• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN

SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat dan strategi pengembangan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI.

Hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu dikelola secara intensif agar meningkatkan produktifitas lahan sehingga dapat meningkatkan supply kayu dari hutan rakyat. Intensitas pengelolaan hutan rakyat dapat dipengaruhi oleh karakteristik petani, persepsi, dan motivasi petani terhadap pembangunan dan pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu strategi yang tepat dengan memperhatikan faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Berdasarkan uji korelasi menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi petani berpengaruh nyata terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan hasil perumusan strategi dengan metode analisis Internal Factor Evaluation - External Factor Evaluation, analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) menunjukan bahwa prioritas strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah : 1) Membangun kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu. 2) Penyerapan sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. 3) Penambaham jumlah tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) 4) Pemaksimalan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program pemerintah.

Kata kunci: hutan rakyat, intensitas, motivasi, persepsi, strategi

ABSTRACT

MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL. Factors Affecting Management Intensity of Community Forest and Forest Development Strategy of the Community Forest in Sendang Subdistrict Tulungagung Regency. Supervised by LETI SUNDAWATI.

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN

SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung

Nama : Muhammad Izzuddin Faizal

NIM : E14100027

Disetujui oleh

Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2014 ini ialah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Agus Imam MW DIAT beserta staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dan Bapak Edy sebagai koordinator tenaga Penyuluh Kehutanan Lapangan Kabupaten Tulungagung yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Kerangka Pemikiran 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Alat dan Bahan 4

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 4

Prosedur Pelaksanaan Penelitian 4

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Karakteristik Responden 10

Pembangunan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang 12 Tingkat Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang 13 Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat 14 Korelasi Faktor-faktor dalam Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat 16 Perumusan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten

Tulungagung 16

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

(10)

DAFTAR TABEL

1 Skor pertanyaan intensitas pengelolaan hutan rakyat 5 2 Kategori tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat 6

3 Skor pertanyaan terkait persepsi 6

4 Kategori tingkat persepsi 6

5 Skor pertanyaan terkait motivasi 7

6 Kategori tingkat motivasi 7

7 Tingkat keeratan hubungan antara variabel 8

8 Sebaran responden berdasarkan umur 10

9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 10 10 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga 11 11 Sebaran responden berdasarkan luas hutan rakyat yang dimiliki 11 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan total per tahun 11 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan

rakyat 12

14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan

rakyat 13

15 Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas

pengelolaan hutan rakyat 14

16 Tingkat persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat 15 17 Tingkat motivasi petani terhadap pembangunan hutan rakyat 15 18 Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas

pengelolaan hutan rakyat 16

19 Faktor persepsi dan motivasi responden yang mempengaruhi

intensitas pengelolaan hutan rakyat 16

20 Analisis faktor internal 18

21 Analisis faktor eksternal 20

22 Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal 21 23 Prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten

Tulungagung berdasarkan hasil analisis QSPM 22

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 3

2 Lokasi Penelitian 4

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang dimiliki rakyat dengan luas minimal 0.25 ha yang ditutupi oleh tanaman dari jenis kayu-kayuan atau jenis lainnya. Hutan rakyat umumnya berada di tanah pribadi atau tanah adat. Pengembangan hutan rakyat sejalan dengan berbagai kebijakan baik di pusat maupun daerah. Untuk tingkat nasional pengembangan hutan rakyat merupakan kegiatan pokok dalam progran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) yang digulirkan sejak tahun 2003, dengan target seluas 3 juta ha yang akan dilaksanakan dalam waktu 5 tahun. Sasaran GNRHL ada di 15 provinsi, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Untuk tingkat Propinsi Jawa Barat, sejak tahun 2003 juga telah digulirkan Program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis yang kegiatan utamanya adalah pengembangan hutan rakyat.

Luas areal hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur mengalami kenaikan yang cukup signifikan seiring dengan gencarnya program rehabilitasi hutan dan lahan yang digalakkan oleh pemerintah daerah setempat bekerjasama dengan masyarakat pemilik hutan rakyat. Areal hutan rakyat di Provinsi Jawa Timur menurut catatan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang semula 321 947.75 ha (tahun 2007) meningkat 48.82% pada akhir tahun 2011 menjadi 659 414.15 ha. Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi hutan rakyat yang cukup besar. Menurut catatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tulungagung, pada tahun 2012 luas kawasan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung seluas 13 832.76 ha yang tersebar di 12 kecamatan.

