• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PADI ORGANIK

KELOMPOK TANI SISANDI, DESA BARUARA,

KABUPATEN TOBA SAMOSIR,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

LENNY SIAHAAN H34053312

(2)

RINGKASAN

LENNY SIAHAAN. Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA)

Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan kimia anorganik seperti: pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Akibatnya, masyarakat semakin selektif dalam memilih pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan teknologi pertanian organik.

Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement), Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0,09 persen) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih diperlukan berbagai program yang saling sinergis untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik di dunia. Berdasarkan luas penggunaan lahan, Indonesia merupakan negara ketiga di Asia dalam pengembangan pertanian organik setelah China dan India. Lahan yang digunakan untuk pertanian organik mencapai 40.000 ha dengan jumlah persil sebanyak 45.000. Sebagian besar lahan organik ini tesebar di Pulau Jawa.

Teknologi pertanian di Kelompok Tani Sisandi mengadopsi teknologi revolusi hijau yang dilakukan dengan menggunakan benih hibrida, pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan pengolahan lahan yang menggunakan traktor. Penggunaan input luar seperti benih hibrida, pupuk, dan pestisida anorganik telah merusak struktur tanah, mencemari lingkungan, menimbulkan polusi air, bahkan membunuh beragam mikroba tanah. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, kerusakan struktur tanah mengakibatkan penurunan produktivitas. Namun penulis tidak mendapatkan data yang lebih detail untuk mengambarkan penurunan produktivitas ini, diakibatkan tidak adanya arsip pencatatan jumlah produksi maupun produktivitas di Kelompok Tani Sisandi. Penurunan produktivitas lahan ini mengakibatkan petani kurang bersemangat mengolah lahannya bahkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2008-2009) banyak petani yang tidak mengolah lahan karena kecewa akibat hasil panen yang kurang memuaskan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi dan merumuskan strategi pengembangan padi organik dengan pendekatan arsitekstur strategik di Kelompok Tani Sisandi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis lingkungan internal (pendekatan fungsional), analisis lingkungan eksternal (lingkungan industri dan lingkungan makro), matriks SWOT, dan arsitektur strategik.

(3)

enam kelemahan yaitu: modal kerja yang terbatas, mayoritas lahan petani merupakan lahan sewaan, petani kurang mampu mengimplementasikan budidaya padi organik, pemasaran yang kurang efisian, kurang konsistennya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya, dan sumberdaya manusia petani kurang kompeten.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, Kelompok Tani Sisandi memiliki delapan peluang yaitu: hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian setempat, adanya konsultan pertanian yang memahami pertanian organik dan mau membina petani, tersedianya sarana produksi pertanian seperti bibit, pestisida, dan pupuk organik yang sudah bersertifikat, adanya lembaga (TB Silalahi Center) yang perduli pada pertanian di Tobasa, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, peluang pasar yang masih luas baik domestik maupun mancanegara, potensi sumberdaya alam yang mendukung, dan adanya program pemerintah Go Organic 2010. Ancaman yang dihadapi terdiri dari perubahan cuaca yang tidak menentu, banyaknya peredaran produk padi organik palsu, dan maraknya konversi lahan pertanian.

Analisis matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yaitu: mengembangkan produk padi organik dengan optimalisasi sumber daya yang ada, mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian dan menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan padi organik dengan meningkatkan permodalan melalui menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan produk dengan cara meningkatkan keahlian budidaya padi organik melalui menjalin kerja sama baik dengan Dinas Pertanian dan konsultan pertanian, penguatan kelembagaan kelompok tani, pengembangan produk dengan adanya sertifikasi organik, mengembangkan produk dengan adanya pemahaman pentingnya sektor pertanian untuk menyangga ekonomi keluarga, menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait untuk mendapatkan teknologi yang sehat, cepat, dan tepat guna.

(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN PADI ORGANIK

KELOMPOK TANI SISANDI, DESA BARUARA,

KABUPATEN TOBA SAMOSIRA,

SUMATERA UTARA

LENNY SIAHAAN H34053312

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Nama : Lenny Siahaan

NIM : H34053312

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec NIP 19640220 198903 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lenny Siahaan lahir pada tanggal 3 Juli 1987 di Desa Paindoan, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Penulis adalah putri keempat dari enam bersudara. Penulis dilahirkan oleh pasangan Poltak Siahaan dan Nurmaya Panjaitan yang berprofesi sebagai petani.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar SD Negeri 173548 Onan Sampang tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 4 Balige tahun 1999. Tahun 2002, penulis diterima di SMA Negeri 2 Balige dan tahun 2003 dengan berkat Tuhan, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Yayasan Soposurung (Yasop) Balige. Tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2006 penulis memilih Departemen Agribisnis sebagai bidang keahlian.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat, kasih, kekuatan dan penyertaan-Nya dalam hidup penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara”.

Skripsi ini merupakan bentuk terima kasih penulis atas ilmu yang telah diperoleh selama lebih kurang empat tahun di Departemen Agribisnis. Penelitian ini didasari karena adanya keinginan penulis untuk mengembangkan daerah penulis sebagai salah satu sentra pertanian organik. Kandungan organik tanah semakin menurun akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang cenderung meningkat setiap tahun sehingga kualitas dan kuantitas padi mengalami penurunan. Selain itu, komoditi padi merupakan komoditi unggulan di daerah penulis. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam melakukan penelitian ini.

Skripsi ini merumuskan beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan pertanian organik di Kelompok Tani Sisandi yang berada di Desa Baruara. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lingkungan internal dan eksternal, merumuskan alternatif strategi dalam matriks SWOT, serta merancang alternatif strategi tersebut dalam peta arsitektur strategik.

Besar harapan penulis, skripsi ini dapat membantu para petani khususnya Kelompok Tani Sisandi dalam menerapkan pertanian organik. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan para pembaca. Terima kasih.

Bogor, Agustus 2009

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama dan yang terutama, penulis ingin mengucap syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan anugerah yang telah diberikan sepanjang hidup penulis. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat anugerahNya dan adanya bantuan baik secara materi maupun moril dari banyak pihak:

1. Ayahanda (Poltak Siahaan), ibunda (Nurmaya Panjaitan), kakak (Arta Siahaan), abang (Rinto Siahaan dan Alfared Siahaan), dan adik-adikku (Evy Siahaan dan Very Siahaan) atas kasih sayang, doa, dukungan materiil dan spiritual, serta motivasinya. Semoga skripsi ini dapat menjadi prestasi yang membahagiakan ayah dan ibu.

2. Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa mendukung penulis serta memberikan masukan, saran, dan memotivasi penulis dengan sabar dan selalu diiringi dengan senyuman. 3. Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi penulis.

4. Etriya, SP. MM selaku dosen penguji komisi pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi penulis.

5. Ir. Anita Ristianingrum. Msi selaku dosen pembimbing akademik yang telah mengarahkan dan medukung selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah membagikan ilmunya selama penulis menimba ilmu di Departemen Agribisnis.

7. Masyarakat Sisandi, khususnya Kelompok Tani Sisandi yang bersedia sebagai objek penelitian dan membantu penulis dalam pengumpulan data yang sangat berarti bagi penelitian ini.

(10)

9. Teman-teman satu bimbingan Agnes Aulia dan Isnurdiansyah atas dukungan yang diberikan kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman Komisi Kesenian 42, Ivan Stenley, Ivan Mangaratua, Sandro, Thomson, Juan, Chacha, Risna, Gusti, Tiur, Dial, Mathias, Salomo, Rohani, Yusi, dan Olo yang selalu mendukung, menghibur, menyemangati, dan mengingatkan penulis selalu bertumbuh dalam Kristus. Terima kasih buat kebersamaannya.

