• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iv

Kumia Aodranadia 41808093

Skripsi ini di bawah bimbingan : Yadi Supriadi S.Sos,.M.Phil

Skripsi ini berjudul Pola Komunikasi Orang Tua Muda dalam Membentuk Perilaku Positif Anak di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi antara orang tua muda dan anak dalam membentuk perilaku positif anak. Untuk menjawab tujuan tersebut, kemudian dianalisis berdasarkan proses komunikasi, pola asuh, hubungan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan secara kualitatif dengan metode studi deskriptif. Jumlah informan penelitian terhitung sebanyak 4 orang dan informan kunci 1 orang dimana teknik pengumpulan data dilakukan secara wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, studi pustaka dan internet searching. Teknik analisa data dilakukan dengan cara penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian, triangulasi data dan menganalisa penelitian.

Hasil dari penelitian ini adalah proses komunikasi akan berjalan dengan baik jika dipersiapkan terlebih dahulu dan dikonsepkan secara matang, orang tua berkomunikasi dan memberikan dan mengarahkan perhatian secara positif, pola asuh orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, dan juga mengawasi, mengendalikan anak, sebuah hubungan antara orang tua dan anak dapat membantu anak lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan.

Kesimpulan dari penelitian yaitu perilaku positif akan muncul karena kedekatan orang tua diposisikan sebagai teman untuk seorang anak, memiliki sikap yang percaya, dan anak-anak selalu diterapkan secara wajar, sehingga anak merasa nyaman dengan orang tua dan anak tumbuh berkembang menjadi kepribadian yang berperilaku positif.

Untuk itu peneliti menyarankan kepada orangtua untuk terlibat dengan pola komunikasi yang baik, dengan sentuhan kasih sayang untuk kepribadian anak dapat dikembangkan ke arah yang positif.

(4)

v ABSTRACT

Communication Patterns Of Young Parents In Shaping Positive Behavior Of Children In The City Of Bandung

By : Parents In Shaping Positive Behavior Of Children In The City Of Bandung. This research aims to know how the patterns and children in purpose to forming the

child’s personality. To answer the purpose of this research, we have to analyse based on communication process, parenting pattern, and correlation.

This research approach using qualitative research approach with descriptive methods,total informant in this research counted as 4 people, and 1 key informant in which the technique of data collection done in-depth interview, documentation, literature, and internet research. Data analyse technique done in data selection, clarification data, formulate the research, data triangulation, and analyse the research.

The result of this research is communication proess will running well if it has been prepared in advanced and carefully drafted, parents do a communication and giving a lead of attention positively,parenting pattern which prioristing the interest of child, supervise, and also control children, a relationship between parents and children can help them to be more execited about the activity and achieving the desired objective goal.

The conclusion from this research is positive behavior will appear because the proximity of the parent is positioned as a best friend for the kid, having a believing attitude, and applied properly, so children will feel comfortable with their parents and children will grow up become a person with positive behavior.

And for that, researcher giving suggestion to parents to get involve with a good communication pattern, with a touch compassion for children personality, so we can develop it to the positive way

(5)

vi Assalamua’laikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Strata Satu yang berjudul Pola Komunikasi Orang tua Muda dalam membentuk Perilaku Positif Anak di Kota Bandung ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Salam dan shalawat tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam penelitian telah dilewati sebagai suatu tantangan yang seharusnya dijalani, di samping sebagai pemenuhan kewajiban yang memang semestinya dilaksanakan. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Alhamdulillahirabbil’alamin.

Terimakasih kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan motivasi dan kepercayaan kepada penulis. Terimakasih telah dan selalu menjadi role model

(6)

vii

Pada kesempatan yang baik ini, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada orang-orang terkasih peneliti yaitu kepada :

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia atas segala dukungannya.

2. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom atas ilmu, motivasi serta nasehat kepada penulis.

3. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si. Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom. Terimakasih untuk segala motivasi, dukungan serta atas ilmu, perhatian dan pengertian kepada penulis. 4. Yth. Yadi Supriyadi, S.sos.,M.phil. Selaku dosen pembimbing Skripsi

penulis yang telah memberikan dukungan serta contoh yang baik kepada para mahasiswanya khususnya untuk diri pribadi penulis. Terimakasih atas segala kesabaran dan ilmu pengetahuannya sehingga penulis yang awal nya tidak

tahu menjadi tahu. Terimakasih “Pak” karena selalu memberikan yang

terbaik kepada penulis tapa merasa lelah untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan berbagai gambaran mengenai masa depan.

(7)

viii

Agustin Wulandari, S.I.Kom., seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

7. Yth. Ibu Astri Ikawati A.Md, selaku sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi. Terimakasih telah banyak membantu penulis dari mulai penulis menginjakan kaki di Unikom Semester 1 hingga semester 8.

8. Yth. Ibu Ika Ramadhiani, Ibu Fatharanie medihasya, Ibu Rosy, Ayah Yudi pratama, dan Ibu Ekorini Kuntowati Terimakasih atas sharring

pengetahuan dan kesediannya membantu peneliti untuk meneliti serta memberikan pernyataan yang baik dan benar.

9. Terimakasih Kepada teman baik penulis yaitu Donny Ramadhans yang selalu siap sedia membantu penulis. Terimakasih atas segala bantuan, motivasi semangat, keceriaan dan kebersamaan serta keikhlasannya membantu penulis. Semoga Allah yang membalas kebaikan Donny. Amin

10.Kepada Teman-teman para bulu Ibu Ika, Ovi, Nina, Ateu via, Oca, Uwi dan Icha yang selalu menjadi tempat untuk menghilangkan rasa penat dan menjadi tempat curhat. Serta kosan Ovi yang selalu dijadikan tempat untuk berkumpul dan berbagi satu sama lain.

(8)

ix

12.Kepada semua orang yang sempat bertemu di beberapa kesempatan selama proses penulisan skripsi ini juga banyak memberikan bantuan dan semangat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dimanapun kalian berada semoga Allah SWT membalas semua ketulusan yang telah telah kalian berikan.

