• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

Melia Mega Astuti

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton Lampung Tengah. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut digunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL), dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V B.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan persentase aktivitas siswa dan rata-rata hasil belajar siswa setiap siklusnya. Persentase aktivitas siswa siklus I sebesar 49,08%, meningkat pada siklus II menjadi 62,37% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 80,08%. Begitu pula pada rata-rata hasil belajar siswa yang selalu meningkat dari 59,38 pada siklus I, menjadi 70,79 pada siklus II, dan 84,08 pada siklus III.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan tiga siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V B SDN 1 Totokaton.

(2)

PENGGUNAAN MODEL

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1

TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MELIA MEGA ASTUTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PENGGUNAAN MODEL

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1

TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Skripsi

Oleh

MELIA MEGA ASTUTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ……… 31

2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 77

3. Grafik Rekapitulasi Kinerja Guru Per-Siklus ... 81

4. Grafik Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 83

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Identifikasi Masalah ... 5

C.

Rumusan Masalah ... 5

D.

Tujuan Penelitian ... 6

E.

Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Belajar ... 8

1.

Pengertian Aktivitas ... 8

2.

Pengertian Belajar ... 9

3.

Pengertian Aktivitas Belajar ... 10

4.

Pengertian Hasil Belajar ... 11

B.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 12

1.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 12

2.

Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 13

C.

Model

Contextual Teaching and Learning

(CTL) ... 14

1.

Pengertian Model Pembelajaran ... 14

2.

Pengertian

Contextual Teaching and Learning

(CTL) ... 16

3.

Karakteristik

Contextual Teaching and Learning

(CTL) 18

4.

Komponen

Contextual Teaching and Learning

(CTL) ... 19

5.

Langkah-Langkah

Contextual Teaching and Learning

(CTL) ... 21

6.

Kelebihan dan Kelemahan

Contextual Teaching and

Learning

(CTL) ... 22

D.

Hipotesis Tindakan. ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian ... 24

B.

Setting Penelitian ... 25

(6)

1.

Observasi. ... 25

2.

Tes ... 26

D.

Alat Pengumpulan Data ... 26

1.

Lembar Observasi. ... 26

2.

Soal- Soal Tes. ... 26

E.

Teknik Analisis Data ... 26

1.

Kualitatif. ... 27

2.

Kuantitatif. ... 28

F.

Indikator Keberhasilan. ... 30

G.

Prosedur Penelitian. ... 30

H.

Urutan Penelitian Tindakan Kelas. ... 32

1.

Siklus I ... 32

2.

Siklus II ... 35

3.

Siklus III ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Prosedur Penelitian ... 44

1.

Gambaran Umum SDN 1 Totokaton... 44

2.

Deskripsi Awal ... 45

3.

Refleksi Awal ... 45

4.

Persiapan Pembelajaran ... 46

B.

Hasil Penelitian. ... 47

1.

Hasil Pembelajaran Siklus I. ... 47

2.

Hasil Pembelajaran Siklus II. ... 58

3.

Hasil Pembelajaran Siklus III. ... 68

C.

Pembahasan ... 76

1.

Aktivitas Belajar Siswa ... 76

2.

Kinerja Guru ... 79

3.

Hasil Belajar Siswa ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 86

B.

Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA. ... 89

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar

Halaman

1.

Surat-Surat ... 92

2.

Perangkat Pembelajaran ... 98

3.

Analisis Aktivitas Siswa ... 169

4.

Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) ... 176

5.

Hasil Belajar dan Lembar Jawaban Siswa ... 188

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Kriteria Keberhasilan Kinerja Guru ... 28

2.

Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen ... 30

3.

Rincian Kegiatan PTK Tiap Siklus ... 47

4.

Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus I ... 52

5.

Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 55

6.

Hasil Tes Awal ... 56

7.

Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 56

8.

Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus II ... 63

9.

Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus II ... 65

10.

Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 66

11.

Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus III ... 72

12.

Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus III ... 74

13.

Hasil Belajar Siklus III ... 75

14.

Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 77

15.

Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 79

16.

Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 82

(9)

MOTTO

“Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”

(Q.S. Al-Baqarah: 45)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Alam Nasyrah : 6)

“Jadikanlah hari kemarin sebagai pelajaran terindah”

(10)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji:

Ketua

: Dra. Asmaul Khair, M. Pd. ...

Sekretaris

: Drs. A. Sudirman, M. H. ...

Penguji Utama

: Dr. Hi. Darsono, M. Pd.

...

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(11)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama mahasiswa

: Melia Mega Astuti

NPM

: 0813053044

jurusan

: Ilmu Pendidikan

program studi

: S1 PGSD

fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul

“Penggunaan Model

Contextual Teaching and Learning

(CTL) untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas

V B SDN 1 Totokaton Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah benar-benar hasil

karya saya sendiri.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya,

dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya

besedia dituntut berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Juni 2012

Yang membuat pernyataan,

(12)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ibuku Siti Maimuri dan Ayahku Sazili

yang telah mendidik dan selalu mendoakan serta mencurahkan kasih sayang

yang tiada taranya padaku serta, memberikan semangat yang tiada henti-hentinya

demi kesuksesanku, menjadi salah satu motivatorku untuk menjadi lebih baik.

Adikku Yoni Adriansyah

yang selalu memberikan dukungan dan doanya padaku.

Teman-teman seperjuangan yang begitu banyak,

tak bisa ku sebutkan satu persatu.

(13)

Judul Skripsi

: PENGGUNAAN MODEL

CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING

(CTL) UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa

: Melia Mega Astuti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053044

Program Studi

: S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KIP)

MENYETUJUI,

1.

Komisi Pembimbing

Dra. Asmaul Khair, M. Pd.

Drs. A. Sudirman, M. H.

NIP 19520919 197803 2 002

NIP 19540505 198303 1 003

2.

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro Provinsi Lampung, pada tanggal 25 Maret

1990 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sazili dan Ibu

Siti Maymuri.

Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak

(TK) Aisyah Bustanul Atfal selesai pada tahun 1996 dilanjutkan dengan

menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Metro yang selesai pada

tahun 2002. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Metro yang selesai

pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Metro

diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Program Studi S-1 Pendidikan Guru

(15)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

”Penggunaan Model

Contextual Teaching and Learning

(CTL) untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas

V B SDN 1 Totokaton Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas

Lampung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang

terhormat:

1.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2.

Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

3.

Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD

Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik sekaligus selaku Dosen

Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat

(16)

4.

Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S1 PGSD sekaligus

selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan

banyak masukan berarti dengan penuh kesabaran.

5.

Bapak Drs. A. Sudirman, M. H., selaku Dosen Pembimbing Pembantu dalam

penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan berarti bagi

penulis.

6.

Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

7.

Bapak Badawi, S. Pd., Kepala Sekolah SDN 1 Totokaton, serta Dewan Guru

dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis selama penyusunan

skripsi ini.

8.

Bapak Drs. Joni Efendi selaku teman sejawat yang banyak membantu penulis

dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

9.

Teristimewa kedua orang tua dan adik, yang telah memberikan bantuan baik

moral maupun materil demi keberhasilan studi penulis.

10.

Seluruh rekan-rekan Program Studi S1 PGSD angkatan 2008, terima kasih

atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

11.

Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna, akan tetapi

penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

perkembangan serta peningkatan pada dunia pendidikan khususnya ke SD-an.

Metro, Juli 2012

Peneliti

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Republik Indonesia saat ini terus berusaha memajukan

kualitas pendidikan di negara ini sesuai dengan perubahan zaman dan

kemajuan teknologi yang semakin berkembang. Hal ini tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 2

tentang (SISDIKNAS) menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan

zaman (Depdiknas, 2008: 3). Perubahan zaman berpengaruh pada dunia

pendidikan yang cukup signifikan, sehingga banyak merubah pola pikir

pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern yang

sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan. Untuk itu, pendidik

diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan

mandiri, serta memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan

masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Pendidikan yang merupakan dasar dari segala bidang untuk

(18)

pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi para peserta didik. Pendidikan

yang dilakukan di sekolah adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

diselenggarakan guna membentuk manusia yang unggul karena pendidikan

merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Jalur

pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar (TK dan SD), pendidikan menengah (SMP

dan SMA), dan pendidikan tinggi.