11. Teman-temanku tercinta Grace, Manda, Clara, atas persahabatan, kebersamaan, semangat, dan motivasi selama penelitian hingga penyelesain skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi teladan dimanapun kita berada.

12. Kakak Kelompok Kecil Kak Bertua, Kristina, dan adik kelompok kecilku Magda, Christa, dan Nova atas bimbingan, motivasi dan kesetiaannya. Tetap bertumbuh, setia melayani, dan setia menjadi murid Kristus.

13. Teman-teman pengurus Kelompok Pra Alumni IPB Maria, Mei Yu, Tumpal, Bontor, dan Lamtiur atas semangat, kebersamaan, dan doanya bagi penulis. 14. Seluruh teman-teman AGB 42, khususnya M. Firdaus atas semua

masukannya yang sangat membantu penulis. Semoga kita dapat menjadi orang besar yang berjiwa besar di kemudian hari.

15. Teman-teman Antiglas, khususnya Riduan Simanjuntak atas semangat, motivasi, dan masukan yang telah banyak membantu penulis.

16. Teman-teman satu kosan di NIKITA Indah nan Permai, Lena, Mery, Siska, Frahel, Hernita, Titin, Junide, dan Dewi atas dukungan, semangat, masukan, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis, serta seluruh pihak yang telah berdoa buat penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas doa dan bantuannya.

Bogor, Agustus 2009

(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN PADI ORGANIK

KELOMPOK TANI SISANDI, DESA BARUARA,

KABUPATEN TOBA SAMOSIR,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

LENNY SIAHAAN H34053312

(12)

RINGKASAN

LENNY SIAHAAN. Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN M. BAGA)

Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan kimia anorganik seperti: pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Akibatnya, masyarakat semakin selektif dalam memilih pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan teknologi pertanian organik.

Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement), Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0,09 persen) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih diperlukan berbagai program yang saling sinergis untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik di dunia. Berdasarkan luas penggunaan lahan, Indonesia merupakan negara ketiga di Asia dalam pengembangan pertanian organik setelah China dan India. Lahan yang digunakan untuk pertanian organik mencapai 40.000 ha dengan jumlah persil sebanyak 45.000. Sebagian besar lahan organik ini tesebar di Pulau Jawa.

Teknologi pertanian di Kelompok Tani Sisandi mengadopsi teknologi revolusi hijau yang dilakukan dengan menggunakan benih hibrida, pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan pengolahan lahan yang menggunakan traktor. Penggunaan input luar seperti benih hibrida, pupuk, dan pestisida anorganik telah merusak struktur tanah, mencemari lingkungan, menimbulkan polusi air, bahkan membunuh beragam mikroba tanah. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, kerusakan struktur tanah mengakibatkan penurunan produktivitas. Namun penulis tidak mendapatkan data yang lebih detail untuk mengambarkan penurunan produktivitas ini, diakibatkan tidak adanya arsip pencatatan jumlah produksi maupun produktivitas di Kelompok Tani Sisandi. Penurunan produktivitas lahan ini mengakibatkan petani kurang bersemangat mengolah lahannya bahkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir (2008-2009) banyak petani yang tidak mengolah lahan karena kecewa akibat hasil panen yang kurang memuaskan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi dan merumuskan strategi pengembangan padi organik dengan pendekatan arsitekstur strategik di Kelompok Tani Sisandi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis lingkungan internal (pendekatan fungsional), analisis lingkungan eksternal (lingkungan industri dan lingkungan makro), matriks SWOT, dan arsitektur strategik.

(13)

enam kelemahan yaitu: modal kerja yang terbatas, mayoritas lahan petani merupakan lahan sewaan, petani kurang mampu mengimplementasikan budidaya padi organik, pemasaran yang kurang efisian, kurang konsistennya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya, dan sumberdaya manusia petani kurang kompeten.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, Kelompok Tani Sisandi memiliki delapan peluang yaitu: hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian setempat, adanya konsultan pertanian yang memahami pertanian organik dan mau membina petani, tersedianya sarana produksi pertanian seperti bibit, pestisida, dan pupuk organik yang sudah bersertifikat, adanya lembaga (TB Silalahi Center) yang perduli pada pertanian di Tobasa, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, peluang pasar yang masih luas baik domestik maupun mancanegara, potensi sumberdaya alam yang mendukung, dan adanya program pemerintah Go Organic 2010. Ancaman yang dihadapi terdiri dari perubahan cuaca yang tidak menentu, banyaknya peredaran produk padi organik palsu, dan maraknya konversi lahan pertanian.

Analisis matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yaitu: mengembangkan produk padi organik dengan optimalisasi sumber daya yang ada, mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian dan menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan padi organik dengan meningkatkan permodalan melalui menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan produk dengan cara meningkatkan keahlian budidaya padi organik melalui menjalin kerja sama baik dengan Dinas Pertanian dan konsultan pertanian, penguatan kelembagaan kelompok tani, pengembangan produk dengan adanya sertifikasi organik, mengembangkan produk dengan adanya pemahaman pentingnya sektor pertanian untuk menyangga ekonomi keluarga, menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait untuk mendapatkan teknologi yang sehat, cepat, dan tepat guna.

(14)

STRATEGI PENGEMBANGAN PADI ORGANIK

KELOMPOK TANI SISANDI, DESA BARUARA,

KABUPATEN TOBA SAMOSIRA,

SUMATERA UTARA

LENNY SIAHAAN H34053312

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Nama : Lenny Siahaan

NIM : H34053312

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman Mohammad Baga, MA.Ec NIP 19640220 198903 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lenny Siahaan lahir pada tanggal 3 Juli 1987 di Desa Paindoan, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Penulis adalah putri keempat dari enam bersudara. Penulis dilahirkan oleh pasangan Poltak Siahaan dan Nurmaya Panjaitan yang berprofesi sebagai petani.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar SD Negeri 173548 Onan Sampang tahun 1993. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 4 Balige tahun 1999. Tahun 2002, penulis diterima di SMA Negeri 2 Balige dan tahun 2003 dengan berkat Tuhan, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Yayasan Soposurung (Yasop) Balige. Tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2006 penulis memilih Departemen Agribisnis sebagai bidang keahlian.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat, kasih, kekuatan dan penyertaan-Nya dalam hidup penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi, Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara”.

Skripsi ini merupakan bentuk terima kasih penulis atas ilmu yang telah diperoleh selama lebih kurang empat tahun di Departemen Agribisnis. Penelitian ini didasari karena adanya keinginan penulis untuk mengembangkan daerah penulis sebagai salah satu sentra pertanian organik. Kandungan organik tanah semakin menurun akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang cenderung meningkat setiap tahun sehingga kualitas dan kuantitas padi mengalami penurunan. Selain itu, komoditi padi merupakan komoditi unggulan di daerah penulis. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis dalam melakukan penelitian ini.

Skripsi ini merumuskan beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan pertanian organik di Kelompok Tani Sisandi yang berada di Desa Baruara. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lingkungan internal dan eksternal, merumuskan alternatif strategi dalam matriks SWOT, serta merancang alternatif strategi tersebut dalam peta arsitektur strategik.

Besar harapan penulis, skripsi ini dapat membantu para petani khususnya Kelompok Tani Sisandi dalam menerapkan pertanian organik. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan para pembaca. Terima kasih.

Bogor, Agustus 2009

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama dan yang terutama, penulis ingin mengucap syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan anugerah yang telah diberikan sepanjang hidup penulis. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat anugerahNya dan adanya bantuan baik secara materi maupun moril dari banyak pihak:

1. Ayahanda (Poltak Siahaan), ibunda (Nurmaya Panjaitan), kakak (Arta Siahaan), abang (Rinto Siahaan dan Alfared Siahaan), dan adik-adikku (Evy Siahaan dan Very Siahaan) atas kasih sayang, doa, dukungan materiil dan spiritual, serta motivasinya. Semoga skripsi ini dapat menjadi prestasi yang membahagiakan ayah dan ibu.

2. Ir. Lukman M. Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa mendukung penulis serta memberikan masukan, saran, dan memotivasi penulis dengan sabar dan selalu diiringi dengan senyuman. 3. Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi penulis.

4. Etriya, SP. MM selaku dosen penguji komisi pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi penulis.

5. Ir. Anita Ristianingrum. Msi selaku dosen pembimbing akademik yang telah mengarahkan dan medukung selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah membagikan ilmunya selama penulis menimba ilmu di Departemen Agribisnis.

7. Masyarakat Sisandi, khususnya Kelompok Tani Sisandi yang bersedia sebagai objek penelitian dan membantu penulis dalam pengumpulan data yang sangat berarti bagi penelitian ini.

(20)

9. Teman-teman satu bimbingan Agnes Aulia dan Isnurdiansyah atas dukungan yang diberikan kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman Komisi Kesenian 42, Ivan Stenley, Ivan Mangaratua, Sandro, Thomson, Juan, Chacha, Risna, Gusti, Tiur, Dial, Mathias, Salomo, Rohani, Yusi, dan Olo yang selalu mendukung, menghibur, menyemangati, dan mengingatkan penulis selalu bertumbuh dalam Kristus. Terima kasih buat kebersamaannya.

11. Teman-temanku tercinta Grace, Manda, Clara, atas persahabatan, kebersamaan, semangat, dan motivasi selama penelitian hingga penyelesain skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi teladan dimanapun kita berada.

12. Kakak Kelompok Kecil Kak Bertua, Kristina, dan adik kelompok kecilku Magda, Christa, dan Nova atas bimbingan, motivasi dan kesetiaannya. Tetap bertumbuh, setia melayani, dan setia menjadi murid Kristus.

13. Teman-teman pengurus Kelompok Pra Alumni IPB Maria, Mei Yu, Tumpal, Bontor, dan Lamtiur atas semangat, kebersamaan, dan doanya bagi penulis. 14. Seluruh teman-teman AGB 42, khususnya M. Firdaus atas semua

masukannya yang sangat membantu penulis. Semoga kita dapat menjadi orang besar yang berjiwa besar di kemudian hari.

15. Teman-teman Antiglas, khususnya Riduan Simanjuntak atas semangat, motivasi, dan masukan yang telah banyak membantu penulis.

16. Teman-teman satu kosan di NIKITA Indah nan Permai, Lena, Mery, Siska, Frahel, Hernita, Titin, Junide, dan Dewi atas dukungan, semangat, masukan, dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis, serta seluruh pihak yang telah berdoa buat penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas doa dan bantuannya.

Bogor, Agustus 2009

(21)

DAFTAR ISI

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pertanian Organik ... 9

2.2. Unsur-unsur Pertanian organik ... 10

2.3. Perkembangan Pertanian Organik Di Indonesia ... 11

2.4. Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik ... 15

2.5. Keuntungan Pertanian Organik ... 19

2.6. Tujuan Pengembangan Pertanian Organik ... 20

2.7. Budidaya Padi Organik ... 21

2.8. Penelitian Terdahulu ... 30

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 33

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 33

3.1.1. Manajemen Strategi ... 33

3.1.2. Pernyataan Visi dan Misi ... 35

3.2. Analisis Lingkungan Perusahaan ... 35

3.2.1. Lingkungan Internal ... 36

3.2.2. Lingkungan Eksternal ... 39

3.3. Jenis-jenis Strategi Generik ... 41

3.3.1. Strategi Integrasi ... 41

3.3.2. Strategi Intensif ... 41

3.3.3. Strategi Diversifikasi ... 42

3.3.4. Strategi Defensif ... 43

3.4. Arsitektur Strategik ... 44

3.5. Kerangka Pemikiran Operasional ... 46

IV METODE PENELITIAN ... 48

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

4.2. Data dan Instrumentasi ... 48

(22)

V GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI SISANDI ... 52 5.1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Sisandi ... 52 5.2. Visi dan Misi Kelompok Tani Sisandi ... 54 5.3. Lokasi dan Tata Letak ... 54 VI ANALISIS LINGKUNGAN KELOMPOK TANI ... 56 6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 56 6.1.1. Manajemen ... 56 6.1.2. Keuangan ... 59 6.1.3. Produksi dan Operasi ... 60 6.1.4. Pemasaran ... 64 6.1.5. Penelitian dan Pengembangan ... 66 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 67 6.2.1. Lingkungan Industri ... 67 6.2.2. Lingkungan Makro ... 69

VII STRATEGI PENGEMBANGAN PADI ORGANIK ... 77

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Lahan Pertanian Organik di Kawasan Asia ... 1 2. Sasaran Produksi Pertanian Organik Indonesia

Tahun 2008-2012 ... 2 3. Komoditas yang Layak Dikembangkan Secara Organik ... 3 4. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Tobasa

Tahun 2005-2007 ... 4 5. Luas Panen, Produksi, Produktivitas, Lahan Sawah

di Kabupaten Tobasa ……… 5 6. Indikator Keberhasilan PengembanganGo Organic 2010 ... 15 7. Jenis Hama pada Tanaman Padi dan Cara Pemberantasannya .... 28 8. Matriks SWOT ……… 51 9. Tingkat Usia dan Pendidikan Anggota Kelompok Tani

Sisandi ... 58 10. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Kelompok

Tani Sisandi ... 66 11. Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2004-2007 ... 71 12. Perkembangan PDRB Kabupaten Tobasa Atas Dasar

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(26)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memasuki abad 21, gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi tren baru masyarakat dunia. Masyarakat dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan kimia anorganik seperti: pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Akibatnya, masyarakat semakin selektif dalam memilih pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan teknologi pertanian organik1.

Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agricultural Movement), Indonesia baru memanfaatkan 40.000 ha (0,09 persen) lahan pertaniannya untuk pertanian organik, sehingga masih diperlukan berbagai program yang saling sinergis untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen organik di dunia. Berdasarkan luas penggunaan lahan, Indonesia merupakan negara ketiga di Asia dalam pengembangan pertanian organik setelah China dan India (Purbo Winarno, 2008)2. Lahan yang digunakan untuk pertanian organik mencapai 40.000 ha dengan jumlah persil sebanyak 45.000 (Tabel 1). Sebagian besar lahan organik ini tesebar di Pulau Jawa. Lahan ini digunakan untuk mengusahakan tanaman pangan seperti: sayuran, kopi, dan padi organik. Tabel 1. Lahan Pertanian Organik di Kawasan Asia

Negara Luas Lahan (Ha) Jumlah Lahan (Persil)

China 298.990 1.050

Sumber:Ecology and Farming Foundation (SOEL, 2005)3

1

Deptan. 2006. Prospek pertanian organik di Indonesia.

http://agribisnis.net/index.php?files=Berita_Detail&id=453 diunduh tanggal 25 Juni 2009. 2

Salah satu anggota Asosiasi Produsen Organik Indonesia yang menjadi Pembicara di Simposium dan Temu Lapang Pertanian Organik di IPB pada tanggal 25 November 2008.

3

(27)

Dilihat dari sumberdaya alam yang dimiliki, Indonesia berpeluang besar menjadi produsen pangan organik dunia. Indonesia memiliki lahan pertanian tropik dengan plasma nutfah yang sangat beragam, dan ketersediaan bahan organik yang berlimpah. Pertanian organik telah disosialisasikan kembali di Indonesia sejak tahun 2001, dengan adanya program pemerintah Go Organic 2010. Namun, teknologi ini belum tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Program Go Organic 2010 memiliki visi mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar di dunia tahun 2010. Dalam pencapaian visi tersebut, pemerintah sangat mendukung pengembangan pertanian organik dengan adanya kebijakan peningkatan produksi pertanian organik. Peningkatan produksi pertanian organik ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2.Sasaran Produksi Pertanian Organik Indonesia Tahun 2008-2012

No. Komoditi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan

(Ton)

1 Padi 562 852 1.146 1.736 2.336 2.948 1000

2 Kedelai 8 12 16 25 33 42 1000

3 Sayuran 68.802 106.103 145.446 224.300 307.471 395.139 1 4 Kopi 6.398 9.682 13.023 19.707 26.507 33.425 1 5 Biofarmaka 3.244 7.805 16.693 40.167 85.909 172.258 1

6 Manggis 762 1.191 1.655 2.586 3.592 4.677 1

7 Teh 403 608 814 1.226 1.642 2.062 1

Sumber: Deptan (2007b)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa komoditi padi merupakan komoditi yang sasaran produksinya paling banyak jika dibandingkan dengan komoditi lainnya. Peningkatan sasaran produksi padi organik berkaitan dengan meningkatnya permintaan produk organik baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini sangat mendukung pengembangan pertanian padi organik di Indonesia.

(28)

3 Tabel 3.Komoditas yang Layak Dikembangkan Secara Organik

No Kategori Komoditas

1. Tanaman Pangan Padi

2. Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisim, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu, siyam, oyong, dan baligo. buah-buahan: nangka, durian, salak, mangga, jeruk, dan manggis.

3. Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili, dan kopi. 4. Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya 5. Peternakan Susu, telur, dan daging

Sumber: Agribisnis (2008)4

Sentra produksi padi organik paling banyak berlokasi di Pulau Jawa yaitu: Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Dewasa ini pertanian padi organik telah menjadi kebijakan pertanian unggulan di beberapa kabupaten seperti: Sragen, Klaten, Magelang, Sleman, dan Bogor. Kebijakan ini didasarkan oleh (1) padi organik hanya memakai pupuk dan pestisida organik sehingga mampu melestarikan lingkungan hidup, (2) beras organik lebih sehat karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida anorganik sehingga aman dan sehat untuk dikonsumsi, (3) segmen pasar beras organik umumnya merupakan masyarakat kelas menengah ke atas sehingga harga jualnya lebih mahal daripada beras anorganik5.

Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) merupakan salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Sumatera Utara. Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan karena 90 persen sumber mata pencarian masyarakat setempat berasal dari pertanian, perikanan, dan peternakan. Pemerintah daerah menetapkan komoditi jagung dan padi sebagai komoditi unggulan sehingga pemerintah daerah memberikan perhatian yang besar pada kedua komoditi ini. Selama tiga tahun terakhir (2005-2007) produksi tanaman pangan mengalami peningkatan. Padi sawah merupakan komoditas pangan yang produksinya paling tinggi dibandingkan komoditas pangan lainnya. Tahun 2005 produksi padi sawah mencapai 113.542 ton (78,8 persen) dari total produksi tanaman pangan, tahun 2006 produksi padi sawah meningkat menjadi 119.113 ton (78,3 persen), dan

4

Agribisnis Indonesia. 2008. Pertanian Organik di Indonesia.

http://agribisnis.net/index.php?files=Berita_Detail&id=453 diunduh tanggal 1 2 April 2009. 5

Tempo Interaktif. 2005. Sragen Ingin Jadi Sentra Produksi Beras Organik.

(29)

tahun 2007 produksi padi sawah meningkat menjadi 133.633 ton (81,1 persen). Untuk lebih jelasnya, peningkatan produksi tanaman pangan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Tobasa Tahun 2005-2007 (dalam ton)

No. Tanaman Pangan 2005 2006 2007

1. Padi Sawah 113.542 119.113 133.633

2. Padi Ladang 2.817 2.599 3.170

3. Jagung 12.968 15.257 15.236

4. Ubi Kayu 8.787 12.106 9.933

5. Ubi Jalar 5.957 3.027 2.816

Total 144.071 152.102 164.788

Sumber: Harian Mandiri (2008)6

Kelompok Tani Sisandi merupakan salah satu kelompok tani yang berada di Desa Baruara, Kecamatan Balige, Kabupaten Tobasa. Kelompok tani ini dibentuk pada tahun 1992 dan saat ini memiliki anggota sebanyak 22 orang. Anggota kelompok tani ini merupakan petani yang membudidayakan tanaman padi. Keberadaan petani padi dan Kelompok Tani Sisandi menjadi peluang yang besar untuk mengembangkan padi organik apalagi padi organik merupakan produk yang baru di Kabupaten Tobasa. Sehingga produk ini sangat layak untuk dikembangkan di Kelompok Tani Sisandi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terkait strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi, Kabupaten Tobasa.

1.2. Perumusan Masalah

Kelompok Tani Sisandi mengadopsi teknologi revolusi hijau dengan

mengandalkan benih hibrida, pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan

pengolahan lahan yang menggunakan traktor. Penggunaan input luar seperti benih

hibrida, pupuk dan pestisida anorganik telah merusak struktur tanah, mencemari

lingkungan, menimbulkan polusi air, bahkan membunuh beragam mikroba tanah.

Kerusakan struktur tanah, polusi air, dan pencemaran lingkungan akibat

penggunaan pupuk dan pestisida anorganik menghasilkan produk-produk

pertanian yang mengandung racun. Kerusakan struktur tanah mengakibatkan

6

Harian Mandiri Online . 2008. Pertanian Memakmurkan Masyarakat Tobasa.

(30)

5

penurunan produktivitas. Penurunan produktivitas lahan sawah ini juga terjadi di

Tobasa. Tahun 2007 produktivitas menurun mencapai 5,5 persen dibandingkan

tahun 2006 (Tabel 5).

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, penurunan produktivitas juga

dialami oleh Kelompok Tani Sisandi. Namun penulis tidak mendapatkan data

yang lebih detail untuk mengambarkan penurunan produktivitas ini diakibatkan

tidak adanya arsip pencatatan jumlah produksi maupun produktivitas di Kelompok

Tani Sisandi. Penurunan produktivitas lahan ini mengakibatkan petani kurang

bersemangat mengolah lahannya bahkan dalam kurun waktu dua tahun terakhir

(2008-2009) banyak petani yang tidak mengolah lahan karena kecewa akibat

hasil panen yang kurang memuaskan.

