• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahan presentasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bahan presentasi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Minggu, 10 Februari 2013

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Konsep Aktifitas belajar Siswa

Adanya perubahan paradigma pendidikan saat ini menuntut dilakukannya perubahan proses pembelajaran di dalam kelas. Peran guru saat ini diarahkan untuk menjadi

fasilitator yang dapat membantu siswa dalam belajar, bukan sekedar menyampaikan materi saja. Guru harus mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara secara optimal. Menurut Rusman (2011: 323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

Hal senada juga disampaikan oleh Hamalik (2011: 171), yang mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, mereka belajar sambil bekerja. Dengan bekerja tersebut, siswa mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.

Menurut Gie (dalam Wawan, 2010: 1), aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahirannyang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Sedangkan menurut Sardiman (dalam Wawan, 2010: 2), aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Menurut Dimyati (2009: 114) keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh kegiatan psikis diantaranya adalah seperti mengingat kembali isi materi pelajaran pada peremuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan lainnya.

Senada dengan pendapat Dimyati tersebut, Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2011: 172) membagi aktivitas belajar ke dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalam kegiatan visual diantaranya membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang termasuk di dalamnya antara lain

mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan

(2)

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang termasuk di dalamnya antara lain mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yang termasuk di dalamnya antara lain menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yang termasuk di dalamnya antara lain menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,

menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yang termasuk di dalamnya antara lain merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yang termasuk di dalamnya antara lain minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Dirangkum oleh: Eko Khoerul Nurnawawi email: eko_khoerul@yahoo.co.id

Nurnamawi, Eko. 2013. Aktivitas Belajar Siswa.

http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/aktivitas-belajar-siswa.html

pengertian aktivitas belajar menurut para ahli

Pengertian aktivitas

1. W.J.S. Poewadarminto: Aktifitas adalah kegiatan atau kesibukan.

2. S. Nasution.: Aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan

(3)

1. belajar, menurut H. Carl. Witherington dalam bukunya Drs.Mahfud Shalahuddin yang berjudul "pengantar psikologi pendidikan", belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian, yang menyatakan diri sebagaisuatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,kebiasaan,kepandaian, atau suatu pengertian.

2. Menurut Hilgard dalam bukunya S. Nasution, yang berjudul DedaktikAsas-Asas Belajar,

belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.

Kesimpulan dari pengertian-pengertian para ahli diatas adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah

laku atau kecakapan.

- See more at: http://tetap-belajar.blogspot.com/2013/06/pengertian-aktivitas-belajar-menurut.html#sthash.T3stLszG.dpuf

Aktivitas-aktivitas Belajar

F. Aktivitas-Aktivitas Belajar

Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Oleh karena itulah, berikut ini dibahas beberapa aktivitas belajar, sebagai berikut.

1. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan. Tidak dapat disangkal bahwa aktivitas mendengarkan adalah aktivitas belajar yang diakui kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan formal persekolahan, ataupun non-formal.

2. Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Dalam pendidikan, aktivitas memandang terrnasuk dalam kategori aktivitas belajar. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua aktivitas memandang berarti belajar. Aktivitas memandang dalam arti belajar di sini adalah aktivitas memandang yang bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif. Aktivitas memandang tanpa tujuan bukanlah termasuk perbuatan belajar. Meski pandangan tertuju pada suatu objek, tetapi tidak adanya tujuan yang ingin dicapai, maka pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.

(4)

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja aktivitasnya harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas meraba, aktivitas membau, ataupun aktivitas mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

4. Menulis atau Mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Aktivitas mencatat yang bersifat menurut, menciplak atau mengcopy tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan seperangkat tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Dalam mencatat tidak sekadar mencatat, tetapi mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar.

Catatan sangat berguna untuk menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga terdiri atas materi hasil analisis dari bahan bacaan.

5. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti membaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan studi.

Kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Ini berarti untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali memperbanyak membaca.

Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukkan perbedaan pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar itu suatu seni, sama halnya mengajar adalah seni (teaching as an art). Ada orang yang membaca buku sambil tidur-tiduran dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku sambil mendengarkan radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku dengan suara dapat belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku di antara keributan dapat belajar dengan baik, dan sebagainya. Pendek kata, orang membaca buku dengan berbagai cara agar dapat belajar. Dengan demikian, pemahaman atas diri sendiri sangat penting, sehingga dapat memilih teknik yang mana yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadi, dengan tidak mengabaikan pola-pola umum dalam belajar.

6. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi

(5)

keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari, bila diperlukan.

7. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan

Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel, diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.

Semua tabel, diagram, dan bagan dihadirkan di buku tidak lain adalah dalam rangka memperjelas penjelasan yang penulis uraikan. Dengan menghadirkan tabel, diagram, atau bagan dapat menumbuhkan pengertian dalam waktu yang relatif singkat.

8. Menyusun Paper atau Kertas Kerja

Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus metodologis dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode¬metode tertentu dalam penggarapannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berpikir yang logis dan kronologis.

9. Mengingat

Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Jadi, mengenai ingatan tersebut ada tiga fungsi, yaitu: memasukkan, menyimpan, dan mengangkat kembali ke alam sadar.

Ingatan (memory) seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani, keadaan rohani (jiwa), dan umur seseorang.

10. Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu tentang hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.

11. Latihan atau Praktek

Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau rumus bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan bila tidak didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.

(6)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Posted onMarch 20, 2013| 2 Comments

Keberhasilan usaha belajar ditentukan oleh faktor-faktor yang terikat dengan diri

sendiri, tujuan belajar, materi yang dipelajari, cara mempelajari materi itu, narasumber yang membantu proses belajar dan faktor-faktor lingkungan fisik maupun sosial. Faktor-faktor itu bekerja bersama-sama dalam fenomena yang kompleks sehingga

pembahasan yang terpisah hanya untuk mempermudah pemahaman karena faktor-faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri :

1. Faktor individu : meliputi faktor yang bersifat fisik dan psikologi. Termasuk dalam faktor fisik antara lain : keadaan indera, cacat tubuh, keseimbangan hormonal, sistem persarafan khususnya keadaan otak dan kelelahan fisik/penyakit. Faktor psikologi meliputi : kecerdasan, perhatian, kepribadian dan faktor-faktor psikologi lainnya.

2. Tujuan belajar : penetapan tujuan belajar yang tepat dirinci dengan tujuan-tujuan jangka pendek yang atraktif, akan membuat tujuan itu padu dan diterima sebagai tujuan pribadi. Tujuan semacam itu dapat memelihara minat dan motivasi untuk berusaha mencapainya yang menjadi jaminan keberhasilan usaha belajar.

3. Materi yang dipelajari : materi bisa mudah atau sulit, luas atau sempit, mendalam atau permukaan. Masa peka juga menentukan tingkat keberhasilan mempelajari materi. Mempelajari sesuatu harus dilakukan secara bertahap, dimulai dari materi subordinat berlanjut ke materi superordinat. Tanpa memperhatikan pengetahuan atau ketrampilan prasarat, suatu materi yang sangat mudahpun dapat menjadi sulit untuk dipelajari.

(7)

memakai belajar kognitif. Teknik-teknik memorizing merupakan bagian dari model belajar yang kalau dikembangkan akan menjadi dasar pendekatan belajar efektif.

5. Nara sumber : belajar formal membutuhkan guru sebagai nara sumber. Pada belajar informal nara sumbernya bisa apa saja atau siapa saja. Nara sumber ini penting karena menentukan jelas tidaknya materi sekaligus menjadi kriteria seberapa jauh proses belajar telah berlangsung dan seberapa banyak keberhasilannya.

6. Lingkungan : secara sempit lingkungan belajar adalah lingkungan fisik tempat belajar berlangsung. Faktor-faktor yang terikat didalamnya antara lain faktor fasiliitas belajar (meja, kursi, buku), faktor ruangan belajar, kesegaran/cuaca, penerangan, sanitasi, kebisingan dan lain-lain. Faktor lingkungan juga mencakup faktor sosial yang lebih luas. Suasana kompetitif di kelas, masyarakat yang tenang, orang tua yang penuh perhatian, kehidupan sosial ekonomi dan lingkungan pergaulan akan mempengaruhi belajar.

