• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interpretation Planning on Birdwatching Program in the Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, West Java

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interpretation Planning on Birdwatching Program in the Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, West Java"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PE

RENCANAAN INTERPRETASI WISATA “

BIRDWATCHING

DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA

BOGOR, JAWA BARAT

GYTHA NAFISAH SUKARA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Gytha Nafisah Sukara

(4)
(5)

RINGKASAN

GYTHA NAFISAH SUKARA. Perencanaan Interpretasi Wisata “Birdwatching”

di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh E.K.S HARINI MUNTASIB and YENI ARYATI MULYANI.

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) merupakan salah satu tujuan wisata favorit di kota Bogor. Sebagian besar minat pengunjung yang datang ke PKT KRB yaitu menikmati pemandangan dan keindahan lingkungan, sedangkan minat terhadap fauna masih sangat kecil (Ibrahim 2006). Padahal, PKT KRB merupakan habitat yang baik bagi burung, selain itu merupakan tempat persinggahan burung-burung migran (Sukmantoro 2007). Hal ini didukung oleh sejumlah penelitian yang telah mengungkapkan potensi keanekaragaman jenis burung di PKT KRB sejak 1932 hingga 2013 yang berkisar antara 43 dan 62 jenis burung (Diamond et. al. 1987; Van Balen 1999; Levelink

et. al. 1997; Tirtaningtyas 2004).

Salah satu upaya untuk meningkatkan minat pengunjung terhadap fauna khususnya burung di PKT KRB adalah dengan menggunakan teknik interpretasi sebagai jembatan penghubung antara pengunjung dengan keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB. Untuk menghasilkan suatu program interpretasi yang baik, harus dilakukan perencanaan terlebih dahulu melalui tahapan yang dinamis dan sistematis yang meliputi inventarisasi data, analisis data, sintesis data dan perencanaan interpretasi (Sharpe 1982).

Penelitian perencanaan interpretasi wisata birdwa tching di PKT KRB ini berlangsung selama dua bulan yaitu pada bulan Mei 2013 dan Juni 2013. Penelitian dilakukan pada 12 lingkungan di PKT KRB yang terbagi berdasarkan kelompok tumbuhan. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Binokuler, Global Positioning System (GPS), kamera DSLR Nikon D7000, Lensa Sigma 150-500 mm, tripod, buku identifikasi burung, kuesioner untuk pengunjung, panduan wawancara, peta tutupan lahan PKT KRB, dan penunjuk waktu. Dalam pelaksanaanya, pengambilan data di setiap lingkungan dilakukan selama tiga hari dengan waktu pengamatan pagi hari (antara pukul 06.00-08.00), siang hari (antara pukul 11.00-13.00 WIB) dan sore hari (antara pukul 15.00-17.00 WIB). Data pengamatan burung di lapangan diperoleh dengan menggunakan metode Daftar Jenis MacKinnon (MacKinnon et. al. 2010) yang berisi 5 jenis burung dalam satu daftar dengan total jumlah daftar pada setiap lingkungan adalah 36 daftar.

Selain mengidentifikasi potensi keanekaragaman jenis dan sebaran burung di PKT KRB melalui interpretasi birdwatching, penelitian ini juga berupaya untuk mengetahui respon pengunjung, pakar burung, dan pengelola terhadap potensi wisata birdwatching di PKT KRB melalui wawancara. Aktifitas wawancara dilakukan dengan menghimpun 100 responden yang terdiri dari pelajar SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan pengunjung umum. Selain itu, wawancara dilakukan pula dengan 15 responden dari Kelompok Pecinta Burung (KPB), 2 responden dari pakar burung, dan 2 responden dari pihak pengelola.

(6)
(7)

penelitian sebelumnya, maka ditentukan 25 jenis burung yang potensial untuk dikembangkan sebagai objek daya tarik untuk wisata birdwatching di PKT KRB.

Untuk memudahkan dalam melihat jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata birdwatching di PKT KRB, maka dirancang 3 jalur interpretasi yang ditentukan berdasarkan lingkungan-lingkungan yang memiliki frekuensi pertemuan tertinggi dari masing-masing jenis burung. Jalur pertama adalah “jalur pengamatan burung air”, pada jalur ini dapat ditemukan burung kowak-malam kelabu yang dapat dijadikan sebagai atraksi utama. Jalur ke-2 adalah “jalur pengamatan burung langka”, sebagian dari beberapa jenis burung yang dilindungi seperti raja-udang meninting, cekakak sungai, burung-madu kelapa, dan betet biasa memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada jalur ini. Jalur

ke-3 adalah “jalur pengamatan burung endemik”, beberapa jenis burung endemik

seperti punai penganten, cabai jawa dan cinenen jawa memiliki frekuensi pertemuan tertinggi pada jalur ini.

Tema besar yang ditentukan untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB adalah “Mengintip Keanekaragaman Jenis Burung di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor”, sedangkan sub-tema yang ditentukan

berdasarkan 3 jalur yang telah direncanakan yaitu, “mengenal burung-burung air”,

“mengenal burung-burung yang dilindungi”, dan “mengenal burung-burung

endemik”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung PKT KRB, sebagian besar pengunjung (88%) menyatakan tertarik untuk mengikuti kegiatan wisata

birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB. Sasaran interpretasi yang dipilih untuk wisata birdwatching di PKT KRB adalah kelompok pelajar SD dan pengunjung umum. Kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilakukan pada bulan Mei dan Juni mulai dari pagi hari hingga sore hari (06.00-07.00 WIB) pada jalur utama yaitu jalur burung langka, kombinasi jalur burung air dan burung langka, serta kombinasi jalur burung air, burung langka dan burung endemik.

Fasilitas dan media pendukung yang dapat dikembangkan untuk mendukung program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB antara lain adalah jasa interpreter yang mampu berkomunikasi dengan pengunjung dan memiliki wawasan luas mengenai keanekaragaman jenis burung di PKT KRB, tempat penyewaan binokuler, booklet yang berisi informasi keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB dan peta-peta jalur interpretasi, diorama burung, dan papan interpretasi.

(8)
(9)

SUMMARY

GYTHA NAFISAH SUKARA. Interpretation Planning on Birdwatching Program in the Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden, West Java. Supervised by E.K.S HARINI MUNTASIB and YENI ARYATI MULYANI.

Center for Plant Conservation Bogor Botanic Garden of the Indonesian Institute of Sciences (PKT KRB – LIPI) is a favourite destination in Bogor. Most of visitors come to enjoy its beautiful scenery and landscape, but only few of them interest in animals (Ibrahim 2006). In fact, PKT KRB is also a place to stay for some birds, including migrating birds stopover (Sukmantoro 2007). Prior researches has discovered 43 – 62 kinds of bird in PKT KRB since 1932 up to 2013 (Diamond et. al. 1987; Van Balen 1999; Levelink et. al. 1997; Tirtaningtyas 2004).

In order to increase visitor interests of birds in PKT KRB a proper interpretation program shall be made to conect a bridge between people and birds that live in PKT KRB. A good interpretation program came from a well-defined plan which made through dynamic and systematic data inventarization, analysis, synthesis and interpretation plan (Sharpe 1982).

The research of interpretation planning for birdwatching in PKT KRB was conducted from May 2013 and June 2013. It was carried in 12 areas in PKT KRB based on plant categories. It also equipped with Binoculars, Global Positioning System (GPS), DSLR camera (Nikon D7000), Sigma 150-500 mm lense, tripod, birds identification books, sets of questionaire, interview guidance, PKT KRB’s field map, and a timer. During the activities, data was collected in three times— morning (around 06.00-08.00), noon (around 11.00-13.00), and afternoon (around 15.00-17.00) in each area for three days. Birdwatching data were collected using Mac Kinnon list (MacKinnon et. al. 2010) which consisted of 5 kinds of bird in a list and ended up to 36 list altogether.

