ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Natar Lampung Selatan
Semester Genap TP. 2011/2012)
Oleh FARIDA
SAVI merupakan jenis pendekatan pembelajaran yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual siswa dengan menggunakan semua indera yang di-milikinya sehingga membantu melatih pola pikir siswa dalam memecahkan masa-lah dengan kritis, logis, cepat, dan tepat. Pembelajaran yang masih menggunakan pendekatan konvensional pada mata pelajaran matematika mengakibatkan siswa kurang memahami konsep-konsep yang ada.
Penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian posttest only control group design ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar TP. 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini diambil mengguna-kan cluster random sampling. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh bahwa secara umum pembelajaran dengan pendekatan SAVI tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
PENGARUH
SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL
TERHADAP
(Studi pada
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI)
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
ada Siswa Kelas VII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh
Farida 0813021028
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
PEMBELAJARAN (SAVI)
Natar Lampung Selatan
PENGARUH
SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL
TERHADAP
(Studi pada
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI)
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
ada Siswa Kelas VII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)
Oleh
Farida
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Farida
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813021028
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. Dra. Rini Asnawati, M.Pd. NIP 19530309 198303 2 001 NIP 19620210 198503 2 003
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. ______________
Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ______________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Caswita, M.Si. ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 196003151985031003
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pringsewu pada 3 Januari 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Ir. M. Pahlawan Akbar M. dan Ibu Zulianafuri, S.Pd.
Sebagian besar masa pendidikan formal penulis ditempuh di Kecamatan Natar Lampung Selatan diantaranya Taman Kanak-kanak Dharma Bakti (1995-1996), SD Negeri 2 Merak Batin (1996-2002), dan SMP Negeri 1 Natar (2002-2005). Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 5 Bandarlampung dan diselesaikan pada tahun 2008.
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi
perjalannannya, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan. Allah tidak menciptakan yang demikian
itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesarannya) kepada orang-orang yang mengetahui.
(QS. Yunus 10:5)
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari
Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh
kemudharatan, maka hanya kepada-Nya lah kamu
meminta pertolongan.
MOTTO
Failure is only the opportunity to begin again more intelligently.
-Henry Ford-
Watch your thoughts, for they become words..
Watch your words, for they become actions..
Watch your action, for they become habits..
Watch your habits, for they become your character..
Watch your character, for it becomes your destiny..
What we think, we become..
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan barokah,
nikmat, dan kemudahan yang diberikan-Nya,,,
Ku persembahkan karya ini kepada:
Ayah dan Bunda tercinta atas doa, kesabaran, perjuangan, dan jerih
payah dalam mendidik ananda…
Kakakku tersayang dan keluarga kecilnya serta adikku “Ui” untuk
setiap motivasi dan keceriaan yang tercipta…
Almarhumah Sitiku tercinta atas kasih sayang yang begitu besar…
Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan…
Para pendidik yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepadaku…
SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intellectual (SAVI) Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi Pada Siswa SMP Negeri 1 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)” ini sebagai syarat menyelesaikan studi.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung beserta jajarannya;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila sekaligus
Dosen Pembahas atas kritik, saran, dan bimbingannya baik selama penulis menyusun skripsi maupun selama penulis menempuh studi;
3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika atas bimbingan dan motivasi selama penulis menempuh studi;
memberikan bimbingan dan konsultasi baik selama penulis menyusun skripsi maupun selama penulis menempuh studi;
5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi dan memberikan motivasi yang besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini;
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Metematika atas sumbangan ilmu
pengetahuan dan motivasi selama penulis menempuh studi;
7. Bapak Drs. Priyo Hartono, selaku Kepala SMP Negeri 1 Natar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;
8. Ibu Titik Ekaeni Tulisdiatmi, S.Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan arahan, bantuan, dan kemudahan selama penulis melakukan penelitian;
9. Kedua orang tuaku tercinta Ir. M. Pahlawan Akbar dan Zulianafuri, S.Pd., untuk curahan kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya kepada penulis; 10. Almh. Hj. Saerah, alhamdulillah siti, aku patahkan kekhawatiran di hari-hari
terakhirmu akan studiku ini. Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dan selalu ada untukku. Tersenyumlah di sana;
11. Panutanku, kakakku tersayang dr. Zuraida dan keluarga kecilnya, Abang Alex
Prabudi, S.T. dan Nakenku tercinta Adeeb Ahnah Al Fatih, atas motivasi, semangat, dan kasih sayangmu, you’re the best sista I have… ;
12. Adikku semata wayang, Yurida Akbar, belajarlah yang benar. Today is not yesterday or tomorrow, but today causing by yesterday n effect to tomorrow;
13. Keluarga besar Muhyin Yahya dan H. Baki, aku bersyukur lahir di keluarga
14. Bapak, Ibu Guru dan Staff Tata Usaha SMP Negeri 1 Natar atas bimbingan dan motivasi yang tiada henti sejak penulis duduk di bangku SMP hingga saat
ini;
15. Teman-teman baikku Novi, Nenik, Niki, Eka, dan Fenty terima kasih untuk semangat kebersamaan dalam hari-hariku;
16. Uni Desi Trihandayani Chandra yang rela berbagi kamar kostnya sebagai tempat singgah penulis selama perkuliahan dan penuyusunan skripsi, Uni
Priska, Uni Putty, dan Mb’Vivi, teman-teman sepenampungan di kamar kost Uni Desi;
17. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2008 reguler: Aan, Arifan, Astri, Bill,
Adi, Erika Nicky, Nita, Ika, Hefna, Ayu, Lukman, Doddy, Erma, Ummi, Vina, Laras, YM, Wawan, K’Angga, April, Fenny, Sudirman, Herlangga, Yayan,
Rizki, Sutrisno, Rovi, Mb’Indah, Shintia, Nerry, Tomi, Ratna, dan teman-teman 2008 mandiri atas persahabatan, kebersamaan, dan keceriaannya selama ini;
