• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRIBUSI PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP PENERIMAAN NEGARA SETELAH PRIVATISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONTRIBUSI PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP PENERIMAAN NEGARA SETELAH PRIVATISASI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS CONTRIBUTION OF INDONESIA RAILWAYS COMPANY TOWARDS STATE REVENUE AFTER PRIVATIZATION

By

PANDY OKA

Indonesia Railways Company is one of state-owned enterprise that serves many people in the transportation sector has social functions and economic functions. This research aims to determine how much the profit contribution of Indonesia Railways Company to the state revenue for state-owned enterprise’s dividend income through descriptive analysis. Time-series of secondary data from publications data office of Indonesia Railways Company, Ministry of State Enterprises office in privatization field, and Central Bureau of Statistics office in Lampung were used in this research.

Privatization of state-owned enterprise at Indonesia Railways Company was implemented with a privatization method of Initial Public Offering (IPO). The results of this research indicate that the implementation of privatization policies that have been set by the government at Indonesian Railways company is the reformation of the railway sector through the relationship between railway managers (operators) with government as well as build the foundation for private sector participation, rationalization of capital investment in the railway sector, railway development and operational management, and the increase of physical capacity in the main corridor of the train have been giving the increase of gain admission to Indonesia Railways company compared to prior to the privatization policy. After privatization in 2002-2011, the average of Indonesian Railways company contribution increased to 2,09% compared to before privatization (1992-2001) 1,09%. So, by implementing privatization policies give effect pretty good for the development of railways in Indonesia, particularly in improving the state Revenue of SOE’s profit.

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KONTRIBUSI PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP PENERIMAAN NEGARA SETELAH PRIVATISASI

Oleh

PANDY OKA

PT. Kereta Api Indonesia merupakan salah satu BUMN yang melayani hajat hidup orang banyak dalam bidang transportasi memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi laba PT. Kereta Api Indonesia terhadap penerimaan Negara atas bagi laba BUMN melalui analisis deskriptif. Data sekunder runtun waktu yang bersumber dari data publikasi kantor PT. Kereta Api Indonesia, kantor Kementerian Negara BUMN bidang privatisasi, dan kantor Biro Pusat Statistik Lampung digunakan dalam penelitian ini.

Privatisasi BUMN yang dilakukan pada PT. Kereta Api Indonesia dilaksanakan dengan metode privatisasi Initial Public Offering (IPO). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa implementasi kebijakan privatisasi yang telah ditetapkan pemerintah pada PT. Kereta Api Indonesia adalah reformasi sektor perkeretaapian melalui hubungan antara pengelola kereta api (operator) dengan pemerintah sekaligus membangun landasan dalam mendorong partisipasi swasta, rasionalisasi investasi modal sektor perkeretaapian, pengembangan manajemen dan operasional perkeretaapian, dan peningkatan kapasitas fisik pada koridor utama kereta api telah memberikan peningkatan terhadap penerimaan Laba PT. Kereta Api Indonesia dibandingkan sebelum adanya kebijakan privatisasi tersebut. Secara rata-rata kontribusi PT. Kereta Api Indonesia setelah privatisasi (2002-2011) mengalami peningkatan sebesar 2.09% jika dibandingkan sebelum privatisasi (1992-2001) sebesar 1.09%. Sehingga adanya kebijakan privatisasi memberikan efek yang cukup baik bagi perkembangan perkeretaapian di Indonesia, khususnya dalam peningkatan Penerimaan Laba Bagi Hasil BUMN.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

C. Sumber-sumber Penerimaan Negara ... 18

D. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)... 21

E. Prinsip GCG (Good Corporate Governance) ... 25

(5)

a. Sumber Daya Manusia ... 41

b. Prasarana Perkeretaapian ... 42

c. Sarana Perkeretaapian ... 43

d. Produk Bisnis Inti ... 44

e. Aset Potensial ... 44

IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan ... 46

1. Kinerja PT. KAI ... 46

2. Kebijakan Privatisasi ... 51

3. Implementasi Kebijakan Privatisasi Pada PT. KAI ... 55

4. Penerimaan Negara Atas Bagi Laba BUMN setelah Kebijakan Privatisasi ... 58

B. Hasil Perhitungan Kontribusi Laba PT. KAI ... 62

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 67

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kontribusi Laba PT. Kereta Api Indonesia terhadap

Penerimaan Bagian Pemerintah Atas Laba BUMN

(7)

Tabel Halaman

1. Penerimaan Negara Atas Bagian Laba BUMN (Dalam miliar rupiah)... 4

2. Ringkasan Sejarah Perkeretaapian Indonesia... 6

3. Dividen dan Dividen Payout (Payout Ratio) PT. Kereta Api Indonesia (Dalam miliar rupiah) ... 7

4. SDM PT. KAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

5. SDM PT. KAI Berdasarkan Usia ... 42

6. Panjang Lintasan Kereta Api di Jawa dan Sumatera ... 43

7. Data Perlintasan PT. KAI (Unit) ... 43

8. Aset Sarana Kereta Api ... 43

9. Volume KA Penumpang ... 44

10. Volume KA Barang... 44

11. Pengusahaan Aset di PT. KAI ... 45

12. Kontribusi Laba PT. KAI terhadap BL-BUMN Tahun 1992-2001 (dalam miliar rupiah)... 63

(8)

ANALISIS KONTRIBUSI PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP PENERIMAAN NEGARA SETELAH PRIVATISASI

Oleh PANDY OKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(9)

Nama Mahasiswa : Pandy Oka

Nomor Pokok Mahasiswa : 0711021079

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI Komisi Pembimbing

Pembimbing I

M.A. Irsan Dalimunthe, S.E. NIP. 19521983031003

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : M.A. Irsan Dalimunthe, S.E. ………

Penguji Utama : Yourni Atmadja, S.E., M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP. 196109041987031011

(11)

“Berharaplah setiap hembusan nafasmu terbayarkan dengan tindakan

maksimalmu”.

(12)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis

dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sanksi sesuai peraturan yang berlaku.”

Bandar Lampung, Mei 2013

Penulis

(13)

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Papa dan Mamaku tercinta..

Kak Julie dan Bang Novri..

Mas Deto dan Mba Rima..

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 8 Oktober 1989, sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan Kusmani dan Alm. Norma Harahap.

(15)

Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kontribusi PT. Kereta Api Indonesia Terhadap Penerimaan Negara Setelah Privatisasi”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak M.A. Irsan Dalimunthe, S.E., sebagai pembimbing skripsi. 4. Bapak Yourni Atmaja, S.E., M.Si., sebagai dosen penguji.

5. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik.

6. Keluargaku, Papa, Mama, Kak Julie, Bang Novri, Mas Deto, Mba Rima, Fadli, dan Anggi atas semangat, doa, dan dukungan moril atau materil demi kelancaran kuliahku.

7. Ibu Yati, Bang Herman, Ibu Mar, Mas Wandi, Mpok Nurul, Mas Nanang, Pak Feri, dan Yuk Ani yang telah membantu kelancaran proses skripsi saya. 8. Sahabat-sahabatku Iboy, Ipam, Capunk, Rio, Oksi, Riki, Boy, d’bis, Adin

(16)

9. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan Angkatan 2007 Dani, Sena, Anton, Nisa, Nina, Tya Yunda, Dian, Ari Jiun, Ratna, Tyas, Galuh, Ajunk, Diki, Sance, Candra, Topan, Evi, Eldo, Zuki, Novia, Atu Rika, Qorina, Ado, Alfi, Ijal, Sandi.

10.Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2008 Ferli, Indra, Nasir, Angga, Mizan, Prima, Apri Tua, Iduy, Wong, Amel, Nice, Ratih, Dioda, Eva, Oci, Annisa, Tama, Odi, Edo.

11.Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2009 Ncay, Inot, Gogor, Candra, Ari Cool, Windy, Nday, Tiya, dan Gondes.

12.Teman-teman kampusku Bang Mandala, Bang Marta, Bang Ago, Bang Bagas, Bang Weli, Tonang, Deni Unyil, Lintong, Anton, Babon, Wong, Valent, dan Mas Win.

13.Kekasihku Fatimah Mulyasari.

Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945 seperti tercantum dalam perencanaan pembangunan jangka panjang sehingga peran serta dari berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta sangat diharapkan demi terjaganya kesinambungan pembangunan.

(18)

2

meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai piranti kebijaksanaan fiskal merupakan rincian rencana kegiatan operasional pemerintah dan

pembangunan. Penyusunan anggaran dilakukan dengan cermat agar mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam struktur APBN terdapat pos-pos penerimaan negara yang terdiri dari:

I. Penerimaan Dalam Negeri (Domestic Revenue) yaitu: 1. Penerimaan Pajak (Tax Revenue):

1.1. Pajak Dalam Negeri (Domestic Taxes) seperti: 1.1.1.Pajak Penghasilan (Income Tax)

1.1.2.Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) 1.1.3.PBB (Land and Building Tax)

1.1.4.Cukai (Excises)

1.1.5.Pajak Lainnya (Other Tax)

1.2. Pajak Perdagangan Internasional (International Trade Tax) seperti: 1.2.1.Bea Masuk (Import Duties)

1.2.2.Pajak Ekspor (Export Tax) 2. Penerimaan Bukan Pajak (Non-tax Revenue):

2.1. Penerimaan Sumber Daya Alam (Natural Resources) 2.2. Bagian Laba BUMN (Profit Transfer from SOE’s)

(19)

II. Penerimaan Pembangunan 1. Bantuan Program 2. Bantuan Proyek

Salah satu komponen penerimaan negara bukan pajak yang cukup signifikan

dalam memberikan kontribusi terhadap penerimaan PNBP adalah penerimaan

bagian pemerintah atas laba BUMN. BUMN memang diharapkan dapat

berkontribusi pada penerimaan negara dari sektor pajak dan non-pajak. Apabila, kinerja BUMN rendah, maka bukan penerimaan negara yang diraih, melainkan dapat menimbulkan beban tambahan karena turut membengkakkan pengeluaran negara.

Dalam pasal 33 ayat 2 UUD 1945 menyatakan secara eksplisit bahwa negara akan mengambil peran dalam kegiatan ekonomi dalam bentuk perusahaan. Oleh karena itu, selama pasal 33 UUD 1945 masih tercantum dalam konstitusi maka selama itu pula keterlibatan pemerintah (termasuk BUMN) dalam perekonomian Indonesia masih tetap diperlukan dalam sistem perekonomian nasional yaitu dalam peran alokasi. Hingga saat ini peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Disamping itu juga, BUMN mempunyai peranan yang strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut

membantu usaha kecil/koperasi.

(20)

4

Tahun 2003 sebagai pengganti UU No. 9 Tahun 1969 sebagai landasan hukum pengelolaan BUMN, dimana sistem pengelolaan BUMN menjadi berbeda yaitu fungsi regulator dan operator secara tegas menjadi berbeda dan dipisahkan. Selain itu, di dalam UU BUMN tersebut terdapat landasan hukum untuk pelaksanaan program restrukturisasi dan privatisasi. Program privatisasi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepemilikan saham persero.

Dalam penjelasan Pasal 4 ayat 1 UU BUMN, yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dan APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN, untuk selanjutnya pemberiaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

Tabel 1. Penerimaan Negara Atas Bagian Laba BUMN (Dalam miliar rupiah)

Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) Lampung

(21)

10.414,00 meningkat pada tahun berikutnya (2004) yaitu sebesar Rp 11.545,00. Namun, pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar Rp 954,00. Kemudian, pada tahun 2006 kontribusi bagi laba BUMN sebesar Rp 23.278,00, terjadi kenaikan sebesar Rp 12.687,00 dan tahun 2007 kontribusi yang diberikan oleh bagi laba BUMN mengalami penurunan sebesar Rp 4.178,00 sehingga menjadi Rp 19.100,00. Penurunan ini dapat disebabkan oleh kondisi internal BUMN yaitu kinerja keuangan BUMN itu sendiri dan juga bisa karena kondisi eksternal BUMN yaitu PELT (Politic, Economic, Legal and Technology). Sedangkan pada tahun 2008, 2009, dan 2010 kembali terjadi peningkatan yang cukup signifikan untuk memperbaiki kondisi penurunan sebelumnya. Kontribusi BUMN terhadap penerimaan negara bersumber dari dividen BUMN, pajak yang disetorkan BUMN dan hasil privatisasi BUMN. Pada periode tahun 2000-an ini terjadi pertumbuhan kontribusi dividen. Pertumbuhan tersebut disamping karena perbaikan keuntungan BUMN, juga disebabkan karena kebijakan pemerintah untuk meningkatkan dividen payout ratio dari rata-rata 20% sebelum krisis moneter 1997, menjadi

sekitar 50% setelah krisis moneter.

PT. Kereta Api Indonesia yang merupakan salah satu BUMN yang melayani hajat hidup orang banyak dalam bidang transportasi memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosialnya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang menggunakan jasa transportasi kereta api sedangkan fungsi ekonominya yaitu mencari keuntungan atas pelayanan jasa yang telah diberikan, yang nantinya pendapatan tersebut akan masuk pada kas perusahaan dan sumbangan pada

(22)

6

PT. Kereta Api Indonesia harus menjalankan kedua fungsi tersebut secara seimbang yaitu memberikan pelayanan kepada konsumen serta mendapatkan keuntungan sebagai fungsi ekonominya yang akan memberikan kontribusi pada penerimaan negara. Sebagai perusahaan negara PT. Kereta Api Indonesia juga melaksanakan kewajibannya kepada negara dengan memberikan sebagian laba perusahaannya kepada negara.

Tabel 2. Ringkasan Sejarah Perkeretaapian Indonesia

Periode Status Dasar Hukum

Th. 1864 Pertama kali dibangun Jalan Rel sepanjang 26 km antara Kemijen Tanggung oleh Pemerintah Hindia Belanda

1864 s.d 1945 Staat Spoorwegen (SS)

Verenigde Spoorwegenbedrifj (VS) Deli Spoorwegen Maatschappij

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

Instruksi Direksi No. 16/OT.203/KA 2010 Sumber: www.kereta-api.co.id

(23)

Tabel 3. Dividen dan Dividen Pay Out (Payout ratio) PT. Kereta Api Indonesia (Dalam miliar rupiah)

Tahun Dividen

Tabel 3 menunjukan posisi keuangan PT. Kereta Api Indonesia yaitu posisi dividen dan payout ratio. Payout ratio yaitu rasio antara dividen dan laba bersih. Kebijakan dividen yang ditetapkan 50% terhadap laba bagian pemerintah bagi masing-masing BUMN. Penerapan kontribusi dividen atas laba BUMN sebesar angka tertentu (misal 50 %) sebagai penerimaan Bukan Pajak pada Pos

Penerimaan Dalam Negeri dapat mempunyai implikasi yang sangat kompleks kepada ekonomi makro (public finance) berupa target penerimaan APBN maupun aspek ekonomi mikro yaitu dari kinerja manajemen keuangan dan strategi

ekspansi BUMN itu sendiri.

(24)

8

penyebabnya adalah adanya beban yang diberikan oleh pemerintah kepada PT. Kereta Api Indonesia untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat sedangkan PT. Kereta Api Indonesia ini juga harus dapat memberikan kontribusi laba yang maksimal pada penerimaan negara.

PT. Kereta Api Indonesia juga mengalami kesulitan dalam hal permodalan serta pendapatan yang dihasilkan juga termasuk rendah. Pemerintah mulai mengurangi subsidi seiring dengan mulai diberlakukannya kebijakan privatisasi, tetapi PT. Kereta Api Indonesia semakin dituntut untuk lebih meningkatkan kontribusinya terhadap penerimaan negara. Kinerja pegawai, operasional, dan keuangan pada BUMN ini berada ditingkat yang rendah. Minimnya modal yang dimiliki menyebabkan operasional kereta api memiliki mutu yang rendah, misalnya saja seringnya terjadi keterlambatan kereta dan seringnya terjadi kecelakaan kereta api yang disebabkan oleh kesalahan teknis maupun kesalahan manusia (human error). Dengan demikian diperlukan suatu kebijakan yang dapat membantu memperbaiki serta mengatasi permasalahan yang terjadi di perusahaan tersebut. Kebijakan privatisasi yang dilakukan pemerintah menjadi kebijakan utama yang dilaksanakan untuk memperbaiki kondisi BUMN ini.

(25)

Washington yang dilakukan IMF sehingga Indonesia ikut melaksanakan kebijakan privatisasi pada beberapa BUMN.

Penjualan sebagian saham perseroan (privatisasi) tidak hanya akan dapat menambah penerimaan negara, tetapi sekaligus dapat meningkatkan nilai perseroan sebagai konsekuensi dari statusnya yang dapat lebih meningkatkan penerapan prinsi-prinsip Good Corporate Governance. Peningkatan nilai tersebut pada gilirannya akan meningkatkan kontribusi kepada negara dalam bentuk peningkatan pembayaran pajak dan bagi laba (dividen) kepada pemerintah.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan adalah ”Seberapa besar kontribusi laba PT. Kereta Api Indonesia terhadap penerimaan negara atas bagi laba BUMN?”

C. Tujuan Penulisan

(26)

10

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945. Peningkatan kinerja dan

FUNGSI BUKAN PAJAK ATAS BAGI

(27)

kontribusi harus terus ditingkatkan agar peranan BUMN dalam pemulihan perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan rakyat makin meningkat.

Pemerintah memberikan kesempatan kepada pihak swasta dalam kepemilikan BUMN, sehingga BUMN dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Karena efektifitas dan efisiensi merupakan ciri teori barang swasta (Guritno, 1991:89). Penjualan saham perseroan tidak hanya dapat meningkatkan penerimaan pemerintah, tetapi sekaligus akan dapat meningkatkan nilai perseroan sebagai konsekuensi dari statusnya yang dapat lebih menekankan praktek-praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dan meningkatkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Peningkatan nilai tersebut pada gilirannya kembali akan meningkatkan kontribusi kepada negara dalam bentuk peningkatan pembayaran pajak dan bagian laba (dividen) kepada pemerintah. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dalam hal ini PT. Kereta Api Indonesia merupakan salah satu barang publik. Laba merupakan kelebihan penghasilan atas biaya-biayanya dan dalam suatu perusahaan industri merupakan selisih antara hasil penjualan bersih dan harga pokok penjualan serta biaya operasinya. Besarnya laba biasanya ditentukan dalam jangka waktu tertentu dengan satuan tetapan rupiah.

(28)

12

Semakin besar persentase dividen yang dibagikan berarti semakin kecil proporsi laba ditahan. Semakin kecil proporsi laba ditahan berarti semakin kecil pula proporsi dana yang tersedia untuk mengembangkan usaha. Secara teoretis, Miller dan Modigiliani (MM) (1961) menyatakan tidak ada hubungan antara kebijakan pembagian dividen dengan nilai perusahaan. Artinya, di mata investor publik, nilai perusahaan tidak dipengaruhi apakah perusahaan membagikan dividen atau tidak.

Kontribusi dividen yang cukup besar dalam penerimaan bagian pemerintah

atas laba BUMN tersebut, diberikan oleh BUMN yang bergerak di sektor-sektor

perbankan, jasa keuangan, konstruksi, usaha pertambangan, industri

strategis, serta energi, telekomunikasi, dan transportasi. Kemampuan dalam

meningkatkan laba dan nilai perusahaan serta meningkatkan kontribusi BUMN terhadap anggaran pemerintah.Dividen Payout ratio yaitu rasio antara dividen dan laba bersih. Kebijakan dividen yang ditetapkan 50% terhadap laba bagian

pemerintah bagi masing-masing BUMN. Pemerintah harus melakukan perbaikan-perbaikan yang berkaitan dengan kebijakan dividen BUMN yang optimal terhadap penerimaan APBN dan pengembangan usaha BUMN seperti kebijakan

penyusunan data base kondisi internal-eksternal BUMN, penyusunan positioning matrix BUMN berdasarkan simulasi dividen BUMN, mendorong kinerja BUMN

menjadi sehat.Kebijakan penetapan dividen BUMN terhadap APBN harus mempunyai aspek strategik, konseptual, dan operasional yang jelas sehingga governance bagi pemerintah sendiri sebagai pemilik saham BUMN, organ BUMN

(29)

Formulasi kebijakan dividen yang dilakukan secara tepat dan mengakomodasikan kondisi usaha BUMN, maka akan menguntungkan dua pihak, yaitu pemerintah pada target makro penerimaan APBN dan terciptanya sistem insentif yang kondusif bagi usaha BUMN.

Salah satu komponen PNBP yang juga cukup signifikan dalam memberikan

kontribusi terhadap penerimaan PNBP adalah penerimaan bagian pemerintah

atas laba BUMN. Perkembangan realisasi jenis penerimaan ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain:

1. Perkembangan kondisi fundamental ekonomi, baik domestik maupun

internasional, kondisi fundamental ekonomi berpengaruh pada tingkat

aktivitas/operasional masing-masing BUMN, baik dalam skala nasional

maupun internasional, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

perolehan laba setelah pajak.

2. Laba bersih setelah pajak.

3. Kebijakan dividen payout ratio yang ditetapkan 50 persen terhadap laba bagian pemerintah bagi masing-masing BUMN, kecuali BUMN

minoritas.

Peningkatan pendapatan negara yang dititikberatkan pada peningkatan

penerimaan perpajakan dan optimalisasi penerimaan negara bukan pajak

(PNBP) yang salah satunya dipengaruhi oleh perbaikan kinerja PT. Kereta Api

(30)

14

E. Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penulisan ini.

Bab III Metode Penelitian yang berisikan Data dan Sumber Data, Alat Analisis, dan Gambaran Umum PT. Kereta Api Indonesia. Bab IV Hasil Perhitungan dan Pembahasan.

Bab V Simpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi dan Peran Pemerintah

Dalam setiap sistem perekonomian pemerintah selalu memainkan peran sangat penting. Melalui teori Adam Smith mengemukakan bahwa pemerintah hanya mempunyai tiga fungsi yaitu:

1. Fungsi pemerintah untuk memelihara pertahanan dan keamanan negara. 2. Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan.

3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

Dalam perekonomian modern fungsi dan peranan pemerintah pun mengalami perubahan sebagai berikut:

a. Peran Alokasi adalah peran pemerintah untuk menghasilkan dan

mengusahakan agar pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara optimal.

(32)

16

c. Peran Stabilisasi adalah peran pemerintah untuk meningkatkan

kesempatan kerja serta stabilitas harga barang-barang kebutuhan ekonomi yang mantap dan tingkat pertumbuhan yang memadai.

Sedangkan dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya. Menurut Adam Smith peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam:

a. Peran Alokasi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk mengalokasikan sumber-sumber dana agar lebih optimal penggunaannya.

b. Peran Distribusi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk menyesuaikan pembagian pendapatan dan mensejahterakan masyarakat.

c. Peran Stabilisasi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk meningkatkan kesempatan kerja serta stabilitas harga barang-barang kebutuhan ekonomi yang mantap (Guritno Mangkoesebroto, 1993:2).

B. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

(33)

Anggaran (budget) adalah suatu daftar atau pernyataan terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang biasanya adalah satu tahun. Dalam usaha peningkatan APBN pada pos penerimaan negara, pemerintah menetapkan kebijaksanaan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tertuang dalam Undang-undang RI No. 19 Tahun 2003.

Tujuan APBN adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi, memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan perekonomian untuk mencapai

kemakmuran masyarakat. Tujuan APBN menyangkut dua aspek dalam mengelola keuangan negara, yaitu aspek sosial untuk melestarikan kehidupan yang adil dan sejahtera, dan aspek ekonomis yang merupakan cara pemerintah untuk

mengadakan distribusi baik dari segi penerimaan maupun pengeluaran secara adil pada setiap sektor.

Ada dua sisi dalam budget atau anggaran yaitu sisi penerimaan rutin atau penerimaan dalam negeri (Domestic Revenue) dan sumber penerimaan pembangunan. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan pajak (Tax Revenue) yaitu pajak dalam negeri (Domestic Taxes) dan pajak perdagangan

internasional (International Trade Tax), penerimaan bukan pajak lainnya (Other Non-tax Revenue). Penerimaan pembangunan terdiri dari bantuan program dan

(34)

18

sebagai sumber tambahan bagi pengimpor barang modal, barang baku, pangan yang semuanya guna memantapkan pembangunan. Sedangkan bantuan proyek membantu menambah dana untuk ekspansi, rehabilitasi maupun untuk

pembangunan proyek-proyek yang meliputi bidang telekomunikasi, listrik, pengairan, pendidikan, keluarga berencana serta prasarana lainnya.

Kebijaksanaan APBN disusun atas tiga prinsip, yaitu:

1. Prinsip Anggaran Berimbang yaitu suatu anggaran dimana sisi penerimaan sama dengan sisi pengeluaran.

2. Prinsip Anggaran Dinamis yaitu terbagi atas dua pengertian berupa Anggaran Dinamis Absolut dan Relatif. Anggaran Dinamis Absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana jumlah tabungan pemerintah dari tahun ketahun ke tahun mengalami peningkatan, sehingga kemampuan menggali sumber dalam negeri bagi biaya pembangunan yang tercapai. Sedangkan Anggaran Dinamis Relatif dapat diartikan suatu kondisi dimana semakin kecilnya persentasi ketergantungan pembiayaan terhadap bantuan luar negeri.

3. Prinsip Anggaran Fungsional yaitu bahwa fungsi dari bantuan luar negeri hanya untuk membiayai pengeluaran pembangunan dan bukan untuk pengeluaran rutin.

C. Sumber-Sumber Penerimaan Negara

(35)

Adapun sumber-sumber penerimaan negara dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Pajak ialah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang

dipaksakan dengan tanpa balas jasa yang secara langsung dapat ditunjuk. Misalnya: Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Retribusi ialah suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut. Misalnya: pelayanan perparkiran oleh pemerintah.

3. Keuntungan yang diperoleh dari perusahan-perusahaan negara (bagian laba BUMN).

4. Denda dan Sita diperoleh pemerintah dari memungut denda atau menyita aset milik masyarakat, apabila masyarakat (individu/kelompok/organisasi) diketahui telah melanggar peraturan pemerintah. Misalnya: denda

pelanggaran lalu lintas dan penyitaan barang-barang ilegal.

5. Pencetakan Uang dilakukan pemerintah umumnya untuk menutupi defisit anggaran, ini dilakukan apabila tidak ada alternatif lain.

6. Pinjaman merupakan sumber penerimaan negara yang dilakukan apabila terjadi defisit anggaran. Pinjaman dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri.

(36)

20

hibah. Sumbangan, hadiah, dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah.

8. Penyelenggaraan Undian Berhadiah yang dilakukan pemerintah dengan menunjuk suatu institusi tertentu sebagai penyelenggara. Jumlah yang diterima pemerintah adalah selisih dari penerimaan uang undian dikurangi dengan biaya operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan.

Kekayaan atau aktiva pemerintah merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting bagi kegiatan pemerintah dalam melaksanakan tugasnya untuk mengabdi atau melayani masyarakat. Kekayaan pemerintah dapat diklarifikasikan menjadi: 1. Kekayaan pemerintah yang tidak menghasilkan pendapatan

Kekayaan pemerintah dibeli atau diperoleh tidak semata-mata ditujukan sebagai sumber penghasilan tetapi ditujukan untuk melancarkan kegiatan pemerintah. Kegiatan pemerintah memang tidak bertujuan mencari untung atau mendapatkan penghasilan akan tetapi melayani masyarakat sebagai keseluruhan, termasuk mengabdi pada kepentingan umum dan selalu mensejahterakan kepada kepentingan umum.

2. Kekayaan pemerintah yang memberikan sumber pendapatan

(37)

Perusahaan-perusahaan negara atau perusahaan-perusahaan yang diselenggarakan oleh negara tidak ditujukan untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya tetapi terutama untuk melayani kepentingan atau kesejahteraan umum.

Penerimaan yang berasal dari perusahaan negara dibedakan menjadi:

1. Penerimaan yang bersifat hukum privat yang terdiri dari konsensi, keuntungan perusahaan, dan perusahan campuran.

2. Penerimaan yang bersifat hukum publik yang terdiri dari retribusi dan provenue perusahaan retributif dan monopoli fiskal.

Penerimaan negara yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari penerimaan dalam negeri maupun pembangunan akan digunakan untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan rutin dan pembangunan yang sesuai dengan prioritas dan tahap

pembangunan yang telah ditetapkan.

D. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

(38)

22

Perusahaan negara merupakan badan usaha negara yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. Perusahaan negara pada dasarnya memiliki dua elemen esensial yakni unsur pemerintah (public) dan unsur bisnis (enterprise). Besarnya persentasi masing-masing elemen tersebut tergantung pada jenis atau tipe perusahaan tersebut.

Maksud dan tujuan pendirian BUMN menurut pasal 2 UU No. 19 tahun 2003: 1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada

umumnya dan penerimaan negara pada khususnya 2. Mengejar keuntungan

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak 4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh

sektor swasta dan koperasi

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1983 yang meliputi ketiga

BUMN yaitu Persero, Perum, dan Perjan bahwa maksud dan tujuan BUMN yaitu: 1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian negara pada

umumnya dan penerimaan negara pada khususnya 2. Mengadakan pemupukan keuntungan dan pendapatan

(39)

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi

5. Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkap kegiatan swasta dan koperasi dengan antara lain menyediakan kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun jasa dengan memberikan pelayanan yang bermutu dan memadai

6. Turut aktif memberikan bimbingan kepada sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi

7. Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya

(40)

24

Maksud dan Tujuan Persero dan Perum adalah:

1. Maksud dan tujuan pendirian Persero (Pasal 12) adalah:

a) Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.

b) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. 2. Maksud dan tujuan pendirian Perum (Pasal 36) adalah:

a) Menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang

terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

b) Untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan sebagaimana sebelumnya, dengan persetujuan Menteri, Perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

Karakter Umum Badan Usaha Milik Negara:

a. Dibentuk secara murni atau berasal dari hasil nasionalisasi perusahaan swasta untuk mengemban berbagai fungsi ekonomi yang diberikan oleh negara kepada mereka.

b. Berada diantar kepentingan sosial politik dan ekonomi, sehingga bisa dijadikan kendaraan politik dan sosial pemerintah yang berakibat bisnis yang dijalankan kurang murni dan kurang efisian.

c. Sebagian besar BUMN memonopoli berbagai bidang usaha untuk memenuhi dan melindungi kepentingan nasional, sehingga dengan kekuasaan monopoli tersebut manajemen BUMN tidak menginginkan kompetisi, dan

(41)

d. BUMN di Indonesia berjumlah 157 pada Tahun 2006, yang menjalankan bisnis hampir diseluruh sektor perekonomian, meliputi antara lain: i. Argo-industri dan perikanan

ii. Industri strategis dan aneka industri iii. Pertambangan

iv. Logistik

v. Jasa keuangan, Perbankan, dan Jasa Lainnya vi. Konstruksi

e. Fungsi BUMN:

i. Menjalankan fungsi Public Service Obligation

ii. Melakukan fungsi komersil dan bisnis murni (for privatization).

E. Prinsip GCG (Good Corporate Governance)

Pengertian dari prinsip Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang dapat diterapkan untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga mampu mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan resiko secara efektif dan efisien, serta pertanggungjawaban perusahaan terhadap pemegang saham dan stakeholders. Untuk terselenggaranya sebuah good corporate governance harus dilandasi oleh transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas dan fairness.

(42)

26

Akuntabilitas (accountability) adalah pertanggungjawaban jajaran direksi komisaris dan pemegang saham (stakeholders) dalam pengelolaan BUMN. Responsibilitas adalah BUMN sebagai salah satu bagian dari masyarakat mematuhi seluruh peraturan dan perundangan di Indonesia.

Fairness adalah seluruh kebijakan dan keputusan yang diambil selalu memperhatikan prinsip equality (persamaan) terhadap semua pihak. (Ismed HP dan Anwari WMK;2004,88).

Sedangkan prinsip-prinsip good corporate governance dalam pengelolaan BUMN yang terdapat dalam Master Plan BUMN 2002-2006 yaitu:

1. Meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan restrukturisasi, privatisasi dan kerjasama usaha antar BUMN berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

2. Meningkatkan daya saing melalui inovasi dan peningkatan efisiensi untuk dapat menjadikan produk barang dan jasa yang berkualitas dengan harga yang kompetitif serta pelayanan yang bermutu tinggi.

3. Meningkatkan kontribusi kepada negara.

4. Meningkatkan peran BUMN dalam kepedulian terhadap lingkungan dan pembinaan koperasi, usaha kecil dan menengah dalam program kemitraan.

F. Privatisasi

1. Definisi Privatisasi

(43)

kepemilikan negara atau keterlibatan langsung negara di dalam manajemen perusahaan. Secara ringkas privatisasi mengurangi peran negara dalam kegiatan usaha langsung. Dalam cakupan yang lebih luas, privatisasi dapat dilakukan mulai dari mengalihkan kepemilikan secara total kepada swasta sehingga contracting out (tanpa pengalihan kepemilikan) atas jasa-jasa pelayanan publik.

Teori privatisasi:

1. Menurut Joseph Stiglitz (1988), mantan presiden Bank Dunia, bahwa privatisasi adalah lawan dari nasionalisasi yaitu proses pengonversian perusahaan negara menjadi perusahaan swasta.

2. Menurut David Clutterbuck (1991), bahwa privatisasi berawal dari makin pudarnya keyakinan dalam pemikiran ekonomi sosialis bahwa pengelolaan ekonomi oleh negara akan menciptakan kesejahteraan.

3. Menurut Kay dan Thomson (1975), bahwa privatisasi merupakan terminologi yang mencakup perubahan hubungan antara pemerintah dan sektor swasta. 4. Menurut Beesly dan Littlechild (1984), bahwa privatisasi merupakan

pembentukan perusahaan atau pengalihan kepemilikan perusahaan dari pemerintah kepada pihak swasta.

5. Menurut Savas (1987), bahwa privatisasi sebagai tindakan mengurangi peran pemerintah atau meningkatkan peran swasta, khususnya dalam aktivitas yang menyangkut kepemilikan atas aset-aset.

(44)

28

Ide mengenai privatisasi, sebelumnya telah jauh dikemukakan oleh Adam Smith pada tahun 1776:

”In every great monarchy in Europe the sale of the crown lands would produce a

very large some of money which, if applied yo the payment to the public debts

would deliver from mortgage a much greater revenue than any which those lands

have ever afforded to the crown... when the crown lands had become private

properties, they would in the course of a fewyears, become well-improved and

well-cultivated.”

2. Teori Kegagalan Pemerintah

Dikutip dari BUMN Indonesia 2005 (A Tony Prasetiantono, hal 61), beberapa argumen yang mendukung privatisasi BUMN didasarkan pada akar teori kegagalan pemerintah dalam mengelola perekonomian (goverment failure). Berikut ini tiga teori paling klasik sebagai esensi dan urgensi privatisasi: 1. Teori Monopoli, secara sederhana dikatakan bahwa BUMN dalam banyak

kasus sering menerima privilege monopoli (perlakuan khusus). Akibatnya, mereka sering terjerumus menjadi tidak efisien karena hak istimewa ini. 2. Teori Property Rights. Esensinya Perusahaan swasta dimiliki oleh

(45)

Akibatnya jelas, manajemen BUMN menjadi kekurangan insentif untuk mendorong efisiensi.

3. Teori Principal Agent, diungkapkan bahwa bagaimana hubungan antara principal (pemilik perusahaan, dalam hal ini BUMN adalah

pemerintah) dan agent (perusahaan, yakni BUMN). Disektor swasta,

manajemen perusahaan (sebagai agent) sudah jelas tunduk dan loyal kepada pemilik atau pemegang saham (stakeholders). Sedangkan di BUMN, mau loyal sama siapa?. Disini kemudian nuansa kepentingan politik menjadi ”kental”, yang pada akhirnya menyebabkan BUMN tereksploitasi oleh para politisi dan para pengelola BUMN terpaksa harus ”meladeni” para politisi, sehingga pasti mengganggu ruang geraknya menuju efisiensi.

3. Maksud dan Tujuan Privatisasi

1) Privatisasi dilakukan dengan maksud untuk :

a. Memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero; b. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan;

c. Menciptakan struktur keuangan dana manajemen keuangan yang baik/kuat;

d. Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif;

e. Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global; f. Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. 2) Privatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai

(46)

30

4. Mengapa Harus Ada Privatisasi

1. Dilihat dari sudut pandang pemerintah, privatisasi bertujuan untuk:

a. Perbaikan kondisi fiscal (APBN lebih difokuskan untuk kebutuhan BUMN PSO)

b. Mengembangkan sektor swasta c. Mendapatkan new technology

d. Akses kepada international capital untuk menunjang dan mengembangkan infrastruktur yang vital/penting

e. Peran pemerintah sebagai pelaku usaha semakin berkurang dan lebih meningkatkan perannya sebagai regulatory

2. Dilihat dari sudut pandang investor, privatisasi bertujuan untuk: a. Penetrasi pasar

b. Ekspansi dan diversifikasi produk/jasa c. Penciptaan :

- a clear regulatory environment - a level playing field

Pemerintah sebagai stakeholders mempunyai peranan yang besar dalam mengatur perusahaan negara untuk mengatasi perekonomian dan pembenturan kepentingan (interest) dalam penyediaan publik. Peranan tersebut dapat diklasifikasikan dalam peranan efisiensi alokasi (sumber ekonomi), peranan distribusi, dan peranan stabilisasi (Guritno, 1998).

(47)

hingga peraturan (countracting out) pelayan publik dengan kontraktor swasta. Oleh karena itu, pemerintah dalam kebijakan privatisasi harus melihat beberapa aspek prinsip dan kriteria perusahaan yang akan diprivatisasi.

Prinsip privatisasi dan kriteria perusahaan yang dapat diprivatisasi yang tertera pada pasal 75 dan 76 UU No. 19 Tahun 2003, yaitu:

Menurut pasal 75 UU No. 19 Tahun 2003:

Privatisasi dapat dilakukan dengan memperhatikan prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.

Menurut pasal 76 UU No. 19 Tahun 2003:

1. Persero yang dapat diprivatisasi harus sekurang-kurangnya memenuhi kriteria:

a. Industri/sektor usahanya kompetitif.

b. Industri/sektor usaha yang unsur teknologinya cepat berubah.

2. Sebagian aset atau kegiatan dari Persero yang melaksanakan kewajiban pelayanan umum dan/atau yang berdasarkan undang-undang kegiatan usahanya harus dilakukan oleh BUMN, dapat dipisahkan untuk dijadikan penyertaan dalam pendirian perusahaan untuk selanjutnya apabila diperlukan dapat diprivatisasi.

Sedangkan untuk persero yang tidak dapat diprivatisasi menurut Pasal 77 UU No. 19 Tahun 2003 yaitu :

(48)

32

2. Persero yang bergerak disektor usaha yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara.

3. Persero yang bergerak disektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas untuk melakukan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.

4. Persero yang bergerak dibidang usaha sumber daya alam yang secara tegas berdasarkan peraturan perundang-undangan dilarang untuk diprivatisasi.

5. Metode Privatisasi

Privatisasi BUMN dapat dilaksanakan dengan memilih strategi yang paling cocok sesuai dengan tujuan privatisasi, jenis BUMN, kondisi BUMN, serta situasi politik dari suatu negara.

Beberapa strategi yang telah dilaksanakan di Indonesia, antara lain metode privatisasi Initial Public Offering (IPO), Strategic Sales (SS), Employed Managemen Contract ( Joint Operations).

1. Initial Public Offering (IPO),

Initial public Offering merupakan strategi privatisasi BUMN dengan

cara menjual sebagian saham yang dikuasai pemerintah kepada investor

(49)

umumnya membeli saham untuk tujuan investasi, dengan persentase kepemilikan yang relatif kecil.

2. Strategic Sale (SS)

Strategic Sale merupakan strategi privatisasi untuk menjual saham BUMN

yang dikuasi pemerintah kepada investor tunggal atau sekelompok investor tertentu. Pada dasarnya, strategic sale dimaksudkan untuk mendatangkan dan melibatkan investor baru dalam pengelolaan BUMN. Disamping

membawa dana segar, diharapkan investor baru juga membawa sesuatu yang strategis untuk meningkatkan kinerja BUMN, misalnya teknologi baru, budaya, dan metode kerja yang efektif dan efisien, perluasan penguasaan pasar, dsb.

3. Management / Employee Buy Out ( EMBO)

Pada strategi ini, pemerintah mengalokasikan sejumlah saham untuk dibeli oleh para manajer dan karyawan BUMN, atau koperasi karyawan BUMN. Strategi ini cocok untuk transfer kepemilikan BUMN dari pemerintah kepada para manajer dan karyawan BUMN. Dengan demikian saham para manajer, dan karyawan BUMN diharapkan akan bekerja lebih serius, sehingga kinerja BUMN akan meningkat. Strategi ini juga cocok untuk BUMN yang akan diprivatisasi, namun belum layak untuk melakukan public offering karena kinerjanya yang kurang baik.

4. Kontrak Manajemen (Management Contrac)

(50)

34

memberikan imbalan tertentu (dituangkan dalam kontrak kerjasama). Perusahaan tersebut harus bergerak dibidang yang sama, memiliki

pengalaman yang cukup, memiliki teknologi dan sumber daya manusia yang lebih baik. Privatisasi ini dilakukan hanya bersifat privatisasi pengelolaan, bukan privatisasi kepemilikan.

6. Dampak Privatisasi Secara Umum

1. Dampak Fiskal dan Makro Ekonomi:

- Perbaikan signifikan pada kondisi anggaran pemerintah.

- Privatisasi merupakan proksi penting dalam reformasi ekonomi. 2. Dampak Kesejahteraan:

- Terdapat dampak positif pada domestic welfare.

- Konsumen menikmati peningkatan kuantitas dan kualitas produksi. 3. Dampak Penyediaan Lapangan Kerja:

- Cenderung positif setelah privatisasi dilakukan. 4. Dampak Distribusi Pendapatan:

- Sumberdaya yang tersedia cenderung meningkat setelah diprivatisasi. - Jika konsumen merupakan mayoritas yang diuntungkan, distribusi pendapatan akan positif secara agregat.

- Dalam privatisasi infrastruktur sangat penting pada kerangka regulasi perbaikan akses.

- Sebagai media demokratisasi ekonomi.

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder runtun waktu (time series), yang diperoleh atau bersumber dari data publikasi Kantor PT. Kereta Api Indonesia, dan Kantor Biro Pusat Statistik (BPS) Lampung, serta dengan mempelajari berbagai sumber baik literatur, makalah, dan karya ilmiah lainnya yang mendukung penelitian ini.

B. Batasan Peubah

Variabel yang menjadi batasan peubah dalam penulisan ini adalah: 1. Bagi Laba BUMN, periode tahun 2002-2011

2. Dividen PT. Kereta Api Indonesia, periode tahun 2002-2011 3. Besaran Kontribusi, periode tahun 2002-2011

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, periode tahun 2002-2011

C. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis

(52)

36

membandingkan tabel penerimaan laba PT. Kereta Api Indonesia, besaran kontribusi, penerimaan negara atas bagi laba BUMN.

Salah satu komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), yang juga signifikan dalam memberikan kontribusi atau sumbangan terhadap penerimaan PNBP adalah Penerimaan

Pemerintah Atas Bagian Laba BUMN (BL-BUMN).

KL BUMN (t) =

DPOBUMN = Dividen pay Out BUMN (Besaran Kontribusi) (Rp) BLBUMN = Bagian Laba BUMN (Rp)

(t) = Tahun

(Sugiharto,2007:63, Peran Strategis BUMN dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari ini dan Masa Depan)

Untuk menghitung besarnya kontribusi laba (dividen) yang diberikan PT. Kereta Api Indonesia terhadap penerimaan negara atas bagi laba BUMN (BL-BUMN) dalam APBN, yaitu dengan menggunakan rumus:

KL PT. KAI (t) =

BLBUMN DPOKAI

x 100%

Dimana:

(53)

DPOKAI = Dividen payout PT. Kereta Api Indonesia (Besaran Kontribusi) (Rp)

BLBUMN = Bagian Laba BUMN (Rp) (t) = Tahun

D. Gambaran Umum PT. Kereta Api Indonesia 1. Sejarah Perusahaan

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara

Kemijen-Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang-Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau

(54)

38

Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya

Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak-Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.

Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942-1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah-Cikara dan 220 Km antara Muaro-Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro-Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya

(55)

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan

perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

2. Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan:

”Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders”.

Misi Perusahaan:

”Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan”.

3. Komisaris dan Direksi

(56)

40

Tahunan juga ditetapkan dan diputuskan melalui RUPS yang unsurnya terdiri dari:

a. Pemegang Saham:

1. Kuasa Pemegang Saham: Deputi Bidang Usaha Logistik dan Pariwisata 2. Pendamping Kuasa Pemegang Saham: Asisten Deputi Urusan Usaha Sarana

Angkutan dan Pariwisata.

b. Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Iman Haryatna Anggota : Martinus Suwasono

Abi Kusno

Ashwin Sasongko

Umiyatun Hayati Triastuti Herry Bakti

c. Direksi

Direktur Utama : Ignasius Jonan

Direktur Keuangan : Kurniadi Atmosasmito Direktur Komersial : Sulistyo Wimbo Hardjito Direktur Pengembangan Usaha : Joko Margono

(57)

4. Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia

Tahun 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki karyawan 27.030 orang untuk menyelenggarakan pelayanan angkutan kereta api di Jawa dan Sumatera Jumlah tersebut terbagi menurut pendidikan dan usia pegawai seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. SDM PT. KAI Berdasarkan Tingkat Pendidikan

PENDIDIKAN JUMLAH

Tabel 5. SDM PT. KAI Berdasarkan Usia

(58)

42

b. Prasarana Perkeretaapian

Gambar 1. Peta Jaringan KA di Jawa

Gambar 2. Peta Jaringan KA di Sumatera

Tahun 2012, panjang lintas kereta api di Jawa dan Sumatera adalah 4130,4 km

Tabel 6. Panjang Lintasan Kereta Api di Jawa dan Sumatera

WILAYAH BEROPERASI TIDAK

BEROPERASI (km)

JAWA 2710.0 125.2

SUMATERA 1151.5 143.7

TOTAL 3861.5 268.9

(59)

Tabel 7. Data Perlintasan PT. KAI (unit)

WILAYAH

BEROPERASI TIDAK BEROPERASI

PERLINTASAN

Sarana Kereta Api merupakan alat produkasi untuk menghasilkan jasa angkutan kereta api yang terdiri dari lokomotif, Kereta Rel Listrik (KRL), Kereta Rel Diesel (KRD), kereta penumpang dan gerbong barang. Kondisi sarana kereta api yang dioperasikan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Aset Sarana Kereta Api

JENIS SARANA JUMLAH (unit)

(60)

44

d. Produk Bisnis Inti

Tahun 2012, realisasi volume angkutan penumpang sebesar 202.881.026 dan angkutan barang sebesar 22.090.996 ton.

