• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOORDINASI ANTARA KELOMPOK TANI DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA FAJAR BARU KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOORDINASI ANTARA KELOMPOK TANI DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA FAJAR BARU KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KOORDINASI ANTARA KELOMPOK TANI DAN BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA FAJAR BARU KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

OLEH

RIFKI ADI WIJAYA

Arti penting koordinasi adalah suatu usaha, kegiatan-kegiatan, kerja sama, dan kesepakatan bersama yang mengikat kelompok tani dan BPD secara selaras, seimbang dan serempak dalam usaha mencapai suatu tujuan tertentu serta mencegah terjadinya kekacauan, konflik, percekcokan dan sebagainya, khususnya dalam hal pertanian yang menunjang pembangunan desa.

Kurangnya koordinasi antara kelompok tani desa Fajar Baru dengan Badan Permusyawaratan Desa membuat pembangunan menjadi terhambat. Hal ini dapat dilihat dari sulitnya para petani dalam mendapatkan pupuk. Karena pupuk merupakan hal yang penting dalam pertanian, yang dapat meningkatkan hasil pertanian dan dapat menambah penghasilan petani.

Koordinasi petani dan BPD dalam pembangunan desa sangat dibutuhkan agar dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi petani pada khususnya. Sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah saja dan kemakmuran dapat terwujud, karena petani Fajar Baru tingkat kemakmurannya masih rendah

(2)

mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Penyajian data, usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dan penarikan data yaitu Merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, dimana makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan vailiditas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koordinasi yang terjadi antara Petani dan BPD dalam hal wujud pelaksanaan koordinasi antara Kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk, pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan petani.masih belum terjadi secara rutin. Frekuensi pertemuan masih jarang dilakukan. Hal ini dapat menghambat kemajuan desa yang akan menyebabkan tidak terjadinya pembangunan desa Fajar Baru.

(3)

ABSTRACT

COORDINATION BETWEEN FARMER GROUP AND THE GROUPS IN AGENCY VILLAGE CONSULTATIVE IN DEVELOPMENT OF FAJAR BARU

VILLAGE SUB DISTRICT JATI AGUNG SOUTH LAMPUNG DISTRICT

By

Rifki Adi Wijaya

The importance of coordination is a business, activities, cooperation, and agreements that bind together groups of farmers and BPD in harmony, balance and unison in an effort to achieve a certain goal and prevent the occurrence of chaos, conflict, strife and so on, particularly in agriculture that support rural development.

Lack of coordination between the Fajar Baru village farmer groups with the Village Consultative Body has made the building becomes obstructed. It can be seen from the difficulty in getting the farmers fertilizer. Because fertilizer is important in agriculture, which can increase agricultural output and can increase farmers' incomes.

BPD in the coordination of farmers and rural development is needed in order to find the solution of problems faced by farmers in particular. So do not just rely on government assistance only and prosperity can be realized, because the New Dawn of farmers is still low level of prosperity

The study aims to examine the coordination process between farmer groups and BPD in rural development in depth, so this study used qualitative research with a descriptive analysis. The primary data source in this study based on subjects selected by the master problem. In this case obtained from the Chairman and members of the BPD BPD, chairman of farmer groups and farmer group members. And secondary data obtained from the documentation of the village.

To obtain the data used in this study with in-depth interviews and documentation. In-depth interviews is to get personal information face to face with the informant in order to get clear from the documentation of data sources that have not been understood thus gaining a deeper description of reality and the object being studied.

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah pembangunan yang sering kita pakai merupakan salah satu istilah yang relatif masih baru. Secara relatif masih muda, belum begitu lama kita pakai dan kita kenal dalam perbendaharaan kata-kata kita. Istilah pembangunan merupakan terjemahan dari kata development. Baru dikenal setelah Perang Dunia kedua Dikutip dari Buku Ajar Teori Pembangunan (Agus Hadiawan: 2006 : 4).

Istilah pembangunan timbul setelah adanya beberapa negara berkembang pesat, baik dalam kemajuan teknologi maupun dalam tingkat hidup dan tingkat kemakmuran material untuk sebagian masih diukur antara lain, melalui GNP (Gross National Product) atau pendapatan total dari barang dan jasa suatu negara dalam periode tertentu. Sementara itu di lain sisi masih terdapat faktor-faktor motivasi yang menyebabkan timbulnya perbedaan tingkat kemajuan atau tingkat perkembangan negara yang satu dengan yang lain.

(6)

benar-benar lebih maju, lebih modern, usaha untuk maju terus dengan modernisasi dan pembaharuan. (Agus Hadiawan, 2006: 4)

Istilah pembangunan sering disamakan dengan pertumbuhan ekonomi (Ron Witton,1986:1). Kalau kita hanya memakai statistik-statistik ekonomi yang sempit, yaitu statistik yang dibuat oleh para ekonom dan instansi-instansi Bank Dunia, sering ada pendekatan bahwa asal ada pertumbuhan dalam ekonomi boleh dikatakan ada pembangunan.

Koordinasi antara kelompok tani dan BPD didesa Fajar Baru kurang berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dengan kurangnya pembangunan didesa Fajar Baru, baik itu dari sisi pertanian dan segi pembangunan infrastruktur desa seperti jalan-jalan, irigasi yang belum ada, ataupun fasilitas publik lainnya.

Desa Fajar Baru merupakan desa yang berbatasan dengan Kota Bandar Lampung. Desa ini berada di wilayah administratif Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Akan tetapi sebagai desa yang berbatasan dengan kota Bandar Lampung, kondisi desa ini jauh dari maju, jalan-jalan yang rusak sehingga dapat menghambat kelancaran distribusi barang dan jasa yang akan menuju atau meninggalkan desa. Terutama bagi para petani yang akan menjual hasil pertanian mereka.

(7)

secara bersama untuk melihat sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai dalam pembangunan. Dibutuhkan koordinasi yang baik antara masyarakat dengan aparat desa terkait yaitu Badan Permusyawaratan Desa agar terciptanya pembangunan yang merata.

Desa Fajar Baru memiliki 12 kelompok tani. Pada Dusun 1 terdapat 4 kelompok tani yaitu kelompok tani Tunas Baru I, Tunas Baru II, Fajar Karya, dan Fajar I. Dan pada dusun 2 terdapat 3 kelompok tani yaitu Fajar II, Fajar III dan Mandiri Jaya. Kemudian pada dusun 3 terdapat 2 kelompok tani yaitu Serbaguna dan Serba Jadi. Pada dusun 4 hanya ada 1 kelompok tani yaitu kelompok tani Tani Makmur. Dan pada dusun 5 terdapat 2 kelompok tani yaitu Tanjung Mulya dan Tanjung Laut. Sebagian besar para petani di desa Fajar Baru ini bukan sebagai pemilik lahan namun sebagai pelaksana, mulai dari pembibitan, perawatan sampai panen.

Kelompok tani ini mempunyai iuran tiap kelompoknya, dikumpulkan kepada ketua kelompok berupa 1 karung beras setiap anggota tiap musim panen. Namun banyak anggota yang tidak menyetorkan iuran tersebut karena digunakan untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

(8)

Distribusi pupuk di desa ini masih sangat minim, dan sulit untuk didapat. Untuk mendapatkan pupuk petani harus membuat suatu Kelompok Tani, kemudian setiap Kelompok Tani tersebut mendaftar kepada koordinator pupuk yang ada pada desa agar mendapatkan bagian pupuk dan dibagikan kepada anggota Kelompok Tani tersebut masing-masing.