Despite of birds identification and distribution in PKT KRB through birdwatching activity, the research also conducted to find out visitor, bird experts, and management responses about PKT KRB birdwatching program through interviews. Interview activities were held to 100 respondents from elementary, junior high, and senior high school students, college students, and other visitors. Interview also held to 15 respondets from bird lovers, 2 respondents from bird experts, and 2 respondents from PKT KRB’s management.

The research was able to identify 48 kinds of bird which belong to 23 birds family. However, based on interviews, conservation status, endemicities, and bird existances over the years, the numbers of potential bird to be the object of birdwatching program in PKT KRB had been narrowed down to only 25 kinds of bird.

In order to increase visitor interest on birdwatching in PKT KRB, the research has come up with 3 different interpretation tracks which suited to areas where most of birds acquitance are high. On the first track, “Water Birds Track”, visitor could see black-crowned night-heron as its main object. Secondly, on the “Rare Birds Track” some rare birds, such as blue-eared kingfisher, collared kingfisher, plain-throated sunbird, and red-breasted parakeet are easily to find in a

(10)
(11)

birds, such as grey-cheeked green-pigeon, scarlet-headed flowerpecker dan olive-backed tailor bird are in a high rate of acquintance.

The main topic of this research is “Touting birds diversity in PKT KRB”. It could be narrowed down into three sub-topic which are suited to 3 different tracks: “water birds track”, “rare birds track”, and “endemic birds track”.

Based on interview, 88% PKT KRB visitors respoded that they are interested in birdwatching program. Therefore, the program could be tailored for Elementry school students and common visitors. Birdwatching program can be provide only on May and June from morning until afternoon (06.00-17.00 WIB) at major track (rare birds track), combination of water birds track and rare birds track, and also combination of water birds track, rare birds track, and endemic birds track.

Facilities and media that can be provide to promote the birdwatching programs are interpreters that can communicate with visitors and have a lots of knowledge about birds diversity at PKT KRB, binoculars rental, booklets about birdwatching program in PKT KRB, interpretation map and tracks, birds diorama, and interpretation boards about birds.

(12)
(13)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(14)
(15)

PERENCANAAN INTERPRETASI WISATA

BIRDWATCHING

DI PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA

BOGOR, JAWA BARAT

GYTHA NAFISAH SUKARA

Tesis

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Pada

Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)
(17)
(18)
(19)

Judul Tesis : Perencanaan Interpretasi Wisata “Birdwatching” di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat

Nama : Gytha Nafisah Sukara

NIM : E352090091

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Ketua

Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan

Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc

Tanggal Ujian: 23 Desember 2013

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Agr

(20)
(21)

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis bisa membuat dan menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Tema terpilih dalam penelitian adalah pengembangan wisata

birdwatching dengan judul Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Adapun penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan sejak awal bulan Mei sampai dengan akhir bulan Juni 2013. Penulisan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc sebagai komisi pembimbing yang telah memberi pengarahan, saran, kritik, motivasi dan semangat selama penelitian dan penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc sebagai penguji luar komisi dan Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc atas segala saran dalam perbaikan tesis ini.

Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua penulis Prof. Dr. Endang Sukara dan Dra. Ratu Ratna Isnaniah serta kepada Ayah dan Ibu mertua Dr. Ir. Tri Pranadji, MS dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS atas doa, nasihat dan motivasi yang telah diberikan. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami dan anak tercinta Anas Farizi, STP dan Nashita Alisha Farizi atas doa, kasih sayang dan dukungannya selama penulis menyelesaikan masa studi.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman pascasarjana Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan IPB atas kebersamaan dan semangat yang telah diberikan dan juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(22)
(23)

DAFTAR ISI

2.3.4 Syarat Perencanaan Interpretasi Alam 14

2.3.5 Jalur Interpretasi 15

3 METODE 15

3.1 Waktu dan Tempat 15

3.2 Alat 15

3.3 Metode Penelitian dan Pengambilan Data 16

3.3.1 Jenis Data 16

3.3.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian 16

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

4.1 Potensi Jenis Burung untuk Wisata Birdwatching di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 20

4.1.1 Kekayaan Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya Bogor 20

4.1.2 Frekuensi dan Sebaran Spasial Jenis Burung di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 27

4.1.3 Sebaran Temporal Jenis Burung di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor 30

4.1.4 Jenis-Jenis Burung yang Menjadi Potensi Wisata Birdwatching

di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 31

4.2 Keinginan dan Harapan Pengunjung 37

4.2.1 Tujuan dan Motivasi datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Bogor 37

4.2.2 Persepsi Pengunjung terhadap Keanekaragaman Jenis Burung

di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 38

4.2.3 Keinginan dan Harapan Pengunjung terhadap Pengembangan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor 39

(24)

4.3.1 Keinginan dan Harapan Pakar Burung 44

4.3.2 Keinginan dan Harapan Pengelola 44

4.4 Perencanaan Jalur Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor 45

4.4.1 Jalur Pengamatan Burung Air 47

4.4.2 Jalur pengamatan Burung Langka 51

4.4.3 Jalur Pengamatan Burung Endemik 52

4.5 Perencanaan Interpretasi Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor 53

4.5.1 Objek dan Tema Interpretasi 53

4.5.2 Misi dan Tujuan Interpretasi 61

4.5.3 Sasaran Interpretasi 61

4.5.4 Waktu dan Lokasi Interpretasi Wisata Birdwatching 62

4.5.5 Fasilitas dan Media Interpretasi 64

4.5.6 Teknik dan Rencana Kegiatan Interpretasi Wisata

Birdwatching 65

4.5.7 Contoh Program Interpretasi 67

5 KESIMPULAN DAN SARAN 6868

Kesimpulan 68

5.1

5.2 Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 70

(25)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian 16

Tabel 4.1 Jenis-jenis burung yang ditemukan pada ke-12 lingkungan di

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 21

Tabel 4.2 Perbandingan jumlah jenis burung yang ditemukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dari hasil

penelitian sebelumnya 24

Tabel 4.3 Sebaran dan frekuensi perjumpaan burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya Bogor 28

Tabel 4.4 Status konservasi dan endemisitas burung yang yang terdapat

di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 31

Tabel 4.5 Persentase tujuan datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor pada masing-masing kelompok

pengunjung 37

Tabel 4.6 Persentase pengetahuan pengunjung terhadap

keanekaragaman jenis burung di Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Bogor 38

Tabel 4.7 Persentase pengunjung yang melihat adanya burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dan

ketertarikannya 38

Tabel 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung terhadap burung 39 Tabel 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai burung di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 40

Tabel 4.10 Cara-cara yang diinginkan pengunjung dalam mengikuti kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Bogor 41

Tabel 4.11 Fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk wisata

birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Bogor 41

Tabel 4.12 Lama waktu berkunjung ke Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Bogor 42

Tabel 4.13 Keinginan terhadap lamanya kegiatan wisata birdwatching di

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 43

Tabel 4.14 Lokasi pertemuan setiap jenis burung yang potensial sebagai

objek wisata dengan frekuensi pertemuan tertinggi 46

Tabel 4.15 Jenis-jenis burung yang potensial sebagai objek wisata

birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Bogor 54

Tabel 4.16 Kategori jenis-jenis burung yang dijadikan objek wisata

birdwatching di PKT KRB dan lokasi pertemuannya 60 Tabel 4.17 Susunan waktu kegiatan interpretasi pada jalur pengamatan

(26)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan alir proses perencanaan interpretasi wisata

birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Bogor 4

Gambar 2.1 Area koleksi tumbuhan di Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Bogor (Sumber PKT KRB) 6

Gambar 2.2 Proses perencanaan interpretasi (Sharpe 1982) 11

Gambar 4.1 Kekayaan jenis burung pada 12 lingkungan yang ada di

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 23

Gambar 4.2 Grafik sebaran temporal burung pada 12 lingkungan yang

ada di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 30 Gambar 4.3 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk

wisata birdwatching pada lingkungan 1, 2, dan 3 di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 33

Gambar 4.4 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 4, 5, dan 6 di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 34

Gambar 4.5 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 7, 8, dan 11 di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 35

Gambar 4.6 Peta sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching pada lingkungan 9, 10, dan 12 di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 36

Gambar 4.7 Rata-rata persentase tujuan datang ke Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor bagi kelompok pelajar dan

umum 37

Gambar 4.8 Persepsi mengenai kesukaan pengunjung terhadap burung 39 Gambar 4.9 Informasi yang ingin didapatkan mengenai burung di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor 40

Gambar 4.10 Keinginan pengunjung terhadap fasilitas pendukung untuk wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya Bogor 42

Gambar 4.11 Persentase rata-rata lama waktu kunjungan di Pusat

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya 43

Gambar 4.12 Keinginan kelompok pelajar dan umum terhadap waktu kegiatan wisata birdwatching di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor 43

Gambar 4.13 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung air 48 Gambar 4.14 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung langka 49 Gambar 4.15 Peta interpretasi pada jalur pengamatan burung endemik 50 Gambar 4.16 Sekawanan burung kowak-malam kelabu yang sedang

bertengger di sekitar kolam gunting 51

Gambar 4.17 Skema jalur untuk pelaksanaan program interpretasi wisata

birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner survey terhadap pengunjung Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya Bogor 74

Lampiran 2 Sebaran temporal dan frekuensi jenis-jenis burung pada masing-masing lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Bogor 77

Lampiran 3 Booklet program interpretasi wisata birdwatching di Pusat

(28)
(29)

1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) merupakan Kebun Raya pertama di Indonesia dengan luas 87 hektar. Keanekaragaman flora dan fauna yang dipadu dengan konsep tata ruang yang indah menjadikan PKT KRB sebagai salah satu tujuan wisata favorit di kota Bogor. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah pengunjung yang datang ke PKT KRB pada tahun 2008-2010 yang mencapai 805383 orang/tahun (Lopulalan 2011). Ibrahim (2006) mengungkapkan bahwa sebagian besar kedatangan pengunjung PKT KRB bertujuan untuk menikmati pemandangan lepas yang beragam, keindahan lingkungan dan mencari suasana santai (65.24%), sedangkan minat terhadap fauna masih sangat kecil (0.39%).

Sebagai pusat konservasi tumbuhan, PKT KRB menjadi habitat yang baik bagi burung. Selain itu, PKT KRB juga merupakan tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi (Sukmantoro 2007). Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa PKT KRB memiliki keanekaragaman burung yang relatif tinggi, yang berfluktuasi dari masa ke masa. Diamond et. al. (1987) mencatat jenis burung sebanyak 62 jenis pada periode tahun 1932-1952, sedangkan pada periode tahun 1980-1985 jenis burung yang tercatat sebanyak 43 jenis. Pada tahun 1984 Van Balen mencatat ada 56 jenis burung di PKT KRB (Van Balen 1999). Levelink et. al. (1997) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 50 jenis burung yang dapat ditemukan di PKT KRB dan tidak sulit bagi pengamat burung untuk menemukan setidaknya 30 jenis burung yang berbeda pada pagi hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan pada tahun 2001, tercatat ada 46 jenis burung. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Tirtaningtyas (2004), tercatat ada 56 jenis burung yang dapat ditemukan di PKT KRB. Beberapa jenis burung yang ada di PKT KRB memiliki daya tarik dan keistimewaan. Berdasarkan potensi fauna burung yang dimiliki oleh PKT KRB, maka terdapat peluang bagi PKT KRB untuk mengembangkan wisata birdwatching sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan lingkungan. Birdwatching atau birding

adalah salah satu teknik konservasi sebagai media untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi burung di alam. Aktivitas ini sudah menjadi salah satu hobi baru di kalangan masyarakat kita, sehingga berpotensi untuk dikembangkan ke arah pengelolaan yang lebih lanjut (BTNB 2010).

(30)

1.2Perumusan Masalah

Kebun Raya adalah lembaga/institusi yang mengoleksi tumbuhan hidup dan mendokumentasikannya untuk tujuan penelitian ilmiah, konservasi, tampilan/display dan pendidikan (BGCI 2013). Sesuai dengan definisi Kebun Raya, saat ini Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) lebih mengutamakan pengembangan dalam bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika (PKT KRB-LIPI 2013), walau demikian PKT KRB mempunyai misi dan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat dan meningkatkan pendidikan lingkungan. Pengembangan dalam aspek wisata dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai misi dan tujuan dari PKT KRB.

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor merupakan bagian dari habitat beraneka jenis burung yang beberapa di antaranya memiliki daya tarik dan keistimewaan, akan tetapi potensi ini belum dikembangkan secara optimal. Informasi dan program wisata terkait dengan keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB masih belum tersedia. Kenyataan tersebut merupakan peluang bagi pengelola untuk memperkenalkan keanekaragaman jenis burung yang ada di PKT KRB sehingga dapat memberikan manfaat atau nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat, khususnya para pengunjung PKT KRB dan dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap burung. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan minat masyarakat terhadap burung adalah dengan interpretasi yang menarik dan sesuai dengan keinginan pengunjung.

Sharpe (1982), menyatakan bahwa interpretasi bertujuan untuk membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi, dan pengertian tentang lokasi yang dikunjungi, sehingga mendapatkan banyak pengalaman yang menyenangkan. Interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dapat dilaksanakan sehingga memberikan manfaat nilai tambah, kepuasan yang lebih maksimal serta meningkatkan minat dan kesadaran bagi para pengunjung tentang keindahan dan arti pentingnya keanekaragaman jenis burung yang ada di kawasan PKT KRB. Untuk itu, diperlukan penelitian perencanaan interpretasi wisata birdwatching

yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan pihak pengelola PKT KRB, untuk mewujudkan wisata birdwatching yang menarik sesuai keinginan pengunjung dengan pengelolaan yang lestari.

1.3Kerangka Pemikiran

(31)

Tahapan-tahapan dalam proses perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB meliputi inventarisasi data, wawancara, analisis data, sintesis dan perencanaan interpretasi (Gambar 1.1).

Pengunjung yang menjadi sasaran untuk interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB antara lain adalah kelompok pelajar yang terdiri dari pelajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT), pengunjung umum, dan pengunjung dari Kelompok Pencinta Burung (KPB). Pemlihan sasaran pengunjung yang dimulai dari usia dini dikarenakan perubahan tingkah laku dan pembentukan karakter seseorang akan terus berkembang, namun akan lebih efektif pada usia 8-12 tahun (Kardos et. al.

1998).

