• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI KEPALA KELUARGA DALAM PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI KEPALA KELUARGA DALAM PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI KEPALA KELUARGA DALAM PERBAIKAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN

DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG

KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Niken Luluk Cahyani NIM 3201408065

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 27 Februari 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Moch. Arifien, M.Si Drs. Saptono Putro, M.Si NIP. 19550826 198303 1 003 NIP. 19620928 199003 1 002

Mengetahui Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Jum’at Tanggal : 8 Maret 2013

Penguji Utama

Dra. Erni Suharini, M.Si NIP.196111061988032002

Anggota I Anggota II

Drs. Moch. Arifien, M.Si Drs. Saptono Putro, M.Si NIP. 19550826 198303 1 003 NIP. 19620928 199003 1 002

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

(5)

v

1. Fabiayyiaalaa irobbikumaatukaddibaan…Nikmat Allah yang mana lagi yang akan kau dustakan (Q.S Arrahman).

2. Jangan pernah berkata aku tidak bisa, namun selalu berkata aku bisa dalam menghadapi segala macam cobaan di hidup ini (Niken Luluk Cahyani)

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi sedikitpun rasa syukur terhadap ALLAH SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Jagoan Kecilku, Muhammad Fathan Alfarezi sebagai penyemangatku. 2. Pemimpin Keluarga Kecilku, Masrochin yang selalu mendukungku.

(6)

vi

rahmat, dan ridha_Nya akhirnya penulis dapat menyelasaikan penyusunan Skripsi

dengan judul “Partisipasi Kepala Keluarga dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan

Permukiman Di Kelurahan Rowosari Kecanatan Tembalang Kota Semarang”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojdo., Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES, terimakasih atas ijin penelitian yang bapak berikan.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi atas segala bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa Geografi,

4. Drs. Moch. Arifien, M.Si., Pembimbing I atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Saptono Putro, M.Si., Pembimbing II atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

selama menempuh studi serta bantuan dan motivasinya.

9. Lurah dan seluruh keluarga besar Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang telah membantu dalam penelitian ini.

10.Keluarga besarku, atas segala limpahan doa dan kasih sayangnya

11.Keluarga besar Jurusan Geografi, Pend. Geografi 2008 Terima kasih untuk semua yang sangat indah.

12.Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 8 Maret 2013

(8)

viii

Sanitasi Lingkungan Permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Skripsi, Jurusan Geografi, FIS UNNES. Pembimbing I. Drs. Moch. Arifien, M.Si. Pembimbing II. Drs. Saptono Putro, M. Si. 125 halaman.

Kata Kunci : Partisipasi, Kepala Keluarga, Perbaikan, Sanitasi

Kelurahan Rowosari merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Kelurahan Rowosari adalah buruknya sanitasi di lingkungan permukiman mereka, salah satu masalah sanitasi yang dihadapi oleh masyarakat adalah susahnya memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan MCK sehari – hari, akhirnya banyak masyarakat yang menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhannya. Karena buruknya sanitasi yang ada akhirnya pihak kelurahan mengadakan program perbaikan sanitasi lingkungn permukiman, untuk memperbaiki sanitasi yang ada di Kelurahan Rowosari. Tujuan penelitian ini: (1) mengetahui tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari, (2) mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari.

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang tinggal di Kelurahan Rowosari yaitu 2666 KK. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari setiap jenjang, populasi memiliki kesempatan menjadi responden dengan jumlah sampel 96 KK. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dokumentasi dan wawancara sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah angket yang berisi mengenai tingkat partisipasi, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan angket tingkat kesadaran. Sedangkan tekhnik analisis data yang digunakan adalah deskriptif presentase dan analisis regresi ganda.

(9)

ix

(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

E. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Partisipasi... 33

(11)

xi

B. Populasi ... 40

C. Sampel dan Teknik Sampling ... 40

D. Variabel ... 44

E. Metode Pengumpulan Data ... 46

F. Validitas dan Reliabilitas ... 47

G. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 55

1. Lokasi Penelitian ... 55

2. Tata Guna Lahan ... 57

3. Kondisi Ekonomi ... 59

4. Kondisi Sosial ... 61

5. Sarana Pemerintah... 63

6. Gambar Pelaksanaan Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman di Kelurahan Rowosari ... 64

B. Hasil Penelitian ... 71

1. Partisipasi Kepala Keluarga dalam Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman ... 71

a. Sosialisasi dan Pembinaan ... 72

b. Pelaksanaan ... 74

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tingkat Partisipasi antar Kepala Keluarga ... 76

a. Tingkat Pendidikan ... 76

b. Tingkat Kesadaran ... 77

(12)

xii

(13)

xiii

2.1 Tipe Permukiman ... 30

3.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 42

3.2 Validitas Soal ... 48

3.3 Perhitungan Deskriptif Prosentase ... 52

4.1 Jumlah RT dan RW di Kelurahan Rowosari ... 57

4.2 Luas dan Penggunaan Lahan di Kelurahan Rowosari ... 59

4.3 Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Rowosari ... 60

4.4 Komposisi Penduduk Kelurahan Rowosari Berdasarkan Kelompok Umur . 61 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 62

4.6 Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Rowosari ... 63

4.7 Jumlah Sarana Kesehatan di Kelurahan Rowosari ... 64

4.8 Distribusi Variabel Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga ... 72

4.9 Distribusi Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga dalam Sosialisasi dan Pembinaan Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman ... 74

4.10 Distribusi Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga dalam Pelaksanaan Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan Permukiman ... 75