Namun pada pelaksanaanya, para petani bahkan masih sulit mendapatkan pupuk meskipun sudah terdaftar sebagai anggota Kelompok Tani tersebut. Pendistribusian pupuk seperti ini dirasakan sangat menyulitkan bagi para petani. Seperti permasalahan inilah dibutuhkan partisipasi petani dalam menyampaikan aspirasinya agar pembangunan desa kearah yang lebih baik dapat diwujudkan. Seperti kebutuhan mendasar petani contohnya bibit padi dan pupuk yang merupakan kebutuhan primer.

Sudah sejak lama pemerintah berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat petani yang merupakan porsi terbesar dari struktur masyarakat Indonesia. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian. Berbagai bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi sarana produksi, bantuan modal langsung, kredit usaha tani, dan lain sebagainya yang jumlahnya sangat beragam. Namun hasilnya petani masih berpendapatan rendah, masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan masih selalu berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha taninya.

(9)

negara tetangga kita Malaysia atau Thailand. Serta banyak alasan lainnya. Semua alasan tersebut mungkin ada benarnya jika dilihat dari kondisi petani kita saat ini.

Menyadari hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk merevitalisasi penyuluhan, dan salah satu strategi dalam program tersebut adalah memberdayakan petani atau kelompok tani melalui Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan.

Melalui Gapoktan seluruh kekuatan yang dimiliki oleh petani dalam kelompoknya digabungkan untuk menggerakan kelompok, dengan kata lain petani dididik untuk lebih mandiri dengan mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Selain itu ada yang lebih istimewa dalam program ini, yaitu pemerintah ingin menaikkan status petani melalui kemandirian dan kreativitas mereka. Ini karena Gapoktan akan berstatus hukum yang jelas sehingga memiliki daya tawar lebih tinggi dan diakui secara resmi sebagai suatu kelompok usaha.

Badan Permusyawaratan Desa Fajar Baru adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

(10)

pembangunan desa sangat dibutuhkan agar dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi petani pada khususnya. Sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah saja dan kemakmuran dapat terwujud, karena petani Fajar Baru tingkat kemakmurannya masih rendah.

Setelah ditelusuri ternyata kemakmuran yang masih rendah tersebut disebabkan karena income atau pendapat mereka masih rendah sebagai akibat dari kurang efisiennya pertanian mereka. Penyebab ketidakefisienan tersebut adalah akibat dari minimnya infrastruktur khususnya jalan.

Banyak daerah yang berpotensi besar dalam pertanian yang belum beruntung memiliki akses jalan raya yang layak. Desa ini memiliki potensi yang besar di sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Hamparan yang selalu ditanam masyarakatnya memberi kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan. Sayangnya akses jalan menuju ke desa ini sangat memprihatinkan.

(11)

Koordinasi Kelompok Tani dengan Badan Permusyawaratan Desa merupakan bentuk kegiatan atau pelaksanaan bukan sekedar sikap diharapkan adalah bersama-sama menyampaikan masukan ide inovasi, serta tenaga untuk menjalankan program pembangunan dan melakukan pengawasan, dan bukan sekedar sikap saja dalam melaksanakan pembangunan, tetapi dengan bentuk kegiatan yang dilakukan bersama.

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan pemaparan diatas, maka penulis merumuskan masalahnya yaitu“

Bagaimanakah koordinasi Kelompok Tani dengan Badan Permusyawaratan Desa dalam pembangunan desa Fajar Baru ? ”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui koordinasi antara Kelompok Tani dengan Badan Permusyawaratan Desa dalam pembangunan desa Fajar Baru.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi petani dan BPD desa Fajar Baru dalam mewujudkan pembangunan desa.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Koordinasi

1. Pengertian Koordinasi

Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur bersama (menyepakati) hal tertentu. Secara normatif, koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakkan, menyerasikan, menyelaraskan, dan menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesifik atau berbeda-beda agar semuanya terarah pada tujuan tertentu. Sedangkan secara fungsional, koordinasi dilakukan guna untuk mengurangi dampak negatif spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja (Talizuduhu Ndraha, 2003:290).

Menurut Talizuduhu Ndraha dalam Kybernology (2003 : 291):

(13)

Koordinasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (1984:85) adalah menggerakkan segala usaha organisasi untuk melaksanakan usaha sebanyak mungkin atau koordinasi berarti usaha mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, kekembaran atau kekosongan pekerjaan.

Dalam administrasi pemerintah, koordinasi diartikan:

"suatu usaha, kegiatan kegiatan dalam bentuk kerja sama, konsultasi dan kesatuan tindakan antara badan-badan kenegaraan maupun badan-badan kemasyarakatan yang selaras dan serempak, baik horizontal maupun vertikal dan bersifat menyeluruh untuk mencapai keserasian, kebulatan dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas -tugas negara (Malayu S.P. Hasibuan, 1984 : 85)".

Menurut Talizuduhu Ndraha (2003 : 292), koordinasi pemerintahan dapat didefinisikan sebagai:

"proses kesepakatan bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang terlibat dalam proses pemerintahan (plat merah, plat kuning, dan plat hitam) yang berbeda-beda pada dimensi waktu, tempat, komponen, fungsi, dan kepentingan antar pemerintah dengan yang diperintah, sehingga di satu sisi semua kegiatan kedua belah pihak terarah pada tujuan pemerintahan yang telah ditetapkan bersama, dan di sisi lain keberhasilan pihak yang satu tidak dirusak oleh keberhasilan pihak yang lain".

Menurut Malayu S.P.Hasibuan tinjauan tentang manajemen, koordinasi adalah pernyataan usaha manusia yang meliputi:

1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif 2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini

3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha ini

(14)

organisasi, begitu suatu organisasi dibentuk atau terbentuk maka koordinasi internal dan eksternal harus berjalan. Koordinasi juga merupakan syarat mutlak untuk menjamin agar semua kegiatan kerja dalam organisasi dapat berjalan dengan harmonis dan efisien.

Berdasarkan definisi-definisi koordinasi di atas, dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dimaksud disini adalah suatu usaha, kegiata n-kegiatan, kerjasama, dan kesepakatan bersama yang mengikat kelompok tani dan BPD secara selaras, seimbang dan serempak dalam usaha mencapai suatu tujuan tertentu serta mencegah terjadinya kekacauan, konflik, percekcokan dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian kordinasi, maka koordinasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu usaha, kegiatan-kegiatan, kerja sama, dan kesepakatan bersama yang mengikat Kelompok Tani dan BPD secara selaras, seimbang dan serempak dalam usaha mencapai suatu tujuan tertentu serta mencegah terjadinya kekacauan, konflik, percekcokan dan sebagainya, khususnya dalam hal Pertanian yang menunjang pembangunan desa.

2. Unsur-Unsur Koordinasi

Unsur-unsur koordinasi menurut menurut Terry dalam Inu Kencana (2002:167):

a. Usaha-usaha sinkronisasi yang teratur (orderly synchronization of effort) b. Pengaturan waktu (timing) dan terpimpin (directing)

c. Harmonis (harmonious)

(15)

Menurut James D. Mooney, seperti yang dikutip Inu Kencana dalam bukunya Sistem Pemerintahan Indonesia, unsur-unsur koordinasi adalah sebagai berikut:

1. Susunan yang teratur dari usaha kelompok (orderly arrangement of group effort) 2. Kesatuan tindakan (unity of action)

3. Tujuan bersama (common purpose)

Berdasarkan pengertianpengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa unsur -unsur koordinasi antara kelompok tani dan BPD dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaturan, yaitu pengaturan waktu dan ketepatan waktu koordinasi

2. Sinkronisasi, yaitu kegiatan koordinasi berjalan secara serentak dan berurutan 3. Kepentingan bersama, yaitu koordinasi merupakan pandangan menyeluruh dalam mencapai sasaran bersama

4. Tujuan bersama, yaitu koordinasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan bersama

Bahwa unsur-unsur koordinasi antara Kelompok Tani dan BPD dalam penelitian ini adalah:

(16)

2. Sinkronisasi, yaitu kegiatan koordinasi berjalan secara serentak dan berurutan.Unsur kedua yang terdapat dalam koordinasi antara Kelompok Tani dan BPD adalah koordinasi ini berjalan serentak dan berurutan. Koordinasi berupa seperti rapat dan musyawarah baik yang berupa formal maupun tidak resmi dijalankan berurutan, agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan dalam koordinasi.