Sumber : Modul kuliah psikologi IKIP Malang oleh Drs. Alwisol M.Pd

http://dewandadari.wordpress.com/2013/03/20/599/

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BELAJAR

D I P O S K A N O L E H S H E R LY R A C H M A S A N I E . B L O G S P O T. C O M O N J U M AT , 1 4 D E S E M B E R 2 0 1 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.

Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

(8)

diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan adapula siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.

Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan, maupun situasi dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian ketika Guru mengajarkan topik tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia bercita-cita menjadi seorang ahli. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar dalam faktor-faktor belajar merupakan hal yang sangat penting diketahui bagi seorang Guru dan calon Guru.

1.2 Tujuan

Tujuan utama dibuatnya makalah ini tak lain dan tak bukan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar.

1.3 Rumusan Masalah

- Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi belajar? - Faktor apa sajakah yang merupakan faktor eksternal ? - Faktor apa sajakah yang termasuk kedalam kategori sosial ? - Faktor apa sajakah yang termasuk kedalam kategori non-sosial ?

BAB II ISI

(9)

belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu, keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar dan perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah:

a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.

b. Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat. c. Istirahat yang cukup dan sehat.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengkonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

2. Faktor psikologis

Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

- Kecerdasan/intelegensi siswa

(10)

demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.

Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision

Tingkat Kecerdasan (IQ) Klasifikasi

140 - 169 Amat superior

120 - 139 Superior

110 - 119 Rata-rata tinggi

90 - 109 Rata-rata

80 - 89 Rata-rata rendah

70 - 79 Batas lemah mental

20 - 69 Lemah mental

Dari tabel tersebut, dapat diketahui ada tujuh penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:

a. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140 - 169 b. Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120 - 139

c. Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang antara IQ 110 - 119 d. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90 - 109

(11)

g. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20 - 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, dan idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

- Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

- Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni : 1. Menerima kesan,

(12)

Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.

Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga kesannya akan lebih dalam pada siwa. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama. Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, siswa harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.

Kemampuan reproduksi, yakni pengaktifan atau proses produksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu siswa, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian, atau untuk merespon

tantangan-tantangan dunia sekitar.

Pendidik dapat mempertajam kemampuan siswa dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas material pembelajaran yang telah diberikan.

- Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.

(13)

1. Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.

2. Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

- Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).

Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi diri siswa.

- Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

(14)

Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

3. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam – macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa meningkat kembali. Turunnya perhatian dan prestasi belajar tersebut yaitu sebagai berikut :

A B

Kecenderungan naik turunya Kecenderungan naik turunnya perhatian perhatian

Prestasi

Belajar selingan

Menit menit

10 20 30 40 50 10 20 30 40 50

“ Tingkat Prestasi Belajar dan Kekuatan Perhatian dalam waktu 50 menit pada Pengajaran

Klasikal”.

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perhatian siswa meningkat pada 15 – 20 menit pertama, kemudian turun pada 15 – 20 menit kedua. Selanjutnya meningkat dan menurun kembali. Kecenderungan menurunnya perhatian terjadi, sejajar dengan lama waktu belajar. Oleh karena itu, disarankan 10 menit waktu digunakan dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.

4. Rasa Percaya Diri

(15)

proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “ perwujudan diri “ yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Dan hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus – menerus, memberikan bermacam – macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.

5. Kebiasaan Belajar

Dalam kegiatan sehari – hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:

a. Belajar pada akhir semester

b. Belajar tidak teratur

c. Menyia - nyiakan kesempatan belajar

d. Bersekolah hanya untuk bergengsi

e. Dating terlambat bergaya seperti pemimpin

f. Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,

g. Bergaya minta “ belas kasihan “ tanpa belajar.

Kebiasaan – kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah – sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

6. Cita – cita Siswa

Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita – cita dalam hidup. Cita – cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “ gambaran yang jelas “ tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut – ikutan.

(16)

Penanaman pemilikan dan pencapaian cita –cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit.

