ABSTRAK
PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
Melia Mega Astuti
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton Lampung Tengah. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut digunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL), dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V B.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan persentase aktivitas siswa dan rata-rata hasil belajar siswa setiap siklusnya. Persentase aktivitas siswa siklus I sebesar 49,08%, meningkat pada siklus II menjadi 62,37% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 80,08%. Begitu pula pada rata-rata hasil belajar siswa yang selalu meningkat dari 59,38 pada siklus I, menjadi 70,79 pada siklus II, dan 84,08 pada siklus III.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan tiga siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan model CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas V B SDN 1 Totokaton.
PENGGUNAAN MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1
TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
MELIA MEGA ASTUTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGGUNAAN MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V B SDN 1
TOTOKATON TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Skripsi
Oleh
MELIA MEGA ASTUTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ……… 31
2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 77
3. Grafik Rekapitulasi Kinerja Guru Per-Siklus ... 81
4. Grafik Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 83
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 5
C.
Rumusan Masalah ... 5
D.
Tujuan Penelitian ... 6
E.
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Belajar ... 8
1.
Pengertian Aktivitas ... 8
2.
Pengertian Belajar ... 9
3.
Pengertian Aktivitas Belajar ... 10
4.
Pengertian Hasil Belajar ... 11
B.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 12
1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 12
2.
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 13
C.
Model
Contextual Teaching and Learning
(CTL) ... 14
1.
Pengertian Model Pembelajaran ... 14
2.
Pengertian
Contextual Teaching and Learning
(CTL) ... 16
3.
Karakteristik
Contextual Teaching and Learning
(CTL) 18
4.
Komponen
Contextual Teaching and Learning
(CTL) ... 19
5.
Langkah-Langkah
Contextual Teaching and Learning
(CTL) ... 21
6.
Kelebihan dan Kelemahan
Contextual Teaching and
Learning
(CTL) ... 22
D.
Hipotesis Tindakan. ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian ... 24
B.
Setting Penelitian ... 25
1.
Observasi. ... 25
2.
Tes ... 26
D.
Alat Pengumpulan Data ... 26
1.
Lembar Observasi. ... 26
2.
Soal- Soal Tes. ... 26
E.
Teknik Analisis Data ... 26
1.
Kualitatif. ... 27
2.
Kuantitatif. ... 28
F.
Indikator Keberhasilan. ... 30
G.
Prosedur Penelitian. ... 30
H.
Urutan Penelitian Tindakan Kelas. ... 32
1.
Siklus I ... 32
2.
Siklus II ... 35
3.
Siklus III ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Prosedur Penelitian ... 44
1.
Gambaran Umum SDN 1 Totokaton... 44
2.
Deskripsi Awal ... 45
3.
Refleksi Awal ... 45
4.
Persiapan Pembelajaran ... 46
B.
Hasil Penelitian. ... 47
1.
Hasil Pembelajaran Siklus I. ... 47
2.
Hasil Pembelajaran Siklus II. ... 58
3.
Hasil Pembelajaran Siklus III. ... 68
C.
Pembahasan ... 76
1.
Aktivitas Belajar Siswa ... 76
2.
Kinerja Guru ... 79
3.
Hasil Belajar Siswa ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ... 86
B.
Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA. ... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar
Halaman
1.
Surat-Surat ... 92
2.
Perangkat Pembelajaran ... 98
3.
Analisis Aktivitas Siswa ... 169
4.
Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG) ... 176
5.
Hasil Belajar dan Lembar Jawaban Siswa ... 188
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Kriteria Keberhasilan Kinerja Guru ... 28
2.
Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen ... 30
3.
Rincian Kegiatan PTK Tiap Siklus ... 47
4.
Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus I ... 52
5.
Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 55
6.
Hasil Tes Awal ... 56
7.
Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 56
8.
Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus II ... 63
9.
Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus II ... 65
10.
Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 66
11.
Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus III ... 72
12.
Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus III ... 74
13.
Hasil Belajar Siklus III ... 75
14.
Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 77
15.
Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 79
16.
Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 82
MOTTO
“Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”
(Q.S. Al-Baqarah: 45)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Alam Nasyrah : 6)
“Jadikanlah hari kemarin sebagai pelajaran terindah”
MENGESAHKAN
1.
Tim Penguji:
Ketua
: Dra. Asmaul Khair, M. Pd. ...
Sekretaris
: Drs. A. Sudirman, M. H. ...
Penguji Utama
: Dr. Hi. Darsono, M. Pd.
...
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama mahasiswa
: Melia Mega Astuti
NPM
: 0813053044
jurusan
: Ilmu Pendidikan
program studi
: S1 PGSD
fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul
“Penggunaan Model
Contextual Teaching and Learning
(CTL) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas
V B SDN 1 Totokaton Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah benar-benar hasil
karya saya sendiri.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya,
dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya
besedia dituntut berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, Juni 2012
Yang membuat pernyataan,
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada :
Ibuku Siti Maimuri dan Ayahku Sazili
yang telah mendidik dan selalu mendoakan serta mencurahkan kasih sayang
yang tiada taranya padaku serta, memberikan semangat yang tiada henti-hentinya
demi kesuksesanku, menjadi salah satu motivatorku untuk menjadi lebih baik.
Adikku Yoni Adriansyah
yang selalu memberikan dukungan dan doanya padaku.
Teman-teman seperjuangan yang begitu banyak,
tak bisa ku sebutkan satu persatu.
Judul Skripsi
: PENGGUNAAN MODEL
CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING
(CTL) UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
IPS KELAS V B SDN 1 TOTOKATON TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa
: Melia Mega Astuti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053044
Program Studi
: S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KIP)
MENYETUJUI,
1.
Komisi Pembimbing
Dra. Asmaul Khair, M. Pd.
Drs. A. Sudirman, M. H.
NIP 19520919 197803 2 002
NIP 19540505 198303 1 003
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro Provinsi Lampung, pada tanggal 25 Maret
1990 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sazili dan Ibu
Siti Maymuri.
Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak
(TK) Aisyah Bustanul Atfal selesai pada tahun 1996 dilanjutkan dengan
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Metro yang selesai pada
tahun 2002. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Metro yang selesai
pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Metro
diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Program Studi S-1 Pendidikan Guru
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”Penggunaan Model
Contextual Teaching and Learning
(CTL) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas
V B SDN 1 Totokaton Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat:
1.
Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2.
Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
3.
Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD
Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik sekaligus selaku Dosen
Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat
4.
Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S1 PGSD sekaligus
selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan
banyak masukan berarti dengan penuh kesabaran.
5.
Bapak Drs. A. Sudirman, M. H., selaku Dosen Pembimbing Pembantu dalam
penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan berarti bagi
penulis.
6.
Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
7.
Bapak Badawi, S. Pd., Kepala Sekolah SDN 1 Totokaton, serta Dewan Guru
dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis selama penyusunan
skripsi ini.
8.
Bapak Drs. Joni Efendi selaku teman sejawat yang banyak membantu penulis
dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
9.
Teristimewa kedua orang tua dan adik, yang telah memberikan bantuan baik
moral maupun materil demi keberhasilan studi penulis.
10.
Seluruh rekan-rekan Program Studi S1 PGSD angkatan 2008, terima kasih
atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
11.
Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna, akan tetapi
penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
perkembangan serta peningkatan pada dunia pendidikan khususnya ke SD-an.
Metro, Juli 2012
Peneliti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Republik Indonesia saat ini terus berusaha memajukan
kualitas pendidikan di negara ini sesuai dengan perubahan zaman dan
kemajuan teknologi yang semakin berkembang. Hal ini tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 2
tentang (SISDIKNAS) menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman (Depdiknas, 2008: 3). Perubahan zaman berpengaruh pada dunia
pendidikan yang cukup signifikan, sehingga banyak merubah pola pikir
pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern yang
sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan. Untuk itu, pendidik
diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan
mandiri, serta memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Pendidikan yang merupakan dasar dari segala bidang untuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi para peserta didik. Pendidikan
yang dilakukan di sekolah adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang
diselenggarakan guna membentuk manusia yang unggul karena pendidikan
merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Jalur
pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar (TK dan SD), pendidikan menengah (SMP
dan SMA), dan pendidikan tinggi.