3. Kepentingan bersama, yaitu koordinasi merupakan pandangan menyeluruh dalam mencapai sasaran bersama.Unsur yang ketiga dalam koordinasi antara Kantor Imigrasi dan Dinas Tenaga Kerja adalah kepentingan bersama. Kepentingan bersama ini merupakan cara pandang kedua instansi dalam mencapai sasaran bersama, yaitu meningkatkan pembangunan desa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, khususnya petani. Koordinasi juga akan berjalan dengan baik jika ada unsur kepentingan bersama yang diterapkan dalam menjalani koordinasi.

(17)

3. Sifat-Sifat Koordinasi

Sifat-sifat koordinasi (Coordination Characteristic) 1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh dalam kerangka mencapai sasaran

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan (Malayu S.P.Hasibuan, 1984 : 88)

4. Pendekatan Koordinasi

Dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami gejala koordinasi, yaitu 1. Pendekatan politik, normatif, atau birokratik

Pendekatan ini yang digunakan oleh pemerintah Indonesia. Menurut pendekatan politik, koordinator ditentukan lebih dahulu atau ditetapkan secara bersama-sama dengan antar unit kerja yang lain.

2. Pendekatan manajemen atau empirik

Koordinasi merupakan kebutuhan setiap orang atau institusi. Kebutuhan akan koordinasi mendorong seseorang atau kelompok untuk berkoordinasi satu dengan yang lain (Talizuduhu Ndraha,2003 : 290).

5. Prinsip-Prinsip Koordinasi

(18)

yang tertib dari suatu kumpulan atau gabungan usaha untuk menciptakan kesatuan dalam mencapai tujuan bersama.

6. Bentuk-Bentuk Koordinasi

Berdasarkan sudut pandang politik, lahir berbagai sebutan untuk koordinasi. Misalnya koordinasi horizontal, koordinasi vertikal, dan koordinasi diagonal. Dari sudut manajemen, koordinasi diidentifikasikan melalui ada tidaknya jenis dan hubungan antar unit kerja dalam lingkungan pemerintahan. Bentuk-bentuk koordinasi dari sudut pandang ilmu pemerintahan adalah:

1. Koordinasi Waktu

Koordinasi waktu atau sinkronisasi merupakan proses untuk menentukan mana kegiatan yang dapat berjalan serentak dan mana yang harus berurutan, jika berurutan bagaimana urutannya. Koordinasi ini dilakukan terhadap kegiatan antar unit kerja yang berhubungan dependen, kausal, dan sebangsanya.

2. Koordinasi Ruang

Koordinasi ruang dapat juga disebut koordinasi wilayah, koordinasi ini ditempuh jika suatu kegiatan melalui berbagai daerah kerja.

3. Koordinasi Interinstitusional

Koordinasi antar berbagai unit kerja yang berkepentingan atas suatu proyek serba guna atau produk bersama tertentu.

4. Koordinasi Fungsional

(19)

5. Koordinasi Struktural

Koordinasi antarunit kerja yang berada di bawah struktur tertentu, tanpa melalui superordinasi. Koordinasi seperti ini murni kehendak berkoordinasi unit kerja yang satu dengan unit kerja yang lain secara sukarela.

6. Koordinasi Perencanaan

Oleh James G. March dan Herbert A. Simon disebut coordination by plan, guna mengantisipasi terjadinya gejala kehancuran keberhasilan unit kerja yang satu oleh keberhasilan unit kerja yang lain. Koordinasi ini berlangsung antar unit kerja yang berhubungan interdependen dan independen.

7. Koordinasi Masukan-Balik

Oleh March dan Simon disebut coordination by feedback, yaitu koordinasi hasil kontrol terhadap setiap kegiatan unit kerja, agar dapat dilakukan adjustment, improvement, koreksi, dan sebagainya (Talizuduhu Ndraha, 2003:295-296).

Bentuk koordinasi dilihat dari sudut pandang politik menurut Malayu S.P. Hasibuan (1984 : 89):

a. Koordinasi Vertikal, yaitu tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan, yang dijalankan oleh atasan terhadap kegiatankegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan tanggung jawabnya.

(20)

Koordinasi Horizontal dibagi atas dua, yaitu :

1. Interdiciplinary, yaitu suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan menyatukan tindakan - tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara eksteren pada unit-unit yang sama tugasnya.

2. Inter-related, yaitu koordinasi antar badan (instansi).

Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan atau mempunyai kaitan baik secara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf (Malayu.S.P.Hasibuan,1984 : 90).

Berdasarkan bentuk koordinasi, maka koordinasi antara Kelompok Tani dan Badan Permusyawaratan Desa dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk koordinasi horisontal inter-related. Koordinasi yang dilakukan disini adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dijalankan terhadap kegiatan-kegiatan setingkat, yaitu koordinasi antara unit-unit yang fungsinya berbeda tetapi saling ketergantungan dan mempunyai saling ketergantungan baik secara intern maupun ekstern serta mempunyai level yang setaraf. Ketergantungan ini dapat dilihat dari fungsi masing-masing instansi/badan yang berkaitan dan saling ketergantungan satu sama lain.

7. Syarat-Syarat Koordinasi

Syarat-syarat koordinasi berdasarkan pendapat Malayu S.P. Hasibuan (1984:86): 1.Sense of Cooperation atau perasaan untuk bekerja sama, dilihat dari sudut bagian per

bagian bidang pekerjaan bukan orang per orang.

(21)

bagian-bagian agar berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.

3.Team Spirit, artinya satu sama lain pada tiap bagian harus harga menghargai. 4. Esprit de Corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai umumnya

akan menambah kegiatan bersemangat.

Koordinasi merupakan sebuah proses yang meliputi beberapa langkah. Sebagai proses, input koordinasi adalah saling memberi informasi tentang hal tertentu melalui pola komunikasi. Sumber informasi (sender) menyampaikan berita tertentu kepada masyarakat umum atau unit kerja lainnya (receiver). Unit kerja yang berkepentingan, bisa langsung menyesuaikan diri dengan informasi itu, atau memberikan feedback (hubungan timbal balik) kepada sender atau masyarakat. Masyarakat atau receiver (penerima) bisa memberikan tanggapan baik dan seterusnya.

Koordinasi dapat diukur melalui proses manajemen pemerintahan, yang perlu diukur adalah :

a. Informasi, komunikasi, dan teknologi informasi

b. Kesadaran pentingnya koordinasi, berkoordinasi, koordinasi built-in di dalam setiap job

atau task

c. Kompetensi partisipan, kalender pemerintahan. Peserta forum

Koordinasi harus pejabat yang berkompeten mengambil keputusan. Untuk menjamin kehadiran pejabat yang demikian, harus ditetapkan kalender pemerintahan (koordinasi) yang ditaati sepenuhnya dari atas ke bawah

(22)

(diprogramkan) oleh setiap pihak secara institusional (formal)

e. Insentif koordinasi, yaitu sanksi bagi pihak yang ingkar atau tidak menaati kesepakatan bersama. Sanksi itu datang dari pihak atasan yang terkait

f. Feedback sebagai masukan-balik ke dalam proses koordinasi selanjutnya (Talizuduhu Ndraha, 2003 : 297).