Interpretasi tidak hanya bertujuan untuk membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman tentang lokasi yang dikunjungi, tetapi juga membantu pihak pengelola mencapai tujuan-tujuan pengelolaan dengan memasukan pesan-pesan ke dalam program interpretasi (Sharpe 1982). Interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB bertujuan mengungkapkan makna dan hubungan antara objek interpretasi dengan pengunjung melalui pengalaman langsung di lapangan dengan dengan bantuan media ilustratif seperti foto, peta interpretasi, papan interpretasi dan booklet.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian “Perencanaan Interpretasi Wisata

Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor” ini adalah untuk menyusun perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. Adapun tujuan penelitian ini secara spesifik adalah:

a. Mengidentifikasi potensi jenis-jenis burung dan sebarannya yang memiliki keistimewaan dan daya tarik di setiap lingkungan yang ada di PKT KRB. b. Mengidentifikasi harapan dan keinginan dari pengunjung dan pakar burung

terhadap interpretasi birdwatching di PKT KRB.

c. Membuat rekomendasi jalur-jalur interpretasi untuk wisata birdwatching. d. Membuat peta interpretasi wisata birdwatching yang di dalamnya terdapat

lokasi objek-objek interpretasi dan jalur interpretasi dengan pemandangan

landscape yang bagus untuk menikmati kegiatan birdwatching. e. Menyusun perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB

1.5Kegunaan Penelitian

(32)

Gambar 1.1 Bagan alir proses perencanaan interpretasi wisata birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

WAWANCARA

ANALISIS

PERENCANAAN INTERPRETASI

-Penentuan tema - Lokasi dan waktu kegiatan -Sasaran pengunjung - Fasilitas pendukung interpretasi

Pakar dan Pengelola Metode wawancara mendalam (in depth interview).

a. Pendapat terkait birdwatching di PKT KRB

b. Keinginan dan harapan terkait wisata birdwatching di PKT KRB - Kekayaan jenis burung dan sebarannya

untuk masing-masing lingkungan serta

- Pengolahan data GPS dengan metode GIS menggunakan perangkat lunak ArcView untuk mendapatkan titik-titik aktivitas burung.

Analisis deskriptif:

- Mengolah dan mendeskripsikan data hasil wawancara dengan para pakar dan pihak pengelola

- Menentukan jenis-jenis burung yang akan dijadikan objek interpretasi - Menentukan titik-titik lokasi aktivitas burung

- Merancang jalur interpretasi untuk wisata birdwatching di PKT KRB

(33)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kondisi Umum PKT KRB

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) merupakan kawasan konservasi dan wisata alam yang berada di tengah-tengah kota Bogor. PKT KRB memiliki daya tarik wisata berupa pemandangan arsitektur lanskap yang alami serta koleksi tumbuhan tropika yang lengkap dibandingkan dengan kebun raya lainnya, yaitu sebanyak 15000 jenis koleksi tumbuhan dan pohon (LIPI 2010). Hal ini menjadikan PKT KRB sebagai salah satu tujuan wisata di kota Bogor.

PKT KRB yang berdiri di tengah-tengah kota Bogor ini menjadi habitat dari beraneka ragam jenis burung. Distribusi dan kelimpahan jenis burung berkaitan dengan vegetasinya. Variasi habitat burung pada lokasi-lokasi tertentu dapat disebabkan karna faktor-faktor alam (tipe tanah, ketinggian dataran, curah hujan, tutupan lahan). Kondisi kawasan akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan burung. Bagi kawasan yang tidak dilindungi kemungkinan adanya perubahan habitat burung sangat besar sehingga dapat mengancam keberadaan jenis burung (Bibby et. al. 1998). Namun sesuai dengan Perda No. 11 tahun 1978, semua jenis satwa liar yang ada di PKT KRB secara hukum dilindungi, sehingga dapat menekan perubahan habitat di PKT KRB.

Jalan utama (aspal), jalan setapak, dan saluran air membagi PKT KRB ke dalam beberapa lingkungan (area koleksi tumbuhan) yang terdiri dari bagian-bagian, kemudian dibagi lagi menjadi petak-petak. Setiap bagian ditandai dengan angka Romawi dan setiap petak ditandai dengan huruf. Keduanya dituliskan pada tonggak kecil di tepi suatu bagian. Hampir semua tumbuhan memiliki label dari logam berwarna hijau dan label alumunium kecil yang mengidentifikasi tumbuhan secara lengkap (Levelink et. al. 1997). Dengan adanya pembagian-pembagian di PKT KRB peneliti dapat lebih mudah mengetahui tutupan lahan di masing-masing tempat, sehingga memudahkan dalam pengamatan burung.

(34)
(35)

2.2Ekoturisme: Wisata Birdwatching

Istilah ekoturisme diperkenalkan oleh Ceballos-Lascurain (1987) dan digunakan untuk menjelaskan kegiatan turisme berbasis pada alam di kawasan tropis. Istilah ini disamaartikan dengan wisata alam (nature tourism) (Boo 1990). Ekoturisme menurut Ceballos-Lascarain (1987), McDill et al. (1999), Norman et al. (1997), Higgins (1996), dan Williams (1992), diartikan sebagai petualangan berbasis kepada alam yang sengaja direncanakan dan direncanakan dengan penuh kesadaran oleh kelompok orang yang tertarik untuk belajar tentang alam, tentang sejarah, dan budaya yang tumbuh berkembang di suatu daerah yang dikunjunginya serta dengan memberikan keuntungan sosial ekonomi kepada penduduk setempat dengan mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis komunitas lokal dan memberikan kontribusi terhadap konservasi sumber daya alam melalui interpretasi alam dan pendidikan lingkungan.

Definisi ekoturisme juga dipakai oleh Orams (1995), Wight (1993), Boyd et. al. (1996), Mandziuk (1995), Herath (1996), Buckley (1994), Linberg et al.

(1996), dan Nelson (1994). Ekoturisme memiliki karakteristik turisme berbasis kepada alam, menghormati alam sebagai motif utama untuk ikut berpartisipasi dalam penghormatan terhadap alam, mempromosikan konservasi dan meminimalkan dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan, memberikan keuntungan kepada tuan rumah (memberikan kesempatan menumbuhkan ekonomi masyarakat lokal), menghormati budaya masyarakat adat dan mereduksi dampak sosial, dan mempromosikan pendidikan lingkungan kepada wisatawan. Menurut Deng et al. (2002), wisata berbasis alam adalah suatu kegiatan wisata yang tergantung pada penggunaan sumber daya alam dimana secara relatif merupakan bagian daerah yang belum dikembangkan, termasuk pemandangan, topografi, jalan air, vegetasi, kehidupan liar, dan peninggalan sejarah. Menurut Alikodra (2011), jika ekoturisme dapat diimplementasikan secara tepat, kondisi sosial ekonomi masyarakat diyakini juga akan meningkat demikian juga devisa Negara tanpa harus merusak lingkungan hidup dan mengorbankan budaya bangsa. Indonesia memiliki peluang karena keanekaragam dan keunikan sumber daya alam hayati yang dimilikinya dan keanekaragaman budaya bangsanya.

Lingkungan atau sumber daya alam merupakan modal utama dalam ekoturisme. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan ekoturisme ini mempunyai dampak negatif untuk kondisi alam tersebut. Untuk mengatasi atau mengurangi dampak negatif tersebut dibuatlah suatu kegiatan wisata minat khusus yang mempunyai materi-materi kegiatan yang mengandung unsur pendidikan lingkungan. Berdasarkan UU Sisdiknas (2003), pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perencanaan di masa yang akan datang. Birdwatching atau birding

(36)

suatu kegiatan pengamatan, identifikasi, dan pemotretan burung untuk maksud rekreasi (Glowinski 2008).

Dalam dua dekade ini wisata birdwatching mulai populer dan tumbuh dengan cepat. Mengamati burung mulai dijadikan sebagai hobi dan dapat dijadikan sarana rekreasi yang menyenangkan. Pengamat burung memiliki pengetahuan, skill, minat, kesenangan yang berbeda-beda. Bagi pemula diperlukan program berisi pengenalan terhadap lingkungan, jenis-jenis burung, dan luasan area pengamatan (Maple et al. 2010). Penelitian sangat diperlukan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang breeding, sarang, distribusi, tingkah laku, habitat burung, dan data migrasi burung (RCS 2012).

Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata birdwatching antara lain mengamati burung serta tingkah lakunya, baik hanya mengamati beberapa kelompok burung tertentu ataupun menikmati berbagai jenis burung yang ditemui. Berbagai keunikan yang dimiliki oleh burung dapat memberikan inspirasi bagi pengamat burung sehingga dapat meningkatkan kreativitas atau daya cipta (Mulyani dan Pakpahan 1993). Menurut Cahyana (2007), Pengelolaan wisata

birdwatching yang baik dan profesional akan memberikan keuntungan finansial dan membantu upaya konservasi burung karena pengelola akan berusaha untuk melakukan pengelolaan habitat burung.