(14)

xiv

4.14 Pengetahuan Tentang MCK ... 80

4.15 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah ... 81

4.16 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga ... 82

4.17 Pengetahuan Tentang Pengelolaan Saluran Drainase ... 83

4.18 Uji Normalitas Variabel Tingkat Partisipasi Kepala Keluarga ... 84

4.19 Uji Normalitas Variabel Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga... 84

4.20 Uji Normalitas Variabel Tingkat Kesadaran Kepala Keluarga ... 85

4.21 Analisis Regresi Linier Berganda ... 86

4.22 Hasil Analisis Uji F ... 88

(15)

xv

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir ... 38

4.1 Peta Administrasi Kelurahan Rowosari ... 56

4.2 Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Rowosari ... 58

4.3 Sosialisasi Program Perbaikan Sanitasi Pada Forum PKK se-Kelurahan Rowosari ... 65

4.4 Warga RW VIII Mencuci Baju di Sungai ... 67

4.5 Pembuatan Sumur Artesis di RW I ... 67

4.6 MCK Umum di RW VIII ... 68

4.7 Tempat Sampah di RW VI ... 69

4.8 Saluran Pembuangan Limbah Rumah Tangga ... 70

4.9 Bak Kontrol Limbah di Rumah Warga RW VIII ... 70

4.10 Pembuatan Saluran Drinase Secara Gotong Royong ... 71

(16)

xvi

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 103

2. Instrument Penelitian ... 104

3. Lembar Angket Penelitian ... 105

4. Panduan Observasi ... 114

5. Skor Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 115

6. Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 116

7. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 117

8. Table Skor Angket penelitian ... 118

9. Tabel Skor Tingkat Pengetahuan ... 123

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi sanitasi di Indonesia saat ini masih banyak kekurangan sehingga diperlukan perbaikan. Upaya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini dengan memberdayakan masyarakat dalam bidang penyediaan air bersih dan sanitasi dasar. Proyek tersebut bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat di pedesaan, sebagai bagian dari program Lingkungan Sehat. Program Lingkungan Sehat ini juga terkait dengan komitmen global dalam mewujudkan Millenium Development Goals (MDGs) bidang lingkungan sehat. Target dari MDGs sendiri adalah mengurangi proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015.

(18)

jauh dari ideal yang diperlukan yaitu sebesar Rp 47.000,00 per orang setiap tahun (Winarsih 2008:1-2).

Sanitasi menjadi salah satu potret pemerintah dalam memberikan perhatian kepada warga miskin. Sanitasi yang terdiri dari sub sektor MCK, sampah rumah tangga (limbah padat dan limbah cair), drainase dan ketersediaan air bersih yang berkaitan langsung dengan derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat yang mampu secara ekonomi umumnya dapat mengakses sanitasi dengan baik, sehingga kondisi kesehatannya baik. Namun pada masyarakat miskin, umumnya kurang atau bahkan tidak mampu mengakses sanitasi. Akibatnya, derajat kesehatan yang buruk menjadi cerita sehari-hari masyarakat miskin. Sanitasi di Kota Semarang saat ini tampak bahwa perbaikan sanitasi juga sangat perlu dilakukan. Salah satunya di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang berada di bantaran Sungai Babon dengan luas wilayah 8,70 km² dan jumlah penduduk mencapai 11.294 jiwa (Data Monografi kelurahan Rowosari tahun 2012), dengan kepadatan penduduk mencapai 1.298 jiwa/ km². Tingginya kepadatan penduduk tidak sebanding dengan lahan yang tersedia untuk permukiman, yang mengakibatkan ketidakteraturan dalam penataan tempat tinggal dan penyediaan sarana dan prasarana permukiman.

(19)

akibat genangan air hujan, serta buruknya pengelolaan sektor sampah (limbah padat dan limbah cair). Kurangnya pengelolaan dan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang terbangun memperburuk kondisi yang sudah ada.

Problematika yang dihadapi kepala keluarga di Kelurahan Rowosari umumnya adalah masalah banyaknya timbunan sampah rumah tangga, masih ada masyarakat yang melakukan kebiasaan buang air besar di sungai dan menggunakan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga, karena tidak tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan yang layak, yang berpotensi sebagai penyebab penyebaran wabah penyakit. Dibuktikan dengan tingginya angka penderita penyakit diare, disentri dan infeksi penyakit usus lainnya sebesar 2.512 jiwa di Kecamatan Tembalang (Tim Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan ,2010) dan hampir 20% penderita adalah penduduk yang tinggal di bantaran Sungai Babon termasuk Kelurahan Rowosari, hal ini mengindikasikan buruknya sanitasi lingkungan yang ada.

Sanitasi lingkungan diartikan sebagai cara untuk menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara (Winarsih,2008:1). Sedangkan menurut Tim Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kota Semarang (2010), sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup penyediaan air bersih, MCK, pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan sampahan, dan drainase.

(20)

konsep pemberdayaan masyarakat, program ini melibatkan peran serta kepala keluarga dan perangkat desa lainnya yang dimulai dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Diharapkan dengan adanya partisipasi kepala keluarga dan perangkat desa tersebut timbul rasa memiliki terhadap hasil-hasil pembangunan sehingga keberlanjutan dari program dapat tercapai. Namun hal ini tak akan berhasil tanpa adanya partisipasi masyarakat itu sendiri.

Menurut Rohman Ainur (2009:49) tingkat partisipasi seseorang atau sekelompok dalam suatu program dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran jenis pekerjaan, agama, keadaan sosial budaya, penghasilan dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas kiranya menjadi dasar bagi penulis untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Partisipasi kepala keluarga dalam

perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(21)

2. Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang (faktor – faktornya meliputi tingkat pendidikan dan kesadaran kepala keluarga).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis, manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian antara lain:

1. Secara teoritis, a. Bagi Peneliti

(22)

b. Bagi Mahasiswa

Dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui bentuk partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

2. Secara praktis,

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi penduduk setempat dan pemerintah Kota Semarang dalam membuat kebijakan terkait dengan perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

E. Penegasan Istilah

Berkaitan dengan judul di atas, maka untuk menghindari agar permasalahan yang dimaksud tidak menyimpang dari tujuan semula dan agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran serta untuk memudahkan pembaca dalam memahami serta mendapatkan gambaran dari objek penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut :

1. Partisipasi

(23)

sosialisasi, tahap pelaksanaan, serta partisipasi dalam tahap evaluasi dalam mendukung perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

2. Kepala keluarga

Kepala keluarga adalah seseorang yang memimpin suatu keluarga (dalam hal ini yang bertanggungjawab), biasanya bapak, namun tidak menutup kemungkinan anggota keluarga lain menjadi kepala keluarga (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2010). Dalam penelitian ini yang dimaksud kepala keluarga adalah kepala keluarga yang bermukim di Kelurahan Rowosari.

3. Perbaikan

Perbaikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan, mengembangkan, memperluas atau menghentikan suatu kegiatan yang dilaksanakan agar mencapai sasaran yang sesuai dengan tujuan yang tetapkan (Nurdin,2010:3).

4. Sanitasi

(24)

5. Lingkungan

Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (UU Lingkungan Hidup No.23 tahun 1997). Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik atau lingkungan sekitar permukiman di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

6. Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan penghidupan (UU Perumahan dan Permukiman No.4 tahun 1992). Yang dimaksud permukiman dalam penelitian ini adalah lingkungan tempat tinggal yang mendukung perikehidupan dan penghidupan masyarakat di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

(25)

sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan mengambil tiga faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman yaitu:

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan adalah tinggi rendahnya pendidikan seseorang baik secara formal, nonformal maupun informal. tingkat pendidikan dalam penelitian ini akan lebih fokus pada pendidikan formal terahir kepala kelarga (KK), pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003), pada penelitian ini tingkat pendidikan diukur berdasarkan ijazah pendidikan formal terahir kepala keluarga di Kelurahan Rowosari.

b. Tingkat Kesadaran

(26)

c. Tingkat Pengetahuan

(27)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

Pengertian partisipasi menurut para ahli dapat didefinisikan sebagai berikut, menurut Mardikanto (2003:6) partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur terhadap program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil. Sedangkan menurut Sutarto dalam Nugraheni (2011 : 17) adalah turut sertanya seseorang baik secara langsung maupun emosional untuk memberikan sumbangan-sumbangan kepada proses pembuatan keputusan terutama mengenai persoalan-persoalan dimana ketrlibatan pribadi seorang yang bersangkutan melaksanakan akan tanggung jawab untuk melaksanakan hal tersebut. Alastratre White dalam Rohman Ainur (2009:45) menyatakan partisipasi sebagai keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam sosialisasi, pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan. Selanjutnya dikatakan Bryan dan White dalam Nugraheni (2011 : 17- 18) bahwa partisipasi dapat terbentuk :

(28)

b. Partisipasi harta dan uang

c. Partisipasi tenaga atau gotong-royong d. Partisipasi sosial

e. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

2. Tahap-Tahap Partisipasi

Tahap pertama partisipasi merupakan proses yang dilakukan pada penilaian masyarakat tentang pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat untuk menujuk kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama.

(29)

Berdasarkan tahap-tahap partisipasi diatas maka dapat dirumuskan pengertian partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi adalah keikutsertaan seorang dalam pembangunan secara sadar baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan pemanfaatan dalam menerima hasl-hasil pembangunan.

3. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi

Dusseldorp dalam Mardikanto (2003:23) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai berikut:

a. Partisipasi spontan, yaitu peran serta yang tumbuh karena motivasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri. b. Partisipasi terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi

oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar; meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi.

(30)

d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.

Berbicara masalah partisipasi, berarti akan selalu berkait dengan upaya-upaya keikut sertaan seluruh komponen masyarakat secara aktif dalam berbagai aktivitas yang telah direncanakan. Keikutsertaan secara aktif tersebut merupakan energi yang mendorong bergeraknya pembangunan atau kegiatan masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan atau untuk memecahkan suatu masalah.

(31)

masyarakat itu sendiri. Partisipasi tidak lain adalah hasil dari konsensus soaial warga masyarakat akan arah perubahan sosial yang mereka harapkan.

Dengan demikian partisipasi masyarakat tidak lain merupakan peningkatan mutu dari gotong royong tradisional yang berdasarkan spontanitas, kesuka-relaan, kepada suatu usaha perencanaan yang memerlukan perumusan tujuan, penentuan langkah-langkah dan cara kerja untuk mencapai tujuan.

4. Upaya Menumbuhkan Partisipasi.

Usaha menggerakkan partisipasi merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan sebuah program. Partisipasi dapat dibangkitkan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

a. Menggunakan prinsip pertukaran dasar, yaitu pendekatan timbal balik manfaat yang diterima langsung oleh masyarakat.

b. Memberikan bimbingan dan kepercayaan pada masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan dengan memperhatikan kondisi sosial sehingga motivasi masyarakat semakin kuat untuk berpartisipasi.

(32)

d. Rancangan program kegiatan harus sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat sehingga memudahkan masyarakat untuk melibatkan diri. e. Menyelaraskan program-program yang akan dilaksanakan dengan aspirasi

yang berkembang di masyarakat.

f. Melibatkan masyarakat dalam membuat suatu rencana dan keputusan (Kusnaedi dalam Fandayani, 2010 : 18).

B. Kepala Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Sedangkan menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Suparyanto, 2012 ).

(33)

(dalam hal ini yang bertanggungjawab), biasanya bapak, namun tidak menutup kemungkinan anggota keluarga lain menjadi kepala keluarga.

Menurut Friedman dalam Nadirawati (2011:3), terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran kepala keluarga sangat penting bagi setiap aspek kesehatan anggota keluarga. Menurut Bosworth dalam Nadirawati (2011:3), dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anggota keluarganya, atau lebih dikenal dukungan sosial.

Peran dari masyarakat dalam pelaksanaan perbaikan sanitasi sangat penting, dan dalam hal ini keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat diharapkan mampu untuk menyukseskan program tersebut. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan kepala keluarga yang dituntut mampu mengambil keputusan yang tepat untuk keluarganya, karena dukungan kepala keluarga dibutuhkan dalam partisipasi perbaikan sanitasi untuk mengurangi buruknya sanitasi yang ada di lingkungan permukiman Kelurahan Rowosari.

C. Sanitasi Lingkungan

1. Pengertian Sanitasi Lingkungan

(34)

(Notoadmojo dalam Mustar, 2012). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup air bersih, MCK sampah rumah tangga (limbah padat dan limbah cair), drainase.

Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.

2. Meningkatkan Sanitasi Lingkungan

Lingkungan yang sanitasinya buruk akan berdampak buruk pula bagi kesehatan. Berbagai jenis penyakit dapat muncul karena lingkungan yang bersanitasi buruk menjadi sumber berbagai jenis penyakit. Agar kita terhindar dari berbagai penyakit tersebut, maka lingkungan harus selalu terjaga sanitasinya, khususnya di permukiman dan lingkungan sekitarnya.

(35)

a. Penyediaan Air Bersih

Air dan sanitasi adalah hal utama di dalam proses pembangunan. Hal ini berkaitan dengan kesehatan, nutrisi, pendidikan, lingkungan, serta pengurangan kemiskinan. Ketidaktepatan dalam pengelolaan air dan akses terhadap air bersih dan sanitasi, mengakibatkan masalah kemiskinan tidak akan teratasi dan rakyat miskin semakin menderita.

1) Air Bersih dan Air Layak Minum

Mengkonsumsi air layak minum merupakan syarat mutlak bagi manusia agar dapat melanjutkan hidupnya. Air bersih dan air layak minum merupakan dua hal yang berbeda. Tidak semua air bersih layak untuk diminum. Tapi, air yang layak minum dipastikan merupakan air bersih. Air bersih secara fisik belum tentu sehat. Secara umum air dikatakan bersih jika air itu jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat dan organisme yang berbahaya. Namun syarat tersebut belum cukup menghindarkan kita dari penyakit karena air. Air bersih yang terutama akan digunakan sebagai air minum harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai berikut:

(36)

b) Syarat kimia, yaitu memiliki PH netral, kandungan mineral-mineralnya terbatas, dan tidak mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya misalnya CO2, H2S, NH4, dan sebagainya.

c) Syarat bakteriologis, yaitu tidak mengandung bakteri penyebab penyakit (patogen) yang melampaui batas yang di ijinkan.

2) Sumber-sumber Air

Sumber dan asal air banyak sekali, diantaranya: air hujan dan embun, air permukaan tanah, dan air tanah.

3) Pengolahan Air

Untuk mendapatkan air sehat, perlu dilakukan serangkaian proses pengolahan (water treatment). Perusahaan Air Minum (PAM /PDAM) mempunyai mekanisme sendiri untuk pengolahan air sehingga siap dimasak, yaitu lewat sedimentasi dan filtrasi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengolah air dengan cara mudah dan murah yaitu: merebus air, solar disinfection (Sodis), klorinasi, filter keramik.

4) Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

(37)

Tidak semua AMDK layak dikonsumsi, karena kesalahan dalam proses penyimpanan dan distribusi. Berikut ini cara-cara memilih AMDK yang aman.

a) Telitilah penampilan fisik air minum dalam kemasan, masih bagus atau tidak.

b) Pastikan tidak ada semacam lendir di dalamnya, sebab ini merupakan indikasi tercemar atau tidaknya sebuah produk air dalam kemasan.

c) Periksa tanggal kadaluarsanya.

d) Pilihlah produk yang mencantumkan label ingredient. Dari label tersebut kita akan mengetahui kandungan-kandungan dalam air kemasan tersebut.

b. MCK (Mandi Cuci Kakus)

MCK merupakan salah satu fasilitas kebersihan yang digunakan untuk keperluan mandi, cuci, dan buang air (Departemen Pekerjaan Umum, 2002), MCk terdiri dari :

1) Kamar Mandi

(38)

1,8 m. Bak mandi/bak penampung air untuk mandi dilengkapi gayung. Bilik harus diberi atap (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

2) Sarana Tempat Cuci

Luas lantai minimal 2,40 m² (1,20 m × 2,0 m) dan dibuat tidak licin dengan kemiringan lebih dari 1 %. Tempat menggilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m × 0,8 m (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

3) Kakus/Jamban

a) Pengertian Jamban

(39)

b) Syarat –Syarat Jamban

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (Depkes RI, 2004)

(1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih,

(2) Tidak berbau tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,

(3) Cukup luas dan landai/miring kearah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitarnya,

(4) Mudah dibersihkan dan aman penggunaanya, (5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, (6) Cukup penerangan,

(7) Lantai kedap air, (8) Ventilasi cukup baik,

(9) Tersedia air dan alat pembersih.

Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain (Chandra dalam Alfin, 2011:6) :

(40)

(2) Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.

(3) Faktor iklim : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari kakus.

(4) Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.

(5) Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur. (6) Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur

yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan (Chandra dalam Alfin 2011:7).

(41)

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

(1) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,

(2) Melindungi dari gangguan bau dan penggunaan sarana yang aman,

(3) Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,

(4) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan,

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut:

(1) Rumah jamban dalam keadaan baik,

(2) Tersedia alat pembersih,

(3) Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember,

(42)

c. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamarmandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Berdasarkan sifat fisiknya, limbah atau sampah dibedakan menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair.

1) Limbah padat atau limbah sampah

Limbah padat atau sampah padat pada umumnya merupakan limbah yang bentuknya padat sehingga lebih mudah untuk ditangani (dikumpulkan dan dibuang). Ada dua jenis pengelolaan sampah rumah tangga yaitu garbage dan rubbish. Garbage merupakan sisa pengolahan atau sisa makanan yang dapat membusuk. Rubbish merupakan sampah yang tidak dapat membusuk misalnya pecahan gelas, kaca, plastik, atau logam.

(a) Menangani Sampah

(43)

pengumpulan sampah, dan pembuangan sampah akhir (dikenal dengan 3P).

(b) Pembuatan Bak Sampah

Bak sampah merupakan tempat pembuangan sampah sementara yang harus ada setiap rumah. Bak sampah dapat dipakai untuk membuang kotoran seperti daun, plastik, kertas. Sampah dari kompleks perumahan biasanya diambil dengan gerobak sampah /truk sampah dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.

2) Limbah atau sampah cair

Limbah atau sampah cair biasanya disebut dengan air limbah. Berdasarkan sifat fisik, zat pengotor dalam limbah dibedakan menjadi tiga yaitu:

a) Pengotor padat seperti sisa makanan, lumpur dan sebagainya; b) Pengotor cair seperti limbah cucian dan limbah rumah tangga; c) Pengotor gas seperti limbah buangan kimia.

Berdasarkan sifat kimianya, jenis pengotor dibedakan menjadi dua, yaitu:

(44)

b) Pengotor dari bahan-bahan anorganik yaitu bahan-bahan yang tidak mudah terurai seperti bahan-bahan kimiawi baik sintetik maupun nonsintetik.

Cakupan penduduk Kelurahan Rowosari yang menggunakan sarana pembuangan limbah yang memenuhi syarat masih sangat rendah. Sebagian masyarakat masih membuang limbah disembarang tempat. Jika ada sarana pembuangan limbah, umumnya belum memenuhi syarat sanitasi. Berbagai cara telah dilakukan untuk meningkatkan jumlah penduduk yang mempunyai akses kepada sarana pembuangan limbah yang layak. Berikut ini beberapa sistem pengelolaan limbah sederhana yang dapat kita buat dirumah kita.

(1) Pengelolaan Air Limbah Kakus

(45)

(2) Pengelolaan Air Limbah Bekas Mandi dan Cuci

Sumber utama limbah rumah tangga di Kelurahan Rowosari adalah dari limbah permukiman penduduk. Saluran air limbah dari rumah sebaliknya dialirkan ke suatu tempat agar tidak menimbulkan pencemaran di lingkungan permukiman. Pencemaran lingkungan tersebut menimbulkan kerugian berupa pengotoran terhadap air bersih, timbulnya bau yang tidak sedap, dan keadaan lingkungan yang tidak nyaman (Direktorat Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam Tim Pokja Air Minum dan Penehatan Lingkungan 2010).

Saluran air limbah di Kelurahan Rowosari sering kali terhambat karena tersumbat oleh sampah. Air kotoran yang tergenang menimbulkan bau yang kurang sedap, bahkan airnya berwarna hitam. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan cara membuat saluran-saluran yang baik, atau kalo tidak harus dibuang ke tanah supaya dapat mengering.

d. Drainase

(46)

Sistem drainase permukiman dapat diartikan sebagai suatu rangkaian instalasi baik berupa instalasi air bersih maupun instalasi air kotor. Dalam instalasi saluran air bersih mencakup instalasi dari sumur ke ground tank, instalasi dari PAM ke ground tank. Ground Tank adalah bak penampungan air dari PAM/sumur yang akan didistribusikan ke dalam rumah.

Sedangkan untuk instalasi air kotor dibagi menjadi dua kategori, yaitu instalasi air kotor yang berakhir ke saluran pembuangan (selokan) disebut Grey Water dan instalasi air kotor yang berakhir di septic tank disebut Black Water. Grey Water dari dalam rumah dialirkan ke selokan di lingkungan rumah dan berakhir di system pembuang/drainase air limbah. Black Water dari rumah harus disalurkan ke septic tank untuk diendapkan dan diurai oleh bakteri.

(47)

3. Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan

Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Begitu pula dengan pelayanan kesehatan yang minim atau sulit dijangkau dapat membuat penduduk yang sakit tidak dapat diobati secara cepat dan dapat menularkan penyakit pada penduduk yang lain, perilaku hidup yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah makan, buang air besar atau air kecil dimana saja, mencuci atau mandi dengan air yang kotor merupakan perilaku yang dapat mengundang berjangkitnya berbagai jenis penyakit.

Upaya menciptakan sanitasi lingkungan yang baik,

1) Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat, 2) Membersihkan lingkungan rumah secara rutin, 3) Membersihkan kamar mandi dan toilet,

4) Menguras, menutup dan menimbun (3M),

5) Tidak membiarkan adanya air yang tergenang di lingkungan permukiman, 6) Membersihkan saluran pembuangan air,

7) Menggunakan air yang bersih.

(48)

bersih, MCK, pengolahan limbah rumah tangga, dan drainase di Kelurahan Rowosari, Tembalng Kota Semarang.

D. Lingkungan Permukiman

1. Pengertian lingkungan

Pengertian lingkungan menurut Undang-Undang R.I No. 23 tahun

1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup: “Kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.” Menurut Encyclopedia

America dalam Kasjono (2011:78) lingkungan adalah pengaruh yang ada di atas/disekeliling organisme seluruh kehidupan atau fungsi dibentuk dari reaksi antra organisme dan sekelilingnya.

2. Pengertian Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU

(49)

keadaanatau tempat dimana manusia dapat menetap/tinggal pada kedudukan yang tetap sehingga keluarga dapat berkembang secara harmonis dalam kondisi yang menguntungkan. Menurut Winslow dan APHA dalam Kasjono (2011: 71), permukiman sehat dapat diartikan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat bermukim, beristirahat, bersantai dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan.

3. Klasifikasi permukiman

Khusus mengenai permukiman manusia, ada sebuah teori yang

disebut teori “ekistics” yang membahas segala aspek-aspek yang bertalian dengan ilmu permukiman manusia. Kata eksitics berasal dari kata Yunani

purba “Oikos” yang berarti rumah. Teori ini telah memperkenalkan tipe permukiman sebagai berikut:

Table 2.1. Tipe Permukiman

No Tipe permukiman Bagian permukiman

Perkiraan penduduk

1.

Permukiman

sementara rumah dan lingkungan 3-100

2. Desa

perumahan dan

(50)

3. Kota madya kota dan lingkungannya 5000-200.000

4. Metropolis

metropolis dan

lingkungannya 200.000-10 juta

5. Megapolis

megapolis dan

lingkungannya 10 juta-500 juta Sumber: Penyehatan Permukiman (Kasjono, 2011: 72)

Berdasarkan sifatnya permukiman dapat di bedakan beberapa jenis yaitu:

a. Permukiman / perkampungan tradisonal b. Perkampunngan darurat

c. Perkampungan kumuh (slum area) d. Permukiman transmigrasi

e. Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus f. Permukiman baru (real estate).

Di Amerika oleh Committee on the hygiene of housing yang dibentuk oleh Amerika Public Health Associasion dalam usahanya untuk mengukur kualitas perumahan telah menetapkan bahwa setiap kondisi-kondisi berikut ini merupakan suatu kriteria kekurangan yang dasar, dan bila empat atau lebih dijumpai bersama maka perumahan tersebut maka sudah bias digolongkan

dalam kategori “extremeslum”, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumber air minum yang tercemar

(51)

c. Kamar mandi digunakan bersama oleh beberapa keluarga dan berada di luar rumah.

d. Rumah dihuni oleh lebih 15 orang e. Pintu darurat setidaknya ada dua f. tidak ada lampu

g. tidak ada jendela kamar

h. kerusakan bangunan yang serius.

Kenyataan di atas memberi petunjuk bahwa teori ekistiks hanya memperhatikan 5 unsur pokok, yaitu: (1) Alam, (2) Manusia, (3) Masyarakat, (4) Rumah, (5) Sarana. Berdasarkan pengertian-pengertian lingkungan dan pengertian permukiman seperti tersebut di atas maka dapat dirumuskan

pengertian “Lingkungan Permukiman” sebagai berikut: “Segala

keadaan/kondisi yang terdapat di sekitar permukiman yang secara totalitas membentuk kesatuan yang utuh yang saling mengkait dengan permukiman

tersebut, bahkan membentuk korelasi yang sangat erat satu sama lainnya.”

Adapun aspek-aspek lingkungan permukiman yang perlu mendapat perhatian antara lain:

(52)

2) Prasarana lingkungan: adalah jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah dan listrik.

E. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Partisipasi

Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi kepala keluarga diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak (Munib, Achmad,dkk,2006:32).

(53)

(khususnya yang datang dari sekolah) sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.

Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka. Pendidikan dengan sistem terbuka disini dimaksudkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu dan berkualitas (UU No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional).

Pendidikan ditempuh melalui jalur pendidikan, jenjang pendidikan dan jenis pendidikan. Jalur, jenjang dan jenis pendidikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi.

(54)

pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan pendidikan informal dilaksanakan oleh masing-masing keluarga dan lingkungan belajar secara mandiri.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan awal sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah memiliki fungsi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia sebagai pribadi masyarakat dan warga Negara yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME serta berkemampuan dan berketrampilan dasar sebagai bekal untuk pendidikan selanjutnya dan bekal hidup dalam masyarakat.

(55)

memerlukan pembekalan untuk pendidikan tinggi atau bekal hidup di masyarakat.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi. Pendidikan tinggi dilaksanakan dengan sistem terbuka, dan dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas. Pendidikan tinggi terus dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional serta kemampuan kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (UU No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional).

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal terahir kepala keluarga :

a. Tidak Sekolah b. SD/sederajat c. SMP/sederajat d. SMA/sederajat e. Perguruan Tinggi

(56)

Kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang (Pusat Pengembangan Bahasa, 2010) Menurut Cambridge International Dictionary of English (1995), kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan lain sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang (Halawa dalam Santoso 2010:11).

Kesadaran adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas (Halawa dalam Santoso 2010:11). Kesadaran dalam penelitian ini adalah kesadaran kepala keluarga dalam mewujudkan sanitasi lingkungan yang baik di Kelurahan Rowosari.

3. Pengetahuan kepala keluarga tentang sanitasi

(57)

Dibandingkan dengan tingkat kemampuan berpikir lainnya, tipe pengetahuan hafalan termasuk tingkat yang paling rendah. Karena itu, digunakan kata-kata operasional sebagai berikut: menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat kembali, menyebutkan definisi, memilih dan menyatakan (Daryanto, 2005:103). Dengan demikian, hakekat pengetahuan adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengenal atau mengetahui konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakan. Tingkat pengetahuan ini meminta responden untuk dapat mengenal atau mengetahui konsep, fakta, serta istilah berkaitan dengan sanitasi.

F. Kerangka Berpikir

Partisipasi dalam penelitian ini diartikan sebagai penilaian terhadap keikutsertaan kepala keluarga di Kelurahan Rowosari dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman dengan cara mengetahui tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman dan mengetahui faktor

(58)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Kepala Keluarga

Partisipasi Kepala Keluarga

Pelaksanaan Program Perbaikan Sanitasi

Hasil

Partisipasi Kepala Keluarga dalam Perbaikan Sanitasi Fakor- faktor yang mempengaruhi partisipasi

1. Tingkat pendidikan,

2. Tingkat pengetahuan

(59)

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2007:96). Berdasarkan uraian dalam kerangka berpikir di

atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “ Ada dua faktor (tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran) yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga terhadap perbaikan sanitasi lingkungan

(60)

44 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Kota Semarang, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2013.

B. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bermukim di Kelurahan Rowosari yang berjumlah 2.666 kepala keluarga (Data monografi Kelurahan Rowosari, dokumen RW dan RT Maret 2012).

C. Sampel dan Teknik Sampling

(61)

sejumlah kepala keluarga yang berada di Kelurahan Rowosari yang menjadi populasi dalam penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini Stratified Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari setiap jenjang, populasi memiliki kesempatan menjadi responden. Karena dalam penelitian ini populasinya bersifat heterogen, sehingga peneliti menggunakan sampel berstrata dengan stratanya adalah : (1) RW dan (2) RT dengan strata tertingginya adalah RW, dalam pengambilan sampelnya dengan cara random dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. Persen kelonggaran yang di gunakan adalah 10% (Manguny, 2010).

(62)

=

= 96, 38 dibulatkan menjadi 96.

Jumlah sampel yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah 96 kepala keluarga di Kelurahan Rowosari yang menjadi responden.

Tabel 3.1. Teknik Pengambilan Sampel

N o

Teknik Pengambilan Sampel

RW Populasi Sampel RT Popula

si Sampel

1. I 76

2,73≈ 3

1 47 1,8≈ 2

2 29 1,1≈ 1

3

2. II 440

15,84≈ 16

1 77 2,8≈ 3

2 70 2,4≈ 2

3 72 2,6≈ 3

4 74 2,7≈ 3

(63)

16

3. III 366

13,17≈ 13

1 77 2,7≈ 3

2 62 2,2≈ 2

3 65 2,3≈ 2

4 88 3,1≈ 3

5 74 2,6≈ 3

13

4. IV 336

12,09≈ 12

1 56 2

2 60 2,1≈2

3 79 2,8≈3

4 68 2,4≈2

5 73 2,6≈3

12

5. V 284

10,22≈ 10

1 51 1,7≈2

2 90 3,1≈3

3 77 2,7≈3

4 66 2,3≈2

(64)

6. VI 312

11,23≈ 11

1 84 2,9≈3

2 78 2,7≈3

3 78 2,7≈3

4 72 2,4≈2

11

7. VII 298

10,73≈ 11

1 41 1,4≈1

2 53 1,9≈2

3 52 1,9≈2

4 50 1,8≈2

5 57 2,1≈2

6 45 1,6≈2

11

8. VIII 291

10,47≈ 10

1 56 1,9≈2

2 48 1,4≈1

3 57 1,9≈2

4 79 2,7≈3

5 51 1,7≈2

(65)

9. IX 263

9,54≈ 10

1 41 1,4≈1

2 54 2,0≈2

3 43 1,6≈2

4 67 2,5≈3

5 58 2,2≈2

10

2666 96 2666 96

Sumber : Data Monogragi Kelurahan Rowosari, Tahun 2012

D. Variabel

Variabel penelitian adalah objek penelitian, apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 2010: 161). Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas, yaitu variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman di Kelurahan Rowosari. Yang terdiri dari:

(66)

2) SD/ sederajat 3) SMP/ sederajat 4) SMA/ sederajat 5) Perguruan Tinggi

b. Tingkat kesadaran kepala keluarga dalam mewujudkan sanitasi lingkungan yang baik.(X2)

c. Tingkat pengetahuan kepala keluarga tentang sanitasi 1) Pengetahuan tentang pengelolaan air bersih 2) Pengetahuan tentang pengelolaan MCK 3) Pengetahuan tentang pengelolaan sampah

4) Pengetahuan tentang pengelolaan air limbah rumah tangga 5) Pengetahuan tentang pengelolaan saluran drainase

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah berbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman (Y). Sub variabelnya meliputi : a. Mengikuti sosialisasi dan pembinaan program yang akan dikerjakan dalam

perbaikan sanitasi lingkungan permukiman

b. Melaksanakan program dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman, adapun program yang dilaksanakan antara lain:

(67)

2) Pembuatan MCK dan cara perawatannya

3) Mengelola sampah rumah tangga dan pembuatan tempat pembuangan sampah akhir

4) Mengelola limbah cair rumah tangga 5) Membuat saluran drainase

Dari kedua subvarabel tersebut penggolongan tingkat partisipasi kepala keluarga terbagi atas:

a. Sangat tinggi c. Rendah

b. Tinggi d. Sangat rendah

E. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Observasi adalah cara atau tekhnik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Tika, 2005:44). Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang:

a) Gambaran lokasi penelitian

(68)

2. Metode Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010 : 194). Tujuan penggunaan ini adalah untuk mengetahui program-program yang telah dilaksanankan dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman serta seberapa besar partisipasi kepala kelurga dalam pelaksanaan perbaikan sanitasi lingkungan permukiman. Instrumen yang digunakan angket tertutup. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran dan mengukur tingkat partisipasi kepala keluarga dalam perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

3. Dokumentasi

(69)

4. Metode Wawancara

Metode ini dilakukan untuk melengkapi metode angket, yaitu jika responden tidak dapat menjawab angket secara langsung kerena keterbatasan kemampuan dalam memahami angket, maka dalam keadaan seperti ini metode wawancara perlu digunakan pada pertanyaan yang terdapat dalam angket.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Data hasil uji coba instrumen angket dan observasi dihitung validitas dan reliabilitasnya. Dengan demikian akan diketahui bahwa angket tersebut sudah baik dan memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel.

1. Validitas

(70)

Keterangan:

= Koefisien korelasi antar variabel

xy = Jumlah skor item dikali jumlah skor total

= Jumlah skor item soal dikuadratkan

= Jumlah skor total dikuadratkan (Tika, 2005:80).

Pada α = 5% dengan N = 20 diperoleh rtabel = 0,444 tersebut terdapat 5 soal yang tidak valid yaitu soal no12, 18 , 29, 31, 37 dan soal yang valid berjumlah 39 soal. Pada soal yang valid no 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8, 9, 10, sudah mewakili dari sub variabel tentang sosialisasi program perbaikan sanitasi lingkungan permukiman, sedangkan soal no12 dan 18 tidak valid dan

(71)

soal yang valid no 11, 13, 14, 15,16, 17 termasuk soal yang valid dan telah mewakili sub variabel pelaksanaan program. Soal no 29, 31, 37 tidak valid dan soal yang valid no 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44 sudah mewakili variabel faktor – faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi antar kepala keluarga. Jadi, soal yang digunakan pada angket 1 dan 2 dalam penelitian adalah 39 soal karena sudah mewakili 2 variabel pada angket penelitian tersebut (Lihat lampiran 6).

2. Reliabilitas

(72)

Analisis perhitungan reliabilitas angket penelitian menghasilkan rhitung sebesar 0,911 sedangkan rtabel 0,444. Dari hasil tersebut rhitung lebih besar dari rtabel sehingga instrumen penelitian dapat dinyatakan reliabel (lihat Lampiran 7).

G. Analisis Data

Analisis data atau pengelolaan data merupakan satu langkah penting dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya, terdapat dua bentuk analisis data berdasarkan jenis data, apabila data terkumpul maka data dikualifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data kualitatif yang digunakan pada analisis non statistik dan kuantitatif pada analisis statistik (Arikunto, S. 2006: 145). Analisis data yang terdapat dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Metode Deskreptif Persentase

Analisis Deskriptif Persentatif digunakan untuk memberikan deskriptif atau pembahasan dalam penelitian ini. Deskriptif Persentase menggambarkan keadaan atau suatu fenomena yang ada dalam penelitian (Ali, 1989: 186).

(73)

Keterangan :

DP : Deskriptif Presentase atau presentase nilai yang diperoleh (%) n : Skor yang diperoleh

N : Skor maksimal atau skor ideal yang semestinya diperoleh responden (Ali, 1989:104).

Untuk menggunakan deskriptif persentase sebelumnya jawaban diskoring terlebih dahulu sebagai berikut :

Jawaban a diberi skor 4 Jawaban b diberi skor 3 Jawaban c diberi skor 2 Jawaban d diberi skor 1

Data dari hasil penelitian yang diperoleh, diolah dan dianalisis serta diperhitungkan dengan menggunakan deskriptif persentase (DP). Untuk menentukan kriteria penskorannya digunakan perhitungan sebagai berikut :

1) Persentase skor maksimal = (4: 4) x 100% = 100% 2) Persentase skor minimal = (1:4) x 100% = 25% 3) Rentang = 100% - 25% = 75%

4) Panjang kelas interval = 75% : 4 = 18,75%

(74)

Tabel 3.3 Perhitungan Deskriptif Prosentase

No Presentase Kriteria

1 81.26%-100% Sangat Tinggi

2 62.51%- 81.25% Tinggi

3 43,76% - 62.50% Rendah

4 25% - 43.75% Sangat Rendah

Sumber : Arikunto, 2006 :293

Hasil yang diperhitungkan tersebut, kemudian menentukan kriteria. Sedangkan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat, yaitu Sangat tinggi, tinggi , rendah , dan sangat rendah.