Dengan mengaitkan pemilikan cita – cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

2. Faktor-faktor eksogen/eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.

1. Lingkungan sosial

a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru , administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b. Lingkungan sosial massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.

c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2. Lingkungan non sosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;

a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.

b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.

(17)

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.

2. Saran

Kita sebagai calon guru professional harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar anak. Hal tersebut dimaksudkan agar kita bias memahami masalah belajar yang dimiliki anak, dan bias memberikan solusi pemecahannya.

Selain itu dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak guru akan dapat memilih metode atau pendekatan yang dalam pelaksanaan pembelajaraan.

http://sherlyrachmasanie.blogspot.com/2012/12/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-belajar.html

k a m i s , 0 8 a p r i l 2 0 1 0

Tinjauan Psikologis tentang Belajar

Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang membahas mengenai masalah kejiwaan

(18)

didik dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor agar dalam proses belajar mengajar semakin

lancar.

Berbicara mengenai psikologi dengan pendidikan dan pengajaran, begitu sangat erat sekali hubungannya,

karena dengan mempelajari ilmu kejiwaan seorang guru khususnya dapat memberikan pendidikan dan

pengajaran sesuai dengan perkembangan anak didik artinya psikologi digunakan untuk pedoman dalam

memberikan materi pendidikan dan pengajaran sehingga yang menjadi tujuan dalam pendidikan dan

pengajaran berupa ranah kognitif, afektif dan psikomotor akan mudah tercapai.

1. Pengertian Tentang Belajar

Banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut

ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartika belajar adalah menyerap pengetahuan. Jika konsep ini

yang dipakai orang, maka pada orang itu masih dipertanyakan, apakah dengan belajar semacam itu orang

menjadi tumbuh dan berkembang? Orang yang belajar dengan memakai konsep ini menjadikan dirinya

ibarat botol kosong, dapat kita banyangkan, berapa banyak yang dapat masuk dan dari yang sebanyak

masuk itu tentunya sesuai dengan daya tampung botolnya?

Banyak jenis kegiaatan yang oleh kebanyakan orang dapat disepakati sebagai perbuatan belajar mislanya

menirukan ucapan kalimat, mengumpulkan perbendaharaan kata, mengumpulkan fakta-fakta, manghapal

lagu, menghitung dan mengerjakan soal-soal matematika, dan sebagainya. Tidak semua kegitan dapat

tergolong sebagai kegiatan belajar misalnya: melamun, marah, menjiplak, dan menikmati hiburan.

Dengan kenyataan diatas, dapat didefinisikan belajar adalah usaha untuk dapat mengerti dunia. Untuk

melakukan ini, kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya adalah, kita berpikir tentang situasi,

sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi

bagaimana dan apa yang kita pelajari.

Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau

diubah melalui latihan atau pengalaman.

”Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or

experience.” (Whittaker, 1970: 15)

Dengan demikian, perubahan-perubahan tingakah laku akibat petumbuhan fisik atau kematangan,

kelelahan, penyekit, atau pengeruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan

perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan

prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja

(19)

dan bukan suatu hasil. Karena itu belajr berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan

berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Beberapa Aktivitas yang Termasuk Belajar

Sebelum dikemukakan jenis-jenis aktivitas belajar, lebih dahulu dikemukakan gambaran tentang set belajar.

a. Gambaran Tentang Set Belajar

Set belajar adalah adalah arah perhatian dalam interaksi bertujuan. Manfaat dari set belajar adalah

membuat si pelajar mempunyai kepekaan terhadap ketepatan berbagai alternatif tindakan mencapai tujuan.

Set belajar mengarahkan perhatian hal-hal yang relevan dengan kebutuhan dan motivasi si belajar serta

menemukan tujuan atau alternatif tindakan yang paling baik. Sehingga kita memerlukan suatu set kegiatan

untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan mencapai tujuan.

b. Beberapa Aktivitas Belajar

Berikut ini dikembangkan beberapa contoh aktivitas belajar dalam beberapa situasi.

1. Mendengarkan

Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu terjadi komunikasi verbal

berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang

tidak terlibat tetapi secara tidak langsung mendengarkan informasi. Situasi ini memberi kesempatan kepada

seorang untuk belajar. Seseorang menjadi belajar atau tidak dalam situasi ini, tergantung ada tidaknya

kebutuhan, motivasi dan set seseorang itu. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan

seseorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan. Mendengarkan

yang demikian akan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi seseorang.

2. Memandang

Alam sekitar kita termasuk juga sekolah dengan segenapa kesibukannya, merupakan objek-objek yang

memberi kesempatan untuk belajar. Apabila kita memendang segala set suatu dengan set tertentu untuk

mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan dari kita, maka dalam halyang demikian kita sudah

belajar.

3. Meraba, Mencium, dan Mencicipi/Mencecap

Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan situasi yang memberi kesempatan

begi seseorang untuk belajar. Hal aktivitas mencium, ataupun aktivitas mencecap dapat dikatakan belajar,

(20)

menggunakan set tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

4. Menulis atau Mencatat

Tidak semua aktivitas mencatat adalah belajar. Aktivitas mencatat yang bersifat menurun, menjiplak atau

mengcopi, adalah tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai belajar

yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan serta tujuanya. Serta menggunakan set

tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar.

5. Membaca

Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran sambil berbaring santai ditempat tidurnya hanya

dengan maksud agar dia bisa tidur. Membaca semacam ini adlah bukan aktivitas belajar. Ada pula orang

yang membeca sambil berbaring dengan tujuan belajar. Menurut ilmu jiwa, membeca yang demikian belum

dapat dikatakan sebagai belajar. Belajar adalah aktif, dan membaca untuk keperluan belajar hendaknya

dilakukan dimeja belajar dari pada ditempat tidur, karena dengan sambil tiduran itu perhatian dapat terbagi.

Denga demikian, belajar sambil tiduran mengganggu set belajar.

6. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang

dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari

kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Sementara membaca, pada hal-hal yang

penting kita beri garis bawah (underlining). Hal ini sangat membantu kita dalam usaha menemukan kembali

materiiil itu dikemudian hari.

7. Latihan atau Praktek

Latihan atau praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih

tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu

aspek pada dirinya. Orang yang berlatih atau berpraktek sesuatu tentunya menggunakan set tertentu

sehinggga setiap gerakan atua tindakannya terarah kepada suatu tujuan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hal Belajar

Dalam belajar, banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian faktor yang mempengaruhi

belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

(21)

b. Faktor-faktor metode belajar

c. Faktor-faktor individual

Berikut ini diuraikan secara garis besar mengenai ketiga macam faktor tersebut.

a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar

Yang dimaksud dengan stimulus belajr disini yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu itu

untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan

dengan faktor-faktor stimulus belajar.

1. Panjangnya Bahan Pelajaran

Panjangnya bahan pelajaran berhungan dengan bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran,

semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu

panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan belajar individu

itu tidak semata-matakarena panjangnya waktu untuk belajr, melainkan lebih berhubungan dengan faktor

kelelahan serta kejemuhan si pleajar dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu.

2. Kesulitan Bahan pelajaran

Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran

mempengaruhi kecepatan pelajar. Makin sulit sesuatu bahan pelajaran, makin lambatlah orang

mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran., makin cepatlah orang yang mempelajarinya.

Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana

mengurangi intensif belajar seseorang.

3. Berat-Ringannya Tugas

Mengenai berat atau ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu.

Tugas yang sama, kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas

intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula, berat-ringannya suatu tugas berhubungan

dengan usia individu, ini berarti, bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau

ringannya tugas bagi individu yang bersangkutan.

4. Suasana Lingkungan Eksternal

Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain: cuaca (suhu udara, mendung, hujan,

kelembaban), waktu (pagi, siang, sore, petang, malam), kondisi tempat ( kebersihan, letak sekolah,

pengaturan fisik kelas, ketenangan, kegaduhan), penerangan (berlampu, bersinar matahari, gelap,

(22)

belajarnya. Sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya.

b. Faktor-Faktor Metode Belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangant mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si

pelajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut:

1. Kegiatan Berlatih atau Praktek

Seperti halnya pada bidang medis, kegiatan berlatih dapat diberikan dalam dosis besar ataupun dosis kecil.

