• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Mengenal Budaya Membatik Pada Anak Sejak Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Mengenal Budaya Membatik Pada Anak Sejak Dini"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAL BUDAYA MEMBATIK PADA ANAK SEJAK DINI

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2013-2014

Oleh :

Adhei Dhata Octa Jaya Maskuta 51909180

Program Studi DesainKomunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR SURAT HAK EKSLUSIF ... iii

BAB II : MENGENAL BUDAYA MEMBATIK PADA ANAK SEJAK DINI 4 II.1 Batik………... 4

II.1.1 Pengertian dan Sejarah Batik ... 4

II.1.2 Teknik Pembuatan Batik ... 6

II.1.3 Dalam Membuat Batik Diperlukan Alat-Alat, Diantaranya ... 6

II.1.4 Adapun Langkah-Langkah Dalam Membuat Batik ... 9

II.2.2 Buku ... 11

III.1 Strategi Perancangan ... 21

(3)

viii   

III.1.2 Strategi Kreatif ... 21

III.1.3 Strategi Media ... 22

III.1.3 Strategi Distribusi ... 23

III.2 Konsep Visual ... 24

III.2.1 Format Desain ... 24

III.2.2 Layout ... 24

III.2.3 Tipografi ... 25

III.2.4 Warna ... 25

BAB IV: Media Utama ... 29

IV.1 Media Utama ... 29

IV.2 Media pendukung ... 31

IV.3 Media Kreatif ... 34 DAFTAR PUSTAKA

(4)

Daftar Pustaka

Buku :

Asti, Musman & Arini B,Ambar. (2011). Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: ANDI.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. (1997). Batik Nan Cantik : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Hastuti. 2012. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Tugu Publisher.

Hamidin, Aep S. (2010). Batik : Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta :

PPustaka Narasi.  

Hawadi, Reni Akbar. 2004. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal sifat dan kemampuan anak. Jakarta: Grasindo.

Jackson, Paul. 1996. The Pop-Up Book. New York: Anness Publishing Limited.

Ranadhan, Iwet. (2013). Cerita Batik. Jakarta : Lentera Merah.

Setiawati, Puspita . (2004). Kupas Tuntas Teknik Proses Membatik. Jogja : Absolut Jogja.

Tinarbuko, Sumbo. (2009). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta : Jalasutra.

Yusuf,Zaenal . (2010). Batik. Jakarta : TIM SANGGAR BATIK BARCODE.

Internet :

Aurino.(2007). Sejarah batik Indonesia. Diakses pada 11 Januari 2010 dari

(5)

   

Bandung. 2013. Sekilas Tentang Pop up, Lift the Flaf dan Movable Book

http://dgi-indonesia.com/sekilas-tentang-pop-up-lift-the-flap-dan-movable-book/.

Diakses pada tanggal 28 Desember 2013 pukul 19:30 wib.

Skripsi / Tugas Akhir :

Adhitama, Yoppi. (2004). Cerita anak Pop up book tokoh pewayangan . Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Wijaya, Teguh. (2012). Perancangan Media Informasi Merak Ngibing Sebagai Ciri Khas Motif Batik Garut dan Tasikmalaya. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Kel. Cimahi Tengah Kota. Cimahi Mobile : 08561411996

E-mail : adhei_dojm@yahoo.com

Educational Background

1995-1997 : TK Kartika 1

1997-2003 : SD Muhammaddiyah 2, Denpasar 2003-2006 : SMPN 121, Jakarta Utara

2006-2009 : SMAN 2, Cimahi

2009-2014 : Universitas Komputer Indonesia

Course & Seminar

(7)

- Paskibra SMA :

- Basket - Futsal

PRESENT : - 1001 Senyum UNIKOM

- Road to Success of a Movie Movie maker 2011 UNIKOM

- Advertising Real Show 2013 UNPAD

Qualifications

1. Can operate several Operating System (Windows Server 2003, Windows XP, Windows Vista, Windows 7 Professional, Macintosh).