Tabel 5. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Lahan Sawah di Kabupaten Tobasa

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

2004 20.397 103.412 5,07

2005 20.575 113.542 5,51

2006 21.575 119.113 5,52

2007 24.328 133.633 5,49

Sumber : BPS Kabupaten Tobasa (2008)

Selain masalah lingkungan, penggunaan pupuk dan pestisida anorganik

juga menimbulkan masalah kesehatan. Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida sangat berbahaya bagi kesehatan. Tanpa disadari para petani, kontak langsung dengan bahan aktif pupuk dan pestisida anorganik, menghirup, menelan secara tidak sengaja dan berulang kali dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti: kanker, penyempitan pembuluh darah, dan bayi lahir mati (infant mortality) atau lahir cacat seperti yang diungkapkan oleh Prihandarini (2008).

(31)

untuk membeli pupuk anorganik mencapai Rp 905.170 per musim per ha. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani organik untuk membeli pupuk organik lebih murah, yaitu Rp 672.583 per musim per ha sehingga terdapat selisih biaya sebesar Rp 232.587. Adanya selisih biaya sebesar Rp 232.587 menunjukkan bahwa biaya pembelian pupuk organik lebih kecil daripada biaya untuk membeli pupuk anorganik. Selain itu, teknologi pertanian organik dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan petani yang sangat tinggi terhadap pupuk dan pestisida anorganik. Apalagi input ini seringkali langka di pasaran ketika petani membutuhkannya, sehingga mengganggu kegiatan produksi petani.

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang telah menerapkan pertanian padi organik sejak tahun 2001. Pengembangan padi organik ini melibatkan 29 kelompok tani dengan jumlah petani sebanyak 639 orang pada tahun 2001. Berdasarkan kegiatan budidaya di lapangan, padi organik mampu mencapai produktivitas sebanyak 7-9 ton/ha sedangkan semi organik mampu mencapai 8-11 ton/ha. Saat ini (2009), beras organik yang diproduksi petani Sragen berhasil menembus pasar internasional sebanyak 1.000 ton. Pertanian organik sangat menguntungkan petani. Hal ini disebabkan biaya produksi padi organik lebih rendah daripada biaya produksi padi anorganik, yaitu sekitar Rp 2.700.000/ha. Petani dapat memanfaatkan kotoran hewan, jerami padi, dan bahan alami lain, sebagai bahan pupuk organik. Pestisida organik juga dapat dibuat dari daun mimba (Azadirachta indica) yang direndam air selama 24 jam untuk membasmi hama. Disamping biaya produksi yang lebih rendah, beras organik memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada beras anorganik, harga jual beras organik di pasaran mencapai Rp 8.000/kg, hampir dua kali lipat dari harga beras anorganik. Sedangkan di kelompok tani, harga beras organik mencapai Rp 6.000/kg7. Selain menguntungkan petani, pertanian organik menekankan penggunaan pupuk dan pestisida organik yang tidak merusak hara tanah sehingga ekosistem tanah pertanian tetap seimbang.

Melihat fakta di atas, pertanian organik dapat meningkatkan kesejahteraan petani melalui biaya produksi yang lebih murah, harga jual yang lebih tinggi 7

Sragen. Sehat dengan konsumsi beras organik.

(32)

7 dibandingkan beras anorganik, serta tidak merusak hara tanah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perumusan alternatif strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi. Alternatif pengembangan padi organik ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang dihadapi kelompok tani agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Analisis strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi memerlukan analisis lingkungan internal dan eksternal.

Berdasarkan uraian di atas, adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) dan kondisi eksternal (peluang dan ancaman) Kelompok Tani Sisandi dalam strategi pengembangan padi organik?

2. Strategi apa yang perlu dirumuskan untuk mengembangkan padi organik di Kelompok Tani Sisandi dan bagaimana rancangan strategi dengan pendekatan arsitektur strategik?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang ada yaitu :

1. Menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam strategi pengembangan padi organik di Kelompok Tani Sisandi.

2. Merumuskan strategi pengembangan padi organik dengan pendekatan arsitektur strategik di Kelompok Tani Sisandi

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu :

1. Bagi kelompok tani, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan/rujukan dalam mengambil kebijakan strategis untuk menerapkan pertanian padi organik.

(33)

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengembangan padi organik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari :

1. Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Sisandi yang berada di Desa Baruara, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. 2. Penelitian ini difokuskan pada identifikasi lingkungan internal dan eksternal

(34)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan. Pertanian ini berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap alam sekitar dengan menggunakan pupuk dan pestisida organik serta menggunakan verietas lokal (Andoko, 2006).

Para pakar pertanian barat mendefenisikan bahwa pertanian organik merupakan hukum pengembalian (law of return) yang berarti suatu sistem yang mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman. Filosofinya adalah memberi makanan pada tanah selanjutnya tanah akan menyediakan makanan untuk tanaman (Sutanto, 2002).

Departemen Pertanian (2007a), mendefenisikan pertanian organik sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu yang mengoptimalkan kesehatan dan produtivitas agro-ekosistem secara alami sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Deptan (2007b) menilai bahwa pertanian organik dapat dilakukan dengan empat cara yaitu:

a. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (genetically modified organisms).

b. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman.

c. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan tanah ditingkatkan dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan penanamanlegume.

d. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.

(35)

yang utuh berdasarkan satu perangkat proses yang menghasilkan ekosistem yang berkelanjutan (sustainable), pangan yang aman, gizi yang baik, kesejahteraan hewan dan keadilan sosial. Dengan demikian, pertanian organik lebih dari sekedar sistem produksi yang memasukkan atau mengeluarkan input tertentu, namun juga merupakan satu filosofi yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas dari komunitas yang saling berhubungan dari kehidupan tanah, tanaman, hewan, dan manusia (Apriantono, 2008).

Namun pertanian organik belum dapat diterapkan secara murni karena kendala yang dihadapi cukup banyak. Tahap awal penerapan pertanian organik masih diperlukan pupuk kimia atau pupuk mineral, terutama pada tanah yang miskin hara. Pupuk kimia masih sangat diperlukan agar jumlah pupuk organik yang dibutuhkan tidak terlalu banyak sehingga mempermudah dalam pengelolaannya. Sejalan dengan proses pembangunan kesuburan tanah dengan menggunakan pupuk organik, secara berangsur kebutuhan pupuk kimia yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi (Sutanto, 2002).

2.2. Unsur-Unsur Pertanian Organik

Pertanian organik umumnya mendaur ulang unsur hara di lahan organik, kontrol hayati pada lahan organik, menghindari penggunaan pupuk dan pestisida anorganik. Tujuan utama pertanian organik adalah mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas mahluk hidup dalam tanah, tumbuhan, hewan, dan manusia (Deptan, 2007a). Pertanian organik memiliki unsur-unsur yang sama dengan pertanian anorganik. Unsur-unsur tersebut terdiri dari: benih, lahan, pengolahan kesuburan tanah, pengendalian hama, dan pasca panen.

a. Benih

Benih yang digunakan untuk produksi pertanian organik adalah benih yang berasal dari pertanian organik, bukan berasal dari produk hasil rekayasa genetika. Selain itu, penyemaian benih/bibit harus dilakukan tanpa menggunakan bahan anorganik.

b. Lahan

(36)

11 yang dapat diolah secara organik yaitu: lahan yang baru dibuka dan lahan pertanian yang telah diolah secara anorganik yang dikonversi menjadi lahan organik. Lama masa konversi tergantung pada sejarah penggunaan pupuk, lahan, pestisida, dan jenis tanaman. Menurut Departemen Pertanian, konversi lahan padi sawah anorganik membutuhkan waktu minimal tiga tahun untuk menjadi lahan organik. Masa konversi ini dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung situasi dan kondisi lahan, namun tidak boleh kurang dari 12 bulan8.

c. Pengolahan kesuburan tanah

Peningkatan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan sistem daur ulang nutrisi tanaman secara alami, dengan cara antara lain:

 Menghindari penggunaan pupuk anorganik dan zat pengatur tumbuh.

 Menambah bahan organik ke dalam tanah seperti kompos, pupuk organik.

 Melakukan rotasi tanaman yang teratur dan penanaman tanamanlegume.

 Melakukan multikultur.

 Memberikan air yang bebas dari bahan kimia anorganik. d. Pengendalian hama, penyakit, dan gulma secara mekanis.

Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis untuk mendorong keseimbangan hubungan inang/predator dan memperbesar populasi serangga yang menguntungkan.

e. Pasca panen

Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan dilakukan dengan cara yang alami. Kegiatan ini diusahakan untuk menghindari kontaminasi dengan bahan kimia anorganik sehingga keorganikan produk dapat dipertahankan.

2.3. Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia

Menurut Andoko (2006) Indonesia mengenal pertanian organik pada tahun 1990-an. Padahal sebenarnya pertanian organik bukanlah sesuatu hal yang baru. Para leluhur kita sudah sejak lama bercocok tanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida anorganik.

8

Departemen Pertanian. 2007. Panduan penyusunan cara budidaya yang baikgood agriculture practices (GAP) pertanian organik.

http://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:yGrLXEU1HgAJ:agribisnis.deptan.go.id/xplore/vie

(37)

Program operasional pengembangan pertanian organik di Indonesia telah dimulai sejak dicanangkannya program Go Organic 2010 Departemen Pertanian tahun 2001. Program ini merupakan salah satu program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (eco-agribisnis) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Misi dari program Go Organic 2010 adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Visi dari program nasional ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010 (Deptan, 2005).

Perkembangan pertanian organik di Indonesia ditandai dengan munculnya perkumpulan petani organik di beberapa daerah seperti Ngudi Mulyo dan Kelompok Peduli Lingkungan di Klaten (Jawa Tengah), Yayasan Bina Sarana Bakti di Bogor (Jawa Barat), Kelompok Tani Usaha Bersama di Padang (Sumatera Barat) dan Surya Antab mandiri di Magetan (Jawa Timur). Selain dalam bentuk wadah kelompok petani, banyak juga petani organik yang berusaha sendiri yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia seperti Sleman, Karanganyar, Sragen, Grobogan, dan Boyolali.

Kegiatan pertanian organik di Indonesia juga didukung oleh banyak pihak, diantaranya ialah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang peduli lingkungan serta pemerintah daerah seperti di Sragen yang turut berpartisipasi dengan memasarkan beras organik produksi petani kepada pegawai di lingkungan pemerintah daerah.

Tahapan proses pengembangan pertanian organik di Indonesia merupakan proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan program Go Organic 2010.

Tahapan ini terdiri dari enam tahap dimana tahap pertama atau langkah awal dimulai pada tahun 2001 yang diawali dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat hingga industrialisasi dan perdagangan.

(38)

13 Gambar 1.Tahapan Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia

Sumber : Deptan (2007b)

a. Sosialisasi dan temu usaha

Kegiatan sosialisasi ini meliputi penyebarluasan informasi pertanian organik yang telah dilakukan dengan cara temu usaha, seminar, pameran, dan publikasi. Publikasi pengembangan pertanian organik telah dilakukan sejak 2001 melalui medialeaflet, brosur, poster, buku, majalah, tabloid, radio, dan televisi. b. Pengembangan sumberdaya manusia

Kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam mengusahakan pangan organik.

c. Penyusunan regulasi

Terdapat empat regulasi yang telah diterbitkan untuk mendukung pengembangan pertanian organik, yaitu:

 Standar Nasional Indonesia (SNI) Pangan Organik (2001).

 Konsep Pedoman Umum Pertanian Organik (2003).

 Konsep Pedoman Sertifikasi Pertanian Organik (2003).

(39)

d. Bantuan teknis

Beberapa bantuan teknis yang telah diberikan kepada masyarakat terdiri dari (1) bantuan dalam pembangunan Klinik Pertanian Organik, (2) membangun percontohan pertanian organik di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat, dan (3) memberikan bantuan berupa pembangunan industri kompos rakyat di beberapa wilayah.

e. Fasilitasi pengembangan kelembagaan

Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan pertanian organik seperti Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina), Asosiasi Produsen Organik Indonesia (APOI). Kelembagaan ini diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar para petani yang mengusahakan pangan organik.

f. Fasilitasi sertifikasi dan akses pasar

Kegiatan ini dilakukan dengan adanya pembinaan untuk sertifikasi beberapa komoditas organik dan memfasilitasi pendirianoutlet pemasaran produk organik untuk mendukung Go Organic 2010. Adanya sertifikasi ini akan memudahkan para produsen dalam memasarkan produknya karena sertifikasi ini menjamin keaslian produk organik.

g. Inisiasi/pengenalan

Penerapan pertanian organik juga dapat dilakukan melalui teknologi

System Rice Intensification (SRI) yang dapat menghemat pemakaian air dan benih. Teknologi ini dapat diterapkan di daerah yang irigasinya kurang lancar.

(40)

15 Tabel 6.Indikator Keberhasilan Pengembangan Go Organic 2010

No. Kegiatan UtamaGo Organic 2010 Indikator Keberhasilan 1. Sosialisasi dan pengembangan SDM:

National campaign.

Pelatihan pengembangan SDM.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pertanian organik.

Meningkatnya keterampilan pelaku usaha pertanian organik.

2. Pengembangan regulasi:

Penyusunan SNI pangan organik.  Penyusunan buku pedoman.

Tersusunnya SNI pangan organik.

Tersusunnya buku pedoman usaha pertanian organik.

Tersusunnya sistem sertifikasi dan inspeksi pertanian organik.

3. Fasilitasi bantuan teknis:

Fasilitasi penelitian dan pengembangan.

Fasilitasi pengembangan infrastuktur kelembagaan.

Fasilitasi pengembangan manajemen usaha.

Meningkatnya hasil-hasil penelitian tentang pertanian organik.

Terbangunnya infrastruktur pertanian organik di masyarakat, baik fisik maupun kelembagaan.

Berkembangnya usaha pertanian organik di masyarakat.

4. Fasilitasi sertifikasi: Fasilitas inspeksi usaha.

Insentif ekonomi sertifikasi usaha kecil.

Terbentuknya pelaku usaha dalam pelaksanaan inspeksi pertanian organik. Terbantunya pelaku usaha kecil untuk

mendapatkan sertifikasi pertanian organik. 5. Fasilitas akses pasar (Promosi)

Promosi pasar. Layanan informasi.

Terbantunya pelaku usaha dalam mempromosikan produk pertanian organik di dalam pasar dan luar negeri.

Berdirinya outlet-outlet pemasaran pertanian organik.

Sumber : Deptan ( 2005)

2.4. Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik

Berdasarkan perkembangan pertanian organik pada periode 2001-2007, tahapan yang telah direncanakan tidak sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan timbulnya permasalahan dalam budidaya, sarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran, sumberdaya manusia, kelembagaan, dan regulasi (Deptan, 2007b). Permasalahan tersebut menjadi kendala dalam pengembangan pertanian organik di Indonesia. Permasalahan tersebut akan dijelaskan lebih rinci dalam uraian berikut.

1. Budidaya

(41)

a. Luas dan lokasi lahan kurang mendukung

Lahan yang digunakan untuk budidaya pertanian organik secara umum relatif kecil jika dibandingkan dengan lahan pertanian anorganik. Selain luas lahan yang sempit, budidaya organik juga terbentur pada lokasi lahan yang berada di sekitar lokasi budidaya anorganik. Posisi ini menimbulkan lahan yang diusahakan secara organik terkena pencemaran pestisida anorganik, pupuk anorganik, dan cemaran bahan anorganik lainnya dari pertanian konvensional melalui air dan udara.

b. Sumber air yang tercemar bahan anorganik

Sumberdaya air sangat berperan dalam menunjang keberhasilan usaha pertanian, termasuk budidaya pertanian organik. Pada saat ini kondisi sumber air di sentra pertanian telah tercemar bahan anorganik. Kondisi ini menjadi masalah bagi petani organik, karena untuk mendapatkan air yang bebas bahan pencemar harus dilakukan dengan cara (1) mencari sumber air alternatif seperti sumur bor, (2) membuat saluran air dari bagian hulu sungai, (3) mengolah air terlebih dahulu dengan cara mengendapkan atau memberi perlakukan agar dihasilkan air yang sudah tidak tercemar.

c. Akses transportasi yang sulit

Lokasi yang sesuai untuk budidaya organik adalah daerah yang masih minim pencemaran lingkungannya. Umumnya lokasi ini berada jauh dari akses transportasi. Padahal transportasi merupakan salah satu sarana pertanian untuk mendistribusikan dan membawa hasil pertanian organik. Hal ini menimbulkan masalah dalam hal (1) sulitnya mendistribusikan bahan input atau sarana produksi pertanian, (2) sulitnya membawa hasil pertanian organik dari lahan ke pasar, (3) mahalnya biaya transportasi dari dan ke lokasi budidaya pertanian organik. d. Benih organik belum cukup tersedia

(42)

17 e. Varietas kurang adaptif terhadap budidaya organik

Pola budidaya organik lebih mengutamakan daya adaptif tanaman/varietas terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Beberapa varietas kurang adaptif terhadap budidaya organik karena varietas tersebut telah dikondisikan untuk adaptif pada pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan perlakuan budidaya lainnya secara anorganik.

f. Serangan hama dan penyakit tanaman

Keberhasilan budidaya organik tidak terlepas dari pencegahan serangan hama dan penyakit. Berdasarkan fakta di lapangan serangan hama dan penyakit tanaman pada produk organik cukup tinggi dan belum bisa diatasi oleh pelaku pertanian organik.

2. Sarana Produksi

Permasalahan pada sarana produksi budidaya organik berkaitan dengan teknologi penyediaan sarana produksi seperti pupuk organik dan pestisida organik. Sebaran usaha budidaya organik tidak didukung oleh produksi dan distribusi pupuk organik. Akibatnya pupuk organik tidak tersedia secara merata sehingga menimbulkan permasalahan bagi petani organik.

3. Pengolahan

Peralatan yang digunakan untuk mengolah produk organik juga digunakan untuk mengolah produk anorganik. Petani organik tidak mampu menyediakan peralatan yang khusus digunakan untuk pengolahan pangan organik. Pengolahan pangan organik memerlukan bahan tambahan pangan berupa pemanis, pewarna, dan pengawet yang boleh digunakan untuk pengolahan pangan organik. Namun ketersediaan bahan tambahan pangan tersebut sangat terbatas begitu juga halnya dengan ketersediaan kemasan yang diijinkan untuk produk organik.

4. Pemasaran

Permasalahan yang berkaitan dengan pemasaran pangan organik terdiri dari:

 Belum ada kepastian pasar, sehingga petani ragu memproduksi komoditas tersebut.

(43)

 Minimnya pengetahuan teknis dan jalur-jalur pemasaran yang dikuasai oleh pelaku pengusaha organik.

 Jalur-jalur pemasaran organik masih sedikit dan menganut pemasaran konvensional, sehingga beresiko untuk tercampur dengan pangan anorganik.

 Mahalnya biaya transportasi pangan organik.

 Minimnya tempat yang khusus dan memenuhi syarat untuk menjual pangan organik.

 Pemasaran pangan organik masih terkonsentrasi di kawasan tertentu, belum menyebar secara merata di setiap wilayah konsumen.

 Pangan organik yang dipasarkan belum dikemas secara baik dan menarik.

 Produk impor berupa pangan organik olahan banyak diperdagangkan di Indonesia sehingga menjadi kompetitor.

5. Kelembagaan

Permasalahan dalam kelembagaan budidaya organik terjadi dalam kelembagaan di tingkat petani, kelembagaan di tingkat daerah, kelembagaan sertifikasi, dan kelembagaan di tingkat pusat. Lembaga sertifikasi pangan organik yang sudah terakreditasi pada tahun 2007 sangat terbatas, hanya ada satu perusahaan yaitu PT Sucofindo. Minimnya lembaga sertifikasi ini menyebabkan mahalnya biaya sertifikasi. Sementara itu kelembagaan di tingkat petani masih rendah. Di tingkat daerah, kelembagaan yang menangani pangan organik baik milik swasta maupun pemerintah belum banyak terbentuk, sehingga menyebabkan pengembangan pangan organik berjalan secara parsial.

Pertanian organik akan lebih baik jika dikelola secara berkelompok untuk meningkatkan luasan area pertanian organik dan memudahkan dalam penyediaan sarana produksi, pemasaran, dan menghemat biaya sertifikasi.

6. Regulasi dan Pedoman

(44)

19 2.5. Keuntungan Pertanian Organik

Perkembangan pertanian organik memiliki permasalahan pada aspek budidaya, sarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran, sumber daya manusia, kelembagaan, dan regulasi. Namun, penerapan pertanian organik juga memiliki keuntungan terutama bagi petani yaitu:

a. Penerapan pertanian organik memungkinkan keseimbangan tanah terjaga karena tidak adanya penggunaan pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan hormon pengatur tumbuh. Input anorganik diganti dengan menggunakan pupuk organik seperti: pupuk kandang, pupuk hijau, dan sisa tanaman.

b. Penggunaan pupuk organik dan pestisida organik dapat menghemat biaya operasional karena petani mampu mengolahnya sendiri. Selain itu, pengolahan tanah secara organik melalui pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage) juga dapat mengurangi biaya operasional.

c. Penggunaan pupuk dan pestisida organik dapat mengurangi resiko keracunan akibat penggunaan bahan anorganik. Sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi makanan yang lebih sehat.

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan jaminan kesehatan produk pertanian akan menaikkan jumlah yang ingin dibayar terhadap komoditi tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Selain menguntungkan petani, pertanian organik juga menguntungkan konsumen karena menghasilkan produk yang aman dan sehat untuk dikonsumsi. Pangan organik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena mampu mencegah penyakit, membersihkan tubuh, mengistirahatkan organ tubuh, mengurangi berat badan, menjadikan kulit lebih cerah, memperlambat proses penuaan, dan membantu proses detoksifikasi.

Menurut Budiharsana (2005) yang diacu dalam Armidin (2007) terdapat beberapa alasan yang menjadikan pangan organik sangat bermanfaat yaitu:

a. Hasil survei membuktikan bahwa makanan organik jauh lebih bermanfaat untuk kesehatan.