Berlatih dapat dibererikan secara maraton (non stop) atau secara terdistribusi dengan selinan waktu-waktu

istirahat. Latihan yang dilakukan secara maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan

yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar.

2. Pengenalan Tentang Hasil-Hasil Belajar

Dalam proses belajar individu sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam

belajarnya. Penelitian menunjukkan, bahwa pengenalan seseorang terhadapa hasil atau kemajuan belajarnya

adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha

meningkatkan hasil belajar selanjutnya.

3. Bimbingan dalam Belajar

Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru atau orang lain cenderung membuat si pelajar menjadi

tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalam batas-batas yang diperlukan oleh individu. Hal yang oenting

yaitu perlunya pemberian modal kecakapan pada individu sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.

c. Faktor-Faktor Individual

faktor-faktor individual sangat besat pengaruhnya terhadap belajar seseorang adapun faktor-faktor individual

itu menyangkut hal-hal berikut :

1. Kematangan

Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi akibat adanya

perubahan-perubahan kuantitatif didalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan-perubahan kualitatif

terhadap struktur tersebut. Kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem

saraf dan fungsi otak semakin berkembang. Dengan berkembangnya fungsi-fungsi otak dan sistem saraf, hal

(23)

2. Pengalaman Sebelumnya

Lingkungan mempengaruhi perkembangan individu. Lingkungan banyak memberi pengalaman kepada

individu. Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi hal belajar yang bersangkuta, terutama

pada trasfer belajarnya. Hal ini terbukti, bahwa anak-anak yang berasal dari kelas-kelas sosial menengah

dan tinggi mempunyai keuntungan dalam belajar verbal disekolah sebagai hasil dari pengalaman

sebelumnya.

3. Kondisi Kesehatan Jasmani

Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badannya skit akibat

penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu hal

belajar.

4. Kondisi Kesehatan Jasmani

Gangguan seta cacat mental pada seseorang sangat menggangu hal belajar orang yang berangkutan.

Bagaimana orang dapat belajr dengan baik apabila ia sakit ngatan, sedih, frustasi, atau putus asa?

5. Motivasi

Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan, sangat memoengaruhi kegiatan dan hasil

belajar. Motivasi adlah penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan

tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.

DAFTAR PUSTAKA

Soemanto, Wasty.1998.Psikologi Pendidikan.Rineka Cipta: Jakarta

Ahmadi, Abu.dkk.1983.Psikologi Belajar.Bina Ilmu: Surabaya

http://abbas85.wordpress.com/2009/01/11/pembelajaran-fiqih-tinjauan-psikologi-kognitif/

http://echyli2n.blogspot.com/2009/06/tinjauan-psikologis-mengenai-pendidikan.html

(24)

Diposkan oleh Wennydi 08.20

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

unit akrilonitril dalam kopolimer, sedangkan proton olefin dan unit butadien muneul pada daerah selcitar 5,55 ppm (resonansi ini tidak ditampilkan disini), Dari

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan karena pada prinsipnya penelitian ini berupaya untuk mengembangkan sistem administrasi dengan sebelumnya

Melihat dari berbagai kajian – kajian tentang masalah yang timbul terhadap Etnik Tionghoa di Indonesia, hal yang paling mendasar terhadap masalah Cina ini adalah

- Dike (2010) Penggunaan Media Ular Tangga DIKE Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajran IPA Materi Pesawat Sederhana (Penelitian Tindakan Kelas

Salah satu komponen yang menentukan penanganan teknologi pasca panen tersebut adalah dengan menggunakan alat-alat pasca panen, misalnya alat penggiling biji kopi tipe flat

kumpulan prinsip-prinsip yang terintegrasi dan yang memberikan preskripsi untuk mengatur situasi atau lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat membantu siswa..

Jawaban dibuktikan dengan ijazah minimal D-II yang relevan dengan peralatan laboratorium atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang

[r]