• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN KOMINIKASI MATEMATIKA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN KOMINIKASI MATEMATIKA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI

TUAN

TESIS

Oleh: ISWANDI NIM : 081188710046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

PernyataaanTidak Melakukan Plagiat dan Memalsukan Data

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Iswandi

NIM

: 081188710046

Angkatan/ kelas

: XV / A

Program Studi

: Pendidikan Matematika

Judul Tesis

: Analisis Kemampuan Komuniukasi Matematika dan Aktivitas

Belajar Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Dengan ini menyatakan bahwa:

1.

Benar tesis saya adalah karya sendiri, bukan dikerjakan orang lain;

2.

Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan tesis saya;

3.

saya tidak merobah atau memalsukan data penelitian saya.

Jika ternyata dikemudian hari terbukti bahwa telah melakukan salah satu hal diatas, maka

saya bersedia dikenaisanksi yang berlaku berupa pencopotan gelar saya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, Nopember 2013

Saya yang membuat pernyataan

(6)

i

ABSTRAK

Iswandi (2013). Analisis Kemampuan KomuniksaiMatematika dan

Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran

Kontekstual di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan.Program Studi

Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematika, Aktivitas Belajar,

Pembelajaran Kontekstual,

Penelitian ini merupakan studi eksperimen di SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan pada kelas XI IPA dengan mengambil sampel 2 kelas

secara acak. Instrumen dalam penelitian ini adalah : (1) tes kemampuan

komunikasi matematika, (2) Lembar Aktivitas Siswa dan (3) lembar

observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran. Untuk melihat

perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa

antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dengan siswa yang mendapat pendekatan konvensional,

digunakan uji-

t pada α = 0,05, dan uji anava dua jalur setelah prasyarat

pengujian terpenuhi.

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah (1) Perbedaan

kemampuan

komunikasi

matematika

siswa

yang

proses

pembelajarannya melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dengan

siswa yang pembelajarannya melalui pendekatan konvensional, (2)

Perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang aktivitas

belajarnya tinggi dengan siswa yang aktivitas belajarnya rendah, (3)

Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika

siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa.

(7)

ii

ABSTRACT

Iswandi (2013) Analisys of Competence of Mathematics

Comunication and Learning Activities through Contectual

Learning Approach in SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan.

Mathematics Education Graduate Studies Program, State

University of Medan

Key words: Competence of Mathematics Comunication, Learning

Activities, Contectual Learning Approach

This research is an experimental study on the students in SMA

Negeri 1 Percut Sei. Tuan class XI-IPA. The samples are 2 classes

taken randomly. The instruments in this research are 1) Test on

Competence of Mathematics Comunication, 2) Forms of students

learning activity, and 3) Form of observation on student learning

activity. To see the difference of the approvement of the students

competence on mathematics communication between students

who were tought by using contectual approach and those are

tought by using conventional approach, the researcher used

T-test,

α = 0,05, and analysis of Varian (Two

-way ANOVA) after the

pre-conditon test fulfilled.

This reserch is intended to analize (1) the difference between

Competence of Mathematics Comunication of the students who are

tought by using contectual learning approach and those who are tought

by using conventional approach, (2) the difference between

Competence of Mathematics Comunication of the students who have

more frequent learning avtivity and those who have less frequent

learning activity, (3) the effect of learning of the students with initial

mathematics competence toward their Competence of Mathematics

Comunication.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, kesehatan, dan

kesempatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis

yang berjudul “Analisis Kemampuan komunikasi Matematika dan

Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pendekatan Pembelajarn Kontekstual

di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan” (Sebuah Studi eksperimen) ditulis

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Matematika.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada

1. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Pargaulan

Siagian, M.Pd, sebagai Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang

telah memberi arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam

penyusunan Tesis ini.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M. Pd. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,

M.Pd. dan Bapak Prof. Dr. Siman, M.Pd. sebagai narasumber dan

penguji

yang

memberikan

saran

dan

bimbingan

dalam

(9)

iv

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M. Pd. Sebagai Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd.

sebagai Sekretaris Program Studi Matematika atas segala

bimbingan dan arahannya.

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan

berbagai ilmu dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan dari

berbagai disiplin ilmu selama penulis mengikuti bangku

perkuliahan.