(12)

2

Perumusan Masalah

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas masyarakat dalam mengelola hutan rakyat beragam. Faktor-faktor tersebut diduga dipengaruhi oleh persepsi, motivasi, dan karakteristik petani.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan 2 masalah dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, yaitu :

1. Bagaimana keterkaitan persepsi, motivasi dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat?

2. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji keterkaitan persepsi, motivasi dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat.

2. Merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran sejauh mana keterkaitan persepsi, motivasi, dan karakteristik petani terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

2. Memberikan informasi dan pertimbangan kebijakan bagi pemerintah daerah dalam strategi pembangunan dan pemanfaatan lahan di daerah.

Ruang Lingkup Penelitian

Batasan ruang lingkup dalam melakukan penelitian ini lebih ditujukan pada petani daerah Kabupaten Tulungagung yang lahannya sedang atau akan ditanami tanaman kehutanan seperti jati, sengon, akasia, jabon, dan gmelina. Selain itu penelitian ini hanya difokuskan untuk mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh persepsi, motivasi, karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat, dan menganalisis strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

METODE

Kerangka Pemikiran

(13)

Pengembangan pembangunan hutan rakyat

Untuk merumuskan strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, penulis ingin mengkaji faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pembangungan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Faktor internal terdiri atas faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor kekuatan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat berupa adanya tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap kehutanan, dan adanya kelompok tani hutan rakyat. Faktor kelemahan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat, masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR, data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat, dan kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL.

Faktor eksternal terdiri atas faktor peluang dan faktor ancaman yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat. Faktor peluang yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat antara lain adanya kebun bibit rakyat, prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, dan adanya program BLU (Badan Layanan Umum). Faktor ancaman yang muncul adalah murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, administrasi surat kepemilikan tanah, dan mahalnya biaya pembuatan SKAU (Surat Keterangan Asal Usul) kayu khususnya untuk hasil hutan rakyat berupa kayu jati.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

(14)

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2014.

Sendang

Gambar 2 Lokasi Penelitian Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner

2. Peta wilayah penelitian 3. Data statistik lokasi penelitian 4. Alat tulis

5. Unit komputer dengan program Microsoft Office Word 2013, Microsoft Office Excel 2013, dan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.0 for Windows.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari masyarakat melalui wawancara, kuesioner, dan observasi di lapangan. Sementara data sekunder berupa data kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, serta data terkait lokasi penelitian.

Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Metode pengambilan contoh responden dan analisis data

(15)

lain. Selain itu dipilihnya Kecamatan Sendang dikarenakan Kecamatan Sendang sering mendapatkan program bantuan terkait pembangunan hutan rakyat.

Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dipilih karena mewakili desa-desa lainnya dalam hal kelas ketinggian wilayah dan memiliki potensi hutan rakyat terbesar dibandingkan desa-desa lainnya. Wilayah Desa Dono terletak di kelas ketinggian 100–500 mdpl, wilayah desa Nglurup masuk dalam kelas ketinggian 500–1000 mdpl, dan Desa Krosok wilayahnya masuk dalam ketinggian di atas 1000 mdpl. Selanjutnya diambil masing-masing 20 petani hutan rakyat dari setiap desa sebagai responden. Keseluruhan responden berjumlah 60 responden. Kriteria responden adalah petani yang aktif membudidayakan tanaman kayu-kayuan (tanaman kehutanan di lahan miliknya).

Untuk responden penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, terdiri dari Kepala Dishutbun Kabupaten Tulungagung, Kepala Sie Perlindungan dan Konservasi Dishutbun Kabupaten Tulungagung, tiga orang ketua kelompok tani hutan rakyat dari tiga desa contoh (Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok) dan koordinator tenaga PKL di Kecamatan Sendang, sehingga terdapat enam responden untuk penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik petani yang membudidayakan tanaman kayu-kayuan di lahan miliknya. Karakteristik petani yang dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan per tahun, lama usaha tani, dan luas lahan yang dimiliki.

Penentuan karakterisktik individu

Untuk penentuan karakteristik individu dijelaskan dengan menggunakan persamaan selang nilai (Irianto 2004), yaitu :

Selang Nilai =

Intensitas pengelolaan hutan rakyat

Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Intensitas pengelolaan hutan rakyat diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan petani hutan rakyat. Pertanyaan terkait intensitas pengelolaan hutan rakyat terdiri dari tiga pertanyaan terkait perencanaan pengelolaan hutan rakyat dan tiga pertanyaan terkait pelaksanaan pengelolaan hutan rakyat, masing–masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Skor pertanyaan intensitas pengelolaan hutan rakyat

Kategori Skor

Selalu 3

Kadang-kadang 2

(16)

6

Untuk mengetahui tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat, maka jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masing-masing responden dikategorikan sesuai Tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Kategori tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat

Kategori Skor

Tinggi 14–18

Sedang 10–13

Rendah 6–9

Persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat

Persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Persepsi diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang persepsi masyarakat tentang pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Pada persepsi memiliki 14 pertanyaan, masing – masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Skor pertanyaan terkait persepsi

Kategori Skor

Setuju 3

Kurang setuju 2

Tidak setuju 1

Tingkat persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dapat diketahui dari jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masing-masing responden dan dikategorikan sesuai dengan Tabel 4.