Salah satu mata pelajaran wajib yang ada di Sekolah Dasar (SD) adalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan salah satu program yang
menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik. Pendidikan
IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan
suatu disiplin ilmu. Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan IPS
merupakan hasil seleksi, adaptasi dan modifikasi dari hubungan
interdisipliner antara disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu sosial
yang diorganisasikan secara ilmiah dan psikologis (Supriatna, dkk., 2007: 5).
Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) IPS merupakan ilmu
pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang
ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan
dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
IPS ditingkat persekolahan sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya
antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di
sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu.
Penyederhanaan pendidikan IPS harus diorganisir dan disiapkan
sedemikian rupa dan didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. Materi
pendidikan IPS yang akan dipelajari siswa harus didasarkan pada tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran
bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu,
pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial)
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, maupun global.
Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) kelas V B SDN 1 Totokaton pada minggu pertama
bulan Desember 2011, diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran IPS adalah 64, dari jumlah 24 orang siswa
yang ada, hanya 7 (29%) orang siswa yang berhasil mencapai KKM
sedangkan 17 (71%) siswa belum mencapai KKM. Hal ini terjadi karena,
kondisi proses pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher center)
sehingga, pembelajaran jadi membosankan dan tidak menarik. Teacher center
mendengarkan penjelasan guru saja, siswa menjadi tidak terangsang untuk
aktif dalam pembelajaran dan media yang digunakan juga tidak menarik.
Aktivitas belajar siswa jadi terhambat dan hasil belajar pun jauh dari target
yang diharapkan.
Salah satu cara untuk memperbaiki pembelajaran IPS adalah dengan
menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran dengan model ini merupakan konsep pembelajaran yang
membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia
nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para
siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sardiman, 2011: 222). Dari
konsepsi ini diharapkan hasil pembelajaran yang diperoleh bukanlah sesuatu
yang abstrak, hanya mentransfer pengetahuan saja dan mengutamakan tingkat
hafalan dari berbagai materi yang diberikan tetapi lebih pada proses
pembelajaran yang berjalan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Dalam kelas
kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya,
guru hanya mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa.
Jadi, pengetahuan akan ditemukan oleh siswa sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa perlu
memperbaiki mutu pendidikan dengan mengadakan penelitian tindakan kelas
yang berjudul “Penggunaan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang
ada, yaitu sebagai berikut:
1. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata
pelajaran IPS.
2. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata
pelajaran IPS.
3. Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher center).
4. Media yang digunakan tidak menarik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas V B SDN 1 Totokaton Tahun pelajaran 2011/2012?
2. Apakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas
yang ingin dicapai adalah untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada
mata pelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning
(CTL).
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V B SDN 1 Totokaton pada mata
pelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL).
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa
Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS melalui penggunaan model Contextual Teaching and
Learning (CTL) .
2. Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan
guru terhadap penguasaan penggunaan model Contextual Teaching and
Learning (CTL) secara tepat.
3. Sekolah
Merupakan bahan masukan yang berguna dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and Learning
Menambah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan
mata pelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and
Learning (CTL) serta menambah pengalaman sehingga, nantinya dapat
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Aktivitas
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (2007: 23) aktivitas adalah
keaktifan atau kegiatan. Nasution (http://id.shvoong.com) aktivitas adalah
keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.
Sriyono (http://ivonyerniwaty.wordpress.com) mendefinisikan
aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Sardiman (2011: 96) menyatakan bahwa aktivitas merupakan prinsip
atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.
Interaksi belajar-mengajar antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa
maupun sebaliknya antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
Jadi, aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
keinginan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dan saat di dalam
kelas, siswa dikatakan beraktivitas selama siswa aktif ikut serta
Belajar adalah berubah. Belajar akan membawa suatu perubahan
pada individu-individu yang belajar. Belajar akan membuat seseorang dari
tidak tahu menjadi tahu. Sardiman (2011: 38) belajar menurut teori
konstruktivisme, adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek belajar
membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri
makna dari sesuatu yang mereka pelajari.