2. Uji Normalitas Data

Untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan uji normalitas. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

3. Analisis Regresi

(75)

Analisis regresi ganda diperlukan dalam melakukan analisis tingkat pendidikan kepala keluarga (X1) dan tingkat kesadaran kepala keluarga (X2) terhadap perbedaan tingkat partisipasi kepala keluarga (Y) analisis ini bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Y=a+ +

Dimana :

Y : Variabel tingkat psrtisipasi : Variabel tingkat pendidikan : Variabel tingkat kesadaran

a : konstanta/tetapan yaitu nilai mutlak Y apabila = 0 koefisien regresi (Muhidin, 2007:199).

4. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji T)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial (uji t). Hasil analisis uji hipotesis antara variabel bebas X1dan X2 terhadap Y.

b. Uji Hipotesis Secara Simultan

(76)

c. Koefisien Determinasi

(77)

61 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Kelurahan Rowosari merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Letak astronomisnya 07003’01” – 07005’08” LS dan 110027’31” – 110030’03” BT (Peta hasil penelitian tahun 2013). Berdasarkan letak administrasinya Kelurahan Rowosari memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Demak dan Kelurahan Sendangmulyo Kota Semarang

b. Sebelah Timur : Kabupaten Demak c. Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

d. Sebelah Barat : Kelurahan Meteseh Kota Semarang (Sumber Peta Administratif Kelurahan Rowosari tahun 2013).

(78)

62

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kelurahan Rowosari

(79)

Sebagian besar Kelurahan Rowosari dilewati oleh Sungai Babon. Kelurahan Rowosari terletak pada ketinggian 47 mdpl, mempunyai curah hujan sebanyak 2055 mm / tahun, topografinya berupa dataran rendah – berbukit, suhu udara rata-ratanya 25 – 35 0C. Kelurahan Rowosari memiliki 9 RW dan 41 RT.

Tabel 4.1. Jumlah RW dan RT di Kelurahan Rowosari

o No RW Dukuh Jumlah RT

1 I Sambung 2

2 II Rowosari Krajan 5

3 III Rowosari Krasak 5

4 IV Rowosari Tengah 5

5 V Tampirejo 4

6 VI Muntuksari 4

7 VII Pengkol 6

8 VIII Kedungsari 5

9 IX Kebuntaman 5

Jumlah 41

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rowosari 2012.

2. Tata Guna Lahan

(80)
(81)

Gambar 4.2. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Rowosari

(82)

66

Penggunaan lahan di Kelurahan Rowosari pada peta kebanyakan digunakan untuk tegalan/ladang yang mencapai 2,41 km² (28,31%) dan paling sedikit yang digunakan untuk tanah kosong yaitu 0,40 km² (5 %). Luas penggunaan lahan menurut jenisnya dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini.

Tabel 4.2. Luas dan Penggunaan Lahan Kelurahan Rowosari

No. Jenis Luas Lahan

1. Sawah irigasi setengah teknis -

2. Sawah tadah hujan 2,25 24,86

3. Sawah sederhana -

Persawahan/Tanah Sawah = 2,25 Km2

Jumlah =8,7 Km2 100

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rowosari tahun 2012 3. Kondisi Ekonomi

(83)

perdagangan, pengangkutan, PNS/ABRI, pensiunan, dan jasa-jasa. Jumlah keseluruhan penduduk berdasarkan mata pencahariannyan penduduk dapat dilihat pada tabel 4.3:

Tabel 4.3. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Rowosari

No Jenis Matapencaharian Frekuensi Prosentase (%)

1 Petani 588 8.43

2 Buruh Tani 801 11.49

3 Pengusaha 17 0.24

4 Buruh Industri 2189 31.40

5 Buruh Bangunan 1428 20.48

6 Pedagang 664 9.52

7 Pengangkutan 95 1.36

8 PNS / ABRI 33 0.47

9 Pensiunan 49 0.73

10 Jasa / Lainnya 1107 15.88

Jumlah 6971 100

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rowosari 2012.

(84)

588 (8, 43%), pengangkutan sebanyak 95 (1,36%), pensiunan sebanyak 49 (0,73%), PNS/ABRI 33 (0, 47%), dan pengusaha sebanyak 17 (0,24%).

4. Kondisi Sosial

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Penduduk di Kelurahan Rowosari dapat dibagi berdasarkan kelompok umur. Dengan pembagian kelompok umur maka dapat diketahui jumlah penduduk produktif dan non produktif. Tabel dibawah ini menyajikan rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin.

Tabel 4.4 . Komposisi Penduduk Kelurahan Rowosari Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur

Jenis Kelamin

Jumlah Prosentase (%)

Laki-laki Perempuan

1 0 – 4 317 321 638 5,65

2 5 – 9 472 483 955 8, 46

3 10 – 14 551 559 1110 9,83

4 15 – 19 564 571 1135 10,05

5 20 – 24 575 581 1156 10,24

6 25 – 29 564 575 1139 10,09

(85)

8 35 – 39 428 431 859 7,6

9 40 – 44 416 423 839 7, 43

10 45 – 49 381 393 774 6,85

11 50 – 54 355 385 740 6,55

12 55 – 59 280 285 565 5,00

13 60 – 64 91 107 198 1,75

14 64 + 49 64 113 1,00

Jumlah 5575 5719 11294 100

Sumber : Data Monografi Kelurahan Rowosari 2012.

Berdasarkan data dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Rowosari terbanyak berada pada kisaran umur 20 - 24 tahun yaitu sebesar 1156 jiwa. Sedangkan yang paling sedikit adalah penduduk pada kisaran usia lebih dari 64 tahun yaitu sebesar 113 jiwa.

Banyaknya penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kelurahan Rowosari adalah sebesar 8.478 jiwa, sedangkan untuk usia non produktif sebesar 2.816 jiwa. Sehingga angka ketergantungan penduduk di Kelurahan Rowosari adalah sebesar 33. Jadi setiap penduduk usia produktif harus menanggung 33 penduduk usia tidak produktif.

b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Gambar

Table 2.1. Tipe Permukiman
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Teknik Pengambilan Sampel
Tabel 3. 2. Validitas Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait