POLA KOMUNIKASI MAJELIS TAKLIM
MUSLIMAT NU DAN AL-BARKAH DALAM
KEGIATAN PEMBINAAN IBADAH KAUM IBU DI
KECAMATAN PANCORAN MAS DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Oleh:
Hilyatul Aulia
NIM: 1110051000162
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’aalamin, dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah
swt tiada kalimat yang lebih pantas terucap selain rasa syukur yang maha dahsyat.
Segala nikmat masih terus mengalir di alam semesta. Terima kasih atas segala
nikmat Mu, atas segala kesempatan untuk mengecap bangku perkuliahan sehingga
sampai terselesaikannya perkuliahan ini
Tak lupa terima kasih yang tiada taranya untuk Tercinta Siti Marniah
(ibunda) dan yang tersayang Asep Muniruddin S.Pd (ayahanda) selalu
mencurahkan seluruh jiwa raganya untuk ku, baik material maupun doa di setiap
malamnya terima kasih telah menjadikan ku manusia yang lebih baik. Serta ketiga
adik kecil ku Hilwatul Uzmah, Hafidz Kamil, dan Faqih Zaufan kalian yang selalu
menjadi penyemangat dalam kehidupan, selalu menjadi penghibur kala gundah
menerpa. Semoga tugas kita membanggakan orang tua menjadi nyata.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada kekasihku,
kekasih orang-orang beriman dan penerang alam semesta. Nabi Muhammad saw
beserta keluarganya para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Semoga kami yang tiada berhenti bershalawat hingga mendarah daging dan terus
mengalir dalam darah dan denyut nadi kami mendapat syafaat di Yaumul
Lembar akhir di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta saya sampaikan terima kasih yang se besar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. Arief
Subhan, MA. Wakil Dekan Bid. Akademik, Wakil Dekan Bid.
Adminstrasi Umum, dan Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan dan kerja
sama.
2. Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan dan Fita Fathurokmah MSi
selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
3. Bapak Drs. S. Hamdani MA selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya di tengah kesibukan dan tidak bosan memberi
masukan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap Staf Akademik dan Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Hj. Dewi Syarifah MSi, selaku ketua majelis taklim Muslimat NU.
Yang telah banyak meluangkan waktunya di tengah jadwal kesibukannya
kepada penulis sehingga dapat mempermudah penulis menyelesaikan
skripsi ini
8. Ibu Su’inah, selaku ketua Majelis taklim Al-Barkah yang banyak
meluangkan waktu nya untuk memberikan informasi-informasi yang
penulis butuhkan dalam bentuk wawancara sehingga dapat teselesaikan
skripsi ini.
9. Ustadzah Hj. Umi Qomariah dan Ustdz Dede Wahyudin selaku Ustadz
dan Ustadzah di Majelis Taklim Al Barkah
10. KH. Burhanudin Marzuki dan Ustadzah Yuliyana selaku Ustadz dan
Ustadzah di Majelis taklim Muslimat NU.
11.Kekasih tercinta Nadzirul Fata Maftuh, yang tiada bosannya memberikan
semangat dan motivasi kepada penulis, yang setia menemani selama 2
tahun sampai pada waktu yang indah untuk kita melangkah bersama dalam
Ridho Allah Swt.
12.Seluruh teman-teman seperjuangan KPI E angkatan 2010, yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu. Khusus nya kepada Astuti, Naziah, Siti
Sudusiah, Firda Apriyani, ZahraTunisa, Zaidatul Khoironi, Namun tidak
mengurangi rasa terima kasih dan cinta untuk kalian semua, persahabatan
kita sangatlah indah akan menjadi sebuah album kehidupan yang tidak
akan pernah usang termakan zaman, terima kasih atas kerjasamanya,
terimakasih atas segala kebahagiaan yang tertanam subur di ladang
kecintaan. Penulis akan sangat merindukan masa-masa terindah bersama
13.Tineke Saras Wati, Fera Fariha, Putri Ramadhanti dan Lusiana Arifin
selaku sahabat terbaik yang setia menemani di saat senang maupun susah.
Janji ku akan menulis nama mu di skripsi ku telah tercapai. Terimakasih
telah siaga selalu membantu sampai terpontang panting melawan hujan
untuk menemani penulis menyelesaikan skripsi ini. Tiada yang dapat
kuberikan hanya sebuah doa agar kita bisa sukses bersama. Amiin
Harapan penulis semoga kebaikan yang diberikan dilipat gandakan
oleh Allah SWT serta diberikan kemudahan dalam setiap urusan dan
senantiasa semakin berkembang dalam meniti kehidupan untuk menjadi
manusia yang seutuhnya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
karya tulis ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan
pengetahuan, referensi dan biaya serta pengalaman dan kemampuan
penulis dalam menyusun skripsi ini.
Penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat sebagai
bekal menambah ilmu pengetahuan, serta kontribusi pada kemajuan
perkembangan mata kuliah pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
khususnya.
DAFTAR ISI
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7
D. Metodologi penelitian ...9
E. Tinjauan Pustaka ...13
F. Kerangka Teori...15
G. Sistematika Penulisan...16
... BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pola Komunikasi ...17
1. Pengertian Pola Komunikasi ...17
2. Macam-Macam Pola Komunikasi ...21
3. Komunikasi Antarpribadi ...24
4. Komunikasi Kelompok ...27
5. Bentuk-Bentuk Komunikasi... ... ...34
B. Pembinaan Ibadah Dan Ruang Lingkupnya ...37
1. Pengertian Pembinaan Ibadah ...37
a. Ruang Lingkup Ibadah ...39
b. Macam-Macam Ibadah...40
C. Majelis Taklim ...41
1. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim ...41
2. Macam-Macam majelis taklim ...46
3. Sejarah Majelis Taklim ...47
BAB III: GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU DAN AL-BARKAH A. Majelis Taklim Muslimat NU 1. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Muslimat NU ...52
2. Visi dan Misi Majelis Taklim Muslimat NU ...56
3. Profil Majelis Taklim Muslimat NU ...56
4. Jadwal Pengajian Majelis Taklim Muslimat NU ...60
5. Struktur Organisasi Majelis Taklim Muslimat NU ...60
6. Program Pembinaan Ibadah Majelis Taklim Muslimat NU ...61
1. Sejarah Berdirinya Majelis Taklim Al-Barkah ...62
2. Visi dan Misi Majelis Taklim Al- Barkah...63
3. Profil Majelis Taklim Al-Barkah ...64
4. Jadwal Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah ...65
5. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah ...65
6. Program Pembinaan Ibadah Majelis Taklim Al-Barkah ...66
BAB IV: TEMUAN dan ANALISIS DATA A. Komunikasi Antarpribadi dalam Pembinaan Ibadah ...68
1. Majelis Taklim NU... ...68
2. Majelis Taklim Al-Barkah... ...71
B. komunikasi Kelompok dalam Pembinaan Ibadah... ...73
1. Majelis Taklim Muslimat NU... ...73
2. Majelis Taklim Al-Barkah…... ...76
BAB V: PENUTUP ... A. Kesimpulan ...84
B. Saran-Saran ...86
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Majelis taklim merupakan lembaga pengajaran yang bergerak dalam
bidang pengajian dan ilmu agama, tidak dapat dipungkiri bahwa di dalamnya
terdapat unsur-unsur komunikasi dan pasti melakukan kegiatan atau proses
komunikasi secara kelompok atau antarpribadi.
Adapun Majelis Taklim Muslimat NU yang berada di Jl. Margonda
kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas kota Depok No 54. Terkenal
sebagai majelis taklim ibu-ibu, terbesar di kota Depok memiliki 500 jamaah. Di
dalam Majelis Taklim Muslimat NU ini menjadi pengajian kaum ibu dari berbagai
kecamatan yang mayoritas termasuk dalam organisasi NU.
Kegiatan pengajian yang ada di majelis taklim Muslimat NU ini
mengajarkan banyak materi-materi agama, baik ilmu fikih, tasawuf, akhlak,
membaca Al-Qur’an, salah satunya istigasah dan pembinaan ibadah seperti
membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an bersama seperti surah yasin, tahlil dan ratib
Al-Athos setelah itu dilanjutkan ceramah agama oleh KH. Burhanudin Marzuki
dan jika KH. Burhanudin Marzuki berhalangan hadir yang menggantikannya
ustazah Yuliyana selaku ketua penerangan dan Dakwah. Pengajian Majelis
Taklim Muslimat NU dilaksanakan satu bulan sekali di masjid Baitul Kamal
tepatnya di Balai kota Depok.
Dari data yang didapat dari kantor kecamatan yang diberikan oleh ibu
atau paling sedikit jamaahnya, memiliki 15 jamaah bertempat di Jl. Cagar Alam
Kampung Rawa Geni No.23 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas
Depok yang diketuai oleh ibu Suinah. Kegiatan di dalam majelis taklim Al Barkah
ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah
membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an seperti yasin, tahlil dan Ratib Al-Athos dan
Aqidah Mujmalah setelah itu dilanjutkan ceramah agama oleh ustdazah Hj. Umi
Qomariah, dan jika ustazah Hj. Umi Qomariah berhalangan yang
menggantikannya ustaz Dede Wahyudin, kegiatan pengajian dilakukan seminggu
sekali di hari Minggu pagi.
Proses komunikasi Dai (ustazah) dengan Mad’u (para jamaah)
berlangsung efektif dan intensitas komunikasinya ketika kegiatan pembinaan
ibadah dilakukan bersama atau berjamaah, sehingga terjalin komunikasi yang baik
di antara keduanya.
Pola komunikasi ikut menentukan berlangsungnya keberhasilan dalam
kegiatan pembinaan ibadah yang mana karena di dalam kegiatan pembinaan
ibadah terdapat pola komunikasi, maksudnya jika pola komunikasi terkemas
dengan baik maka pesan yang akan didapat oleh jamaah akan baik juga, dan
sebaliknya jika pola komunikasi kurang terkemas dengan baik, maka komunikan
yaitu jamaah akan menerima pesan dengan kurang baik.
Dai (ustazah) juga merupakan salah satu unsur penting dalam proses
dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan berdakwah1 Di sebuah Majelis
Taklim. Dan dai (ustazah) menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau
1
kegagalan dakwah. Dai (ustadzah) dituntut untuk menjadi teladan dan panutan
yang baik di tengah-tengah masyarakat terlebih kepada para jamaahnya selaku
pendengar atau penerima pesan (komunikan).
Sebagai penyeru ke Jalan Allah, pengibar panji-panji Islam dan perjuangan
(Mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas
kehidupan umat manusia. Dai (ustazah) harus memiliki pemahaman yang luas
mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada Mad’u
(jamaah) selain itu Dai (ustazah) harus memiliki retorika bahasa dan tata cara
berkomunikasi yang baik, agar para jamaah dapat menerima pesan dengan baik,
dan tidak ada kesalahpahaman terhadap apa yang disampaikan dari dai (ustazah)
kepada mad’u (jamaah)
Adapun kelebihan dari akibat adanya proses komunikasi yang berlangsung
di Majelis Taklim Muslimat NU yang terbesar dan Majelis Taklim Al-Barkah
yang terkecil dalam kegiatan pembinaan ibadah, dai (ustazah) dapat membentuk
mad’u (jamaah) yaitu kaum ibu, menjadi insan yang taat dan fasih membaca
ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mendapat ilmu agama dari ceramah dai tersebut, dan
memang sudah seyogyanya hakikat ibadah sesungguhnya adalah kewajiban bagi
setiap individu yang harus dilakukan sebagai umat Islam.
Dengan menyadari bahwa ibadah pada hakikatnya merupakan bentuk dari
wujud penghambaan seorang hamba yang lemah dan di Al-Qur’an sendiri telah
menjadi kajian para jamaah yaitu kaum ibu dan memang sesungguhnya kita
diciptakan oleh Allah di muka bumi ini semata mata adalah hanya untuk
Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang berupa
pikiran atau perasaan oleh seorang komunikator untuk memberitahu merubah
sikap pendapat dan prilaku baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun pola komunikasi yang berarti bentuk, rancangan atau gambaran
suatu komunikasi yang dapat dilihat dari jumlah komunikannya. Pada
pembahasan ini, makna pola dapat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki
keterkaitan dengan kata yang disandingnya (komunikasi). Berhasil atau tidaknya
komunikasi ditentukan dari bentuk, atau cara seseorang berkomunikasi pada saat
menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Kegiatan pembinaan ibadah juga sangatlah memiliki keterkaitan yang erat,
di dalam kegiatan pembinaan ibadah dibutuhkan komunikator, atau dai (ustazah)
yang memiliki pola atau bentuk komunikasi yang baik, dengan tujuan agar
komunikan atau mad’u (jamaah) dapat memahami dan mengerti pesan yang
disampaikan.
Dipandang dalam perspektif agama, bahwa komunikasi memiliki peran
yang sangat penting di dalam kehidupan yaitu sebagai hubungan antara manusia
dengan yang lain. Manusia dilahirkan ke dunia sebagai khalifah di bumi ini. Jadi
dengan manusia pandai berkomunikasi maka manusia dapat menyampaikan
amanah melalui berdakwah dengan tujuan untuk merubah atau mempengaruhi
seseorang menuju jalan yang benar sesuai dengan aturan agama.
Di dalam proses pengajaran itulah terjadi komunikasi, baik dalam sekolah,
proses berkomunikasi karena seorang ustazah yang menyampaikan pesan yang
berupa materi-materi agama kepada para jamaah agar pesan yang disampaikan
ustazah dapat diterima dengan baik oleh para jamaah maka seorang ustazah
dituntut untuk melakukan komunikasi dengan baik.
Pengajaran yang diajarkan dan diteladani oleh para dai (ustazah) dalam
kegiatan pembinaan ibadah melalui penyampaian pesan dengan cara
berkomunikasi yang baik yaitu dengan komunikasi antarpribadi intensitasnya
terealisasikan dan saling melengkapi dan dapat berjalan secara efektif dalam
pelaksanaanya sehingga kegiatan pembinaan ibadah berhasil.
Sudah dapat diketahui bahwa fungsi umum komunikasi adalah informatif,
edukatif, persuasif, dan rekreatif. Komunikasi memiliki fungsi pertukaran
informasi, pesan dan sebagai kegiatan individu dan antarpribadi, kelompok
mengenai tukar menukar data, fakta dan ide2.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian
dasar dari kehidupan itu sendiri, karena kita sebagai makhluk sosial melakukan
komunikasi di setiap kehidupan. Di manapun, kapanpun, komunikasi sangat urgen
dalam kehidupan bermasyarakat hal ini dapat dibuktikan dari sebuah penelitian
bahwa mulai dari waktu bangun tidur 70% digunakan untuk berkomunikasi.
Dengan demikian sama halnya di majelis taklim juga kerap terjadi
sehingga menimbulkan pertanyaan kembali bahwa pola komunikasi yang seperti
apa yang dibangun oleh komunikator yaitu ustazah dan komunikannya adalah
para jamaah majelis taklim yang dapat sama makna dalam hal ini adalah kegiatan
2
pembinaan ibadah sehingga dapat berhasil dilihat dari intensitasnya dan afektifnya
komunikasi oleh dai (ustazah) dan mad’u (jamaah)
Ditinjau dari segi komunikasi, pengajaran pengajian juga termasuk
didalamnya terdapat komunikasi yaitu komunikator (dai/ustazah), pesan, (materi
pengajian yang disampaikan) dan komunikan (mad’u/jamaah majelis taklim).
Karena di sana terdapat pengiriman pesan yaitu ilmu pengetahuan khususnya
agama, informasi atau lainnya. Dan memang tujuan dari lembaga majelis taklim
adalah membina para mad’u (jamaah) agar mengetahui dan mempraktekkan
ibadah secara kafah atau menyeluruh.
Oleh karena itu, maka muncullah konsep berupa pola komunikasi yang
dibangun dalam kegiatan pembinaan ibadah melalui komunikasi antarpribadi dan
kelompok pada majelis taklim terbesar dan majelis taklim terkecil di Kecamatan
Pancoran Mas Depok
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul” Pola Komunikasi Majelis Taklim Muslimat
NU dan Al-Barkah Dalam Kegiatan Pembinaan Ibadah Kaum Ibu di Kecamatan
Pancoran Mas Depok.”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, maka pola komunikasi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah bentuk komunikasi. Bentuk komunikasinya berkaitan dengan
komunikasi Antarpribadi dan komunikasi kelompok. Adapun ibadah dalam
Aqidah Mujmalah dan Ceramah agama. b). kedua bentuk komunikasi tersebut
berkaitan antara ustaz dan ustazah dengan jamaah.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana komunikasi antarpribadi ustaz dan ustazah dengan jamaah dalam
pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim
Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok?
2. Bagaimana komunikasi kelompok ustaz dan ustazah dengan jamaah dalam
pembinaan ibadah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim
Al-Barkah di kecamatan Pancoran Mas Depok?
Dengan terjawabnya pertanyaan dari perumusan masalah maka akan
mempermudah untuk mengetahui pola komunikasi Majelis Taklim Muslimat NU
dan Majelis Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah kaum ibu.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini meliputi
Tujuan penelitian ini secara umum sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui bagaimana komunikasi Antarpribadi Ustaz dan
Ustazah dengan Jamaah di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis
Taklim Al-Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah di Kecamatan
Pancoran Mas Depok
b. Ingin mengetahui bagaimana komunikasi kelompok ustaz dan ustazah
Barkah dalam kegiatan pembinaan ibadah di Kecamatan Pancoran Mas
Depok
2. Manfaat penelitian ini meliputi:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber informasi,
literatur, referensi dan dokumentasi ilmiah atau perbandingan bagi
studi dalam usaha untuk mengembangkan khazanah keilmuan yang
sesuai.
Pengajaran ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru
tentang intensitas dan afektifitas dai dalam menjalani hubungan
antarpribadi dan kelompok terhadap mad’u (jamaah) yaitu kaum ibu
dalam kegiatan pembinaan ibadah. Adapun mengenai manfaat dari
penelitian ini, secara teoritis yaitu untuk memperkaya khazanah
keilmuan dakwah dan komunikasi khususnya di lingkungan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta maupun lingkungan akademisi lain dan
masyarakat pada umumnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan
dan sumbangsi keilmuan komunikasi dan dakwah bagi para praktisi
pengajar, komunikasi dan dakwah yakni sebagai salah satu upaya
membentuk komunikasi yang efektif dan secara intensitas. Secara
praktis penelitian ini manfaatnya adalah sebagai kontribusi pemikiran
Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah di
Kecamatan Pancoran Mas Depok, dan masyarakat pada umumnya.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha mendeskripsikan
atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas fenomena
yang diteliti kemudian dianalisa, diinterpretasikan dan ditafsirkan dengan
data-data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian
yaitu pola komunikasi pembinaan ibadah kaum ibu pada Majelis Taklim
Muslimat NU dan Majelis Taklim Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas
Depok
Penelitian deskriptif juga dapat dikatakan sebagai penelitian yang
diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial
tertentu. Penelitian harus menggunakan diri sebagai instrument maksudnya
mengikuti asumsi kultural sekaligus mengikuti data3.
Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah
berupa kata kata, gambar dan bukan angka-angka4. Hal ini dikarenakan
pola komunikasi pembinaan ibadah kaum ibu menggunakan metode
kualitatif yang menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat atas
3
Julia Brannen, Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), cet. Ke-4, h. 11.
4
fenomena yang diteliti kemudian dianalisa, diinterpretasikan dan
ditafsirkan dengan data-data lainnya untuk mendapatkan hasil berdasarkan
tujuan penelitian.
Adapun “deskriptif analisis adalah penelitian yang dikerjakan
untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable
variable lainnya”5.
Dalam penelitian ini digambarkan bentuk atau pola komunikasi
pembinaan ibadah yang ada di Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis
Taklim Al-Barkah
2. Subjek dan Objek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru (penceramah) yaitu, KH.
Burhanudin Marzuki dan Ustazah Yuliyana selaku guru atau penceramah
di Majelis Taklim Muslimat NU. Dan Ustazah Umi Qomariah dan Ustaz
Dede Wahyudin selaku penceramah di Majelis Taklim Al-Barkah.