Bower dan Hilgurd (dalam Hernawan, dkk., 2007: 2) mengatakan
bahwa belajar diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan
sejumlah ilmu pengetahuan. Hamalik (2001: 28) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.
Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa
perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan ataupun
perubahan sementara karena suatu hal.
Rakhmat, dkk., (2006: 50) menjelaskan belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan
perilaku seperti pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, persepsi dan
tingkah laku efektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses untuk membangun sendiri pengetahuannya
dari belajar dapat membentuk suatu perubahan prilaku seperti kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyusuaian
diri yang diperoleh dari hasil pengalaman dan interaksi.
3. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sifat, pikiran,
perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran dalam menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut (Kunandar, 2011: 277). Abdurrahman (2006: 34)
menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan jasmani
maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.
Junaidi (http://wawan-junaidi.blogspot.com) aktivitas belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan
seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa perubahan
pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyak
perubahan. Dimyati dan Mudjiono (2002: 236) aktivitas belajar dialami
oleh siswa sebagai suatu proses yaitu proses belajar sesuatu.
Sardiman (2011: 97) bahwa dalam kegiatan belajar, subjek
didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar
sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar
tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Jadi, aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan
siswa secara sadar baik jasmani maupun kegiatan rohani untuk menunjang
yang panjang.
4. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran karena, dari hasil belajar siswa tersebut, guru dapat menilai
apakah siswa telah menguasai materi atau belum dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Suprijono (2009: 7) hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusian saja. Hasil belajar tersebut tidak hanya dilihat secara
fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak belajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Nasution (dalam Kunandar, 2011: 276) berpendapat bahwa hasil belajar
adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam
diri pribadi individu yang belajar.
Jadi, hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti pembelajaran dari mata pelajaran tertentu dan mengikuti
berbagai tes sehingga terjadi perubahan pengetahuan dan prilaku serta
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata
pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi
yang identik dengan istilah sosial studies dalam kurikulum persekolah di
negara lain. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berperan memfungsionalkan
dan merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik kedalam dunia
kehidupan nyata dimasyarakat.
Winataputra, dkk., (2008: 1.40) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
memiliki tiga istilah yaitu pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu
pengetahuan sosial yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah
sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat
dipahami siswa. Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah
konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian
diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan.
perlu mengembangkan proses pembelajaran yang lebih humanis dan
dinamis bagi pengembangan tujuan pembentukan warga negara yang baik.
Sardjiyo, dkk., (2009: 1.27) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang
studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial
di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu
perpaduan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu
kegiatan yang membelajarkan berbagai aspek pengetahuan yang dikaitkan
dengan pengalaman nyata yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial
di masyarakat untuk membentuk karakter siswa yang baik.
2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dikembangkan
atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu konsep
disiplin ilmu. Oleh karena itu, dalam pengembangannya pendidikan IPS
meliputi pengembangan intelektual, kemampuan individual serta perannya
dalam masyarakat. Hal tersebut pada akhirnya akan dibangun melalui
suatu pondasi pendidikan IPS yang dirancang oleh keterkaitan yang
signifikan antara teori dan konsep serta landasan filosofis, akademik dan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial)
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, maupun global.
Hasan (dalam Supriatna, dkk., 2007: 5) tujuan IPS dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan
intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa
sebagai pribadi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah agar siswa mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya kemudian dapat diterapkan dalam
kehidupan, berguna bagi pribadi dan masyarakat
C. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan
mutu pembelajaran. Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Isjoni dan Mohd. Arif (2008 : 146) model pembelajaran merupakan
strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap
belajar dikalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan
sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya
pada tingkat operasional di kelas. Arends (dalam Suprijono, 2009: 46)
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Adapun beberapa model-model pembelajaran antara lain model
Cooperative Learning, model Contextual Teaching and Learning (CTL),
model karya wisata, model Role Playing, model Inquiry, model induktif,
model Group Investigation. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu landasan atau
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk meningkatkan
kemampuan siswa secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
Contextual Teaching and Learning (CTL) karena model tersebut
dapat lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan dan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran
kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dewey.