Cara mengadakan koordinasi dapat ditempuh dengan jalan:

1. memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang diharapkan

2. mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota tidak menurut masing-masing anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri dan tujuan itu adalah tujuan bersama

3. mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain 4. mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan

sasaran (Malayu S.P. Hasibuan,1986:91).

Koordinasi dapat dilakukan melalui atau dengan menggunakan alat seperti: rapat koordinasi, permintaan data/ informasi/ pendapat dari instansi, konsultasi, seminar, lokakarya dan lain-lain (Talizuduhu Ndraha, 1988:123).

Pentingnya koordinasi adalah disebabkan karena hal-hal sebagai berikut: a. Koordinasi memungkinkan penyelesaian secara menyeluruh atau total accomplishment atas akses bagian individu yang membentuk total itu

(23)

bawah koordinasi

c. Koordinasi menekankan pentingnya unsur-unsur manusia

d. Salah satu konsep koordinasi adalah mengikat menjadi satu kesatuan integral beberapa macam tingkatan unit organisasi

(Malayu S.P. Hasibuan, 1984:89).

Beberapa faktor yang membatasi efektifitas koordinasi menurut Yayat Herujito dalam buku Dasar-Dasar Manajemen (2004:118):

1. Perbedaan orientasi tujuan

Masing-masing subunit memiliki pandangan yang berbeda tentang cara yang paling baik untuk mengembangkan organisasi.

2. Perbedaan dalam orientasi waktu

Subunit-subunit tertentu memprioritaskan masalah-masalah yang dapat ditanggulangi segera, sedangkan subunit-subunit yang lain memprioritaskan masalah-masalah yang membutuhkan waktu yang lama.

3. Perbedaan dalam orientasi pribadi

Dalam subunit-subunit tertentu, cara-cara komunikasi berlangsung cepat, sedangkan dalam subunit-subunit yang lain berlangsung secara lambat.

4. Perbedaan dalam formalitas struktur

(24)

Menurut Yayat M. Herujito (2004:120), koordinasi antara lain ditujukan untuk pencegahan:

a. konflik dan kontradiksi b. persaingan yang tidak sehat c. pemborosan

d. kekosongan ruang dan waktu

e. terjadinya perbedaan pendekatan dan pelaksanaan berbeda - beda dalam mengevaluasikan kemajuan-kemajuan organisasi

8. Tujuan Koordinasi

Tujuan koordinasi menurut Talizuduhu Ndraha dalam Kybernologi (2003 : 295) :

a. menciptakan dan memelihara efektifitas organisasi setinggi mungkin melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan kesinambungan antar berbagai kegiatan dependen suatu organisasi.

b. mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tingginya setiap kegiatan interdependen yang berbeda - beda melalui kesepakatan-kesepakatan yang mengikat semua pihak yang bersangkutan.

c. menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif antisipatif di kalangan unit kerja independen dan independen yang berbeda-beda agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak dirusak oleh keberhasilan unit kerja yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi yang efektif.

(25)

sebagai berikut (Talizuduhu Ndraha, 1988:120):

1. sejauh mana masing-masing instansi memenuhi tugas kewajiban dan tanggungjawab yang telah dilaksanakan.

2. sejauh mana program suatu instansi serasi dengan program instansi lainnya.

3. sejauh mana instansi memelihara kesinambungan programnya dengan program instansi lain, dalam hal instansi-instansi yang bersangkutan m em ega ng perana n profesi onal sepanj ang pen yel enggaraan proyek.

4. sejauh mana keberhasilan suatu instansi tidak menimbulkan kerugian bagi instansi lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan tujuan koordinasi antara Kelompok Tani dan BPD adalah:

1. Menciptakan dan memelihara efektifitas ketenagakerjaan, melalui sinkronisasi, penyerasian dan kesinambungan antara Kelompok Tani dan BPD

2. Mencegah konflik antara Kelompok Tani Dan BPD dan menciptakan efisiensi yang sangat tinggi melalui kesepakatan yang dibuat untuk kepentingan bersama.

3. Menciptakan dan memelihara sikap saling responsif antara Kelompok tani dan BPD melalui jaringan informasi dan komunikasi.

(26)

Koordinasi yang dijalankan oleh Kelompok Tani dan BPD dinilai peneliti sangat tidak efektif. Hal ini dikarenakan koordinasi antara kedua belah pihak tidak terjadi secara rutin dan tidak di agendakan, sehingga pertanian yang seharusnya dapat mendukung pembangunan desa tidak dapat dimanfaatkan dengan sebesar-besarnya. Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa koordinasi antara kelompok tani dan BPD tidak berjalan efektif.

BPD melaksanakan tugasnya sendiri tanpa melihat pihak lain yang sangat mengharapkan bantuan berkoordinasi, dan begitu juga sebaliknya Kelompok tani melaksanakan tugasnya sendiri tanpa melihat pihak lain yang berkoordinasi.

9. Jenis-Jenis Koordinasi

Jenis-jenis koordinasi menurut Talizuduhu Ndraha (1988:123):

a. Koordinasi Fungsional, misalnya antara program pertanian dan program pengairan b. Koordinasi Institusional, yaitu koordinasi terhadap sejumlah instansi yang

dipandang bersangkutan dalam menangani suatu urusan tertentu

c. Koordinasi Teritorial, yaitu koordinasi yang dilakukan terhadap dua atau lebih daerah yang bersangkutan dengan program tertentu

d.Koordi nasi Waktu, yait u usaha m engkoordi nasikan waktu sedemikian rupa sehungga dapat ditentukan mana kegiatan yang dapat di lakukan serent ak dan m ana yang harus berurut an.

(27)

berhubungan dan ketergantungan, Serta koordinasi institusional karena keduanya merupakan suatu instansi yang bersangkutan dalam menangani masalah pembangunan desa. Dalam manajemen pemerintahan di Indonesia, koordinasi menempati peranan penting karena begitu banyak ditemui tumpang tindih pekerjaan karena tidak adanya koordinasi, tetapi semuanya itu dapat disinkronkan dan diatur demi tujuan bersama.

Jenis koordinasi yang terjadi antara Kelompok tani dan BPD adalah koordinasi fungsional karena keduanya mempunyai fungsi berbeda tetapi saling berhubungan dan ketergantungan. Koordinasi ini juga dapat diklasifikasikan ke dalam jenis koordinasi institusional karena keduanya merupakan suatu instansi yang bersangkutan dalam menangani masalah tertentu, yaitu masalah pertanian yang menunjang pembangunan desa.

B. Tinjauan tentang Petani dan Kelompok Tani 1. Kelompok

Didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Stephen P. Robbins- Timothy A. Judge: 2008: 356)

Klasifikasi Kelompok a. Kelompok Formal

Kelompok kerja yang ditugaskan dan didefinisikan oleh struktur organisasi b. Kelompok Informal

(28)

respon terhadap kebutuhan akan kontak sosial. c. Kelompok Komando

Kelompok yang terdiri atas individu-individu yang melapor secara langsung kepada seorang manajer.

d. Kelompok Tugas

Kelompok yang yang bekerjasama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. e. Kelompok Kepentingan

Kelompok yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan demi kepentingan masing- masing.