Salah satu mata pelajaran wajib yang ada di Sekolah Dasar (SD) adalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu program yang

menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik. Pendidikan

IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan

suatu disiplin ilmu. Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan IPS

merupakan hasil seleksi, adaptasi dan modifikasi dari hubungan

interdisipliner antara disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu sosial

yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis (Supriatna, dkk., 2007: 5).

Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) IPS merupakan ilmu

pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang

ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan

dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

IPS ditingkat persekolahan sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya

antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di

(19)

sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu.

Penyederhanaan pendidikan IPS harus diorganisir dan disiapkan

sedemikian rupa dan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Materi

pendidikan IPS yang akan dipelajari siswa harus didasarkan pada tujuan yang

hendak dicapai. Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran

bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu,

pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial)

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) kelas V B SDN 1 Totokaton pada minggu pertama

bulan Desember 2011, diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) mata pelajaran IPS adalah 64, dari jumlah 24 orang siswa

yang ada, hanya 7 (29%) orang siswa yang berhasil mencapai KKM

sedangkan 17 (71%) siswa belum mencapai KKM. Hal ini terjadi karena,

kondisi proses pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher center)

sehingga, pembelajaran jadi membosankan dan tidak menarik. Teacher center

(20)

mendengarkan penjelasan guru saja, siswa menjadi tidak terangsang untuk

aktif dalam pembelajaran dan media yang digunakan juga tidak menarik.

Aktivitas belajar siswa jadi terhambat dan hasil belajar pun jauh dari target

yang diharapkan.

Salah satu cara untuk memperbaiki pembelajaran IPS adalah dengan

menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran dengan model ini merupakan konsep pembelajaran yang

membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia

nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para

siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sardiman, 2011: 222). Dari

konsepsi ini diharapkan hasil pembelajaran yang diperoleh bukanlah sesuatu

yang abstrak, hanya mentransfer pengetahuan saja dan mengutamakan tingkat

hafalan dari berbagai materi yang diberikan tetapi lebih pada proses

pembelajaran yang berjalan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Dalam kelas

kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya,

guru hanya mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa.

Jadi, pengetahuan akan ditemukan oleh siswa sendiri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu

memperbaiki mutu pendidikan dengan mengadakan penelitian tindakan kelas

yang berjudul “Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

(21)

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang

ada, yaitu sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata

pelajaran IPS.

2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata

pelajaran IPS.

3. Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher center).

4. Media yang digunakan tidak menarik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

kelas V B SDN 1 Totokaton Tahun pelajaran 2011/2012?

2. Apakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

(22)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas

yang ingin dicapai adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada

mata pelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning

(CTL).

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata

pelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPS melalui penggunaan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) .

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan

guru terhadap penguasaan penggunaan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) secara tepat.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan yang berguna dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning

(23)

Menambah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan

mata pelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) serta menambah pengalaman sehingga, nantinya dapat

(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Aktivitas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23) aktivitas adalah

keaktifan atau kegiatan. Nasution (http://id.shvoong.com) aktivitas adalah

keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.

Sriyono (http://ivonyerniwaty.wordpress.com) mendefinisikan

aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani

atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan

salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Sardiman (2011: 96) menyatakan bahwa aktivitas merupakan prinsip

atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.

Interaksi belajar-mengajar antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa

maupun sebaliknya antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran.

Jadi, aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan

keinginan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dan saat di dalam

kelas, siswa dikatakan beraktivitas selama siswa aktif ikut serta

(25)

Belajar adalah berubah. Belajar akan membawa suatu perubahan

pada individu-individu yang belajar. Belajar akan membuat seseorang dari

tidak tahu menjadi tahu. Sardiman (2011: 38) belajar menurut teori

konstruktivisme, adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar

membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri

makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

Bower dan Hilgurd (dalam Hernawan, dkk., 2007: 2) mengatakan

bahwa belajar diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan

sejumlah ilmu pengetahuan. Hamalik (2001: 28) mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan.

Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa

perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun

perubahan sementara karena suatu hal.

Rakhmat, dkk., (2006: 50) menjelaskan belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan

perilaku seperti pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, persepsi dan

tingkah laku efektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses untuk membangun sendiri pengetahuannya

(26)

dari belajar dapat membentuk suatu perubahan prilaku seperti kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyusuaian

diri yang diperoleh dari hasil pengalaman dan interaksi.

3. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sifat, pikiran,

perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran dalam menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari

kegiatan tersebut (Kunandar, 2011: 277). Abdurrahman (2006: 34)

menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan jasmani

maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Junaidi (http://wawan-junaidi.blogspot.com) aktivitas belajar adalah

segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan

seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa perubahan

pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyak

perubahan. Dimyati dan Mudjiono (2002: 236) aktivitas belajar dialami

oleh siswa sebagai suatu proses yaitu proses belajar sesuatu.

Sardiman (2011: 97) bahwa dalam kegiatan belajar, subjek

didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar

sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar

tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Jadi, aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan

siswa secara sadar baik jasmani maupun kegiatan rohani untuk menunjang

(27)

yang panjang.

4. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran karena, dari hasil belajar siswa tersebut, guru dapat menilai

apakah siswa telah menguasai materi atau belum dalam upaya mencapai

tujuan pembelajaran. Suprijono (2009: 7) hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusian saja. Hasil belajar tersebut tidak hanya dilihat secara

fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak belajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.

Nasution (dalam Kunandar, 2011: 276) berpendapat bahwa hasil belajar

adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai

pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam

diri pribadi individu yang belajar.

Jadi, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengikuti pembelajaran dari mata pelajaran tertentu dan mengikuti

berbagai tes sehingga terjadi perubahan pengetahuan dan prilaku serta

(28)

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata

pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi

yang identik dengan istilah sosial studies dalam kurikulum persekolah di

negara lain. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berperan memfungsionalkan

dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik kedalam dunia

kehidupan nyata dimasyarakat.

Winataputra, dkk., (2008: 1.40) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

memiliki tiga istilah yaitu pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu

pengetahuan sosial yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah

sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat

dipahami siswa. Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah

konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian

diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan

program pengajaran pada tingkat persekolahan.

(29)

perlu mengembangkan proses pembelajaran yang lebih humanis dan

dinamis bagi pengembangan tujuan pembentukan warga negara yang baik.

Sardjiyo, dkk., (2009: 1.27) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang

studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial

di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu

perpaduan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu

kegiatan yang membelajarkan berbagai aspek pengetahuan yang dikaitkan

dengan pengalaman nyata yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial

di masyarakat untuk membentuk karakter siswa yang baik.

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikembangkan

atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu konsep

disiplin ilmu. Oleh karena itu, dalam pengembangannya pendidikan IPS

meliputi pengembangan intelektual, kemampuan individual serta perannya

dalam masyarakat. Hal tersebut pada akhirnya akan dibangun melalui

suatu pondasi pendidikan IPS yang dirancang oleh keterkaitan yang

signifikan antara teori dan konsep serta landasan filosofis, akademik dan

(30)

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial)

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, maupun global.

Hasan (dalam Supriatna, dkk., 2007: 5) tujuan IPS dapat

dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan

intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab

sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa

sebagai pribadi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah agar siswa mengembangkan

kemampuan yang dimilikinya kemudian dapat diterapkan dalam

kehidupan, berguna bagi pribadi dan masyarakat

C. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan

mutu pembelajaran. Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

(31)

suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Isjoni dan Mohd. Arif (2008 : 146) model pembelajaran merupakan

strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap

belajar dikalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan

sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional di kelas. Arends (dalam Suprijono, 2009: 46)

model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Adapun beberapa model-model pembelajaran antara lain model

Cooperative Learning, model Contextual Teaching and Learning (CTL),

model karya wisata, model Role Playing, model Inquiry, model induktif,

model Group Investigation. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu landasan atau

pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan

kemampuan siswa secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL) karena model tersebut

(32)

dapat lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran

kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dewey.

Pada tahun 1961, Dewey (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14)

mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan

dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori

mengenai model Contextual Teaching and Learning (CTL).

Jhonson (2006: 65) Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah

sebuah sistem yang menyeluruh. Contextual Teaching and Learning

(CTL) terdiri dari bagian yang saling berhubungan. Jika

bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang

melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.

Komalasari (2010: 7) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah

pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk

menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Suprijono (2009: 79) Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

(33)

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha

siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia

belajar (Nurhadi dalam Muslich, 2011:41).

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan

mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada

masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab

mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga kerja

(University of Washington dalam Trianto, 2009: 105). Sanjaya (2006:

109) Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka.

Hull`s dan Sounders (dalam Komalasari, 2010: 6) menjelaskan

bahwa:

In a Contextual Teaching and Learning (CTL), student discover meaningful relationship between abstract ideas and practical applications in a real world context. Students internalize

concepts through discovery, reinforcement, and

interrelationship. CTL creates a team, whether in the classroom, lab, worksite, or on the banks of a river. CTL encourages aducators to design learning environments that incorporate many forms of experience to achieve the desired outcomes.

(34)

baik di kelas, laboratorium tempat bekerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pembelajaran yang

mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling

terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga, siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan.

3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas

yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain.

Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi

yang melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan kreatif.

Fellows (dalam Komalasari, 2010: 10), Advanced Technology

Environmental and Energy Center (ATEEC), menjelaskan terdapat 6

karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:

1) Problem-based (berbasis masalah), pembelajaran yang

menghadapkan siswa pada masalah nyata yang berkaitan dengan kehidupan siswa untuk memudahkan siswa dalam memecahkan permasalahan.

2) Using multiple contexts (penggunaan berbagai konteks), pengetahuan di dapat dengan pengalaman yang diperkaya ketika para siswa belajar keterampilan di dalam berbagai konteks baik di sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar.

3) Drawing upon student diversity (penggambaran

(35)

pengaturan diri). Siswa selalu memiliki keinginan mencari, meneliti, dan menggunakan informasi yang didapatnya sehingga, memerlukan cukup dukungan yang membantu siswa pindah dari ketergantungan belajar mandiri.

5) Using interdependent learning groups (penggunaan kelompok belajar yang saling ketergantungan). Belajar kelompok dilakukan untuk saling berbagi pengetahuan, memusatkan pada tujuan, dan memberi kesempatan semua anggota untuk saling bertukar pikiran.

6) Employing authentic assessment (memanfaatkan penilaian asli). penilaian autentik ini digunakan untuk memonitoring kemajuan siswa dan umpan balik keberhasilan guru dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan masalah nyata di sekitar

siswa, akan mempermudah pemahaman siswa, kemudian pengalaman dan

pengetahuan siswa diperkaya dengan belajar baik di keluarga, sekolah,

maupun lingkungan masyarakat. Dengan kemampuan siswa yang

berbeda-beda, siswa harus lebih sadar bagaimana mereka memproses informasi,

memecahkan masalah yang ada menggunakan pengetahuan mereka

sendiri. Belajar kelompok memberi kesempatan siswa untuk

mempermudah pengembangan pengetahuan sepanjang proses

pembelajaran dan memanfaatkan penilaian autentik untuk memonitoring

aktivitas dan hasil belajar siswa.

4. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

Suyatna (2010: 87) terdapat 7 komponen dalam pembelajaran

kontekstual yaitu konstruktivisme (contructivism), inkuiri (inquiry),

(36)

(modelling), refleksi, dan penilaian autentik (authentic assessment) berikut

penjelasannya:

1) Konstruktivisme (contructivism)

Pengetahuan yang dibangun dan ditemukan oleh siswa itu sendiri melalui pengalaman nyata untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.

2) Menemukan (inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.

3) Bertanya (question)

Bertanya dalam pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa dan bagi siswa bertanya penting untuk menggali dan mengkonfirmasikan informasi yang sudah diketahui, serta mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 4) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berkolaborasi sharing antar teman, antar kelompok, mendatangkan ahli disuatu ruangan, di kelas maupun di luar ruangan, semuanya adalah anggota masyarakat belajar. 5) Pemodelan (modeling)

Model dalam hal ini dapat berupa cara mengerjakan sesuatu atau memperagaan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Model juga dapat dirancang dengan melibatkan siswa untuk mendemonstrasikan keahliannya.

6) Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.

7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dengan menerapkan

komponen-komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran

akan memperlancar siswa dalam memproses pengetahuan yang baru dan

mengambil manfaatnya bagi kemajuan belajar dan meningkatkan hasil

(37)

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apapun

dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pembelajaran kontekstual

dalam kelas cukup mudah. Suyatna (2010: 95) secara garis besar,

memaparkan langkah-langkah Contextual Teaching and Learning (CTL)

sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar.

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual di atas, membentuk

kelas yang memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dikaitkan dengan

pengalaman nyata siswa, kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar

dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai

sumber, siswa aktif dan kritis, pembelajaran menyenangkan, tidak

membosankan, sharing dengan teman dan guru yang kreatif.

(http://www.duniapembelajaran.com).

Jadi, dalam penerapannya guru harus dapat mengimplementasikan

ketujuh langkah-langkah di atas untuk menciptakan suasana belajar yang

kondusif dengan mengaitkan pembelajaran pada kehidupan nyata siswa

(38)

Learning (CTL) itu sendiri yaitu mengaitkan pembelajaran dengan dunia

nyata siswa.

6. Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model

pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa. Setiap model

pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki

kelebihan sebagai berikut:

1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

2) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah serta menjadikan guru lebih kreatif.

3) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

4) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

5) Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 6) Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

7) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. (http://buning_pap.staff.uns.ac.id)

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) yaitu:

(39)

and Learning (CTL) akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan yang kurang.

3) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan.

4) Tidak semua siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) ini.

5) Peran guru dalam pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) hanya sebagai pengarah dan pembimbing.

Sumber: (http://buning_pap.staff.uns.ac.id).

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

model Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak hanya memiliki

kelebihan tetapi juga memiliki kekurangan. Oleh karena itu, sebelum

diterapkan di kelas perlu terlebih dahulu dipelajari dan dipahami agar

dalam proses pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPS Kelas V B

SDN 1 Totokaton menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL) dengan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action

Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh

guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat (Wardani, dkk., 2007: 1.3). PTK berfokus pada kelas atau pada

program belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas

(silabus, meteri, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus

tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas (Arikunto, dkk.,

2006: 57). Selain itu, Kunandar (2011: 44) mendefinisikan penelitian

tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang

dilakukan sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan

orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan

untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran

(41)

dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi. Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru

kelas V B SDN 1 Totokaton.

B. Setting Penelitian

1. Lokasi penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Totokaton,

Kec. Punggur, Lampung Tengah.

2. Lama Penelitian : 6 bulan (Desember 2011-Mei 2012)

Dimulai dari persiapan (penyusunan proposal,

seminar proposal, dan perbaikan proposal) sampai

penyusunan laporan hasil penelitian.

3. Waktu penelitian : Penelitian dilaksanakan pada semester genap

Tahun Pelajaran 2011/2012

4. Subjek Penelitian : Seorang guru dan siswa kelas V B SDN 1

Totokaton dengan jumlah 24 orang terdiri dari 11

orang laki-laki dan 13 orang perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpul data.

1. Observasi, dilaksanakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas

siswa dan kinerja guru selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas,

(42)

2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa,

guna mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelas V B SDN 1

Totokaton.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat kolaborasi penulis

dengan guru. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian

tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Soal-soal tes, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data mengenai

hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan dengan

menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Tes

tertulis berupa soal-soal latihan dalam bentuk essay. Dari hasil analisis tes

tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data

secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh

tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data dilakukan

(43)

kualitatif. Berikut ini dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.

1. Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Dari data

observasi dapat diketahui, kesulitan siswa selama proses pembelajaran

IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL).

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara

keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk

mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses

pembelajaran dari siklus I, siklus II, dan siklus III.

Persentase aktivitas belajar setiap siswa dan analisis kinerja guru

diperoleh dengan rumus:

= × 100

Keterangan:

NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan

R : skor mentah yang diperoleh siswa

SM : skor maksimum dari tes yang ditentukan

100 : bilangan tetap

(44)

Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian

dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut

[image:44.612.184.420.170.285.2]

ini:

Tabel 1. Kriteria Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

> 80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

2. Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data dari hasil tes pelajaran IPS

menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

siklus I, siklus II, dan silklus III. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes

yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai

rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

1) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara

individual digunakan rumus

= × 100

Keterangan:

S : nilai diharapkan

(45)

100 : bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008:112)

2) Nilai rata-rata seluruh siswa diperoleh dengan rumus:

x =∑

Keterangan:

x : rata-rata hitung nilai XI : nilai siswa

N : banyaknya siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)

3) Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara klasikal

digunakan rumus:

= × 100%

Keterangan:

Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥

75%

Ketuntasan klasikal : jika ≥ 60% dari seluruh siswa

Mencapai ketuntasan ≥ 75%

(46)

Adapun klasifikasi tingkat keberhasilan belajar siswa dapat dilihat

[image:46.612.173.448.146.259.2]

pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen .

Rentang Nilai Tingkat Hasil Belajar Siswa

> 80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

<20% Sangat rendah

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

F. Indikator Keberhasilan

Penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapat dikatakan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan aktivitas pada mata pelajaran IPS dari siklus I, II, dan

III.

2. Adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPS dari siklus I, II

dan III.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak

hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang

diharapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V B

SDN 1 Totokaton. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu

perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi

(47)

dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam

pembelajaran IPS.

2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa dan guru

selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflecting) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan

hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi

terhadap proses belajar selanjutnya.

[image:47.612.180.448.362.659.2]

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Alur siklus PTK

Sumber: Modifikasi dari Wardani, dkk., (2007: 2.4). Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II

SIKLUS III

Pengamatan III

Pelaksanaan I I Refleksi I

Pelaksanaan III Refleksi III

Refleksi II Pelaksanaan II

I Pengamatan II

(48)

H. Urutan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus

pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPS menggunakan

model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi

pokok yang diajarkan.

2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang

kegiatan pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and

Learning (CTL) .

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal

(berupa LKS, soal pre test dan post test) dan penilaiannya. Instrumen

nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching

(49)

yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Apersepsi

Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya

jawab dengan materi sebelumnya ataupun materi yang akan dipelajari.

3) Orientasi

Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.

4) Motivasi

Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum

pembelajaran dimulai).

Kegiatan Inti

1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan menemukan

(inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil mengingat

saja tetapi hasil menemukan sendiri.

2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang

menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa

berdiskusi satu sama lain.

4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam

(50)

5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,

analisislah ketika merancang tugas-tugas.

6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.

7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari

lembar kerja yang disiapkan oleh guru.

8) Perwakilan salah satu kelompok maju ke depan kelas membacakan

hasil diskusinya.

9) Kelompok yang lain diminta memberi tanggapan terhadap kelompok

yang maju.

10)Guru mengusahakan siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman

mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.

11)Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

12)Pemberian post test (diberikan pada pertemuan terakhir setiap siklus).

Kegiatan Akhir

1) Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2) Siswa diberi pekerjaan rumah, agar siswa lebih paham mengenai

materi yang sudah dipelajari.

3. Observasi (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

(51)

dan kinerja guru. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati oleh observer

selama proses pembelajaran dengan cara membubuhkan tanda ceklis pada

lembar observasi.

4. Refleksi (Reflecting)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil

belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa

mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan

pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan

rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan

pada siklus kedua.

Siklus II

Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan

siswa dalam pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and

Learning (CTL). Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik

dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga melalui

langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang

untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS dengan model Contextual

(52)

mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi

pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD).

2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang

kegiatan pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and

Learning (CTL).

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal

(berupa LKS, soal pre test dan post test) beserta penilaiannya.

Instrumen nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan materi “Tokoh-Tokoh Persiapan

Kemerdekaan Indonesia” pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang

telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Apersepsi

Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya

(53)

Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.

4) Motivasi

Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum

pembelajaran dimulai).

Kegiatan Inti

1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan menemukan

(inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil mengingat

saja tetapi hasil menemukan sendiri.

2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang

menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa

berdiskusi satu sama lain.

4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam

pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,

analisislah ketika merancang tugas-tugas.

6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.

7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari

(54)

8) Perwakilan salah satu kelompok maju ke depan kelas membacakan

hasil diskusinya.

9) Kelompok yang lain diminta memberi tanggapan terhadap kelompok

yang maju.

10)Guru mengusahakan siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman

mereka karena dengan begitu mereka benar-banar sudah belajar.

11)Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum

dipahami.

12)Pemberian post test (diberikan pada pertemuan terakhir setiap siklus).

Kegiatan Akhir

1) Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2) Siswa diberi pekerjaan rumah, agar siswa lebih paham mengenai

materi yang sudah dipelajari.

3. Observasi (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan alat

bantu berupa lembar observasi, meliputi lembar observasi aktivitas siswa

dan kinerja guru. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati oleh observer

selama proses pembelajaran dengan cara membubuhkan tanda ceklis pada

(55)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa

aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias

terhadap kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa dilakukan

dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai

bahan perencanaan pada siklus ketiga.

Siklus III

Pembelajaran siklus ketiga ini diharapkan lebih baik dibanding dengan

hasil pembelajaran pada siklus pertama dan kedua. Siklus ketiga ini juga

melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus pertama dan kedua yaitu

sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti.

Dalam siklus ketiga ini peneliti mempersiapkan pembelajaran IPS melalui

model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi

pokok yang diajarkan.

2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang

kegiatan pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and

(56)

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal

(berupa LKS, soal pre test dan pos test) beserta penilaiannya.

Instrumen nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching

and Learning (CTL) dengan materi “Peristiwa Sekitar Proklamasi” pada

siklus III sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Apersepsi

Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya

jawab dengan materi sebelumnya ataupun materi yang akan

dipelajari.

3) Orientasi

Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.

4) Motivasi

Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum

(57)

1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual

Teaching and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan

menemukan (inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil

mengingat saja tetapi hasil menemukan sendiri.

2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang

menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa

berdiskusi satu sama lain.

4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam

pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,

analisislah ketika merancang tugas-tugas.

6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.

7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari

lembar kerja yang disiapkan oleh guru.

8) Perwakilan salah satu kelompok maj

Gambar

Tabel
Tabel 1. Kriteria Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen .
Gambar 1: Alur siklus PTK

Referensi

Dokumen terkait

The PhET sims are designed to allow students to construct their own conceptual understanding of physics through exploration.. This makes the sims useful learning tools for

Dalam menyusun konfigurasi suatu elektron, maka susunan keempat bilangan kuantum harus digunakan, mulai dari tingkat energi yang rendah ke yang lebih tinggi (Aturan Aufbau), dan

Berdasarkan hasil Analysis of Variance (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial menunjukkan bahwa pemangkasan daun berpengaruh nyata terhadap

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di Pulau Kodingareng Lompo didapatkan hasil bahwa frekuensi responden yang bermain di tanah pada saat berada di luar

Sejalan dengan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi sikap demokratis terhadap siswa di SDN Purut adalah

dia beribadah kecuali hanya kepada Allah Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dia mencintai tauhid dan orang yang bertauhid, serta

Karena togel merupakan penyakit masyarakat dalam penegakan hukum, maka menjadi atensi Polri, sehingga setiap Polres dan Polsek diperintahkan melakukan penanggulangan

Simpulan yang didapat setelah dilakukan evaluasi sistem adalah: (1) EMC merupakan sebuah sistem software yang dapat mengontrol aktuator untuk mengatur pergerakan posisi, kecepatan