Pada tahun 1961, Dewey (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14)
mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan
dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori
mengenai model Contextual Teaching and Learning (CTL).
Jhonson (2006: 65) Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah
sebuah sistem yang menyeluruh. Contextual Teaching and Learning
(CTL) terdiri dari bagian yang saling berhubungan. Jika
bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang
melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.
Komalasari (2010: 7) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk
menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.
Suprijono (2009: 79) Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar (Nurhadi dalam Muslich, 2011:41).
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada
masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga kerja
(University of Washington dalam Trianto, 2009: 105). Sanjaya (2006:
109) Contextual Teaching and Learning (CTL)adalah pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.
Hull`s dan Sounders (dalam Komalasari, 2010: 6) menjelaskan
bahwa:
In a Contextual Teaching and Learning (CTL), student discover meaningful relationship between abstract ideas and practical applications in a real world context. Students internalize
concepts through discovery, reinforcement, and
interrelationship. CTL creates a team, whether in the classroom, lab, worksite, or on the banks of a river. CTL encourages aducators to design learning environments that incorporate many forms of experience to achieve the desired outcomes.
baik di kelas, laboratorium tempat bekerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pembelajaran yang
mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling
terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga, siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan.
3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas
yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain.
Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi
yang melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan kreatif.
Fellows (dalam Komalasari, 2010: 10), Advanced Technology
Environmental and Energy Center (ATEEC), menjelaskan terdapat 6
karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut:
1) Problem-based (berbasis masalah), pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada masalah nyata yang berkaitan dengan kehidupan siswa untuk memudahkan siswa dalam memecahkan permasalahan.
2) Using multiple contexts (penggunaan berbagai konteks), pengetahuan di dapat dengan pengalaman yang diperkaya ketika para siswa belajar keterampilan di dalam berbagai konteks baik di sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar.
3) Drawing upon student diversity (penggambaran
pengaturan diri). Siswa selalu memiliki keinginan mencari, meneliti, dan menggunakan informasi yang didapatnya sehingga, memerlukan cukup dukungan yang membantu siswa pindah dari ketergantungan belajar mandiri.
5) Using interdependent learning groups (penggunaan kelompok belajar yang saling ketergantungan). Belajar kelompok dilakukan untuk saling berbagi pengetahuan, memusatkan pada tujuan, dan memberi kesempatan semua anggota untuk saling bertukar pikiran.
6) Employing authentic assessment (memanfaatkan penilaian asli). penilaian autentik ini digunakan untuk memonitoring kemajuan siswa dan umpan balik keberhasilan guru dalam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan masalah nyata di sekitar
siswa, akan mempermudah pemahaman siswa, kemudian pengalaman dan
pengetahuan siswa diperkaya dengan belajar baik di keluarga, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat. Dengan kemampuan siswa yang
berbeda-beda, siswa harus lebih sadar bagaimana mereka memproses informasi,
memecahkan masalah yang ada menggunakan pengetahuan mereka
sendiri. Belajar kelompok memberi kesempatan siswa untuk
mempermudah pengembangan pengetahuan sepanjang proses
pembelajaran dan memanfaatkan penilaian autentik untuk memonitoring
aktivitas dan hasil belajar siswa.
4. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)
Suyatna (2010: 87) terdapat 7 komponen dalam pembelajaran
kontekstual yaitu konstruktivisme (contructivism), inkuiri (inquiry),
(modelling), refleksi, dan penilaian autentik (authentic assessment) berikut
penjelasannya:
1) Konstruktivisme (contructivism)
Pengetahuan yang dibangun dan ditemukan oleh siswa itu sendiri melalui pengalaman nyata untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
2) Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
3) Bertanya (question)
Bertanya dalam pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa dan bagi siswa bertanya penting untuk menggali dan mengkonfirmasikan informasi yang sudah diketahui, serta mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. 4) Masyarakat belajar (learning community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berkolaborasi sharing antar teman, antar kelompok, mendatangkan ahli disuatu ruangan, di kelas maupun di luar ruangan, semuanya adalah anggota masyarakat belajar. 5) Pemodelan (modeling)
Model dalam hal ini dapat berupa cara mengerjakan sesuatu atau memperagaan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Model juga dapat dirancang dengan melibatkan siswa untuk mendemonstrasikan keahliannya.
6) Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dengan menerapkan
komponen-komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran
akan memperlancar siswa dalam memproses pengetahuan yang baru dan
mengambil manfaatnya bagi kemajuan belajar dan meningkatkan hasil
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apapun
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pembelajaran kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Suyatna (2010: 95) secara garis besar,
memaparkan langkah-langkah Contextual Teaching and Learning (CTL)
sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar.
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual di atas, membentuk
kelas yang memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dikaitkan dengan
pengalaman nyata siswa, kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar
dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai
sumber, siswa aktif dan kritis, pembelajaran menyenangkan, tidak
membosankan, sharing dengan teman dan guru yang kreatif.
(http://www.duniapembelajaran.com).
Jadi, dalam penerapannya guru harus dapat mengimplementasikan
ketujuh langkah-langkah di atas untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif dengan mengaitkan pembelajaran pada kehidupan nyata siswa
Learning (CTL) itu sendiri yaitu mengaitkan pembelajaran dengan dunia
nyata siswa.
6. Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa. Setiap model
pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki
kelebihan sebagai berikut:
1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
2) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah serta menjadikan guru lebih kreatif.
3) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
5) Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. 6) Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. (http://buning_pap.staff.uns.ac.id)
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) yaitu:
and Learning (CTL) akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan yang kurang.
3) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan.
4) Tidak semua siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) ini.
5) Peran guru dalam pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) hanya sebagai pengarah dan pembimbing.
Sumber: (http://buning_pap.staff.uns.ac.id).
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
model Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak hanya memiliki
kelebihan tetapi juga memiliki kekurangan. Oleh karena itu, sebelum
diterapkan di kelas perlu terlebih dahulu dipelajari dan dipahami agar
dalam proses pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran IPS Kelas V B
SDN 1 Totokaton menggunakan model Contextual Teaching and Learning
(CTL) dengan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action
Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardani, dkk., 2007: 1.3). PTK berfokus pada kelas atau pada
program belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas
(silabus, meteri, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus
tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas (Arikunto, dkk.,
2006: 57). Selain itu, Kunandar (2011: 44) mendefinisikan penelitian
tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan
orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran
dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi. Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru
kelas V B SDN 1 Totokaton.
B. Setting Penelitian
1. Lokasi penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Totokaton,
Kec. Punggur, Lampung Tengah.
2. Lama Penelitian : 6 bulan (Desember 2011-Mei 2012)
Dimulai dari persiapan (penyusunan proposal,
seminar proposal, dan perbaikan proposal) sampai
penyusunan laporan hasil penelitian.
3. Waktu penelitian : Penelitian dilaksanakan pada semester genap
Tahun Pelajaran 2011/2012
4. Subjek Penelitian : Seorang guru dan siswa kelas V B SDN 1
Totokaton dengan jumlah 24 orang terdiri dari 11
orang laki-laki dan 13 orang perempuan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpul data.
1. Observasi, dilaksanakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas
siswa dan kinerja guru selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas,
2. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa,
guna mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan model
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelas V B SDN 1
Totokaton.
D. Alat Pengumpulan Data
1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang sebagai alat kolaborasi penulis
dengan guru. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian
tindakan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model
Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Soal-soal tes, instrumen ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
hasil belajar siswa khususnya terhadap materi yang telah diajarkan dengan
menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Tes
tertulis berupa soal-soal latihan dalam bentuk essay. Dari hasil analisis tes
tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data
secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh
tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data dilakukan
kualitatif. Berikut ini dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.
1. Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Dari data
observasi dapat diketahui, kesulitan siswa selama proses pembelajaran
IPS dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning
(CTL).
Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara
keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk
mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses
pembelajaran dari siklus I, siklus II, dan siklus III.
Persentase aktivitas belajar setiap siswa dan analisis kinerja guru
diperoleh dengan rumus:
= × 100
Keterangan:
NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan
R : skor mentah yang diperoleh siswa
SM : skor maksimum dari tes yang ditentukan
100 : bilangan tetap
Setelah diperoleh persentase hasil kegiatan siswa, kemudian
dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut
[image:44.612.184.420.170.285.2]ini:
Tabel 1. Kriteria Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru
Tingkat Keberhasilan (%) Arti
> 80% Sangat tinggi
60-79% Tinggi
40-59% Sedang
20-39% Rendah
<20% Sangat rendah
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
2. Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data dari hasil tes pelajaran IPS
menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
siklus I, siklus II, dan silklus III. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes
yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III.
Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai
rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:
1) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara
individual digunakan rumus
= × 100
Keterangan:
S : nilai diharapkan
100 : bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2008:112)
2) Nilai rata-rata seluruh siswa diperoleh dengan rumus:
x =∑
Keterangan:
x : rata-rata hitung nilai XI : nilai siswa
N : banyaknya siswa
(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2)
3) Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa secara klasikal
digunakan rumus:
= × 100%
Keterangan:
Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥
75%
Ketuntasan klasikal : jika ≥ 60% dari seluruh siswa
Mencapai ketuntasan ≥ 75%
Adapun klasifikasi tingkat keberhasilan belajar siswa dapat dilihat
[image:46.612.173.448.146.259.2]pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam Persen .
Rentang Nilai Tingkat Hasil Belajar Siswa
> 80% Sangat tinggi
60-79% Tinggi
40-59% Sedang
20-39% Rendah
<20% Sangat rendah
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
F. Indikator Keberhasilan
Penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat dikatakan berhasil apabila:
1. Adanya peningkatan aktivitas pada mata pelajaran IPS dari siklus I, II, dan
III.
2. Adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPS dari siklus I, II
dan III.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak
hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas V B
SDN 1 Totokaton. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu
perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi
dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam
pembelajaran IPS.
2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai
upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.
3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi (reflecting) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan
hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi
terhadap proses belajar selanjutnya.
[image:47.612.180.448.362.659.2]Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1: Alur siklus PTK
Sumber: Modifikasi dari Wardani, dkk., (2007: 2.4). Perencanaan I
SIKLUS I
Pengamatan I
Perencanaan II
SIKLUS II
SIKLUS III
Pengamatan III
Pelaksanaan I I Refleksi I
Pelaksanaan III Refleksi III
Refleksi II Pelaksanaan II
I Pengamatan II
H. Urutan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus
pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPS menggunakan
model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi
pokok yang diajarkan.
2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang
kegiatan pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and
Learning (CTL) .
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
(berupa LKS, soal pre test dan post test) dan penilaiannya. Instrumen
nontes berupa lembar observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching
yang telah disusun sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Mengkondisikan kelas
2) Apersepsi
Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya
jawab dengan materi sebelumnya ataupun materi yang akan dipelajari.
3) Orientasi
Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.
4) Motivasi
Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum
pembelajaran dimulai).
Kegiatan Inti
1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual Teaching
and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan menemukan
(inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil mengingat
saja tetapi hasil menemukan sendiri.
2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang
menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.
3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa
berdiskusi satu sama lain.
4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam
5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,
analisislah ketika merancang tugas-tugas.
6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.
7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari
lembar kerja yang disiapkan oleh guru.
8) Perwakilan salah satu kelompok maju ke depan kelas membacakan
hasil diskusinya.
9) Kelompok yang lain diminta memberi tanggapan terhadap kelompok
yang maju.
10)Guru mengusahakan siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman
mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
11)Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
12)Pemberian post test (diberikan pada pertemuan terakhir setiap siklus).
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2) Siswa diberi pekerjaan rumah, agar siswa lebih paham mengenai
materi yang sudah dipelajari.
3. Observasi (Observing)
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
dan kinerja guru. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati oleh observer
selama proses pembelajaran dengan cara membubuhkan tanda ceklis pada
lembar observasi.