5. Bapak yaitu : Dr. Edy Surya, M.Si., Ibu Sri Lestari Manurung,

M.Pd. , Ibu Glory I.D. Purba, S.Si, M.Pd. , Bapak Drs. Lindung

Pakpahan, M.Pd. , dan Ibu Feri Tiona Pasaribu, M.Pd yang sudah

memberikan saran dalam perbaikan instrumen penelitian ini.

6. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Angkatan ke XV Kelas A yang telah sama-sama memberikan

motifasi dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

7. Khusus kepada kedua orang tua Apa dan Amak di kampuang, yang

selalu memberikan doa dan kasih sayangnya, sehingga dengan Doa

dari Apa Jo Amak segala rintangan dan hadangan dapat ananda

(10)

v

8. Bapak H.M. Yacub Pasaribu, S.Pd.mantan Kepala SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan yang telah memberi izin kepada penulis untuk

melanjutkan studinya.

9. Bapak Badaruddin Tarigan, M.Pd. Kepala SMA Negeri 1 Percut Sei

Tuan yang selalu memberikan motifasi dan kelonggaran kepada

penulis dalam bertugas demi selesainya penyusunan tesis ini.

10. Istri Tercinta Eppih Indah Wahyuni, yang setia menemani bagadang

dikala malam, menyiapkan segala keperluan penulis dalam

menempuh dan menyelesaikan studi ini.

11. Anak-anak tersayang, Annisa Javalia Hasanah, Nurul Sti Khadijah

dan

12. Da Gadang, Iwan, Idil, Ief, dan Iim, abang dan adik tampek baiyo

batido kato saiyo samupakat, NiYa, Imi, Ita, Iir dan Ius, Kakak jo

Adiak salaku bundo kanduang di rumah gadang kami di suku

pisang.

13. Uda Mulia, Uni Ses, Kuto, Ii, Malin, Vera, Ipit, Dedi, dan Rahmat

salaku urang sumando dan ipa besan nan salalu basamao-samo di

keluarga besar kito mambantuak rumah tanggo nan mawaddah

(11)

vi

14. Seluruh Kemenakan Oom, Kadri, Fani, Irsyad, Farhan, Reza ,

Dayat, Afifah, Ilyas, Shifa, Iza, dan sebagai generasi penerus

harapan kito kasadonyo ,

15. Bapak/Ibu rekan-rekan majelis Guru SMA Negeri 1 Percut Sei

Tuan, yang selalu memberikan motifasi agar terciptanya tesis

ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa Pasca

Sarjana Unimed dan saudara-saudara pendukung lainnya.

Semoga Allah membalas semua jasa baik Bapak/Ibu semua. Penulis

menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat beberapa kekurangan

yang perlu mendapat perbaikan, karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan

isi tesis ini.

Medan, Desember 2013

Iswandi

(12)

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

vii

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Identifikasi Masalah

13

1.3 Pembatasan Masalah

13

1.4 Rumusan Masalah

14

1.5 Tujuan Penelitian

14

1.6 Manfaat Penelitian

15

1.7 Definisi Operasional

16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

18

2.1 Kemampuan Komunikasi Matematika

18

2.2 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

24

2.3 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL)

28

2.3.1 Pengertian CTL

28

2.3.2 Penerapan CTL dalam Pembelajaran Matematika

29

(13)

viii

2.4 Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Pembelajaran

CTL

41

2.5 Pembelajaran Konvensional

54

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan

57

2.7 Kerangka Konseptual

59

2.8 Hipotesis

68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

69

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

69

3.2 Populasi dan Sampel

69

3.3 Disain Penelitian

71

3.4 Pengembangan

Bahan

Ajar

Melalui

Pendekatan

Pembelajaran Kontektual

72

3.5

Variabel Penelitian

74

3.6 Instrumen Penelitian

75

3.6.1 Instrumen Aktivitas Belajar Siswa

75

3.6.2 Instrumen Kemampuan Komunikasi Matematika

78

3.6.3 Uji Coba Instrumen Penilaian

80

3.7 Lembar Observasi

84

(14)

ix

3.7.2 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola

Pembelajaran

82

3.8 Teknik Pengumpulan Data

86

3.9 Teknik Analisis Data

86

3.10 Prosedur Penelitian

94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

96

4.1

4.2

Uji Coba Instrumen

96

Hasil Penelitian

103

4.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematika

104

4.2.2 Aktivitas Siswa Kelas Kontekstual dan Kelas

Konvensional

131

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

141

4.3.1 Faktor Pembelajaran

142

4.3.2 Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

152

4.4 Keterbatasan Penelitian

154

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

155

5.1

5.2

Kesimpulan

Implikasi

155

155

5.3 Saran

156

(15)
(16)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Uraian

Halaman

Tabel 2.1

Perbedaan

Pembelajaran

CTL

dengan

Pembelajaran Konvensional

55

Tabel 3.1

DisainPenelitian

71

Tabel 3.2

Bahan Ajar Turunan

73

Tabel 3.3

Observasi Aktivitas Siswa

76

Tabel 3.4

Kriteria

Pemberian

Skor

Komunikasi

Matematika

79

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kesukaran

83

Tabel 3.6

Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Uji

Statistik yang Digunakan

93

Tabel 3.7

Bagan Prosedur Penelitian

95

Tabel 4.1

Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba

100

Tabel 4.2

Perhitungan SPSS Validasi Butir Soal

100

Tabel 4.3

Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba

102

Tabel 4.4

Daya Pembeda Soal Hasil Uji Coba

102

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Tabel 4.11

Data Hasil Pretest Kemampuan Komunikasi

Matematika Siswa

Hasil Pretest dengan SPSS

Data Hasil Postest

Data

Postest

Kemampuan

Komunikasi

Matematika Kelas Kontekstual dan Kelas

Konvensional

Uji

Normalitas

Pretest

dan

Postest

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

Kelompok yang Menggunakan Pendekatan

Kontekstual

dan

yang

Menggunakan

Pendekatan Konvensional

Hasil Uji Normalitas dengan SPSSPretest

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

Kelompok yang Menggunakan Pendekatan

Kontekstual

dan

yang

Menggunakan

Pendekatan Konvensional

Uji

Normalitas

Postest

Kemampuan

Komunikasi Matematika Siswa dengan SPSS

104

108

110

119

121

122

123

(17)

xiii

dan Kelas Kontrol

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Pretest dengan SPSS

125

Tabel 4.14 Ringkasan Uji t Pretest

127

Tabel 4.15 Uji t Pretset dengan SPSS

127

Tabel 4.16 Uji Homogenitas Postest Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

128

Tabel 4.17 Uji Homogenitas dengan SPSS

128

Tabel 4.18 Ringkasan Perhitungan Uji t Postest

129

Tabel 4.19 Uji t Postest dengan SPSS

130

Tabel 4.20 Kriteria Aktivitas Siswa

131

Tabel 4.21 Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontekstual dan

Konvensional

132

Tabel 4.22 Tingkat Aktivitas Siswa Kelas Kontekstual

dan Kelas Konvensional

132

Tabel 4.23 Hasil Kemampuan Komuniksi Matematika

Berdasarkan Tingkat Aktivitas Belajar siswa

136

Tabel 4.24 Uji t Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa, Aktivitas Belajar tinggi dan aktivitas

Belajar rendah dengan perhitungan SPSS

137

Tabel 4.25 Rangkuman Uji Anova dua jalur Interaksi

Pendekatan

Pembelajaran

dengan

Kemampuan

Awal

Matematika

Siswa

terhadap kemampuan Komuniksai Matematika

siswa

(18)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal nomor 1

111

Gambar 4.2 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal nomor 2

113

Gambar 4.3 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal nomor 3

115

Gambar 4.4 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal nomor 4

116

Gambar 4.5 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal nomor 5

118

Gambar 4.6 Grafik Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran

dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa

Terhadap Kemampuan komunikasi Matematika

Siswa

(19)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Kisi-Kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

163

Pretest Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

164

Postest Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa

165

Alternatif Penyelesaian Soal Pretest

166

Alternatif Penyelesaian Soal Postest

169

Pedoman

Penskoran

Tes

Kemampuan

Komunikasi

Matematika Siswa

173

LAMPIRAN 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1

174

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2

186

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3

205

Lembar Aktivitas Siswa 1

216

Lembar Aktivitas Siswa 2

229

Lembar Aktivitas Siswa 3

243

LAMPIRAN 3

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

252

(20)

xi

Daftar Nama Siswa Kelas Konvensional

258

LAMPIRAN 4

Laporan Hasil Validasi Instrumen

260

Laporan Hasil Uji Coba Instrumen

272

LAMPIRAN 5

Foto-foto Pembelajaran

284

Deskripsi

Hasil

Pretest

Kemampuan

Komunikasi

Matematika Kelas Kontekstual

290

Deskripsi

Hasil

Pretest

Kemampuan

Komunikasi

Matematika Kelas Konvensional

291

Deskripsi

Hasil

Postest

Kemampuan

Komunikasi

Matematika Kelas Kontekstual

292

Deskripsi

Hasil

Postest

Kemampuan

Komunikasi

Matematika Kelas Konvensional

Deskripsi Aktivitas Siswa kelas Kontekstual

Deskripsi Aktivitas Siswa Kelas Konvensional

Deskripsi Gain Kemampuan Komunikasi Matematika siswa

Kelas Kontekstual

Deskripsi Gain Kemampuan Komunikasi Matematika siswa

Kelas Konvensional

293

294

295

296

(21)
(22)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif, bermakna dan bermanfaat, manusia memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, produk pendidikan merupakan individu-individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.

Usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang didalamnya terdapat guru dan peserta didik yang memiliki perbedaan kemampuan, keterampilan, filsafat hidup, dan lain sebagainya. Adanya perbedaan tersebut menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan siasat, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacam-macam sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam, yang dapat dilihat dari kecakapan yang dimiliki peserta didik yang salah satunya adalah peserta didik menggunakan daya nalarnya untuk memecahkan suatu masalah yang ada.

(23)

pemilihan materi, strategi pembelajaran, media pembelajaran, penilaian, dan sumber atau bahan pembelajaran. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dapat dilihat pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikuasai sesuai dengan standar prosedur tertentu.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan pemberlakuannya oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006. Guru ditempatkan sebagai fasiltator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Perhatian utama pada siswa yang belajar, bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Selanjutnya dijelaskan, fungsi fasiltator dan mediator begitu berarti, yakni: (1) menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertangung jawab dalam membuat rancangan dan proses; (2) menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman konflik; (3) memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku untuk menghadapi persoalan baru. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa.

(24)

dibutuhkan motivasi yang tinggi untuk mewujudkan aktivitas yang lebih baik agar mendapatkan pemahaman konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-teorinya. Songgok (2009) Sesungguhnya usaha memotivasi pelajar dalam pendidikan adalah merupakan suatu proses (1) membimbing pelajar untuk memasuki pelbagai pengalaman yakni proses belajar sedang berlangsung; (2) proses menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri pelajar sehingga dia benar-benar bersedia untuk belajar; dan (3) proses yang menyebabkan perhatian pelajar tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu masa, iaitu tujuan belajar. Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi atau tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak menyenangkan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) Tujuan Pendidikan Matematika seperti yang tertuang dalam SK-KD Matematika SMA sebagai berikut: Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

(25)

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pentingnya pelajaran matematika, bukan berarti seluruh siswa menyukai pelajaran matematika, pada umumnya siswa menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Ketakutan atau kecemasan siswa saat pelajaran matematika, mendengarkan guru, saat memecahkan permasalahan matematika, dan mendiskusikan matematika. Hal ini merupakan reaksi emosional dari siswa berupa perasaan takut, tegang, dan cemas bila berkaitan dengan matematika, manipulasi angka atau bilangan.

Matematika merupakan suatu bahasa atau bahasa simbol yang berlaku secara umum yang disepakati secara internasional bagi mereka yang mempelajarinya. Bahasa matematika ini sangat diperlukan untuk komunikasi dalam lingkungan masyarakat pendidikan, dengan kata lain komunikasi merupakan esensi dalam mengajar, belajar dan mengakses matematika.

(26)

IPA-3 SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan pada tanggal 15 September 2010 yaitu soal; Suatu kelas yang terdiri dari 40 siswa, 18 siswa hoby permainan bola voli, 25 hobi main basket, 10 siswa tidak hobi kedua permainan itu.

a. Berapa siswa yang suka kedua permainan bola voli dan bola basket ? b. Berapa siswa yang hanya suka permainan bola basket saja?

c. Jika diambil seorang siswa berap peluang yang terambil ádalah siswa yang hanya suka permainan bola voli saja?