F. Kelompok Persahabatan

Kelompok yang berkumpul bersama karena mereka memiliki satu atau lebih persamaan karakteristik.

2. Pengertian Petani dan Kelompok Tani

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97, Tanggal 18 Maret 1997, pengertian yang berkaitan tentang petani dan kelompoknya adalah sebagai berikut : a. Petani adalah:

Pengelola Usaha tani dan atau usaha penangkapan ikan, yang meliputi petani, pekebun, peternak.

b. Kelompok Tani adalah:

(29)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus.

a. Pengurus Kelompok Tani.

1. Membina kerjasama dalam melaksanakan usaha tani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok tani.

2. Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas/ penyuluh untuk selanjutnya diteruskan pada anggota kelompok.

3. Bersama petugas/ penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain.

4. Mendorong dan menggerakkan aktifitas, kreatifitas dan inisiatif anggota.

5. Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuan/ musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugas/ penyuluh.

6. Mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan kepada anggota, selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan.

b. Anggota Kelompok Tani

1. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan usaha tani yang bersangkutan.

2. Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan petugas/ penyuluh serta kesepakatan yang berlaku.

3. Wajib bekerja sama dan akrab antar sesama anggota, pengurus maupun dengan petugas/ penyuluh.

(30)

Penumbuhan Kelompok Tani 1. Dasar Penumbuhan

Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut: a. Penumbuhan kelompok tani didasarkan pada keakraban, keserasian dan kepentingan

bersama, baik berdasarkan hamparan usaha tani kebun, domisili atau jenis usaha tani tergantung kesepakatan dari petani yang bersangkutan.

b. Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya.

c. Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usaha tani kelompok dihamparan kebun. d. Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usaha tani dan kondisi dilapangan,

dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang. e. Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal.

2. Penumbuhan Kelompok Tani.

a. Upaya penumbuhan kelompok tani diarahkan pada tumbuhnya suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran petani dengan cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama dan sebagai wadah pembinaan petani. Penumbuhan kelompok tani dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan petani sendiri.

(31)

c. Penumbuhan kelompok tani dalam pembangunan perkebunan dilaksanakan pada wilayah kegiatan proyek maupun diluar wilayah proyek, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada areal kebun yang kompak, penumbuhan kelompok berdasarkan hamparan.

2. Pada areal kebun yang hamparannya terpencar, penumbuhan kelompok berdasarkan domisili.

3. Pada areal intensifikasi tanaman semusim; seperti tebu, tembakau, dsb, pembinaan usahatani mendayagunakan kelompok tani yang ada. Demikian pula untuk tanaman perkebunan lainnya yang arealnya relatif kecil.

4. Komoditas lain diluar tanaman perkebunan yang ada di wilayah kegiatan proyek, maka pembinaan petani tetap menggunakan kelompok tani yang ada di wilayah proyek yang bersangkutan.

C. Tinjauan Tentang Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Badan Permusyawaratan Desa adalah : lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 1. Fungsi BPD

1. Mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang didesa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan

2. Legislatif yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan desa bersama-sama pemerintah desa

(32)

4. Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang.

2. Tugas dan Wewenang BPD

Tugas dan wewenang BPD diatur dalam Perda kabupaten masing-masing. Dengan demikian, dimungkinkan tugas dan wewenang BPD antara satu kabupaten dengan kabupaten lain jumlah maupun kata-katanya tidak sama persis. Adapun tugas dan wewenang BPD antara lain :

1. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa dan pejabat kepala desa 2. Mengajukan rancangan peraturan desa secara tersendiri atau bersama kepala desa dan

menyetujui penetapannya sebagai peraturan desa 3. Bersama dengan kepala desa menetapkan APBDes

4. Memberikan persetujuan atas pengangkatan perangkat desa

5. Memberikan persetujuan dalam kerjasama antar desa dan/atau pihak ketiga 6. Melakukan pengawasan terhadap :

a) pelaksanaan peraturan desa dan peraturan lainnya b) pelaksanaan keputusan desa

c) pelaksanaan APBDes d) kebijakan pemerintah desa

e) pelaksanaan kerjasama antar desa dan/ atau pihak lain f) kekayaan desa

(33)

3. Hak dan Kewajiban BPD

Hak dan kewajiban BPD antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya dimungkinkan tidak sama persis. Adapun yang menjadi hak BPD antara lain :

1. Meminta pertanggungjawaban kepala desa

2. Menilai, menerima atau menolak pertanggungjawaban kepala desa 3. Meminta keterangan kepada kepala desa

4. Mengadakan perubahan atas rancangan peraturan desa 5. Mengajukan pernyataan pendapat

6. Mengajukan dan mengadakan perubahan rancangan peraturan desa 7. Menentukan anggaran belanja BPD

8. Menetapkan peraturan tata tertib BPD

Sementara itu, BPD juga mempunyai kewajiban antara lain : 1. Mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI

2. Mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 serta mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku

3. Membina dan mengembangkan nilai-nilai demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa

5. Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan dan 6. pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya

(34)

antara elemen masyarakat yang direpresentasikan oleh BPD dengan pemerintah desa. Di level desa perlu dibangun good governance (tata pemerintahan yang baik) yang memungkinkan keterlibatan seluruh elemen desa yang direpresentasikan melalui kelembagaan BPD dalam setiap urusan publik, penyelenggaraan pemerintahan serta merumuskan kepentingan desa.

Tentunya ini dapat terwujud apabila BPD memiliki posisi tawar (bargaining position) yang kuat tidak hanya terhadap pemerintah desa tetapi juga terhadap pemerintah supra desa. Pelaksanaan tugas dan fungsi dari BPD pada dasarnya mengacu pada tugas dan fungsi dari lembaga ini yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang salah satu diantaranya adalah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

D. Tinjauan tentang Organisasi 1. Pengertian Organisasi

Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. ( Stephen P. Robbins: 1994: 4 )

2. Struktur Organisasi

(35)

1. Kompleksitas

Kompleksitas mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada da lam organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarki organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Pada saat tugas-tugas menjadi makin terspe-sialisasi dan makin banyak tingkatan yang ditambah di dalam hierar kinya, maka organisasi menjadi semakin kompleks.

2. Formalisasi

Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya ke pada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pe gawainya disebut formalisasi. Beberapa organisasi beroperasi dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum; yang lainnya, diantaranya organisasi yang berukuran kecil pun, mempunyai segala macam peraturan yang memerintahkan kepada pegawainya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan.

3. Sentralisasi

(36)

Organisasi cenderung untuk didesentralisasi. Namun, menetapkan letak organisasi didalam rangkaian keputusan tersebut, merupakan salah satu factor utama didalam menentukan apa jenis struktur yang akan ada.

E. Kerangka Pikir

Indonesia adalah negara agraris karena kondisi alam yang memiliki banyak kepulauan. Kondisi sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Sama seperti Desa Fajar Baru, kondisi alam yang luas dijadikan penduduk sebagai lahan pertanian.

Luasnya lahan pertanian dan banyaknya para petani membuat masyarakat membentuk kelompok tani. Di desa Fajar Baru ini terdapat enam kelompok tani. Sebuah wadah untuk mengelola dan mengkoordinir anggota-anggota kelompoknya masing-masing. Dalam menyelesaikan masalah pertanian di desa, kelompok tani berkoordinasi dengan BPD. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas dan fungsi untuk menyampaikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa agar dapat terciptanya pembangunan desa. Koordinasi yang dilakukan antara Kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk. Pupuk yang jarang didapatkan menyulitkan petani untuk meningkatkan hasil pertanian. Pupuk adalah kebutuhan penting dalam pertanian, karena dengan pupuk hasil pertanian akan lebih baik daripada hasil yang tidak menggunakan pupuk.

(37)

Koordinasi antara Kelompok tani dengan BPD dilakukan dibalai desa. Mengingat letak balai desa berada di pusat desa. Sehingga memudahkan masyarakat untuk datang. Frekuensi pertemuan yang dilakukan hanya apabila kelompok tani dan BPD merasa perlu. Masalah yang dibicarakan adalah masalah seputar pembangunan desa. Mencari solusi memecahkan persoalan didesa tersebut. Seperti masalah pupuk dan perbaikan infrastruktur desa dan fasilitas umum yang belum tercapai.

Salah satu tujuan dari koordinasi adalah menciptakan dan memelihara efektifitas organisasi setinggi mungkin melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan kesinambungan antar berbagai kegiatan dependen suatu organisasi.

(38)
(39)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Koordinasi yang terjadi antara Petani dan BPD terjadi tidak secara rutin. Frekuensi pertemuan masih sedikit melakukan pertemuan.

2. Kelangkaan pupuk di desa Fajar Baru disebabkan karena distribusi atau penyaluran pupuk masih kurang. Jumlah pupuk yang didapat masih kurang sedangkan kebutuhan pupuk petani dalam pertanian masih kurang.

3. Pembangunan infrastruktur seperti jalan desa, irigasi pertanian dan fasilitas umum masih terhambat karena belum terjadi koordinasi antara pemerintah dan masyarakat desa.

4. Pertemuan antara Kelompok tani dan BPD dalam pelaksanaan pembangunan desa tidak direncanakan, yaitu pada saat Kelompok tani dan BPD bertemu dilokasi tempat bekerja atau setelah bekerja saja. Tentu saja hal tersebut tidak mencerminkan adanya koordinasi yang baik antara Kelompok tani dan BPD dalam pembangunan desa.

(40)

kewenangannya, kalaupun ada permasalahan dari Kelompok Tani maka petani berkoordinasi dengan Badan Penyuluh Pertanian untuk mengatasinya. BPD lebih mengurusi masalah yang berhubungan dengan pemerintahan desa.

B. Saran

1. Dalam proses pembangunan desa tahap pertama yang harus adalah tahap perencanaan. Proses perencanaan pembangunan desa harus dilakukan oleh unsur pemerintah dan unsur BPD agar perencanaan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh desa.

2. Kelompok Tani dan BPD harus menjalankan tugas,fungsi dan kewajibannya masing-masing dan melaksanakan koordinasi dengan sebaik-baiknya demi tercapainya kepentingan bersama dalam tujuan koordinasi.

3. Pertemuan antara kelompok tani dan BPD sebaiknya dalam bentuk informal atau kelembagaan, sehingga dapat terwujud pembangunan.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, bab ini juga mencakup penetapan tempat penelitian, fokus penelitian, jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya membahas mengenai tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi yang mengkaji mengenai koordinasi antara kelompok tani dan BPD dalam pembangunan desa. Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti proses koordinasi antara kelompok tani dan BPD dalam pembangunan desa secara mendalam sehingga penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif.

Menurut David Williams dalam Lexy J. Maleong (2006 : 5 ) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai:

(42)

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya. ( Lexy J. Moleong : 2006 : 11 )

B. Penetapan Tempat Penelitian

Dalam melakukan penelitiannya penulis menetapkan tempat penelitian didesa Fajar Baru kecamatan Jati Agung kabupaten Lampung Selatan. Alasan penulis memilih desa tersebut antara lain karena sebagian besar lahan didesa tersebut adalah lahan pertanian namun masih banyak permasalahan mengenai pembangunan desa khususnya masalah pertanian yang belum bisa membantu meningkatkan kesejahteraan petani.

C. Fokus Penelitian

(43)

bagaimana peneliti dapat memberikan ciri pada data itu, apa yang menjadi tujuan analisis peneliti, mengapa peneliti peneliti memilih data itu, bagaimana data itu mewakili atau merupakan perkecualian, siapa yang ingin mengetahui dan apa yang mereka ingin ketahui. Jadi peneliti bebas menggunakannya dan didasarkan pada perhatiannya yang diprioritaskan. Selain itu, peneliti dapat pula memanfaatkan sumber-sumber seperti pengalaman pribadi, budaya umum, kepustakaan akademis untuk membantu mencari dan menemukan fokus. (Lexy J. Moleong, 2006: 291)

Fokus penelitian merupakan hal yang penting apabila kita melakukan sebuah penelitian. Melalui fokus penelitian, kita dapat membatasi studi untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian, karena adanya fokus penelitian seorang peneliti akan mudah terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Selain itu, antara masalah dan fokus penelitian akan saling terkait, karena permasalahan penelitian dijadikan acuan bagi fokus penelitian meskipun fokus dapat berubah dan berkurang berdasarkan data yang ditemukan di lapangan. Permasalahan fokus penelitian ini adalah bagaimana koordinasi yang dilakukan oleh kelompok tani dan BPD.

(44)

Penelitian ini memfokuskan pada wujud pelaksanaan koordinasi antara Kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk, pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan petani.

D. Jenis Data Penelitian

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan-informan dipilih dengan mendasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data.

Dalam hal ini data primer dapat diperoleh dari orang yang memenuhi kriteria yaitu: 1. Ketua Badan Permusyawaratan desa : Juhari

2. Anggota Badan Permusyawaratan Desa : Suroyo, Khairil Anwar dan Sukriyanto Alasan memilih Ketua dan anggota BPD adalah karena informan mengetahui tentang keadaan desa dan penelitian ini meneliti tentang BPD.

3. Ketua Kelompok Tani 6 orang yaitu : Bambang Setio, Heri Supriyanto,Mitro Wiyono, Wagiman,Rusyanto,Jupriadi.

4. Anggota Kelompok Tani 6 orang yaitu: Budi Miharso, Marito, Subardi, Martoyo, Agus Yuliyanto, Maryoto.

(45)

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data-data tersebut bisa bersumber dari dokumentasi berupa majalah, surat kabar, buku, arsip, televisi, radio, situs, dan sumber-sumber lain yang bisa diterima.

E.Tahapan Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian berupa: 1. Orientasi

Orientasi dilakukan melalui studi pustaka dan pengamatan awal dengan tujuan mencari berbagai informasi yang mendukung.

2. Eksplorasi

Dalam hal ini, peneliti secara terfokus mencari data di lapangan dengan menggunakan wawancara serta dilengkapi oleh dokumentasi.

3. Member Check

Dilakukan setelah seluruh hasil wawancara dan pengamatan diperoleh, yang kemudian dianalisis dan dituangkan dalam bentuk laporan serta disinkronkan lagi dengan informasi yang didapat dari informan tertentu.

F.Teknik Pengumpulan Data

(46)

1. Wawancara mendalam (indepth interview)

Yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan keterangan pribadi dan untuk memperoleh informasi lengkap dengan informan dengan lisan maupun tulisan secara langsung dengan bertatap muka dengan informan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data dokumentasi yang belum dipahami oleh peneliti, serta untuk memperoleh pengertian maupun penjelasan yang lebih mendalam tentang realita dan obyek yang akan diteliti tersebut.

2. Dokumentasi

Dokumentasi diartikan sebagai pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.

G. Teknik Pengolahan Data

Data primer dan data sekunder yang telah terkumpul selanjutnya diolah melalui tahapan berikut ini:

1. Tahapan editing, merupakan kegiatan dalam menentukan kembali data yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin validitasnya serta dapat segera diproses lebih lanjut.

(47)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biglen (yang dikutip Lexy J. Moleong, 2006 :248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitiannya, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat digunakan begitu saja, analisis data menjadi bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat lebih berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah penelitian.

Menurut Mathew B. Miles dan Huberman (1992 : 16-19), analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:

1. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

(48)

melihat penyajian data maka akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

3. Penarikan Data/Verifikasi

(49)

DAFTAR ISI

(50)

E. Tahapan Penelitian ... 39 3.Penarikan Data atau Verfikasi ... 42 IV. GAMBARAN UMUM DESA FAJAR BARU

A. Gambaran Umum Desa Fajar baru ... 43

A. Koordinasi Kelompok Tani dan BPD dalam Penyediaan Pupuk ... 49 B. Koordinasi Kelompok Tani dan BPD dalam Pembangunan Infrastruktur Desa ... 51 C. Koordinasi Kelompok Tani dan BPD dalam Peningkatan Kesejahteraan Petani ... 53 D. Koordinasi Kelompok Tani dan BPD dalam Pembangunan Desa

(51)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Hadiawan, Agus. 2006. Buku Ajar Teori Pembangunan. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Herujito, Yayat M. 2004. Dasar-Dasar Manajemen. PT. Grassindo. Jakarta.

Miles, Matthew B.Dan Huberman, A. Michael.1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya Bandung. 147 hlm.

Ndraha, Taliziduhu. 1988. Metodelogi Pemerintahan Indonesia. PT. Bina Aksara. Jakarta.

---. 1990. Pembangunan Masyarakat Tinggal Landas. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

---. 2003. Kybernology 1( Ilmu Pemerintahan Baru ). Rineka Cipta. Jakarta.

Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi.Arcan. Jakarta.

Robbins, Stephen P. Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Salemba Empat Jakarta

(53)

Syafiie, Inu Kencana. 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia. ( Edisi Revisi ). Rineka Cipta. Jakarta.

Sumber lain:

http://www.dispertanak.pandeglang.go.id/artikel_11.htm

www.cftech.com/brainbank/COORPERATEADMINISTRATION/Gro ssNatalProd.html.

http://heronimushero.wordpress.com/2008/03/05/pemberdayaan-petani-melalui-gabungan-kelompok-tani-gapoktan/

(54)

Judul Skripsi : Koordinasi Antara Kelompok Tani dan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembangunan Desa Fajar Baru Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan

Nama Mahasiswa : Rifki Adi Wijaya

NPM : 0416021040

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu

Drs. Hi. Agus Hadiawan M.Si. Drs. R. Sigit Krisbintoro NIP. 195801 091986 031002 NIP.196112181989021001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(55)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Hi. Agus Hadiawan M.Si. ...

Penguji Utama : Drs. R. Sigit Krisbintoro ...

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. NIP. 195801 091986 031002

(56)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Penyediaan Pupuk

Distribusi pupuk didesa Fajar Baru ini masih kurang, dan sulit untuk didapat. Untuk mendapatkan pupuk petani harus membuat suatu Kelompok Tani, kemudian setiap Kelompok Tani tersebut mendaftar kepada koordinator pupuk yang ada pada desa agar mendapatkan bagian pupuk dan dibagikan kepada anggota Kelompok Tani tersebut masing-masing. Jumlah pupuk yang dibutuhkan per kelompok tani per hektar adalah 3 kuintal pupuk. Sedangkan luas lahan pertanian yang dimanfaatkan adalah 200 hektar. Jumlah pupuk yang didapat petani tergantung pada jumlah luas lahan pertanian. Namun jumlah itu pun masih belum mencukupi kebutuhan petani di desa Fajar Baru.

(57)

Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas dan fungsi untuk menyampaikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa agar dapat terciptanya pembangunan desa. Koordinasi yang dilakukan antara Kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk. Pupuk yang jarang didapatkan menyulitkan petani untuk meningkatkan hasil pertanian.

Hasil wawancara dengan Heri Supriyanto pada tanggal 15 November 2009 “ ya, saya tahu, soalnya saya petani disini, saya sudah pasti tahu. Masalahnya macam-macam, seperti jika musim kemarau susah untuk mendapatkan pengairan kemudian pupuk yang serba pas, jadi sudah dijatah”.

Hasil wawancara dengan Juhari pada tanggal 26 November 2009

“distribusi pupuk disini memang sudah ada, dan cukup untuk kelompok tani disini.dan setiap kelompok tani sudah mendapatkan jatahnya masing-masing untuk tiap kelompok. Namun pada kenyataannya pupuk disini masih sulit untuk didapatkan, karena jumlah pupuk memang sudah dijatah jadi untuk mendapatkan pupuk lebih tidak bisa. Dan kelompok tani yang lain tidak dapat jadi tidak enak dengan sesama petani yang lain. Sebenarnya lancar-lancar saja tapi jika untuk lebihnya masih kurang juga”

Pernyataan Heri dan Juhari tersebut dapat dimaknai bahwa pupuk masih menjadi masalah yang mendasar bagi petani, dan sulit untuk didapatkan. Hal ini pun dirasakan sama oleh petani lain yang merasa pupuk masih sulit untuk didapatkan.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa permasalahan pupuk memang masih menjadi permasalahan yang belum bisa dihadapi oleh petani desa dengan baik. Selama koordinasi belum dapat dilakukan maka permasalahan pupuk ini tidak akan terpecahkan. Dan kesejahteraan petani sulit meningkat.

(58)

Hasil wawancara dengan Mitro Wiyono pada tanggal 15 November 2009 “ yang saya tahu tidak pernah, sampai saat ini saya belum pernah terlibat dalam aktifitas dengan BPD. Mungkin yang saya tahu BPD lebih mengurusi pemerintahan desa saja.”

Berdasarkan wawancara diatas dapat kita lihat bahwa koordinasi antara kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk sudah terjadi, namun frekuensi koordinasi masih kurang. Sehingga distribusi pupuk tidak berjalan dengan lancar dan pupuk menjadi sulit untuk didapatkan. Distributor membeli pupuk kepada produsen untuk disampaikan kepada kios pengecer dikecamatan, kemudian masing-masing distributor tidak dibolehkan membeli dalam jumlah yang besar dan hanya diperkenankan membeli pupuk sejumlah kebutuhan di kecamatan yang telah ditentukan, dan pengecer hanya mengambil pupuk dari satu distributor untuk selanjutnya dijual langsung kepada petani.

B. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Pembangunan Infrastruktur Desa

Koordinasi yang dimaksud adalah dalam hal perbaikan infrastruktur desa dan fasilitas umum. Jalan merupakan akses penting untuk distribusi hasil pertanian. Semakin cepat pendistribusian hasil pertanian semakin cepat juga hasil yang didapatkan. Kemudian fasilitas umum seperti irigasi untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari memang belum ada, masyarakat petani masih menggunakan sungai.

(59)

usulan kegiatan penting lainnya yang terkait dengan pendidikan belum dapat terealisasikan.

Jalan desa Fajar Baru yang rusak juga adalah salah satu dari sekian banyaknya masalah yang dihadapi masyarakat khususnya petani, karena distribusi hasil pertanian akan menjadi terhambat dan akan merugikan petani. Kemudian seperti sulitnya distribusi pupuk kepada petani yang sulit, hal ini akan menyulitkan petani mendapatkan hasil pertanian yang baik. Untuk mengatasi kendala tersebut, koordinasi petani dan BPD dalam pembangunan desa sangat dibutuhkan agar dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi petani pada khususnya. Sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah saja dan kemakmuran dapat terwujud. Panjang jalan utama didesa Fajar Baru ini adalah sekitar 5 Km. Dan rata-rata sudar banyak yang berlubang.