Sedangkan objek penelitian ini adalah proses komunikasi antarpribadi dan
komunikasi kelompok yang dilakukan oleh Majelis Taklim Muslimat NU
dan Majelis Taklim Al-Barkah
3. Tempat dan waktu penelitian
Adapun tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah
Majelis Taklim Muslimat NU di Kecamatan Pancoran Mas Depok yang
bertempat di Jl. Margonda Raya Pancoranmas No 54 Depok. Dan Majelis
5
Taklim Al Barkah di Jl. Raya Cagar Alam kelurahan Pancoranmas Depok
sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 01 April sampai 08
juni 2014
4. Teknik Pengumpulan Data
Yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang
memegang peranan penting untuk memperkirakan tingkah laku sosial,
sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi
lebih jelas6.
Observasi atau pengamatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal
ini yang diamati adalah bagaimana proses pola komunikasi dalam
pembinaan ibadah yang dilakukan oleh Majelis Taklim Muslimat NU
dan Majelis Taklim Al-Barkah?
b. Wawancara
Wawancara ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh
data dari sumber masalah yang akan diteliti dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung dicatat dengan menggunakan wawancara
bebas terpimpin7.
Adapun yang diwawancarai dalam skripsi ini adalah ustaz dan
ustazah di Majelis Taklim Muslimat NU yaitu KH. Burhanudin
6
Syamsir salam. Metodelogi penelitian social, (Jakarta: UIN Perss, 2006), h. 31
7
Marzuki dan ustazah Yuliyana dan jamaahnya sebanyak 4 orang.
ustaz dan ustazah di Majelis Taklim Al-Barkah yaitu ustaz Dede
Wahyudin dan ustazah Hj. Umi Qomariah adapun jamaah yang
diwawancarai sebanyak 3 orang.
c. Dokumentasi
Pengambilan data berupa catatan-catatan, buku, dokumentasi
foto, arsip-arsip dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
5. Pengolahan Data
Setelah memperoleh data dari hasil observasi dan wawancara yang
ditunjukan kepada Ustazah dan jamaah tersebut dikumpulkan, kemudian
disusun melalui proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah
dibaca. Berdasarkan rumusan yang telah disusun.
6. Analisa Data.
Setelah mengumpulkan data-data penelitian yang dianalisis dengan
cara diinterpretasikan dengan menggunakan sumber data sudah terkumpul
dan data-data kemudian dijabarkan dengan memberikan analisa-analisa
dan penafsiran untuk kemudian menghasilkan kesimpulan akhir8, agar
mengetahui komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok
pembinaan ibadah yang dilakukan oleh kedua Majelis Taklim terbesar dan
terkecil yang ada di kecamatan Pancoran Mas kota Depok
8
7. Pedoman Penulisan
Penulisan Skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang di terbitkan oleh CeQDA
(Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagaimana dimuat pada buku
Akademik Program Strata I Tahun 2010/2011 .
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan skripsi ini, telah dilakukan tinjaun pustaka
terlebih dahulu yakni kelapangan dalam rangka memperoleh studi
pendahuluan terhadap karya ilmiah terdahulu atau sebelumnya yang
mempunyai kaitan judul atau objek dan subjek penelitian yang sejenis ataupun
yang sama dengan yang diteliti. Tinjauan pustaka ini bermaksud agar terlihat
dan dapat diketahui perbedaannya bahwa penelitian ini tidak sama dengan
penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.
Adapun buku yang digunakan untuk menjadi penelitian ini di
antaranya yang berjudul ilmu komunikasi teori dan praktek oleh Onong
Uchjana Effendi, pengantar ilmu komunikasi oleh Hafied Cangara, ilmu
komunikasi sebuah pengantar ringkas oleh Prof. Dr. H. Anwar Arifin,
Psikologi komunikasi oleh Jalaludin Rahmat, Komunikasi kelompok:
Proses-Proses Diskusi dan Penerapannya oleh Alvin A. Goldberg, carl E. Larson.
Komunikasi Antarpribadi oleh Liliweri, Alo. Pembinaan Arti dan Metodenya
Setelah dilakukannya tinjauan kepustakaan baik di Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Ditemukan judul yang sejenis:
1. “Pola Komunikasi KH. Mahmudin dalam pembinaan santri di pondok di
pondok pesantren Al-Mubarok Serang Banten” karya Muhammad Fathullah
tahun 2008. Ia menggunakan metode penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif.
Skripsinya cenderung menggunakan komunikasi pola roda serta
menggabungkan dua komunikasi yaitu komunikasi persuasif dan
instrukstif/koersif, yang di terapkan di pondok Al-Mubarok terhadap santri
2. “ Pola Komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa MAN 4 Model Pondok
Pinang Jakarta Selatan” tahun 2008. Karya Agus Ratina dengan menggunakan
metodelogi penelitian pendekatan kualitatif deskriptif. Skripsi ini membahas
pola komunikasi dan metode guru dalam proses belajar mengajar khususnya
pada mata pelajaran akhlak di MAN 4 Model.
3. “Pola Komunikasi Guru Agama Terhadap Siswa Dalam Pembinaan Ibadah di
SMP Islam Alsyukro Ciputat”karya Eka Irmawati tahun 2011. Ia
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Skripsinya cenderung
kepada pola komunikasi pribadi dan pola komunikasi kelompok , antara
sekelompok guru agama dengan para siswa dalam pembinaan ibadah di SMP
Islam Alsyukro ciputat.
Adapun perbedaan skripsi yang diteliti ini pertama penelitian ini
komunikasi pembinaan ibadah yang dilakukan oleh kedua Majelis Taklim
terbesar dan terkecil yang meliputi:
a). Membaca ayat-ayat Al-Qur’an berjamaah (Surah Yasin, Tahlil dan
Ratib Al Athos dan Ceramah agama
b).kedua bentuk komunikasi Antarpribadi dan komunikasi Kelompok
berkaitan antara ustaz dan ustazah dengan jamaah di Majelis
Taklim Muslimat NU dan Al-Barkah.
F. Kerangka Teori
Teori pola komunikasi menurut Joseph A. Devito mengelompokan
pola komunikasi menjadi empat macam yaitu meliputi komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi
massa9. Dan teori Steward L.Tubbs dan Silvia yaitu ciri-ciri komunikasi yang
efektif ada lima: Pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan
sosial yang baik, dan tindakan.10
Teori yang digunakan adalah teori pola komunikasi kelompok.
Menurut Robert F. Bales mengenai analisis proses interaksi yang dikutip oleh
Raudhonah, bahwa kelompok kecil adalah
Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai perorangan11.
9
Nurudin, sistem komunikasi Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2007), h. 26.
10
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007) cet. I, h. 60.