Jawaban yang diharapkan dari siswa adalah : Diketahui : S adalah Jumlah seluruh siswa,

A jumlah siswa yang suka permainan bola voli B jumlah siswa main basket, maka

n(S) = 40, n(A) = 18, n(B) = 25, n(AB)’ = 10 Ditanya a. n(AB)

b. n(B – (AB)) c. P(A – (AB) Penyelesaian :

a. n(AB) = n(S) – n(AB)’ = 40 – 10

= 30

Jadi siswa yang menyukai kedua permainan itu sebanyak 30 orang b. n(AB) = n(A) + n(B) – n(AB)

(27)

= 13

n(B – (AB)) = n(B) – n(AB) = 25 – 13 = 12

Jadi siswa yang hanya menyukai permainan bola basket sebanyak 12 orang c. ) ( )) ( ( )) ( ( S n B A A n B A A

P     

n(A – (AB) = n(A) – n(AB) = 18 – 13 = 5

8 1 40 5 )) ( (     A B A

P

Dari hasil analisis jawaban siswa diperoleh 34, 58% menjawab benar, 65,42% menjawab salah, hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan siswa untuk mentransfer masalah dalam kehidupan seharí-hari kedalam matematika.

Contoh lain hasil temuan Saragih (2007) terhadap masalah yang yang berkaitan dengan topik perbandingan senilai yaitu : Misalnya seorang petani membeli 12 kg pupuk urea seharga Rp. 4500; berapah rupiah uang yang diperlukan untuk membeli sebanyak 72 kg?, menunjukkan banyak siswa kelas II SMP yang mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dikarenakan siswa sulit mentransformasi masalah sehari-hari dalam bentuk soal cerita ke dalam bentuk matematika.

(28)

pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat, , karena menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika; (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika; (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.

Disamping itu kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa, menurut Herdian (2010) Sedangkan kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.

(29)

dan diagram ke dalam ide matematika; 2) Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; 3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; 4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; 5) Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis; 6) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi; 7) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.

Dalam hal ini kemampuan komunikasi matematika siswa pada penelitian ini difokuskan kepada kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika

(30)

dimulai atau pada waktu pelajaran lain sedang berlangsung, 4) Pada waktu mengerjakan soal latihan masih banyak siswa yang menyelesaikan soal-soal latihan dikelas bergantung kepada teman sebangku atau teman yang lebih pintar, masih ada yang berpura-pura mengerjakan, membuat kesibukan lain sementara yang lain bekerja membahas soal, dan yang terang-terangan tidak mau mengerjakan latihan.

Permasalahan yang muncul tersebut di atas menunjukkan kurangnya aktivitas belajar siswa.hal ini dapat diungkapkan dari hasil observasi pendahuluan mengenai aktivitas belajar terhadap 40 siswa di kelas XI IPA-3 SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh data berikut: siswa yang menyelesaikan soal latihan sebanyak 8 orang, siswa yang berani bertanya dan mengemukakan ide/menjawab pertanyaan sebanyak 5 orang, siswa yang berani mempresentasikan jawaban kedepan kelas 4 orang, siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah tepat waktu 10 orang. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar matematika dirasa masih kurang. Jadi dari 40 siswa dalam kegiatan belajar didalam kelas hanya 20% siswa yang memahami materi pelajaran dengan baik, siswa yang mau terlibat secara aktif 12,5%, dan ketika diberi pekerjaan rumah hanya 25% siswa yang mampu menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

(31)

proses pembelajaran akan berjalan lebih aktif sehingga hasil pembelajaran akan lebih baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dani Ronie M (2005: 117), Pembelajar yang selalu antusias melakukan aktivitas di kelas, akan menghidupkan suasana belajar. Kelas akan terasa lebih aktif, semarak dan membahagiakan. Proses belajar-mengajar akan benar-benar sesuai dengan yang diinginkan. Mereka akan belajar dalam keadaan “fun” dan ini merupakan hakikat dari sebuah pembelajaran yang sejati.

Kebiasaan guru memberikan pembelajaran dengan menggunakan cara yang konvensional merupakan kebiasaan yang paling sering dilakukan seorang guru. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menjelaskan secara langsung dari materi tersebut, menyelesaikan beberapa contoh soal dan memberika soal latihan yang harus dikerjakan siswa. Seorang guru akan dikatakan pintar jika mampu menjelaskan isi pelajaran atau mengerjakan soal-soal dengan baik tanpa membawa sebuah bukupun kedalam kelas, sehingga siswa terkesima dengan penampilan guru, biasanya kelas yang seperti ini akan senyap dan yang kedengaran hanyalah suara guru yang menjelaskan atau bahkan sunyi sama sekali karena guru lagi asyik menulis dipapan tulis semantara siswa mencatat dibuku masing-masing.

(32)

sehingga siswa cendrung menghafal materi pelajaran matematika tersebut tanpa pemahaman konsepnya.