Banyak daerah yang berpotensi besar dalam pertanian yang belum beruntung memiliki akses jalan raya yang layak. Desa ini memiliki potensi yang besar di sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Hamparan yang selalu ditanam masyarakatnya memberi kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan. Sayangnya akses jalan menuju ke desa ini sangat memprihatinkan.

Hasil wawancara dengan Mitro Wiyono pada tanggal 15 November 2009 “masalah pupuk yang serba pas-pasan. Kemudian air untuk kesawah kalau tidak pada musim hujan sulit sekali untuk mendapatkannya.”

(60)

Hasil wawancara dengan Juhari tanggal 26 november 2009

“…irigasi desa ini ada yang kebagian yaitu desa yang berada disebelah kanan masuk ini memang dilewati sungai, tapi kalo yang sebelah kiri tidak dilalui, jadi mengandalkan air sumur galian, dan mengandalkan air hujan.jika ingin membuat sumur bor membutuhkan biaya yang cukup banyak”.

Koordinasi dalam perbaikan infrastruktur antara kelompok tani dan BPD dalam bidang perbaikan infrastruktur terjadi, namun frekuensi pertemuan koordinasi masih kurang baik karena petani merasa tidak memiliki kepentingan didalam perbaikan infrastruktur desa seperti jalan dan perbaikan irigasi.

Kondisi ini tentu saja mempengaruhi banyak hal. Khususnya terhadap pertanian, kondisi ini menyebabkan biaya tambahan untuk pengangkutan sarana produksi dan juga untuk pengangkutan hasil produksi ke luar. Di sisi lain harga jual produk pertanian mereka sama dengan harga pasar umumnya dan tidak mungkin dinaikkan karena pasti tidak akan dibeli.

C. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Peningkatan Kesejahteraan Petani

(61)

Peningkatan Kesejahteraan Petani bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat pertanian dalam upaya peningkatan ketahanan pangan yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani.

Sudah sejak lama pemerintah berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat petani yang merupakan porsi terbesar dari struktur masyarakat Indonesia. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian. Berbagai bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi sarana produksi, bantuan modal langsung, kredit usaha tani, dan lain sebagainya yang jumlahnya sangat beragam. Namun hasilnya petani masih berpendapatan rendah, masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan masih selalu berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha taninya.

Hasil wawancara dengan Bambang Setio pada tanggal 15 November 2009

“ya kami berharap BPD dapat memperhatikan nasib petani disini”

Hasil wawancara dengan Heri Supriyanto pada tanggal 15 November “harapan saya BPD dapat membantu kami petani fajar baru dalam menyelesaikan masalah pertanian didesa ini”

(62)

D. Koordinasi Petani dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembangunan Desa

Koordinasi yang terjadi antara Petani dan BPD masih belum terjadi secara rutin. Frekuensi pertemuan masih jarang dilakukan. Hal ini dapat menghambat kemajuan desa yang akan menyebabkan tidak terjadinya pembangunan desa Fajar Baru.

Musyawarah di Fajar Baru ini memang sering dilakukan setiap bulannya, namun hanya pada bidang pemerintahan desa. Membahas seperti mengenai bidang administrasi desa saja. Untuk bidang pertanian belum pernah dilakukan secara terprogram dan belum ada agenda rutin pertemuan untuk membahas masalah pertanian.

Dalam proses pembangunan desa tahap pertama yang harus adalah tahap perencanaan. Proses perencanaan pembangunan desa harus dilakukan oleh unsur pemerintah dan unsur BPD agar perencanaan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan dengan apa yang dibutuhkan oleh desa. Seperti petani, apa sajakah yang dibutuhkan untuk menunjang pertanian didesa tersebut, karena semua itu membutuhkan perencanaan. Oleh karena itu, unsur pemerintah, BPD, dan masyarakat khususnya petani harus berkoordinasi guna menunjang proses perencanaan.

1. Adanya Pertemuan

(63)

wawancara dengan Bambang Setio, pada 15 November 2009

“tidak pernah, BPD disini kurang berperan terutama masalah pertaniannya.”

Wawancara dengan Johari, pada tanggal 26 November 2009

“ kalau BPD membahas tentang pertanian benar, memang belum. Tapi kalau di tingkat intern masing-masing kalau di tingkat petani, katakanlah mengadakan pertemuan melalui kelompok tani.”

Berdasarkan jawaban hasil wawancara diatas, diketahui bahwa petani merasa belum pernah melakukan pertemuan secara formal, atau terprogram. Hanya mengadakan pertemuan dengan sesama kelompok tani. Hal tersebut juga dikatakan oleh ketua BPD.

Kurangnya perhatian BPD pada khususnya terhadap petani dalam menyelesaikan masalah pertanian menghambat produksi hasil pertanian, walaupun petani bisa mengatasi sendiri masalah yang terjadi. Sebab BPD memiliki kewajiban untuk memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan dan pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya.

Saat ini BPD kurang memfasilitasi untuk mengadakan pertemuan antara Petani dengan pemerintahan desa dalam tujuan untuk pembangunan desa.

2. Frekuensi Pertemuan

(64)

wawancara dengan Bambang Setio, pada tanggal 15 November 2009. “Jarang sekali, kami sibuk bekerja ke sawah jadi kalau mau pertemuan susah sekali”.

Wawancara dengan Johari, pada tanggal 26 November 2009 “Belum pernah secara formal”.

Dari hasil wawancara diatas, dapat kita ketahui bahwa frekuensi pertemuan antara kelompok tani dan BPD sangat jarang dilakukan. Pertemuannya tidak secara rutin, yang artinya sulit sekali ditentukan atau tidak pernah sama sekali.

Pertemuan antara Kelompok tani dan BPD dalam pelaksanaan pembangunan desa tidak direncanakan, yaitu pada saat Kelompok tani dan BPD bertemu dilokasi tempat bekerja atau setelah bekerja saja. Tentu saja hal tersebut tidak mencerminkan adanya koordinasi yang baik antara Kelompok tani dan BPD dalam pembangunan desa.

E. Faktor-Faktor Penghambat Koordinasi

Faktor-faktor penghambat koordinasi antara Kelompok Tani dan BPD dalam pembangunan desa adalah:

1. Perbedaan Orientasi Tujuan

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan Brazil dan Meksiko, negara-negara berkembang di Asia yang memiliki cadangan besar seperti Tiongkok, Indonesia dan India justru menjadi negara yang

Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik kepadatan serta daya dukung bahan RAP dari jalur Pantura karena jalan di

Kemudian apabila ada bangunan atau gedung sekolah yang rusak, maka kami segera menganggarkan untuk malkukan perbaikan atau rehab sedang maupun rehab berat." " selanjutnya yang

Pada penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pertumbuhan Candida albicans dengan penambahan Dextrose 5%, 10%, 40% dan tanpa penambahan Dextrose pada

Biaya pengukuran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan informasi biaya produk yang digunakan oleh perusahaan (Supriyono, 1994:665). Sebelum

Hal ini disebabkan karena saat ini para pengrajin tapis lebih memilih menggunakan kain yang sudah jadi yang didatangkan dari daerah lain untuk kemudian tinggal mereka sulam

Sebagai anak yang ahli dalam menyicipi rasa, Desta tahu, kelezatan masakan tidak hanya terletak pada bumbu dan bahan, tapi juga pada cara makan yang benar. Akhirnya Desta

Analysis: During the Tap, her analysis shows that the answer should be in Present Perfect Tense as she says that the time frame is present and for action that has