(45)

c. Terbukti bahwa residu pestisida anorganik tidak akan pernah dapat dicuci bersih sehingga mampu menimbulkan berbagai macam penyakit dalam tubuh. d. Hasil riset WHO menyatakan sebanyak 3 juta orang per tahun menderita

keracunan pestisida aktif.

2.6. Tujuan Pengembangan Pertanian Organik

Pertanian organik mampu menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi dalam jumlah yang cukup. Menurut Deptan (2007b), tujuan pengembangan pertanian organik adalah:

a. Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan nilai tambah produk.

b. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani.

c. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. d. Menjaga dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian dalam jangka

panjang, serta memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. e. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan sosial pedesaan.

f. Menghasilkan pangan yang cukup aman, berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus meningkatkan daya saing produk agribisnis.

Menurut Sutanto (2002), penerapan sistem pertanian organik merupakan sistem pertanian yang dapat mengatasi masalah kerusakan lingkungan dan kesehatan yang diakibatkan teknologi revolusi hijau. Namun konsep ini memerlukan waktu yang relatif panjang untuk memasyarakatkannya.

Sutanto (2002), menetapkan beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam mengembangkan pertanian organik. Tujuan-tujuan ini dirangkum dalam tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai dalam mengembangan pertanian organik adalah:

a. Ikut serta menyukseskan program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pemanfaatan peluang pasar dan ketersediaan lahan petani yang sempit.

(46)

21 c. Membantu menyediakan produk pertanian bebas residu bahan anorganik dalam

rangka ikut meningkatkan kesehatan masyarakat.

d. Mengembangkan dan meningkatkan minat petani pada kegiatan budidaya organik baik sebagai mata pencarian utama maupun sampingan yang mampu meningkatkan pendapatan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan.

e. Mempertahankan dan melestarikan produktivitas lahan, sehingga lahan mampu berproduksi secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.

Sedangkan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan pengembangan pertanian organik antara lain:

a. Melindungi dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman dalam bidang pertanian.

b. Memasyarakatkan kembali budidaya organik yang sangat bermanfaat dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan sehingga menunjang kegiatan budidaya pertanian yang berkelanjutan.

c. Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan hidup akibat residu pestisida dan bahan anorganik pertanian lainnya.

d. Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan.

e. Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air, serta mengurangi masalah erosi akibat pengolahan tanah yang intensif.

f. Mengembangkan dan mendorong kembali munculnya teknologi pertanian organik yang telah dimiliki petani secara turun-temurun dan merangsang kegiatan penelitian pertanian organik oleh lembaga penelitian dan universitas. g. Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara menyediakan

produk-produk pertanian bebas pestisida, residu pupuk, dan bahan anorganik pertanian lainnya.

2.7. Budidaya Padi Organik

(47)

a. Pemilihan varietas

Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Varietas hibrida merupakan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, namun varietas ini hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk anorganik dalam jumlah yang banyak.

Varietas padi yang cocok ditanam secara organik adalah varietas alami karena varietas ini tidak menuntut penggunaan pupuk anorganik. Varietas alami yang dapat dipilih untuk ditanam secara organik adalah: rojolele, mentik, pandan, dan lestari. Varietas rojolele memiliki kualitas yang paling baik daripada ketiga varietas lainnya sehingga harga berasnya paling mahal jika dibandingkan dengan ketiga varietas lainnya. Namun varietas ini memiliki masa tanam yang lebih lama daripada varietas lainnya yaitu selama 150 hari, sementara varietas lainnya sudah dapat dipanen setelah berumur 100 hari.

b. Pembenihan

Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Ciri benih bermutu adalah jenisnya murni, bernas, kering, sehat, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang bermutu memiliki daya kecambah sekitar 90 persen. Untuk setiap hektar tanah yang akan ditanami dibutuhkan benih sebanyak 25-30 kg dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Penyediaan benih yang berlebihan akan mempengaruhi bibit padi yang dihasilkan. Benih yang terlalu banyak ditebarkan diatas persemaian akan mengakibatkan bibit tumbuh saling berjejal sehingga sinar matahari tidak dapat menembus ke sela-sela tanaman. Kondisi ini akan menjadikan bibit tumbuh memanjang dan lemah sehingga saat dipindahkan ke lahan akan banyak yang mati. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gram/m2. Dengan jumlah tersebut benih akan tersebar dalam jarak yang cukup untuk memberikan keleluasaan bagi bibit sehat dan kokoh.

(48)

23 pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 40 kg setiap 35 m2 dengan cara ditebar merata. Bila tanah tidak cukup subur, jumlah pupuk kandang dapat ditingkatkan menjadi 100 kg per 35 m2. Pada keempat sisi dan tengah tempat pembibitan harus dibuatkan parit sebagai tempat untuk mengeluarkan kelebihan air untuk menjaga kualitas bibit. Penyiapan tempat untuk pembibitan dilakukan kira-kira seminggu sebelum benih disebarkan.

Benih yang terseleksi dikecambahkan dahulu sebelum disebar di persemaian. Benih direndam dalam air selama dua hari agar benih menyerap air. Pada saat direndam benih yang hampa akan mengapung di permukaan air sedangkan benih bernas akan tenggelam. Benih yang dipilih untuk dikecambahkan adalah benih bernas. Setelah benih direndam dua hari, benih diangkat dan diperam selama dua hari agar berkecambah. Pemeraman dapat dilakukan dengan cara dihamparkan di atas lantai dan kemudian ditutup karung goni basah atau benih dimasukkan dalam karung goni plastik dan ditutup rapat. Umumnya benih yang baik sudah berkecambah dalam waktu sehari. Benih yang sudah berkecambah disebarkan secara hati-hati dan tidak tumpang tindih di permukaan tanah persemaian.

c. Penyiapan lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah di sawah hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus. Selain kehalusan tanah, ketersediaan air yang cukup harus diperhatikan. Ketersediaan air yang cukup banyak dalam areal penanaman akan menyebabkan semakin banyak unsur hara yang dapat diserap akar tanaman.

Gambar

Tabel 1. Lahan Pertanian Organik di Kawasan Asia
Tabel 2. Sasaran Produksi Pertanian Organik Indonesia Tahun 2008-2012
Tabel 3. Komoditas yang Layak Dikembangkan Secara Organik
Tabel 4. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Tobasa Tahun2005-2007 (dalam ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan usahatani anggrek pada Kelompok Tani Anggrek Rejo IX di Desa Plosorejo

Salah satu kelompok tani yang bergerak dalam usaha budidaya sayuran organik adalah kelompok tani Putera Alam yang bernaung dibawah gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Flamboyan

Skripsi ini merupakan karya ilmiah dan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini menitikberatkan pada Analisis Bentuk Partisipasi Petani dalam Pengembangan Agribisnis Pertanian Sayuran Organik di Kelompok Tani Tranggulasi Desa

Permasalahan yang terdapat di kelompok tani Madya tersebut menyebabkan petani kelompok tani Madya digolongkan sebagai petani yang menerapkan sistem usaha tani terpadu dengan

Permasalahan yang terdapat di kelompok tani Madya tersebut menyebabkan petani kelompok tani Madya digolongkan sebagai petani yang menerapkan sistem usaha tani terpadu dengan

Hubungan kepemimpinan ketua kelompok tani dengan keefektifan kelompok tani di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen menunjukkan adanya hubungan yang bersifat positif dalam

Hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa persepsi kelompok tani terhadap peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Sukoharjo sudah