• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Tentang Gizi Dan Keamanan Pangan Di Lingkungan Sekolah Dasar Kota Dan Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Tentang Gizi Dan Keamanan Pangan Di Lingkungan Sekolah Dasar Kota Dan Kabupaten Bogor"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PENJAJA PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

TENTANG GIZI DAN KEAMANAN PANGAN

DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

ACI DEBBY OKTORI NASUTION

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERILAKU PENJAJA PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

TENTANG GIZI DAN KEAMANAN PANGAN

DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

ACI DEBBY OKTORI NASUTION

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(3)

Judul Skripsi : Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah tentang Gizi dan Keamanan Pangan di Lingkungan Sekolah Dasar Kota dan Kabupaten Bogor

Nama : Aci Debby Oktori Nasution NIM : I14076033

Disetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS

NIP. 19491130 197603 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS.

NIP. 19621204 198903 2 002

(4)

ABSTRACT

ACI DEBBY OKTORI NASUTION. The Behavior of Snack Hawker for Students About Nutrition and Food Safety at the Elementary School Environment in the Bogor City and Bogor District. Supervised by SITI MADANIJAH.

(5)

RINGKASAN

ACI DEBBY OKTORI NASUTION. Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah tentang Gizi dan Keamanan Pangan di Lingkungan Sekolah Dasar Kota dan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.

Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian khusus Badan POM RI adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa, dan pada masa ini jika status gizi anak kurang akan mempengaruhi perkembangan kognitif, pertumbuhan, dan kecerdasan sehingga kebutuhan akan zat gizi sangat penting untuk diperhatikan. Selain masalah keamanan pangan masalah perilaku penjaja PJAS juga sangat penting mengingat perilaku merupakan faktor kedua terbesar setelah lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan seseorang maupun kelompok, hal ini akan berdampak pada kulaitas SDM pada masa akan datang.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan. Sedangkan tujuan khususnya adalah: 1) Mengidentifikasi karakteristik contoh, 2) Mengidentifikasi Profil PJAS meliputi jenis, dan register PJAS, 3) Mempelajari akses informasi contoh tentang gizi dan keamanan pangan, 4) Mempelajari perilaku (pengetahuan, sikap, dan praktek) contoh tentang gizi dan keamanan pangan 5) Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktek penjaja PJAS, serta akses informasi, berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual, 6) Menganalisis hubungan antar variabel (pengetahuan, sikap, dan praktek contoh), serta hubungan antara tingkat akses informasi gizi dan keamanan pangan dengan perilaku contoh.

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di sekolah dasar dengan status akreditasi A dan B di Kota dan Kabupaten Bogor yang terdiri dari empat sekolah dasar yaitu SDN Lawang Gintung 01, SDN Cimanggu Kecil, SDN Pajeleran, dan SDN Kota Batu 01. Pemilihan sekolah dasar dilakukan secara purposive. Pengambilan data dilakukan dari bulan Mei hingga Juli 2009. Sampel berjumlah 47 penjaja PJAS. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner meliputi karakteristik contoh, pengetahuan, sikap, dan praktek contoh tentang gizi dan keamanan pangan, dan akses informasi contoh terhadap informasi gizi dan keamanan pangan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum lokasi penelitian. Hubungan antar variabel yang berupa data kategori diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson sedangkan untuk melihat perbedaan perilaku contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual menggunakan uji t.

(6)

Sebanyak 90.0% contoh mengakses informasi gizi dan keamanan pangan melalui televisi, dan 66.0% memiliki tingkat akses tergolong rendah. Berdasarkan uji t menujukkan tidak ada perbedaan tingkat akses informasi gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual.

Secara umum pengetahuan gizi 68.0% contoh tergolong kurang, dan 40.4% contoh memiliki pengetahuan keamanan pangan tergolong cukup. Berdasarkan uji t, pengetahuan tentang gizi dan keamanan pangan tidak memiliki perbedaan yang nyata antara contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual. Sebanyak 48.9% contoh memiliki sikap gizi tergolong kurang, dan 53.2% contoh memiliki tingkat pengetahuan keamanan pangan tergolong baik. Berdasarkan uji t, sikap tentang gizi dan keamanan pangan contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual, tidak memiliki berbeda secara nyata.Praktek gizi contoh tergolong rendah dimana hanya 3.0% contoh penjaja luar menyediakan buah-buahan , sedangkan kantin tidak menyediakan buah, Hanya sebanyak 6.4% contoh yang mempraktekkan hiegene penjual/penyaji makanan/minuman tergolong baik. Sebanyak 44.7% Contoh menerapkan praktek penanganan dan penyimpanan makanan/minuman tergolong kurang, dan 42.5% contoh mempraktekkan pengendalihan hama, sanitasi tempat, dan peralatan tergolong kurang. Berdasarkan uji t praktek keamanan pangan contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Oktober 1986, merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, putri dari pasangan Zulkarnain Nasution, BA dan Nurhaida Kasri. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Ummi Fatimah pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 12 Medan. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2004.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini yang berjudul “Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah tentang Gizi dan Keamanan Pangan di Lingkungan Sekolah Dasar Kota dan Kabupaten Bogor” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Atas selesainya skripsi ini, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberikan waktunya untuk membimbing penulis serta kesabarannya dalam membimbing dan telah membantu penulis dalam perkulihan awal semester.

2. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS, selaku dosen pemandu dalam seminar dan dosen penguji hasil penelitian ini.

3. Papa yang selalu sabar dan memberikan kasih sayang yang tulus yang ingin anak-anaknya bisa melihat dunia lebih jauh dan kesempatan untuk belajar yang lebih besar dari pada dirinya, tanpa Mu penulis tidak bisa seperti ini. Terima kasih atas semua yang papa berikan baik dukungan moril maupun materi.

4. Mama yang selalu memberi perhatian dan doa dalam setiap sujudnya, terima kasih tak terhingga atas nasehat dan perhatian yang diberikan.

5. Kakak-kakakku tersayang kak Noni, kak Qori, kak Maria, Me dan Adik-adikku yang selalu memberikan semangatnya Doy, Anggi dan Beby.

6. Rekan-rekan seperjuangan dalam pengumpulan data Mba Zulaikhah, SP, yang telah berbagi pengalaman dan ilmu, Veni, Rika, Kak Nurma, Yunita, Hani, Ida, dan Nenden yang telah membantu pengumpulan data serta semangat dan candanya yang membuat penulis tetap semangat.

7. Seluruh rekan-rekan penyelenggaran jalur khusus Ilmu Gizi angkatan 01 yang telah memberikan dukungan pada penulis. I Love U All.

Terima Kasih ya Allah, atas izin dan ridho-Mu skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan... 4

Hipotesis ... 4

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah... 5

Kantin dan Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah... 6

Pangan Jajanan ... 8

Akses terhadap Informasi...12

Perilaku tentang Gizi dan Keamanan Pangan ...12

KERANGKA PENELITIAN...18

METODELOGI PENELITIAN Desain,Tempat dan Waktu...20

Jumlah dan Penarikan Contoh ...20

Jenis dan Cara Pengumpulan Data...20

Pengolahan dan Analisis Data ...21

Definisi Operasional...23

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah ...25

Karakteristik Contoh ...28

Akses Informasi Gizi dan Keamanan Pangan ...28

Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan ...43

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan...57

Saran...58

DAFTAR PUSTAKA...59

(11)

PERILAKU PENJAJA PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

TENTANG GIZI DAN KEAMANAN PANGAN

DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

ACI DEBBY OKTORI NASUTION

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)

PERILAKU PENJAJA PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

TENTANG GIZI DAN KEAMANAN PANGAN

DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR

KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

ACI DEBBY OKTORI NASUTION

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(13)

Judul Skripsi : Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah tentang Gizi dan Keamanan Pangan di Lingkungan Sekolah Dasar Kota dan Kabupaten Bogor

Nama : Aci Debby Oktori Nasution NIM : I14076033

Disetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS

NIP. 19491130 197603 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS.

NIP. 19621204 198903 2 002

(14)

ABSTRACT

ACI DEBBY OKTORI NASUTION. The Behavior of Snack Hawker for Students About Nutrition and Food Safety at the Elementary School Environment in the Bogor City and Bogor District. Supervised by SITI MADANIJAH.

(15)

RINGKASAN

ACI DEBBY OKTORI NASUTION. Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah tentang Gizi dan Keamanan Pangan di Lingkungan Sekolah Dasar Kota dan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.

Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian khusus Badan POM RI adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal SDM suatu bangsa, dan pada masa ini jika status gizi anak kurang akan mempengaruhi perkembangan kognitif, pertumbuhan, dan kecerdasan sehingga kebutuhan akan zat gizi sangat penting untuk diperhatikan. Selain masalah keamanan pangan masalah perilaku penjaja PJAS juga sangat penting mengingat perilaku merupakan faktor kedua terbesar setelah lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan seseorang maupun kelompok, hal ini akan berdampak pada kulaitas SDM pada masa akan datang.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan. Sedangkan tujuan khususnya adalah: 1) Mengidentifikasi karakteristik contoh, 2) Mengidentifikasi Profil PJAS meliputi jenis, dan register PJAS, 3) Mempelajari akses informasi contoh tentang gizi dan keamanan pangan, 4) Mempelajari perilaku (pengetahuan, sikap, dan praktek) contoh tentang gizi dan keamanan pangan 5) Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktek penjaja PJAS, serta akses informasi, berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual, 6) Menganalisis hubungan antar variabel (pengetahuan, sikap, dan praktek contoh), serta hubungan antara tingkat akses informasi gizi dan keamanan pangan dengan perilaku contoh.

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di sekolah dasar dengan status akreditasi A dan B di Kota dan Kabupaten Bogor yang terdiri dari empat sekolah dasar yaitu SDN Lawang Gintung 01, SDN Cimanggu Kecil, SDN Pajeleran, dan SDN Kota Batu 01. Pemilihan sekolah dasar dilakukan secara purposive. Pengambilan data dilakukan dari bulan Mei hingga Juli 2009. Sampel berjumlah 47 penjaja PJAS. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner meliputi karakteristik contoh, pengetahuan, sikap, dan praktek contoh tentang gizi dan keamanan pangan, dan akses informasi contoh terhadap informasi gizi dan keamanan pangan. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum lokasi penelitian. Hubungan antar variabel yang berupa data kategori diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson sedangkan untuk melihat perbedaan perilaku contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual menggunakan uji t.

(16)

Sebanyak 90.0% contoh mengakses informasi gizi dan keamanan pangan melalui televisi, dan 66.0% memiliki tingkat akses tergolong rendah. Berdasarkan uji t menujukkan tidak ada perbedaan tingkat akses informasi gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual.

Secara umum pengetahuan gizi 68.0% contoh tergolong kurang, dan 40.4% contoh memiliki pengetahuan keamanan pangan tergolong cukup. Berdasarkan uji t, pengetahuan tentang gizi dan keamanan pangan tidak memiliki perbedaan yang nyata antara contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual. Sebanyak 48.9% contoh memiliki sikap gizi tergolong kurang, dan 53.2% contoh memiliki tingkat pengetahuan keamanan pangan tergolong baik. Berdasarkan uji t, sikap tentang gizi dan keamanan pangan contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual, tidak memiliki berbeda secara nyata.Praktek gizi contoh tergolong rendah dimana hanya 3.0% contoh penjaja luar menyediakan buah-buahan , sedangkan kantin tidak menyediakan buah, Hanya sebanyak 6.4% contoh yang mempraktekkan hiegene penjual/penyaji makanan/minuman tergolong baik. Sebanyak 44.7% Contoh menerapkan praktek penanganan dan penyimpanan makanan/minuman tergolong kurang, dan 42.5% contoh mempraktekkan pengendalihan hama, sanitasi tempat, dan peralatan tergolong kurang. Berdasarkan uji t praktek keamanan pangan contoh berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata.

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Oktober 1986, merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, putri dari pasangan Zulkarnain Nasution, BA dan Nurhaida Kasri. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Ummi Fatimah pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 12 Medan. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2004.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini yang berjudul “Perilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah tentang Gizi dan Keamanan Pangan di Lingkungan Sekolah Dasar Kota dan Kabupaten Bogor” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Atas selesainya skripsi ini, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberikan waktunya untuk membimbing penulis serta kesabarannya dalam membimbing dan telah membantu penulis dalam perkulihan awal semester.

2. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS, selaku dosen pemandu dalam seminar dan dosen penguji hasil penelitian ini.

3. Papa yang selalu sabar dan memberikan kasih sayang yang tulus yang ingin anak-anaknya bisa melihat dunia lebih jauh dan kesempatan untuk belajar yang lebih besar dari pada dirinya, tanpa Mu penulis tidak bisa seperti ini. Terima kasih atas semua yang papa berikan baik dukungan moril maupun materi.

4. Mama yang selalu memberi perhatian dan doa dalam setiap sujudnya, terima kasih tak terhingga atas nasehat dan perhatian yang diberikan.

5. Kakak-kakakku tersayang kak Noni, kak Qori, kak Maria, Me dan Adik-adikku yang selalu memberikan semangatnya Doy, Anggi dan Beby.

6. Rekan-rekan seperjuangan dalam pengumpulan data Mba Zulaikhah, SP, yang telah berbagi pengalaman dan ilmu, Veni, Rika, Kak Nurma, Yunita, Hani, Ida, dan Nenden yang telah membantu pengumpulan data serta semangat dan candanya yang membuat penulis tetap semangat.

7. Seluruh rekan-rekan penyelenggaran jalur khusus Ilmu Gizi angkatan 01 yang telah memberikan dukungan pada penulis. I Love U All.

Terima Kasih ya Allah, atas izin dan ridho-Mu skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan... 4

Hipotesis ... 4

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah... 5

Kantin dan Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah... 6

Pangan Jajanan ... 8

Akses terhadap Informasi...12

Perilaku tentang Gizi dan Keamanan Pangan ...12

KERANGKA PENELITIAN...18

METODELOGI PENELITIAN Desain,Tempat dan Waktu...20

Jumlah dan Penarikan Contoh ...20

Jenis dan Cara Pengumpulan Data...20

Pengolahan dan Analisis Data ...21

Definisi Operasional...23

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah ...25

Karakteristik Contoh ...28

Akses Informasi Gizi dan Keamanan Pangan ...28

Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan ...43

(20)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan...57

Saran...58

DAFTAR PUSTAKA...59

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Profil sekolah dasar berdasarkan jumlah murid kelas IV dan V, dan

jumlah guru...26

Tabel 2. Kondisi fisik sekolah di daerah kota dan kabupaten ...27

Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan lama berusaha...30

Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan jenis BTP yang digunakan...38

Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi gizi dan keamanan pangan ...40

Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar mengenai pertanyaan gizi dan keamanan pangan ...43

Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan keamanan pangan...44

Tabel 8. Sebaran contoh berdasarkan sikap setuju tentang gizi dan keamanan pangan ...46

Tabel 9. Sebaran contoh berdasarkan sikap gizi dan keamanan pangan ...47

Tabel 10. Sebaran contoh berdasarkan praktek keamanan pangan ...50

Tabel 11. Hubungan pengetahuan gizi dan sikap gizi ...52

Tabel 12. Hubungan pengetahuan keamanan pangan dengan sikap keamanan pangan ...52

Tabel 13. Hubungan pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan praktek keamanan pangan ...53

Tabel 14. Hubungan sikap gizi dan keamanan pangan dengan praktek keamanan pangan ...54

Tabel 15. Hubungan akses informasi dengan pengetahuan gizi dan keamanana pangan ...55

Tabel 16. Hubungan akses informasi dengan sikap gizi dan keamanan pangan...55

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka pemikiran perilaku penjaja pangan jajanan anak sekolah tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah ...19 Gambar 2. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin` ...28 Gambar 3. Sebaran contoh berdasarkan usia ...29 Gambar 4. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ...29 Gambar 5. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ...31 Gambar 6. Sebaran PJAS berdasarkan kelompok pangan di kantin sekolah ..32 Gambar 7. Persentase kelompok makanan sepinggan di kantin sekolah ...33 Gambar 8. Sebaran PJAS berdasarkan jenis makanan camilan di kantin

sekolah...34 Gambar 9. Sebaran PJAS berdasarkan jenis minuman di kantin sekolah...34 Gambar 10. Sebaran PJAS berdasarkan register di kantin sekolah...34 Gambar 11. Sebaran PJAS berdasarkan kelompok pangan di penjaja luar...35 Gambar 12. Sebaran PJAS berdasarkan kelompok makanan sepinggan di

penjaja luar ...35 Gambar 13. Sebaran PJAS berdasarkan jenis makanan camilan di penjaja

luar...36 Gambar 14. Sebaran PJAS berdasarkan jenis minuman di penjaja luar ...36 Gambar 15. Sebaran PJAS berdasarkan register di penjaja luar...37 Gambar 16. Sebaran PJAS berdasarkan praktek penggunaan BTP...37 Gambar 17. Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian BTP...38 Gambar 18. Sebaran contoh berdasarkan tingkat akses informasi gizi dan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Karakteristik contoh di kota dan kabupaten ...62 Lampiran 2. Hasil uji t berbagai variabel pengetahuan, sikap, praktek gizi dan

keamanan pangan, dan akses informasi ...64 Lampiran 3. Hasil uji korelasi berbagai variabel pengetahuan, sikap, praktek gizi

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas SDM merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional, untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting, dimana gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi, anak balita, prasekolah, anak SD, remaja, dan dewasa hingga usia lanjut.

Kualitas SDM yang menjadi penggerak pembangunan dimasa yang akan datang ditentukan oleh bagaimana pengembangan SDM saat ini, termasuk pada usia sekolah. Pembentukan kualitas SDM sejak masa sekolah akan mempengaruhi kualitasnya pada saat mereka mencapai usia produktif (Andarwulan et al. 2009). Dengan demikian, kualitas anak sekolah penting untuk diperhatikan karna pada masa ini merupakan masa pertumbuhan anak dan sangat pentingnya peranan zat gizi serta keamanan makanan yang dikonsumsi disekolahnya.

Peraturan pemerintah No 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan, memberikan wewenang kepada Badan POM untuk melakukan pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan yang beredar. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian khusus Badan POM RI adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Pangan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, pangan jajanan juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi dimana pangan jajanan memberikan asupan energi dan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Guhardja dkk di Bogor tahun 2004 menunjukkan bahwa 36.9% kebutuhan energi anak sekolah diperoleh dari makanan jajanan.

(25)

POM di seluruh Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan (21.4%) kasus terjadi di lingkungan sekolah dan (75.5%) kelompok siswa anak sekolah dasar (SD) paling sering mengalami keracunan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) (Andarwulan et al. 2009).

Tingkat keamanan pangan jajanan konsumsi anak sekolah yang masih buruk, sebagaimana hasil temuan diatas jika tidak ditanggulangi akan memperparah masalah rendahnya status gizi anak-anak sekolah. Apalagi dampak mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan kimia berbahaya berlebihan secara terus menerus baru akan terlihat dalam jangka panjang. Rendahnya status gizi anak-anak sekolah akan menyebabkan mereka terkena penyakit infeksi, hal ini akan berdampak terhadap angka ketidakhadiran anak-anak di sekolah yang cukup tinggi, kemampuan belajar dan hasil belajar karena sakit. Hal ini akan berdampak kepada kualitas SDM Indonesia pada masa yang akan datang

Dari hasil pengawasan pangan jajanan anak sekolah tahun 2005 yang dilakukan oleh 18 balai besar/ Balai BOM dengan cakupan pengambilan sampel makanan jajanan anak sekolah seluruhnya 861 sampel yang diperiksa/diuji, yang memenuhi syarat sebanyak 517 sampel (60.04%), dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 344 sampel (39.96%). Sedangkan pada tahun 2006 hasil pengawasan PJAS oleh Badan POM menunjukan bahwa dari 2.903 sampel yang diambil dari 478 SD di 26 ibukota propinsi di Indonesia sebesar 50.6% sampel yang memenuhi syarat (MS) dan 49.4% tidak memenuhi syarat (TMS).

Selain masalah BTP, perilaku penjaja PJAS juga menjadi masalah yang perlu diperhatikan, dimana masalah yang sering timbul mulai dari proses persiapan, pengolahan dan saat penyajian makanan dilokasi jualan serta kebiasaan penjual makanan jajanan yang patut mendapat perhatian adalah penggunaan bahan tambahan non pangan seperti pemanis, pewarna, pengeras dan lain-lain yang digunakan hampir pada setiap makanan. Residu insektisida berbahaya seperti dieldrin dan aldrin juga ditemui pada sebagian makanan jajanan yang dijual (Fardiaz & Fardiaz, 1994).

(26)

menerapkan praktek keamanan pangan yang kurang baik, dan (<53.0%) penjaja PJAS yang mengaku menambahkan BTP ke dalam produk minuman. Kondisi usaha makanan jajanan yang belum dibarengi dengan perhatian khusus terhadap aspek fisik, lokalisasi, kontrol higiene, pembinaan manajemen, ketiadaan pengaturan dan ketidakpastian keamanan dalam berusaha akan menimbulkan ketiadaan kontrol dan pengarahan terhadap kualitas makanan yang dijual dan pengolahan makanan yang higiene menyebabkan penjaja PJAS menangani pengolahan makanan menurut pengetahuan yang mereka miliki. (Fardiaz & Fardiaz, 1994).

Kurangnya praktek keamanan pangan penjaja PJAS di lingkungan sekolah, dikarenakan kurang perhatian pihak sekolah dan kemungkinan masih kurangnya akses informasi mengenai gizi dan keamanan pangan. Wilayah sekolah serta mutu sekolah juga sangat menentukan kualitas penjaja PJAS di lingkungan sekolah. Hasil monotoring dan verifikasi profil keamanan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) nasional tahun 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan gizi dan keamanan penjaja PJAS di luar jawa lebih baik dibandingkan di jawa, serta pengetahuan gizi dan keamanan pangan penjaja PJAS di sekolah dengan status akreditasi A labih baik daripada akreditasi B.

Mengingat pentingnya peranan perilaku penjaja PJAS yang memenuhi kaidah-kaidah keamanan pangan serta pentingnya pangan jajanan yang sehat bagi anak sekolah dan masih banyaknya sekolah terutama SD yang belum memiliki kantin yang memenuhi standart kantin sehat, dan adanya perbedaan praktek penjaja PJAS berdasarkan wilayah serta berdasarkan mutu sekolah, maka perlu dikaji perilaku penjaja PJAS tentang keamanan pangan jajanan di lingkungan Sekolah kota dan kabupaten.

Perumusan Masalah

(27)

perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan jajanan di lingkungan Sekolah.

Tujuan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan jajanan PJAS di lingkungan Sekolah Dasar.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik penjaja PJAS yang meliputi umur dan jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi (tingkat pendidikan, lama bekerja dan tingkat pendapatan).

2. Mengidentifikasi pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di lingkungan sekolah. 3. Mempelajari akses informasi tentang gizi dan keamanan pangan

4. Mempelajari perilaku penjaja PJAS (pengetahuan, sikap,dan praktek) tentang gizi dan keamanan pangan.

5. Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan, serta tingkat akses informasi penjaja PJAS berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual.

6. Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek tentang gizi dan keamanan pangan, serta tingkat akses informas gizi dan keamanan pangan dengan perilaku penjaja PJAS.

Hipotesa

1. Tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktek gizi dan keamanan pangan, serta tingkat akses informasi penjaja PJAS berdasarkan wilayah, status akreditasi, dan kelompok penjual.

2. Adanya hubungan positif antara pengetahuan dengan sikap tentang gizi dan keamanan pangan.

3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang gizi dan keamanan pangan dengan praktek keamanan pangan, serta tidak ada hubungan antara akses informasi gizi dan keamanan pangan dengan perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) penjaja PJAS.

Kegunaan Penelitian

(28)

dapat memberi informasi yang nyata kepada para pelaku kebijakan yang berwenang dalam upaya perlindungan kesehatan dan gizi anak sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Usia Sekolah

Sekolah merupakan institusi pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolahan sekolah yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab Kabupaten/Kota. Sedangkan Departemen Pendidikan hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Lingkungan sekolah memiliki peranan penting dalam pendidikan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk perilaku anak sekolah (Notoatmodjo 2003).

Periode pertengahan masa kanak-kanak, yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak.

Walaupun pertumbuhan fisik anak-anak pada usia sekolah relatif lambat, tetapi terdapat perubahan yang mencengangkan dalam hal intelektualnya dan dalam hubungan dengan orang lain (Harris & Liebert 1991).

Anak usia sekolah merupakan anak yang sudah memasuki sekolah dasar hingga dua belas tahun. Masa ini di tandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Sedangkan para ahli psikologi menyebut masa ini dengan sebutan usia berkelompok, usia penyesuain diri, usia kreaktif dan usia bermain (Hurlock 1980).

Hasil analisis data Riskesdas (2007) menunjukkan secara nasional masih rendahnya kualitas kesehatan dan perilaku tidak sehat pada anak sekolah dasar (6-14 tahun). Rata-rata status gizi kurus (IMT< 2SD) pada anak usia sekolah (6-14 tahun) adalah 13,3% laki-laki dan 10,9% perempuan. Prevalensi anemia untuk anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9,4%, selain itu anak sekolah beresiko terhadap penyakit tidak menular, yaitu ditunjukkan kurangnya konsumsi sayur dan buah 93,6% dan sudah biasa merokok 2.0% (Depkes 2008).

Kantin dan Penjaja PJAS

(29)

makan siang di rumah serta cemilan dan minuman yang sehat, aman dan bergizi. Keberadaan kantin sekolah memberikan peranan penting karena mampu menyediakan ± ¼ konsumsi makanan keluarga karena keberadan peserta didik di sekolah yang cukup lama. Kantin sekolah sehat yang memenuhi standar kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu indikator sekolah sehat (Nuraida,

et al. 2009).

Pangan Jajanan

Pangan jajanan adalah makanan/minuman yang dipersiapkan dengan teknologi yang sangat sederhana, dimana seringkali faktor hiegine atau kebersihan kurang diperhatikan, baik kebersihan bahan yang digunakan, peralatan yang dipakai maupun kebersihan lingkungannya. Selain itu, karena tingkat pendidikan pedagang yang relatif rendah dan ketidaktahuannya, mengakibatkan mereka seringkali menggunakan bahan-bahan tambahan makanan seperti pemanis, pewarna, pengawet, dan lain-lain, yang sebenarnya

tidak diijinkan untuk bahan-bahan tersebut dapat lebih murah (Fardiaz & Fardiaz 1994). Pangan jajanan menurut FAO didefinisikan sebagai

makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsng dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Februhartanty & Iswarawanti, 2004).

Jenis Pangan Jajanan

Pangan jajanan menurut Nuraida et al (2009) dapat dikelompokkan sebagai makanan sepinggan, makanan camilan, minuman dan buah

Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama yang dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin. Contoh makanan sepinggan seperti gado-gado, nasi uduk, siomay, bakso, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain.

Makanan adalah makanan yang dikonsumsi di antara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari:

1. Makanan camilan basah seperti pisang goreng, lemper, lumpia, risoles dan lain-lain. Makanan camilan dalam kemasan seperti teh, minuman sari buah, minuman berkarbonasi dan lain-lain serta minuman yang disiapkan di rumah terlebih dahulu.

(30)

Kelompok minuman yang biasa dijual di kantin sekolah melliputi: 1. Air putih, baik dalam kemasan atau disiapkan sendiri

2. Minuman ringan meliputi minuman dalam kemasan seperti teh, minuman sari buah dan lain-lain.

3. minuman campur seperti es buah, es campur, es cendol, dan lain-lain. Buah merupakan salah satu jenis makanan sumber vitamin dan mineral yang penting untuk anak sekolah. Buah-buahan sebaiknya dikonsumsi setiap hari dalam bentuk:

1. Utuh, misalnya pisang, jambu, jeruk, dan lain-lain.

2. Kupas atau potong misalnya pepaya, nanas, mangga, dan lain-lain. Pangan jajanan yang paling banyak dijual di lingkungan sekolah adalah sekelompok makanan ringan (54.1%), dibanding dua kelompok minuman (26.0%) dan makanan utama (2.0%). Dari keseluruhan kelompok pangan jajanan dijual, lebih dari separuh (55.8%) PJAS dalam bentuk pangan siap saji, selanjutnya 36.0%. (Andarwulan et al, 2009).

Winarno (1991) menyatakan jenis pangan jajanan yang dijual oleh pedagang kecil lebih besar peluangnya terhadap kontaminan dan bahaya kesehatan dbanding yang berasal dari pedagang besar dengan peralatan yang memadai. Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di sekolah. Sebuah penelitian di Jakarta menemukan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per hari. Bahkan ada yang mencapai Rp.7000. Lebih jauh lagi, hanya sekitar 5% anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah. Karenanya mereka lebih terpapar pada pangan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut. Menariknya, pangan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Karena itu dapat dipahami peran penting pangan jajanan kaki lima pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan (Februhartanty & Iswarawanti, 2004).

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

(31)

jenis maupun mutu, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya.

Keamanan pangan didefiniskan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Undang- undang RI no.7 tentang Pangan Tahun 1996). Makanan yang sehat, aman dan bergizi adalah makanan yang mengandung zat gizi yang diperlukan seorang anak untuk hidup sehat dan produktif. Makanan tersebut harus bersih, tidak kadarluasa, dan tidak mengandung bahan kimia maupun mikroba berbahaya bagi kesehatan. Gizi yang baik dan cukup akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, dan akan meningkatkan kemampuan kecerdasan seorang anak. Sebaliknya, jika anak kurang gizi maka pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat.

Program pembinaan kesehatan dan keamanan pangan jajanan anak sekolah selama ini bertumpu pada kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS). Kegiatan yang pernah dilakukan adalah pengembangan model pendidikan gizi dan kesehatan yang terintegrasi dengan kurikulum oleh Syarief dkk (1997). Namun pengembangan model tersebut belum ditindaklanjuti dengan strategi implementasi dan penyediaan pendukungnya di sekolah, seperti belum dilakukan uji-coba teknik pembelajaran, pelatihan guru, penyediaan modul pelajaran, model dan peraga untuk pengajaran. Karena implementasi program gizi dan kesehatan tersebut belum optimal, sehingga status gizi, kesehatan serta perilaku konsumsi jajanan pada anak sekolah masih sangat memprihatinkan seperti yang ditunjukkan dari publikasi Riskesdas di atas (Depkes 2008). Bahaya keamanan pangan terdiri dari :

1. Bahaya mikrobiologis, adalah bahaya mikroba yang dapat menyebabkan penyakit seperti Salmonella, E. Coli, virus, parasit dan kapang penghsil mikotoksin.

2. Bahaya Kimia, adalah bahan kimia yang tidak diperbolehkan digunakan untuk pangan, misalnya logamdan polutan lingkungan, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak digunakan semestinya, peptisida, bahan kimia pembersih, racun/ toksin asal tumbuhan/hewan, dan sejenisnya.

(32)

Badan POM RI mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi rendahnya mutu dan keamanan PJAS antara lain: pada saat ini program nasional pengawasan jajanan anak sekolah belum optimal, fasilitas (kantin sekolah tidak memadai, fasilitas sekeliling sekolah tidak memadai, sanitasi), dan sumberdaya manusia (guru tidak melakukan komonikasi risiko, anak sekolah jajan sembarangan, orang tua tidak menyediakan bekal, pedagang menjual PJAS tidak aman, IRTP/produsen menghasilkan PJAS tidak aman) (Andarwulan, et al. 2009).

Masalah keamanan pangan merupakan masalah yang kompleks yang merupakan dampak dari hasil interaksi mikrobiologik, toksisitas kimiawi, dan status gizi yang berkaitan satu sama lain. Ditinjau dari mata rantai timbulnya masalah keamanan pangan, pada dasarnya masalah keamanan pangan dapat timbul di: (1) tingkat produksi, (2) tingkat pengolahan, dan (3) tingkat distribusi termasuk penyajian untuk konsumsi (Wirakartakusumah, et al. 1994).

Bahan Tambahan Pangan

Salah satu masalah pangan yang masih memerlukan pemecahan adalah penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) untuk berbagai keperluan baik industri pengelolahan pangan, maupun dalam pembuatan berbagai pangan yang dihasilkan industri kecil dan rumah tangga. Menurut peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1998 tentang bahan tambahan pangan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme (Cahyadi 2008).

(33)

Rhodamin B 85 sampel, Amaranth 3 sampel, Methanyl yellow 2 sampel , Boraks 34 sampel , Formalin 7 sampel , ALT 60 sampel, MPN Coliform 48 sampel, Kapang/kamir 32 sampel, E.coli 32 sampel, Salmonella thypii 12 sampel, Staphylococcus aureus 12 sampel, dan Vibrio cholerae 2 sampel (Februhartanty & Iswarawanti, 2004).

BTP dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing dan mual, karenanya Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari WHO yang mengatur dan mengevaluasi standar BTP melarang penggunaan bahan kimia tersebut pada makanan. Standar ini juga diadopsi oleh Badan POM

dan Departemen Kesehatan RI melalui Peraturan Menkes No. 722/Menkes/Per/IX/1998 (gizi net, 2004).

Penggolongan bahan tambahan berdasarkan pengunaanya:

1. Bahan tambahan untuk makanan, adalah bahan tambahan yang dapat digunakan dalam pengelolahan makanan sampai jumlah tertentu tanpa menimbulkan akibat yang merugikan orang yang mengkonsumsiya.

2. Bahan tambahan bukan untuk makanan

Bahan tambahan yang dibuat dan digunakan untuk keperluan industri, dan bukan untuk makanan.

Fungsi bahan tambahan pangan

Memperoleh bentuk, rupa, konsistensi, dan rasa yang menarik.

Tidak untuk tujuan menutupi mutu yang rendah atau untuk pemalsuan/ penipuan.

Bahan tambahan pangan yang sering digunakan dalam pangan jajanan: 1. Pewarna

Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Penambahan pewarna pada makanan dimaksud untuk memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau memberi warna pada makanan yang tidak bewarna agar kelihatan lebih menarik.

2. Pemanis

(34)

mempunyai nilai gizi (winarno, 1994). Biasanya digunakan pada makanan yang ditujukan pada penderita diabetes melitus atau makanan diit agar badan langsing. Pemanis buatan yang paling umum digunakan dalam pengolahan makanan jajanan umumnya adalah siklamat dan sakarin yang mempunyai tingkat kemanisan 300 kali gula alami.

3. Pengawet

Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah dan menghambat fermentasi, pengasam atau pengurai lain terhadap makanan yang disebabkan oleh organisme (Winarno, 1994), umumnya dikenal dipasaran dengan sebutan anti basi.

4. Penyedap rasa Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, penyedap rasa dan aroma, dan penguat rasa didefinisikan sebagai bahan tambahan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Jenis bahan penyedap yaitu (1) Penyedap alami terdiri; a). dari bumbu alami, herba, dan daun, b). Minyak esensial dan turunannya, c). Oleoresin, d). Isolat penyedap, e). Penyedap dari sari buah, f). Ekstra tanaman atau hewan. (2) Penyedap sintesis

5. Bahan Pengemas, Selain bahan-bahan tambahan makanan yang telah disebutkan, bahan pengemas juga dapat mencemari makanan, sebab jenis pengemas umumnya digunakan pada makanan jajanan adalah plastik. Selain kemasan plastik, kemasan kertas juga dapat mencemari makanan (Fardiaz & Fardiaz, 1994).

Akses terhadap Informasi

Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya. Media massa yang dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang antara lainnya. Media massa yang dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang antara lain televisi, radio, majalah dan koran, buku, dan sebagainya.

Menurut Hurluck (1999) pada masa dewasa awal, seseorang cenderung menyukai membaca surat kabar ataupun majalah. Selain itu, radio merupakan media yang mereka senangi dalam rangka mencari hiburan maupun mendengarkan berita.

(35)

dapat dipisahkan. Media massa saja tidak dapat membuat perubahan perilaku yang bertahan dalam jangka panjang pada seseorang (Ewles & Simnet 1994).

Diskusi tatap muka penting dilakukan karena lebih efektif untuk membuat perubahan perilaku pada seseorang. Diskusi tatap muka yag dapat dilakukan adalah konsultasi atau diskusi dengan tenaga medis dan paramedis, kader, dan lainnya (Ewles & Simnet 1994).

Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi dari seseorang, baik yang berupa tanggapan, atau gerakan fisik, maupun tanggapan verbal berdasarkan acuan-acuan subyektifnya (Taryoto, 1991). Menurut Skiner (1983) diacu dalam (Notoatmodjo 2003) perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Namun, respon yang diberikan sangat tergantung dengan karakteristik individu masing-masing. Oleh karena itu, walaupun stimulus yang diberikan sama tetapi respon yang timbul pada setiap orang berbeda. Faktor yang membedakannya adalah respon yang timbul pada setiap orang berbeda. Faktor yang membedakan respon itu disebut determinan perilaku, diantaranya:

1. Determinan atau faktor internal meliputi karakteristik individu yang bersifat genetik, seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor esternal meliputi lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmodjo 2003).

Perilaku terbagi dalam 3 dominan yaitu kognitif, efektif , dan psikomotor. Ketiga domain ini dapat dinilai dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan peraktek (practice) (Notoatmodjo 2003). Oleh karena itu, perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan praktek seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan. Perilaku penjaja adalah seluruh kegiatan atau aktivitas penjaja yang terlihat maupun tidak terlihat dalam penanganan pangan jajanan.

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan

(36)

kurang informasi tentang gizi yang memadai (Gizi dan kesehatan masyarakat, 2008).

Definisi pengetahuan secara luas yaitu hasil penginderaan seseorang melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek tertentu. Selain itu pengetahuan, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama dibanding tidak disadari dengan pengetahuan (Notoatmodjo 2003).

Terbentuknya perilaku (tindakan) seseorang dimulai dari arah kognitif dalam arti subjek mengetahui terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut selanjutnya menimbulkan respon dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan menimbulkan respon lebih jauh berupa tindakan atau praktek sehubungan dengan stimulus tersebut (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan diantaranya, yaitu:

1. Tahu (know)

Tingkatan tahu (know) ini merupakan tingkatan dari pengetahuan yang terendah. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari termasuk ke dalam tingkat ini. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan kemampuan seseorang dalam menjelaskan suatu objek serta dapat menginterpensikannya dengan benar. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan, menyimpulkan, dan sebagainya.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menerapkan materi yang pernah dipelajarinya, seperti penggunaan rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.

4. Analisis (analysis)

(37)

pengetahuan ini dapat diukur melalui seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis mengarah kepada kemampuan seseorang dalam membentuk formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan seseorang melakukan penilaian terhadap suatu objek yang didasari dengan kriteria-kriteria tertentu.

Hasil penelitian Fatima dan Yuliati tahun 2002 tentang pengetahuan, sikap dan tindakan penjamah makanan terhadap aspek keamanan pangan di usaha katering menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keamanan pangan penjamah umumnya (88.2%) berada dalam kategori baik. Tingkat pengetahuan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam memilih makanan yang akan mempengaruhi status gizinya.

Pengetahuan gizi dan keamanan pangan perlu dimiliki oleh semua orang. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi, serta sumber-sumber zat gizi pada makanan (Notoatmodjo 1993).

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi, sebab lain yang penting dari gangguan gizi karena kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo,1996).

Sedangkan pengetahuan keamanan pangan merupakan pengetahuan tentang jenis-jenis BTP, penggunaanya dan bahaya yang akan ditimbulkan jika digunakan dalam jumlah yang tidak dianjurkan serta pengetahuan tentang jenis-jenis BTP yang tidak dijinkan digunakan dalam pengelolahan makanan/ minuman.

(38)

penjaja PJAS di Jawa. Pengetahuan gizi dapat diukur dengan cara wawancara atau angket yang mencakup materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo 1993).

Sikap Gizi dan Keamanan Pangan

Sikap adalah perasaan, keyakinan, dan kecendrungan untuk bertindak/ berperilaku terhadap orang lain, kelompok lain, suatu pemikiran, ataupun suatu objek tertentu. Sikap (attitude) sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sikap sangat menentukan bagaimana perilaku (behavior) manusia terhadap sesamanya dalam lingkungan kehidupan manusia. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan manusia terhadap masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi, baik yang berhubungan dengan intervensi pemerintah, maupun yang berkaitan dengan tata kehidupan manusia di dalam lingkungan tempat tinggalnya (Taryoto, 1991).

Sikap gizi merupakan perasaan, keyakinan, dan kecendrungan untuk bertindak dalam pengolahan pangan jajanan yang memperhatikan kandungan gizi, serta keamananan pangan agar menghasilkan pangan jajanan yang aman.

Sikap seseorang sangat menentukan bagaimana tindakan orang tersebut. Terdapat suatu spekulasi bahwa sikap seseorang terhadap suatu hal dapat diketahui, maka dapat diduga bentuk tindakan apa yang akan dilakukan oleh seseorang itu. Tentu saja tidak tertutup kemungkinan bahwa ternyata tindakan yang dilaksanakan tidak sejalan dengan sikap yang telah diambilnya (Taryoto, 1991). Terdapat tiga jenis ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya yaitu: (1) ketidaksesuaian antara sikap

seseorang dengan informasi mengenai kenyataan yang terjadi, (2) ketidaksesuaian antara sikap seseorang dengan sikap panutannya, dan

(3) ketidaksesuaiannya antara sikap seseorang dengan tindakan seseorang itu sendiri ( Taryoto, 1991).

(39)

maka individu akan bertindak sesuai dengan yang dikehendaki oleh norma sosial daripada menurut pada kehendak sikapnya. Sedangkan pandangan mengenai akibat atau konsekuensi dari perilaku yang akan menunjuk pada adanya sanksi atau penghargaan atau suatu perilaku yang dilakukan (Taryoto, 1991).

Praktek Gizi dan Keamanan Pangan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior)

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata. Praktek tejadi setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya mengadaakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya ia akan melaksanakan dan mempraktekkan apa yang sudah diketahuinya (Notoatmodjo 2003).

Hasil monotoring dan verifikasi profil keamanan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) nasional tahun 2008 diantara sekolah yang disurvei sebagian besar (>70.0%) panjaja PJAS menerapkan praktek keamanan pangan yang kurang baik, dan hanya sebagian kecil (<35%) penjaja PJAS yang mengaku menambahkan BTP kedalam produk minuman yang dijual. Sementara itu, jumlah penjaja PJAS di SD swasta yang mengaku menambahkan BTP pada produk minuman lebih banyak dibandingkan panjaja PJAS di SD Negri (Andarwulan, et al, 2009). Hasil penelitian Fatima, Laksmi dan Yuliati tahun 2002 tentang pengetahuan, sikap dan tindakan penjamah makanan terhadap aspek keamanan pangan di usaha katering menunjukan bahwa sikap keamanan pangan penjamah umumnya (71.2%) dalam kategori baik dan untuk tindakan keamanan pangan penjamah, sebagian besar penjamah (63.2%) berada dalam kategori sedang.

(40)

KERANGKA PEMIKIRAN

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh zat- zat yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Tetapi makanan yang masuk ketubuh beresiko sebagai pembawa penyakit, kuman, mikroba, bahan tambahan pangan, logam berat, dan sebagainya yang dapat mengancam kesehatan.

Pangan jajanan oleh Regional Workshop on Street foods di Yogyakarta 1986 didefinisikan sebagai jenis jenis makanan yang disiap dimakan termasuk di dalamnya minuman yang dipersiapkan atau dijual oleh penjual kaki lima di pinggir jalan atau ditempat- tempat lain yang mirip dengan itu (Winarno, 1997).

Pengetahuan dan sikap penjaja PJAS sangat mempengaruhi tindakannya dalam melakukan pengolahan. Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek dalam kaitannya dengan suatu kegiatan tidak dapat dipisahkan. Adanya pengetahuan tentang suatu hal yang positif akan menyebabkan orang tersebut mempunyai sifat yang positif, kemudian akan mempengaruhi niatnya untuk ikut serta dalam suatu kegiatan yang akan diwujudkan dalam suatu praktek. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan akan mempengaruhi perilaku penjaja PJAS yang meliputi praktek sanitasi serta penggunaan bahan tambahan pangan. Terbentuknya perilaku (tindakan) seseorang dimulai dari arah kognitif dalam arti subjek mengetahui terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut selanjutnya menimbulkan respon dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan menimbulkan respon lebih jauh berupa tindakan atau praktek sehubungan dengan stimulus tersebut (Notoatmodjo, 1993).

(41)
[image:41.595.59.545.85.544.2]

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

: hubungan dianalisis

: hubungan tidak dianalisis Mutu Gizi dan

Keamanan Pangan

Karakteristik Contoh

• Usia

• Jenis kelamin

Keadaan sosial ekonomi

• Tingkat Pendidikan • Lama Berusaha • Pendapatan

Akses/ Sumber Informasi • Keikutsertaan

Penyuluhan • Media Massa,

Elektronik dan Media lain

Pengetahuan Gizi dan Keamanan

Pangan

Praktek Gizi dan Keamanan

Pangan Sikap Gizi

dan Keamanan

Pangan Kebijakan Sekolah

Status Kesehatan Perilaku

Status Gizi

(42)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain adalah

cross-sectional study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei. Penelitian ini dilakukan di sekolah dasar, dimana peserta penelitian ini dipilih dari empat sekolah dasar di Kota/Kabupaten Bogor dengan status akreditasi A dan B. Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian “Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah untuk Tingkat Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2009.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Penentuan lokasi sekolah dasar ditetapkan secara purposive sampling, dengan persyaratan sebagai berikut: 1) mempunyai kantin sekolah; 2) komitmen dari pengelola sekolah; 3) mendapatkan rekomendasi dari Kantor Depdiknas setempat, 4) Dengan Akreditasi A dan B. Dari persyaratan tersebut diambil dua sekolah dari Kota dan Kabupaten Bogor, yang masing-masing terdiri dari sekolah berdasarkan status akreditasinya. Populasi penelitian adalah penjaja PJAS di Sekolah Dasar (SD) di Kota dan Kabupaten Bogor. Contoh adalah penjaja PJAS yang diambil secara purposive sampling dengan pertimbangan penjaja menetap yaitu yang berjualan sepanjang hari yang lokasinya tetap di suatu tempat baik di kantin sekolah maupun lingkungan luar sekolah.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(43)

berasal dari sekolah dan kantor Diknas setempat, meliputi profil sekolah di kota dan kabupaten, jumlah kantin, keadaan umum sekolah serta fasilitas yang tersedia dari pihak sekolah.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul selama penelitan diproses dengan beberapa tahap yaitu; entri data, coding data, dan cleaning kemudian data ditabulasi dan dianalisa secara statistik dengan program microsoft exell 2007, dan SPSS 16,0

for windows. Data primer yang bersifat kualitatif yaitu perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan diperoleh dengan alat bantu kuesioner, kemudian dikuantifikasikan berdasarkan skor dan dikelompokkan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan.

Tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan penjaja PJAS diukur dengan pertanyaan yang seluruhnya berjumlah 20 pertanyaan. Jawaban yang diperoleh kemudian diolah dengan dengan pemberikan skor pada setiap pertanyaan dengan skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah. Skor pengetahuan gizi dan keamanan pangan berkisar antara 0-20. Hasil yang diperoleh kemudian dikategorikan menjadi baik, sedang dan kurang sebagai berikut (Khomsan, 2000).

• Skor > 80% : tingkat pengetahuan baik

• Skor : 60%- 80% : tingkat pengetahuan sedang

• Skor < 60% : tingkat pengetahuan kurang

Sikap diukur dari kecenderungan penjaja PJAS dalam menerima atau menolak pernyataan yang berkaitan dengan aspek gizi dan keamanan pangan. Seluruh pernyataan yang diajukan terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Respon terhadap masing-masing pernyataan diukur dengan dua tingkatan skala setuju dan tidak setuju. Penentuan skor dilakukan sebagai berikut:

• Pernyataan positif : setuju (1), dan tidak setuju (0)

• Pernyataan negatif : setuju (0), dan tidak setuju (1)

Penilaian sikap dikategorikan kedalam dua kategori, yakni baik bila skor ≥ 80% dari nilai total dan kurang baik bila skor < 80% dari nilai total.

(44)

• skor > 80% : Baik

• skor 60%- 80% : Sedang

• skor < 60% : Kurang

(45)

Definisi Operasional

Penjaja PJAS Luar : Penjual pangan jajanan sekolah yang berada di luar sekolah.

Kantin Sekolah :Tempat jajan anak sekolah selain penjaja PJAS di luar sekolah.

Tingkat pendidikan penjaja PJAS : Tingkat Pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh penjaja PJAS dan dikategorikan menjadi tidak tamat SD, tamat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Pendapatan : Total pendapatan bersih (Rp/bulan) yang diperoleh penjaja dari hasil penjualan PJAS.

Lama Berusaha : Lama berjualan sebagai penjaja PJAS di lingkungan sekolah.

PJAS : Semua jenis makanan dan minuman yang dijual disekitar lingkungan sekolah baik di dalam sekolah maupun luar sekolah yang siap dikonsumsi ataupun lebih dahulu diolah/dimasak oleh penjaja PJAS. PJAS dikelompokan ke dalam empat golongan yaitu: makanan sepinggan, makanan camilan, minuman, dan buah.

Bahan Tambahan Pangan : Bahan atau campuran bahan secara alami bukan merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut.

Keamanan Pangan : Kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia.

Akses/ Sumber informasi : Sumber informasi mengenai jajanan sehat, gizi, dan keamanan jajanan yang diperoleh dari media massa, elektronika, dan media lainnya.

Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan : Tanggapan atau reaksi, baik berupa tanggapan, gerakan fisik, maupun tanggapan verbal terhadap gizi dan keamanan pangan, meliputi pengetahuan, sikap dan praktek .

(46)

Pengetahuan tentang keamanan pangan: pengetahuan tentang jenis-jenis BTP, penggunaannya dan bahaya yang akan ditimbulkan jika digunakan dalam jumlah yang tidak dianjurkan.

Sikap Gizi : Perasaan, keyakinan, dan kecenderungan untuk

bertindak/berperilaku dalam proses pengolahan PJAS dengan memperhatikan kandungan gizi, sumber zat gizi, dan fungsi zat gizi.

Sikap Keamanan Pangan : Perasaan, keyakinan, dan kecenderungan untuk bertindak/berperilaku dalam proses pengolahan PJAS yang sesuai dengan aturan berlaku sehingga menghasilkan PJAS yang aman.

Praktek Gizi : Kegiatan-kegiatan penjaja PJAS pada saat proses persiapan, pengolahan, dan penyajian dengan memperhatikan fungsi zat gizi, serta sumber zat gizi.

Praktek keamanan pangan jajanan: Kegiatan-kegiatan penjaja PJAS pada saat proses persiapan, pengolahan, dan penyajian dengan memperhatikan hiegene personal , sanitasi, mencegah PJAS tercemar, dan penggunaan BTP.

Sanitasi :Penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang mampu

mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan.

Higiene : Kondisi atau kebiasaan dan praktek yang dapat membantu

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh kerana itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Penelitian ini dilakukan di 4 Sekolah dasar (SD) yaitu SDN Lawang Gintung 01 dan SDN Cimanggu Kecil, SDN Pajeleran 01 dan SDN Kota Batu 01. Berikut gambaran umum sekolah yang menjadi lokasi penelitian

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lawang Gintung 01 berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor Jl Lawang Gintung. SDN Lawang Gintung memiliki status akreditasi A dengan NPSN 20220450. Sekolah ini memiliki luas tanah 1.593 m2, dan luas bangunan 865 m2.. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu 13 kelas, perpustakaan, masjid, kantin, dan lapangan olahraga. SDN Lawang Gintung 1 merupakan salah satu sekolah dasar yang memiliki siswa-siswa berprestasi baik dalam akademik maupun estrakurikuler seperti; juara olimpiade, juara 1 karate, dan masih banyak prestasi lainnya yang didapatkan. Banyaknya prestasi yang didapatkan dikarenakan kedisiplinan yang diterapkan dari pihak sekolah, serta banyaknya kegiatan-kegiatan estrakurikuler, sehingga dengan adanya kegiatan ini, siswa dapat mengembangkan bakat yang mereka miliki. Kegiatan estrakurikuler lainnya adalah tari, mading, dan kegiatan olahraga seperti volly, dan bulu tangkis. Kegiatan belajar di sekolah ini yaitu masuk pagi dan masuk siang, untuk pagi kegiatan belajar dimulai dari pukul 07.00-13.00 Wib sedangkan siang kegiatan belajar dimulai dari pukul 13.00-17.00 sore.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cimanggu Kecil merupakan sekolah dasar yang berada di Kelurahan Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor Jalan Cimanggu Kecil. SDN Cimanggu Kecil memiliki status akreditasi B dengan NPSN 20220013, sekolah ini memiliki luas bangunan 1.660m2.. Fasilitas yang dimiliki sekolah yaitu 16 kelas, perpustakaan, musholah, kantin, koprasi sekolah, dan lapangan olahraga. Kegiatan belajar di sekolah ini yaitu masuk pagi dan masuk siang, untuk pagi kegiatan belajar dimulai dari pukul 07.00-13.00, sedangkan siang kegiatan belajar dimulai dari pukul 13.00-17.00 sore.