2.3Perencanaan Interpretasi Alam

2.3.1 Interpretasi Alam

Interpretasi didefinisikan sebagai suatu mata rantai antara pengunjung dan sumber daya alam yang ada (Sharpe 1982). Menurut Jubenvile et al. (1987), interpretasi merupakan suatu tindakan dalam mendemonstrasikan hubungan akan fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Tilden (1957), mendefinisikan interpretasi alam sebagai suatu kegiatan pendidikan yang bertujuan menunjukkan arti dan hubungan antara seseorang dengan alam lingkungannya dengan menggunakan benda-benda aslinya, melalui pengalaman langsung di lapangan dengan media ilustratif seperti foto, slide, film dan sebagainya.

PHPA (1988) membagi unsur utama interpretasi menjadi tiga, yaitu: a. Pengunjung

Beberapa hal yang harus dianalisis dan diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan interpretasi antara lain adalah:

- Tempat yang paling banyak mendapat perhatian pengunjung - Asal sebagian besar pengunjung

- Distribusi musiman pengunjung

- Peresentase jumlah pengunjung yang melewati pintu utama dan pintu lainnya

Informasi yang harus dikumpulkan untuk mengetahui karakteristik pengunjung dalam rangka penyusunan program interpretasi adalah:

- Proporsi pengunjung nusantara dan mancanegara

- Ukuran kelompok, distribusi umur dan tingkat pendidikan

(37)

- Jenis transportasi, tema dan media yang paling menarik bagi pengunjung. b. Pemandu Wisata

Kualitas dari pemandu wisata sangat menentukan tingkat keberhasilan interpretasi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi pemandu wisata antara lain: - Menguasai beberapa ilmu atau ahli dalam bidang ilmu tertentu (flora,

fauna, sejarah, geologi atau budaya) yang berkaitan dengan objek wisata - Menguasai pengetahuan di bidang pendidikan dan komunikasi masa serta

sekaligus mempraktekkannya

- Menguasai cara-cara melaksanakan interpretasi secara baik dan benar c. Obyek Interpretasi

Obyek interpretasi meliputi segala yang ada di dalam kawasan yang dijadikan sebagai obyek dalam menyelenggarakan interpretasi. Agar program interpretasi dapat berlangsung dengan baik, maka pemilihan, penggunaan dan pemeliharaan obyek interpretasi perlu dilaksanakan.

Metode penyampaian interpretasi menurut Sharpe (1982) dan PHPA (1988) secara garis besar digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Pelayanan secara langsung (personal services): penyampaian program interpretasi dilakukan langsung oleh petugas interpretasi kepada pengunjung. Pengunjung dapat langsung bersentuhan dengan obyek interpretasi yang ada, sehingga pengunjung dapat secara langsung melihat, mendengar atau bila memungkinkan dapat mencium, meraba dan merasakan obyek interpretasi tersebut.

b. Pelayanan secara tidak langsung (non personal service): penyampaian program interpretasi dilakukan dengan menggunakan alat bantu (media) dalam memperkenalkan obyek interpretasi dan petugas interpretasi tidak berhubungan langsung dengan pengunjung.

Veverka (1994), memaparkan bentuk layanan dan program interpretasi disampaikan melalui dua macam teknik komunikasi yaitu verbal dan non-verbal. Setiap teknik memiliki elemen yang membantu kita mengembangkan isi dan struktur pesan interpretasi:

a. Komunikasi verbal: point utama yang dipertimbangkan adalah pilihan kata yang digunakan dalam penyampaian interpretasi dapat menyampaikan banyak pesan tersembunyi. Pesan verbal mencakup musik latar, tipe suara laki-laki atau perempuan, muda atau tua, dan jenis aksen merupakan bagian dari penciptaan gambaran yang diharapkan. Pesan ini juga merupakan komponen penghubung antara pendengar dengan pesan-pesan yang disampaikan.

(38)

2.3.2 Tujuan Interpretasi

Menurut Tilden (1957), Tujuan interpretasi bukan hanya mengungkapkan keindahan dari suatu kawasan saja, tetapi juga bertujuan untuk meyakinkan orang akan pentingnya keberadaan kawasan tersebut dan mendorong mereka untuk ikut melestarikannya. Adapun tujuan interpretasi selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Untuk membantu mengubah tingkah laku dan sikap untuk memotivasi, memberikan inspirasi, mengambil informasi dan membuatnya berarti dan menarik.

b. Untuk membawa pengunjung melalui proses sensitivitas, kewaspadaan, pemahaman, apresiasi dan akhirnya komitmen.

Sharpe (1982) menyebutkan 3 tujuan interpretasi, yaitu:

a. Membantu pengunjung dalam mengembangkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman tentang lokasi yang dikunjungi.

b. Membantu pihak pengelola mencapai tujuan-tujuan pengelolaan karena: (i) interpretasi dapat mendorong pengunjung menggunakan sumberdaya dengan baik, (ii) interpretasi dapat memperkecil atau menghindari dampak dari aktivitas manusia.

c. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sasaran dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu instansi/institusi, dengan memasukan pesan-pesan ke dalam program interpretasi.

2.3.3 Perencanaan Interpretasi

Muntasib (1998), menyatakan bahwa suatu perencanaan, termasuk perencanaan interpretasi alam, perlu mengetahui terlebih dahulu sumber daya yang dimiliki dan kebutuhan pasarnya terlebih dahulu. Dengan mengetahui sumber daya dan kebutuhan pasar, maka suatu perencanaan interpretasi akan lebih mudah untuk dilakukan. Jubenville et al. (1987), menyatakan ada tiga elemen utama yang menjadi dasar perencanaan interpretasi, yaitu perencana, pengunjung, dan sumber daya. Ketiga elemen tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu:

a. Pengunjung akan mempengaruhi sumber daya

b. Situasi keberadaan sumber daya akan mempengaruhi program perencanaan c. Program perencanaan akan mempengaruhi situasi keberadaan sumber daya d. Pengunjung akan mempengaruhi program perencanaan

e. Program perencanaan akan mempengaruhi keberadaan pengunjung

Grater (1976) menyatakan bahwa sebelum menyusun perencanaan interpretasi sebaiknya didahului oleh suatu “prospektus”. Prospektus tersebut merupakan suatu studi dasar untuk menyusun perencanaan interpretasi. Garis besar prospektus itu adalah sebagai berikut :

a. Tinjauan umum tentang lokasi yang akan diinterpretasikan b. Ringkasan tujuan program interpretasi

(39)

- Lingkungan (cuaca dan iklim, keadaan lahan, kondisi geografis, nilai sejarah alam, nilai sejarah, arkeologi dan lain-lain)

- Pengunjung (asal, tingkat pendapatan, latar belakang, pola kegiatan pengunjung dan kegiatan interpretasi yang sudah dilaksanakan)

d. Deskripsi dan fasilitas yang sekarang ada (pusat pengunjung, jalan interpretasi, tanda-tanda interpretasi, interpretasi sendiri, fasilitas slide, film, publikasi pada pengunjung, perpustakaan dan sebagainya), rencana usulan yang diinginkan baik fasilitas maupun aktivitas dan penanganan berbagai aktivitas dan fasilitas yang sudah ada.

e. Usulan program, berupa usulan dari hasil program interpretasi yang disusun. f. Studi pendukung program interpretasi

g. Peningkatan keahlian staf h. Perkiraan biaya usulan program

i. Peta kawasan yang menunjukkan lokasi serta usulan kegiatan dan fasilitasnya.

Menurut Sharpe (1982), program interpretasi yang baik harus direncanakan terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan yang dinamis dan sistematis. Tahapan-tahapan dalam perencanaan interpretasi meliputi penentuan tujuan, melakukan inventarisasi dan pengumpulan data, menganalisis data, mensintesis data, merumuskan alternatif perencanaan, merencanakan kegiatan ekoturisme, melaksanakan kegiatan ekoturisme, dan evaluasi/perbaikan rencana. Bagan alir proses perencanaan interpretasi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses perencanaan interpretasi (Sharpe 1982)

a. Tujuan

Tujuan merupakan pedoman untuk mewujudkan suatu aktivitas khusus uang dibutuhkan dalam perencanaan interpretasi. Tujuan merupakan kebijakan yang menegaskan program secara langsung dan seimbang. Jika tujuan dari suatu perencanaan interpretasi dikembangkan secara konsisten, maka tingkat keberhasilan perencanaan dapat diukur.

b. Inventarisasi dan pengumpulan data

Tujuan dalam tahap inventarisasi ini adalah mengidentifikasi lokasi untuk menemukan sumberdaya serta keindahan alam. Aspek-aspek yang diidentifikasi antara lain: fisik, biologi, lingkungan dan budaya. Inventarisasi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh data dasar, sehingga penyampaian interpretasi efektif. Teknik-teknik inventarisasi yang digunakan tergantung pada sumber informasi. Standar prosedurnya antara lain:

- Mencari literatur yang baru,

- Menguji kembali data yang telah dipetakan,

(40)

c. Analisis

Tahapan Analisis menguji dan mengevaluasi data dan informasi-informasi yang diperoleh, sehingga menghasilkan kritik dan saran untuk pengembangan rencana interpretasi dan disusun dalam sistem yang interaktif. Hal lain yang diperlukan dalam tahap analisis yaitu mengidentifikasi potensi dan tema-tema interpretasi. Dasar tema bisa berupa ciri khusus suatu daerah atau yang sifatnya lebih umum dan unik.

d. Sintesis dan alternatif perencanaan

Sintesis merupakan tahap untuk memadukan berbagai alternatif kegiatan dan mengidentifikasi masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan antara alternatif yang sama baiknya dengan basis untuk seleksi program. Dalam mempersiapkan alternatif, perencana harus sering melakukan review atau mengkaji ulang tujuan-tujuan rencana interpretasi yang digunakan sebagai pedoman.

e. Rencana

Tahap dan proses perencanaan menitik beratkan pada pemilihan alternatif, yaitu alternatif yang lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam tahap ini perencana harus melakukan perbaikan yang diperlukan dan mulai melengkapi semua aspek dan rencana yang diperoleh, termasuk pendugaan secara terperinci dan dampak implementasinya.

f. Implementasi/penerapan

Mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan cara dan tempat pelaksanaan interpretasi. Langkah ini bertujuan untuk melaksanakan penyampaian cerita sekaligus memecahkan masalah yang timbul.

g. Evaluasi dan perbaikan rencana

Untuk melihat kelanjutan dari suatu rencana yang dibuat, kegiatan monitoring dan pemantauan diperlukan sehingga tujuan dapat tercapai. Evaluasi dilakukan terhadap para pengguna dan dampak fasilitas yang di bangun terhadap sumberdaya serta dampak program terhadap para pengguna.

Veverka (1998) menjelaskan bahwa dalam perencanaan interpretasi harus mengikuti beberapa proses perencanaan interpretasi yang terdiri dari:

a. What (apa): Mencakup Inventarisasi sumberdaya, penentuan tema, dan sub tema yang akan diinterpretasikan.

 Inventarisasi sumber daya: Proses perencanaan diawali dengan inventarisasi suberdaya suatu kawasan yang akan dijadikan bahan interpretasi. Inventarisasi ini dapat membantu mengembangkan tema yang sesuai untuk interpretasi. Gambaran yang mencerminkan kawasan tersebut berdasarkan sumberdaya yang ada dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat suatu tema.

 Tema dan sub-tema: Tema harus berdasarkan apa yang ada di kawasan yang akan diinterpretasikan. Tema merupakan kunci dari ide suatu presentasi. Ketika suatu presentasi yang baik telah selesai di paparkan, maka pendengar harus dapat menyimpulkan isi dari presentasi kedalam satu kalimat yang merupakan tema tersebut. Sub-tema berfungsi untuk memberikan gambaran dari tema utama.

(41)

 Misi yang ada mencakup tiga hal, yaitu: (i) Siapa Anda? (ii) Apa yang Anda lakukan? dan (ii) Mengapa Anda lakukan? Isi dari misi yang ada akan mempermudah dalam mengendalikan interpretasi yang akan dibuat.

 Tujuan interpretasi merupakan hal umum yang diinginkan terjadi, namun tidak terlalu spesifik.

 Objektif lebih spesifik dari tujuan interpretasi. Objektif yang digunakan untuk mengembangkan perencanaan interpretasi antara lain:

- Objektif dalam pembelajaran (Learning Objectives): Pengetahuan apa yang akan disampaikan sesuai dengan keinginan kita kepada pengunjung agar pengunjung dapat belajar atau mengingatnya.

- Objektif dalam tingkah laku (Behavioral Objectives): Mengarahkan pengunjung dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

- Objektif dalam perasaan/emosi (Emotional Objectives): Mengarahkan pengunjung sehingga pengunjung dapat mengeluarkan berbagai emosi seperti terkejut, marah, sedih, perasaan bersalah, perasaan diterima, bangga, dan emosi-emosi lainnya terkait dengan subjek permasalahannya.

c. Who (siapa): Analisis pengunjung dapat digunakan untuk membantu mengestimasi potensi permintaan terhadap kawasan dan layanannya, sehingga bisa mendapatkan ide-ide untuk fasilitas baru. Data yang dikumpulkan untuk analisis pengunjung dapat berupa demografi pengunjung (daerah asal pengunjung, kelompok umur, jenis kelamin, latar belakang sosial-ekonomi), motif pengunjung dan orientasi kebutuhan pengunjung (peta, penunjuk jalan, dan informasi/fasilitas lainnya).

d. How/When/Where (bagaimana/kapan/dimana): Memutuskan bagaimana kita ingin menginterpretasikan tiap sumberdaya yang telah diinventarisasi berikut dengan waktu dan tempat interpretasi tersebut akan dilakukan. Hal yang harus diingat adalah tema dan objektif dari keseluruhan kawasan. Interpretasi masing-masing sumberdaya harus fokus dalam mengilustrasikan tema interpretasi.

e. I&O (Implementation and Operations): Tujuan utama yaitu mempertimbangkan berapa jumlah biaya (waktu, sumberdaya, budget, pekerja) untuk menerapkan beberapa aspek dalam rencana interpretasi. Pada I&O

mencakup analisis dari pengembangan kawasan, pengembangan media, dan kebutuhan pekerja dimasa yang akan datang. Estimasi biaya/budget hendaknya akurat dan representatif.

f. So What: Memberikan arahan bagaimana cara kita untuk mengevaluasi program interpretasi dan pelayanannya. Enam bagian utama dari proses evaluasi antara lain:

 Identifikasi objek yang ingin di evaluasi

 Memilih teknik atau alat untuk evaluasi yang paling sesuai

 Menggunakan teknik evaluasi yang telah dipilih dan mendapatkan hasilnya.

 Membandingkan hasil nyata di lapangan dengan hasil yang diinginkan.

 Menganalisis hasil

 Membuat rekomendasi/saran untuk kemajuan program

(42)

Dari proses perencanaan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa suatu perencanaan interpretasi merupakan suatu proses awal yang merupakan tahapan persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan interpretasi yang disajikan dalam bentuk yang dinamis dan sistematis. Perencanaan interpretasi ini sebagai bahan pertimbangan untuk pihak pengelola dalam mengembangkan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.3.4 Syarat Perencanaan Interpretasi Alam

Menurut Bradley (1982), perencanaan interpretasi yang baik harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. Dapat digunakan

Program interpretasi dapat digunakan dan disenangi, namun keselamatan pengunjung harus diperhatikan terutama dalam penggunaan jalan dan interaksi dengan obyek interpretasi.

b. Efisien

Dimaksudkan untuk mencegah agar fasilitas yang dipergunakan tidak terbuang percuma, baik dari segi pelayanan, pembiayaan, pemeliharaan maupun dari segi penggunaan.

c. Aminitas

Dapat mengungkapkan keindahan dari kawasan yang direncanakan, menyediakan paket yang bervariasi tetapi kompak dengan karakteristik yang ada, indah dan memberikan gambaran dari subjek interpretasinya, dan memperhatikan landscape yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam. d. Fleksibel dan selektif

Perencanaan merupakan suatu proses yang terbuka sehingga harus memadukan keinginan atau selera pengunjung dengan potensi kawasan tanpa banyak mengadakan perubahan. Program yang disusun terutama disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia, tetapi harus berkembang sehingga pengujung dapat lebih tertarik agar dapat memahami, merenungkan dan mengevaluasi gambaran yang diperoleh.

e. Meminimumkan kerusakan lingkungan

Sedikit melakukan perubahan terhadap lingkungan alam dan memperhitungkannya. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan tekanan yang ditimbulkan pengunjung, terutama untuk jenis-jenis objek langka.

f. Penggunaaan sumberdaya yang optimal

Sebuah masalah yang terus-menerus dalam perencanaan adalah pengalokasian modal dan sumberdaya manusia di antara bermacam-macam tipe investasi yang dibutuhkan untuk sebuah program interpretasi, terdapat sebuah pilihan antara perkembangan-perkembangan baru dan perbaikan-perbaikan program yang menunjukkan beberapa penafsiran saat semua itu digunakan secara optimum.

g. Keterlibatan dan partisipasi publik

(43)

2.3.5 Jalur Interpretasi

Cara terbaik dalam menentukan panjang jalur interpretasi adalah berdasarkan pada waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan di jalur tersebut. Jalur ideal umumnya antara 15 menit sampai 20 menit waktu berjalan kaki, tidak lebih dari 45 menit (Berkmuller 1981). Karakteristik jalur interpretasi yang baik menurut Berkmuller (1981) antara lain adalah:

a. Menyajikan pemandangan alam yang indah seperti air terjun, habitat satwa liar, aliran sungai, gua, pohon besar berumur ratusan tahun dan sebagainya.

b. Jalur yang menyenangkan untuk berjalan dan tidak membahayakan pengunjung (tidak licin, tidak curam, tidak berlumpur atau tergenang).

c. Membuat pengunjung tetap gembira, tidak tegang.

d. Mudah dilalui pengunjung, terdapat tanda-tanda serta peta lokasi yang jelas.

Menurut Veverka (1994), jalur yang direncanakan dapat berupa:

a. Area yang berhubungan dengan panca indera, seperti: taman bunga, pekarangan, pemandangan yang indah dan air terjun.

b. Fasilitas yang meliputi: pusat pengunjung, jembatan, toko cinderamata, kantor informasi, kios-kios, fasilitas demonstrasi dan lahan pertanian atau taman pekarangan.

c. Kawasan orientasi, antara lain:

- Atraksi tapak dan sumberdaya terdekat yang mungkin saja bukan merupakan bagian dari tapak, tetapi dapat menginterpretasikan tapak yang sama atau berkaitan.

- Lokasi kunci untuk orientasi pengunjung seperti persimpangan jalan utama,

camping ground, area penambatan kapal/perahu dan area kontak pengunjung lainnya.

3

METODE

3.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT KRB) – LIPI, Bogor. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Penelitian perencanaan interpretasi

birdwatching di PKT KRB dilakukan pada 12 lingkungan yang ada di PKT KRB untuk mengetahui jenis dan sebaran burung.

3.2Alat

(44)

3.3Metode Penelitian dan Pengambilan Data

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metode survei, yang terdiri dari studi pustaka, pengamatan lapangan dan wawancara dengan pengunjung dan pengelola PKT KRB.

3.3.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan hasil kuesioner. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari berbagai literatur sebagai penunjang data primer. Data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jenis data yang digunakan dalam penelitian

Kelompok Data Jenis data Metode

Pengumpulan Data - Lokasi dan waktu aktivitas - Perilaku

Pengunjung - Tujuan dan motivasi pengunjung

- Persepsi pengunjung terhadap kegiatan birdwatching di PKT KRB

- Keinginan dan harapan terkait kegiatan birdwatching di PKT KRB

wawancara dan kuesioner wawancara dan kuesioner

wawancara dan kuesioner

Pakar dan Pengelola - Pendapat mengenai kegiatan birdwatching di PKT KRB

- Keinginan dan harapan terkait kegiatan birdwatching di PKT KRB

wawancara

wawancara

3.3.2 Rencana Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terbagi dalam empat tahap yaitu tahapan pengumpulan data, tahap analisis data, tahap sintesis data dan perencanaan interpretasi.

1) Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengamatan langsung di lapangan (observasi) dan wawancara.

a. Pengamatan Lapangan

Pengamatan lapangan ini dilakukan untuk mengetahui potensi burung yang memiliki daya tarik untuk dijadikan sebagai obyek interpretasi serta mengetahui sebaran dan habitat/lokasi di tempat burung tersebut berada pada waktu tertentu serta mengetahui habitatnya.

(45)

KRB, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Daftar Jenis MacKinnon (MacKinnon et. al., 2010), yaitu dengan cara berjalan dan mencatat jenis-jenis burung yang dijumpai ke dalam sebuah daftar. Menurut MacKinnon et. al. (2010) setiap daftar berisikan 20 jenis burung, tetapi dalam penelitian ini digunakan daftar berisi 5 jenis burung mengingat kekayaan burung di lokasi penelitian serta keterbatasan waktu penelitian. Jumlah daftar yang dipergunakan pada masing-masing waktu pengamatan dalam satu hari adalah empat daftar, sehingga total jumlah daftar yang dipergunakan adalah 36 daftar per lingkungan.

Verifikasi dilakukan untuk mendata jenis habitat yang dipergunakan oleh burung dan kondisinya, serta mencatat aktivitas yang dilakukan burung pada habitat tersebut. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenali jenis-jenis habitat yang dijadikan sebagai bagian dari habitat burung dan mendeskripsikan kaitan antara burung yang dijadikan sebagai objek interpretasi dengan habitatnya tersebut.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait dengan pengembangan wisata birdwatching meliputi pengunjung, pakar-pakar burung dan pihak pengelola PKT KRB.

Pengunjung

Pengunjung yang akan yang akan diwawancara dan dijadikan sasaran untuk pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB yaitu meliputi pelajar (SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi), pengunjung umum dan publik pencinta burung. Metode wawancara yang dipergunakan adalah metode wawancara terstruktur menggunakan kuesioner (Lampiran 1). Dalam hal ini, pertanyaan-pertanyaan tertulis berikut alternatif jawaban telah disediakan oleh peneliti.

Metode penentuan jumlah responden dilakukan dengan cara teknik sampling menggunakan Rumus Solvin berdasarkan data rata-rata populasi jumlah pengunjung PKT KRB setiap bulannya. Menurut data pengelola PKT KRB dalam Lopulalan (2011), rata-rata jumlah pengunjung dari tahun 2008-2010 adalah 67115 orang/bulan. Rumus Slovin dijabarkan sebagai berikut (Sevilla et. al.