Akhir kata, peneliti ingin memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini. Jerih payah yang tak ternilai ini akan peneliti jadikan sebagai motivasi dimasa yang akan datang. Guna penyempurnaan penelitian ini peneliti selalu terbuka untuk kritik dan saran. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Bandung, Juli 2012

Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 10

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

(10)

viii BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi ... 15

2.1.2 Unsur Komunikasi ... 16

2.1.3 Konseptualisasi Komunikasi ... 18

2.1.4 Fungsi Komunikasi ... 19

2.1.5 Tujuan Komunikasi ... 21

2.1.6 Proses Komunikasi ... 22

2.1.7 Prinsip Komunikasi ... 26

2.1.8 Komunikasi Efektif ... 27

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi 2.2.1 Definisi Komunikasi Antar Pribadi ... 28

2.2.2 karakteristik Komunikasi Antar Pribadi ... 31

2.2.3 Aspek-aspek Komunikasi Antar Pribadi ... 32

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi Antar Pribadi ... 33

2.2.5 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 35

2.2.6 Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi ... 36

2.3 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi Orang Tua 2.3.1 Definisi Pola Komunikasi Orang Tua ... 39

2.4 Tinjauan Tentang Perilaku Positif ... 41

(11)

ix

2.6.2 Tinjauan Tentang Orang Tua Muda ... 46

2.7 Kerangka Pemikiran 2.7.1 Kerangka Teoritis ... 47

2.7.2 Kerangka Konseptual ... 50

BAB III SUBJEK PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian 3.1.1 Orang Tua Muda ... 55

3.1.2 Tugas dan Peran Orang Tua ... 57

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian ... 60

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 64

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 66

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Narasumber atau Informan Penelitian ... 73

4.1.1 Identitas Informan ... 74

4.1.2 Identitas Key Informan ... 78

(12)

x

4.2.1 Proses Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku

Positif Anak ... 79

4.2.2 Pola Asuh Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak ... 87

4.2.3 Hubungan Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak ... 92

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 107

5.2 Saran ... 108

5.2.1 Bagi Orang Tua Muda ... 108

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

LAMPIRAN ... 113

(13)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Anak merupakan salah satu anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa terhadap manusia. Setiap orang tua selalu mendambakan seorang anak yang hadir di tengah-tengah kehidupan mereka. Maka dari itu orang tua seharusnya menjaga anak dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, para orang tua harus mengasuh, mengajarkan, mendidik, dan mengasihi anak hingga kelak menjadi anak yang berguna dan berperilaku positif.

Anak-anak merupakan petualang dan pembelajar sejati yang penuh kejujuran dalam merealisasikan pikiran dan mengekspresikan perasaannya. Semua orang tua tentu ingin membahagiakan anak-anaknya, melihat mereka tumbuh sehat, cerdas dan sukses dalam kehidupannya. Setiap orang tua wajib memahami alam pikiran anak yang masih polos dan sederhana, walaupun mereka kadang kala tidak mengetahui akibat dari perbuatannya karena ketidak-tahuannya. Harus kita akui bahwa mereka mencari kebahagiaan dan kesenangan terbaik sebatas jangkauan alam pikirannya, tetapi apa yang terbaik bagi menurut pandangan mereka bukanlah yang terbaik bagi orang tua.

(14)

2

mengalami masalah yang kompleksitas, dimana dalam perkembangannya anak akan memiliki suatu cara pandang yang berbeda dengan orang tua. Perubahan yang sangat cepat ini mengharuskan adanya berbagai upaya orang tua terhadap anak, agar anak memiliki kemampuan untuk mengantisipasi dan mewarnai hidupnya.

Orang tua memiliki posisi yang sangat strategis untuk membantu mengembangkan perilaku positif anak. Orang tua harus bisa meletakkan komunikasi yang baik di lingkungan keluarga, menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak untuk berdialog dengan orang tua, agar anak dapat memahami hal-hal apa saja yang harus dijadikan pedoman sebagai landasan hidupnya nanti.

Pembentukan perilaku positif anak dalam keluarga sebagai upaya orang tua untuk keutamaan bertingkah laku yang wajib dilakukan sejak dini merupakan dasar pendidikan. Pembentukan perilaku sebagai dasar pendidikan merupakan manifestasi pembentukan kepribadian anak terutama pada usia 4- 6 tahun sebagai masa peka. Masa peka merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya.

(15)

digunakan untuk membentuk perilaku anak, harus dapat menimbulkan limpahan penyebab bagi anak untuk percaya dan merasa aman dalam asuhan orang tua.

Perilaku positif pada anak berkembang sesuai dengan apa yang dilihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak, oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi proses mengembangkan kepribadian anak yang baik. Baik, buruknya pola perilaku orang tua secara tidak langsung akan ditiru oleh anak. Ini akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.

Diciptakannya sebuah hubungan yang harmonis dalam lingkungan keluarga, anak akan berkembang mempunyai perilaku positif yang peduli terhadap keinginan dan harapan diri sendiri, orang tua, dan orang-orang disekelilingnya yang dianggap mempunyai peran penting oleh anak. Sikap lain yang dapat membantu untuk mengembangkan perilaku positif anak yaitu dengan sikap orang tua yang memperluas rasa sayang dengan keluarga lainnya atau pun terhadap sesama. Orang tua dapat memberikan contoh perilaku dalam hal saling tolong menolong dan peduli pada orang lain.

(16)

4

lihat dari beberapa konteks komunikasi di atas, konteks komunikasi yang berhubungan atau sesuai dengan penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi.

Orang tua yang berkomunikasi secara baik, bisa dianggap teman oleh anak dan akan menjadikan kehidupan yang hangat dalam keluarga, sehingga antara orang tua dan anak mempunyai keterbukaan dan saling memberi. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan, perasaan, serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain. Anak-anak yang hidup dengan pola komunikasi orang tua yang efektif akan menghasilkan kepribadian anak yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru.

Perilaku positif anak juga kita sebagai orang dewasa dipengaruhi baik oleh faktor bawaan (genetik) maupun lingkungan (environment). Faktor genetik disebabkan oleh keturunan dan oleh karenanya relatif sulit dimodifikasi. Pada beberapa kasus sampai saat ini, kita harus menerima begitu saja ( take it for

granted ). Berbeda halnya dengan faktor lingkungan. Kita dapat melakukan

rekayasa sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.