18. Kakak tingkat angkatan 2006 dan 2007 serta adik tingkat angkatan 2009, 2010, dan 2011;
19. Sahabat seperjuangan penulis bernomor diklat 182008006 atas nama Dinny
Wahyuni atas kebersamaan, semangat, dan kegilaan yang tercipta;
20. Eighteeners Volunteer Corps UKM KSR PMI Unit Unila, Mb’ Wahyu
21. Keluarga besar UKM KSR PMI Unit Unila yang telah menempa pikiran dan mental penulis serta memberikan pengalaman dan ilmu berharga bagi penulis
selama penulis bergabung di dalamnya;
22. Keluarga besar PAMASTAR JAYA yang akan selalu jaya;
23. Rekan-rekan senasib sepenanggungan di negeri rantau Dusun Kebagusan
Dewi Rahmayati, Hervin Maulina, S.Pd., Enik Trisnawati, S.Pd., Lilis Puspitasari, Ika Ilyana Wulandari, Yinyin, Restu Tri Wijaya, Freddy Sihotang,
dan Anjar;
24. Alm. Mbah Dimi dan keluarga besar atas semangat dan dukungannya selama ini;
25. Semua Pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan barokah dan nikmat atas bantuannya
dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandarlampung, Agustus 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar ... 9
2. PendekatanSAVI ... 11
3. Pemahaman Konsep ... 17
B. Kerangka Pikir ... 18
C. Anggapan Dasar ... 20
D. Hipotesis ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 21
C. Prosedur Penelitian ... 23
D. Data Penelitian ... 25
E. Teknik Pengumpulan Data ... 26
F. Instrumen Penelitian ... 28
G. Analisis Data ... 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37
B. Pembahasan ... 44
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46
B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar ... 21
3.2 Desain Penelitian ... 22
3.3 Proses Pembelajaran ... 24
3.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 27
3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 30
3.6 Hasil Uji Daya Pembeda ... 31
3.7 Interpretasi Nilai Indeks Kesukaran ... 32
3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 32
3.9 Analisis Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 33
4.1 Analisis Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 37
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 38
4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 39
4.4 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 1 ... 40
4.5 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 2 ... 40
4.6 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 3 ... 41
4.7 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 4 ... 41
4.8 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 5 ... 42
4.10 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 7 ... 43
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, dunia pendidikan
di-hadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan sumber daya
manusia yang dapat memenuhi tuntutan global. Sebab pendidikan merupakan
suatu wadah kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak
bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental, intelektual, dan
kepriba-dian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan
perlu mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif dari
pemerin-tah, masyarakat maupun pengelola pendidikan.
Dunia pendidikan saat ini menekankan bahwa pendidikan harus lebih menekankan
pada proses belajar dibandingkan proses mengajar. Hal ini berarti pendidikan
harus menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Pembelajaran
juga melibatkan berbagai tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama
jika menginginkan hasil belajar menjadi lebih baik.
Salah satu kriteria pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
memungkin-kan siswa belajar dengan mudah, menyenangmemungkin-kan, dan mencapai tujuan sesuai
2
merespon, dan mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Terlebih dalam
pelajaran matematika yang selalu dipersepsikan sebagai mata pelajaran yang sulit
dan menakutkan bagi siswa. Padahal di era globalisasi ini menguasai matematika
telah menjadi suatu keharusan. Sebab dengan belajar matematika kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan kreatif, yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari dapat dikembangkan.
Selama ini, siswa merasa sulit memahami materi pelajaran matematika yang
di-berikan. Salah satu faktor yang memengaruhi proses pemahaman siswa adalah
penyampaian pola materi yang tidak melalui langkah terstruktur, padahal
keter-kaitan antarkonsep dalam matematika harus bersifat konsisten karena kebenaran
dari suatu konsep merupakan akibat dari kebenaran konsep sebelumnya. Untuk
itu siswa harus dibiasakan mendapatkan materi matematika yang sistematis dan
terstruktur.
Standar kompetensi kurikulum 2006 menyatakan bahwa matematika merupakan
ilmu universal yang memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin dan
mema-jukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Matematika juga berfungsi mengembangkan
kemam-puan menggunakan memecahkan masalah dan mengomunikasikan ide atau
gagas-an denggagas-an menggunakgagas-an simbol tabel, diagram, dgagas-an media lainnya.
Belajar matematika bukanlah bagaimana siswa dapat menghafal atau mengingat
3
membutuhkan pengertian, pemahaman akan suatu persoalan matematika, dan
kreativitas siswa dalam mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang
sesuai dengan apa yang telah dimilikinya. Pokok-pokok pemikiran inilah yang
harus dikembangkan dalam penyelesaian kegiatan belajar matematika, supaya
proses belajar yang bermakna dapat terjadi dengan baik.
Proses pembelajaran matematika yang masih menggunakan pendekatan
konven-sional yang menempatkan siswa sebagai objek dalam pembelajaran menyebabkan
siswa cendrung pasif dan didominasi beberapa siswa yang aktif bertanya dan
memberikan tanggapan ketika diminta guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang
memahami konsep-konsep yang ada. Padahal pemahaman konsep matematis
merupakan salah satu faktor penentu hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran
seperti ini masih banyak dijumpai pada sekolah-sekolah di Kabupaten Lampung
Selatan.
Berdasarkan hal di atas, untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dirasa perlu diadakan perlakuan terhadap siswa. Perlakuan yang
dimaksud adalah mengubah pembelajaran yang monoton menjadi pembelajaran
yang efektif. Oleh karena itu, guru harusnya mampu menawarkan pendekatan dan
metode dalam mengajar yang dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga
menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar.
Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan “SAVI”. SAVI
adalah singkatan dari Somatic (bersifat raga), Auditory (bersifat suara), Visual
(bersifat gambar), dan Intellectual (bersifat merenungkan). Pembelajaran dengan
4
aktivitas intelektual siswa dengan menggunakan semua indera yang dimilikinya.
Dalam pembelajaran ini penerapan belajar somatik berarti siswa mengalami dan
melakukan, auditori bermakna bahwa siswa belajar dari suara dengan bercerita
(mempresentasikan sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat.
Penerap-an belajar visual dapat dilakukPenerap-an dengPenerap-an melihat, memperhatikPenerap-an, dPenerap-an mengamati
benda-benda yang dipelajarinya. Adapun penerapan belajar intelektual berarti
siswa belajar menggunakan kemapuan berpikirnya dengan memecahkan masalah,
menganalisis eksperimen, membangkitkan ide-ide kreatif, menciptakan
makna-makna pribadi, dan berpikir melalui implikasi dari ide. Apabila sebuah
pembela-jaran dapat melibatkan seluruh unsur SAVI ini maka pembelapembela-jaran akan
berlang-sung efektif. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran perlu adanya keaktifan
secara fisik sehingga membantu melatih pola pikir siswa dalam memecahkan
masalah dengan kritis, logis, cepat, dan tepat.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2011) di SMP Negeri 3 Bandung
kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009 pada materi kubus dan balok, diketahui
bahwa pembelajaran dengan pendekatan SAVI ternyata dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung oleh persentase ketercapaian
indikator kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional, yaitu: 1) mengenal asumsi, 77,59% dan 68,55%; 2) membuat
interpretasi, 71,88% dan 50,63%; 3) melakukan inferensi, 60,55% dan 38,49%; 4)
merumuskan masalah dalam soal cerita ke dalam model matematika, 57,44% dan
40,48%; serta 5) mengevaluasi argumen, 41,04% dan 25,23%. Selain itu,
ber-dasarkan angket yang diisi siswa, pembelajaran dengan pendekatan SAVI dirasa
5
sendiri dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya sehingga memudahkan siswa
memahami konsep matematika yang dipelajari.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novia (2011) pada
siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandung tahun pelajaran 2009/2010 dalam materi
geometri untuk meningkatkan kemampuan spatial sense, pendekatan SAVI dalam
materi geometri dapat memunculkan sikap dan respon positif pada siswa secara
umum. Hal tersebut berdasarkan pada pengolahan data angket siswa yang
menun-jukkan bahwa siswa merasa lebih senang dan nyaman karena pembelajaran dengan
pendekatan SAVI mendorong siswa untuk menggunakan seluruh inderanya.
Pembelajaran dengan pendekatan SAVI menekankan bahwa selama proses belajar
mengajar berlangsung, siswa harus memanfaatkan penggunaan indera dan
kecer-dasannya secara maksimal. Pembelajaran dimulai dengan siswa mengeksplorasi
pengetahuannya tentang materi yang akan dipelajari sebagai bentuk penerapan
pembelajaran somatik, seperti menggambar bangun segiempat dan
mengelompok-kan bangun-bangun segiempat berdasarmengelompok-kan jenisnya, serta penerapan
pembelajar-an visual seperti siswa mengamati bpembelajar-angun-bpembelajar-angun segiempat ypembelajar-ang ada.
Kemudi-an siswa melakukKemudi-an diskusi dalam kelompok kecil berKemudi-anggotakKemudi-an 3-4 orKemudi-ang.
Dalam kelompok, siswa membuat alat peraga berupa bangun segiempat untuk
dianalisa sifat-sifatnya sehingga siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas
bangun tersebut, serta menyelesaikan beberapa soal yang berkaitan dengan materi.
Dalam diskusi kelompok ini seluruh unsur SAVI dapat diterapkan. Selanjutnya,
beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain
memberikan tanggapan sebagai bentuk penerapan auditori, visual, dan intelektual.
6
menyimpulkan ide-ide pada proses belajar mengajar dan siswa mengerjakan
latihan soal sebagai tugas individu (bentuk penerapan intelektual).
Berdasarkan obeservasi awal dan diskusi dengan guru mata pelajaran matematika,
pembelajaran matematika yang berlangsung di SMP Negeri 1 Natar masih
menggunakan pendekatan konvensional. Selain itu nilai hasil uji blok materi
himpunan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VII pada
Febuari 2012 menunjukkan rata-rata ketuntasan belajar kurang dari 60%
menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah.
Mencermati hal di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh
pendekatan pembelajaran SAVI terhadap pemahaman konsep matematis siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Natar Lampung selatan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan pembelajaran
dengan pendekatan SAVI berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis
siswa?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan pendekatan
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan khasanah keilmuan bidang
pembelajaran matematika.
2. Dapat diketahui pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran SAVI
terha-dap pemahaman konsep matematis siswa.
3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru matematika, calon guru
matematika, orang tua, dan siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan
isti-lah dalam penelitian ini adaisti-lah sebagai berikut:
1. Pemahaman konsep matematis adalah pengertian abstrak yang
memungkin-kan kita untuk mengelompokmemungkin-kan objek atau kejadian dan menerangmemungkin-kan
apa-kah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari
pengertian tersebut. Adapun indikator pemahaman konsep adalah sebagai
berikut:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
8
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
2. Konsep matematis dalam penelitian ini dibatasi pada materi segiempat.
3. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI adalah pembelajaran
dengan menggabungkan gerakan fisik dan akivitas intelektual serta
penggu-naan semua indera.
4. Penggunaan indera dalam pembelajaran dengan pendekatan SAVI dibatasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Belajar
Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya
adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
a. Teori belajar behaviorisme menurut Sudjana (2002) bertolak pada asumsi
bahwa manusia dapat berperilaku pasif (dikontrol oleh stimulus) dan aktif
(dikontrol oleh respon) yang dikenal dengan teori stimulus–respon (S–R).
Belajar dalam teori ini diartikan sebagai kondisi yang menghasilkan
peruba-han perilaku yang timbul terus menerus.
b. Teori belajar kognitivisme
Sudjana (2002) menyatakan bahwa terori belajar kognitif mengasumsikan
bahwa perilaku manusia bersifat interaktif. Teori ini menekankan pada
proses-proses intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman,
dan pemecahan masalah yang merupakan aspek utama dalam pembelajaran.
10
Menurut Gagne (dalam Slameto, 2003) belajar adalah penguasaan
penge-tahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Segala sesuatu yang
dipelajari manusia terbagi menjadi lima kategori, yaitu keterampilan motoris
(koordinasi gerakan badan), informasi verbal (seseorang dapat menjelaskan
sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar), kemampuan
intelek-tual, strategi kognitif, dan sikap.
c. Teori belajar konstruktivisme
Teori ini dikembangkan oleh Piaget dan merupakan perkembangan dari teori
belajar kognitif. Dalam teori ini guru tidak lagi berperan sebagai instruktur,
melainkan sebagai fasilitator siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri.
Hamzah (2008) mengemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalaman
mereka. Siswa diutamakan untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui
asimilasi (penyerapan informasi baru dalam pikiran) dan akomodasi
(menyu-sun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru).