4. Refleksi (Reflecting)
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil
belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa
mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan
pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan
rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan
pada siklus kedua.
Siklus II
Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan
siswa dalam pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and
Learning (CTL). Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik
dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga melalui
langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang
untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS dengan model Contextual
mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi
pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD).
2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang
kegiatan pembelajaran IPS dengan model Contextual Teaching and
Learning (CTL).
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
(berupa LKS, soal pre test dan post test) beserta penilaiannya.
Instrumen nontes berupa lembar observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching
and Learning (CTL) dengan materi “Tokoh-Tokoh Persiapan
Kemerdekaan Indonesia” pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Mengkondisikan kelas
2) Apersepsi
Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya
Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.
4) Motivasi
Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum
pembelajaran dimulai).
Kegiatan Inti
1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual Teaching
and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan menemukan
(inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil mengingat
saja tetapi hasil menemukan sendiri.
2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang
menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.
3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa
berdiskusi satu sama lain.
4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam
pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,
analisislah ketika merancang tugas-tugas.
6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.
7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari
8) Perwakilan salah satu kelompok maju ke depan kelas membacakan
hasil diskusinya.
9) Kelompok yang lain diminta memberi tanggapan terhadap kelompok
yang maju.
10)Guru mengusahakan siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman
mereka karena dengan begitu mereka benar-banar sudah belajar.
11)Siswa diberi kesempatan bertanya mengenai materi yang belum
dipahami.
12)Pemberian post test (diberikan pada pertemuan terakhir setiap siklus).
Kegiatan Akhir
1) Siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
2) Siswa diberi pekerjaan rumah, agar siswa lebih paham mengenai
materi yang sudah dipelajari.
3. Observasi (Observing)
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan alat
bantu berupa lembar observasi, meliputi lembar observasi aktivitas siswa
dan kinerja guru. Aktivitas siswa dan kinerja guru diamati oleh observer
selama proses pembelajaran dengan cara membubuhkan tanda ceklis pada
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan
hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias
terhadap kegiatan pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa dilakukan
dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai
bahan perencanaan pada siklus ketiga.
Siklus III
Pembelajaran siklus ketiga ini diharapkan lebih baik dibanding dengan
hasil pembelajaran pada siklus pertama dan kedua. Siklus ketiga ini juga
melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus pertama dan kedua yaitu
sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti.
Dalam siklus ketiga ini peneliti mempersiapkan pembelajaran IPS melalui
model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi
pokok yang diajarkan.
2) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang
kegiatan pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching and
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4) Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal
(berupa LKS, soal pre test dan pos test) beserta penilaiannya.
Instrumen nontes berupa lembar observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran IPS melalui model Contextual Teaching
and Learning (CTL) dengan materi “Peristiwa Sekitar Proklamasi” pada
siklus III sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Mengkondisikan kelas
2) Apersepsi
Kegiatan menggali kembali pengetahuan siswa dapat berupa tanya
jawab dengan materi sebelumnya ataupun materi yang akan
dipelajari.
3) Orientasi
Menjelaskan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan.
4) Motivasi
Timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
5) Pemberian pre test (diberikan pada pertemuan pertama sebelum
1) Guru menerapkan kegiatan belajar dengan model Contextual
Teaching and Learning (CTL) dengan merujuk pada kegiatan
menemukan (inquiry) agar pengetahuan dan keterampilan bukan hasil
mengingat saja tetapi hasil menemukan sendiri.
2) Guru membawa siswa masuk kedalam pengalaman-pengalaman yang
menantang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.
3) Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa
berdiskusi satu sama lain.
4) Guru membiarkan mereka berpikir setelah mereka disuguhi beragam
pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
5) Guru menggunakan istilah-istilah kognitif seperti: klasifikasikan,
analisislah ketika merancang tugas-tugas.
6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang yang anggotanya heterogen.
7) Tiap kelompok diminta menganalisis, menemukan jawaban dari
lembar kerja yang disiapkan oleh guru.
8) Perwakilan salah satu kelompok maj