Good Corporate Governance
(Studi Kasus Perusahaan Sangat Terpecaya Menurut CGPI
Award
periode 2009)
SKRIPSI
Oleh :
DWI PUTRI RETNO WULAN
NPM : 0642010078
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
Governance
Studi Kasus Perusahaan Sangat Terpecaya menurut CGPI
Award
periode
2009).
NAMA
: Dwi Putri Retno Wulan
NPM :
0642010078
JURUSAN
: Administrasi Bisnis
Telah di setujui untuk mengikuti ujian skripsi
Pembimbing I
Pembimbing II
Ety Dwi Susanti, Dra. Msi
Eddy Poernomo, Drs, SE,MM
NIP : 030.227.786
NIP : 030.178.443
DEKAN
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau Dari Perkembangan Harga Saham Sebelum dan Setelah Penerapan
Good Corporate Governance
Studi Kasus Perusahaan Sangat Terpecaya menurut CGPI Award periode 2009
Disusun Oleh :
DWI PUTRI RETNO WULAN NPM. 0642010078
Telah dipertahankan dihadapkan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 20 Mei 2010
Pembimbing Utama Tim Penguji :
Ketua
Ety Dwi Susanti, Dra. Msi Jojok D., S.Sos, M.Si NIP : 030.227.786 NIP : 957.000.042
Pembimbing Pendamping Sekertaris
Edy Poernomo, Drs, SE, MM Nurhadi, Drs. M.Si NIP : 030.178.443 NIP : 030.227.930 Anggota
Ety Dwi Susanti, Dra. Msi NIP : 030.227.786
Mengetahui, DEKAN
Ditinjau Dari Perkembangan Harga
Saham Sebelum dan Setelah Penerapan
Good Corporate Governance (
Pada
Perusahaan Sangat Terpecaya PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank
CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk
dan PT United Tractors Tbk Menurut CGPI
Award
periode 2009).
NAMA
: Dwi Putri Retno Wulan
NPM :
0642010078
JURUSAN
: Administrasi Bisnis
FAKULTAS
: Ilmu Sosial dan Politik
PEMBIMBING UTAMA
TIM PENGUJI :
1.
Ety Dwi Susanti, Dra.MSi
Jojok D., S.Sos, MSi
NIP
:
957.000.042
.
NIP : 030.227.786
NIP : 957.200.046
PEMBIMBING PENDAMPING
2.
Lia
Nirawati,
Dra,
MSi
Eddy Poernomo, Drs, SE, MM
NIP : 030.223.072
NIP : 030.178.443
3.
Jojok
D.,
S.Sos,
MSi
NIP
:
957.000.042
Mengetahui
KETUA
JURUSAN
Sadjudi.
Drs,
Msi
DWI PUTRI RETNO WULAN. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau
Dari PerkembanganHarga Saham Sebelum dan Setelah Penerapan Good
Corporate Governance (Pada Perusahaan Sangat Terpercaya PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT
United Tractors Tbk Menurut CGPI Award periode 2009).
Dengan banyaknya tuntutan pembenahan dibidang corporate governance
dipandang sebagai asaah satu tindakan dalam rangka pemulihan perekonomian
Indonesia yang sedang terpuruk, penerapan prinsip-prinsip good corporate
governance diyakini akan meningkatkan nilai perusahaan termasuk kinerjanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kinerja keuangan yang ditinjau darii perkembangan harga saham sebelumd an
setelah penerapan Good corporate Governance pada PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT
United Tractors Tbk.
Data yang digunakan dalam penelitian ini dalah data sekunder yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002 sampai tahun 2009. Alat
analisi yang digunakan adalah “t-test”. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
perbedaan kinerja keuangan antara sebelum dan setelah penerapan Good
Corporate Governance pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB
Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT United Tractors Tbk. Dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 5%.
Dengan Rahmat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah-Nya kepada
penulis dapat menyelesaikan laporan proposal skripsi dengan judul ”Analisis
Kinerja Keuangan Ditinjau dari Perkembangan Harga Saham Sebelum dan
Setelah Penerapan
Good Corporate Governance
(
Pada Perusahaan Sangat
Terpecaya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT
Aneka Tambang Tbk dan PT United Tractors Tbk Menurut CGPI
Award
periode
2009)”.
Penulisan laporan proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti skripsi pada Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan penulisan laporan proposal
skripsi agar penulis mengetahui tujuan dari proposal skripsi, sehingga penulis
memperoleh pengetahuan yang lebih luas selama mata kuliah yang diberikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ety Dwi Susanti, Dra. Msi
selaku pembimbing utama dan Bapak Eddy Poernomo, Drs, SE,MM selaku
pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan proposal skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada :
Administrasi Bisnis.
3.
Bapak Nurhadi,Drs, M.Si, selaku sekretaris program studi Ilmu
Administrasi Bisnis.
4.
Kedua orang tua penulis tercinta yang telah memberikan doa dan
dukungan baik moral maupun materiil dalam penelitian menyusun laporan
proposal skripsi.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya laporan proposal skripsi ini jauh
dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan penulis di waktu mendatang. Akhir kata
penulis berharap agar laporan proposal skripsi ini tetap bisa memberikan manfaat
bagi pembaca.
Surabaya,
Maret
2010
Hal
Lembar Pengesahan...i
Abstraksi...ii
Kata Pengantar...iii
DAFTAR ISI...vi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang Masalah...1
1.2. Perumusan Masalah...8
1.3. Tujuan Penelitian...9
1.4. Manfaat Penelitian...9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...10
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu...10
2.2. Landasan Teori...11
2.2.1. Manajemen Keuangan...11
2.2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan...11
2.2.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan...12
2.2.1.3. Fungsi Manajemen Keuangan...13
2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan...14
2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan...14
2.2.2.2. Penilaian Kinerja...15
2.2.2.3. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan...16
2.2.2.4. Tujuan Penilaian Kinerja...17
2.2.3. Pengertian Pasar Modal...18
2.2.3.1. Fungsi Pasar Modal...19
2.2.3.2. Efisiensi Pasar Modal...20
2.2.4.3. Pengertian Volume Perdagangan Saham...23
2.2.5.
Good Corporate Governance
(GCG)...23
2.2.5.1. Prinsip – prinsip GCG...25
2.2.5.2. Tujuan Penerapan Prinsip GCG...29
2.2.5.3. Manfaat GCG...30
2.2.5.4. Konsep GCG...31
2.2.5.5. Implementasi Prinsip GCG dalam Organisasi...32
2.2.5.6. Sistem Penilaian Pelaksanaan GCG...36
2.2.5.7. Teori Keagenan (
Agency Theory
)...40
2.6. Diagram Kerangka Berfikir...41
2.7. Hipotesis...43
BAB III METODE PENELITIAN...44
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...44
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel...45
3.3. Teknik Pengumpulan Data...47
3.3.1. Jenis Data...47
3.3.2. Sumber Data...47
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data...48
3.4. Teknik Analisis Data...49
3.4.1. Teknik Pengujian Hipotesis...49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan...52
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan...52
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan...54
4.2.2. . Kinerja Keuangan Perusahaan Sesudah Penerapan GCG...60
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis...63
4.3.1. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov atau Shapiro – Wilk...63
4.3.2. Analisis t-test...64
4.3.3. Pengujian Hipotesis...65
4.4. Pembahasan...68
4.4.1. Pembahasan Analisis Hipotesis...68
4.4.2. Pembahasan Penerapan Prinsip – prinsip Good Corporate
Governance
(GCG)...69
4.4.2.1. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk...69
4.4.2.2. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) PT
Bank CIMB Niaga Tbk...73
4.4.2.3. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) PT
Aneka Tambang Tbk...80
4.4.2.4. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) PT
United Tractors Tbk...82
4.5. Keterbatasan Penelitian...85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...86
5.2. Saran...87
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemilikinya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatkan nilai perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan. Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
untuk kepentingan perusahaan. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka perusahaan perlu memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik, yang mampu memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan dirinya akan peroleh keuntungan investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi, selain itu juga harus dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan serta perusahaan itu sendiri.
Bukti empiris yang diperoleh dari hasil riset Zhuang pada tahun 2000 menunjukkan masih lemahnya perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dalam mengelola perusahaan dibanding negara-negara Asia Tenggara, hal ini ditunjukkan oleh masih lemahnya standar-standar akuntansi dan regulasi, pertanggungjawaban terhadap para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan masih lemahnya perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dalam menjalankan manajemen yang baik dalam memuaskan stakeholder perusahaan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka perusahaan perlu memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik yaitu Good Corporate Governance (GCG), yang mampu memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan dirinya akan peroleh keuntungan investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi, selain itu juga harus dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan serta perusahaan itu sendiri.
perusahaan di Indonesia (Sri Sulistyanto, 2003). Melalui penerapan good corporate governance tersebut diharapkan: (1) perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta mampu meningkatkan pelayanannya kepada stakeholder, (2) perusahaan lebih mudah memperoleh dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value, (3) mampu meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan (4) pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Hasil survey yang dilakukan oleh SWA bersama Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) pada tahun 2006 mengenai alasan perusahaan menerapkan Good Corporate Governance yaitu untuk menjaga kepercayaan stakeholder dan menerapkan transparansi. Selain itu alasan penerapan GCG yaitu untuk memperbaiki mekanisme proses bisnis internal, menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, menghadapi tuntutan regulasi, meningkatkan daya saing.
2002 tentang penerapan GCG yaitu Transparansi, pengungkapan, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran.
Menurut Arief, 2009 salah satu prinsip dari GCG adalah masalah transparasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Informasi penting di perusahaan yang perlu diketahui oleh publik, antara lain laporan keuangan perusahaan. Pada saat ini pemaparan tentang laporan keuangan perusahaan tahunan (annual report) yang disampaikan kepada publik, baru berjalan di perusahaan yang sudah go publik atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semakin tinggi tingkat keterbukaan atas laporan keuangan perusahaan maka seharusnya semakin rendah pula kemungkinan terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Setiap tahun Kementrian BUMN bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pajak, Badan Pengawas Pasar Modal –Lembaga Keuangan (Bapepam - LK) serta Bank Indonesia menyelenggarakan Annual Report Award. Tema Annual Report Award tahun 2005 adalah “ Kualitas Keterbukaan Informasi pada laporan Tahunan sebagai Salah Satu Penerapan Good Corporatel Governance” yang dapat diikuti oleh semua perusahaan, baik prusahaan publik maupun perusahaan nonpublik sebagai peserta. Kriteria umum yang dipakai sebagai dasar penilaian adalah sebagai berikut :
b. Penyajian informasi keuangan yang baik dan informatif sesuai dengan ketentuan akuntansi yang berlaku di Indonesia.
c. Informasi yang jelas mengenai kepemilikan dan penerapan Good Corporate Governance.
d. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah atau pihak mana pun yang mengarah pada implementasi GCG dalam Laporan Keuangan Tahunan. Hal ini merupakan perwujudan dari akuntabilitas publik terkait dengan transparasi laporan keuangan perusahaan.
transparan. Hal tersebut merupakan modal dasar bagi timbulnya kepercayaan publik sehingga bagi perusahaan yang telah go public saham perusahaannya akan lebih diminati oleh para investor dan berdampak positif terhadap peningkatan nilai saham. Implementasi GCG merupakan peluang yang cukup besar bagi perusahaan untuk meraih berbagai manfaat termasuk kepercayaan dari investor terhadap perusahaan, bermanfaat bagi manajemen, karyawan perusahaan, stakeholder dan berbagai pihak yang terkait.
Suatu perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance berharap tingkat kepercayaan perusahaan dimata investor menjadi baik, sehingga para investor tersebut akan membeli saham dari perusahaan tersebut.
signifikan, (4) Penelitian yang dilakukan oleh Firth et al. (2002) terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di pasar modal Hongkong menunjukkan bahwa, perusahaan-perusahaan yang melaksanakan good corporate governance mengalami peningkatan kinerja perusahaan (corporate performance) yang signifikan. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Caylor (2004) di Georgia, juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaksanakan good corporate governance mengalami peningkatan kinerja perusahaan (corporate performance) yang signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Cornett et al (2005) terhadap perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam S&P 100, juga menunjukkan hasil yang sama dimana perusahaan-perusahaan yang melaksanakan good corporate governance mengalami peningkatan kinerja perusahaan yang signifikan. Brown dan Caylor (2004) menunjukkan bahwa penerapan good corporate governance secara signifikan dapat meningkatkan return on equity, net profit margin, Tobin's Q.
keempat yaitu PT. Aneka Tambang Tbk. dengan memperoleh nilai sebesar 85.87, dan untuk perusahaan yang memperoleh peringkat sangat terpecaya pada tingkat kelima yaitu PT. United Tractor Tbk. dengan nilai 85.44. Yang melatarbelakangi peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu dari hasil perolehan yang didapatkan oleh lima perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance dengan predikat sangat terpecaya, apakah tingkat kinerja keuangan perusahaan akan menjadi lebih baik. Dalam kaitan ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Ditinjau Dari Perkembangan Harga Saham Sebelum dan Setelah Penerapan Good
Corporate Governance” (Pada Perusahaan Sangat Terpecaya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT United Tractors Tbk Menurut CGPI Award periode 2009). Kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari perkembangan harga saham sebelum dan setelah penerapan Good Corporate Governance pada lima perusahaan yang memperoleh nilai sangat terpecaya menurut survey Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan yang ditinjau dari perkembangan harga saham sebelum dan setelah penerapan Good Corporate Governance pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang Tbk dan PT United Tractors Tbk.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain :
1. Manfaat bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya mengenai penerapan good corporate governance terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan dalam meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai bagi pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.
2. Manfaat bagi penelitian selanjutnya
10
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
A. Penelitian I
Penelitian terdahulu yang dapat dilakukan sebagai bahan acuan dalam
skripsi yaitu skripsi yang dilakukan oleh Rida Perwita Sari ( 2007 ), mahasiswa
program studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa
Timur dengan Judul skripsi “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum
dan Sesudah Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Pada PT.
Petrokimia Gresik”. Skripsi ini meneliti tentang Apakah terdapat perbedaan
antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan prinsip Good Corporate Governance ( GCG ) pada PT Petrokimia Gresik?. Dari penelitian yang dilakukan oleh Rida Perwita Sari dapat disimpulkan bahwa Pengukuran kinerja keuangan
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara No. Kep. 100/ M. BUMN / 2002 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, yaitu : Return On Equity ( ROE ), Return On Investment ( ROI ), Cash Ratio, Current Ratio, Collection Periods ( CP
), Perputaran Persediaan ( PP ), Perputaran Total Assets / Total Assets Turn Over
( TATO ), dan rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset. Dari ketujuh
indikator kinerja keuangan tersebut maka Tidak terdapat perbedaan antara kinerja
Governance ( GCG ) di PT Petrokimia Gresik dengan nilai signifikan lebih besar dari 5%.
B. Penelitian II
Penelitian yang dilakukan Oleh H. Sri Sulistyanto ( Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang ) dan Meniek S. Prapti. yang dimuat
dalam jurnal dengan judul “Good Corporate Governance : Bisakah
meningkatkan Kepercayaan Masyarakat?”. Penelitian ini meneliti tentang
Apakah pemberian penghargaan Annual Report Award ( ARA ) secara signifikan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat?. Dari penelitian yang dilakukan
oleh H. Sri Sulistyanto dan Meniek S. Prapti dapat disimpulkan bahwa adanya
kepercayaan masyarakat terhadap konsep Good Corporate Governance yang melandasi. Penghargaan Annual Report Award ( ARA ) yang akan membuat perusahaan dikelola dengan lebih profesional dan dapat meningkatkan
kesejahteraan pemilikannya tanpa mengabaikan kepentingan stakehodersnya.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Manajemen Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowiz, JR (1997: 2)
mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah segala aktivitas dengan beberapa
tujuan menyeluruh. Oleh karena itu, fungsi pembuatan keputusan dari manajemen
keuangan dapat dibagi menjadi tiga area utama : keputusan sehubungan investasi,
Pengertian manajemen keuangan menurut Warsono ( 2003 : 4 ) dapat
didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian keuangan suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan
merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
keuangan suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan didalam fungsi dari pembuatan keputusan dari manajemen keuangan
tentang investasi, pendanaan, pembelanjaan, dan manajemen aktiva.
2.2.1.2. Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Warsono ( 2003 : 5-6 ) mengatakan bahwa tujuan manajemen
keuangan adalah sebagai berikut :
1. Memaksimalkan kekayaan pemegang saham / pemilik
2. Memaksimalkan laba
3. Memaksimalkan ganjaran / kompensasi bagi manajemen dapat berupa fasilitas
yang diberikan ( kantor yang representatif, kendaraan dinas dan rumah dinas )
4. Sasaran keperilakuan dapat diilustrasikan dengan adanya rencana kenaikan
upah dan gaji.
5. Tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan karena perusahaan hidup di
tengah masyarakat dan eksistensinya sangat bergantung pada masyarakat yang
2.2.1.3. Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Warsono ( 2003 : 7 ) berpendapat bahwa fungsi manajemen
keuangan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari tugas dan tanggung jawab
seorang manajer / direktur keuangan. Tugas / tanggung jawab manajer keuangan
antar perusahaan mungkin berbeda. Secara umum ada tiga macam tugas dan
tanggung jawab manajer keuangan :
1. Keputusan investasi ( investment decision ).
Keputusan investasi akan menghasilkan kebijakan investasi. Kebijakan
investasi ini menyangkut bagaimana manajer keuangan mengalokasikan dana
ke dalam bentuk – bentuk investasi yang akan mendatangkan keuntungan di
masa yang akan datang. Hasil dari kebijakan investasi, secara sederhana dapat
dilihat pada sisi aktiva neraca perusahaan.
2. Keputusan pembelanjaan kegiatan usaha ( Financing Decision )
Keputusan pembelanjaan kegiatan usaha ini akan menghasilkan kebijakan
sumber pembelanjaan. Dalam hal ini seorang manajer keuangan dituntut untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber – sumber
pembelanjaan yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan –
kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Hasil kebijakan sumber
pembelanjaan, secara sederhana dapat dilihat pada sisi pasiva neraca
perusahaan.
3. Keputusan manajemen aktiva ( assets management decision ).
Jika aktiva telah diperoleh dan pembelanjaan yang tepat telah tersedia, maka
2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan
Sejak awal didirikannya, sebuah perusahaan mempunyai visi, misi dan
tujuan. Oleh karena itu setiap perusahaan akan selalu dihadapkan pada
permasalahan menyangkut kinerja. Kinerja sangat penting bila dipergunakan
dengat tepat, banyak keuntungan yang nyata bagi para manajemen, karyawan dan
organisasi sendiri untuk mengukur kemampuan, keberhasilan, serta kegagalan
mereka didalam mengelola sumber dayanya serta pencapaian tujuan secara efektif
dan efisien. Pengertian efektif dan efisien menurut Anthony ( 1992 : 14 ) yaitu
efektif diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, sedangkan efisien menggambarkan berapa banyak masukan ( input )
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit keluaran ( output ) tertentu.
Sebelum memahami mengenai pengukuran kinerja secara mendetail,
terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud kinerja ( performance ). Menurut Helfert (1996 : 67) kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan
individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen yang memerlukan
analisis dampak keuangan dan ekonomi. Sedangkan menurut Mulyadi (1997 :
419) pengertian kinerja perusahaan adalah penentuan secara periodik efektivitas
dan efisiensi operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan sasaran standart, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
pihak manajemen perusahaan. Dengan tujuan penilaian kinerja adalah untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi
dan hasil yang diinginkan. Hal ini dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja
berdasarkan pada sasaran, standart dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh manajemen dalam perusahaan.
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan perusahaan adalah tingkat prestasi ( kerja ) hasil nyata yang
dicapai berupa penilaian kinerja yang kadang – kadang digunakan untuk
tercapainya suatu hasil dari banyaknya keputusan yang dibuat secara terus
menerus yang dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyedia
langsung untuk memperjelas tanggung jawab berdasarkan pada sasaran standar,
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen perusahaan yang
memerlukan analisis dampak keuangan dan ekonomi untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien operasioanal organisasi.
2.2.2.2. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan
perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui, dan dengan demikian
hasil penilaian tersebut dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi usaha
perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya ( Sugiyarso &
Winarni, 2005 ).
Menurut Mulyadi ( 2001 : 415 ), penilaian kinerja adalah penentuan secara
periodik efektifitas opersional suatu perusahaan, bagian perusahaan, dan
Dengan tujuan pokok adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang sudah ditetapkan
sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar
perilaku tersebut dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan didalam anggaran.
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia
dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi.
Tetapi kinerja operasi perusahaan merupakan kinerja perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya dalam rangka untuk mendapatkan laba yang sebesar –
besarnya.
Sedangkan menurut Kreitner & Kinichi ( 2005 :542 ), penilaian kinerja
merupakan evaluasi penilaian mengenai sifat, perilaku atau pencapaian sebagai
dasar untuk keputusan personal dan rencana pengembangan.
2.2.2.3. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut Mulyadi ( 2001 : 416 ), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum
2. Membantu pengembalian keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
3. Menyediakan pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
2.2.2.4. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan terpenting dalam melakukan penilaian kinerja adalah untuk menilai
apakah tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai suatu organisasi
mampu dicapai, sehingga mampu memenuhi kepentingan anggotanya ( Investor,
kreditor, pemegang saham ). Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam
menilai kinerja keuangan yaitu efisiensi dan profitabilitas operasi serta
menimbang seberapa efek pengguna sumber daya perusahaan (Helfert, 1996 : 86)
Penilaian perusahaan khususnya kinerja sering dilakukan untuk
tujuan-tujuan tersebut di bawah ini Darmawati (2004) dan Putri (2006):
1. Untuk keperluan merger dan akuisisi.
Perusahaan akan melakuakan merger (penggabungan usaha) atau
mengakuisisi perusahaan lain, jelas memerlukan kegiatan penilaian untuk
mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing
perusahaan
2. Untuk kepentingan restrukturisasi dan kepentingan usaha.
Perusahaan yang bermasalah seringkali memerlukan penilaian untuk
mengimplementasikan program pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk
mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya.
3. Untuk keperluan divestasi sebagai saham perusahaan dari mitra strategis
(beberapa saham harus dilepas kepada mitra baru). Contoh: privatisasi
4. Untuk Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa, harus dinilai
dengan menggunakan penilaian yang wajar untuk ditawarkan kepada
masyarakat atau public.
5. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam suatu perusahaan
atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari apa yang ada di dalam
neraca.
6. Memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau tambahan
modal.
2.2.3. Pengertian Pasar Modal
Menurut Suad Husnan, (1993 : 1), pasar modal adalah tempat bertemunya
penjual dan pembeli, yang memperjualbelikan adalah modal atau dana. Secara
formal, pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan atau sekuritas jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam
bentuk hutang ataupun modal sendiri yang diterbitkan oleh pemerintah, public outhorites , maupun perusahaan swasta.
Sedangkan menurut Sartono (1996 : 24), pasar modal adalah tempat
terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long term financial assets.
Adapun menurut Jogiyanto (1998 : 10), pasar modal adalah tempat
bertemunya para pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi.
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 122) mendefinisikan pasar modal
Menurut UU RI No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal dan bursa efek
bahwa : “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Sedangkan bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak
– pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
2.2.3.1. Fungsi Pasar Modal
Menurut Handaru (1996 : 11) fungsi pasar modal dibedakan menjadi
fungsi secara makro dan mikro. Fungsi pasar modal secara makro adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan investasi.
b. Salah satu instrumen moneter, yaitu melalui pelaksanaan pembukaan
kebijakan pasar di sektor pemerintah atau swasta.
Sedangkan fungsi pasar modal secara mikro, meliputi hal – hal sebagai
berikut :
a. Untuk menyehatkan struktur permodalan perusahaan
b. Dalam situasi tertentu, go public juga dijadikan sebagai salah satu cara menaikkan nilai perusahaan.
c. Sebagai sarana bagi perusahaan untuk mewujudkan atau menunjukkan
Menurut Bambang R. (1995 : 219) fungsi pasar modal adalah mengalokasikan
secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan
kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.
2.2.3.2. Efisiensi Pasar Modal
Bentuk efisiensi pasar ditentukan oleh informasi yang tersedia. Informasi
yang tercermin dalam harga saham akan menentukan bentuk pasar efisiensi yang
dapat dicapai. Tentu saja tingkatan efisiensi ini tidak semata – mata merupakan
kinerja suatu perusahaan itu sendiri, atau kinerja lembaga keuangan, Bapepam,
pemerintah ataupun kinerja lembaga lainnya. Akan tetapi efisiensi pasar
merupakan kienrja keseluruhan para pelaku pasar modal yang secara bersama –
sama mendukung terciptanya tingkat efisiensi pasar.
Menurut Jogiyanto (1998 : 284), efisiensi pasar modal dibagi kedalam tiga
tingkatan, yaitu :
1. Efisiensi pasar bentuk lemah
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jka harga – harga dari sekuritas
tercermin secara penuh informasi di masa lalu.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga – harga dari sekuritas secara
penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Informasi yang
dipublikasikan dapat berupa pengumuman laporan keuangan, pengumuman
pembagian deviden, pengumuman produk baru, pengumuman merger dan
3. Efisiensi pasar bentuk kuat
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga – harga dalam sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang tesedia termasuk informasi
yang privat. Jika pasar efisiensi dalam bentuk ini, maka tidak ada investor
yang dapat memperoleh keuntungan yang tidak normal karena mempunyai
informasi privat.
Menurut Samuel (1991: 131) menyatakan bahwa pasar modal dikatakan
efisien apabila :
1. Harapan oleh para investor bersifat homogen, artinya semua investor
mempunyai harapan yang sama dalam memandang pendapatan dan resiko dari
suatu surat berharga.
2. Pasar cukup besar sehingga jumlah saham yang ditawarkan mencukupi semua
investor
3. Fungsi utility semua investor dalam kelas yang sama, artinya para investor
mempunyai sikap yang sama terhadap trade off antara resiko dan return.
2.2.4. Pengertian saham
Menurut Asril Sitompul (1996 : 180), saham adalah tanda atau bukti
penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
Menurut Tien Sumarni (1998 : 10), saham adalah surat berharga bersifat
2.2.4.1. Jenis – jenis Saham
Menurut Siamat (1995 : 385), jenis – jenis saham dibedakan menjadi dua,
yaitu saham biasa dan saham preferen.
1. Saham Biasa (Common stock), yaitu
a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b. Memiliki hak suara
c. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut
dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi
2. Saham Preferen (Prefered stock), yaitu
a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden
b. Tidak memiliki hak suara
c. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan
pengurus Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
d. Memiliki hak pembayaran maksimal sebesarkan nilai nominal saham lebih
dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi.
e. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba
perusahaan disamping penghasilan yang diterima
secara tetap.
2.2.4.2. Pengertian harga Saham
Menurut Sutrisna (2000 : 144), harga saham adalah harga yang dibentuk
dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan
Menurut Widoatmojo (1996 : 43), harga saham adalah nilai penyertaan
atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan.
2.2.4.3. Pengertian Volume Perdagangan Saham
Menurut Hastuti (1998 : 242) volume perdagangan saham merupakan
suatu fungsi peningkatan dari perubahan harga absolut dimana harga
merefleksikan tingkat informasi.
Sementara menurut Sudjana (1999 : 13), volume perdagangan saham
adalah jumlah lembar saham yang ditransaksikan oleh para investor di bursa
saham.
2.2.5. Good Corporate Governance (GCG)
Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan.
Bank dunia ( World Bank) mendefinisikan good corporate governance
(GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah – kaidah yang wajib
dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber – sumber perusahaan untuk
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara
keseluruhan.
Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M – MBU/2002 tanggal
31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN menyatakan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memerhatikan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai – nilai etika.
Menurut The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) tahun 2000 mendefinisikan Good Corporate Governance adalah Suatu proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama
untuk meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
mempertahankan kepentingan stakeholders yang lain.
Good Corporate Goveranance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ( value added ) untuk semua stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu ( YPPMI & SC, 2002 ):
1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar
(akurat ) dan tepat pada waktunya.
2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan ( disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja
Good Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan – urusan
perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas
perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain ( Malaysian finance Committee on Corporate Governance February 1999 ).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, GCG secara singkat dapat
diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptkan nilai tambah ( value added ) bagi para pemangku kepentingan. Hal ini dsebabkan karena GCG dapat mendorong terbentuknya pola
kerja manajemen yang bersih, transparan, dan profesional (BTP). Implementasi
prinsip – prinsip GCG secara konsisten di perusahaan akan menarik minat para
investor, baik domestik maupun asing.
2.2.5.1. Prinsip – prinsip Good Corporate Governance
Prinsip – prinsip GCG yang dikembangkan oleh OECD(Organization for Economic Co- operation and Development) pada bulan april 1998 mencakup 5 (lima) hal berikut ini :
1. Perlindungan terhadap hak – hak pemegang saham ( the right off shareholders).
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hak – hak para pemegang saham, termasuk pemegang saham
1. Hak untuk memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran
kepemilikan
2. Hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan kepemilikan saham
3. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara
berkala dan teratur
4. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
5. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi
6. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan
2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham ( the equitable treatment of shareholders ).
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance haruslah menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik perdagangan
berdasarkan informasi orang dalam ( insider trading ) dan transaksi dengan diri sendiri ( self dealing ). Prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika menemukan transaksi – transaksi yang mengandung
benturan atau konflik kepentingan ( conflict of interest ).
3. Peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan ( the role of stakeholders ).
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak – hak pemangku kepentingan sebagaimana
perusahaan dengan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan
lapangan kerja, kesejahteraan, serta kesinambungan usaha ( going concern ). 4. Pengungkapan dan transparansi ( disclosure and transparency ).
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin adanya pengungkapan yang teapat waktu dan akurat untuk setiap
permasalahan berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut mencakup
informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja kepemilikan, dan pengelolaan
perusahaan. Informasi yang diungkap harus disusun, diaudit, dan disajikan
sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan
untuk meminta auditor eksternak ( kantor akuntan publik ) melakukan audit
yang bersifat independent atas laporan keuangan.
5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi ( the responsibilities of the board ).
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap
manajemen oleh dewan komisaris, dan pertanggungjawaban dewan komisaris
terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini kewenangan –
kewenangan serta kewajiban – kewajiban profesional dewan komisaris kepada
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Prinsip – prinsip GCG sesuai Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No.
1. Transparansi ( transparency )
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
pengungkapan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan.
2. Pengungkapan ( disclosure )
Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, baik diminta
maupun tidak diminta maupun, mengenai hal – hal yang berkenaan dengan
kinerja operasional, keuangan, dan resiko usaha perusahaan.
3. Kemandirian ( independent )
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa konflik
kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi
yang sehat
4. Akuntabilitas ( Accountability )
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan
ekonomis.
5. Pertanggungjawaban ( responsibility )
Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan
yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.
6. Kewajaran ( fairness )
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak – hak pemangku kepentingan
yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan peraturan perundang –
Ensensi dari Corporate Governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya
akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan
kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.
Penyusunan prinsip – prinsip Good Corporate Governance
dikelompokkan dalam 5 (lima) hal, yaitu :
1. Perlindungan atas hak – hak pemegang saham
2. Perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham
3. Peranan stakeholders dalam Corporate Governance
4. Keterbukaan dan Transparansi
5. Akuntabilitas Direksi dan Komisaris
2.2.5.2. Tujuan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance
Penerapan prinsip Good Corporate Governancemempunyai tujuan berikut ( Petrokimia, 2005 ):
1. Good Corporate Governance dapat memaksimalkan nilai bagi seluruh
stakeholders.
2. Good Corporate Governance dapat membantu dalam pengelolaan perusahaan yang lebih profesional, transparansi dan efektif.
3. Good Corporate Governance dapat memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ perusahaan.
5. Good Corporate Governance dapat meningkatkan kontribusi dalam perekonomian nasional.
6. Good Corporate Governance dapat meningkatkan iklim investasi.
2.2.5.3. Manfaat Good Corporate Governance
Adanya beberapa manfaat dari penerapan prinsip Good Corporate Governance bagi korporasi, yaitu :
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah ( debt/capital )
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan.
4. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra
perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
5. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder dan stakeholder
terhadap perusahaan
6. Meningkatkan kontribusi BUMN terhadap penerimaan Negara dalam bentuk
pajak dan deviden, serta meningkatkan kesejahteraan karyawan.
7. Melindungi Direksi / Komisaris / Dewan Pengawas dari tuntutan hukum dan
melindungi dari intervensi politisi serta usaha – usaha campur tangan di luar
mekanisme korporasi.
8. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan dan strategi dan kebijakan yang
2.2.5.4. Konsep good corporate governance ( GCG )
Implementasi prinsip – prinsip GCG menyangkut pengembangan dua
aspek yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu perangkat keras (
hardware ) dan perangkat lunak ( software ). Hardware yang lebih bersifat teknis mencakup pembentukan atau perubahan struktur dan sistem organisasi.
Sedangkan, software yang lebih bersifat psikososial mencakup perubahan paradigma, visi, misi, nilai ( value ), sikap ( attitude ), dan etika keperilakuan (
behavioral ethics ). Dalam praktik nyata di dunia bisnis, sebagian besar perusahaan ternyata lebih menekankan pada aspek hardware, seperti penyusunan sistem dan prosedur serta pembentukan struktur organisasi ( Arif, 2009 ).
Menurut Gede Raka, salah seorang panel ahli dari indonesian Institute for Corporate Governance ( IICG ), menyatakan dalam GCG tersirat secara implisit bahwa sebuah perusahaan bukanlah mesin pencetak keuntungan bagi pemiliknya,
melainkan sebuah entitas untuk menciptakan nilai bagi semua pihak yang
berkepentingan. Perusahaan juga bukan hanya mesin yang mengubah input
menjadi output , melainkan sebuah lembaga kemanusiaan ( human instiution ), sebuah masyarakat yang punya nilai, cita – cita, jati diri, dan tanggung jawab
sosial. Konsep GCG mencerminkan pentingnya sikap berbagi ( sharing ), peduli (
caring ) dan melestarikan. Semua hal itu menyangkut aspek kejiwaan GCG. Perubahan menuju praktik GCG yang lebih baik harus mencakup perubahan pada
dimensi teknis ( sistem dan strutur ) dan aspek psikososial ( paradigma, visi dan
nilai – nilai ) organisasi. Dalam perubahan dimensi psikososial perusahaan, peran
menumbuhkan aspirasi, menanamkan nilai, serta menumbuhkan idealisme dan
kesadaran akan tujuan para anggota perusahaan.
Model dan sistem yang akan digunakan oleh sebuah korporasi, perangkat
tata kelola ( governance ) dari suatu organisasi sebagai sistem yang terbuka ( open system ) terdiri atas struktur tata kelola ( governance structure ), mekanisme tata kelola ( governance mechanism ), dan prinsip – prinsip tata kelola ( governance principles ). Ketiga perangkat ini berjalan sebagai suatu kesatuan dalam bentuk sistem tata kelola yang berinteraksi dengan lingkungan internal dan eksternal
organisasi organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Efektifitas perangkat tata kelola ini dinilai dari seberapa jauh sistem
dimaksud mampu memberikan hasil tata kelola ( governance outcomes ) yang diharapkan ( Syakhroza, 2005).
2.2.5.5. Implementasi Prinsip Good Corporate Governance dalam Organisasi
Pada dasarnya tidak ada pola yang baku dan berlaku seragam dalam
pengembangan dan pengimplementasian Good Corporate Governance di setiap organisasi korporasi, kondisi, dan struktur dan budaya masing – masing organisasi
yang bervariasi berpengaruh kepada pola pengembangan Good Corporate Governance untuk masing – masing korporasi.
Dalam pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance di korporasi adalah penting bagi korporasi untuk melakukan tahapan – tahapan yang cermat
sehingga Good Corporate Governance dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam korporasi.
Pada umumnya perusahaan – perusahaan yang telah berhasil dalam
menerapkan Good Corporate Governance menggunakan tahapan – tahapan sebagai berikut ( Daniri, 2005) :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama, yaitu :
i. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting Good Corporate Governance dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan
dengan meminta bantuan tenaga ahli independent dari luar perusahaan.
Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan
diskusi kelompok.
ii. Good Corporate Governance Assesment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam
penetapan Good Corporate Governance saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik level penerapan Good Corporate Governance ( GCG ) dan untuk mengidentifikasikan langkah – langkah yang tepat
guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang
kondusif bagi penerapan Good Corporate Governance ( GCG ) secara efektif. Dengan kata lain Good Corporate Governance Assesment
mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah – langkah apa
yang dapat diambil untuk mewujudkannya.
iii. Good Corporate Governancemanual building, adalah langkah berikut setelah Good Corporate Governance Assesment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya
identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi Good Corporate Governance ( GCG ) dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independent dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara
manual untuk organ – organ perusahaan dan manual untuk perusahaan mencakup berbagai aspek, seperti:
Kebijakan Good Corporate Governance ( GCG ) perusahaan.
Pedoman Good Corporate Governance ( GCG ) bagi organ – organ perusahaan.
Pedoman perilaku
Audit commite charter
Kebijakan disclosure dan transparansi
Kebijakan dan kerangka manajemen resiko
Roadmap implementasi 2. Tahap Implementasi
Setelah perusahaan mempunyai Good Corporate Governance ( GCG )
i. Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh
perusahaan aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya
mengenai pedoman penerapan Good Corporate Governance. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk itu,
langsung berada dibawah pengawasan direktur utama atau salah satu
direktur yang ditunjuk sebagai Good Corporate Governance champion di perusahaan.
ii. Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman
GCG yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya
mencakup pula upaya manajemen perubahan ( change management ) guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh
implementasi GCG.
iii. Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi.
Internalisasi mencakup upaya – upaya untuk memperkenalkan GCG di
dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan
perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan
GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari
waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan GCG
telah dilakukan dengan meminta pihak independent yang menyangkut
remunerasi dan kompensasi serta sistem pensiun. Kriteria seleksi dan
proses penunjukan yang transparan dan terencana bagi Komisaris /Dewan
Perencana dan Direksi akan mengimplementasikan. Hal ini termasuk dan
merupakan perbaikan terhadap Uji Kelayakan dan Kepatutan calon Direksi
yang sudah ditetapkan BUMN saat ini. Surat Penunjukan bagi Komisari /
Dewan Pengawas dan direksi yang baru akan dibuat, yang secara formal
akan menjelaskan antara lain tugas, tanggung jawab serta harapan –
harapan pemerintah, Program Pengenalan / Orientasi untuk Komisaris /
Dewan Pengawas Direksi segera dapat memberikan kontribusinya kepada
perusahaan.
2.2.5.6. Sistem Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance
Penilaian terhadap pelaksanaan good corporate governance di Indonesia dilakukan oleh lembaga independen yaitu: Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Penilaian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh pihak manajemen perusahaan. Aspek yang dinilai meliputi Hak-hak
dilakukan melalui metode rata-rata tertimbang, dengan bobot masing-masing
aspek sebagai berikut:
1. Hak-hak Pemegang Saham (20%).
Dalam Hak-hak Pemegang Saham, penilaian dilakukan terhadap apakah
perusahaan telah:
i. Melaksanakan RUPS tahunan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah akhir
tahun buku sesuai dengan pasal 65 ayat 2 Undang-undang Perseroan
Terbatas.
ii. Menyampaikan kepada Pemegang Saham pemberitahuan mengenai RUPS
tahunan minimal 28 hari sebelum pelaksanaan RUPS tersebut.
iii. Memberikan dorongan kepada para Pemegang Saham untuk menghadiri
RUPS dan menggunakan hak suara-nya.
iv. Memberikan kesempatan yang memadai bagi Pemegang Saham untuk
mengajukan pertanyaan pada RUPS.
Selanjutnya diberikan penilaian, misalnya nilai 5 untuk setiap jawaban "ya"
dan 0 untuk tiap jawaban "tidak". Jadi misalkan dari 10 pertanyaan di
bidang Hak-hak Pemegang Saham tersebut peru-sahaan menjawab "ya"
sebanyak 6 kali dan menjawab "tidak" seba-nyak 4 kali maka dalam
bidang tersebut perusahaan akan memperoleh skor:
(6 x 5) + (4 x 0) = 30 (dari nilai maksimum 50 atau 10 x 5)
2. Kebijakan Corporate Governance (15%).
i. Memiliki Kode atau Pedoman Good Corporate Governance secara tertulis, yang secara jelas menjabar-kan hak-hak Pemegang Saham,
tugas dan tanggung jawab Direksi dan Komisaris.
ii. Menyediakan akses bagi masyarakat untuk mengetahui kebijakan
perusahaan mengenai investor.
iii. Menentukan organisasi/orang yang bertanggung jawab (misalnya
Komisaris) untuk memastikan bahwa perusahaan mentaati kode Good Corporate Governance.
iv. Memiliki Code of Conduct/Ethics bagi karyawannya.
v. Aturan perilaku tersebut dikomunikasikan dan diimplementasikan
dengan baik.
3. Praktek-praktek Corporate Governance (30%).
Dalam bidang Praktek Good Corporate Governance, dapat diteliti apakah di dalam perusahaan:
i. Direksi mengadakan pertemuan berkala secara teratur dengan
Komisaris.
ii. Terdapat rencana strategis dan rencana usaha yang memberikan arahan
bagi Direksi dan Komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
iii. Direksi dan Komisaris mendapatkan pelatihan atau mempunyai latar
belakang yang memadai untuk menun-jang pelaksanaan pekerjaaanya.
iv. Para anggota Komisaris maupun Direksi telah bebas dari benturan
kepentingan (conflict of interests).
4. Pengungkapan (Disclosure) (20%)
Sementara itu dalam bidang Pengungkapan (Disclosure), dapat dinilai apakah perusahaan telah:
i. Menyediakan akses yang sama bagi Pemegang Saham dan analis
keuangan.
ii. Memberikan penjelasan yang memadai mengenai risiko usaha.
iii. Mengungkapkan remunerasi/kompensasi Direksi dan Komi-saris
secara memadai.
iv. Mengungkapkan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
v. Menyajikan hasil kinerja keuangannya dan analisa mana-jemen
melalui internet.
5. Fungsi Audit (15%).
Dalam bidang Audit, dapat dinilai apakah perusahaan telah:
i. Mempunyai internal audit yang efektif.
ii. Diaudit oleh akuntan publik yang independen.
iii. Memiliki komite audit yang efektif.
iv. Menciptakan komunikasi yang efektif antara internal audit, external
audit dan komite audit.
Selanjutnya, seperti halnya pada bidang hak pemegang saham, pada
bidang-bidang lainnya pun diberikan skor (misalnya untuk setiap jawaban "ya"
diberikan nilai 5 sedangkan untuk setiap jawaban "tidak"diberikan nilai "0").
i.Hak-hak Pemegang Saham = 30 (dari nilai maks 50).
ii.Kebijakan Corporate Governance = 45 (dari nilai maks 60). iii.Praktik-praktik Corporate Governance = 60 (dari nilai maks 80). iv.Pengungkapan (Disclosure) = 25 (dari nilai maks 40) dan
v.Audit = 30 (dari nilai maks 40).
Selanjutnya untuk menentukan skor keseluruhan digunakan metode rata-rata
tertimbang (dengan pembobotan seperti dijelaskan di awal tulisan ini).
Dengan demikian skor keseluruhan untuk perusahaan tersebut adalah:
{(30/50 x 20%) + (45/60 x 15%) + (60/80 x 30%) + (25/40 x 20%) +
(30/40 x 15%)}=69.5% atau skor 69.5 dari skor tertinggi 100.
2.2.5.7. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan
kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agency) yaitu manager, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. (Jurnal - online)
Perbedaan kepentingan ekonomis bisa disebabkan ataupun menyebabkan
timbulnya kesenjangan informasi antara pemegang saham (Stake holders) dan organisasi. Adanya perbedaan kepentingan ini masing – masing pihak berusaha
memperbesar keuntungan diri sendiri. Investor menginginkan pengembalian
investasi yang sebesar – besarnya dan secepatnya yang salah satunya dicerminkan
kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi/ bonus/ insentif/
rumenerasi yaang memadai dan sebesar – besarnya atas kinerjanya. Investor
menilai prestasi manager berdasarkan kemampuan memperbesar laba untuk
dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin
besar deviden , maka managerial dianggap berhasil baik sehingga layak
mendapatkan insentif yang tinggi.
Sebaliknya manager juga memenuhi tuntutan investor agar mendapatkan
kpmpensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka
managerial dapat memainkan beberapa kondisi perusahaan agar seolah – olah
target tercapai.
Hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelola
perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada
meningkatkan nilai perusahaan.
Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agenci, yaitu :
1. Kontrol pemegang saham kepada manager
2. Biaya yang menyertai hubungan agency
3. Menghindari dan meminimalisasi biaya agency
2.6. Diagram Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori penelitian terdahulu dan perumusan masalah, maka
kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat diilustrasikan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. : Ilustrasi Kerangka pemikiran :
Dari gambar 2.1 diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Kinerja keuangan perusahaan sebelum penerapan Good Corporate Governance yaitu kinerja perusahaan ditinjau dari perkembangan harga saham sebelum penerapan prinsip – prinsip GCG. Good Corporate Governance adalah seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Prinsip – prinsip
Good Corporate Governance yaitu transparansi, pengungkapan, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban. Perusahaan yang telah menerapkan GCG
diharapkan mempunyai tata kelola managemen yang baik, sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri dan dapat menarik investor untuk
membeli saham pada perusahaan tersebut sehingga harga saham perusahaan dapat
naik.
Kinerja Keuangan setelah penerapan GCG
Tingkat Kinerja saham Kinerja Keuangan sebelum penerapan
GCG
Good Corporate Governance
Prinsip – prinsip GCG :
1. Transparansi (transparency)
2. Pengungkapan (disclosure) 3. Kemandirian
(Independent) 4. Akuntabilitas
2.7. Hipotesis
Good corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan,
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Jika pelaksanaan good corporate governance tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka seluruh proses aktivitas perusahaan akan
berjalan dengan baik, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan
baik yang sifatnya kinerja finansial maupun kinerja non finansial akan juga turut
membaik (Brown and Caylor, 2004).
Berdasarkan Latar Belakang, perumusan masalah, maka dapat dirumuskan
bahwa hipotesis terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan ditinjau dari
perkembangan harga saham sebelum dan setelah menerapkan good corporate goverance.
44
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu
Kinerja keuangan perusahaan sebelum penerapan Good Corporate Governance
(X):
Kemampuan atau prestasi yang dicapai suatu perusahaan baik secara keseluruhan
maupun sebagian yang menyangkut kondisi keuangan pada masa lalu, sekarang
dan memproyeksikan hasil yang akan datang berdasarkan perubahan yang terjadi
dilingkungan dalam maupun luar perusahaan sebelum perusahaan menerapkan
Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan. Prinsip – prinsip Good Corporate Governance yaitu : 1. Transparansi ( transparency )
Kinerja keuangan perusahaan setelah penerapan Good Corporate Governance
(X2) :
Kinerja keuangan perusahaan adalah kemampuan atau prestasi yang dicapai suatu
perusahaan baik secara keseluruhan maupun sebagian yang menyangkut kondisi
keuangan pada masa lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang
berdasarkan perubahan yang terjadi dilingkungan dalam maupun luar perusahaan
setelah perusahaan menerapkan GCG sehingga perusahaan tersebut mempunyai
tata kelola yang baik oleh para stakeholder dan dipercaya oleh investor.
Variabel – variabel dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan dilihat
dari harga saham sebelum dan setelah penerapan Good Corporate Governance
pada harga penutupan setiap akhir bulan sepanjang tahun, dengan satuan
pengukuran rupiah (Rp) dan skala pengukuran rasio.
3.2. Populasi , Sampel dan Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi dan obyek penelitian
Populasi merupakan batas suatu obyek penelitian dan sekaligus merupakan
batas bagi proses induksi (generalisasi) penelitian yang bersangkutan (
Efferin,2004).
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Nama Perusahaan Rating
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sangat Terpercaya
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sangat Terpercaya
PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Sangat Terpercaya
PT. United Tractors Tbk. Sangat Terpercaya
PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Terpercaya
PT. Elnusa Tbk. Terpercaya
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Terpercaya
PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Terpercaya
.PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Tbk. Terpercaya
.PT. Garuda Indonesia (Persero) Terpercaya
.PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Terpercaya
.PT. Jamsostek (Persero) Terpecaya
.PT. Krakatau Steel (Persero) Terpercaya
.PT. Bakrieland Development Tbk. Terpercaya
.PT. Bank DKI Terpercaya
.PT. Bumi Resources Tbk. Terpercaya
.PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero) Terpercaya
.PT. Panorama Transportasi Tbk. Cukup Terpercaya
.PT. Indocare Citrapasific Cukup Terpercaya
Sumber : Majalah SWA No 27/XXV/21 DESEMBER 2009 & IICG
b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka
c. Teknik Penentuan Sampel
Dalam penentuan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan deengan desain penelitian (S.
Nasution, 2007). Teknik ini mencakup atas dasar kriteria – kriteria tertentu yang
dibuat peneliti, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Aneka Tambang
Tbk dan PT United Tractors Tbk. karena dari ke empat sampel tersebut
merupakan perusahan yang memiliki rating sangat terpecaya menurut hasil survey
yang diadakan oleh IICG dan majalah SWA. Untuk PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. tidak dapat digunakan sebagai sampel, karena PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. merupakan bank yang bermerger sehingga untuk data perkembangan harga
saham sebelum penerapan Good Corporate Governance tidak dapat diketahui.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data berupa dokumentasi yang disusun oleh perusahaan seperti laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan – perusahaan tersebut yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia yang seperti neraca keuangan dan laporan rugi laba.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari Pojok Bursa
1. Harga saham sebelum dan setelah penerapan Good Corpo