Horsley (1990) mengungkapkan bahwa teori belajar konstruktivisme memiliki
pandangan seseorang pada umumnya melalui empat tahapan pembelajaran
diantaranya:
1) Tahap apersepsi, pada tahap ini siswa digali pengetahuan awalnya tentang
hal-hal yang akan mereka pelajari.
11
konsep-konsep yang ia pelajari dengan mengungkkapkan ide-ide atau
pengetahuan yang ada dalam dirinya.
3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep, tahap ini siswa diupayakan untuk
bekerjasama dengan temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya
kepada orang lain dan mendengar, bahkan menghargai temuan temannya.
4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep, merupakan tahap untuk
me-ngukur sejauh mana siswa telah memahami suatu konsep dengan
menye-lesaikan permasalahan.
Berdasarkan ketiga teori belajar di atas, teori belajar yang memiliki pernanan
dalam pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Tokoh lain dalam
perkembangan teori belajar konstruktivisme adalah Vygotzky sebagai ahli
konstruktivisme sosial. Vygotzky (dalam Slavin, 2000: 17) menyatakan bahwa
faktor sosial juga mempengaruhi perkembangan intelektual seorang anak yang
sedang mengalami pembelajaran.
2. Pendekatan SAVI
DePorter (2005) mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang.
Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan
moda-litas kinistetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat,
pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran
12
Beberapa ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar yang dinyatakan oleh DePorter
kemudian dikemukakan oleh Collin Rose (2003), yang dipertegas oleh Roebyarto
(2008) dalam blognya sebagai berikut.
1. Pelajar visual senang menggambar diagram, gambar, dan grafik, serta me-nonton film. Mereka juga suka membaca kata tertulis, buku, poster berslo-gan, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas.
2. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelas-an lispenjelas-an, komentar, dpenjelas-an kaset. Mereka senpenjelas-ang membaca teks kunci dpenjelas-an merekamnya di kaset.
3. Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktek supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalnya: menggaris bawahi, mencorat-coret, dan menggambarkan.
Gaya belajar yang dikemukakan oleh DePorter dan Rose tersebut kemudian
di-tambahkan oleh Meier (2000) menjadi empat gaya belajar dengan tambahan gaya
belajar intelektual yang bercirikan sebagai pemikir. Intelektual menunjukkan apa
yang pembelajar lakukan dalam pikirannya sebagai kemampuan merenungkan
pe-ngalaman untuk menghubungkan, mengartikan, merencanakan, dan menilai apa
yang mereka pelajari. Dengan berperannya intelektual dalam pembelajaran
di-mana pikiran mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, dan pemahaman (diharapkan) menjadi kearifan.
Penerapan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas
intelek-tual dengan menggunakan semua indera dapat berpengaruh besar terhadap
pem-belajaran. Pendekatan pembelajaran yang demikian disebut dengan pendekatan
SAVI.
Takari (2008: 12) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pen-dekatan SAVI adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan
13
Menurut Meier dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook (2000) anak
kecil adalah contoh pembelajar yang hebat, karena mereka melibatkan aktifitas
tubuh dan indera yang dimilikinya sehingga pembelajaran dapat terjadi dengan
maksimal. Berbeda dengan pembelajar yang hanya duduk dalam mengikuti
pem-belajaran, mereka sulit berkonsentrasi karena pikiran mereka tertidur ketika
mereka tidak memiliki kesempatan keterlibatan fisik.
Meier (2000: 42) mengemukakan bahwa:
Learning doesn't automatically improve by having people stand up and move around. But combining physical movement with intellectual activity and the use of all the senses can have a profound effect on learning. I call this SAVI learning. The components are easy to remember.
1. Somatic: Learning by moving and doing. 2. Auditory: Learning by talking and hearing. 3. Visual: Learning by observing and picturing.
4. Intellectual: Learning by problem solving and reflecting.
Takari (2008: 27) menyatakan bahwa dari keempat aspek atau unsur dari SAVI itu
harus dilaksanakan keseluruhan dalam satu pembelajaran, agar pembelajaran yang
dilaksanakan setiap pertemuan bisa optimal.
Adapun penjelasan dari keempat unsur dari SAVI adalah sebagai berikut:
a. Somatik
Somatik berasal dari bahasa Yunani yaitu “soma” yang berarti tubuh. Somatik
dalam SAVI menyatakan pembelajaran yang melibatkan sentuhan dan gerakan
tangan saat belajar.
Beberapa contoh pengunaan fisik yang diungkapkan Meier (2000: 45) dalam
pem-belajaran SAVI:
14
3) mempresentasikan histogram dan alat-alat statistik lainnya; 4) memanipulasi komponen sebuah sistem;
5) melakukan latihan belajar aktif (simulasi, permainan, dan lain-lain); dan 6) menciptakan belajar yang aktif dalam kelompok.
b. Auditori
Belajar dengan auditori menurut Takari (2008: 22) adalah belajar dari suara,
dialog, membaca keras, bercerita, berbicara dengan dirinya sendiri, mengingat
bunyi, mengingat lagu, mengingat dan mendengarkan CD, dan membaca di dalam
hati.
Adapun contoh belajar dengan auditori menurut Meier (2000: 47) dapat dilakukan
dengan: siswa secara berpasangan menjelaskan satu sama lain secara rinci
apa-apa yang mereka pelajari dan apa-apa yang akan mereka lakukan dan berdiskusi dalam
kelompok untuk memecahkan masalah secara kreatif.
Dalam penelitian ini penerapan belajar dengan auditori dilakukan dengan bercerita
(mempresentasikan sesuatu), berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan
masalah secara kreatif, dan mengemukakan pendapat.
c. Visual
Belajar dengan visual menurut Takari (2008: 23) berarti belajar penggunaan
indera, khususnya mata, untuk melihat, memperhatikan, dan mengamati.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dave Meier dan Dr. Owen Caskey
tentang efek dan citra mental pada belajar ditemukan bahwa orang yang
meng-gunakan pencitraan (simbol) dalam mempelajari informasi teknis dan ilmiah
15
dan 26% lebih baik untuk ingatan jangka panjangnya. Hasil ini berlaku untuk
setiap orang tanpa memandang usia, etnik, gender, atau cara belajar yang dipilih.
Menurut Takari (2008: 24) setiap siswa akan lebih mudah paham atau menguasai
isi pembelajaran, apabila dapat melihat langsung sesuatu yang sedang
dipelajari-nya dari dunia dipelajari-nyata. Bahkan terkadang, siswa dapat belajar lebih baik lagi
apa-bila mereka menciptakan sendiri benda-benda tersebut.
d. Intelektual
Belajar intelektual menurut Takari (2008: 26) berarti:
penggunaan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan mencipta-kan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Selain itu intelektual juga diartikan sebagai perenungan diri, menciptakan memecahkan masalah, dan membangun makna.
Menurut Meier (2000: 50) aspek intelektual dalam pembelajaran akan tercipta jika
peserta didik terlibat dalam kegiatan seperti:
memecahkan masalah, menganalisis eksperimen, melakukan perencanaan strategis, membangkitkan ide-ide kreatif, merumuskan pernyataan, menerapkan ide-ide baru untuk pekerjaan, menciptakan makna pribadi, dan berpikir melalui implikasi dari ide.
Meier (dalam Yulianti, 2011: 34) mengemukakan beberapa alasan mengenai
landasan diterapkannya pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar sehari-hari
khususnya pembelajaran matematika, yaitu:
1) dapat terciptanya lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat);
2) melibatkan siswa sepenuhnya (aktif dan kreatif); 3) adanya kerja sama diantara siswa;
16
Contoh penerapan SAVI dalam pembelajaran matematika menurut Yulianti
(2011: 35), diantaranya:
1) Siswa dapat belajar sedikit dengan melihat, mengamati, menggambar, melukis, mencipta, serta mendemonstrasikan media belajar dan alat peraga. (Visual)
2) Siswa dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka melakukan sesuatu ketika sedang belajar, misalnya memeragakan konsep sambil mempelajari langkah demi langkah. (Somatik)
3) Membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. (Auditori)
4) Memikirkan cara menerapkan informasi yang mereka dapatkan, atau siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka dengan memecahkan masalah (Intelektual) jika mereka secara simultan menggerakkan tubuhnya (Somatik) untuk memeragakan alat peraga (Visual), sambil membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (Auditori).
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Siswa mengeksplorasi pengetahunnya tentang materi yang akan dipelajari.
(Somatik dan Visual)
2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang.
3) Siswa membuat alat peraga berupa bangun segiempat untuk dianalisa
sifat-sifatnya sehingga siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas pada
bangun tersebut, serta menyelesaikan beberapa soal yang berkaitan dengan
materi. (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual)
4) Beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang
lain memberikan tanggapan. (Auditori, Visual, dan Intelektual)
5) Siswa bersama dengan guru menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide
pada proses belajar mengajar dan siswa mengerjakan latihan soal sebagai
17
3. Pemahaman Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), konsep adalah ide atau pengertian
yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
Sedangkan menurut Toermoedy (2010) konsep dalam matematika adalah
pengertian abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek atau
kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau
bukan contoh dari pengertian tersebut.
Hudoyo (1999: 63) menyatakan bahwa:
belajar matematika melibatkan struktur hirarki atau urutan konsep-konsep yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar konsep atau pengalaman yang sudah ada, sehingga belajar matematika harus terus menerus dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar.
Menurut Dinner (dalam Simanjuntak, 1992) agar pemahaman konsep-konsep
matematika dapat dipahami oleh siswa lebih mendasar harus diadakan pendekatan
belajar dalam mengajar antara lain, yaitu (a) peserta didik yang belajar matematika
harus menggunakan benda-benda kongkrit dan membuat abstraksi dari
konsep-konsepnya, (b) materi pelajaran yang akan diajarkan harus ada hubungannya
dengan yang sudah dipelajari, (c) supaya peserta didik mendapatkan sesuatu dari
belajar matematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol,
dan (d) matematika adalah ilmu seni kreatif karena itu harus dipelajari dan
diajarkan sebagai ilmu seni.
Kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting
18
sekedar hafalan, melainkan dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan
konsep materi pelajaran itu sendiri.
Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil tes evaluasi pemahaman
konsep. Adapun indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan ulang suatu konsep.
2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir
untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun
berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian.
Penggunaan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat
ber-pengaruh terhadap konsep pemahaman matematis siswa. Keanekaragaman
pen-dekatan mengajar yang ada pada saat ini merupakan alternatif yang dapat
diguna-kan oleh guru untuk memilih pendekatan mana yang sesuai dengan materi yang
akan disampaikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah segiempat.
19
sekitar sehingga pembelajarannya akan lebih mudah dipahami jika menggunakan
alat peraga atau benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini digunakan pembelajaran dengan pendekatan SAVI yaitu
pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktifitas intelektual serta
melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan SAVI akan menciptakan lingkungan yang
menggugah semangat siswa karena pada pembelajaran ini siswa dapat melakukan
pembelajaran yang melibatkan sentuhan dan gerakan tangan (penerapan somatik)
seperti melakukan latihan belajar aktif (simulasi dan permainan) dan membuat
alat peraga. Selain itu, pendekatan SAVI juga menerapkan belajar dengan audio
dimana siswa mempresentasikan sesuatu, berdiskusi untuk memecahkan masalah
secara kreatif, dan bebas mengemukakan pendapatnya. Dengan pendekatan
SAVI, belajar juga harus melibatkan penggunaan indera (visual), khususnya mata,
untuk melihat, memperhatikan, dan mengamati, sehingga siswa akan lebih mudah
memahami isi pembelajaran.
Selain hal-hal tersebut di atas, pendekatan SAVI juga menerapkan belajar
intelek-tual dalam proses pembelajarannya. Belajar intelekintelek-tual dalam hal ini bukan
ber-arti belajar tanpa emosi, melainkan belajar dengan menggunakan kecerdasan
siswa untuk memecahkan masalah, menganalisis, melakukan perencanaan
stra-tegis, membangkitkan ide-ide kreatif, merumuskan pernyataan, dan menerapkan
ide-ide baru. Jika keempat unsur-unsur dalam SAVI, yaitu somatik, auditori,
visual, dan intelektual, ini diterapkan dalam suatu proses pembelajaran, maka
20
ditawarkan guru selama ini (pembelajaran konvensional). Jika pembelajaran yang
demikian berlangsung pada pembelajaran matematika, tentunya hal tersebut akan
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
C. Anggapan Dasar
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa
selain faktor yang diteliti pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianggap sama.
D. Hipotesis
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis
dari penelitian ini, yaitu “penerapan pendekatan pembelajaran SAVI berpengaruh
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Natar. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kelas VII berjumlah 12 kelas dengan kemampuan matematika siswa merata
dalam setiap kelas yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar
Kelas VII A VII B VII C VII D VII E VII F VII G VII H VII I VII J VII K VII L Jumlah
Siswa 30 34 33 34 34 32 44 34 34 34 33 34
Persentase Siswa Tuntas Belajar
70% 41,2% 42,2% 38,2% 35,3% 37,5% 42,4% 44,1% 38,2% 42,3% 51,5% 44,1%
Rat-rata 44,2%
Sumber: SMP Negeri 1 Natar
Selanjutnya, untuk kepentingan penelitian ini diambil dua kelas sebagai sampel
dengan teknik cluster random sampling yaitu teknik mengambil sampel secara
22
pengambilan sampel tersebut diperoleh VIIB sebagai kelas ekperimen dan VIIC
sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan SAVI.
Pembela-jaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelaPembela-jaran dengan menggabungkan
gerakan fisik dan aktivitas intelektual serta penggunaan semua indera.
Karena penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan pendekatan
SAVI dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat
ditentukan bahwa variabel bebas (independent variable) dari penelitian ini adalah
pendekatan SAVI sedangkan variabel terikat (dependent variable) dari penelitian
ini adalah konsep matematis siswa. Adapun desain penelitian yang digunakan
dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian.
Kelompok Perlakuan Post-test
E X Y1
P C Y2
Keterangan:
E = Kelas eksperimen P = Kelas kontrol
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan SAVI C = Kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional
23
C. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu
tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan.
1. Perencanaan
a. Melakukan observasi sekolah untuk memperoleh data-data yang
diperlu-kan, seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, karakterisktik siswa,
pendekatan yang biasa dipergunakan guru dalam mengajar, dan data nilai
uji blok mata pelajaran matematika yang terbaru.
b. Melakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling
dengan mengambil dua dari dua belas kelas yang ada sehingga diperoleh
VII B sebagai kelas eksperimen dan VIIC sebagai kelas kontrol.
c. Menyusun perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan
pembela-jaran (RPP) dan lembar kerja kelompok untuk enam kali pertemuan.
Lembar kerja kelompok hanya diberikan pada siswa kelas eksperimen.
d. Membuat kisi-kisi soal tes pemahaman konsep sesuai dengan indikator
pembelajaran.
e. Membuat soal tes pemahaman konsep.
f. Melakukan uji validitas isi instrumen tes kepada guru mitra. Setelah
ins-trumen dinyatakan valid, insins-trumen tes kemudian diujicobakan.
g. Melakukan perhitungan validitas butir soal, indeks reabilitas, indeks daya
pembeda, dan indeks kesukaran soal.
2. Pelaksanaan
24
dan pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada kelas kontrol
yang dilakukan pada bulan April–Mei 2012. Pada kelas eksperimen
pem-belajaran berlangsung sebanyak tujuh kali pertemuan dari tanggal 30 April
2012 sampai 23 Mei 2012. Pertemuan ini satu kali lebih banyak dari yang
direncanakan, hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama pembelajaran
berlangsung kurang efektif, hanya berlangsung selama satu jam.
Sedang-kan pada kelas kontrol pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP yang
telah direncanakan sebelumnya.
Adapun tahap-tahap pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Proses Pembelajaran.
No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1. Kegiatan Pendahuluan a. Salam, tegur, dan sapa. b. Melakukan absensi kelas c. Apersepsi:
-Peserta didik mengingat kembali mengenai bangun datar yang telah dipelajari di sekolah dasar. -Peserta didik mengelompokkan
jenis-jenis bangun datar. d. Motivasi:
-Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
-Sekilas menginformasikan materi pembelajaran.
e. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 3 – 4 orang.
f. Guru memberikan pengarahan tentang topik yang dipelajari.
Kegiatan Pendahuluan a. Salam, tegur, dan sapa. b. Melakukan absensi kelas c. Apersepsi:
- Peserta didik mengingat kembali mengenai bangun datar yang telah dipelajari di sekolah dasar. d. Motivasi:
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Sekilas menginformasikan materi pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Siswa menggali pengetahuannya tentang pokok bahasan yang akan dipelajari dengan melakukan
pengamatan benda-benda di
sekitarnya, mengelompokkan, dan
selanjutnya mendefinisikan
pengertian bangun-bangun tersebut dengan kata-katanya sendiri. (AI)
Kegiatan Inti
a. Siswa membaca buku paket matematika tentang pokok bahasan yang akan dipelajari.
b. Siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaannya dengan melakukan tanya jawab yang difasilitasi guru. c. Guru menjelaskan materi tentang
25
b. Siswa melakukan diskusi kelompok dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Dalam diskusi kelompok tersebut siswa membuat alat peraga berupa bangun segiempat untuk diidentifikasi sifat-sifatnya sehingga siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas bangun tersebut. Selain itu siswa juga menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sifat-sifat, keliling, dan luas persegi. (SAVI)
c. Beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain memberikan tanggapan. (AVI)
d. Selama pembelajaran berlangsung guru memonitoring kegiatan siswa dan meluruskan persepsi siswa yang belum tepat sehingga seluruh siswa memiliki persepsi yang sama.
siswa diminta mengulang
menyebutkan sifat-sifat yang telah dijelaskan guru.
d. Siswa menyimpulkan pengertian persegipanjang berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki.
e. Siswa diberi contoh soal-soal tentang sifat-sifat persegipanjang. f. Siswa mendengarkan penjelasan
guru mengenai cara menurunkan
rumus keliling dan luas
persegipanjang.
g. Siswa diberi contoh soal-soal yang berkaitan dengan keliling dan luas persegipanjang.
h. Siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan sifat-sifat, keliling, dan luas persegipanjang secara berkelompok.
i. Guru memberikan arahan dan bimbingan selama pembelajaran berlangsung.
j. Guru meluruskan persepsi siswa yang belum tepat sehingga seluruh siswa memiliki persepsi yang sama. 3. Kegiatan Penutup
a. Dengan melibatkan siswa menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting hari ini. (intelektual) b. Siswa diberi tugas dan post tes. c. Menutup pelajaran dengan doa dan
salam.