Faktor lingkungan yang paling dominan dalam membentuk perilaku positif anak adalah keluarga diikuti secara berturut-turut teman bermain atau teman sekerja, lingkungan rumah tangga, televisi dan media massa lainnya. Orang tua menjadi faktor dominan karena secara umum anak sampai menjelang dewasa menghabiskan sebagian besar waktunya dengan Orang tua.

(17)

tua ini didefinisikan sebagai frekuensi, jenis dan kualitas komunikasi yang terjadi antara anggota keluarga. Frekuensi mengacu pada seberapa sering orang tua berkomunikasi dengan anaknya, jenis mengacu pada bentuk komunikasi apakah orang tua melakukan komunikasi karena dorongan untuk memerintah atau melarang, menanyai sehingga cenderung dirasakan anak sebagai interogasi, atau memberikan informasi yang diperlukan. Sedangkan kualitas mengacu pada mutu komunikasi tersebut.

Salah satu kedekatan yang efektif antara orang tua dengan anak, yaitu melalui komunikasi antar pribadi yang dapat dilakukan orang tua sejak anak masih berusia dalam kandungan. Dorongan dan tarikan antara kemandirian dan ketergantungan yang dilakukan orang tua terhadap anak harus diperhatikan. Tahun pertama kehidupan, bayi tergantung kepada orang tua, untuk mendapatkan dukungan dan makanan. Pada tahun kedua kehidupan, ketika perkembangan berlanjut, bayi semakin mandiri, dengan berupaya untuk melibatkan diri dalam petualangan yang lebih otonom. ( Santrock, 2002 : 7 )

(18)

6

anak. Dari bentuk komunikasi antarpribadi pula secara perlahan-lahan tingkat emosional dan perilaku positif pada anak berkembang.

Perilaku positif yang tidak diharapkan pada akhirnya membentuk perilaku-perilaku sosial yang berbahaya bagi keselamatan jiwa anak dan juga masa depan anak tersebut Untuk membentuk perilaku positif anak yang sempurna atau yang diharapkan oleh para orang tua, maka orang tua muda yang masih sibuk dengan kesibukan dirinya perlu lebih memperhatikan perkembangan sang anak. Memperhatikan di sini berarti benar-benar peduli terhadap kehidupan anak, mulai dari memahami karakteristik anak, mengetahui kesukaan dan ketidaksukaan mereka, kesulitan yang mereka hadapi, cara bergaul dan siapa teman-teman sepergaulannya, dan berusaha menjadi teladan yang baik bagi anak tersebut.

Namun ketika anak-anak yang baru belajar berjalan menghadapi ketakutan dan tekanan, disinilah peranan orang tua untuk terus mendukung dengan memberikan motivasi dan merangkul dengan pujian kecil yang dilontarkan terhadap anak, maka upaya-upaya kemandirian anak menjadi semakin moderat ketika anak merasakan kebutuhan untuk mempertahankan suatu ketergantungan kepada orang tua. Dorongan dan tarikan orang tua terhadap anak antara kemandirian dan ketergantungan terus berlangsung sepanjang kehidupan yang dapat berjalan secara efektif dalam mengembangkan perilaku positif anak.

(19)

orang tua yang menganggap bahwa dengan tercukupinya kebutuhan-kebutuhan materil, maka telah menjadi jaminan seorang anak akan bahagia sehingga mereka tidak perlu lagi mengetahui kepentingan dan kebutuhan anak secara spritual.

Apalagi di masa sekarang ini, banyak sekali para orang tua muda yang sudah mempunyai anak dan masih sibuk dengan kegiatan mereka sehari-hari nya seperti yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, tidak hanya ayah sebagai kepala keluarga, tetapi juga ibu turut bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Modernitas memang memaksa orang bergerak cepat, serba sibuk, dengan segala kepadatannya. Rutinitas yang senantiasa bergerak cepat dan padat tersebut tentu berpengaruh terhadap keluarga. Karena itu, berdampak pada komunikasi orang tua muda dan anak yang akan semakin berjarak. Kesempatan untuk saling memahami dan mendalami pun akan semakin sempit.

(20)

8

Selain itu orang tua muda pada saat mereka menikah dan hingga akhirnya mempunyai anak sebenarnya pada saat itu mereka belum siap untuk menghadapi tanggung jawab yang harus diterima seperti orang dewasa dalam menjaga seorang anak karena sebenarnya mereka sebagai orang tua muda juga masih perlu tanggung jawab dari kedua orang tua mereka sendiri. Sehingga mereka mempunyai sedikit pengalaman untuk membentuk perilaku positif seorang anak.

Maka dari itu, orang tua muda yang sudah mempunyai anak sebenarnya mereka mempunyai tantangan sendiri karena harus selalu mencoba untuk memahami apa yang tampak pada diri anak. Orang tua tidak hanya melihat perilaku terhadap anak, akan tetapi orang tua harus melihat mengapa anak berperilaku seperti itu. Sebagai orang tua alangkah lebih baik mencoba untuk memahami bukan saja melalui tindakan, akan tetapi juga motif tindakan dari anak. Dengan demikian stimuli orang tua akan menjadi kompleks. Orang tua akan mampu menangkap seluruh sifat dari anak dan berbagai dimensi perilakunya melalui pola komunikasi yang dilakukan orang tua muda terhadap anak.

(21)

Komunikasi merupakan faktor yang penting bagi perkembangan diri anak, karena ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya prilaku nakal pada anak. Berbagai permasalahan yang dihadapi anak, menyebabkan sebagian anak mengalami depresi, kegoncangan nilai dan perilaku nakal, termasuk kurang efektifnya komunikasi dalam keluarga dari kegagalan orangtua dalam menurunkan nilai rohani atau nilai moral kepada anaknya.

Pola diartikan sebagai bentuk atau struktur yang tetap sedangkan komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan demikian yang dimaksud pola komunikasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan dapat dipahami ( Bahri, 2004 : 1 ).

(22)

10

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menentukan perumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

- Bagaimana pola komunikasi orang tua muda dalam membentuk perilaku positif anak di Kota Bandung?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

1. Bagaimana proses komunikasi orang tua muda dalam membentuk perilaku positif anak di Kota Bandung?

2. Bagaimana pola asuh orang tua muda dalam membentuk perilaku positif anak di Kota Bandung?

(23)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan: Bagaimana Pola Komunikasi Orang Tua Muda Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertanyaan yang telah disusun secara rinci pada rumusan masalah mikro. Tujuan penelitian menunjukan apa yang akan dicapai atau apa yang akan terjadi dari penelitian yang di uji. Tujuan penelitian akan digunakan sebagai rujukan dalam merumuskan kesimpulan penelitian.

1. Untuk Mengetahui proses komunikasi orang tua muda dalam membentuk perilaku positif anak di Kota Bandung.

2. Untuk Mengetahui pola asuh orang tua muda dalam membentuk perilaku positif anak di Kota Bandung.

(24)

12

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga mampu menunjang perkembangan dalam bidang ilmu komunikasi dan bisa menambah wawasan serta referensi pengetahuan bagi seluruh pihak yang tertarik untuk melakuakan penelitian serupa mengenai “Pola Komunikasi Orang Tua Muda dalam Membentuk Perilaku Positif anak di Kota Bandung”.

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna secara praktis bagi peneliti sebagai aplikasi ilmu yang selama studi telah diterima secara teori, khususnya tentang pola komunikasi.

2. Bagi Lembaga Akademik

Penelitian yang dilakukan berguna bagi mahasiswa Universitas computer Indonesia secara umum dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi khususnya sebagai literature terutama bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang dan kajian yang sama.

3. Bagi Orang tua

(25)
(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena keberadaan manusia sebagai makhluk social, yang berarti manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Menurut Dr. Everett Kleinjen dari East Center Hawaii yang dikutip oleh Hafied Cangara menyatakan : Komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia sepertihalnya bernapas. Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu

berkomunikasi.” (Cangara, 2007 : 1)

Sebagai makhluk individu, manusia selalu dihadapkan dengan berbagai kebutuhan dalam hidupnya. Dan untuk memenuhi kebutuhannya, maka manusia memerlukan bantuan orang lain. Dengan demikian, manusia akan berkomunikasi dengan manusia lainnya demi memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga sampai kapan pun, komunikasi merupakan hal yang tidak pernah akan lepas dari kehidupan manusia.

(27)

2.1.1 Definisi Komunikasi

Menurut Willbur Schram dalam buku Tommy Suprapto, bahwasannya komunikasi berasal dari kata-kata dalam bahasa Latin yaitu communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commones) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha membagi informasi, idea tau sikap. ( Suprapto, 2005 : 5 )

Pengertian komunikasi menurut Hovland, Janis & Kelley dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja adalah : “Suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya ( khalayak )“ ( Sendjaja, 2004 : 1.10 )

Definisi komunikasi menurut Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid dalam buku yang dikarang oleh Hafied Cangara adalah sebagai berikut : “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam“. ( Cangara, 2005 : 19 )

Definisi komunikasi menurut Yosal Iriantara bisa dijelaskan sebagai berikut :

(28)

16

Dalam definisi singkat, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan, namun seiring perkembangan zaman dalam berkomunikasi siapapun bisa menjadi komunikator maka dari itu dikenallah istilah partisipan komunikasi.

Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia di seluruh dunia, karena dengan berkomunikasi segala maksud dan tujuan seseorang bisa tercapai. Komunikasi tidak hanya menggunakan kata-kata dari mulut saja namun komunikasi pun bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai media dan aspek-aspek lain diluar penggunaan kata-kata yang dihasilkan oleh mulut manusia.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Harold Laswell dalam buku Deddy Mulyana bahwasannya 5 unsur komunikasi meliputi :

1. Sumber ( Source )

Nama lain dari sumber adalah sender, communicator, speaker, encoder atau

originator. Merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk

(29)

2. Pesan ( Message )

Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber ( source ). Menurut Rudolph F Verderber, pesan terdiri dari 3 komponen yaitu makna, symbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk / organisasi pesan.

3. Saluran ( Channel, Media )

Merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber ( source ) untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran pun merujuk pada bentuk pesan dan cara penyajian pesan.

4. Penerima ( Receiver )

Nama lain dari penerima adalah destination, communicate, decoder, audience,

listener dan interpreter dimana penerima merupakan orang yang menerima pesan

dari sumber.

5. Efek ( Effect )

Merupakan apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

(30)

18

who says what in which channel to whom with what effect ?“( Mulyana, 2007 : 69 –

71 )

2.1.3 Konseptualisasi Komunikasi

Komunikasi terdiri dari 3 konspetualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot dalam buku Deddy Mulyana. Tiga konseptualisasi itu adalah :

1. Komunkasi sebagai tindakan satu arah

Maksudnya adalah komunikasi merupakan kegiatan menyampaikan pesan dan informasi yang searah dari komunikator kepada komunikannya. Sehingga komunikasi dianggap dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran dan tujuannya.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Maksudnya adalah menyetarakan komunikasi dengan proses sebab - akibat atau aksi - reaksi yang arahnya bergantian. Konseptualisasi ini dipandang lebih dinamis namun masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan walaupun peran bisa dilakukan secara bergantian.

3. Komunikasi sebagai transaksi

(31)

dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain. ( Mulyana, 2007: 67 – 76 )

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Menurut pandangan Onong Uchjana Effendy yang menjelaskan bahwasannya terdapat 4 fungsi dari komunikasi. Fungsi-funsi tersebut ialah :

1. To Inform

Maksudnya adalah memberikan informasi kepada masyarakat dan memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain serta segala sesuatu yang disampaikan oleh orang lain.

2. To Educate

Maksudnya adalah sebagai sarana pendidikan. Bahwasannya dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan.

3. To Entertain

(32)

20

4. To Influence

Maksudnya adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. ( Effendy, 1994 : 36 )

Menurut perspektif ahli komunikasi yang lain yaitu William I Gordon dalam buku Deddy Mulyana terdapat 4 fungsi komunikasi yang meliputi :

1. Komunikasi sosial

Bahwasannya komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan.

2. Komunikasi Ekspresif

Bahwasannya komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain namun dapat dilakukan sejauh komunikasi bisa menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan / emosi kita

3. Komunikasi ritual

(33)

ideology dan agama. Komunikasi ritual ini erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif.

4. Komunikasi instrumental

Bahwasannya komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum seperti menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan, perilaku dan menghibur. Komunikasi sebagai instrumental untuk membangun suatu hubungan begitu pula sebaliknya. Komunikasi sebagai instrument berfungsi untuk mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan baik yang berjangka pendek atau panjang. ( Mulyana, 2007 : 5 – 38 )

2.1.5 Tujuan komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy tujuan dari komunikasi terdiri dari 4 point, point-point tersebut mencakup :

1. Perubahan sikap ( Attitude change )

2. Perubahan pendapat ( Opinion Change )

3. Perubahan perilaku ( Behavior Change )

4. Perubahan sosial ( Sosial Change ) ( Effendy, 2004 : 8)

Ada pun dua tujuan komunikasi menurut Gordon seperti yang tertera dalam

(34)

22

1. Kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita untuk member makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran akan lingkungan dan menikmati hidup.

2. Kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. ( Naipospos, 2009 : 50 )

2.1.6 Proses Komunikasi

Menurut Harold Laswell dalam buku Onong Uchjana Effendy terdapat 4 komponen dalam proses komunikasi yaitu :

1. Adanya pesan yang disampaikan

2. Adanya pemberian pesan ( komunikator )

3. Adanya penerimaan pesan ( Komunikan )

4. Adanya Umpan Balik ( feedback ) ( Effendy, 1994 : 14 )

(35)

Gambar 2.1

Model Proses Komunikasi Philip Kotler

Sumber : Effendy 1994 : 18

Dari gambaran diatas maka bisa diketahui sebagai berikut :

1. Sender : Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada

seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding : Encoding adalah penyandian dimana ini merupakan proses

pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

3. Message : Message adalah pesan yang berupa seperangkat lambang

bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media : Media adalah saluran komunikasi dimana ini tempat berlalunya

pesan dari komunikator kepada komunikan.

Sender Encoding Message Decoding Receiver

Feedback Response

(36)

24

5. Decoding : Decoding adalah proses dimana komunikan menetapkan makna

pada lambang yang disampaikan.

6. Receiver : Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari

komunikator.

7. Response : Response adalah tanggapan yang merupakan seperangkat reaksi

pada komunikansetelah diterpa pesan.

8. Feed back : Feed back adalah umpan balik yang merupakan tanggapan

komunikan akan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

9. Noise : Noise adalah gangguan terencana yang terdapat dalam proses

komunikasi dimana komunikan diterpa pesan lain oleh sang komunikator.

Menurut Onong Uchjana Effendy , proses komunikasi terbagi menjadi 2 yaitu proses komunikasi secara primer dan sekunder, dimana akan dijelaskan seperti dibawah ini :

(37)

2. Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan oleh sesesorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam berkomunikasi karena sasaran komunikannya banyak jumlahnya dan jauh jaraknya dari tempat komunikator itu. Media tersebut bisa berupa surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, tv dan film. ( Effendy , 2002 : 11 – 16 )

Berlo untuk pertama kalinya membahas proses dalam kaitannya dengan komunikasi pada tahun 1960 dalam bukunya yang berjudul The Process of

Communication sesuai dengan yang tertea dalam buku karya M Budyatna dan Nina

Muthmainnah. Menurutnya proses menunjukkan adanya perubahan secara berkesinambungan di dalam waktu. ( Budyatna dan Mutmainnah, 2004 : 2.7 )

William G Scott mengutip pendapat Babcock dan Thoha bahwa terdapat 5 faktor yang mempengaruhi proses komunikasi dalam buku yang dikutip oleh Tommy Suprapto. Faktor – faktor tersebut adalah :

1. The Act ( Perbuatan )

The Act merupakan perbuatan komunikasi yang menginginkan lambang-lambang

(38)

26

2. The Scene ( Adegan )

The Scene menekankan pada hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan

menjelaskan apa yang dilakukan, symbol apa yang digunakan dan arti apa yang dikatakan.

3. The Agent ( Pelaku )

The Agent merupakan individu-individu yang mengambil bagian dalam

komunikasi seperti pengirim dan penerima.

4. The Agency ( Perantara )

The Agency ini terwujud melalui alat-alat yang digunakan dalam komunikasi.

5. The Purpose ( Tujuan )

Terdapat empat tujuan yang mempengaruhi proses komunikasi menurut Grace yakni tujuan fungsional ( functional goals ), tujuan manipulasi ( manipulative goals ), tujuan keindahan ( aesthetic goals ) dan tujuan meyakinan ( confidence goals ). ( Suprapto, 2006 : 7 – 9 )

2.1.7 Prinsip Komunikasi

Prinsip – prinsip komunikasi menurut Deddy Mulyana merujuk pada aspek – aspek seperti dibawah ini :

(39)

2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi

3. Komunikasi memiliki dimensi isi ( verbal ) dan hubungan ( non verbal )

4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu

6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi

7. Komunikasi itu bersifat sistematis

8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya maka semakin efektiflah komunikasi

9. Komunikasi bersifat nonsekuensial

10.Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional

11.Komunikasi bersifat irreversible

12.Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah (Mulyana, 2007 : 92 – 126 )

2.1.8 Komunikasi Efektif

(40)

28

mengetengahkan apa yang dinamakan “the condition of success in communication“

yang secara garis besar bisa dijelaskan seperti dibawah ini sesuai dengan yang tertera dalam buku Onong Uchjana Effendy :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian sasaran yang dimaksud

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. ( Effendy, 2002 : 32 - 33 )

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi

2.2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi

(41)

adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.

Komunikasi antarpribadi menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan, budaya, dan juga konteks psikologikal.

Komunikasi antarpribadi yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy berdasarkan definisi Joseph A Devito adalah :

“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik

seketika “. ( the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate

feedback ). ( Effendy, 2002 : 158)

Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antarpribadi bisa diartikan sebagai:

“Komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap

pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun

nonverbal “( Mulyana, 2002 : 73 )

(42)

30

Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis.monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak ada interaksi, yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersifat pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang Ayah memberi nasihat kepada anaknya yang nakal.

Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik (dyadic Communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).

Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu, percakapan dialog, dan wawancara. Percakapan dapat berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal.

Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insani

(human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi,mengurangi

(43)

memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik diantara kita.

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.

Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam Komunikasi antarpribadi pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi si pengamat.

Menurut Judy C. Pearson dalam Sendjaja, komunikasi antar pribadi memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi / self

(44)

32

3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antar persona

4. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi

5. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang

2.2.3 Aspek-aspek komunikasi antarpribadi

Komunikasi antar persona secara langsung atau tatap muka menurut Hartley dalam buku Sarlito Wirawan Sarwono, memiliki beberapa aspek yaitu:

1. Dalam komunikasi tatap muka ada peran yang harus dijalankan oleh masing-masing pihak.

2. Adanya hubungan dua arah karena terdapat kegiatan saling menukar pesan.

3. Komunikasi tidak terbatas pada isi pesannya saja tetapi lebih mengacu kepada arti dari pesan itu.

4. Adanya atau terlihatnya niat, kehendak dan intensi dari kedua belah pihak.

(45)

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi

Menurut Jalaludin Rakhmat komunikasi antar persona bisa dipengaruhi oleh 3 faktor seperti :

1) Persepsi Interpersonal

Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli indrawi atau menafsirkan informasi indrawi. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli indrawi yang berasal dari seseorang ( komunikan ) berupa pesan verbal dan non verbal.

2) Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri sangat menentukan komunikasi antar persona karena faktor-faktor yang melingkupi seperti dibawah ini :

a) Nubuat yang Dipenuhi Sendiri

Maksudnya adalah setiap orang bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.

b) Membuka Diri

(46)

34

c) Percaya Diri

Maksudnya adalah ketakutan untuk melakukan komunikasi atau communication apprehension disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.

d) Selektivitas

Maksudnya adalah konsep diri akan mempengaruhi pada pesan apa dimana kita bersedia membuka diri ( terpaan selektif ), bagaimana kita mempersepsi pesan ( persepsi selektif ) dan apa yang kita ingat ( ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan ( pesan selektif ).

3) Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan kepada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Hal ini mempengaruhi komunikasi antar persona dalam

hal penafsiran pesan, penilaian dan efektifitas komunikasi.

4) Hubungan Interpersonal

(47)

persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasinya.

2.2.5 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Sasa Djuarsa Sendjaja menjelaskan tujuan komunikasi antarpribadi dimana tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenal diri sendiri

2. Untuk mengetahui dunia luar

3. Untuk menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

4. Untuk mengubah sikap dan perilaku

5. Untuk bermain dan mencari hiburan

6. Untuk membantu orang lain ( Sandjaja , 2004 : 5.13 – 5.15)

Tujuan komunikasi antarpribadi menurut Joseph A Devito terdiri atas 4 makna yakni :

1. Menyangkut penemuan diri (personal discovery). Dimana dengan berkomunikasi kita mampu lebih baik dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang kita ajak berbicara.

(48)

36

3. Dalam perjumpaan antar pribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain

4. Kita menggunakan banyak komunikasi untuk bermain dan menghibur diri. ( Devito, 1997 : 29-32 )

2.2.6 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Menurut Joseph A Devito dalam karya yang dibuat oleh Sasa Djuarsa Sendjaja, efektifitas komunikasi antar persona dapat dilihat dari 2 perspektif yaitu:

A. Perspektif Humanistic Meliputi :

1. Keterbukaan ( openness )

Maksudnya adalah kita harus terbuka dengan orang-orang yang berinteraksi dengan kita dan keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya.

2. Perilaku Sportif ( supportiveness )

Maksudnya adalah dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap defensive

(49)

3. Perilaku Positif ( positiveness )

Maksudnya adalah perilaku yang menunjuk paling tidak pada 2 aspek yaitu komunikasi antar persona akan berkembang bila ada pandangan positif pada diri sendiri dan memiliki sikap positif kepada orang lain dalam berbagai situasi komunikasi.

4. Empati ( empathy )

Maksudnya adalah seseorang baik secara emosional dan intelektual mampu memahami apa yang sedang dirasakan dan dialami oleh orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat dan merasakan seperti apa yang dilihat dan dirasakan orang lain.

5. Kesamaan ( equality )

Maksudnya adalah bahwa kesamaan mencakup pada dua hal yakni kesamaan di bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi dan kesamaan dalam percakapan diantara para pelaku komunikasi baik dalam hal menerima atau mengirim pesan.

B. Perspektif Pragmatis yang meliputi :

1. Bersikap Yakin ( confidence )

(50)

38

2. Kebersamaan ( immediacy )

Maksudnya adalah sikap yang dikomunikasikan baik secara verbal dan nonverbal dimana ia memperhatikan dan merasakan kepentingan orang lain.

3. Manajemen Transaksi ( interaction management )

Maksudnya adalah tidak mengabaikan para peserta komunikasi dimana ia mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan berbagai pihak dan tidak ada yang terabaikan.

4. Perilaku Ekspresif ( expressiveness )

Maksudnya adalah memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain dimana ia menggunakan berbagai variasi pesan baik verbal dan non verbal untuk menyampaikan keterlibatan dan perhatiannya pada apa yang sedang dibicarakan.

5. Orientasi Pada Orang Lain ( other orientation )

(51)

2.3 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi Orang Tua

2.3.1 Definisi Pola Komunikasi Orang Tua

Pengertian “pola” dalam kamus bahasa Indonesia (1990:692) adalah :

“… sebagai bentuk (struktur) yang tetap sedangkan komunikasi adalah (1) proses penciptaan arti terhadap sesuatu gagasan atau ide yang disampaikan. (2) komunikasi merupakan pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara 2 orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami”.

Dengan demikian pola komunikasi orang tua dapat dipahami sebagai pola hubungan antara orang tua dan anak dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”. (Djamarah, 2004:1)

Pola komunikasi yang dibentuk oleh orang tua muda akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Artinya, dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan menciptakan pola asuh yang baik pula.

Menurut Djamarah (2004 : 2) kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta dilengkapi dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing dan dididik dan bukan objek semata.

(52)

40

yang diterima anaknya. Orang tua membuat persetujuan mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dikomunikasikan dan bagaimana isi dari komunikasi itu di interpretasikan. Orang tua juga menciptakan peraturan kapan bisa berkomunikasi, seperti tidak boleh bicara bila orang sedang mencoba tidur, dan sebagainya. Semua peraturan dan nilai nilai yang terkandung di dalamnya dikomunikasikan melalui cara yang sama secara terus menerus sehingga membentuk suatu pola komunikasi Orang tua.

Pola komunikasi yang terjadi pada orang tua bisa dinyatakan langsung ataupun hanya disimpulkan dari tingkah laku dan perlakuan yang terjadi antara orang tua dan anak nya. Orang tua perlu mengembangkan kesadaran dari pola komunikasi yang terjadi dengan anaknya, apakah pola tersebut benar-benar diinginkan dan dapat diterima oleh anak, apakah pola itu membantu dalam menjaga kesehatan dan fungsi dari anak itu sendiri, atau malah merusak kepribadian anak. Kesadaran akan pola itu dapat dibedakan antara orang tua yang sehat dan bahagia dengan orang tua yang dangkal dan bermasalah.

Pola-pola komunikasi yang lebih kompleks berkembang pada waktu si anak

mulai tumbuh dan menempatkan diri ke dalam peranan orang lain. “Menurut

Hoselitz, dengan menempatkan pribadi ke dalam peranan orang lain maka si anak juga belajar menyesuaikan diri (conform) dengan harapan orang lain”.

(53)

Berdasarkan pandangan Klinger dan Gillin yang dikutip Soekanto, maka kita dapat mengetahui bahwa setiap proses komunikasi didorong oleh faktor-faktor tertentu. Misalnya pada waktu bayi menangis, tangisan itu mempengaruhi ibu sehingga sang ibu segera datang membawa botol susu. Sang bayi mulai belajar dari pengalamannya bahwa setiap tangisan merupakan tanda (sign) yang selalu dapat digunakan untuk menyatakan kebutuhan makan dan minum. (Liliweri, 1997 : 45)

Dengan meluasnya lingkup sosial dan adanya kontak dengan teman sebaya dan orang dewasa di luar rumah, landasan awal ini, yang diletakkan di rumah, mungkin berubah dan dimodifikasi, namun tidak pernah akan hilang sama sekali. Sebaliknya, landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku di kemudian hari.

2.4 Tinjauan mengenai Perilaku Positif

Sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Maksudnya adalah perilaku yang menunjuk paling tidak pada 2 aspek yaitu komunikasi antar persona akan berkembang bila ada pandangan positif pada diri sendiri dan memiliki sikap positif kepada orang lain dalam berbagai situasi komunikasi.

2.5 Tinjauan tentang Anak 2.5.1 Definisi Anak

(54)

42

lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (Gunarsa, 1986)

“Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan

yang berasal dari lingkungan”

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa : ”Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua

puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”.

Menurut John Locke dalam Gunarsa anak adalah: “Pribadi yang masih bersih dan

peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.” (Gunarsa, 1986 : 37)

Selain John Lock Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa:

“Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat

memaksa”.

Sobur mengartikan anak sebagai: “Orang yang mempunyai pikiran, perasaan,

sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.” (Sobur,

1988 : 11).

(55)

“Anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang

dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.

Dari definisi-definisi tentang anak dari para ahli, dapat dikatakan bahwa anak merupakan anugrah terbesar dari sang pencipta kepada sebuah keluarga. Kehadiran seorang anak merupakan pelengkap kebahagiaan dari suatu keluarga. Dengan demikian, banyak orang yang mengatakan bahwa anak merupakan titipan dari Tuhan yang harus dirawat dan dijaga. Dari hakikat inilah, maka menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik, merawat, menjaga, termasuk membentuk kepribadian anak tersebut sehingga kelak dapat menjadi anak yang berguna dan berbakti baik kepada orang tua, orang lain, serta bangsa dan negara.

2.6 Tinjauan tentang Orang Tua

2.6.1 Definisi Orang Tua

Orang tua atau keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Orang tua dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Dalam pengertian Pedagogis, bahwa :

“Orang tua adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang

antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian

(56)

44

Orang tua adalah “Komponen keluarga yang terdiri dari Ayah, dan Ibu dan

merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang syah yang dapat membentuk sebuah

keluarga”. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan

membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang mengngantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Keutuhan orang tua dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk mengembangkan kepribadian anak. Keluarga yang utuh memberikan peluang yang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuannya, yang merupakan unsur esensial dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan perilaku positif anak. Kepercayaan orang tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan, dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak akan menyatu dan memudahkan anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan.

Namun secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.

(57)

pemahaman keluarga di negara barat, keluarga mengacu pada sekelompok individu yang berhubungan darah dan adopsi yang diturunkan dari nenek moyang yang sama.

Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang, kegiatan menyusui, efektif dan ekonomis. Di dalam keluargalah kali pertama anak anak mendapat pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual.

2.6.2 Peran Orang Tua

Menurut Gunarsa dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :

A. Peran Ibu Adalah :

1) memenuhi kebutuhan biologis dan fisik

2) merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten 3) mendidik, mengatur dan mengendalikan anak

4) menjadi contoh dan teladan bagi anak B. Peran ayah adalah :

1) ayah sebagai pencari nafkah

(58)

46

4) ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga. (Gunarsa, 1995 : 31 – 38)

2.6.3 Tinjauan Tentang Orang Tua Muda

(59)

2.7Kerangka Pemikiran

2.7.1 Kerangka teoritis

Dalam kerangka penelitian ini, peneliti akan berusaha membahas masalah pokok dari penelitian ini. Yaitu membahas kata-kata kunci atau subfokus yang menjadi inti permasalahan pada penelitian.

Sebelum membahas kata-kata kunci tersebut, peneliti membahas terlebih dahulu mengenai arti kata sebuah pola komunikasi. Pola Komunikasi menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah : “Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”. (Djamarah dalam Nurohman, 2011 : 10)

Dari pengertian tersebut berarti terdapat unsur-unsur yaitu adanya sebuah kegiatan, kegiatan yang direncanakan, adanya sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, adanya sebuah hasil atau pengaruh sebagai penilaian atas berhasil atau tidaknya kegiatan yang telah dilakukan.

(60)

48

Secara garis besar, proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaa tidak terkontrol.

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif.

Melalui suatu hubungan yang memungkinkan keduanya untuk saling berkomunikasi sehingga adanya keterbukaan, percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah. Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan, yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik.

(61)

pun dari kita seperti petunjuk arah angin, yang berperilaku seperti seorang komunis. Bandura yakin kita belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain. Melalui belajar mengamati ( juga disebut “modeling” atau “imitasi” ) kita secara kogntif, menampilkan perilaku oeang lain dan kemudian barang kali mengadopsi perilaku ini dalam diri kita sendiri.

(62)

50

2.6.2 Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi dapat membuat anak untuk mengembangkan kepribadiaannya saat anak mulai tumbuh dewasa melalui perilaku positif yang dibentuk orang tua muda. Kepribadian anak akan berkembang karena adanya perilaku positif yang dibentuk orang tua dan anak dari masa kecil.

Pola komunikasi Orang Tua muda

(63)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori belajar social. Pembelajaran lewat Pengamatan merupakan konsep dasar dari teori belajar social, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Seorang anak belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang tua (model) yang selalu ada di sekeliling lingkungan mereka, hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada anak tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang dipelajarinya.

Anak-anak meniru bertingkah laku sesuai model yang ada disekeliling mereka, dan kebanyakan yang mereka lihat adalah orang tua mereka. Karena kebanyakan kita memulai kehidupan di dalam keluarga dan menghabiskan ribuan jam selama masa anak-anak untuk berinteraksi dengan orang tua kita.

(64)

52

orangtuanya sehingga membantu untuk dapat memasukkan perubahan dalam diri anak.

Peran selanjutnya adalah memberi feedback atau masukan kepada anak sehingga menjadikan mereka tahu perilaku mana yang sesuai atau tidak dengan karakter baik yang diharapkan. Orangtua harus menyediakan waktunya untuk memberikan nasihat-nasihat yang sifatnya memperkuat perilaku baik yang sesuai dengan karakter baik dan mendorong perilaku baik lain agar dapat muncul.

Berdasarkan point-point pola komunikasi diatas, maka menurut pandangan peneliti, berdasarkan dari pembahasan Djamarah peneliti dapat mengaplikasikan point pola komunikasi diatas ke dalam kerangka konseptual seperti berikut :

1. Proses Komunikasi

(65)

2. Pola asuh Orang tua muda

Pola asuh orang tua muda terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan orang tua muda selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua muda mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Orang tua muda mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua muda.

3. Hubungan orang tua muda dengan anak

(66)

54

(67)

3.1 Subjek Penelitian

3.1.1 Orang Tua Muda di Kota Bandung

Masa remaja merupakan suatu periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan ini tidak berarti terputusnya atau perubahan yang terjadi sebelumnya, tetapi lebih kepada sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap perkembangan berikutnya. Setiap masa perkembangan memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui, begitupun juga remaja. Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa yang salah satunya adalah mempersiapkan menjadi orang tua muda.

Di Indonesia sendiri remaja yang sudah menjadi orang tua muda sering kita temukan. Remaja putri yang sudah menjadi orang tua diusia muda membuat mereka tidak dapat mengecap pengalaman-pengalaman yang biasanya didapat oleh para remaja pada umumnya. Pengalaman itu seperti melanjutkan pendidikan, mendapatkan jaminan kesehatan yang baik, kesempatan pekerjaan dan ekonomi dan persahabatan dengan teman sebaya, menjadi orang tua muda juga dapat membuat remaja putri menjadi terisolasi dari keluarga dan teman-teman mereka ketika mereka harus tinggal bersama suami. Remaja yang telah sudah menjadi orang tua muda menjadi terbatas

(68)

56

kehidupan sosialnya tidak seperti saat mereka belum menjadi orang tua. Remaja yang sudah menjadi orang tua akan memasuki masa dewasa yang disebut dengan masa remaja yang diperpendek sehingga ciri dan tugas perkembangannya juga mengalami perubahan, sedangkan remaja yang tidak menjadi orang tua muda akan melalui kehidupannya sesuai dengan ciri dan tugas perkembangannya.

Fenomena remaja yang sudah menjadi orang tua muda sering terjadi dan mendapat perhatian yang cukup besar dikalangan para pemerhati anak dan remaja. Orang tua muda sendiri adalah pasangan ayah dan ibu ataupun salah satu pasangannya masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia dibawah 18 tahun yang sudah mempunyai anak. Orang tua sejatinya merupakan adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.

(69)

lebih baik.

3.1.2 Tugas dan Peran Orang Tua

Tugas dan peranan orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut : mengasuh, membesarkan dan mengarahkan menuju kepada kedewasaanserta menanamkan norma agama, nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat.

Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak,memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan kepribadian dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta keagamaannya.

Berdasarkan berbagai penelitian para ahli psikologi dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu diberikan orang tua terhadap anaknya. Sebagaimanadiungkapkan sebagai berikut :

1. Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik 2. Hargai Kemandiriannya

3. Diskusikan berbagai Masalah

4. Berikan rasa aman, kasih sayang dan perhatian 5. Beri contoh menjadi orang tua yang bahagia

Gambar

Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi Philip Kotler
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Data Informan Penelitian
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 sampai dengan 23 Mei 2013 bertempat di rumah pasien yang pernah berobat atau memeriksakan di Poliklinik penyakit

Nietzsche melihat manusia sebagai makhluk yang harus terus menerus bereksistensi, yaitu manusia yang memiliki cita-cita yang tinggi untuk menjadi “Manusia Super” ( Über- Mensch )

Algoritme tersebut dinilai cukup baik jika diterapkan dalam query expansion , karena hasil pencarian dari query asli yang dikombinasikan dengan query tambahan akan

Dari permasalahan tersebut, penulis membuat sistem informasi history yang menghasilkan laporan-laporan yang diperlukan, berupa laporan data UMKM, laporan perkembangan

Sistem informasi penggajian dan penilaian kinerja pada SMK Taman Siswa sangat penting untuk dikembangkan untuk memperbaiki sistem yang ada, dengan dibangunnya

[r]

Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan kerja, jadi torsi adalah suatu energi. Besaran torsi adalah besaran turunan yang biasa digunakan untuk menghitung

In this paper is focused on the manufacture of pneumatic systems and processes to obtained the rotation and voltage with aluminum for piston tube material, buoys made of