• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebugaran Dan Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur Ooencyrtus Malayensis Ferr. (Hymenoptera: Encyrtidae) Pada Dua Spesies Serangga Inang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebugaran Dan Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur Ooencyrtus Malayensis Ferr. (Hymenoptera: Encyrtidae) Pada Dua Spesies Serangga Inang"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUGARAN DAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

PARASITOID TELUR Ooencyrtus malayensis FERR.

(HYMENOPTERA: ENCYRTIDAE) PADA DUA SPESIES

SERANGGA INANG

Oleh :

Rosita A44101061

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

ROSITA. Kebugaran dan Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur Ooencyrtus malayensis Ferr. (Hymenoptera: Encyrtidae) pada Dua Spesies Serangga Inang. Dibawah bimbingan UTOMO KARTOSUWONDO dan I WAYAN WINASA.

Pengendalian hayati dengan penggunaan musuh alami parasitoid telur Ooencyrtus malayensis merupakan salah satu alternatif pengendalian hama padi walang sangit, yang aman terhadap lingkungan. Untuk meningkatkan perannya sebagai agen pengendali hayati di lapangan, diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan populasinya melalui pembiakkan massal di laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui beberapa aspek ciri kebugaran dan kemampuan reproduksi O. malayensis pada Nezara viridula dan Riptortus linearis.

Sebanyak 20 telur dari masing-masing inang (N. viridula dan R. linearis) dilekatkan pada kertas pias yang berbeda (1 cm x 5 cm) dengan gom arab, kemudian pias dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 5 oC selama 24 jam. Selanjutnya pias dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi sepasang imago parasitoid telur. Imago parasitoid telur O. malayensis didapatkan dengan mengumpulkan telur-telur walang sangit terparasit di lapangan. Setiap hari pias diganti dengan pias yang baru sampai imago betina mati. Imago parasitoid diberi pakan larutan madu 10% yang dioleskan pada dinding bagian dalam tabung reaksi. Pengamatan dilakukan terhadap lama perkembangan, lama hidup, parasitisasi, nisbah kelamin, persentase total betina, pengukuran beberapa karakter morfologi, keperidian, potensi produksi telur, dan keberhasilan hidup. Pengolahan data menggunakan program MINITAB dengan uji-t pada taraf nyata 5%.

(3)

KEBUGARAN DAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

PARASITOID TELUR

Ooencyrtus malayensis

FERR.

(HYMENOPTERA: ENCYRTIDAE) PADA DUA SPESIES

SERANGGA INANG

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Rosita A44101061

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul : KEBUGARAN DAN KEMAMPUAN REPRODUKSI PARASITOID TELUR Ooencyrtus malayensis FERR. (HYMENOPTERA: ENCYRTIDAE) PADA DUA SPESIES SERANGGA INANG

Nama : Rosita NRP : A44101061

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS. Dr. Ir. I Wayan Winasa, MSi. NIP. 130 349 096 NIP. 131 669 951

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.

NIP. 130 422 698

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumenep pada tanggal 14 Agustus 1982 sebagai putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan rama H. Abdul Rasyid dan ibu Hj. Siti Maemunah.

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebugaran dan Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur Ooencyrtus malayensis pada Dua Spesies Serangga Inang”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS. dan Dr. Ir. I Wayan Winasa, MSi., yang senantiasa membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Endang Nurhayati, MS., selaku penguji tamu yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini.

3. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan perhatian selama penulis kuliah.

4. Keluarga di Sumenep dan Kalimantan yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat dan doa.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Proteksi Tanama n, Fakultas Pertanian yang telah memberikan ilmu selama penulis kuliah.

6. Kakak kelas dan rekan-rekan dari Departemen Proteksi Tanaman.

7. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan kegiatan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Bogor, Oktober 2005

(7)

DAFTAR ISI

Pengaruh Inang Berbeda Terhadap Kebugaran Parasitoid ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Percobaan kebugaran parasitoid telur O. malayensis ... 8

Percobaan kemampuan reproduksi parasitoid telur

Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur O. malayensis ... 16

Keperidian ... 17

Potensi produksi telur ... 18

(8)

Halaman

KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 20

Kesimpulan ... 20

Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Beberapa ciri kebugaran O. malayensis pada dua inang berbeda .. 12 2. Ukuran beberapa karakter morfologi yang mencirikan kebugaran

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Lampiran

1. Imago betina dan jantan parasitod telur O. malayensis ... 25

2. Imago R. linearis dan N. viridula ... 25

3. Telur R. linearis dan N. viridula ... 25

4. Tabung reaksi tempat parasitisasi ... 26

5. Kurungan pemeliharaan R. linearis dan N. viridula ... 26

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengendalian hayati dengan pemanfaatan musuh alami merupakan salah satu alternatif pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan salah satu hama utama padi Leptocorisa oratorius (Hemiptera: Alydidae). Diketahui salah satu musuh alami walang sangit adalah parasitoid telur Ooencyrtus malayensis Ferr. (Hymenoptera: Encyrtidae). Parasitoid ini dapat mengendalikan hampir 50% dari populasi hama walang sangit karena parasitoid ini dapat memarasit telur walang sangit di lapangan (Kartosuwondo 2001). Selain telur walang sangit, O. malayensis juga dapat memarasit telur Riptortus linearis Fabricius (Hemiptera: Alydidae) dan Nezara viridula Linnaeus (Hemiptera: Pentatomidae) pada kedelai dan Dasynuspiperis China (Hemiptera: Coreidae) pada lada (Kalshoven 1981).

