• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penampilan Anak Itik yang Dipelihara Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas Kecil, Besar dan Campuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penampilan Anak Itik yang Dipelihara Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas Kecil, Besar dan Campuran"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA

BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS

KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

SKRIPSI KOMARUDIN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

KOMARUDIN. D14103065. 2007. Penampilan Anak Itik yang Dipelihara Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas Kecil, Besar dan Campuran. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rukmiasih, MS

Pembimbing Anggota : Prof. Emer. Peni S. Hardjosworo, M.Sc

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot tetas dan metode pemeliharaan berdasarkan kelompok bobot tetas kecil, besar dan campuran terhadap penampilan itik umur enam minggu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2006 di Laboratorium Penetasan Balai Penelitian Ternak Ciawi, Laboratorium Penetasan dan Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian menggunakan anak itik betina lokal sebanyak 122 ekor. Anak itik dengan bobot tetas > 42 gram digolongkan sebagai kelompok besar dan anak itik yang memiliki bobot tetas ≤ 42 gram digolongkan sebagai kelompok kecil. Kelompok campuran merupakan kelompok itik yang terdiri dari itik dengan bobot tetas kecil dan besar yang diambil secara acak dari kelompok asalnya. Itik dipelihara dan diamati dari menetas hingga berumur enam minggu. Pengamatan dilakukan pada konsumsi dan konversi pakan itik, pertambahan bobot badan dan bobot badan umur enam minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Bobot badan umur enam minggu dan pertambahan bobot badan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01). Kelompok campuran memiliki bobot badan umur enam minggu yang nyata lebih tinggi dibandingkan kelompok kecil dan pertambahan bobot badan yang nyata lebih tinggi dibandingkan kelompok kecil dan besar. Bobot badan umur enam minggu ketiga kelompok (kecil, besar dan campuran) masing-masing sebesar 857,31±129,53; 883,44±137,51; 952,94±91,17 gram dan pertambahan bobot badan selama enam minggu masing-masing sebesar 819,51±129,02; 837,21±137,51; 909,88±90,26 gram. Konsumsi dan konversi pakan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Konsumsi dan konversi pakan ketiga kelompok (kecil, besar dan campuran) masing-masing sebesar 2.929,1±214,7; 2.922,4±452,3; 3.186,6±241,8 gram dan 3,57±0,34; 3,48±0,24; 3,59±0,26.

Anak itik dengan bobot tetas kecil dapat mengalami pertumbuhan kompensatori dan menyamai pertumbuhan anak itik dengan bobot tetas besar apabila dipelihara dengan lingkungan pemeliharaan yang baik dan pakan yang cukup. Anak itik dengan bobot tetas kecil juga mengalami pertumbuhan kompensatori jika dipelihara bercampur dengan anak itik yang memiliki bobot tetas besar, sehingga bobot badan pada umur enam minggu itik dengan bobot tetas kecil dapat menyamai itik dengan bobot tetas besar. Bobot tetas pada itik tidak mempengaruhi konsumsi dan konversi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan itik pada umur enam minggu.

(3)

ABSTRACT

Performance of Duckling Which Kept Based On Small, Big and Mix Groups of Birth Weight

Komarudin, Rukmiasih dan P. S. Hardjosworo

This research was conducted to determine the effect of birth weight and keeping method based on small, big and mix groups birth weight on performance six weeks of age ducks. It used 122 Day Old Duck (DOD) and partitioned based on birth weight. Day Old Duck with more than 42 grams was classified as a big group and less or equal 42 grams were classified as small group. Then from those two groups were take some DOD’s randomly and classified as mix group. Those groups were kept until six weeks of age ducks. Feed consumption and conversion, growth and six weeks weight ducks were measured. This research used randomized block design. The result were showed significant different (P<0.01) on growth and six weeks weight. Mix group had higher six weeks weight than small group and had higher growth than small and big group. Average growth of small, big and mix groups in succession were 819.51±129.02; 837.21±137.51; 909.88±90.26 grams and the six weeks weight were 857.31±129.53; 883.44±137.51; 952.94±91.17 grams. Feed consumption and conversion of each groups (small, big and mix) did not showed the differences. The amounts in succession were 2,929.1±214.7; 2,922.4±452.3; 3,186.6±241.8 grams of feed consumption and 3.57±0.34; 3.48±0.24; 3.59±0.26 of feed conversion. Duckling with small birth weight had compensatory growth and could be equal with big birth weight if maintained on good environment and enough feed. It would be also had compensatory growth if maintained with big birth weight duckling, therefore it could be equal with big birth weight in six weeks weight. Birth weight did not influence feed consumption and conversion, growth and six weeks weight ducks.

(4)

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA

BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS

KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

KOMARUDIN D14103065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA

BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS

KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

Oleh KOMARUDIN

D14103065

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 4 Juli 2007

Pembimbing Utama

Ir. Rukmiasih, MS NIP. 131 284 604

Pembimbing Anggota

Prof. Emer. Peni S. Hardjosworo, M.Sc NIP. 130 422 199

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1985 dari pasangan Ayahanda Sauwan dan Ibunda Salmah. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis dimulai saat penulis masuk SDN 08 Jakarta Timur pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 128 Jakarta dan pendidikan menengah umum di SMUN 67 Jakarta pada tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB (periode 2003/2004), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (periode 2004/2005 dan 2005/2006) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (periode 2006/2007). Penulis juga mendapat kesempatan menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Teknologi Hasil Ternak pada semester genap periode 2005/2006 dan asisten praktikum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam pada semester gasal dan genap periode 2006/2007.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang senantiasa melimpahkan nikmat yang begitu besar dan tidak terhitung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada qudwah hasanah umat manusia, Nabi Muhammad SAW dan semoga sholawat dan salam juga tercurah kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir. Skripsi yang berjudul “Penampilan Anak Itik yang Dipelihara Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas Kecil, Besar dan Campuran” ini adalah salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot tetas dan metode pemeliharaan berdasarkan bobot tetas terhadap penampilan itik pada umur enam minggu. Penampilan yang diamati meliputi konsumsi dan konversi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan itik umur enam minggu. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi bobot tetas itik yang masih cukup beragam di kalangan peternak. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan rekomendasi untuk kalangan peternak dan akademisi khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun agar karya tulis ini dapat menjadi lebih baik. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan dan tercatat sebagai amal sholeh. Amien.

Bogor, Juli 2007

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

(9)

KESIMPULAN... 20

Kesimpulan ... 20

Saran ... 20

UCAPAN TERIMA KASIH ... 21

DAFTAR PUSTAKA... ... 23

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Gizi Pakan untuk Itik Petelur ... 7 2. Hasil Analisis Proksimat Pakan ... 9 3. Penampilan Itik Umur Enam Minggu Berdasarkan Kelompok

(11)

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA

BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS

KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

SKRIPSI KOMARUDIN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(12)

RINGKASAN

KOMARUDIN. D14103065. 2007. Penampilan Anak Itik yang Dipelihara Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas Kecil, Besar dan Campuran. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rukmiasih, MS

Pembimbing Anggota : Prof. Emer. Peni S. Hardjosworo, M.Sc

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot tetas dan metode pemeliharaan berdasarkan kelompok bobot tetas kecil, besar dan campuran terhadap penampilan itik umur enam minggu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2006 di Laboratorium Penetasan Balai Penelitian Ternak Ciawi, Laboratorium Penetasan dan Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian menggunakan anak itik betina lokal sebanyak 122 ekor. Anak itik dengan bobot tetas > 42 gram digolongkan sebagai kelompok besar dan anak itik yang memiliki bobot tetas ≤ 42 gram digolongkan sebagai kelompok kecil. Kelompok campuran merupakan kelompok itik yang terdiri dari itik dengan bobot tetas kecil dan besar yang diambil secara acak dari kelompok asalnya. Itik dipelihara dan diamati dari menetas hingga berumur enam minggu. Pengamatan dilakukan pada konsumsi dan konversi pakan itik, pertambahan bobot badan dan bobot badan umur enam minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Bobot badan umur enam minggu dan pertambahan bobot badan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata (P<0,01). Kelompok campuran memiliki bobot badan umur enam minggu yang nyata lebih tinggi dibandingkan kelompok kecil dan pertambahan bobot badan yang nyata lebih tinggi dibandingkan kelompok kecil dan besar. Bobot badan umur enam minggu ketiga kelompok (kecil, besar dan campuran) masing-masing sebesar 857,31±129,53; 883,44±137,51; 952,94±91,17 gram dan pertambahan bobot badan selama enam minggu masing-masing sebesar 819,51±129,02; 837,21±137,51; 909,88±90,26 gram. Konsumsi dan konversi pakan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Konsumsi dan konversi pakan ketiga kelompok (kecil, besar dan campuran) masing-masing sebesar 2.929,1±214,7; 2.922,4±452,3; 3.186,6±241,8 gram dan 3,57±0,34; 3,48±0,24; 3,59±0,26.

Anak itik dengan bobot tetas kecil dapat mengalami pertumbuhan kompensatori dan menyamai pertumbuhan anak itik dengan bobot tetas besar apabila dipelihara dengan lingkungan pemeliharaan yang baik dan pakan yang cukup. Anak itik dengan bobot tetas kecil juga mengalami pertumbuhan kompensatori jika dipelihara bercampur dengan anak itik yang memiliki bobot tetas besar, sehingga bobot badan pada umur enam minggu itik dengan bobot tetas kecil dapat menyamai itik dengan bobot tetas besar. Bobot tetas pada itik tidak mempengaruhi konsumsi dan konversi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan itik pada umur enam minggu.

(13)

ABSTRACT

Performance of Duckling Which Kept Based On Small, Big and Mix Groups of Birth Weight

Komarudin, Rukmiasih dan P. S. Hardjosworo

This research was conducted to determine the effect of birth weight and keeping method based on small, big and mix groups birth weight on performance six weeks of age ducks. It used 122 Day Old Duck (DOD) and partitioned based on birth weight. Day Old Duck with more than 42 grams was classified as a big group and less or equal 42 grams were classified as small group. Then from those two groups were take some DOD’s randomly and classified as mix group. Those groups were kept until six weeks of age ducks. Feed consumption and conversion, growth and six weeks weight ducks were measured. This research used randomized block design. The result were showed significant different (P<0.01) on growth and six weeks weight. Mix group had higher six weeks weight than small group and had higher growth than small and big group. Average growth of small, big and mix groups in succession were 819.51±129.02; 837.21±137.51; 909.88±90.26 grams and the six weeks weight were 857.31±129.53; 883.44±137.51; 952.94±91.17 grams. Feed consumption and conversion of each groups (small, big and mix) did not showed the differences. The amounts in succession were 2,929.1±214.7; 2,922.4±452.3; 3,186.6±241.8 grams of feed consumption and 3.57±0.34; 3.48±0.24; 3.59±0.26 of feed conversion. Duckling with small birth weight had compensatory growth and could be equal with big birth weight if maintained on good environment and enough feed. It would be also had compensatory growth if maintained with big birth weight duckling, therefore it could be equal with big birth weight in six weeks weight. Birth weight did not influence feed consumption and conversion, growth and six weeks weight ducks.

(14)

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA

BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS

KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

KOMARUDIN D14103065

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(15)

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA

BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS

KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

Oleh KOMARUDIN

D14103065

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 4 Juli 2007

Pembimbing Utama

Ir. Rukmiasih, MS NIP. 131 284 604

Pembimbing Anggota

Prof. Emer. Peni S. Hardjosworo, M.Sc NIP. 130 422 199

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1985 dari pasangan Ayahanda Sauwan dan Ibunda Salmah. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis dimulai saat penulis masuk SDN 08 Jakarta Timur pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 128 Jakarta dan pendidikan menengah umum di SMUN 67 Jakarta pada tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB (periode 2003/2004), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (periode 2004/2005 dan 2005/2006) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (periode 2006/2007). Penulis juga mendapat kesempatan menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Teknologi Hasil Ternak pada semester genap periode 2005/2006 dan asisten praktikum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam pada semester gasal dan genap periode 2006/2007.

(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang senantiasa melimpahkan nikmat yang begitu besar dan tidak terhitung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada qudwah hasanah umat manusia, Nabi Muhammad SAW dan semoga sholawat dan salam juga tercurah kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir. Skripsi yang berjudul “Penampilan Anak Itik yang Dipelihara Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas Kecil, Besar dan Campuran” ini adalah salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot tetas dan metode pemeliharaan berdasarkan bobot tetas terhadap penampilan itik pada umur enam minggu. Penampilan yang diamati meliputi konsumsi dan konversi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan itik umur enam minggu. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi bobot tetas itik yang masih cukup beragam di kalangan peternak. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan rekomendasi untuk kalangan peternak dan akademisi khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun agar karya tulis ini dapat menjadi lebih baik. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan dan tercatat sebagai amal sholeh. Amien.

Bogor, Juli 2007

(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

(19)

KESIMPULAN... 20

Kesimpulan ... 20

Saran ... 20

UCAPAN TERIMA KASIH ... 21

DAFTAR PUSTAKA... ... 23

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan Gizi Pakan untuk Itik Petelur ... 7 2. Hasil Analisis Proksimat Pakan ... 9 3. Penampilan Itik Umur Enam Minggu Berdasarkan Kelompok

(21)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Analisis Ragam Bobot Tetas Itik ... 27 2. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Itik Selama Enam Minggu... 27 3. Analisis Ragam Konversi Pakan Itik Selama Enam Minggu ... 27 4. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Itik Selama Enam

Minggu... 27 5. Analisis Ragam Bobot Badan Itik Umur Enam Minggu ... 28 6. Analisis Ragam Bobot Tetas Itik Kelompok Campuran ... 28 7. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Itik Kelompok

Campuran Selama Enam Minggu ... 28 8. Analisis Ragam Bobot Badan Itik Umur Enam Minggu Kelompok

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Itik merupakan jenis unggas air yang telah lama dikenal masyarakat dan berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Ternak itik memiliki peran strategis dalam mensuplai kebutuhan protein hewani baik dari produksi telur maupun dari produksi daging terutama di wilayah pedesaan. Budidaya itik pada wilayah pedesaan juga memberikan kontribusi dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Ketika krisis moneter melanda Indonesia, unggas air ternyata mampu menjadi penyelamat perekonomian masyarakat pedesaan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang positif (Prasetyo et al., 2004). Sifat pemeliharaan itik yang lebih murah dan mudah serta lebih tahan penyakit dibandingkan jenis unggas lain juga mendukung perkembangan itik.

Menurut laporan Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan tahun 2005, populasi sementara itik sebanyak 34.275.000 ekor. Angka ini jauh meningkat dibandingkan tahun 2004 yang hanya 32.573.000 ekor. Demikian juga halnya dengan produksi telur dan daging itik yang masing-masing meningkat dari 22.111 ton dan 22.000 ton pada tahun 2004 menjadi 38.666 ton dan 38.700 ton pada tahun 2005. Kenyataan ini menunjukkan ternak itik potensial dalam mensuplai kebutuhan protein hewani dalam negeri sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih besar untuk dikembangkan.

Pengembangan itik harus diikuti dengan sistem manajemen pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan ternak itik yang masih secara tradisional saat ini menyebabkan percepatan pengembangan dan proses seleksi untuk mendapatkan ternak itik unggul berjalan lambat dibandingkan ayam ras. Salah satu indikasinya yakni keragaman bobot tetas anak itik umur sehari atau Day Old Duck (DOD) hasil penetasan telur tetas di kalangan peternak cukup tinggi dan belum memiliki standar bobot tetas seperti pada ayam ras. Walaupun belum memiliki standar bobot tetas, berdasarkan hasil pengamatan lapang Hardjosworo (1985) bobot tetas rata-rata itik betina lokal sebesar 42 gram.

(24)

Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh metode pemeliharaan itik yang bercampur tersebut dibandingkan metode pemeliharaan itik berdasarkan bobot tetas kecil dan besar secara terpisah. Pemilihan metode pemeliharaan itik yang tepat diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi pemeliharaan.

Tujuan

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Itik

Itik diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia, sub-kerajaan Metazoa, filum Chordata, sub-filum Vertebrata, kelas Aves, Ordo Anseriformes, famili Anatidae, genus Anas, spesies Anas platyrhynchos (Campbell dan Lack, 1985). Menurut Samosir (1983) dalam keadaan liar, itik bersifat monogamous, yaitu hidup berpasangan. Akan tetapi, setelah jinak (diternakkan) menjadi bersifat polygamous. Itik bersifat omnivorous (pemakan segalanya), yakni memakan biji-bijian, rumput-rumputan, umbi-umbian dan makanan yang berasal dari hewan atau binatang.

Ternak itik yang diternakkan sekarang ini atau Anas domesticus, berasal dari itik liar (Wild Mallard), kecuali itik Manila (entok) atau Muscovy Duck (Anas Moschata) (Samosir, 1983). Itik asli di Indonesia dapat dikatakan menyerupai itik Indian Runner (itik Indonesia). Itik Indian Runner merupakan itik tipe petelur. Bobot badan dewasa jantan dan betina itik Indian Runner masing-masing 2,043 kg dan 1,816 kg (Samosir, 1983). Menurut Raharjo dan Wibowo (2002) secara umum itik yang ada di Indonesia ditujukan sebagai penghasil telur. Produksi daging itik biasanya berasal dari itik jantan atau itik betina tua yang sudah tidak produktif.

(26)

Bobot Tetas

Susanti (2003) melaporkan bobot DOD dipengaruhi oleh produksi telur dan umur pertama bertelur induk. Umur pertama bertelur yang relatif lebih cepat akan menyebabkan rendahnya bobot telur yang pada gilirannya akan menyebabkan rendahnya bobot DOD. Peningkatan produksi telur juga akan menurunkan bobot DOD yang dihasilkan. Kelembaban udara selama proses penetasan juga berpengaruh terhadap bobot tetas (North dan Bell, 1990).

Menurut Leeson (2000) bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur karena bobot tetas rata-rata adalah 62 % bobot telur. Bobot tetas ayam memiliki korelasi positif terhadap bobot badan ayam pada umur 42 hari. Setiap penambahan satu gram bobot tetas pada ayam mengakibatkan penambahan 10 gram pada bobot ayam umur 42 hari.

Hardjosworo (1989) menyatakan bobot telur merupakan sifat yang dipengaruhi oleh kebakaan (genetik) dan protein dalam pakan. Hal yang sama dikemukakan oleh North dan Bell (1990) bahwa bobot telur dipengaruhi oleh faktor genetik dan kandungan protein pakan. Bobot telur juga dipengaruhi oleh jumlah produksi telur, suhu lingkungan, umur dewasa kelamin induk, jenis kandang, penyakit dan waktu bertelur. Berdasarkan hasil penelitian Tona et al. (2002) bobot badan anak ayam umur sehari yang berasal dari telur tetas yang dihasilkan sebelum rontok bulu lebih besar dibandingkan setelah rontok bulu. Telur yang dihasilkan ketika induk pertama kali bertelur memiliki bobot yang relatif lebih kecil dibandingkan telur yang dihasilkan selanjutnya (Ensminger, 1992). Rakhman (1985) melaporkan pada itik Tegal, pemeliharaan itik berdasarkan bobot tetas (kecil, sedang dan besar) dengan metode pemeliharaan terpisah tidak mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot badan umur delapan minggu.

(27)

menyatakan seleksi terhadap bobot tetas anak itik calon galur induk mendalung akan membawa pengaruh terhadap pertambahan bobot badan mingguan.

Bobot Badan

Bobot badan dipengaruhi oleh galur, mutu pakan, jenis kelamin, sistem pemeliharaan dan kondisi lingkungan (North, 1984). Kepadatan kandang juga dapat mempengaruhi bobot badan itik (Margawati, 1985). Menurut Ensminger (1992) ukuran (bobot) badan merupakan sifat yang diwariskan, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan dalam penampakannya.

Bobot badan ayam broiler umur enam minggu memiliki korelasi yang erat dengan bobot induknya pada umur yang sama (North dan Bell, 1990). Hasil penelitian Dewi (2003) menunjukkan nilai heretabilitas tertinggi bobot badan itik Alabio dan Mojosari terjadi pada umur enam minggu, sehingga akan lebih baik melakukan seleksi bobot badan pada umur enam minggu. Heretabilitas bobot badan umur enam minggu pada itik persilangan antara itik CV2000 dengan itik Alabio juga menunjukkan nilai tertinggi (Gunawan et al., 1992). Pada itik mandalung, bobot badan pada umur enam minggu tidak dipengaruhi oleh bobot tetas (Muliana, 2001).

Hasil penelitian Dewi (2003) menunjukkan rataan bobot badan yang dicapai itik Alabio jantan dan betina pada umur enam minggu masing-masing 984,4±12 dan 800,0±12 gram. Rataan bobot badan itik Mojosari jantan dan betina pada saat yang sama adalah masing-masing seberat 944,9±18 dan 769,9 ±12 gram.

Pertambahan Bobot Badan

(28)

Menurut Soeparno (1992) ternak yang kekurangan makanan atau gizi, pertumbuhannya akan melambat atau berhenti dan kehilangan bobot badan. Tetapi setelah mendapat makanan yang cukup, ternak tersebut sering mampu tumbuh kembali dengan cepat dan bahkan lebih cepat dari laju pertumbuhan normalnya. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan kompensatori atau pertumbuhan yang bersifat menyusul.

Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi (pakan), umur, galur, jenis kelamin dan penyakit (Ensminger, 1992). Menurut Setioko et al. (2002) pertumbuhan itik sangat dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, lingkungan sekitar, sistem perkandangan dan potensi genetiknya. Wulandari (2005) melaporkan pertambahan bobot badan itik Cihateup asal Garut terus meningkat sampai dengan minggu ke-4 dan selanjutnya mengalami penurunan.

Pakan

Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan produksi. Agar pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan ternak harus memadai (Suprijatna et al., 2005). Menurut North dan Bell (1990) zat makanan (nutrisi) dalam pakan digunakan tubuh unggas untuk menjaga keberlangsungan proses fisiologis yang secara umum berupa kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi bulu, produksi telur dan deposit lemak.

Berdasarkan bentuknya, pakan untuk itik dapat diberikan dalam bentuk tepung (mash), bentuk butiran (crumbles) dan bentuk pil (pellet). Di antara ketiga bentuk pakan tadi, bentuk butiran (crumbles) adalah bentuk pakan yang terbaik. Hal ini karena pakan tercampur secara merata, mudah dijepit paruh ternak itik dan tidak banyak tercecer (Samosir, 1983).

(29)

meningkatkan bobot badan itik (Mahata, 1993). Kandungan gizi pakan untuk itik petelur seperti yang disajikan pada Tabel 1 dapat mendukung pertumbuhan anak itik sampai mencapai bobot badan masak kelamin sesuai dengan standar itik lokal.

Menurut Samosir (1983) pada pemeliharan terkurung, pemberian pakan perlu dilakukan 3-4 kali sehari pada periode permulaan pertumbuhan (brooding period). Pakan tersebut diberi dengan keadaan basah (wet mash), agar hasil yang diperoleh cukup baik. Jika diberikan pakan kering, maka air minum terus selalu tersedia dalam jarak yang cukup dekat.

Tabel 1. Kandungan Gizi Pakan untuk Itik Petelur

Zat gizi Umur itik (minggu)

0 – 4 4 – 8 8 – 16 > 16

Sumber : Hardjosworo dan Rukmiasih (2001)

Konsumsi dan Konversi Pakan

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh bangsa, genetik, besar tubuh, jenis kelamin, umur, tingkat produksi telur, besar telur, aktivitas, tipe kandang, palatabilitas pakan, kandungan energi pakan, kualitas kecernaan pakan, konsumsi air, suhu tubuh, kandungan lemak tubuh dan tingkat stress (North dan Bell, 1990). Perilaku kanibal juga dapat menurunkan konsumsi pakan, pertumbuhan dan konversi pakan. Konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan (Ensminger, 1992). Hasil penelitian Margawati (1985) menunjukkan konsumsi dan konversi pakan dipengaruhi oleh tingkat kepadatan kandang.

(30)

pakan maka ternak tersebut semakin efisien dalam merubah pakan menjadi jaringan tubuh. Nilai konversi pakan rendah pada minggu pertama dan meningkat pada minggu-minggu berikutnya (North dan Bell, 1990).

(31)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penetasan Balai Penelitian Ternak Ciawi, Laboratorium Penetasan dan Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari sampai Mei 2006.

Materi

Ternak

Ternak yang digunakan adalah itik betina umur sehari yang berasal dari telur tetas hasil penetasan Laboratorium Penetasan Ilmu Produksi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor, sebanyak 122 ekor. Setiap anak itik ditandai dengan pemasangan wing band pada sayap itik. Telur tetas yang ditetaskan berasal dari Garut, Jawa Barat.

Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersial broiler starter BR1 CP511-B berbentuk crumble yang diproduksi PT. Charoen Pokhpand Indonesia. Susunan kandungan gizi pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Pakan

Kandungan Jumlah

Kadar air 11,7 %

Abu 6,47%

Protein kasar 20,86%

Lemak kasar 5,61%

Serat kasar 5,82%

Kalsium 1,04%

Pospor 0,84%

Energi bruto 4199 kal/gram

(32)

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan adalah kandang boks dengan panjang, lebar dan tinggi masing-masing sebesar 100 cm, 100 cm dan 75 cm. Kandang boks yang digunakan sebanyak 20 buah. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan, air minum dan lampu pijar 60 watt. Perlengkapan yang digunakan adalah wing band, timbangan digital, kain, plastik pakan dan ember.

Rancangan

Perlakuan

Perlakuan yang diberikan yakni pengelompokkan DOD berdasarkan bobot tetasnya yakni bobot tetas kecil, bobot tetas besar dan bobot tetas campuran antara bobot tetas kecil dan besar. Masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan berupa waktu penetasan dengan jumlah itik bervariasi sesuai dengan hasil penetasan.

Model Percobaan

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga taraf perlakuan. Model matematika yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij : Penampilan itik kelompok bobot tetas ke-i pada ulangan ke-j

µ : Rataan umum

αi : Pengaruh bobot tetas itik ke-i

βj : Pengaruh periode penetasan itik ke-j

εij : Pengaruh galat percobaan bobot tetas itik ke-i pada periode penetasan itik ke-j

Analisa Data

(33)

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu konsumsi dan konversi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan umur enam minggu. Konsumsi pakan yakni jumlah pakan yang diberikan dikurangi pakan sisa per hari kemudian dibagi dengan jumlah itik dalam kandang. Konversi pakan dihitung dengan membagi jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan. Konversi pakan diamati per minggu hingga itik berumur enam minggu.

Bobot tetas didapatkan dari hasil penimbangan itik yang baru menetas. Bobot badan didapatkan dari hasil penimbangan itik satu minggu sekali hingga itik berumur enam minggu. Pertambahan bobot badan didapatkan dari pengurangan bobot badan umur enam minggu dengan bobot tetas itik.

Prosedur

Persiapan Kandang

Kandang dibersihkan dengan menggunakan air hingga bersih, dikapur dan didiamkan selama tiga hari. Setiap kandang diberi lampu 60 watt sebagai sumber pemanas buatan dan penerangan, tempat minum dan tempat pakan. Tempat minum diletakkan di atas tempat pakan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pakan yang tercecer. Pemilihan kandang boks untuk DOD dilakukan secara acak.

Seksing dan Pengelompokkan

Seksing dilakukan setelah telur menetas untuk menentukan itik betina yang akan digunakan dalam penelitian. Menentukan jenis kelamin betina pada itik yaitu dengan memastikan tidak adanya phalus pada kloaka. Seksing juga dilakukan dengan melihat pola warna paruh dan kedua kaki itik dan suara itik. Warna yang lebih terang (kecoklatan) menunjukkan jenis kelamin betina dan yang gelap menunjukkan jenis kelamin jantan. Suara yang lebih nyaring menunjukkan jenis kelamin betina.

(34)

dari kelompok besar dan kecil, diambil sejumlah itik secara acak untuk digolongkan sebagai kelompok campuran.

Pelaksanaan Pemeliharaan

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh metode pemeliharaan itik berdasarkan kelompok bobot tetas besar, kecil dan campuran dapat dilihat pada Tabel 3 dan penampilan itik-itik kelompok campuran secara terpisah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Penampilan Itik Umur Enam Minggu Berdasarkan Kelompok Bobot Tetas

Keterangan : Superscript yang berbeda pada nilai rataan baris yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata pada taraf 5 % (P<0,05)

Tabel 4. Penampilan Itik Kelompok Campuran Umur Enam Minggu Kelompok Campuran

Itik dengan Bobot Tetas Kecil Itik dengan Bobot Tetas Besar Peubah

(36)

Konsumsi dan Konversi Pakan

Rataan konsumsi pakan ketiga kelompok itik (kecil, besar dan campuran) selama enam minggu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 3). Hasil ini menunjukkan metode pemeliharaan itik berdasarkan bobot tetasnya tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan itik. Menurut Mahata (1993) ternak akan mengkonsumsi pakan sesuai dengan batas kemampuan biologisnya sekalipun diberikan pakan yang berprotein tinggi. Pakan yang diberikan pada penelitian ini sama pada tiap perlakuan yakni ad libitum, sehingga itik dengan bobot tetas kecil maupun itik dengan bobot tetas besar mendapat kesempatan yang sama dalam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, pakan yang diberikan selalu dalam kondisi baik dan diganti setiap hari. Sistem pemberian ini menyebabkan palatabilitas pakan terjaga.

Rataan konsumsi pakan itik kelompok campuran sebesar 3.186,6 gram per ekor, sedangkan rataan konsumsi pakan kelompok kecil dan besar masing-masing sebesar 2.929,1 dan 2.922,4 gram per ekor. Konsumsi pakan itik dengan bobot tetas yang berbeda (kecil dan besar) pada penelitian menunjukkan hasil yang sama. Hasil ini sama dengan yang didapatkan Rakhman (1985) pada itik Tegal. Itik-itik dengan bobot tetas kecil pada dasarnya memiliki kemampuan konsumsi pakan yang sama dengan itik-itik dengan bobot tetas besar.

Konversi pakan pada ketiga kelompok menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini juga menunjukkan bahwa metode pemeliharaan itik tidak berpengaruh terhadap konversi pakan itik. Itik ketiga kelompok memiliki potensi efisiensi yang sama dalam merubah pakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh. Nilai konversi pakan ketiga kelompok berkisar antara 3,24 sampai 3,91 dengan rataan 3,55. Nilai konversi pakan yang didapatkan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan nilai konversi pakan yang didapatkan Wulandari (2005) pada itik Cihateup.

Pertambahan Bobot Badan

(37)

pertumbuhan yang dapat menyamai itik-itik dengan bobot tetas besar. Itik dengan bobot tetas kecil mengalami pertumbuhan kompensatori sehingga dapat menyamai pertumbuhan itik dengan bobot tetas besar. Hal ini juga dikuatkan dari hasil pengamatan yang didapatkan pada kelompok campuran (Tabel 4). Itik-itik yang memiliki bobot tetas kecil memiliki rataan pertambahan bobot badan yang sama dengan itik-itik dengan bobot tetas besar. Hasil ini sama dengan yang didapatkan Rakhman (1985).

Itik-itik dengan bobot tetas kecil karena berasal dari bobot telur tetas kecil. Bobot tetas itik memiliki hubungan erat dengan bobot telurnya, semakin besar bobot telur maka anak itik yang menetas semakin besar (Gunawan, 2001). Bobot tetas kecil dapat terjadi karena tatalaksana pada pemeliharaan induk-induk itik yang dilakukan peternak kurang baik. Kualitas dan kuantitas pakan induk yang rendah dapat menyebabkan telur yang dihasilkan oleh induk itik menjadi kecil. Defisiensi asam linoleat pada pakan dapat mengakibatkan bobot telur yang dihasilkan rendah, sehingga menyebabkan embrio yang dihasilkan juga kecil. Pada defisiensi parah, telur yang dihasilkan ayam dewasa kelamin, beratnya hanya sekitar 40 gram dibandingkan berat telur yang berasal dari ayam kontrol seberat 60 gram (Anggorodi, 1985). Besar telur dipengaruhi oleh pakan yang diberikan, protein yang rendah dalam pakan dapat menyebabkan telur yang dihasilkan kecil (Ensminger, 1992).

Laju pertumbuhan merupakan sifat yang diturunkan (terkait genetik) dan sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan lingkungan (Ensminger, 1992). Tata laksana pada penelitian ini dilaksanakan seragam pada setiap perlakuan dan pakan yang diberikan memiliki kandungan protein kasar cukup tinggi (20,86 %) serta ad libitum. Kondisi ini memungkinkan itik-itik dengan bobot tetas kecil dapat memunculkan potensi genetik yang sebenarnya sehingga memiliki pertambahan bobot badan yang sama dengan itik-itik dengan bobot tetas besar. Mahata (1993) melaporkan kadar protein pakan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan. Itik-itik yang diberikan pakan dengan protein 20 % dan 22 % memiliki pertambahan bobot badan yang lebih baik dibandingkan itik-itik yang diberikan pakan dengan protein 16 % dan 18 %.

(38)

0

Kelompok Besar Kelompok Kecil Kelompok Campuran

pada penelitian. Jumlah telur pada periode ketiga penelitian lebih banyak dibandingkan pada dua periode lainnya. Hal ini menyebabkan pada periode ini banyak dihasilkan anak itik dengan bobot tetas kecil.

Rataan pertambahan bobot badan kelompok campuran menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok besar dan kecil. Hasil ini disebabkan persaingan dalam kelompok campuran lebih besar dibandingkan persaingan pada dua kelompok lainnya. Persaingan yang lebih besar ini menstimulasi itik untuk lebih berusaha dalam mendapatkan makanan. Menurut Ensminger (1992) kompetisi antara ternak menyebabkan peningkatan konsumsi pakan. Konsumsi pakan itik kelompok campuran relatif lebih banyak dibandingkan kedua kelompok lainnya, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, sehingga pertambahan bobot badan itik pada kelompok ini lebih besar. Grafik pertambahan bobot badan ketiga kelompok itik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pertambahan Bobot Badan Ketiga Kelompok Itik

(39)

campuran terbukti memiliki pencapaian pertambahan bobot badan yang relatif lebih besar dibandingkan dipelihara secara terpisah menurut kelompoknya.

Hasil pengamatan menunjukkan pertambahan bobot badan itik meningkat pesat (fase akselerasi) dari minggu pertama dan mencapai titik infleksi antara umur 4-5 minggu. Setelah itu, pertambahan bobot badan itik mulai melambat (fase retardasi). Hal ini sama dengan yang dilaporkan Hardjosworo (1989) pada itik Tegal yang mengalami late growth (fase retadasi) pada umur lima minggu. Rataan pertambahan bobot badan kelompok campuran sebesar 909,88 gram. Hasil ini jauh lebih besar dari yang didapatkan Rakhman (1985) pada itik Tegal dengan pemeliharaan berdasarkan bobot tetas kecil, sedang dan besar yang masing-masing sebesar 798,35; 814,49 dan 808,58 gram. Hasil ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapatkan Wulandari (2005) pada itik Cihateup betina asal Tasikmalaya dan Garut yang masing-masing sebesar 927,8 dan 902,31 gram serta Hardjosworo (1989) sebesar 920,95 gram pada itik Tegal.

Bobot Badan Umur Enam Minggu

Hasil analisa statistik menunjukkan rataan bobot badan itik umur enam minggu ketiga kelompok sangat berbeda nyata (Tabel 3). Rataan bobot badan itik kelompok campuran menunjukkan hasil yang sama dengan kelompok besar dan lebih baik dibandingkan itik kelompok kecil. Rataan bobot badan kelompok campuran mencapai sebesar 952,94 gram. Hasil ini lebih baik dari yang didapatkan Rakhman (1985) pada itik Tegal dengan pemeliharaan berdasarkan bobot tetas kecil, sedang dan besar yang masing-masing sebesar 837,62; 857,47 dan 868,72 gram pada umur yang sama.

(40)

0

Kelompok Besar Kelompok Kecil Kelompok Campuran

Itik dengan bobot tetas kecil dan bobot tetas besar pada kelompok campuran memiliki bobot badan masing-masing sebesar 939,43 dan 963,44 gram, sedangkan bobot badan itik dengan bobot tetas kecil dan bobot tetas besar pada pemeliharaan secara terpisah masing-masing sebesar 857,31 dan 883,44 gram. Itik dengan bobot tetas kecil dan besar yang dipelihara tercampur (kelompok campuran) memiliki pencapaian bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan itik-itik yang dipelihara terpisah berdasarkan kelompoknya yakni kelompok besar dan kelompok kecil. Metode pemeliharaan tercampur menyebabkan persaingan antar itik besar sehingga menstimulasi itik-itik pada kelompok tersebut untuk memiliki pertumbuhan yang tinggi terutama pada itik dengan bobot tetas kecil. Grafik bobot badan ketiga kelompok itik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Bobot Badan Mingguan Ketiga Kelompok Itik

(41)
(42)

KESIMPULAN

Metode pemeliharaan itik berdasarkan bobot tetas berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan bobot badan umur enam minggu. Kelompok campuran memiliki bobot umur enam minggu yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kecil dan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kecil dan besar. Itik dengan bobot tetas kecil maupun bobot tetas besar yang dipelihara bercampur memiliki pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan terpisah sesuai dengan bobot tetasnya. Anak itik dengan bobot tetas kecil dapat mengalami pertumbuhan kompensatori dan menyamai pertumbuhan anak itik dengan bobot tetas besar apabila dipelihara dengan lingkungan pemeliharaan yang baik dan pakan yang cukup. Anak itik dengan bobot tetas kecil juga mengalami pertumbuhan kompensatori jika dipelihara bercampur dengan anak itik yang memiliki bobot tetas besar, sehingga bobot badan pada umur enam minggu itik dengan bobot tetas kecil dapat menyamai itik dengan bobot tetas besar. Bobot tetas pada itik tidak mempengaruhi konsumsi dan konversi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan itik pada umur enam minggu.

SARAN

(43)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhingga kepada penulis dan hanya dengan pertolongan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada suri tauladan terbaik umat manusia, Nabi Muhammad SAW dan semoga juga tetap tercurah kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah hingga hari akhir.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ir. Rukmiasih, MS dan Prof. Emer. Peni S. Hardjosworo, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis di tengah-tengah kesibukan yang sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran masing-masing para pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Epi Taufik, S.Pt atas bimbingan akademik dan motivasi serta saran kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dengan balasan kebaikan yang banyak.

Terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah membimbing, membina dan memberikan pengorbanan luar biasa kepada penulis yang pasti tidak akan bisa dibalas oleh penulis. Semoga Allah SWT menyayangi, menjaga mereka dan mengumpulkan kami di dalam jannah-Nya.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Segenap dosen dan staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan, terutama Ir. Niken Ulupi, MS, Bapak Eka, S.Pt dan Bapak Rahmat yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi kepada penulis.

(44)

3. Para Murrobbi yang telah memberikan bimbingan, nasehat, arahan, motivasi dan semangat kepada penulis selama ini. Semoga Allah SWT meneguhkan kaki kita untuk tetap istiqomah berada di jalan-Nya.

4. Teman-teman TPT’40. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.

5. Rekan-rekan seperjuangan penulis : teman-teman di BEM Fapet IPB (periode 2004/2005 dan 2005/2006) dan teman-teman di BEM KM IPB (periode 2006/2007).

6. Sahabat-sahabat yang menorehkan warna-warni tersendiri di dalam kehidupan penulis : Ishak, Teguh, Dekri, Adit, Yanuar, rekan-rekan di Ademia Kos dan Wisma Dolphin, rekan-rekan TPT’39, THT’39, THT’40, SEIP’40 dan INMT’40 serta sahabat-sahabat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terakhir penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Juli 2007

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum Kemajuan Mutakhir. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Campbell, B. dan E. Lack. 1985. A Dictionary of Bird. Buteo Books, Vermillion. Dewi, Y. 2003. Pendugaan parameter genetik bobot badan itik alabio dan mojosari

pada periode starter. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. 2005. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Ensminger, M. A. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). 3th Edition. Interstate Publisher, Inc. Danville, Illionis.

Gunawan, B, I. M. Mastika, H. Martojo, P. Hutabarat dan Komarudin. 1992. Estimasi parameter phenotipik dan genotipik itik CV 2000 dan silangannya pada pemeliharaan sistem intensif. Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Unggas dan Aneka Ternak. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Hlm. 43-48.

Gunawan, H. 2001. Pengaruh bobot telur terhadap daya tetas serta hubungan antara bobot telur dan bobot tetas itik mojosari. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardjosworo, P. S. 1985. Konservasi ternak asli (Laporan Penelitian). Fakultas Peternakan Institut Petanian Bogor, Bogor.

Hardjosworo, P. S. 1989. Respon biologik itik tegal terhadap pakan pertumbuhan dengan berbagai kadar protein. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hardjosworo, P. S. dan Rukmiasih. 2001. Itik, Permasalahan dan Pemecahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kurniawan, I. 2005. Morfometri kelompok itik cihateup pada masa pertumbuhan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Leeson, S. 2000. Egg numbers and size both influence broiler yields. Service Bulletin. No. 13. University of Georgia, Georgia.

Mahata, M. E. 1993. Kebutuhan protein itik lokal berdasarkan efisiensi penggunaan protein pada periode pertumbuhan. Tesis. Pendidikan Pasca Sarjana. KPK-IPB Unand. Universitas Andalas, Padang.

Margawati, E. T. 1985. Pengaruh tingkat kepadatan kandang itik dalam sangkar terhadap pertambahan berat badan pada periode awal pertumbuhan. Prosiding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hlm. 256-261.

(46)

Muliana. 2001. Pengaruh bobot tetas terhadap bobot potong itik mandalung pada umur 6, 8, 10 dan 12 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

North, M. O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 3th Ed. The Avi Publishing Co. Inc., Wesport, Connecticut.

North, M. O. dan D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. Chapman and Hall, London.

Rakhman, B. 1985. Pengaruh bobot tetas terhadap mortalitas, bobot akhir, laju pertumbuhan itik tegal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prasetyo, L. H, T. Susanti, P. P. Kataren, E. Juwarini dan M. Purba. 2004. Pembentukan itik lokal petelur MA G3 dan pedaging seleksi dalam galur pada bibit induk alabio dan itik mojosari generasi F3. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Tahun Anggaran 2004. Balai PenelitianTernak Ciawi, Bogor. Hal. 70-82.

Raharjo, Y. C dan B. Wibowo. 2002. Effects of nutrient density, growing phase and raising system on the performance and feather production and quality of male ducks. Proceedings 3rd International seminar on Tropical Animal Production October 15-16, 2002, Yogyakarta, Indonesia.

Samosir, D. J. 1983. Ilmu Ternak Itik. PT Gramedia, Jakarta.

Setioko, A. R., L. H. Prasetyo, B. Brahmantiyo dan M. Purba. 2002. Koleksi dan karakterisasi sifat-sifat beberapa jenis itik. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Setioko, A. R., L. H. Prasetyo, Y. C. Rahardjo, P. Setiadi, T. Murtisari dan Wiloeto. 1997. Program seleksi itik magelang pada village breeding centre: Pembuatan Populasi Dasar dan Program Seleksi. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Bogor.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suparyanto, A. 2005. Peningkatan produktivitas daging itik mandalung melalui pembentukan galur induk. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suprijatna, E. , U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Susanti, R. D. T. 2003. Strategi pembibitan itik Alabio dan itik Mojosari. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Susanti, T, L. H. Prasetyo, Yono C. Raharjo dan Wahyuning K. S. 1998. Pertumbuhan galur persilangan timbal balik itik Alabio dan Mojosari. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Hlm. 356-365.

(47)

XVII World’s Poultry Congress and Exhibition. Helsinski, Finland. Hlm. 54-61.

Tona, K., F. Bamelis, B. De Ketelaere, V. Bruggeman dan E. Decuypere. 2002 Education and Production : Effect of induced molting on albumen quality, hatchability, and chick body weight from broiler breeders. Journal of Poultry Science, Hlm. 327-332.

(48)
(49)

Lampiran 1. Analisis Ragam Bobot Tetas Itik

Perlakuan 2 1.599,53 799,76 97,14 0,000

Kelompok 2 7,59 3,79 0,46 0,632

Galat 117 963,25 8,23

Total 121 2.570,37

Lampiran 2. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Itik Selama Enam Minggu Sumber

Perlakuan 2 171.023 85.511 0,87 0,450

Kelompok 2 137.926 68.963 0,70 0,520

Galat 9 881.587 97.954

Total 13 1.190.536

Lampiran 3. Analisis Ragam Konversi Pakan Itik Selama Enam Minggu Sumber

(50)

Lampiran 5. Analisis Ragam Bobot Badan Itik Umur Enam Minggu

Perlakuan 2 214.368 107.184 7,42 0,001

Kelompok 2 122.858 61.429 4,25 0,016

Galat 117 1.689.994 14.444

Total 121 2.027.220

Lampiran 6. Analisis Ragam Bobot Tetas Itik Kelompok Campuran Sumber

Perlakuan 1 210.871 210.871 45,90 0,000

Kelompok 2 15.089 7.545 1,64 0,212

Galat 28 128.625 4.594

Total 31 354.585

Lampiran 7. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Itik Kelompok Campuran Selama Enam Minggu

Sumber

Kelompok 2 35.064 17.532 2,29 0,120

Galat 28 214.677 7.667

(51)

Lampiran 8. Analisis Ragam Bobot Badan Itik Umur Enam Minggu Kelompok Campuran

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kudrat Tengah

F P

Perlakuan 1 4.402 4.402 0,57 0,458

Kelompok 2 35.884 17.942 2,31 0,118

Galat 28 217.164 7.756

Gambar

Tabel 1. Kandungan Gizi Pakan untuk Itik Petelur
Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Pakan
Tabel 4.  Penampilan Itik Kelompok Campuran Umur Enam Minggu
Gambar 1. Grafik Pertambahan Bobot Badan Ketiga Kelompok Itik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari jasanya ityanulah, perantara atau Makelar tersebut mendapatkan uang komisi/upah atas jasa tenaganya, dari masing-masing pihak yaitu penjual dan pembeli,

[r]

Berdasarkan hasil analisis hubungan motivasi dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di RSUD Salatiga Kota Salatiga, diperoleh hasil bahwa

Meskipun begitu, Sayyed Husein Nasr – seperti juga halnya Hassan Hanafi – adalah tokoh filsosof Muslim kontemporer yang sangat memahami lekuk-lekuk dan liku-liku filsafat

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Pihak luar ( terminator/external entity ) dapat berupa sistem lain perankat keras, orang atau organisasi, dalam Sistem Autoresponse ini yang bertindak sebagai

Pada gastritis terjadi respons inflamasi baik akut maupun kronik. Terjadi aktivasi sitokin-sitokin yang menyebabkan terjadinya inflamasi mukosa.. IL-6 dan IL-8 mukosa

Dari penelitian tersebut dalam disimpulkandari pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZ (Badan Amil Zakat) di Kabupaten Tulang Bawang dalam mendayagunakan dana zakat