Kegiatan Penutup
a. Dengan melibatkan siswa menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting hari ini.
b. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR). c. Menutup pelajaran dengan doa dan
salam.
b. Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol.
c. Menganalisis data.
d. Membuat kesimpulan.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes
26
dan kelas kontrol dengan pendekatan konvensional di akhir pokok bahasan
segiempat.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi dan
metode tes.
1. Metode Dokumentasi
Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui nilai uji
blok terakhir bidang studi matematika untuk mengetahui kemampuan matematika
siswa dan mendapatkan daftar nama siswa.
2. Metode Tes
Tes dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis pada kedua
kelas eksperimen dan kontrol yang dilakukan di akhir pokok bahasan segiempat.
Hasil pengolahan data ini gunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
Adapun pemberian skor tes pemahaman konsep matematis siswa ini berdasarkan
27
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep.
No Indikator Ketentuan Skor
1. Menyatakan ulang sebuah konsep a.b. Tidak menjawab Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah 0 1 c. Menyatakan ulang sebuah konsep dengan benar 2
2.
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu
tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1
c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya 2
3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep a.b. Tidak menjawab Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 0 1 c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2
4. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis
a. Tidak menjawab 0
b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematis tetapi salah 1
c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematis dengan benar 2
5. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari
suatu konsep tetapi salah 1
c. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari
suatu konsep dengan benar 2
6.
b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih
prosedur tetapi salah 1
c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur dengan benar 2
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah
a. Tidak menjawab 0
b. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah tetapi tidak tepat 1
c. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah dengan tepat 2
28
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data
dalam suatu penelitian. Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
kemampu-an, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Data dalam penelitian
ini berupa data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh
dari tes pemahaman konsep matematis.
Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian
ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Suatu instrumen dikatakan baik
apa-bila memenuhi syarat valid dan reliabel.
Validitas isi dari suatu tes dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi
yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis siswa dengan tujuan
instruksional khusus yang telah ditentukan untuk pelajaran matematika, apakah
hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara
nyata dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum. Validitas tes ini
dikon-sultasikan dengan guru mitra. Penilaian guru mitra menyatakan bahwa butir-butir
tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator sehingga tes tersebut
di-kategorikan valid. Adapun penilaian validitas yang dilakukan oleh guru mitra
dapat dilihat pada lampiran. Selain itu, validitas butir soal juga divalidasi
meng-gunakan program IBM SPSS Statistic 19. Berdasarkan hasil perhitungan otomatis
menggunakan program IBM SPSS Statistic 19 dapat dilihat bahwa seluruh
29
Setelah perangkat tes dinyatakan valid, langkah selanjutnya adalah menentukan
indeks reabilitas soal, indeks daya pembeda, dan indeks kesukaran.
1. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan keajegan suatu instrumen tes dalam hasil pengukurannya
sehingga dapat dipercaya. Menurut Arikunto (2002) untuk menghitung reliabilitas
dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
= 1 −∑
Harga yang diperoleh menurut Arikunto (2002: 75) diimplementasikan dengan
indeks reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut.
a. 0,800 ≤ ≤ 1,000: sangat tinggi
b. 0,600 ≤ < 0,800: tinggi c. 0,400 ≤ < 0,600: cukup d. 0,200 ≤ < 0,400: rendah e. 0,000 ≤ < 0,200: sangat rendah
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes menggunakan program IBM SPSS
30
nilai memenuhi kriteria sangat tinggi sehingga instrumen tes pemahan konsep
matematis layak digunakan.
2. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai
teren-dah, kemudian diambil 50% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut
ke-lompok atas) dan 50% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut keke-lompok
bawah) (Arikunto, 2009: 212). Indeks daya pembeda ini ditentukan dengan
rumus:
= −
Keterangan:
DP = indeks daya pembeda satu soal butir tertentu
JA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Menurut Sudijono (2008: 388) hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi
berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda.
Nilai Interpretasi
Kurang dari 0,20 Buruk
0,20-0,40 Sedang
0,40-0,70 Baik
0,70-1,00 Sangat Baik
31
Setelah menghitung indeks daya pembeda diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda.
No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
1a 0,383 Sedang
konsep matematis memiliki interpretasi sedang hingga sangat baik sehingga
seluruh butir soal digunakan untuk pengambilan data.
3. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal.
Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak ter-
lalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Untuk menginterpretasi indeks kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran sebagai berikut :
=
Keterangan :
TK = indeks kesukaran suatu butir soal
JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diolah
32
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Indeks Kesukaran.
Nilai Interpretasi
Setelah hasil uji coba dianalisis dapat diketahui bahwa enam soal memiliki indeks
kesukaran sedang, yaitu soal nomor 1a, 1c, 2a, 4a, 4b, dan 4c, dua soal dinyatakan
mudah, yaitu soal nomor 2b dan 3, sementara soal nomor 1b dinyatakan sukar.
Adapun rekapitulasi hasil uji coba soal tes pemahaman konsep matematis siswa
ini dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes.
No. Validitas Butir Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
1a 0,625 (valid)
0,843 (sangat tinggi)
0,383 (sedang) 0.558 (sedang)
1b 0,372 (valid) 0,3 (sedang) 0.25 (sukar)
1c 0,821 (valid) 0,3 (sedang) 0.533 (sedang)
2a 0,859 (valid) 0,526 (baik) 0.476 (sedang)
2b 0,597 (valid) 0,883 (sangat baik) 0.733 (mudah)
3 0,826 (valid) 0,313 (sedang) 0.736 (mudah)
4a 0,770 (valid) 0,308 (sedang) 0.654(sedang)
4b 0,628 (valid) 0,316 (sedang) 0.575 (sedang)
4c 0,613 (valid) 0,333 (sedang) 0.617 (sedang)
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil uji coba tes di atas dapat disimpulkan bahwa
instrumen tes pemahaman konsep memenuhi kriteria validitas butir soal, memiliki
reliabilitas yang sangat tinggi, memiliki daya pembeda yang sesuai kriteria yang
akan digunakan, dan memiliki indeks kesukaran yang baik sehingga instrumen tes
33
G. Analisis Data
Pembelajaran dengan pendekatan SAVI dikatakan berpengaruh apabila memenuhi
kriteria berikut.
Tabel 3.8 Kriteria Pembelajaran yang Berpengaruh.
Aspek Kriteria Pembelajaran yang Berpengaruh Kesimpulan
Pemahaman konsep matematis
Tingkat pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pendekatan SAVI lebih baik atau lebih buruk dari pada tingkat pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pendekatan konvensional
Analisis dan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji
statistik terhadap:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam
mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah
mengguna-kan statistik parametrik atau non parametrik. Untuk menguji normalitas data
sampel yang diperoleh yaitu nilai tes pemahaman konsep dapat digunakan uji
Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk melihat apakah sampel berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut.
34
b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas, menurut Sudjana (2002: 138)
dengan rumus:
= −
dengan S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel
f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan
tabel.
g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva, dalam Sudjana (2002: 273)
χ = ( − )
keterangan:
χ = Chi–kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan
h) Membandingkan harga χ dengan tabel χ dengan taraf signifikan 5%
i) Menarik kesimpulan, jika χ < χ dengan dk = k – 3 maka data
berdistribusi normal atau terima .
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui asumsi yang dipakai dalam
pengujian kesamaan dua rata-rata independen dari skor tes pemahaman konsep
35
Rumusan hipotesis untuk uji ini menurut Sudjana (2005: 261-264) adalah:
H0: =
H1: ≠
Langkah-langkah uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlet:
1. Menghitung S2 dari masing-masing kelas
=∑( − )− 1
2. Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas
=∑( − 1)∑( − 1)
3. Menghitung harga satuan B
= (log ) ( − 1)
4. Uji Barlet dengan menggunakan statistik Chi Kuadrat
= (ln 10) − ( − 1) log
Kriteria uji: terima H0 jika < dengan dk = (k – 1) dan α = 5%.
3. Uji Hipotesis
Hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan
homo-gen, maka statistik yang digunakan untuk uji ini adalah uji-t dengan rumusan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : ≤ (pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen kurang
dari atau sama dengan pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol)
H1 : > (pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih dari
36
Statistik uji: =
Dengan =( 1− 1) 1 2 + 2 – 1 22
1+ 2−2
Keterangan:
: nilai rata-rata dari kelas eksperimen : nilai rata-rata dari kelas kontrol
: banyaknya subyek kelas eksperimen : banyaknya subyek kelas kontrol
: pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen : pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya di
BAB IV, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Jika dilihat secara keseluruhan (dilihat dari skor rata-rata pemahaman konsep)
kedua kelas memiliki pemahaman konsep yang sama, atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran SAVI tidak
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
2. Hasil tes pemahaman konsep matematis siswa dengan pendekatan SAVI sama
dengan hasil pemahaman konsep matematis siswa kelas dengan pendekatan
konvensional pada beberapa indikator, yaitu menyatakan ulang konsep,
me-nyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, mengembangkan
sya-rat perlu dan syasya-rat cukup, serta menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur tertentu.
3. Hasil tes pemahaman konsep matematis siswa pada indikator mengklasifikasi
objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya dan memberi contoh,
non contoh dari konsep siswa kelas pendekatan SAVI lebih tinggi daripada
47
4. Siswa pada kelas dengan pendekatan konvensional memiliki pemahaman
kon-sep mengaplikasikan konkon-sep atau algoritma ke pemecahan masalah yang lebih
tinggi dibandingkan siswa pada kelas dengan pendekatan SAVI.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran diataranya:
1. Guru hendaknya benar-benar menguasai kelas dan pendekatan yang
diguna-kannya sehingga pembelajaran yang bertujuan meningkatkan motivasi dan
semangat belajar siswa dapat berlangsung dengan baik.
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin menggunakan pendekatan SAVI dalam
pembelajaran hendaknya memperhitungkan waktu dengan sebaik-baiknya
sehingga keempat unsur SAVI dapat berlangsung dengan maksimal pada
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Jakarta.
De Porter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning
Di Ruang Kelas. Diterjemahkan oleh Ary Nilandri. Kaifa. Bandung.
Hamzah. 2008. Teori Belajar Konstruktivisme. http://akhmadsudrajat.wordpress.
com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/. Diakses 4 Agustus 2012
Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. http://herdy07.wordpress.
com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. Diakses 14 Desember 2011
Horsley, S. L. 1990. Elementary School Science for the 90S. Virginia:
Association Supervision and Curriculum Development.
Hudoyo, Herman. 1999. Belajar Mengajar Matematika. Dirjen Dikti PLPTK.
Jakarta.
Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook: A Creative Guide to
Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs.
McGraw-Hill. Amerika Serikat.
Novia, Sendari. Penggunaan Multimedia Interaktif pada Model Pembelajaran
SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam Materi Geometri untuk
Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense (Tilikan Ruang) Siswa. UPI.
Bandung.
Roebyarto. 2008. Pendekatan SAVI. http://roebyarto.multiply.com/journal/item
/21/PENDEKATAN_SAVI.htm. Diakses 6 Juni 2011
Sasmita, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS
Simanjuntak, L. 1992. Metode Mengajar Matematika. Rineka Cipta. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta.
Jakarta.
Slavin, Robert. 2000. Educational Psycology: Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston: Allyn and Bacon.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Sudjana, Nana. 2002. Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta.
Takari, Enjah. 2008. Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Konstektual.
Genesindo. Sumedang.
Toermoedy. 2010. Membelajarkan Konsep Matematika dengan Pendekatan
Deduktif dan Induktif. http://toermoedy.wordpress.com/2010/11/06/
membelajarkan-konsep-matematika-dengan-pendekatan-deduktif-induktif.htm. Diakses 11 Febuari 2012.
Yuliyanti, Heti. 2011. Penerapan Model SAVI (Somatic, Auditory, Visual,
Intellectual) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan