2014. Analisa Laporan Keuangan. Edisi satu. Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mahanani, Almaidah dan Kartika Hendra Titisari. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaandan Sales growth terhadap Tax avoidance. Seminar Nasional dan Call Paper Fakultas Ekonomi UNIBA Surakarta.
Mustika. 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity, dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Agresivitas Pajak. JOM Fekon, Vol.4, No.1
Noor, R. M., Fadzillah, N. S. M., & Nor Azam, M. 2010. Corporate Tax Planning: A Study On Corporate Effective Tax Rates of Malaysian Listed Companies. International Journal of Trade, Economics and Finance, 1(2), 189–193.
Putri, Citra Lestari dan Maya Febrianty Lautania, 2016. Pengaruh Capital Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre, dan Profitability Terhadap Effective Tax Rate (ETR), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi,Vol. 1, No. 1, 101-119.
Rahadjeng, Erna Retna. 2011. Analisis Perilaku Investor Perspektif Gender dalam Pengambilan Keputusan Investasi di Pasar Modal. Volume 6 Nomor 22. Halaman 90-97
Richardson, G., Wang, B. and Zhang, X. 2016, “Ownership structure and corporate tax avoidance: evidence from publicly listed private firms in China”, Journal of Contemporary Accounting & Economics, Vol. 12 No. 2, pp. 141-158.
Rodriguez, E. F., And Arias, A. M. 2013. Do Business Characteristics Determine an Effective Tax Rate?. The Chinese Economy. Vol. 45. No. 6. pp. 60-83.
Warsini, Sabar, dan Hilda Rossieta, 2013, Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Kinerja Perusahaan dengan Mempertimbangkan Strategi Bisnis Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Pada Industri Manufaktur Perusahaan Publik di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XVI Manado, 4887 – 4913