Ooencyrtus sp. merupakan parasitoid yang banyak ditemukan memarasit telur kepik karena parasitoid ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu sangat aktif, siklus hidup pendek, dan mempunyai kemampuan terbang yang tinggi (Kalshoven 1981; Hirose 1998). Untuk meningkatkan peran O. malayensis sebagai agens pengendali hayati walang sangit di lapang, diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan populasi dan unjuk kerja parasitoid tersebut dengan pemeliharaan parasitoid melalui pembiakan massal di laboratorium. Dalam pemeliharaan O. malayensis diperlukan inang yang cocok terutama dari ordo yang sama dengan walang sangit yakni ordo Hemiptera. Kepik N. viridula, R. linearis dan Piezodorus hybneri dapat dikembangbiakkan di laboratorium (Kalshoven 1981). Namun, P. hybneri adalah serangga hama yang memiliki tingkat keperidian yang rendah sehingga sulit dikembangbiakkan dengan pakan kacang panjang di laboratorium (Christianto 1990). Sedangkan pembiakan massal parasitoid di laboratorium terkait dengan persediaan inang yang cukup. Serangga R. linearis dan N. viridula mudah ditemukan di lapang dan mudah pula dipelihara di laboratorium dengan memberi pakan kacang panjang.

(12)

berkaitan dengan pembiakan massal di laboratorium, salah satunya mengenai jenis inang. Kualitas parasitoid yang dihasilkan di laboratorium dipengaruhi oleh jenis inang yang digunakan. Menurut Corrigan dan Laing (1994) kualitas parasitoid dan kemampuan untuk menyerang inang target tersebut tergantung dari spesies yang digunakan dalam pembiakan sebelumnya, dengan demikian penggunaan inang dalam pembiakan harus selalu diperhatikan. Untuk menyusun suatu strategi pengendalian hama yang memanfaatkan parasitoid diperlukan informasi dasar mengenai aspek biologi dan perilaku parasitoid itu. Aspek penting yang berkaitan dengan biologi antara lain masa perkembangan, keperidian, dan lama hidup imago. Sedangkan aspek penting yang berkaitan dengan perilaku dalam pencarian dan memarasit inang antara lain ukuran sayap dan tungkai. Aspek kebugaran dan kemampuan reproduksi tersebut mempengaruhi keberhasilan parasitisasi parasitoid di lapang. Hoffman et al. (2001) menyatakan bahwa variasi pada sayap dapat dihubungkan dengan kemampuan terbang parasitoid. Perubahan kecil pada bentuk dan ukuran sayap parasitoid dapat mempengaruhi kemampuan terbang dan peletakan telur parasitoid pada telur inang. Selain sayap, karakter morfologis parasitoid yang kerap terkait dengan kebugarannya adalah panjang tibia. Hal ini telah dibuktikan oleh Sagarra et al. (2001) melalui penelitiannya yang menghasilkan suatu kesimpulan bahwa panjang tibia Anagyrus kamali berkorelasi positif dengan beberapa indikator kebugaran parasitoid yaitu lama hidup, nisbah kelamin, keperidian, dan lama masa reproduksi. Semakin panjang ukuran tibia imago A. kamali maka keperidiannya semakin meningkat dan memiliki lama hidup paling panjang.

Tujuan

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Ooencyrtus malayensis Ferriere

Parasitoid telur O. malayensis Ferr. termasuk famili Encyrtidae, ordo Hymenoptera. Daerah persebarannya meliputi Amerika Serikat, Eropa, Afrika Utara, Jepang, Asia Tenggara, dan Indo-Pasifik (Huang & Noyes 1994).

O. malayensis mengalami metamorfosis sempurna. Perkembangan dari telur sampai pupa berlangsung di dalam telur inang, sehingga parasitoid ini tergolong endoparasitoid. Parasitoid ini sangat aktif dan dapat menyerang telur inang yang berumur satu hari. Siklus hidup O. malayensis 12-16 hari (Kalshoven 1981), sedangkan menurut Susila (1993) siklus hidupnya pada telur N. viridula dan R. linearis berkisar antara 13-14 hari. Tingkat parasitisasi O. malayensis mencapai 32% pada telur R. linearis (Susila 1993), sedangkan menurut hasil penelitian Susanti (1998) pada jenis inang yang sama tingkat parasitisasinya hanya mencapai 10.41%. Pada telur Dasynus piperis yang menyerang lada tingkat parasitisasinya mencapai 90% (Kalshoven 1981).

Telur O. malayensis berwarna bening, dengan ujung posterior agak runcing dan ujung anterior agak bulat. Pada bagian posterior terdapat tangkai panjang dan ujungnya menggada. Stadia telur dua hari dengan tipe telur encyrtiform (Clausen 1940).

Stadium larva 4 hari, larva berwarna biru keabu-abuan. Bentuknya lonjong dan agak ramping, sedangkan stadium pupa berkisar antara 4-5 hari. Sebelum memasuki stadium pupa terdapat stadium prapupa yang berlangsung 1 hari. Saat stadia pupa, tubuh berwarna putih keabu-abuan serta terdapat garis-garis hitam pada ruas-ruas abdomen (Susila 1993).

(14)

Serangga Inang

Nezara viridula Linnaeus

N. viridula merupakan kepik hijau tergolong famili Pentatomidae ordo Hemiptera. Serangga hama ini bersifat kosmopolit dan polifag, dan tersebar di daerah tropik maupun subtropik di Amerika, Afrika, Asia, Australia dan Eropa. Di Indonesia kepik hijau ini banyak menyerang padi, jagung, tembakau, kentang, kapas, dan beberapa komoditas kacang-kacangan sebagai pengisap polong (Kalshoven 1981).

Telur N. viridula berukuran 1.2 mm x 0.75 mm (Lampiran 3), dan diletakkan oleh imago betina secara berkelompok pada permukaan daun. Seekor imago betina rata-rata meletakkan telur sebanyak 300 butir, setiap kelompok berisi 50-60 butir telur yang diletakkan di bawah permukaan daun (Hill 1975). Telur yang baru diletakkan berwarna kuning pucat, setelah 3-4 hari berubah menjadi kemerah-merahan dan pada saat akan menetas berwarna merah bata. Stadium telur berkisar antara 5-7 hari (Wardani 2001).

Kalshoven (1981) menyatakan bahwa nimfa berwarna cerah dan terdiri dari lima instar. Nimfa instar pertama pada awalnya berwarna kemerah-merahan, kemudian berubah menjadi coklat muda, hidup secara berkelompok dan tidak makan. Nimfa instar dua berwarna hitam dengan bintik putih pada abdomen, mereka menyebar dan mulai aktif makan. Nimfa instar tiga dan nimfa instar empat berwarna hitam atau hijau cerah berbintik putih. Nimfa instar lima berwarna sama dengan nimfa instar empat yaitu hijau berbintik hitam dan putih pada abdomen. Lama setiap stadium nimfa berbeda-beda. Lama seluruh stadium nimfa berkisar antara 21-28 hari (Waterhouse & Sands2001).

(15)

Riptortus linearis Fabricius

R. linearis tergolong famili Alydidae, ordo Hemiptera. Daerah persebarannya adalah Asia Tenggara, dan sejak 1970 diketahui muncul di India. Tanaman inangnya meliputi kedelai, dadap, dan berbagai kacang-kacangan (Kalshoven 1981).

Telur berbentuk agak bulat dengan bagian tengahnya agak cekung, diameter telur kurang lebih 1.20 mm (Lampiran 3). Telur diletakkan berkelompok atau sendiri-sendiri pada permukaan bawah daun biasanya sebanyak 3-5 butir. Telur yang baru diletakkan berwarna biru keabu-abuan kemudian berubah menjadi coklat. Dalam dua minggu seekor betina dapat meletakkan telur sebanyak 70 butir. Stadia telur berkisar antara 6-8 hari (Kalshoven 1981).

Nimfa terdiri dari 5 instar yang berbeda bentuk, warna, ukuran dan umurnya. Stadium nimfa instar satu berlangsung 1-3 hari, bentuknya mirip semut gramang berwarna kekuning-kuningan. Stadium nimfa instar dua berlangsung 2-4 hari, berwarna coklat kekuningan. Nimfa instar tiga berwarna coklat dan aktif bergerak dengan stadium 2-6 hari. Nimfa instar empat berwarna coklat hitam mirip semut hitam, tidak seaktif nimfa-1 dan nimfa-2 dengan stadium 3-6 hari. Nimfa instar lima berwarna hitam agak abu-abu dengan stadium 5-8 hari (Tengkano & Soehardjan 1985 dalam Sugiharti 1996).

(16)

Pengaruh Inang terhadap Kebugaran Parasitoid

Pada umumnya hubungan antara serangga hama (inang) dengan parasitoidnya adalah bertautan padat (density dependent). Jika populasi inang meningkat, maka populasi parasitoid juga akan meningkat dan dapat menekan kembali populasi inang tersebut (Huffaker & Messenger 1976).

Penerimaan parasitoid betina terhadap inangnya tergantung pada pengenalan secara fisik (ukuran, bentuk, tekstur) dan sifat kimia inang. Greenberg et al. (1998) mengemukakan bahwa telur inang yang besar akan meningkatkan keperidian daripada telur inang yang kecil. Demikian pula sebaliknya, telur inang yang kecil akan menghasilkan ukuran imago betina yang lebih kecil serta tidak mungkin mampu menyerang telur inang yang besar dan berkualitas baik (Godfray 1994). Selain itu telur inang yang besar akan menghasilkan persentase imago betina yang lebih kuat daripada telur inang yang kecil serta peningkatan ukuran telur inang akan meningkatkan pula jumlah parasitoid yang muncul dari inang tersebut (Bourchier et al. 1993).

Pemilihan inang dalam pembiakan parasitoid penting diperhatikan karena kualitas dan kemampuan parasitoid untuk menyerang inang target tergantung dari spesies inang yang digunakan sebelumnya. Kebugaran parasitoid sangat dipengaruhi oleh ukuran inang. Ukuran telur inang berpengaruh terhadap ukuran imago parasitoid yang dihasilkan. Imago parasitoid yang sama (dalam satu spesies) yang muncul dari inang yang ukurannya berbeda akan memiliki ukuran tubuh yang berbeda pula (Corrigan & Laing 1994).

(17)
(18)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung sejak bulan Maret sampai dengan Agustus 2005.

Metode

Pemeliharaan N. viridula dan R. linearis

Imago N. viridula dikumpulkan dari pertanaman padi di daerah Bubulak, Bogor. Sedangkan imago R. linearis dikumpulkan dari pertanaman kedelai di kebun percobaan IPB, Cikabayan, Bogor. Pemeliharaan kepik dilakukan dalam kurungan berkerangka kayu yang dibungkus dengan kain kasa. Ukuran panjang, lebar, dan tinggi kurungan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm (Lampiran 5). Kedua jenis kepik tersebut dimasukkan ke dalam kurungan yang berbeda. Ke dalam kurungan dimasukkan polong kacang panjang sebagai pakan kepik. Sebagai tempat peletakan telur N. viridula, dan R. linearis digunakan kain berumbai yang digantung dalam tiap kurungan. Telur-telur tersebut diambil setiap hari, selanjutnya digunakan untuk percobaan.

Pengadaan Parasitoid Telur O. malayensis

Parasitoid telur diperoleh dari lapangan dengan cara mengumpulkan telur-telur walang sangit terparasit dari pertanaman padi di daerah Cianjur. Telur-telur-telur diletakkan dalam tabung reaksi kemudian ditutup kain berwarna hitam. Imago parasitoid yang keluar dari telur walang sangit diidentifikasi. Imago parasitoid diberi pakan larutan madu 10% yang diteteskan pada bagian dalam dinding tabung.

Perbanyakan Parasitoid Telur O. malayensis

(19)

Imago parasitoid diberi pakan madu dengan konsentrasi 10% yang dioleskan pada dinding bagian dalam tabung tersebut. Pias diganti setiap hari (24 jam) dengan yang baru sampai imago betina mati. Telur inang yang telah terparasit dipindahkan ke tabung reaksi lain, disimpan pada suhu ruang hingga imago yang baru muncul. Imago-imago parasitoid yang telah muncul sebagian digunakan untuk perbanyakan dan sebagian yang lain digunakan untuk percobaan.

Percobaan Kebugaran Parasitoid Telur O. malayensis

Telur-telur N. viridula dan R. linearis dipindahkan dari kurungan pemeliharaan. Sebanyak 20 telur dari masing-masing inang (N. viridula dan R. linearis) dilekatkan pada kertas pias yang berbeda (1 cm x 5 cm) dengan gom arab. Pias tersebut dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 5 oC selama 24 jam. Kemudian pias dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi sepasang imago parasitoid telur (Lampiran 4). Setiap hari pias diganti dengan pias yang baru sampai imago betina mati. Imago parasitoid diberi pakan larutan madu 10% yang dioleskan pada dinding bagian dalam tabung reaksi. Percobaan ini diulang 10 kali (10 pasang imago parasitoid). Pengamatan dilakukan terhadap lama hidup imago, persentase parasitisasi, lama perkembangan, persentase kemunculan imago, nisbah kelamin, persentase total betina, dan pengukuran beberapa karakter morfologi.

Lama perkembangan. Penghitungan lama perkembangan parasitoid dilakukan mulai hari pertama telur parasitoid diletakkan ke dalam telur inang sampai waktu munculnya imago.

Lama hidup. Penghitunga n lama hidup dilakukan dengan mencatat waktu kemunculan imago hingga imago tersebut mati.

Persentase parasitisasi. Persentase parasitisasi diketahui dengan menghitung banyaknya telur inang yang terparasit setiap harinya. Dihitung dengan rumus:

(20)

Persentase total betina (PTB). Penghitungan dilakukan dengan rumus

Pengukuran beberapa karakter morfologi. Pengukuran meliputi panjang dan lebar sayap, panjang tibia, dan panjang tubuh. Panjang sayap diukur dari pangkal sayap hingga ujung sayap terjauh sedang lebar sayap diukur dari sisi sayap paling lebar. Pengukuran panjang tibia hanya pada imago betina. Panjang tubuh diukur dari kepala hingga ujung abdomen. Pengukuran diawali dengan pemotretan menggunakan mikroskop compound dengan kamera digital tipe OLYMPUS 11D (Lampiran 6), dilanjutkan pengukuran menggunakan program tps dig. Pengukuran dilakukan dengan menampilkan foto, kemudian pada titik terjauh dari objek foto di-klik menggunakan mouse (misalnya untuk objek panjang sayap, di-klik pada pangkal sayap dan ujung sayap terjauh). Kemudian data pengukuran yang diperoleh dari program tps dig dilanjutkan ke Microsoft excel untuk mengkonversi ke dalam satuan mm (1 mm = 908.0022).

Percobaan Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur O. malayensis

(21)

Keperidian. Keperidian diketahui dengan menghitung total telur yang diletakkan oleh imago betina selama hidupnya pada telur inang.

Potensi pro duksi telur. Kemampuan imago memproduksi telur dihitung berdasarkan jumlah telur yang diletakkan oleh imago betina selama hidupnya pada telur inang (keperidian) dan jumlah telur yang tersisa dalam ovari.

Potensi Produksi Telur = keperidian + sisa telur di ovari

Persentase keberhasilan hidup. Persentase keberhasilan hidup diketahui dengan melihat tingkat ketahanan parasitoid dalam telur inang dan kemunculannya.

Pengolahan Data

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebugaran Parasitoid Telur O. malayensis

Dalam penelitian ini kebugaran parasitoid telur O. malayensis diamati melalui lama perkembangan, lama hidup, parasitisasi, dan nisbah kelamin. Berdasarkan hasil penelitian, lama perkembangan parasitoid telur O. malayensis pada R. linearis yaitu 12,60 hari relatif sama dengan lama perkemb angan O. malayensis pada N. viridula yaitu 13,10 hari. Sedangkan lama hidup imago O. malayensis pada N. viridula lebih lama yaitu 18,40 hari dibandingkan lama hidup imago O. malayensis pada R. linearis yaitu 12,70 hari. Tingkat parasitisasi imago betina parasitoid telur O. malayensis pada R. linearis yaitu 15,22% relatif sama dengan tingkat parasitisasi imago betina parasitoid telur O. malayensis pada N. viridula yaitu 14,64%. Sedangkan persentase total betina O. malayensis pada R. linearis lebih tinggi yaitu 75,85% dibandingkan dengan persentase total betina O. malayensis pada N. viridula yaitu 67,65% (Tabel 1).

(23)

Tabel 1 Beberapa ciri kebugaran O. malayensis pada dua inang berbeda Ciri Kebugaran

Inang (x ± SD)*)

R. linearis N. viridula Lama perkembangan (hari) 12.60 ± 0.69a 13.10 ± 0.31a Lama hidup (hari) 12.70 ± 1.70b 18.40 ± 4.67a Parasitisasi (%) 15.22 ± 4.61a 14.64 ± 4.52a Total betina (%) 75.85 ± 9.16a 67.65 ± 7.96b *)Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada masing-masing ciri

kebugaran tidak berbeda nyata dengan uji t pada taraf nyata (α=5%)

Lama Perkembangan

Lama perkembangan parasitoid O. malayensis pada inang R. linearis dan N. viridula dari saat telur diinfestasi oleh imago O. malayensis sampai keluarnya imago parasitoid tersebut berkisar 12-14 hari (Tabel 1). Berdasarkan hasil penelitian Susila (1993) menyatakan bahwa siklus hidup O. malayensis adalah 13-14 hari baik pada R. linearis maupun pada N. viridula.

Imago keluar dengan jalan membuat lubang pada korion telur inang. Lama perkembangan parasitoid O. malayensis relatif pendek yaitu sekitar dua minggu. Sesuai dengan pernyataan Kalshoven (1981), bahwa siklus hidup O. malayensis sekitar 12-16 hari. Clausen (1940) melaporkan bahwa O. malayensis memarasit telur serangga famili Pentatomidae di Jawa dengan siklus hidup 12-13 hari. Serangga yang mempunyai siklus hidup pendek akan memiliki frekuensi bertelur yang lebih tinggi dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki siklus hidup yang lebih lama (Natawigena 1990).

Lama Hidup

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata lama hidup imago betina O. malayensis pada inang N. viridula lebih lama yaitu 18,40 hari dibandingkan inang R. linearis yaitu 12,70 hari (Tabel 1).

(24)

(2004) menyatakan bahwa pakan madu dapat meningkatkan lama hidup, memperpanjang masa oviposisi, dan meningkatkan produksi telur. Madu konsentrasi sedang merupakan pakan yang paling disukai Trichogramma pretiosum dan dapat meningkatkan lama hidup sebesar 1,9 kali daripada pakan air (33,2 jam). Hal ini dikarenakan madu mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh parasitoid. Kandungan nutrisi yang umum terdapat pada madu adalah karbohidrat, protein, vitamin, lemak, mineral, dan air. Karbohidrat penting untuk perkembangan telur, kesuburan, lama hidup, terbang, sebagai suplemen pakan larva dan imago Hymenoptera, cadangan selama diapause serta sumber energi metabolisme (Chippendale 1978 dalam Stoffolano 1994). Sebagian besar imago Hymenoptera parasitoid memerlukan makanan untuk kelangsungan hidupnya dan bereproduksi. Pakan sebagai penyedia nutrisi diperoleh dari inang atau sumber lain yang bukan inang (Jacobs & Evans 1998).

Parasitisasi

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata-rata persentase parasitisasi O. malayensis pada inang R. linearis adalah 15,22% sedangkan rata-rata persentase parasitisasi O. malayensis pada inang N. viridula adalah 14,64%.

(25)

Nisbah Kelamin

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, menunjukkan bahwa nisbah kelamin (sex ratio) yang diperoleh dari inang R. linearis adalah jantan : betina = 1 : 3,13. Sementara nisbah kelamin yang diperoleh dari inang N. viridula adalah jantan : betina = 1: 2,35. Persentase total betina O. malayensis pada inang R. linearis sebesar 75,85% lebih tinggi dibandingkan dengan persentase total betina pada inang N. viridula sebesar 67,65% (Tabel 1).

(26)

Ukuran Imago O. malayensis

Pengukuran imago parasitoid O. malayensis selama penelitian menghasilkan data bahwa imago betina O. malayensis asal inang R. linearis memiliki lebar sayap 0,55 mm, panjang sayap 1,31 mm, panjang tibia 0,45 mm, dan panjang tubuh 1,39 mm lebih panjang dibandingkan dengan imago betina asal inang N. viridula yang memiliki lebar sayap 0,52 mm, panjang sayap 1,23 mm, panjang tibia 0,41 mm, dan panjang tubuh 1,25 mm. Sedangkan imago jantan O. malayensis asal inang R. linearis memiliki panjang sayap sama dengan imago jantan asal inang N. viridula yaitu 0,89 mm (Tabel 2). Dengan demi kian, secara umum dapat dikatakan bahwa ukuran tubuh parasitoid betina O. malayensis asal inang R. linearis lebih besar dibandingkan dengan parasitoid betina asal inang N. viridula.

Tabel 2 Ukuran beberapa karakter morfologi yang mencirikan kebugaran imago O. malayensis pada dua inang berbeda

Karakter Morfologi Inang (mm ± SD) *) *)Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada masing-masing karakter

morfologi tidak berbeda nyata dengan uji t pada taraf nyata (α=5%)

(27)

kecil akan menghasilkan ukuran imago betina yang kecil. Imago parasitoid betina yang mempunyai ukuran tubuh besar mempunyai kemampuan memarasit inang lebih banyak dibandingkan dengan imago parasitoid betina spesies sama yang mempunyai ukuran tubuh kecil. Parasitoid besar akan mampu meletakkan jumlah telur yang lebih banyak daripada parasitoid kecil. Selain itu, nisbah kelaminnya juga akan condong ke betina (Kazmer & Luck 1995).

Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur O. malayensis

Dalam penelitian ini kemampuan reproduksi parasitoid telur O. malayensis diamati melalui keperidian, potensi produksi telur, dan keberhasilan hidup. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keperidian imago betina O. malayensis pada inang R. linearis adalah 69,5 butir lebih tinggi dibandingkan keperidian imago betina O. malayensis pada inang N. viridula sebesar 53,3 butir. Sedangkan keberhasilan hidup imago O. malayensis pada inang N. viridula adalah 39,81% lebih rendah dibandingkan keberhasilan hidup imago O. malayensis pada inang R. linearis sebesar 62,80% (Tabel 3). Berdasarkan hasil penelitian Susila (1993) menyatakan bahwa rataan keperidian imago beti na O. malayensis pada inang N. viridula adalah 59,3 butir sedangkan keperidian imago betina O. malayensis pada inang R. linearis adalah 55,5 butir.

Kebugaran parasitoid berhubungan dengan kemampuan reproduksi dan eksistensi serangga, yaitu keperidian yang tinggi, efisiensi mencari inang, kemampuan berkompetisi, dapat mengkoloni dengan cepat, spesifik terhadap inang tertentu, kemampuan beradaptasi dan sinkron dengan inangnya (Miller 1983), serta potensi produksi telur (Godfray 1994).

Tabel 3 Kemampuan reproduksi O. malayensis pada dua inang berbeda Parameter Reproduksi Inang ( x ± SD)*)

R. linearis N. viridula Keperidian (butir) 69.50 ± 32.90a 53.30 ± 15.20a Potensi produksi telur (butir) 73.40 ± 29.30a 59.90 ± 14.80a Keberhasilan hidup (%) 62.80 ± 10.40a 39.81 ± 4.38b *)Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama pada masing-masing parameter

(28)

Keperidian

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata keperidian parasitoid O. malayensis pada inang R. linearis adalah 69,5 butir lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata keperidian parasitoid O. malayensis pada inang N. viridula sebesar 53,3 butir (Tabel 3).

(29)

Potensi Produksi Telur

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata potensi produksi telur imago betina O. malayensis pada inang R. linearis adalah 73,4 butir lebih tinggi dibandingkan rata-rata potensi produksi telur imago betina O. malayensis pada inang N. viridula sebesar 59,9 butir (Tabel 3).

Berdasarkan pengamatan selama percobaan diketahui bahwa parasitoid O. malayensis bersifat gregarius. Pada satu butir telur inang R. linearis, imago betina O. malayensis dapat meletakkan 1 sampai 3 butir telur, sedangkan pada satu butir telur inang N. viridula, imago betina O. malayensis dapat meletakkan 1 sampai 2 butir telur. Sesuai dengan pernyataan Kalshoven (1981), bahw a jumlah imago O. malayensis yang muncul dari satu telur inang bervariasi yaitu dari satu pada Leptocorisa acuta sampai delapan pada Physomerus grossipes.

Tingginya potensi produksi telur diduga disebabkan oleh ketersediaan pakan dan inang. Handayani (2004) melaporkan bahwa potensi produksi telur imago betina parasitoid meningkat dengan tersedianya pakan berupa madu, pakan tersedia setiap hari, atau tersedianya inang bagi imago. Ketersediaan inang memicu imago parasitoid betina untuk memproduksi telur secara terus-menerus. Perilaku peletakan telur oleh parasitoid betina dan perkembangan ovari dipengaruhi oleh ketersediaan dan kualitas inang serta lingkungan inang. Kondisi inang yang baik mempengaruhi perkembangan ovari termasuk produksi telur dan kelangsungan hidup (survival) atau penyebaran (dispersal), lingkungan inang yang tidak tentu, dan hubungan kondisi inang dengan waktu saat oogenesis dimulai dan waktu saat telur diletakkan (Papaj 2000).

Persentase Keberhasilan Hidup

Rata-rata persentase keberhasilan hidup O. malayensis pada inang N. viridula adalah 39,81% lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata persentase keberhasilan hidup O. malayensis pada inang R. linearis sebesar 62,80% (Tabel 3). Hal ini disebabkan oleh pupa mati pada inang N. viridula lebih tinggi dibandingkan dengan inang R. linearis.

(30)
(31)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Lama perkembangan parasitoid O. malayensis relatif pendek yaitu sekitar dua minggu. Lama hidup parasitoid asal inang R. linearis lebih singkat daripada parasitoid asal inang N. viridula. Tingkat parasitisasi O. malayensis pada inang R. linearis dan N. viridula relatif sama. Persentase total betina parasitoid asal inang R. linearis lebih tinggi daripada asal inang N. viridula. Ukuran tubuh parasitoid asal inang R. linearis lebih besar dibandingkan dengan parasitoid asal inang N. viridula.

Keperidian dan potensi produksi telur parasitoid pada inang R. linearis relatif lebih tinggi dibandingkan N. viridula. Keberhasilan hidup parasitoid pada inang R. linearis lebih tinggi dibandingkan dengan parasitoid pada inang N. viridula.

Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects.

Bourchier RS, Smith SM, Song SJ. 1993. Host acceptance and parasitoid size as predictors of parasitoid quality for mass reared Trichogramma minutum. Bio Cont 3: 135-139.

Christinanto BR. 1990. Biologi Piezodorus rubrofasciatus Fabr. (Hemiptera: Pentatomidae) pada kedelai (Glycine max (L.) Merill), buncis (Phaseolus vulgaris L.), kacang jogo (Phaseolus vulgaris L.), kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L.) Frew) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.

Clausen CP. 1940. Entomophagus Insect. New York, McGraw Hill Book Company, Inc.

Coombs MT. 1996. Influence of adult food deprivation and body size on fecundity and longevity of Trichopoda giacomellii: a south American parasitoid of Nezara viridula. Bio Cont 8: 119-123

Corrigan JE, Laing JE. 1994. Effects of the rearing host species and the host species attacked on performance by Trichogramma minutum Riley (Hymenoptera: Trichogrammatidae) Environ Entomol 23: 755-760.

Godfray HCJ. 1994. Parasitoids, Behavioral and Evolutionary Ecology. New Jersey: Princeton University Press.

Greenberg SM, Nordlund DA, Wu Z. 1998. Influence of rearing host on adult size and ovipositional behavior of mass produced female Trichogramma minutum Riley and Trichogramma pretiosum Riley (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Bio Cont 11: 43-48.

Handayani RS. 2004. Pengaruh pakan dan inang terhadap lama hidup dan produksi telur Trichogramma pretiosum R. (Hymenoptera: Trichogrammatidae). [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian.

(33)

Hirose Y. 1998. Conservation biological control of mobile pest: Problem and tactic, In Barbosa P (ed). Conservation Biological Control. California: Academic Press. p221-234.

Hofstetter RW, Raffa KF. 1998. Endogenous and exogenous factors affecting parasitism of gypsy moth egg masses by shape Ooencyrtus kuvanae. Entomol Exp Appl 88(2): 123-135.

Hoffmann AA, Hewa S, Kapuge. 2001. Composite asymmetry as an indicator of quality in the beneficial wasp Trichogramma nr. brassicae (Hymenoptera: Trichogrammatidae). J Econ Entomol 94(4): 826-830.

Huang DW, Noyes JS. 1994. A revision of the Indo-Pacific species of Ooencyrtus (Hymenoptera: Encyrtidae), parasitoids of immature stages of economically important insect species (mainly Hemiptera and Lepidoptera). Bulletin of The Natural History Museum, Entomology Series, 63(1): 1-136. Huffaker CB, Messenger PS. 1976. Theory and Practice of Biological Control.

New York: Academic Press.

Jacobs HS, Evans EW. 1998. Effects of sugar spray and aphid honey dew on field populations of the parasitoid Bathyplectes curculionis (Hymenoptera: Ichneumonidae). Environ Entomol 27(6): 1563-1568.

Jeffrey AH, Ian FH, and David JT. 1994. Flexible larva growth allows use of a range of host sizes by a parasitoid wasp. Ecology 75(5): 1420-1428.

Kalshoven LGE. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Van der Laan PA, penerjemah. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

Kartosuwondo U. 2001. Augmentasi parasitoid telur walang sangit pada pertanaman padi. Hayati 8(3): 76-80.

Kazmer DJ, Luck RF. 1995. Field tests of the size-fitness hypothesis in the egg parasitoid Trichogramma pretiosum. Ecology 76(2): 412-425.

Mangangantung H. 2001. Kebugaran enam populasi parasitoid Trichogrammatidae (Hymenoptera) dari Jawa Barat dan Jawa Tengah yang dibiakkan pada serangga inang Corcyra cephalonica S. (Lepidoptera: Pyralidae). [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. Miller JC. 1983. Ecological relationships among parasites and the practice of

biological control. Environ Entomol 12: 620-624.

(34)

Papaj DR. 2000. Ovarian dynamics and host use. Annu Rev Entomol 45: 423-448.

Sagarra LA, Vincent C, Stewart RK. 2001. Body size as an indicator of parasitoid quality in male and female Anagyrus kamali (Hymenoptera: Encyrtidae). Bull Entomol Res 97: 363-367.

Schmidt JM. 1994. Host recognition and acceptance by Trichogramma. Di dalam: Wajnberg E, Hassan SA, editor. Biological Control with Egg Parasitoids. Oxon, UK: CAB International. p165-194.

Stoffolano JG. 1994. Regulation of carbohydrate meal in the adult Diptera, Lepidoptera, and Hymenoptera. Di dalam: Chapman RF, de Boer G, editor. Regulatory Mechanisms in Insect Feeding. New York: Chapman & Hall. Sugiharti U. 1996. Keperidian dan beberapa aspek biologi Riptortus linearis F.

(Hemiptera: Alydidae) pada polong kacang panjang, kacang buncis, dan kacang merah [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. Susanti T. 1998. Siklus hidup parasitoid telur Ooencyrtus malayensis Ferr.(Hymenoptera: Encyrtidae) pada telur Riptortus linearis F. (Hemiptera: Alydidae) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. Susila IW. 1993. Biologi Ooencyrtus malayensis Ferr. (Hymenoptera:

Encyrtidae) pada kepik pengisap polong kedelai [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Sekolah Pascasarjana.

Thomson LJ, Hoffmann AA. 2002. Laboratory fecundity as predictor of field success in Trichogramma carverae (Hymenoptera: Trichogrammatidae). J Econ Entomol 95(2): 912-917.

Wardani N. 2001. Evaluasi peranan parasitoid dan predator telur Nezara viridula Linnaeus & Piezodorus hybneri Gmelin (Hemiptera: Penta tomidae) di pertanaman kedelai [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Sekolah Pascasarjana.

(35)
(36)

Gambar Lampiran 1 Imago betina parasitoid telur O. malayensis (atas) dan imago jantan (bawah) (perbesaran 8x)

Gambar Lampiran 2 Imago R. linearis (kiri) dan Imago N. viridula (kanan)

Keterangan: D = Diameter Keterangan: * = Ukuran 1 butir telur

Gambar Lampiran 3 Telur R. linearis (kiri) dan kelompok telur N. viridula (kanan) 15 mm

D = 1.20 mm

14.5 mm

(1.2 x 0.75) mm* 0.94 mm

(37)

Gambar Lampiran 4 Tabung reaksi tempat parasitisasi

Gambar Lampiran 5 Kurungan pemeliharaan imago R. linearis (atas) dan imago N. viridula (bawah)

(38)

KEBUGARAN DAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

PARASITOID TELUR Ooencyrtus malayensis FERR.

(HYMENOPTERA: ENCYRTIDAE) PADA DUA SPESIES

SERANGGA INANG

Oleh :

Rosita A44101061

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(39)

ABSTRAK

ROSITA. Kebugaran dan Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur Ooencyrtus malayensis Ferr. (Hymenoptera: Encyrtidae) pada Dua Spesies Serangga Inang. Dibawah bimbingan UTOMO KARTOSUWONDO dan I WAYAN WINASA.

Pengendalian hayati dengan penggunaan musuh alami parasitoid telur Ooencyrtus malayensis merupakan salah satu alternatif pengendalian hama padi walang sangit, yang aman terhadap lingkungan. Untuk meningkatkan perannya sebagai agen pengendali hayati di lapangan, diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan populasinya melalui pembiakkan massal di laboratorium. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui beberapa aspek ciri kebugaran dan kemampuan reproduksi O. malayensis pada Nezara viridula dan Riptortus linearis.

Sebanyak 20 telur dari masing-masing inang (N. viridula dan R. linearis) dilekatkan pada kertas pias yang berbeda (1 cm x 5 cm) dengan gom arab, kemudian pias dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 5 oC selama 24 jam. Selanjutnya pias dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi sepasang imago parasitoid telur. Imago parasitoid telur O. malayensis didapatkan dengan mengumpulkan telur-telur walang sangit terparasit di lapangan. Setiap hari pias diganti dengan pias yang baru sampai imago betina mati. Imago parasitoid diberi pakan larutan madu 10% yang dioleskan pada dinding bagian dalam tabung reaksi. Pengamatan dilakukan terhadap lama perkembangan, lama hidup, parasitisasi, nisbah kelamin, persentase total betina, pengukuran beberapa karakter morfologi, keperidian, potensi produksi telur, dan keberhasilan hidup. Pengolahan data menggunakan program MINITAB dengan uji-t pada taraf nyata 5%.

(40)

KEBUGARAN DAN KEMAMPUAN REPRODUKSI

PARASITOID TELUR

Ooencyrtus malayensis

FERR.

(HYMENOPTERA: ENCYRTIDAE) PADA DUA SPESIES

SERANGGA INANG

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Rosita A44101061

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(41)

Judul : KEBUGARAN DAN KEMAMPUAN REPRODUKSI PARASITOID TELUR Ooencyrtus malayensis FERR. (HYMENOPTERA: ENCYRTIDAE) PADA DUA SPESIES SERANGGA INANG

Nama : Rosita NRP : A44101061

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS. Dr. Ir. I Wayan Winasa, MSi. NIP. 130 349 096 NIP. 131 669 951

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr.

NIP. 130 422 698

(42)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumenep pada tanggal 14 Agustus 1982 sebagai putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan rama H. Abdul Rasyid dan ibu Hj. Siti Maemunah.

(43)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebugaran dan Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur Ooencyrtus malayensis pada Dua Spesies Serangga Inang”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS. dan Dr. Ir. I Wayan Winasa, MSi., yang senantiasa membimbing dan mengarahkan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Endang Nurhayati, MS., selaku penguji tamu yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini.

3. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan perhatian selama penulis kuliah.

4. Keluarga di Sumenep dan Kalimantan yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat dan doa.

5. Seluruh staf pengajar Departemen Proteksi Tanama n, Fakultas Pertanian yang telah memberikan ilmu selama penulis kuliah.

6. Kakak kelas dan rekan-rekan dari Departemen Proteksi Tanaman.

7. Semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan kegiatan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Bogor, Oktober 2005

(44)

DAFTAR ISI

Pengaruh Inang Berbeda Terhadap Kebugaran Parasitoid ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Percobaan kebugaran parasitoid telur O. malayensis ... 8

Percobaan kemampuan reproduksi parasitoid telur

Kemampuan Reproduksi Parasitoid Telur O. malayensis ... 16

Keperidian ... 17

Potensi produksi telur ... 18

(45)

Halaman

KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 20

Kesimpulan ... 20

Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

(46)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Beberapa ciri kebugaran O. malayensis pada dua inang berbeda .. 12 2. Ukuran beberapa karakter morfologi yang mencirikan kebugaran

(47)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Lampiran

1. Imago betina dan jantan parasitod telur O. malayensis ... 25

2. Imago R. linearis dan N. viridula ... 25

3. Telur R. linearis dan N. viridula ... 25

4. Tabung reaksi tempat parasitisasi ... 26

5. Kurungan pemeliharaan R. linearis dan N. viridula ... 26

Gambar

Tabel 1  Beberapa ciri kebugaran O. malayensis pada dua inang berbeda
Tabel 2  Ukuran beberapa karakter morfologi yang mencirikan kebugaran imago O. malayensis pada dua inang berbeda
Tabel 3  Kemampuan reproduksi O. malayensis pada dua inang berbeda
Gambar Lampiran 1  Imago betina parasitoid telur O. malayensis (atas) dan imago  jantan (bawah) (perbesaran 8x)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan model LMC, dapat dijelaskan bahwa bila hanya terdapat satu induk betina pada suatu kelompok inang ( patch ), maka strategi terbaik yang biasa dilakukan betina

cephalonica mempunyai ukuran yang lebih besar dengan perkembangan dari mulai telur sampai imago relatif lama, sehingga kemampuan1. hidupnya

Parasitoid ini hidup di dalam tubuh inang dari telur, larva, pupa dan setelah menjadi imago akan mulai keluar dari lubang yang dibuatnya sendiri dengan cara

banyak sehingga jumlah telur lebih banyak terdapat di dalam tubuh inangnya serta tingkat perkawinan parasitoid betina dengan jantan lebih besar sehingga jumlah

gossypiella berdasarkan morfologi sayap, antena, dan genitalia jantan diketahui bahwa parasitoid telur tersebut berasal dari genus yang sama, tetapi berbeda spesies