Tabel 4 Kategori tingkat persepsi

(17)

Tabel 5 Skor pertanyaan terkait motivasi

Kategori Skor

Setuju 3

Kurang setuju 2

Tidak setuju 1

Untuk mengetahui tingkat motivasi pembangunan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani hutan rakyat, maka jumlah skor dari tiap pertanyaan dari masing-masing responden dikategorikan sesuai Tabel 6.

Tabel 6 Kategori tingkat motivasi

Kategori Skor

Tinggi 20–24

Sedang 14–19

Rendah 8–13

Uji validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor, nilai atau ukuran yang diperoleh benar–benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Validitas digolongkan dalam tiga tipe, yaitu validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk. Pada penelitian ini menggunakan validitas konstruk karena validitas konstruk digunakan untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel.

Uji reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Menurut Sarwono (2006), dalam uji reliabilitas nilai korelasi dikatakan reliabel, apabila ri semakin mendekati 1 (mempunyai cronbach alpha lebih dari

0.6). Dalam pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan software Microsoft excel dan software SPSS 17.0 for windows.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada seluruh pertanyaan terkait persepsi yang valid diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.897. Untuk nilai Cronbach’s Alpha pada seluruh pertanyaan terkait motivasi yang valid diperoleh nilai sebesar 0.859. Maka dapat disimpulkan pertanyan-pertanyaan tersebut reliabel.

Uji korelasi non-parametrik Spearman

(18)

8

Tabel 7 Tingkat keeratan hubungan antara variabel

Interval koefisien Tingkat Hubungan

Metode perumusan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen formulasi strategi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan suatu strategi (Rangkuti 2005). SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) serta lingkungan eksternal opportunity (peluang) dan threat (ancaman). Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dan juga secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Hasil analisis SWOT berupa matriks empat kuadran yang masing-masing terdiri dari perpaduan strategi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis SWOT (Rangkuti 2005):

1. Analisis faktor internal dan faktor eksternal  Analisis faktor internal

Analisis faktor internal digunakan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Selanjutnya dievaluasi menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut :

a. Menentukan faktor internal yang terdiri dari kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) dengan responden terbatas

b. Menentukan derajat kepentingan relatif (bobot) setiap faktor internal c. Memberikan skala peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor

kekuatan dan kelemahan untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utama (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), dan kekuatan utama (peringkat = 4) d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1

menunjukkan kondisi internal yang sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi internal yang sangat baik.

 Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut :

(19)

b. Menentukan derajat kepentingan relatif (bobot) setiap faktor eksternal

c. Memberikan skala peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal yang menunjukkan seberapa efektif respon terhadap faktor eksternal yang berpengaruh tersebut. Nilai peringkat berkisar antara 1 sampai 4. Nilai 4 jika jawaban rata-rata dari responden sangat baik dan nilai 1 jika jawaban rata-rata menyatakan buruk

d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor tertimbang. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1

menunjukkan kondisi eksternal yang sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi eksternal yang sangat baik.

2. Penentuan skala prioritas dengan Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang dihasilkan melalui analisis SWOT, untuk penentuan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah sebagai berikut: a. Mendaftar kekuatan dan kelemahan kunci internal, serta peluang dan ancaman kunci eksternal dalam kolom kiri dari QSPM yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE.

b. Memberi bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal

c. Menentukan posisi organisasi pada kuadran analisis SWOT dengan menggunakan selisih antara total skor kekuatan dengan total skor kelemahan untuk sumbu (X) dan selisih antara total skor peluang dengan total skor ancaman untuk sumbu (Y)

d. Mengidentifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk diimplementasikan.

e. Menetapkan nilai daya tarik (Attractive Score = AS), tentukan nilai yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap alternatif strategi. Nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. f. Menghitung total nilai daya tarik (Total Atttactiveness Score = TAS) Total

(20)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

1. Usia responden

Umumnya usia petani sangat berpengaruh pada produktivitas kerja dan selanjutnya akan berpengaruh pada besarnya pendapatan. Sebaran responden berdasarkan umur pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan umur

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

37–47 25 42

48–57 28 47

58–66 7 12

Jumlah 60 100

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia yang produktif. Usia produktif yang ditetapkan oleh BPS adalah 15–64 tahun. Tingkat usia dari petani hutan rakyat diduga berpengaruh terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan.

2. Tingkat pendidikan formal responden

Pada umumnya tingkat pendidikan mempengaruhi banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dipahami oleh seseorang. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam praktek pengelolaan hutan rakyat yang mereka miliki. Selain itu tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dalam mengembangkan hutan rakyat. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal pada lokasi penelitian dapat terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 10 17

SMP/SMA 44 73

D3/S1 6 10

Jumlah 60 100

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar (73%) dari responden memiliki tingkat pendidiakan formal pada tingkat SMP/SMA. Maka dapat disimpulkan tingkat pendidikan dari responden termasuk dalam kategori sedang.

3. Jumlah anggota keluarga

(21)

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)

2–3 26 43

4–5 32 53

6–7 2 3

Jumlah 60 100

4. Luas hutan rakyat yang dimiliki

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-V/2007 tentang pedoman pembuatan tanaman hutan rakyat gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan, hutan rakyat didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimum 0.25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar responden (62%) memiliki luas hutan rakyat 0.2–0.6 ha.

Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan luas hutan rakyat yang dimiliki Luas hutan rakyat (ha) Jumlah (orang) Persentase (%)

0.2–0.6 37 62

0.7–1.1 18 30

1.2–1.5 5 8

Jumlah 60 100

5. Pendapatan total per tahun

Pendapatan total per tahun diperoleh dari pendapatan petani dari pekerjaan utama dan pekerjaan sambilan dalam satu tahun. Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi dalam intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sebaran responden berdasarkan pendapatan per tahun dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan total per tahun Pendapatan per tahun (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%)

19.200.000–34.800.000 35 58

34.900.000–50.400.000 19 32

50.500.000–66.000.000 6 10

Jumlah 60 100

6. Pengalaman usaha tani hutan rakyat

(22)

12

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha tani hutan rakyat Lama usaha tani hutan rakyat

Pembangunan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang

Pembangunan hutan rakyat di Kecamatan Sendang sebagian besar adalah tanaman kehutanan yang dikelola bersama dengan tanaman pertanian dengan sistem tumpangsari. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil yang didapatkan dari lahan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani. Dengan pola tumpang sari diharapkan produktifitas lahan meningkat dan petani dapat memperoleh manfaat dari lahan sambil menunggu masa tebang hutan rakyat.

Jenis tanaman kehutanan yang berada di lahan milik sebagai tanaman pokok adalah sengon (Albizia falcataria), jabon (Anthocepalus cadamba) dan jati (Tectona grandis) sedangkan tanaman pertanian adalah singkong, pisang, talas, gadung, umbi porang, camcau, dan rumput odot yang ditanam sebagai tanaman sela. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang telah dilakukan oleh petani di Kecamatan Sendang meliputi pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran hasil.

1. Pengadaan bibit

Petani mendapatkan bibit sengon dan jati yang ditanam dengan cara membeli bibit dalam polybag dengan harga Rp1000–1500 per polybag untuk bibit sengon dan Rp3000–4500 per polybag untuk bibit jati. Bibit dibeli dari pedagang yang khusus menjual bibit pohon yang didapat di luar Kecamatan Sendang. Pembelian bibit ada yang dilakukan secara kolektif oleh kelompok tani dan ada yang membeli secara mandiri. Pada tahun 2011 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memberikan bantuan bibit kepada tiga kelompok tani di Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dalam proyek Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Bibit yang diberi berupa tanaman sengon sebanyak 6000 batang tiap kelompok tani.

2. Penanaman

(23)

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan petani pada hutan rakyat milik mereka masih sangat sederhana. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi kegiatan pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan. Pada kegiatan pemupukan, sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak peliharaan. Selain pupuk kandang, petani hutan rakyat juga menggunakan pupuk urea setiap 6 bulan sekali sampai usia 2 tahun. Sebagian besar kegiatan pemangkasan dilakukan oleh petani tiap empat bulan sekali hingga tanaman berusia 2 tahun.

4. Pemanenan

Kegiatan pemanenan kayu dilakukan saat daur yang dikehendaki oleh petani sudah tercapai (5 hingga 8 tahun untuk jenis sengon dan jabon, dan 10 tahun untuk jenis jati), namun banyak juga yang memanen kayu dengan sistem tebang butuh yaitu saat petani membutuhkan biaya mendesak untuk sekolah anak atau untuk keperluan hajatan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan sendiri oleh pembeli kayu dalam hal ini dilakukan oleh tengkulak. Komoditas tanaman sela yang ditanam di sela-sela pohon dipanen untuk tambahan kebutuhan sehari-hari dan pakan ternak yang dimiliki.

5. Pemasaran hasil

Pemasaran hasil hutan rakyat di Kecamatan Sendang saat ini masih bergantung kepada tengkulak dalam mendistribusikan hasil tanamannya ke industri. Sistem pembelian yang digunakan tengkulak adalah sistem borongan. Dalam penentuan harga, kebanyakan petani tidak tahu harga batangan dari ukuran diameter dan tinggi pohon, sehingga para tengkulak berani memberi harga rendah kepada petani.

Tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Dalam penelitian ini kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang diidentifikasi untuk diketahui intensitasnya adalah kegiatan perencanaan dan kegiatan pelaksanaan. Kegiatan perencanaan mencakup kegiatan penentuan jenis bibit, penentuan jarak tanam, dan perencanaan pemasaran hasil. Kegiatan pelaksanaan mencakup kegiatan pemupukan, penjarangan, dan pengendalian penyakit. Hasil perhitungan tentang intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pengelolaan hutan rakyat Variabel Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

(24)

14

Perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu, mencakup pengelolaan usaha, hasil produksi yang dijual, pasar dan pemasaran serta proyeksi keuangan (Simanjuntak 2004). Intensitas kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh petani hutan rakyat memiliki kategori sedang, yaitu sebanyak 41 responden (68%). Hal ini disebabkan oleh karena petani rata-rata langsung melakukan kegiatan pelaksanaan, sehingga kegiatan perencanaan tidak dilakukan secara matang dan biasanya dibicarakan dalam kelompok tani. Pada kegiatan pelaksanaan, dominan petani memiliki tingkat intensitas yang sedang pada pelaksanaan pengelolaan hutan, yaitu sebanyak 40 responden (67%).

Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas pengelolaan hutan rakyat

Variabel Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) Intensitas pengelolaan

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat secara keseluruhan bahwa tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berada di kategori sedang, yaitu sebanyak 33 responden (55%) yang melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat dengan cukup intensif.

Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat

Persepsi petani terhadap hutan rakyat

Dalam pengertian psikologi, persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Persepsi erat hubungannya dengan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang berakibat terhadap kemauan dan perasaan pada stimulus tersebut, serta motivasi tertentu. Menurut Lockard (1977) dalam Tampang (1999), persepsi dipengaruhi dari variabel-variabel yang berkombinasi satu dengan lainnya, yaitu: (1) pengalaman masa lalu, apa yang pernah dialami; (2) indoktrinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami; (3) sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dari hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang ada dalam individu tersebut. Minat, kemauan, perasaan, kebutuhan, motivasi, umur, kepribadian, kebiasaan, dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti sosial budaya dan sosial ekonomi (pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya).

(25)

Tabel 16 Tingkat persepsi petani terhadap hutan rakyat

Kategori Skor Jumlah (orang) Persentase (%)

Buruk 14–23 9 15

Cukup 24–32 17 28

Baik 33–42 34 57

Jumlah 60 100

Rata-rata 30.4

Mayoritas responden (57% responden) memiliki persepsi yang baik terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Namun skor rata-rata dari keseluruhan responden terkait persepsi mereka terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menunjukkan tingkat persepsi yang cukup baik.

Motivasi petani dalam membangun hutan rakyat

Menurut Suhaimin (2005) motivasi berasal dari bahasa inggris “motivation”, kata asalnya adalah motif yang berarti maksud tujuan. Motivasi menurut Sudaryanto et al (1987) merupakan faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai–nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi–kondisi yang menguntungkan. Secara singkat motivasi dapat dikatakan sebagai nilai–nilai atau motif yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Minat dari dalam tersebut akan tercermin dalam perilaku yang sebenarnya merupakan kumpulan fantasi dari berbagai aspek.

Pengukuran tingkat motivasi petani dalam membangun hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 8 pertanyaan valid penduga motivasi yang diukur dengan skala Likert sperti tercantum dalam Tabel 17.

Tabel 17 Tingkat motivasi petani dalam pembangunan hutan rakyat

Kategori Skor Jumlah (orang) Presentase (%)

Rendah 8–13 8 13

Sedang 14–19 12 20

Tinggi 20–24 40 67

Jumlah 60 100

Rata-rata 19.47

(26)

16

Korelasi Faktor-faktor dalam Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat

Pada Tabel 18 tersaji hasil uji korelasi faktor karakteristik responden yang diduga mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan uji korelasi Spearman.

Tabel 18 Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat

Karakteristik responden Intensitas pengelolaan hutan rakyat

Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Umur -0.005 0.971

Tingkat pendidikan -0.068 0.606

Jumlah anggota keluarga -0.114 0.386

Luas hutan rakyat 0.097 0.459

Pendapatan per tahun 0.215 0.098

Pengalaman usaha tani 0.175 0.181

Tidak terdapat satu pun dari karakteristik responden yang memiliki nilai koefisien korelasi yang mencukupi untuk mempengaruhi tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan karakteristik tersebut tidak ada yang berpengaruh terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat.

Tabel 19 Faktor persepsi dan motivasi responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat

Faktor Intensitas pengelolaan hutan rakyat

Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Persepsi 0.271* 0.058

Motivasi 0.263* 0.042

* korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed)

Pada Tabel 19 tersaji hasil uji korelasi antara faktor persepsi dan faktor motivasi yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan uji korelasi Spearman. Terlihat faktor persepsi dan motivasi mempunyai korelasi positif yang secara signifikan pada selang kepercayaan 95% berpengaruh nyata terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

Perumusan Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung

Analisis Faktor Lingkungan Strategis

(27)

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung, tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) dan kelompok tani hutan rakyat di Kecamatan Sendang dianggap memiliki peran strategis yang mempengaruhi perkembangan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung khususnya di Kecamatan Sendang. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang ada pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dan kelompok tani hutan rakyat di Kecamatan Sendang yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman dari luar dinas dan kelompok tani hutan rakyat yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Analisis faktor lingkungan internal dan faktor eksternal didapatkan melalui wawancara dan pengamatan kepada responden yang memahami permasalahan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

Faktor Internal

Faktor internal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan meliputi : 1) Tersedianya tenaga penyuluh di 12 kecamatan yang khusus menangani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, 2) Tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan, 3) Mulai munculnya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga sumber air. Adapun faktor kelemahan meliputi :1) Data lahan potensial hutan rakyat masih belum akurat, 2) Masih rendahnya tingkat pengetahuan petani dalam mengelola hutan rakyat.

A.Kekuatan

1. Adanya tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang

Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) merupakan ujung tombak dalam pembangunan kehutanan di lapangan. Idealnya tenaga PKL memainkan peran pendampingan terhadap kelompok yang melakukan kegiatan kehutanan. Sebagai salah satu faktor kekuatan yang mendukung pertumbuhan pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, PKL berperan penting dalam transfer ilmu pengetahuan dan teknologi terkait hutan rakyat. Selain itu PKL juga berperan dalam pendampingan petani hutan rakyat serta menampung kendala yang dihadapi oleh petani hutan rakyat. Saat ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memliki 18 orang tenaga PKL yang tersebar di 12 kecamatan. 2. Komitmen tinggi pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan

(28)

18

3. Adanya kelompok petani hutan rakyat

Adanya kelompok tani hutan rakyat merupakan salah satu indikator peningkatan modal sosial yang dimiliki oleh petani hutan rakyat. Kelompok tani hutan rakyat dibentuk oleh kumpulan petani hutan rakyat yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Petani hutan rakyat yang tergabung dalam kelompok tani memiliki keuntungan akses informasi yang lebih baik dan seringkali diprioritaskan untuk dilibatkan dalam program pemerintah terkait hutan rakyat.

B.Kelemahan

1. Masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR Pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan hutan rakyat yang baik masih rendah. Hal ini terlihat dari jarak tanam yang kebanyakan masih tidak teratur. Selain itu hanya sebagian kecil dari petani hutan rakyat yang melakukan penjarangan pohon sehingga pertumbuhan pohon menjadi tidal optimal.

2. Data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat

Untuk merencanakan program pembangunan hutan rakyat sangat diperlukan data lahan kritis dan lahan potensi hutan rakyat. Saat ini data yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung masih belum lengkap dan akurat. Hal ini disebabkan kurangnya SDM yang tersedia untuk memperbaharui data dan mengecek ke lapangan.

3. Kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL Tenaga Penyuluh Kehutanan Lapang (PKL) diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dalam transfer informasi dan pendampingan petani hutan rakyat. Namun keterbatasan jumlah tenaga PKL menjadi kelemahan tersendiri yang membuat kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan petani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Dari 12 kecamatan yang memiliki prospek hutan rakyat yang bagus, hanya tersedia 18 tenaga PKL. Padahal kebutuhan minimal tenaga PKL adalah minimal dua orang tiap kecamatan.