11
Dan teori komunikasi antarpribadi menurut Joseph A. Devito dalam
bukunya ”The Interpersonal Communication Book”. yang mengemukakan
bahwa, komunikasi antarpribadi adalah “pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan
efek dan umpan balik yang langsung”12
G. Sitematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pertama membahas: Latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian,
tinjuan Pustaka, kerangka teori, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Bab kedua membahas: pengertian pola komunikasi, unsur-unsur
komunikasi, macam-macam pola komunikasi, pengertian
komunikasi antarpribadi, pengertian komunikasi kelompok,
pengertian pembinaan, pengertian ibadah, dan pengertian
pembinaan ibadah, pengertian, fungsi dan tujuan majelis taklim,
macam-macam majelis taklim dan sejarah majelis taklim
BAB III : GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM MUSLIMAT NU
DAN MAJELIS AL-BARKAH
Bab ketiga membahas Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis
Taklim Al-Barkah di Kecamatan Pancoran Mas Depok: sejarah
berdirinya, Visi Misi dan profil kedua Majelis Taklim, Program
12
atau Jadwal Pengajian di kedua Majelis Taklim tersebut. Program
Pembinaan ibadah (pembiasaan).
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ke empat membahas: Pola komunikasi pembinaan ibadah
yang dilakukan oleh Majelis Taklim Muslimat NU dan Majelis
Taklim Al-Barkah; komunikasi antarpribadi dan kelompok dalam
kegiatan pembinaan ibadah.
BAB V : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola Komunikasi
Sebelum membahas mengenai pola komunikasi perlu diketahui
yang dimaksud dengan pola. Kata “pola” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki arti bentuk atau sistem, cara atau struktur yang
tetap, dimana pola dapat dikatakan contoh atau cetakan13.
Pola dapat dikatakan juga sebagai model, yaitu cara untuk
menunjukan sebuah objek yang mengandung kompleksitas proses di
dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur pendukungnya14.
Pola dalam komunikasi ini dapat dimaknai atau diartikan
sebagai bentuk, gambaran, rancangan suatu komunikasi yang dapat
dilihat dari jumlah komunikannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi secara
etimologi memiliki arti ”sebagai pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita”15
.
Makna komunikasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, dari
sudut bahasa (etimologi) yaitu kata komunikasi berasal dari bahasa
latin communication dengan kata dasar komunis yang berarti sama.
Maksud “sama” di sini adalah orang yang menyampaikan dan orang
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996). h. 778
14
Di kutip dari Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina: 2004). h. 9
15
yang menerima mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang
disampaikan16.
Adapun sudut pandang yang kedua yaitu secara istilah atau
terminologi. Menurut Onong Uchjana Effendy, “komunikasi berasal
dari bahasa inggris yaitu communication yang bersumber dari bahasa
latin communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran”17
.
Terdapat banyak pendapat tentang pengertian komunikasi dari
para ahli komunikasi, di antaranya:
1. Menurut Roger dan D. Lawrence Kincaid yang dikutip Hafied
cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
saling melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada nantinya akan menimbulkan sikap saling
mengerti18.
2. Nurudin dalam buku Sistem Komunikasi Indonesia
menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi adalah sebuah
pemprosesan ide, gagasan, dan lambang tersebut, sehingga
terdapat pola-pola tertentu sebagai wujud prilaku manusia
dalam berkomunikasi19.
16
Irham, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Pustaka Kausar, 2001. Cet Ke-3, h. 605
17
Onong Uchajana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998)
18
Cangara hafied, pengantar komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal 20
19
3. Menurut James, komunikasi adalah perbuatan, penyampaian
suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang
lain20.
4. Adapun menurut Widjaja komunikasi adalah
“hubungan kontak antar antara manusia baik individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan sebagai hubungan atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling tukar menukar pikiran atau pendapat”21.
5. Steward L. Tubbs dan Silvia Mess, yang dikutip oleh Jalaludin
Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi ia menguraikan
ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat
menimbulkan lima hal:
a. Pengertian: komunikator dapat memahami, mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.
b. Kesenangan: menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap: dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
d. Hubungan sosial yang baik: menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
e. Tindakan: membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan pesan yang diinginkan22.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi menjadi
penting untuk pertumbuhan hidup manusia melalui komunikasi
20
James G. Robbins, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Imu Jaya, 1995). Cet. Ke-4, h. 1.
21
Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). h. 26.
22
seseorang akan dapat dengan mudah memahami maksud dari lawan
bicara atau komunikan.
Berdasarkan pengertian pola dan komunikasi di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pola dan komunikasi memiliki
keterkaitan satu sama lain, serangkaian dua kata yang memiliki
keterkaitan makna yang mana dari keduanya saling mendukung.
Pola komunikasi yaitu bentuk, rancangan atau gambaran dari
proses komunikasi antara satu orang dengan orang lainnya agar dapat
berjalan lancar dan efektif dengan tujuan mengubah sikap, pendapat
dan prilaku komunikan atau seseorang yang diajak berkomunikasi.
Baik secara langsung (face to face) atau melalui media, atau antar
individu maupun kelompok.
2. Macam-Macam Pola Komunikasi
Pada dasarnya ada beberapa macam pola komunikasi, yaitu di
antaranya komunikasi intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri),
komunikasi interpersonal (komunikasi antarpribadi) dan komunikasi
kelompok.
Adapun komunikasi intrapersonal ini adalah komunikasi yang
dilakukan dalam diri sendiri, maksudnya proses komunikasi yang
terjadi dalam diri seseorang berupa proses pengolahan informasi
melalui panca indera dan sistem saraf23.
23
Komunikasi ini akan berhasil jika pikiran yang disampaikan
dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi
akan gagal ketika sewaktu menyampaikan pikiran tidak terkontrol.
Yang kedua komunikasi interpersonal, yaitu proses paduan
penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain
agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu24.
Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal
mengubah sikap, prilaku, pendapat atau prilaku seseorang. Adapun
hubungan interpersonal ini adalah hubungan yang berlangsung.
Keuntungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus baliknya dapat
diperoleh secara langsung. Dalam hubungan interpersonal, proses
komunikasi semakin jelas dan terarah pada satu tujuan.
Yang ketiga, pola komunikasi kelompok, yaitu komunikasi
antara seseorang komunikator dengan sejumlah orang yang
berkomunikasi dan berkumpul bersama-sama dalam bentuk
kelompok25.
Komunikasi kelompok ini dibagi atas dua bagian yaitu
kelompok kecil dan kelompok besar, kelompok kecil menurut Bales
adalah
“sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lainnya alam satu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan dengan yang lainnya sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudah
24
Onong Uchjana effendi, ilmu komunikasi teori dan praktek, ( bandung: Mandar Maju, 1992). Cet. Ke-1, h. 4
25
memberikan tanggapan kepada masing masing individu
komunikan”26
.
Dalam komunikasi kelompok kecil ini komunikator
menunjukan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contoh.
Diskusi, ceramah, seminar, rapat, dan lain lain. Dan komunikan dapat
bertanya jika pesan yang disampaikan komunikator kurang jelas
dipahami oleh komunikannya.
Terdapat lima pola aliran komunikasi yang dapat dijumpai
pada pola komunikasi kelompok dan organisasi yaitu sebagai berikut :
1. Pola lingkaran, tidak memiliki pemimpin. semua anggota
posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan
yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota
bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.
2. Pola Roda, pola roda memiliki pemimpin yang jelas yaitu
yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu satunya
yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
anggota. Oleh karena itu jika seorang anggota ingin
berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus
disampaikan melalui pemimpinnya
3. Pola Y
Pola Y relatif kurang tersentralisasikan dibanding dengan
pola roda, tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan pola
26
yang lain. Pola Y juga terdapat pemimpin yang jelas
anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari
dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasi
terbatas hanya dengan satu orang lainnya.
4. Pola rantai
Pola rantai sama dengan pola lingkaran kecuali bahwa para
anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi
dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat di
sini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan
sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada di posisi
lain.
5. Pola semua saluran atau bintang
Pola semua saluran atau bintang hampir sama dengan pola
lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan
semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur
semua saluran, setiap anggota lainnya. Pola ini
memungkinkan adanya partisipasi anggota secara
optimum27.
3. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara
komunikator dengan komunikan yang berlangsung secara private.
27
Atau dapat pula diartikan komunikasi yang berlangsung antara dua
orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan,
bisa juga melalui medium/telpon28. “Komunikasi antarpribadi dapat
berlangsung secara berhadapan muka (face to face) dengan harapan
umpan balik yang secara langsung”29
.
Menurut Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri, bahwa
komunikasi antarpribadi hakikatnya yaitu komunikasi antara seorang
komunikator dengan seorang komunikan jenis komunikasi tersebut
dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau
prilaku manusia berhubungan prosesnya yang dialogis30.
Komunikasi antarpribadi menurut Devito adalah
“pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik secara
langsung”31
.
Komunikasi antarpribadi melibatkan komunikasi yang
bebas. Artinya setiap tingkah laku komunikasi mengandung sebab
dan akibat tertentu yang langsung diterima pada saat itu juga, dengan
demikian setiap pesan sebagai aksi selalu mendapat reaksi dari yang
menerimanya. Peristiwa berlangsungnya komunikasi antarpribadi
28
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005).Cet Ke-9. h. 125
terjadi tidak berstruktur, bersifat tidak formal, tidak kaku, dan sangat
luwes32.
Sedangkan Sasa Djuarsa menerangkan definisi komunikasi
antarpribadi ini dalam tiga perspektif, yaitu:
1. Perspektif komponensial, yaitu melihat komunikasi
antarpribadi dari komponen-komponennya. Maksudnya di
mana proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua
orang dengan berbagai efek dan umpan balik.
2. Prespektif pengembangan yaitu melihat komunikasi
antarpribadi dari proses pengembangannya. Dari yang bersifat
impersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim.
3. Prespektif relasional, yaitu melihat komunikasi antarpribadi
dari hubungannya. Maksudnya komunikasi yang terjadi di
antara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas
diantara mereka33.
Onong menjelaskan bahwa karakteristik komunikasi
antarpribadi adalah dua arah atau timbal balik, masing-masing bisa
saling menggantikan posisi, suatu ketika komunikator bisa menjadi
komunikan dan sebaliknya34. Menurut Judy C. Pierson yang telah
dikutip oleh Sasa Djuarsa terdapat enam karakteristik komunikasi
antarpribadi yaitu:
a. komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri
32
Weri, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, h. 122-123
33
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta:UIN Press, cet. Ke-1, h. 107-109
34
b. bersifat transaksional
c. mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi
d. mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang
berkomunikasi.
e. melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lain
dalam
proses komunikasi
f. komunikasi antarpribadi tidak dapat diulang atau diubah35.
dari beberapa definisi dan karakteristik komunikasi
antarpribadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara individu dan efek yang dihasilkan sangat
efektif untuk memberi pengaruh lawan bicara, karena tanggapan
yang disampaikan bersifat langsung hingga komunikator dapat
secara langsung mengembangkan pesan selanjutnya untuk semakin
memperlancar tujuan dan harapan yang diinginkan oleh
komunikan.
4. Komunikasi Kelompok
Sebelum membahas komunikasi kelompok, perlu dipahami
terlebih dahulu definisi dari kelompok. Kelompok adalah
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
35
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut.
Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi
yang dilakukan kelompok kecil (small group communication)”36
Menurut Homans kelompok adalah “sejumlah orang yang
berkomunikasi satu sama lainnya, seringkali melewati jangka waktu
dan dengan jumlah orang yang cukup kecil sehingga setiap orang
dapat berkomunikasi tanpa melewati orang ketiga, melainkan secara
tatap muka”37
.
Bales berteori bahwa pembagian kerja, perbedaan peranan
dan perbedaan wewenang yang ada jika suatu kelompok berorientasi
pada tugas menciptakan banyak kesulitan antarpribadi yang dapat
mempengaruhi solidaritas kelompok. Kesulitan-kesulitan ini
menimbulkan tekanan untuk memuaskan kebutuhan antarpribadi
para anggota kelompok38.
Menurut Shaw (1976) komunikasi kelompok adalah
sekumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain,
memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk
36
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet Ke-10, h. 82
37
Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi, Editor Penerjemah Dedy Mulyana, (Bandung: Rosdakarya, 2001), Cet ke-3, h.69
38
beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan
berkomunikasi tatap muka39.
Menurut Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson komunikasi
kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada
saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan
deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta
bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang
harus ditempuh40.
Sedang menurut Michel Burgon dan Michael Ruffiner
seperti yang dikutip oleh Sasa Djuarsa, komunikasi kelompok adalah
interaksi tatap muka dari tiga individu atau lebih, guna memperoleh
maksud atau tujuan yang diinginkan seperti berbagai informasi,
pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota
dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan
akurat41. Komunikasi Kelompok dapat diklasifikasikan kedalam dua
macam, yaitu :
1. Kelompok Kecil, yang kadang-kadang disebut micro group
.Kelompok kecil ( micro group ) adalah kelompok komunikasi
yang dalam situasi terdapat kesempatan untuk memberi
tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok
komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan
39
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 182
40
Alvin A. Goldberg-Carl E.Larson, Komunikasi Kelompok Proses Diskusi dan Penerapannya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h. 8
41
salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada
acara diskusi, kelompok belajar, seminar dan lain-lain.
Umpan balik yang diterima dalam komunikasi
kelompok kecil ini biasanya bersifat rasional, serta diantara
anggota yang terkait dapat menjaga perasaan masing-masing
dan norma- norma yang ada.
Dengan perkataan lain, antara komunikator dengan
setiap komunikan dapat terjadi dialog atau Tanya jawab.
Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa
bertanya jika tidak mengerti dan dapat menyanggal jika tidak
setuju dan lain sebagainya. Menurut Robert F. Bales, bahwa
kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu
dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap
muka, di mana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan
antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga
ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat
memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai
perorangan.
2. Komunikasi kelompok besar ( macro group ) yaitu yang terjadi
dengan sekumpulan orang yang sangat banyak dan komunikasi
antarpribadi ( kontak pribadi) jauh lebih kurang atau susah
berkumpul seperti halnya terjadi pada acara tabligh akbar,
kampanye dan lain-lain.
Anggota kelompok besar apabila memberitakan
tanggapan kepada komunikator, biasanya bersifat emosional,
yang tidak dapat mengontrol emosinya. Lebih-lebih jika
komunikan heterogen, beragam dalam usia, pekerjaan, tingkat
pendidikan, agama, pengalaman, dan sebagainya.42
Seperti halnya jika di antara kerumunan itu seorang
yang tidak suka pada komunikator, maka dia berusaha mencari
kesempatan untuk melempar dengan sandal dan yang lainnya
tanpa tahu permasalahan akan mengikuti tindakan tersebut.
Adapun Karakteristik komunikasi kelompok.
Beberapa karakteristik komunikasi kelompok yaitu:
Komunikasi Kelompok bersifat formal, dalam arti
pelaksanaannya direncanakan terlebih dahulu, sesuai dengan
komponen-komponennya.
Komunikasi kelompok terorganisir, yaitu orang-orang
yang tergabung dalam kelompok mempunyai peranan dan
tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan .
Komunikator kelompok terlembagakan, dalam arti
ada aturan mainnya. Komunikator dalam kelompok ini harus
mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan
42
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 128.
mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang
timbul secara simultan.
Menggunakan beberapa istilah yang akan
memudahkan untuk mengorganisir pengamatan43.
Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja, karakteristik yang
melekat pada suatu kelompok yaitu: norma dan peran. Norma
adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana
orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan yang
lainnya. Kadang-kadang norma oleh para sosiolog disebut juga
dengan hukum (Law) ataupun aturan (rule), yaitu perilaku–
perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan
dalam suatu kelompok.
Ada tiga kategori norma kelompok yaitu pertama,
norma sosial, yang mengatur hubungan di antara para anggota
kelompok. Kedua norma prosedural, yaitu yang menguraikan
dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi,
seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan
apakah melalui suara mayoritas ataukah pembicaraan sampai
tercapai kesepakatan.
Jika diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang
akan dapat diterima, maka peran (role) merupakan pola-pola
perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada
43
dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi tugas dan
fungsi pemeliharaan.
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat
dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan
dilaksanakannya.
Fungsi komunikasi kelompok sebagai berikut :
a. Fungsi hubungan sosial, yaitu bagaimana suatu kelompok
mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial
diantara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok
secara rutin memberi kesempatan kepada anggotanya untuk
melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur.
b. Fungsi pendidikan, dalam arti bagaimana sebuah kelompok
secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan
mempertukarkan pengetahuan.
c. Fungsi persuasi, yaitu seorang anggota kelompok berupaya
mempersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak
melakuakan sesuatu.
d. Fungsi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, yaitu
berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak
diketahui sebelumnya, sedangkan pembuatan keputusan;
berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi.
Jadi pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan
e. Fungsi terapi, yaitu membantu setiap individu mencapai
perubahan personalnya, Tentu individu tersebut berinteraksi
dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat,
namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri,
bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari
kelompok terapi ini adalah: kelompok konsultasi perkawinan,
kelompok penderita narkoba dan lain lain44.
5. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk bentuk komunikasi terdapat tiga macam yakni
komunikasi interpersonal antar pribadi, komunikasi kelompok dan
komunikasi massa. Adapun proses komunikasi yang melibatkan
ustaz atau ustazah selaku komunikator dan jamaah sebagai
komunikan penyampaian pesannya pun berlangsung secara lisan dan
melalui tatap muka, maka dalam proses komunikasi tatap muka ini
dapat dibagi dua bentuk komunikasi, yakni bentuk komunikasi
kelompok kecil dan bentuk komunikasi antarpribadi. Dengan uraian
sebagai berikut:
a. komunikasi kelompok kecil Menurut Robert F. Bales mengenai
analisis proses interaksi yang dikutip oleh Raudhonah, bahwa
kelompok kecil adalah
44
Sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain
dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, di mana setiap
peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang
lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul
pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan
kepada masing-masing sesuai perorangan45.
Jamaah yang berada di dalam majelis taklim dikatakan
sebagai kelompok kecil berbeda dengan kelompok besar,
individu-individu dalam kelompok kecil ini bersifat rasional
sehingga setiap pesan yang sampai kepadanya akan ditanggapi
secara kritis. Dalam situasi kelompok kecil ini seorang ustaz atau
ustazaah bisa mengubahnya menjadi komunikasi secara pribadi.
Dalam situasi kelompok kecil ini seorang ustaz sebagai
komunikator haruslah memperhatikan umpan balik komunikan
sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya di kala
ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negatif
karena situasi kelompok kecuali berlangsung secara tatap muka
maka tanggapan komunikan dapat segera diketahui, sehingga
dinamakan umpan balik seketika.
Umpan balik yang diperlukan ustaz bersifat verbal karena
komunikasinya ditunjukan kepada kognisi jamaah.
45
Keuntungan bagi seorang komunikator atau ustaz dalam
kelompok kecil ini terdapatnya komunikasi antapribadi, umpan
balik secara langsung, suasana lingkungan komunikasi dapat
diketahui. Sehingga ia dapat mengetahui tanggapan dan reaksi
komunikan pada saat menyampaiakan pesan sehingga, bila
komunikasinya tidak berhasil saat itu juga ia dapat merespon atau
merubah sikapnya secara langsung.
b. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi menurut Devito adalah
“pengiriman pesan pesan dari seseorang dan diterima oleh orang
lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik
secara langsung”46
.
Komunikasi antarpribadi melibatkan komunikasi yang
bebas. Artinya setiap tingkah laku komunikasi mengandung sebab
dan akibat tertentu yang langsung diterima pada saat itu juga,
dengan demikian setiap pesan sebagai aksi selalu mendapat reaksi
dari yang menerimanya. Peristiwa berlangsungnya komunikasi
antarpribadi terjadi tidak berstruktur, bersifat tidak formal, tidak
kaku, dan sangat luwes47.
Menurut Judy C. Pierson yang telah dikutip oleh Sasa
Djuarsa terdapat enam karakteristik komunikasi antarpribadi
yaitu:
46
Onong Uchana Effendy, ILmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 62-63
47
a.komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri
b. bersifat transaksional
c. mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi
d. mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang
berkomunikasi.
e. melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lain
dalam
proses komunikasi
g. komunikasi antarpribadi tidak dapat diulang atau diubah48.
dengan karakteristik tersebut komunikasi antarpribadi
dinilai ampuh untuk mengubah sikap opini atau prilaku
komunikan dan hubungan ini juga menggunakan teknik
komunikasi persuasif yang mempunyai pengaruh dan pengikut
banyak. Sehingga dapat merubah prilaku opini atau tingkah
komunikan
kedua jenis bentuk komunikasi tersebut memiliki situasi
yang sama yakni tatap muka dan umpan balik yang berlangsung
seketika. Adapun komunikasi antarpribadi lebih efekitif dalam
mengubah sikap opini dan prilaku komunikan , karena diri
komunikan tidak mungkin dikuasai seperti halnya pada
komunikasi antapribadi.
48
B. Pembinaan Ibadah Dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pembinaan Ibadah
Pembinaan asal kata dari “bina” yang memiliki arti
membangun, mendirikan. kata “pembinaan” yaitu kata “bina” yang
mendapat awalan – pem dan akhiran–an yang memiliki arti proses,
cara, pembuatan membina, pembaharuan, penyempurnaan. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia kata “pembinaan” memiliki arti usaha,
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
memperoleh hasil yang lebih baik49.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata “Pembinaan”
mengandung arti penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang
dilakukan secara berdayaguna untuk memperoleh hasil yang baik50.
Adapun arti kata pembinaan dari segi terminologi yaitu upaya,
usaha kegiatan yang terus menerus untuk memperbaiki,
meningkatkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan untuk
mencapai tujuan sasaran pembinaan sehari-hari baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sosial dalam masyarakat51.
Dari beberapa definisi mengenai pembinaan maka dapat
disimpulkan bahwa pembinaan adalah sebuah bentuk usaha dalam
mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seseorang
49
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003). h. 152
50
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 23
51
kepada orang lain agar apa yang diinginkan atau yang menjadi tujuan
dari keduanya dapat tercapai.
Pembinaan ibadah adalah sebuah bentuk usaha dalam
mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain yaitu seorang dai kepada mad’u dalam beribadah
atau mengerjakan apa-apa yang diperintahkan Allah Swt, baik dalam
ibadah yang wajib atau yang sunnah agar menjadi hamba yang lebih
baik dan mendapat keridhoan Allah SWT.
a. Ruang Lingkup Ibadah
“Secara Etimologi “kata ibadah” diambil dari bahasa arab
abada-yaidu-ibad-ibadatun yang artinya beribadah atau
menyembah”52.
Menurut Abu Al-A’ la Al-Maududi, kata abada secara
bahasa pada mulanya memiliki pengertian kedudukan seseorang
kepada orang lain dan orang tersebut menguasainya oleh karena
itu, ketika disebut kata alabidi dan alabidatu yang cepat tertangkap
dalam pikiran orang yaitu ketundukan dia, kehinaan budak di
hadapan majikan dan mengikuti segala macam perintahnya53.
Yusuf Al-Qardhawi juga menjelaskan bahwa: kata ibadah
diambil dari bahasa Arab yang secara etimologi berasal dari kata
52
Atabik Ali dan Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, Cet. 5 h. 1268
53
abada, yaidu, yang berarti tunduk, taat, patuh, merendahkan diri.
Adapun sesorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang disembah disebut Abid ( yang beribadah)54.
Pengertian ibadah secara termologi adalah nama yang
mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhoi oleh Allah,
baik berupa perkataan maupun perbuatan. Secara
sembunyi-sembunyi atau terang-terangan dalam rangka mengagungkan Allah
dan mengharap ridho dan pahalanya.
Dari beberapa pengertian ibadah di atas maka dapat
disimpulkan bahwa ibadah yaitu segala sesuatu yang dilakukan
seseorang dengan tujuan mengharap ridho Allah dan
melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah atas dirinya agar
mendapat pahala dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b. Macam-Macam Ibadah
Ibadah ditinjau dari ruang lingkupnya terbagi atas dua macam:
a. Ibadah Khashah, adalah dimana ibadah yang ketentuan dan
cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash,
seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
b. Ibadah Ammah, adalah semua perbuatan baik yang dilakukan
dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah SWT
(ikhlas), seperti makan, minum, bekerja, amar makruf nahi
54
munkar, berlaku adil berbuat baik kepada orang lain dan
sebagainya55.
Adapun yang disunatkan dalam ibadah khususnya ibadah
sholat, seperti adzan, menjawab adzan, iqomat, sholat sunanat
rawatib dan berdzikir seperti tasbih dan doa56.
Pembinaan ibadah adalah sebuah bentuk usaha dalam
mengembangkan kemampuan diri yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain yaitu seorang dai kepada mad’u dalam beribadah
atau mengerjakan apa-apa yang diperintahkan Allah Swt, baik
dalam ibadah yang wajib atau yang sunnah agar menjadi hamba
yang lebih baik dan mendapat keridhoan Allah SWT.
C. Majelis Taklim
1. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim
Pengertian majelis taklim dalam kamus Munjid yang dikutip
oleh Luis Ma’luf , kata majelis berasal dari bahasa arab yang berarti
majlis tempat duduk, berasal dari kata jalasa, majlisi, yajlisu jadi kata
majelisun merupakan isim makan (kata keterangan tempat) dari kata
jalasa yang berarti suatu tempat duduk, yang mana di dalamnya
berkumpul orang orang.
Zukairin mengomentari bahwa majelis yaitu tempat
berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan kegiatan,
55
Rahman Ritongga dan Zainuddin, fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), Cet. Ke-1, h. 10
56
tempatnya dapat berupa masjid, rumah atau juga tempat khusus yang
dibangun untuk suatu kegiatan. Sehingga dikenal sebagai majelis
syuro: majelis taklim dan sebagainya.
Bila diperhatikan kata majelis taklim ini berasal dari dua kata ,
yaitu majelis dan taklim.
Ada beberapa arti dari kata majelis ini di antaranya:
a. Dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa majelis adalah suatu
tempat yang di dalamnya berkumpul sekelompok orang untuk
melakukan aktivitas atau perbuatan57.
b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia majelis adalah pertemuan dan
perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul58
Dan kata taklim berasal dari kata alama-yu’limu-ta’liman
yang artinya mengajarkan59. Dan dalam kamus besar bahasa Indonesia
pengertian taklim adalah melatih manusia60.
Dari beberapa definisi taklim di atas maka dapat ditarik garis
besarnya bahwa taklim adalah suatu bentuk aktif yang dilakukan oleh
orang yang ahli dengan memberikan atau mengajarkan ilmu kepada
orang lain. Dan bila kata majelis dan taklim dijadikan satu yaitu
57
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. (ed), Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994). h. 121
58
Depdikbud, Kamus Indonesia- Arab, (Jakarta: Bulan Bintan, 1987), cet, ke-1, h. 2
59
Asad. M. Kalah, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), cet, ke-2 h. 8
60