(48)

20200515, sekolah ini berdiri sejak tahun 1982 dengan luas tanah 3.697 m2 , dan

luas bangunan 972 m2. Fasillitas yang dimiliki sekolah yaitu 26 kelas lab komputer, perpustakaan, mushola, UKS, pramuka, pendopo, dan lapangan

olahraga. Sekolah ini memiliki luas bangunan yang paling besar serta memiliki fasilitas yang lengkap dibandingkan dengan sekolah lainnya. Keg

iatan

estrakurikulernya yaitu tari, bahasa inggris, drama, mading, serta kegiatan olahraga (sepak bola, basket ball, dan lainnya). Kegiatan belajar di sekolah ini yaitu masuk pagi dan masuk siang, untuk pagi kegiatan belajar dimulai dari pukul 07.00-12.00, sedangkan siang kegiatan belajar dimulai dari pukul 12.30-17.00 sore.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kota Batu 01 terletak di Jalan Kapten Yusup No 1, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. SDN ini merupakan sekolah yang memiliki status akreditasi B dengan NPSN 20229018. Fasilitas yang dimiliki sekolah ini yaitu 6 kelas, musholah, perpustakaan, lapangan olahraga, dan kantin. Kegiatan estrakurikulernya adalah seni bela diri dan mading. Kegiatan belajar di sekolah ini yaitu masuk pagi dan masuk siang, untuk pagi kegiatan belajar dimulai dari pukul 07.30 - 12.15, sedangkan siang kegiatan belajar dimulai dari pukul 13.00 - 17.00 sore. Profil sekolah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Profil sekolah dasar berdasarkan jumlah murid kelas IV dan V, dan

jumlah guru.

Profil Sekolah

SDN Lawang Gintung 01

SDN Cimanggu

Kecil

SDN Pajeleran

01

SDN Kota Batu

01 Jumlah murid kelas IV

(orang)

152 62 176 50

86 34 90 26

66 28 86 24

Jumlah murid kelas V (orang)

104 84 165 73

56 39 74 43

48 45 91 30

Jumlah guru (orang) 31 21 31 16

4 0 6 0

/D4/S1/S2) 27 17 25 16

(49)

yaitu 326 orang siswa laki-laki, dan 306 siswa perempuan, SDN Cimanggu Kecil jumlah murid keseluruha adalah 555 siswa, yaitu 276 orang siswa laki-laki, dan 279 siswa perempuan, sedangkan SDN Kota Batu 01 jumlah murid keseluruhan adalah 443 siswa, yaitu 221 orang siswa laki-laki, dan 212 orang siswa perempuan.

[image:49.595.127.503.256.753.2]

Kondisi fisik lingkungan sekolah, sebagian besar lingkungan sekolah tertutup. Kondisi sekolah SDN Cimanggu Kecil, SDN Lawang Gintung 1, SDN Pajeleran 01, dan SDN Kota Batu disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kondisi fisik sekolah di daerah kota dan kabupaten

Kota Kabupaten

Kondisi Sekolah SDN Lawang Gintung SDN Cimangu Kecil SDN Pajeleran 01 SDN Kota Batu 01

1. Memiliki taman 2. Lingkungan tertutup 3. Kebersihan

lingkungan 4. Sekolah dekat

dengan sumber bau 5. Tempat sampah

dikelas

6. Tempat sampah di luar kelas

7. Ada TPA

8. Penjaja PJAS diluar

9. Jumlah penjaja PJAS luar (Orang)

10. Jumlah di kantin (Orang)

11. Kondisi kantin

12. Jarak saluran air/ limbah (m) dengan penjaja luarPJAS 13. Jarak pembuangan

sampah (m) dengan penjaja luar PJAS 14. Ketersediaan air 15. Sumber air 16. Kualitas air 17. Tersedia air untuk

penjaja PJAS 18. Tempat cuci tangan

di sekolah 19. KM/WC

20. Kebersihan KM/WC

21. Aliran listrik

Ada Ya Bersih Tidak Ada Ada Ada Ada 10 2 Agak kotor ≤10

≤10 meter

Ada PDAM Bersih Ada Ada Ada Sebagian bau dan kotor Ada Ada Ya Bersih Tidak Tidak ada Ada Tidak Ada Ada 7 2 Agak kotor

≤ 10

≤ 10

Ada PAM Bersih Tidak Ada Ada Ada Sebagian Bau dan Kotor Ada Ada Ya Bersih Ya Ada Ada Tidak ada Tidak ada penjaja luar Tidak ada penjaja luar 8 Tidak ada Tidak ada penjaja luar Tidak ada penjaja luar Ada PAM Bersih Tidak ada Ada Ada Seluruhnya bersih Ada Ada Ya Bersih Tidak Ada Ada Ada Ada 18 1 Bersih

≤ 10

≤ 10

(50)

Karakteristik Contoh

Contoh terbagi atas dua kelompok berdasarkan lokasi penjualan. Kedua kelompok tersebut terdiri dari pengelola kantin yang berjualan di dalam lingkungan sekolah dan penjaja PJAS yang berjualan di luar lingkungan sekolah dengan lokasi sekolah yang berbeda berdasarkan wilayah kota dan kebupaten. Jumlah contoh sebanyak 47 orang, terdiri dari pengelola kantin 13 orang dan penjaja PJAS di luar sekolah sebanyak 34 orang. Contoh di kota terdiri 20 orang, dan di kabupaten 27 orang, sedangkan di sekolah dengan akreditasi A terdapat 19 orang, dan di sekolah dengan akreditasi B 28 orang.

Jenis Kelamin Contoh

Bagian terbesar (72.3%) contoh berjenis kelamin laki-laki.i Kecenderungan penjaja PJAS yang berjenis kelamin laki-laki banyak berasal dari penjaja PJAS luar, dan pengelola kantin sebanyak 76.9% berjenis kelamin perempuan. Secara rinci karakteristik contoh dapat dilihat di Lampiran 1.

75 25 70.4 29.6 66.7 33.3 75.9 24.1 23.1 76.9 91.2 8.8 72.3 27.7

0 50 100

kota kab A B kanti n Penjaj a PJAS l uar

W il a y a h S ta tu s a k re d it a si K e lo m p o k P e n ju a l T o ta l

La ki -l aki Perempuan

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Usia

(51)

memiliki kemungkinan kekurangan informasi tentang peng

Gambar

Gambar 1:  Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di
Tabel 2 Kondisi fisik sekolah di daerah kota dan kabupaten
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan usia
Gambar 6 Sebaran PJAS berdasarkan kelompok pangan di kantin sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

DANIEL 8:9 Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai.. Pdt Gerry

Ibu Treesia Sujana, MN selaku Wali studi selama ± 1 tahun, Kemudian Ibu Natalia Ratna Yulianti, S.Kep, Ns, MAN selaku Wali studi selama ±2 tahun yang sudah

Analisis Permasalahan dan Potensi Prasarana dan Sarana Analisis Permasalahan dan Potensi Kelembagaan Penyusunan Rencana Tindakan Peningkatan Pendapatan Daerah

Bank sangat kompleksitas dalam melakukan kegiatan perbankan,salah satunya transaksi dalam kegiatan tabungan yang meliputi yaitu buka rekening,setoran,penarikan,informasi

Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan,. hanyalah Tuhan yang mencipta, dan manusia hanya dapat

Konfigurasiawal dimulai dengan menggunakan aplikasi XCTU pada modul setiap XBee-ZB-PRO agar parameter ATCH, ATID, ATMM, ATBD, dan ATAP sesuai dengan nilai yang

Teman janda Crusoe menyimpan uangnya dengan aman, dan setelah pergi ke Lisbon, Crusoe mendengar dari kapten orang Portugis bahwa perkebunannya di Brazil telah mendapatkan

Responden dalam penelitian ini yaitu ibu yang rata-rata sudah memiliki pengetahuan yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak dilihat dari hasil