Proses pembelajaran yang demikian terkesan kaku, siswa kurang terbiasa menemukan, mengkontruksi dan mengalami sendiri pengetahuannya. Pola komunikasi satu arah mengakibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika tidak berkembang secara optimal. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan ide-ide kreatif, kemampuan berfikir stategis dan menemukan alternatif pemecahan masalah, tetapi mereka menjadi sangat tergantung pada guru, tidak terbiasa melihat alternatif lain yang mungkin dapat dipakai untuk menyelesaikan suatu masalah secara efektif dan efesien.

Mengamati hal ini, penulis sebagai guru matematika mempunyai tanggung jawab untuk membangkitkan motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik siswa, agar aktivitas belajar siswa terlaksana kearah yang lebih baik, melalui pendekatan pembelajaran yang lebih tepat. Memahami pola berfikir siswa sekarang yang mudah meniru dan memakai sesuatu yang mereka lihat dengan jelas dan nyata, penulis berasumsi bahwa pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan pembelajaran dengan Pembelajaran Matematika Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)).

(33)

memberikan contoh soal dan latihan, mereka mengenalkan objek-objek pembelajaran kepada siswa secara formal, sehingga aktivitas pembelajaran terpusat kepada guru, dan kurangnya keinginan dan kemampuan seorang guru untuk mencari pembaharuan-pembaharuan dalam pembelajaran. akibatnya pembelajaran matematika menjadi monoton dan kurang bermakna. Menyadari masalah ini sudah sepantasnya penulis berusaha untuk merobah pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yng diberikan , salah satu dari pendekatan yang menurut penulis cocok adalah pendekatan pembelajaran kontekstual.

Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat besar, siswa memperoleh pengetahuan dengan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya dengan cara beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL tidak hanya sekedar mencatat dan mendengarkan, tetapi belajar melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman itu perkembangan siswa dapat terjadi secara utuh, yang dapat berkembang baik secara kognitif, afektif juga psikomotor. Melalui CTL siswa diharapkan dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

Bertitik tolak pada permasalahan di atas maka diberikan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa serta dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMA. Untuk itu diadakan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Komunikasi

(34)

1.2. Identifikasi Masalah

Salah satu masalah dalam pendidkan matematika adalah rendahnya mutu pendidikan matematika itu sendiri, dari uraian di atas dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan matematika tersebut adalah sebagai berikut:

1. Siswa menganggap matematika itu suatu mata pelajaran yang menakutkan dan sulit sehingga kurang bergairah mempelajarinya.

2. Siswa malas mengerjakan pekerjaan rumah yang megakibatkan pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efesien.

3. Aktivitas belajar matematika siswa rendah

4. Kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah

5. Guru kurang memperhatikan strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

6. Dalam pelaksanaan Pembelajaran, guru selalu berfungsi sebagai sumber pengetahuan.

1.3. Pembatasan Masalah

(35)

dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa serta untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, masalah utama dalam penelitian ini ádalah: Bagaimanakah kemampuan komunikasi matemátika dan aktivitas belajar siswa SMA melalui pendekatan pembelajaran kontekstual. Dari rumusan masalah tersebut dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang proses pembelajarannya melalui pendekatan pembelajaran Kontekstual lebih baik dari siswa yang pembelajarannya melalui pendekatan konvensional? 2. Apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang aktivitas

belajarnya tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang aktivitas belajarnya rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh pendekatan pembelajran kontekstual dan aktivitas belajar siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk menelaah:

(36)

2. Perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang aktivitas belajarnya tinggi dengan siswa yang aktivitas belajarnya rendah

3. Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada fihak-fihak terkait, diantaranya :

1. Bagi siswa; membawa siswa kepada pembelajaran matematika yang lebih bermakna. sehingga siswa mempunyai aktivitas yang tinggi untuk belajar matematika, yang akhirnya bermuara pada peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa, dengan sendirinya hasil belajar yang memuaskan dapat dicapai dengan baik.

2. Bagi guru ;

a Akan menambah wawasan pada guru dalam mencari alternatif model pembelajaran matematika yang lebih tepat dan sesuai dengan materi pelajaran untuk mengatasi masalah di kelas

b Mengevaluasi metode yang dipergunakan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa .

3. Bagi sekolah, meningkatnya kualitas pembelajaran, akan mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa, yang intinya akan meningkatkan mutu sekolah dimata masyarakat sekitar.

(37)

a Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mencari alternatif model pembelajaran yang lebih tepat.

b Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian selanjutnya, serta profesionalnya sebagai guru.

1.7. Definisi Operasional

Beberapa istilah dalam penelitian ini perlu didefinisikan secara operasional agar tidak menimbulkan pemahaman ganda dan untuk memberikan arah yang jelas dalam pelaksanaannya. Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Kemampuan Komunikasi matematika yang dimaksud adalah kemampuan matematis siswa yang meliputi: Menghubungkan benda-benda nyata,; Menjelaskan idea; Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; Membaca dengan pemahaman; Membuat konjektur, Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini kemampuan komunikasi matematika siswa difokuskan kepada kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, merumuskan definisi matematika dan membuat konjektur.

(38)

3. Pendekatan Pembelajaran kontekstual yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Texching and Learnig (CTL), adalah Suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuh komponen utama yaitu Konstruktivisme, Inquiri, Bertanya, Masyarakat Belajar, Modeling, Refleksi dan asesment autentik yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

(39)

BAB V

KESI MPULAN DAN SARA N

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan memperhatikan aktivitas belajar siswa, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik dari siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

2. Kemampuan komunikasi matematika siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik dari siswa dengan aktivitas belajar rendah.

3. Tidak terdapat interaksi anatara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa.

5.2 Implikasi

Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat dikemukakan beberapa implikasi yaitu:

(40)

pembelajaran kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan yang dilaksanakan dikelas. Temuan ini juga memberikan implikasi bahwa seorang guru harus merancang pembelajaran dengan pendekatan yang menarik dan dapat menyenangkan bagi siswa sehingga siswa merasa mempelajari matematika suatu hal yang menyenangkan dan selalu berharap kedatangan guru matematikanya ke kelas.

2. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komuniksi matematika siswa, memberikan indikasi bahwa penerapan pembelajaran kontekstual tidak perlu ada pertimbangan atas kemampuan awal siswa, langsung dapat diterapkan.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk perbaikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut : 1. Bagi guru matematika

a. Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang innovatif khususnya dalam mengajarkan materi turunan .

(41)

mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pembelajaran menggunakan pendekatan yang digunakan.

c. Agar pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual lebih efektif diterapkan pada pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan pembelajaran yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik.

d. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang pembelajaran dan model pembelajaran yang innovatif agar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga kualitas pembelajaran dapat selalu ditingkatkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.

2. Kepada Lembaga terkait

a. Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual masih belum difahami betulbagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

(42)

3. Kepada peneliti lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal.

(43)
(44)

159

DAFTAR PUSTAKA

Andriani Melly. 2008. Komunikasi Matematika, (online) http://mellyirzal. blogspot.com/2008/12/komunikasi-matematika.html. akses 8 Desember 2012, 1335 WIB

Bambang R. Aryan Soekisno, 2008,

membangun-keterampilan-komunikasi- matematika-dan-nilai-moral-siswa-melalui-model-pembelajaran-bentang-pangajen, (online) rbaryans.wordpress.com/2008/10/28

/membangun- keterampilan-komunikasi-matematika-dan-nilai-moral-siswa-melalui-model-pembelajaran-bentang-pangajen/, akses 8 Desember 2012, 13’30 WIB

Dani Ronnie M, 2005 Seni Mengajar dengan Hati, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Djumanta W. 2008, Mahir mengembangkan Kemampuan Matematika untuk Kelas

XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (bse).

Harahap Rosliana, 2012, Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan

Koneksi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual dengan Kooperatif Tipe STAD di SMP Al-Washliyah 8 Medan, Tesis,Medan, Unimed

Herdian, 2012, kemampuan-komunikasi-matematis (online) http://herdy07. wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-matematis/, dakses 7 Desember 2012, 18.00 WIB

Iskandar Akbar, 2011, Penilaian Otentik (online), http://akbar-iskandar.blogspot

.com/2011/05/penilaian-otentik.html , diakses 26 Oktober 2013, 0530

WIB

Irianti Mitri, Dra. M.Si, 2010, Pembelajaran Kontekstual, (online), http://almasdi.

(45)

160

Kanginan M, 2008, Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI Sekolah Menegah

Atas/Madrasah Aliyah (Program Ilmu Pengetahuan Alam), Jakarta,

Grafindo

Kurniawan Ari, 2011,Komunikasi Dua Arah, http://ari-kurniawan-fh.web.unair.ac.id/artikel_detail-72237-Artikel%20-Komunikasi%20dua%

20arah.html (online) Akses 23 Oktober 2013, 09.30 WIB

Maulim Silitonga, Pasar, 2012, Statistik Teori dan Aplikasi dalam

Penelitian,Medan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan

Nurdin, Yurnalis, 2013,Apa Itu Pendekatan Kontekstual?, (online). http://bdkpalembang.kemenag.go.id/apa-itu-pendekatan-kontekstual-contextual-teaching-and-learning-ctl/ akses 24 Oktober 2013 05.00 WIB Rifqie. 2009. Teori Vygotsky (online): http://riefqie-yupss.blogspot.com diakses;

10 Desember 2009)

Ruseffendi,ET 1993, Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi 1993

Sagala Syaiful, Dr.2009, Konsep dan Makna Pembelajaran,Bandung, AlfaBeta Sanjaya Wina, 2006 Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta Kencana.

Saragih,S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematika Siswa Sekolah menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik, Disertasi tidak diterbitkan. Bandung : Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Sardiman, A.M, 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sayful Bahri Djamarah, Drs. 1997, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi

Edukatif, Padang, Rios Multi Cipta.

(46)

161

Soedyarto N, 2008, Matematika untuk SMA dan MA kelas XI Program IPA

karangan, Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

(bse)

Songgok J. Robert, 2009, Motivasi dalam Belajar, http://www.oocities.org/

usrafidi/motivasi.html, akses Jumat 7 Desember 2012,17.45. WIB

Sudrajat, 2010, Gerakan Pendekatan Kontekstual dalam Matematika sebuah

Kemajuan atau Jalan Ditempat, (online) http://rbaryans. wordpress.com.gerakan-pendekatan-kontekstual-baca-ctl dalam-matematika-sebuah-kemajuan-atau-jalan-di-tempat/, diakses Selasa, 28 Desember 2010, 13.20 WIB

Sujarwo, M.Pd. 2007, Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran di SMP, (online) , http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ sujarwo-mpd/pendekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-di-SMP, MAKALAH. Disampaikan dalam Kegiatan Inhouse Training (IHT)

Sukmawati Dian, 2013, Pengertian Belajar dan Mengajar, http://panduanguru.com/pengertian-belajar-dan-mengajar/, akses 24 Oktober 2013, 10.30 WIB

Sunray, 2009, Authenthic Assassment Sebagai Evaluasi, (online) http://sunray04.

blogspot.com/2009/06/authentic-ssessment-sebagaievaluasi. html, diakses

31 Oktober 2010, 20.45 WIB

Suprianto J, 1995, Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Ke lima Jilid 1, Jakarta, Erlangga

Suprianto J, 1997, Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Ke lima Jilid 2, Jakarta, Erlangga

Taqdir Meity Qodratillah,2011, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, edisi

pertama, Jakarta, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Trianto, S.Pd. M.Pd.2008, Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual

Teaching And Learning) Di Kelas, Jakarta, Cerdas Pustaka Publisher

(47)

162

Valmband. 2009 . teori Perkembangan Kognitif Vygotsky, (online).

http://valmbad.multiply.com, diakses : 10 Desember 2009.

Wawan Juinaidi, 2010, Contextual Teaching And Learning, (online)

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/contextual-teaching-and-learning-ctl.html, akses 1 Juni 2010 , 21.30 WIB

Wikipedia,2013, Komunikasi Dari Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia

bebas,http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi, akses 23 Oktober 2013,,

Gambar

Gambar 4.1 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal nomor 1  Gambar 4.2 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal nomor 2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk memproduksi karpet ramah lingkungan “styro karpet” yang nyaman dan empuk diperlukan bahan baku yang baik dan berkualitas seperti motif kain yang bagus dengan pori

Produsen Yamaha yang sudah lama ada di Indonesia dan menguasai pemasaran sepeda motor di tanah air juga merasa khawatir dengan hal ini, karena kompetitor dari cina juga

Peralatan bor listrik ini digunakan untuk mengebor atau membuat lubang pada benda yang terbuat dari fiberglass, karena sifat bahan dari fibarglass adalah keras mudah

Kesimpulan : Kader gizi tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) berpengetahuan baik sebanyak 43 responden atau 91.5%, Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kader

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengeksplorasi bagaimana kebijakan Pemerintah Indonesia dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati, khususnya dalam

Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan 20 m/s mendekati sumber bunyi 680 Hz yang dalam keadaan diam.. Semangkuk sop 255 g dipanaskan menggunakan pemanas microwave