2. Computer Literate (MS Word, MS Excel, Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, Adobe Premiere, Adobe InDesain, Adobe Photoshop Lightroom, Adobe After Effect, Final Cut Pro, Cinema 4D)

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kekhadirat Allahu Rabbi, karena Rahmat

dan Hidayah –Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul :

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAL BUDAYA MEMBATIK

PADA ANAK SEJAK DINI

Akhirnya penyusun hanya dapat berharap karya tulis berbentuk laporan ini, dapat

bermanfaat bagi kemajuan penyusun maupun bagi para pembaca dan pihak yang

memerlukan pada umumnya

Penulis sadar bahwa dalam mengerjakan karya tulis ini masih saja ada

kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

membangun yang bertujuan dan bermanfaat bagi penulis. Semoga karya tulis ini bisa

di manfaatkan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Semoga Allah SWT mencurahkan balasan kepada semua pihak yang telah turut

membantu penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini.

Bandung, November 2013

(9)

1   

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batik Indonesia merupakan salah satu kebudayaan yang dikagumi oleh

masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Kebudayaan batik Indonesia

telah diangkat sebagai karya agung warisan budaya dunia (World Cultural Heritage) oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Sejalan dengan ditetapkannya tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Hari Batik Nasional oleh

UNESCO, Namun, pengakuan dari UNESCO ini tidaklah bersifat selamanya. Jika

batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia ini tidak mampu dirawat

dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sendiri, maka status pengakuan ini

akan berakhir. Maka dengan adanya pengakuan dunia ini, maka sudah layaklah

batik untuk dijaga, dibudayakan, dilestarikan dan dicintai oleh seluruh masyarakat

Indonesia.

Selain itu sejak adanya pengakuan UNESCO tahun 2009 lalu, sejak itu

kain batik semakin populer dan kian marak digunakan masyarakat dari segala

lapisan sebagai bahan pakaian resmi maupun busana sehari-hari. Adanya

pengakuan itu juga membuat industri batik yang ada di daerah-daerah mendadak

kembali bergairah sehingga banyak bermunculan industri batik baru . Hal ini

dibuktikan dengan meningkatnya jumlah penjualan Batik diberbagai daerah

dibandingkan sebelumnya dan peminat Batik mulai meluas dari orang tua hingga

kaum remaja .

Euforia Batik pun menjadi tampak sangat jelas di masyarakat Indonesia.

Semua sekolah mewajibkan siswa-siswinya memakai seragam Batik dihari

tertentu. Karyawan bank, pegawai negeri, hingga instansi-instansi swasta pun

memakai Batik. Peminat batik pun tidak lagi orang-orang tua, namun juga

pemuda pemudi kini mulai memakai batik. Hal ini merupakan alasan yang

menjadikan fenomena Batik di Indonesia. Sayangnya euforia yang berlebihan ini

tidak sejalan dengan minat masyarakat untuk mempelajari pembuatan batik.

Masyarakat tidak tahu bagaimana cara membuat batik itu sendiri sehingga minat

masyarakat untuk membuat batik tidak sefenomenal membeli atau memakai batik

(10)

Kecintaan terhadap kebudayaan Indonesia perlu ditanamkan sejak dini.

Mesti adanya sarana dan prasarana yang menunjang agar hal itu dapat terwujud

dengan baik. Pemerintah sendiri sudah mengadakan berbagai festival dan berbagai

macam promosi acara yang bertujuan untuk meningkatkan pamor batik di

kalangan masyarakat umum terutama kalangan anak-anak. Diharapkan setelah

mengenal Batik muncul ketertarikan akan dunia batik sehingga anak-anak tidak

hanya membeli maupun mengenakan batik, tetapi mengenal serta mengetahui

bagaimana tata cara membatik itu sendiri dan dapat menghargai kebudayaannya

sendiri.Karna jika bukan kita siapa lagi yang akan menjaga serta meneruskan

keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

teridentifikasi beberapa masalah yang muncul, yaitu:

1. Pengakuan dari UNESCO tahun 2009 lalu tidak bersifat selamanya,

sehingga diperlukan pelestarian dan kecintaan terhadap batik agar

keberadaannya tidak punah.

2. Perlunya pengetahuan sejak dini tentang mengenal kekayaan budaya

kepada anak-anak.

3. Tingkat ketertarikan pembelajar yang masih rendah membuat sulit untuk

kesenian/kebudayaan tersebut.

1.3 Fokus Permasalahan

Berdasarkan paparan indentifikasi masalah diatas dapat dirumuskan

permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut yaitu :

“ Bagaimana menciptakan media yang dapat mengenalkan budaya

membatik pada anak sejak dini”

1.4 Tujuan Perancangan

(11)

3   

1. Dapat mengangkat serta memperkenalkan Batik kepada anak-anak.

2. Memancing rasa tertarik mempelajari seni membatik.

3. Menjadi bahan referensi bagi kalangan pemerhati dan peminat batik.

4. Memberikan alternatif hiburan sekaligus pengetahuan.

(12)

Bab II Perancangan Media Informasi Mengenal Budaya Membatik Pada

Anak Sejak Dini

2.1 Batik

2.1.1 Pengertian dan Sejarah Batik

Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan

nitik”yang pada tekniknya menggunakan bahan malam yang diaplikasikan diatas

kain dengan menggunakan canting dan malam sebagai perintangnya kemudian

memberikan warna dengan cara dicelup (Hamidin,2010). Batik merupakan

kerajinan menggambar corak diatas selembar kain yang digunakan sebagai

pakaian dan telah menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja di Indonesia

zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan terbatas dalam lingkungan keraton saja

hasilnya dipakai oleh raja dan keluarga serta para pengikutnya. Dikarenakan

banya pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kerajinan batik dibawa

keluar kraton dan dikerjakan dirumah masing-masing .

Disebutkan oleh Yudoseputro (2000,hal 98) bahwa batik berarti gambar

yang ditulis pada kain dengan menggunakan malam sebagai media sekaligus

penutup kain. Selain itu, seorang ahli seni rupa mengemukakan bahwa seni batik

merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang tinggi nilainya. Karena itu

sudah selayaknya ditingkatkan dan dikembangkan (Widodo, 1983,hal 1).

Lama kelamaan kerajinan batik ditiru oleh rakyat dan meluas menjadi

pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang

tadinya hanya dipakai oleh keluarga kraton kemudian menjadi pakaian rakyat

yang digemari baik oleh wanita maupun pria.

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak

abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik

masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah

perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan

binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai

awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui

(13)

5   

seperti yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong

amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya

masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia

yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik

tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.

G.P. Rouffaer berpendapat ( Musman & Arini,2011) bahwa tehnik batik

ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad 6 atau

ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog

Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja,

Flores, Halmahera, dan Papua.

Hal tersebut tentu mengejutkan mengingat bahwa bahwa wilayah tersebut

bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme walaupun diketahui memiliki

tradisi kuno membuat batik. Sedangkan menurut catatan sejarah, batik di Jawa

mulai berkembang pada zaman kerajaan Majapahit.

Wang Dayuan, seorang pedagang dari dinasti Yuan yang pernah

melakukan perjalanan ke perairan Asia Tenggara pada awal abad ke-14, telah

menulis Daoyi Zhilue (yang dilengkapi pada 1349) bahwa orang-orang di Jawa

Timur telah mampu membuat kain dengan kualitas dan warna yang bagus.

Sayangnya naskah Wang Dayuan ini tidak menyebutkan secara detail pembuatan

kain ini.

Legenda lain tentang batik pun muncul, yakni tertulis dalam literatur

Melayu abad ke-17. Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang

diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140

lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena

tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun

sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa

empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,

serasah itu ditafsirkan sebagai batik.

KRT Hardjonagoro, ahli tentang batik menyatakan bahwa batik sebagai

(14)

dari kerajaan Mataram pada awal abad 17. Dalam perkembangannya lambat laun

kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi

pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.

Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi

pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

2.1.2 Teknik Pembuatan Batik

Dalam pembuatan sebuah batik terdapat beberapa cara antara lain:

1. Batik Tulis : Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang

terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik)

dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam

dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.

2. Batik Cap : Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari

tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang

dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi

panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.

2.1.3 Dalam membuat batik diperlukan alat-alat, diantaranya :

• Canting Tulis

Adalah alat untuk menuliskan cairan malam pada kain dalam

pembuatan corak, canting mampu melukiskan ragam hias yang paling

rumit sekalipun.Canting terbuat dari tembaga ringan, mudah dilenturkan,

tipis namun kuat, dipasangkan pada gagang buluh bambu yang ramping.

Gambar II.1Canting

(15)

7   

• Canting Cap

Alat ini digunakan untuk membuat batik dengan teknik cap, terbuat

dari plat tembaga. Pada permukaan bawah dibentuk motif-motif dan

diatasnya diberi pegangan.

• Kain

Biasanya bahan yang digunakan adalah bahan mori, kain ini dibuat

dari benang kapas, permukaannya halus dengan tetal (jumlah helai

benang) tenunan yang tinggi.

Ada beberpa jenis mori, yaitu mori yang terhalus adalah

primissima atau viollissima, lalu prima, lalu biru dan terakhir blacu tipis.

Namun saat ini wol dan sutera bisa dijadikan kain untuk membatik.

• Gawangan

Terdiri dari beberapa kayu ringan yang disusun sehingga berbentuk

penyangga, yang berfungsi sebagai penyangga untuk membentangkan kain

selama proses membatik.

GambarII.2 Gawangan

Sumber : http://www.wisata batik.com

• Wajan

Adalah wadah yang terbuat dari baja atau tanah liat, bertangkai

(16)

• Kompor

Digunakan untuk memanaskan atau mencairkan malam ketika

membatik.

• Bangku (Dingklik/jojodog)

Jojodog/dingklik dari kayu digunakan sebagai tempat duduk si

pembatik. Selain itu tikar juga sering digunakan untuk alas duduk.

Gambar II.3 Dingklik

Sumber :

http://bengcumenggugat.files.wordpress.com/2011/02/dingklik.jpg

2.1.4 Adapun langkah-langkah dalam membuat Batik diantaranya adalah :

Ngemplong

Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan,

diawali dengan mencuci kain mori. Tujuannya adalah untuk

menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran, yaitu

memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah

ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak

agar kain menjadi lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih

tinggi.

Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur.

Selanjutnya, dilakukan proses pengemplongan, yaitu kain mori dipalu

(17)

9   

Gambar II. 4 Ngemplong

Sumber : http://tjokrosuharto.com

Nyorek atau memola

Adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori

dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan

ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru

dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara

langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau

canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak

pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain

dibaliknya. Proses ini disebut ganggang.

Gambar II.5 Nyorak/Memola

Sumber : http://tjokrosuharto.com

Nembok

Adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena

(18)

Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah

merupakan tembok penahan.

Gambar II.6 Nembok

Sumber : Pribadi

Medel

Adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna

secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

Gambar II.7 medel

Sumber : http://tjokrosuharto.com

Nglorod

Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai

kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna

(malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin)

dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam

air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan

(19)

11   

cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa

orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh

karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.

Gambar II.8 Ngelorod

Sumber : http://tjokrosuharto.com

2.2 Buku

Menurut Aries (2008) yang dikutip Erlangga (2011, h.17), buku

merupakan helai kertas terjilid yang dapat berfungsi sebagai bacaan informasi

yang dapat dimengerti oleh pembacanya. Berdasarkan definisi tersebut, bacaan

informasi yang baik seharusnya memberikan informasi secara lengkap,

menyeluruh, dan bermakna. Buku merupakan sarana atau media informasi yang

mudah digunakan dan didapat, hal ini dikarnakan banyaknya tempat-tempat yang

menjual buku. Buku sebagai media informasi yang dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat akan pengetahuan dan segala sesuatu yang ada dan terjadi baik itu

berupa peristiwa,cerita dan apapun yang menghasilkan informasi. Buku memiliki

berbagai macam jenis, mulai dari buku yang berisi informasi berupa teks hingga

buku yang berisi berupa gambar maupun yang berisi teks dan gambar,yang

disesuaikan dengan kebutuhan penyampaian informasi mengenai buku tersebut.

2.3 Pop - up

Pop-up adalah sebuah kartu atau buku yang ketika dibuka bisa

menampilkan bentuk 3 dimensi atau timbul . Kalimat tersebut merupakan

penjelasan sederhana yang sering disampaikan pada beberapa orang yang masih

(20)

karya pop-up, tanpa mengetahui sebutannya. Penjelasan tersebut akhirnya

membuat kita berpatokan bahwa dalam membuat karya pop-up harus

menghasilkan bentuk timbul atau 3D. Sebagai perancang, tentunya perlu apabila

kita juga mengetahui bagaimana sejarah hadirnya pop-up.

Penggunaan buku seperti ini bermula dari abad ke-13, pada awalnya

pop-up digunakan untuk mengajarkan anatomi, matematika, membuat perkiraan

astronomi, menciptakan sandi rahasia dan meramalkan nasib. Selama

berabad-abad lamanya buku seperti ini hanya digunakan untuk membantu pekerjaan

ilmiah,hingga abad ke-18 teknik ini mulai diterapkan pada buku yang dirancang

sebagai hiburan terutama ditujukan untuk anak-anak. (Jackson, 1996, h.7)

Teknik pop-up ada bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah

V-foldin, Internal Stand, Rotary, Mouth, dan Paralel Slide. Beberapa buku pop-up

mengunakan salah satu jenis, yang lainnya menggunakan lebih dari satu jenis.

Pencipta dan pendesain buku seperti ini dikenal dengan sebutan paper

(21)

13   

Gambar II. 9 Teknik pop up

Sumber : Dgi-indonesia.com

2.3.1 Kelebihan Buku Pop-up

Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik.

Mulai dari tampilan gambar yang terlihat memiliki dimensi, gambar yang dapat

bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat

berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang

dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih

menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.

Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam

mulai dari pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu negara,

kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita imaginer seperti

(22)

Gambar II. 10 Pop Up

Sumber : http://dwiagni-story.blogspot.com

2.3.2 Kekurangan Buku Pop-up

Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga.

Kelebihan buku pop-up adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik yang

dapat membuat buku pop-up bergerak, muncul hingga secara lebih berdimensi;

waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian yang

ekstra sehingga membutuhkan waktu yang lama. Hal ini menyebabkan buku

pop-up menjadi lebih mahal dari pada buku cerita anak pada umumnya. Selain dari itu

penggunaan material buku yang lebih berkualitas juga membuat buku seperti ini

(23)

15   

2.3.3 Manfaat Buku Pop-up

Buku pop-up memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna, seperti

mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan dapat mengembangkan

kreatifitas anak, merangsang imaginasi anak, menambah pengetahuan hingga

memberikan penggambaran bentuk suatu benda (pengenalan benda).

Manfaat lain dari buku pop-up adalah media ini dapat digunakan sebagai

media untuk menanamkan kecintaan terhadap membaca. Dibandingkan dengan

buku cerita anak yang biasa, buku pop-up dapat lebih merangsang dalam

membaca cerita. Dalam menikmati buku pop-up, anak tidak hanya membaca

sebuah cerita, mereka dapat berinteraksi dengan cerita yang disampaikan dalam

buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu melalui sentuhan dan pengamatan

yang disajikan dalam buku pop-up. Buku pop-up dapat menumbuhkan rasa

penasaran anak terhadap kelanjutan suatu cerita sehingga membuat anak semakin

gemar untuk membaca.

2.4 PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI PADA ANAK

Pentingnya pendidikan pada anak sejak usia dini ini juga didukung

penelitian-penelitian yang menemukan bahwa sejak lahir seorang anak manusia

memiliki kurang lebih 100 (seratus) miliyar sel otak. Sel-sel otak yang ini saling

berhubungan dengan sel-sel syaraf. Sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan

berkembang dengan pesat tanpa adanya stimulasi dan didayagunakan dan masa

yang paling penting dalam perkembangan ini adalah pada usia dini.

Anak usia pra sekolah dan sekolah awal sangat suka menghabiskan waktu

dengan buku-buku bergambar. Cerita-cerita lucu sangat populer bagi anak usia

ini, seperti halnya buku cerita fantasi tentang pangeran dan putri raja, raksasa dan

ular naga. Bagi anak kecil yang suka ikut membaca, cocok diberikan buku yang

berkelepak, tabs, pop-ups, yang dengan bunyi-bunyian,yang bertekstur serta yang

berunsur tanya jawab.

Beberapa pakar mengatakan anak-anak menyukai berbagai macam cerita.

(24)

senang hati menikmatinya. Beberapa pakar menyatakan bahwa anak-anak

menyukai warna-warna yang cerah, tokoh karakter yang sederhana “ScottMcLoud

“ dan cerita yang seru.

Kebebasan dalam berkarya dan berimajinasi adalah salah satu kekuatan

dalam sebuah desain untuk anak-anak. Anak-anak tidak pernah takut salah, tidak

serba kaku dalam urusan bentuk dan warna, serta berani mencoba, inilah yang

disebut bahasa anak-anak dan sebuah desain untuk anak-anak seharusnya juga

bisa mengikuti gaya bahasa anak-anak.

2.5 Analisis Masalah

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan metode

kuantitatif untuk mengetahui responden berasal dari daerah Kelurahan

Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah. Responden rata-rata berusia 5-11

tahun. Jumlah pertanyaan dalam survey yang diajukan sebanyak empat

pertanyaan yang dianggap dapat memberikan gambaran mengenai informasi

Batik serta tata caranya yang diketahui atau tidak oleh responden

(25)

17   

Dari hasil kuantitatif data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa responden kota Cimahi khususnya daerah Kelurahan Setiamanah tidak

mengetahui tentang batik maupun tata cara membatik. Hal tersebut

dikarenakan informasi-informasi yang kurang memadai sehingga banyak

responden yang belum mengenal Batik.

2.6 Khalayak Sasaran

Segmentasi dari target yang dituju dalam perancangan media informasi ini terbagi

atas dua bagian antaralain target primer (dalam hal ini adalah anak) dan target

sekunder yang diduduki oleh orang tua. Pembagian target ini didasari pada siapa

sasaran utama dalam perancangan media ini, dan siapa sasaran sekunder yang

berpengaruh dalam proses pemilihan dan pembelian.

Target primer

• Faktor Demografis

Usia : 5-11 Tahun

Gender : Laki-Laki dan Perempuan

Ekonomi : Menengah ke atas

Pendidikan : TK dan SD

• Faktor Geografis

Kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia khusunya Kota

Cimahi

• Faktor Psikografis

- Anak-anak yang mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya

guna memenuhi rasa keingintahuan mereka.

- Anak-anak yang senang bermain, memiliki imajinasi dan

kreatifitas yang tinggi.

Target Sekunder

(26)

Usia : 25-31 Tahun

Gender : Laki-Laki dan Perempuan

Ekonomi : Menengah ke atas

• Faktor Geografis

Kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia khusunya Kota

Cimahi

• Faktor Psikografis

- Orang yang Menerapkan disiplin tinggi.

- Orang yang tergolong aktif dan termasuk kedalam orang-orang

(27)

  i 

(28)

Gambar

Gambar II.1Canting
Gambar II.3  Dingklik
Gambar II. 4 Ngemplong
Gambar II.6 Nembok
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pembuktian harus dihadiri pimpinan perusahaan atau yang menerima kuasa dari Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan, dengan membawa surat Kuasa dari Direktur utama/Pimpinan Perusahaan,

• DAFTAR CARA SEDERHANA & KONKRET UNTUK MELANCARKAN JALANNYA PEMBELAJARAN KEBIJAKAN • MENDUKUNG TUJUAN KOMUNITAS BELAJAR PROSEDUR.. • MEMBERI TAHU SISWA TUJUAN

Pejabat Pengadaan Kegiatan Pengelolaan Sumberdaya I kan pada Dinas Perikanan Tahun Anggaran 2015, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi dan Penawaran dalam Pengadaan

Pencurian barang-barang pada rumah dan curanmor (pencurian kendaraan bermotor) sering terjadi akhir-akhir ini terutama di kota-kota besar. Pencuri biasanya mengincar

Akuntabilitas adalah:skor yang diperoleh dari responden atas angket variabel akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban kepala sekolah sebagai manajer atas tugas dan

Salah satunya melalui kegiatan pelatihan kepemimpinan (Leadership) yang merupakan agenda dari Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam (PMII)

Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Terdapat hubungan yang positif antara variabel gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan

Hasil kerja, yaitu keberhasilan pegawai dalam pelaksanaan kerja (output) biasanya terukur, seberapa besar yang telah dihasilkan, berapa jumlahnya.. dan berapa besar