Tabel 20 Analisis faktor internal

Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan (S)

2. Data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat

0.11 1 0.11

3. Penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL kurang intensif

(29)

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor peluang meliputi : 1) Adanya kebun bibit rakyat, 2) Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, 3) Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, 4) Adanya program BLU. Faktor ancaman meliputi : 1) Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, 2) Administrasi surat kepemilikan tanah, 3) Mahalnya biaya pembuatan SKAU

A.Peluang

1. Adanya kebun bibit rakyat

Keberadaan kebun bibit rakyat milik Dinas Kehutanan dan Kebudayaan yang berada di Kecamatan Sendang merupakan faktor peluang penting yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Dengan adanya kebun bibit rakyat ini masyarakat yang ingin membangun hutan rakyat tidak perlu lagi kesulitan mencari bibit yang berkualitas dan murah.

2. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik

Industri pengolahan kayu di Jawa Timur khususnya untuk pembuatan palet kayu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah industri ini membuat permintaan kayu sengon semakin meningkat dan berimbas pada meningkatnya harga jual sengon saat ini. Komoditi kayu jati hutan rakyat terserap oleh industri mebel dan bahan bangunan rumah.

3. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah

Program pembangunan hutan rakyat memerlukan dana yang cukup besar, baik untuk kegiatan teknis maupun non teknis. Sumber dana yang bisa diharapkan yang mampu mendorong pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung antara lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Sumber yang lain berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui program Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK). Pada tahun 2005 Kabupaten Tulungagung mendapatkan anggaran sebesar Rp2 500 000 000 untuk kegiatan GNRHL dan Rp500 000 000 untuk kegiatan GRLK.

4. Adanya program BLU yang menjangkau hutan rakyat

(30)

20

B.Ancaman

1. Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak

Saat ini pemasaran kayu hasil hutan rakyat masih bergantung pada tengkulak yang mendatangi petani hutan rakyat untuk selanjutnya dijual ke pabrik. Dalam prakteknya masih banyak ditemukan tengkulak yang memberikan harga terlalu murah kepada petani hutan rakyat. Hal ini menjadi ancaman bagi perkembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung karena bisa mengurangi motivasi petani hutan rakyat untuk membangun dan mengembangkan hutan rakyat yang sudah dimiliki.

2. Administrasi surat kepemilikan tanah

Dalam administrasi yang diperlukan untuk mengajukan permohonan dana BLU diperlukan surat kepemilikan tanah pribadi yang jelas dan sah. Saat ini masih banyak petani hutan rakyat dalam kelompok tani yang tanah miliknya belum memiliki surat kepemilikan tanah pribadi karena mayoritas tanah mereka merupakan tanah warisan. Untuk mengurus surat tanah tersebut harus melewati birokrasi pemerintah desa yang menurut kebanyakan petani hutan rakyat sangat menyita waktu dan menyusahkan.

3. Mahalnya biaya pembuatan SKAU

Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) kayu merupakan surat keterangan yang dikeluarkan oleh pejabat desa yang menunjukkan legalitas kayu yang dijual oleh petani hutan rakyat. Sebernarnya untuk pembuatan SKAU sendiri tidak dipatok besaran uang yang harus dibayarkan kepada pemerintah desa, namun dari pihak desa sering meminta biaya antara Rp500 000 hingga Rp1 000 000 untuk sekali pembuatan SKAU. Biaya tersebut dirasa cukup memberatkan bagi petani hutan rakyat.

Tabel 21 Analisis faktor eksternal

Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Peluang (O)

1. Adanya kebun bibit rakyat 0.09 2 0.18

2. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik 0.21 4 0.83 3. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat

dan daerah

0.13 3 0.39

4. Adanya program BLU 0.26 4 1.02

Ancaman (T)

1. Murahnya harga kayu yang ditawarkan oleh para tengkulak

0.19 3 0.58

2. Administrasi surat kepemilikan tanah 0.07 1 0.07

(31)

Alternatif strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung

Tabel 22 Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal Internal Factor Attractive

Score/IFAS

3.09 Eksternal Factor Attractive Score/EFAS

3.13 Total skor kekuatan (S) 2.25 Total skor peluang (O) 2.43 Total skor kelemahan (W) 0.84 Total skor ancaman (T) 0.71

S-W 1.41 O-T 1.73

Gambar 3 Kuadran analisis SWOT stakeholder pengembangan hutan rakyat Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa titik koordinat posisi kelembagaan stakeholder yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung pada titik-titik variabel sumbu (X) 1.41 dan sumbu (Y) 1.73. Koordinat tersebut berada di kuadran I, sehingga memerlukan strategi progresif dalam pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Berikut adalah alternatif strategi yang bisa dilakukan :

1. Menambah jumlah tenaga PKL dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (S3-O3)

2. Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU (Badan Layanan Umum). (S1-O4)

3. Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. (S2-O3)

4. Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu. (S3-O2)

(32)

22

Prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung Perumusan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilakukan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang merupakan lanjutan dari analisis perumusan alternatif strategi dengan analisis SWOT. Alternatif strategi yang memiliki total nilai kemenarikan (Total Attractive Score/TAS) tertinggi merupakan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat yang diutamakan untuk diimplementasikan. Urutan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dapat diketahui pada Tabel 23.

Tabel 23 Prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berdasarkan hasil analisis QSPM

Strategi Bobot AS TAS Prioritas Menambah jumlah tenaga PKL dengan

menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah

0.12 3 0.36 3

Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU

0.16 2 0.32 4

Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat

0.16 4 0.63 2

Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu

0.18 4 0.73 1

Strategi yang memiliki nilai TAS tertinggi sebesar 0.73 adalah kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu. Strategi ini menjadi strategi utama dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Hal ini disebabkan oleh masalah utama yang masih menghambat pertumbuhan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berupa rendahnya harga yang diterima petani hutan rakyat. Diharapkan dengan terjalinnya kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu hutan rakyat dapat meningkatkan harga kayu dan meningkatkan minat untuk membangun hutan rakyat.

Strategi kedua menjadi prioritas strategi adalah menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat dengan nilai TAS 0.63. Strategi ini menitikberatkan pada upaya pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan pengetahuan dan pengalaman petani hutan rakyat sehingga hasil yang didapatkan dari pengelolaan hutan rakyat bisa optimal. Peran tenaga PKL dalam strategi ini sangat penting sebagai perpanjangan tangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dalam pendampingan petani hutan rakyat.

(33)

hutan rakyat sehingga program-program yang sudah ada bisa lebih maksimal dirasakan manfaatnya oleh petani hutan rakyat.

Strategi lain yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU dengan nilai TAS 0.32. Strategi ini dimaksudkan untuk lebih menyosialisasikan program BLU kepada petani hutan rakyat agar memiliki motivasi lebih dalam mengembangkan hutan rakyat yang sudah dikelolanya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Faktor yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah persepsi dan motivasi petani hutan rakyat. Strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung antara lain:

1. Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu.

2. Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat.

3. Menambah jumlah tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 4. Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU

(Badan Layanan Umum).

Saran

(34)

24

DAFTAR PUSTAKA

Irianto A. 2004. Statistik : Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta : Kencana.

Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung : Andi.

Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Simanjuntak IM. 2004. Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan Menengah: Pedoman Menjalankan Usaha. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sudaryanto, Ahmad H, Andi S. 1987. Persepsi Hak Pengusahaan Hutan Terhadap Sistem Tebang Pilih Indonesia. Penelitian Pengelolaan Sumber Kehutanan Berwawasan Lingkungan Kerjasama Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suhaimin T. 2005. Teori Motivasi, Prestasi, dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa Perannya Dalam Perekonomian Desa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

(35)

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2  Lokasi Penelitian  Alat dan Bahan
Tabel 1  Skor pertanyaan intensitas pengelolaan hutan rakyat
Tabel 10  Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga  Jumlah Anggota Keluarga  Jumlah (orang)  Persentase (%)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Désain panalungtikan mangrupa prosés panalungtikan nu mangrupa studi pustaka, ngumpulkeun data, ngolah data, jeung nyieun laporan panalungtikan. Desain panalungtikan pikeun

[r]

 Dengan mandiri dan kreatif serta berpikir secara logis dapat menggunakan rumus luas selimut dan volume untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut

Allah sebagai ibadah dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan

[r]

Kajian ini dibuat bertujuan untuk mengesan kecenderungan keusahawanan di kalangan pesara tentera yang mengikuti program keusahawanan anjuran Jabatan Hal-Ehwal

mengurangkan masalah dalam hubungan manusia dan untuk memperbaiki kehidupan melalui interaksi manusia yang lebih baik.Selain itu,terdapat ramai pekerja dalam profesion bantuan

'DUL JDPEDU GDQ JDPEDU WHUVHEXW GL DWDV GDSDW GLOLKDW EDKZD VHWLDS QHJDUD PHQJHPEDQJNDQ NULWHULD VHQGLUL \DQJ GLWXUXQNDQ GDUL NRQVHS NDWHJRUL QLODL SHQWLQJ SXVDND \DQJ WHODK