1993):

Keterangan: = Jumlah rata-rata pengunjung/bulan pada tahun (2008- 2010)

= Jumlah sampel (orang)

e = Batas maksimum kesalahan yang masih bisa diterima (margin error), dengan asumsi 10 % (nilai bias yang dihasilkan akan semakin besar jika asumsi 10 %)

(46)

Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 100 kuesioner, dengan jumlah responden untuk kelompok pelajar SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan pengunjung umum masing-masing berjumlah 20 orang. Selain itu, diambil responden dari publik pencinta burung berjumlah 15 orang sebagai data pembanding. Jenis kuesioner yang digunakan yaitu kombinasi dari kuesioner tertutup dan terbuka. Kombinasi kuesioner tertutup dan terbuka adalah kuesioner yang jawabannya sudah ditentukan, tetapi dapat diikuti dengan pertanyaan terbuka, dalam hal ini responden diberi kebebasan untuk menjawab sesuai pendapatnya (Istijanto 2009).

Pakar Burung dan Pengelola

Pemilihan responden untuk wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Responden yang diambil sebagai sampel oleh peneliti dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian (Babbie 2001). Dalam hal ini responden adalah pakar burung dan pihak pengelola PKT KRB. Jumlah responden yang akan diwawancarai sebanyak 2 orang pakar burung dan 2 orang dari pihak pengelola. Pakar burung yang dijadikan sebagai responden dipilih berdasarkan pada kriteria bahwa pakar burung tersebut bekerja di PKT KRB/pernah melakukan penelitian di PKT KRB/memiliki pengetahuan terkait burung-burung yang ada di PKT KRB.

Metode pengambilan data yang dipilih adalah wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara dilakukan melalui tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan narasumber menggunakan panduan wawancara. Panduan wawancara merujuk pada obyek penelitian. Pengambilan data melalui wawancara ini didasarkan pada alasan bahwa informasi mengenai burung-burung yang memiliki potensi untuk kegiatan wisata birdwatching di PKT KRB dapat digali selengkap mungkin serta mengetahui pendapat, keinginan dan harapan terkait pengembangan wisata birdwatching di PKT KRB.

2) Tahap Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul diolah kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk data yang mudah dimengerti dan ditafsirkan sehingga menghasilkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis dari data yang telah diperoleh di lapangan berupa jenis-jenis burung yang ada di PKT KRB dan habitatnya serta analisis dari hasil wawancara dengan pengunjung, pakar burung dan pengelola. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Analisis data jenis-jenis burung dan habitat

Pada tahap ini dilakukan analisis kekayaan jenis burung yang ada di PKT KRB dan sebarannya untuk masing-masing lingkungan di PKT KRB serta frekuensi perjumpaan jenis burung pada setiap lingkungan. Frekuensi perjumpaan jenis burung pada setiap lingkungan digunakan untuk melihat tingkat kemudahan perjumpaan dengan jenis burung dengan menggunakan rumus berikut:

(47)

Data kekayaan jenis burung di PKT KRB yang dicatat dengan menggunakan daftar jenis MacKinnon dituangkan ke dalam kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah kumulatif jenis-jenis burung yang ada pada masing-masing lingkungan di PKT KRB terhadap jumlah daftar yang dibuat. Kecuraman kurva mencerminkan kekayaan jenis yang ada di lingkungan tersebut.

Selanjutnya yaitu mengidentifikasi dan melakukan pemilihan jenis-jenis burung yang berpotensi sebagai objek interpretasi dan mengidentifikasi habitat yang dijadikan sebagai tempat aktivitas burung. Untuk menentukan jenis burung yang akan dijadikan sebagai objek interpretasi akan dipertimbangkan dari data hasil observasi langsung di lapangan dan data hasil wawancara dengan pengunjung PKT KRB. Kriteria pemilihan jenis burung berdasarkan jenis-jenis burung yang disukai pengunjung, status konservasi, endemisitas, dan keberadaan burung dari tahun ke tahun.

Titik-titik lokasi aktivitas burung yang telah di simpan dalam GPS

receiver dipindahkan ke dalam komputer dan diolah dengan menggunakan metode Geographic Information System (GIS) dengan perangkat lunak

ArcGIS.

b. Analisis hasil wawancara dengan pengunjung

Pengolahan data hasil wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada pengunjung PKT KRB yang terdiri dari pelajar SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, pengunjung umum dan publik burung dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Dari hasil pengolahan data hasil wawancara dengan kuesioner, peneliti dapat mengetahui keinginan pengunjung terhadap interpretasi

birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB

Hasil pengolahan data dipindahkan dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dideskripsikan. Data-data yang diolah yaitu:

 Tujuan dan motivasi pengunjung untuk datang ke PKT KRB

 Persepsi dan pengetahuan pengunjung: Hal yang disukai dari burung, jenis-jenis burung yang disukai, potensi burung di PKT KRB.

 Keinginan dan harapan pengunjung: Tanggapan rencana pengembangan interpretasi birdwatching di PKT KRB, dan harapan serta saran terhadap program interpretasi birdwatching yang akan dikembangkan di PKT KRB.

c. Analisis hasil wawancara dengan pakar burung dan pengelola

Mengolah dan mendeskripsikan data hasil wawancara dengan pengelola dan para pakar burung tentang pendapat mengenai potensi burung yang ada di PKT KRB untuk kegiatan wisata birdwatching, keinginan dan harapan terkait interpretasi wisata birdwatching dan masa depan pengembangan interpretasi

birdwatching di PKT KRB. Hal ini untuk menambah informasi bagi pengembangan perencanaan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. 3) Tahap Sintesis Data

(48)

jenis burung dari tahun ke tahun berdasarkan perbandingan dari data hasil penelitian sebelumnya.

b. Menentukan titik-titik lokasi jenis-jenis burung yang dipilih sebagai objek interpretasi dan posisi untuk pengamatan burung dengan mempertimbangkan aspek keindahan landsca pe sebagai penunjang kegiatan wisata birdwatching. Hal ini bertujuan agar pengunjung dapat menikmati burung sekaligus keindahan landscape di PKT KRB.

c. Merancang jalur interpretasi untuk wisata birdwatching.

d. Pemetaan objek-objek interpretasi dan posisi pengamatan burung di PKT KRB dengan menggunakan perangkat lunak ArcView. Peta interpretasi didesain dengan menggunakan perangkat lunak Photoshop CS3.

4) Tahap Perencanaan Interpretasi

Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses awal yang merupakan tahapan persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan interpretasi yang disajikan dalam bentuk yang dinamis dan sistematis. Tahap perencanaan interpretasi ini diperoleh dari keseluruhan hasil analisis dan sintesis yang merujuk pada proses perencanaan yang dikemukakan oleh Sharpe (1982) dan Veverka (1998). Rencana kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Menentukan topik, tema dan sub tema dari program interpretasi di PKT KRB. Inventarisasi sumber daya berupa keanekaragaman jenis burung di PKT KRB dapat membantu mengembangkan tema yang sesuai untuk interpretasi wisata

birdwatching di PKT KRB.

b. Menentukan misi dan tujuan interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB. c. Menentukan sasaran pengunjung untuk interpretasi wisata birdwatching di

PKT KRB.

d. Menentukan fasilitas dan media interpretasi yang dibutuhkan untuk pengembangan program interpretasi wisata birdwa tching di PKT KRB.

e. Menyusun materi program interpretasi wisata birdwatching di PKT KRB dan menentukan cara-cara yang dipergunakan dalam penyampaian materi berdasarkan masing-masing kelompok pengunjung yang menjadi sasaran interpretasi wisata birdwatching berikut dengan penentuan waktu kegiatan.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi Jenis Burung untuk Wisata Birdwatching di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

4.1.1 Kekayaan Jenis Burung di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

Gambar

Gambar 1.1  Bagan alir proses perencanaan interpretasi wisata Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor
Gambar 2.1 Area koleksi tumbuhan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (Sumber PKT KRB)
Tabel 3.1  Jenis data yang digunakan dalam penelitianKelompok Data
Tabel 4.1  Jenis-jenis burung yang ditemukan pada ke-12 lingkungan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor No
+7

Referensi

Dokumen terkait