Table 9. Volume KA Penumpang

KELAS KA JUMLAH

Kelas Eksekutif 6,022,873

Kelas Bisnis 5,032,826

Kelas Ekonomi 12,400,382 Lokal Ekonomi 38,895,678

Lokal Bisnis 6,442,203

KRL Jabotabek Ekonomi 46,511,307 KRL Jabotabek Komersial 56,253,376 KRL Jabotabek Ekonomi AC 31,322,381 TOTAL VOLUME 202,881,026 Sumber: www.kereta-api.co.id

Tabel 10. Volume KA Barang

KOMODITI JUMLAH (Ton)

Batubara 13,217,355

Semen/Klinker 3,469,554

Petikemas 1,813,416

BBM 1,780,381

Barang retail 331,352

Hasil Perkebunan 871,110

Komoditi Lain 607,829

TOTAL VOLUME 22,090,996

Sumber: www.kereta-api.co.id

e. Aset Potensial

(61)

TANAH PT. KAI, yaitu tanah yang di atasnya berdiri bangunan-bangunan milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

TANAH MILIK PT. KAI : 262.581.957,56

TANAH MILIK PEMERINTAH : 57.510.403,21

TANAH YANG TELAH DISERTIFIKASI : 115.796.643,00

TANAH YANG BELUM DISERTIFIKASI : 204.322.717,77

Tabel 11. Pengusahaan Aset di PT. KAI

JENIS ASET JENIS PENGUSAHAAN

TANAH Tower, Stockpile, Container Yard, Pipa, Fiber Optic, Toko, Hotel, Kantor, Rumah, Space Reklame, dll. TANAH DAN

BANGUNAN Toko, Hotel, Kantor, Rumah, Periklanan, dll. RUMAH

PERUSAHAAN

Rumah Dinas Pegawai, Rumah Tinggal Non Pegawai, Komersial

PERSEWAAN MTT, Las Rel, Persewaan Uji Balas, dll. Sumber: www.kereta-api.co.id

(62)

66

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Implementasi kebijakan privatisasi yang telah ditetapkan pemerintah pada PT. Kereta Api Indonesia adalah reformasi sektor perkeretaapian melalui hubungan antara pengelola kereta api (operator) dengan pemerintah sekaligus membangun landasan dalam mendorong partisipasi swasta, rasionalisasi investasi modal sektor perkeretaapian, pengembangan

manajemen dan operasional perkeretaapian, dan peningkatan kapasitas fisik pada koridor utama kereta api telah memberikan peningkatan terhadap penerimaan Laba PT. Kereta Api Indonesia dibandingkan sebelum adanya kebijakan privatisasi tersebut.

2. Secara rata-rata kontribusi PT. Kereta Api Indonesia setelah privatisasi (2002-2011) mengalami peningkatan sebesar 2.09% jika dibandingkan sebelum privatisasi (1992-2001) sebesar 1.09%. Sehingga dengan adanya kebijakan privatisasi dapat memberikan efek yang cukup baik bagi

(63)

B. Saran

1. Sebagai perusahaan yang telah terprivatisasi, PT. KAI adalah satu-satunya perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perkeretaaapian, perlu memprioritaskan aspek pelayanan, kenyamanan, dan keamanan para pengguna jasa perkeretaapian maupun masyarakat yang berada dalam

lintasan kereta api. Sehingga, selain memperoleh keuntungan (laba) PT. KAI juga turut membantu dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

2. Adanya privatisasi telah banyak membantu perusahaan-perusahaan milik negara yang hampir mengalami likuidasi (bangkrut). Proses privatisasi membuat banyak perusahaan bangkit dari keterpurukannya. Sebagai perusahaan yang mengelola jasa perkeretaapiaan, PT. KAI juga telah menjadi salah satu BUMN yang turut serta dalam proses privatisasi tersebut. Sistem pengelolaan (manajemen) yang baik dalam sebuah BUMN menjadi salah satu indikator penting dalam pelaksanaan privatisasi, selain itu aspek permodalan juga menjadi faktor yang sangat dominan dalam pengembangan perusahaan. Untuk itu, diharapkan PT. KAI perlu memaksimalkan jalur akses transportasi hingga sampai di seluruh daerah sebagai salah satu upaya dalam pengembangan PT. KAI. Hal ini juga mengingat bahwa tidak semua daerah di wilayah Indonesia terdapat akses jalur kereta api. Sehingga dengan adanya akses jalur kereta api disetiap daerah PT. KAI mampu

(64)

68

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Janti Soegiastuti. 1995. Pengantar Bisnis Modern. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.

Bank Indonesia. 2008. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol: X No. 2, Februari 2008. BI. Jakarta.

Hadinoto, Pandji. 2004. Jurnal Neoliberalisme di Indonesia. Jakarta.

Ismed dan Anwari WMK. 2004. Menuju BUMN yang Sehat. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Mangkusoebroto, Guritno. 1991. Ekonomi Publik; Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.

Miller dan Modigiliani (MM). 1961. Jurnal Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta.

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Gahlia Indonesia. Jakarta.

Nugroho, Riant. 2008. Public Policy (Teori Publik, Analisis Publik, dan Proses Kebijakan Publik). PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Nugroho, Riant dan Randy R. Wrihatnolo. 2008. Manajemen Privatisasi BUMN. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

(66)

70

Sedarmayanti. 2007. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik);

Bagian Ketiga. CV.Mandar Maju. Jakarta.

Stiglitz, Joseph. 1998. Economic of the Public Sector. W.W. Northon. New York.

Subhan. 2006. Kinerja BUMN Sebelum dan Setelah Berlakunya UU NO.19 tahun 2003. Skripsi FE Unila. Bandar Lampung.

Sugiharto. 2007. Peran Strategis BUMN dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari ini dan Masa Depan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Suhardi, Gunato. 2007. Revitalisasi BUMN. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Suharyono, Agus. 2004. Privatisasi. Kementrian Negara BUMN. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2005. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suparmoko. M. 1997. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Edisi keempat. BPFE. Yogyakarta.

Wahyuni, Erma. 2005. Kebijakan dan Manajemen BUMN/BUMD. YPAPI. Yogyakarta.

Wibisono, Yusuf. 2005. Metode Statistik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(67)

_______. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara

Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)

_______. Undang-undang RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Gambar

Tabel
Tabel 1. Penerimaan Negara Atas Bagian Laba BUMN (Dalam miliar  rupiah)
Tabel 2. Ringkasan Sejarah Perkeretaapian Indonesia
Tabel 3. Dividen dan Dividen Pay Out (Payout ratio) PT. Kereta Api Indonesia (Dalam miliar rupiah)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan posisi setiap 2 jam dan melindungi respon klien dapat mencegah teterjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan tersebut akan kekurangan

Persamaan ketentuan hukum Islam dan UUPK adalah pelaku usaha dilarang memberikan informasi yang tidak benar mengenai produk/barang yang diperjualbelikan, dilarang

Bisnis yang berpijak pada Islam memandang bahwa dalam suatu organisasi bisnis adalah bagaimana dapat meningkatkan interaksi sosial yang baik dalam perusahaan, serta tidak

Quality Improvement of Giant Freshwater Prawns (Macrobrachium rosenbergii) Postlarvae in Swamp Media with Addition of Sodium during the Acclimatization.. Ferdinand Hukama Taqwa 1,3*

Pegawai Negeri Sipil (PNS) diperbolehkan baik secara hukum dan agama untuk menikah lagi, istri kedua menjadi istri yang sah, kedudukan antara istri pertama dan kedua mempunyai

Media yang digunakan dalam bimbingan dan konseling tidak hanya satu atau dua media, melainkan banyak media yang digunakan untuk menunjang materi yang diberikan oleh guru

Melalui hasil analisis SWOT yang didapatkan rancangan perencanaan strategis sistem informasi menggunakan metode ward and peppard dengan harapan hasil yang didapatkan

 Pada halaman menu utama, bagian yang diuji adalah tombol materi, video, game, admin, dan profil yang di input, maka program akan menampilkan halaman materi,