• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Perencanaan Interpretasi Alam 1 Interpretasi Alam

2.3.3 Perencanaan Interpretas

Muntasib (1998), menyatakan bahwa suatu perencanaan, termasuk perencanaan interpretasi alam, perlu mengetahui terlebih dahulu sumber daya yang dimiliki dan kebutuhan pasarnya terlebih dahulu. Dengan mengetahui sumber daya dan kebutuhan pasar, maka suatu perencanaan interpretasi akan lebih mudah untuk dilakukan. Jubenville et al. (1987), menyatakan ada tiga elemen utama yang menjadi dasar perencanaan interpretasi, yaitu perencana, pengunjung, dan sumber daya. Ketiga elemen tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu:

a. Pengunjung akan mempengaruhi sumber daya

b. Situasi keberadaan sumber daya akan mempengaruhi program perencanaan c. Program perencanaan akan mempengaruhi situasi keberadaan sumber daya d. Pengunjung akan mempengaruhi program perencanaan

e. Program perencanaan akan mempengaruhi keberadaan pengunjung

Grater (1976) menyatakan bahwa sebelum menyusun perencanaan interpretasi sebaiknya didahului oleh suatu “prospektus”. Prospektus tersebut merupakan suatu studi dasar untuk menyusun perencanaan interpretasi. Garis besar prospektus itu adalah sebagai berikut :

a. Tinjauan umum tentang lokasi yang akan diinterpretasikan b. Ringkasan tujuan program interpretasi

- Lingkungan (cuaca dan iklim, keadaan lahan, kondisi geografis, nilai sejarah alam, nilai sejarah, arkeologi dan lain-lain)

- Pengunjung (asal, tingkat pendapatan, latar belakang, pola kegiatan pengunjung dan kegiatan interpretasi yang sudah dilaksanakan)

d. Deskripsi dan fasilitas yang sekarang ada (pusat pengunjung, jalan interpretasi, tanda-tanda interpretasi, interpretasi sendiri, fasilitas slide, film, publikasi pada pengunjung, perpustakaan dan sebagainya), rencana usulan yang diinginkan baik fasilitas maupun aktivitas dan penanganan berbagai aktivitas dan fasilitas yang sudah ada.

e. Usulan program, berupa usulan dari hasil program interpretasi yang disusun. f. Studi pendukung program interpretasi

g. Peningkatan keahlian staf h. Perkiraan biaya usulan program

i. Peta kawasan yang menunjukkan lokasi serta usulan kegiatan dan fasilitasnya. Menurut Sharpe (1982), program interpretasi yang baik harus direncanakan terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan yang dinamis dan sistematis. Tahapan- tahapan dalam perencanaan interpretasi meliputi penentuan tujuan, melakukan inventarisasi dan pengumpulan data, menganalisis data, mensintesis data, merumuskan alternatif perencanaan, merencanakan kegiatan ekoturisme, melaksanakan kegiatan ekoturisme, dan evaluasi/perbaikan rencana. Bagan alir proses perencanaan interpretasi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses perencanaan interpretasi (Sharpe 1982) a. Tujuan

Tujuan merupakan pedoman untuk mewujudkan suatu aktivitas khusus uang dibutuhkan dalam perencanaan interpretasi. Tujuan merupakan kebijakan yang menegaskan program secara langsung dan seimbang. Jika tujuan dari suatu perencanaan interpretasi dikembangkan secara konsisten, maka tingkat keberhasilan perencanaan dapat diukur.

b. Inventarisasi dan pengumpulan data

Tujuan dalam tahap inventarisasi ini adalah mengidentifikasi lokasi untuk menemukan sumberdaya serta keindahan alam. Aspek-aspek yang diidentifikasi antara lain: fisik, biologi, lingkungan dan budaya. Inventarisasi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh data dasar, sehingga penyampaian interpretasi efektif. Teknik-teknik inventarisasi yang digunakan tergantung pada sumber informasi. Standar prosedurnya antara lain:

- Mencari literatur yang baru,

- Menguji kembali data yang telah dipetakan,

- Wawancara terhadap pengelola, masyarakat dan orang-orang yang berpengalaman di lapangan. sintesis Masukan Tujuan Inventarisasi & Pengumpulan Data Analisis implementasi Umpan Balik rencana Evaluasi

c. Analisis

Tahapan Analisis menguji dan mengevaluasi data dan informasi-informasi yang diperoleh, sehingga menghasilkan kritik dan saran untuk pengembangan rencana interpretasi dan disusun dalam sistem yang interaktif. Hal lain yang diperlukan dalam tahap analisis yaitu mengidentifikasi potensi dan tema-tema interpretasi. Dasar tema bisa berupa ciri khusus suatu daerah atau yang sifatnya lebih umum dan unik.

d. Sintesis dan alternatif perencanaan

Sintesis merupakan tahap untuk memadukan berbagai alternatif kegiatan dan mengidentifikasi masing-masing penerapannya. Rancangan dan ide imajinatif menjadi penting, penyediaan selang pemilihan antara alternatif yang sama baiknya dengan basis untuk seleksi program. Dalam mempersiapkan alternatif, perencana harus sering melakukan review atau mengkaji ulang tujuan-tujuan rencana interpretasi yang digunakan sebagai pedoman.

e. Rencana

Tahap dan proses perencanaan menitik beratkan pada pemilihan alternatif, yaitu alternatif yang lebih memuaskan untuk semua kepentingan. Dalam tahap ini perencana harus melakukan perbaikan yang diperlukan dan mulai melengkapi semua aspek dan rencana yang diperoleh, termasuk pendugaan secara terperinci dan dampak implementasinya.

f. Implementasi/penerapan

Mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemilihan cara dan tempat pelaksanaan interpretasi. Langkah ini bertujuan untuk melaksanakan penyampaian cerita sekaligus memecahkan masalah yang timbul.

g. Evaluasi dan perbaikan rencana

Untuk melihat kelanjutan dari suatu rencana yang dibuat, kegiatan monitoring dan pemantauan diperlukan sehingga tujuan dapat tercapai. Evaluasi dilakukan terhadap para pengguna dan dampak fasilitas yang di bangun terhadap sumberdaya serta dampak program terhadap para pengguna.

Veverka (1998) menjelaskan bahwa dalam perencanaan interpretasi harus mengikuti beberapa proses perencanaan interpretasi yang terdiri dari:

a. What (apa): Mencakup Inventarisasi sumberdaya, penentuan tema, dan sub tema yang akan diinterpretasikan.

 Inventarisasi sumber daya: Proses perencanaan diawali dengan inventarisasi suberdaya suatu kawasan yang akan dijadikan bahan interpretasi. Inventarisasi ini dapat membantu mengembangkan tema yang sesuai untuk interpretasi. Gambaran yang mencerminkan kawasan tersebut berdasarkan sumberdaya yang ada dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat suatu tema.

 Tema dan sub-tema: Tema harus berdasarkan apa yang ada di kawasan yang akan diinterpretasikan. Tema merupakan kunci dari ide suatu presentasi. Ketika suatu presentasi yang baik telah selesai di paparkan, maka pendengar harus dapat menyimpulkan isi dari presentasi kedalam satu kalimat yang merupakan tema tersebut. Sub-tema berfungsi untuk memberikan gambaran dari tema utama.

b. Why (mengapa): Tanpa adanya misi, tujuan, dan objektif yang jelas, maka perencanaan interpretasi tidak dapat dilakukan.

 Misi yang ada mencakup tiga hal, yaitu: (i) Siapa Anda? (ii) Apa yang Anda lakukan? dan (ii) Mengapa Anda lakukan? Isi dari misi yang ada akan mempermudah dalam mengendalikan interpretasi yang akan dibuat.

 Tujuan interpretasi merupakan hal umum yang diinginkan terjadi, namun tidak terlalu spesifik.

 Objektif lebih spesifik dari tujuan interpretasi. Objektif yang digunakan untuk mengembangkan perencanaan interpretasi antara lain:

- Objektif dalam pembelajaran (Learning Objectives): Pengetahuan apa yang akan disampaikan sesuai dengan keinginan kita kepada pengunjung agar pengunjung dapat belajar atau mengingatnya.

- Objektif dalam tingkah laku (Behavioral Objectives): Mengarahkan pengunjung dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

- Objektif dalam perasaan/emosi (Emotional Objectives): Mengarahkan pengunjung sehingga pengunjung dapat mengeluarkan berbagai emosi seperti terkejut, marah, sedih, perasaan bersalah, perasaan diterima, bangga, dan emosi-emosi lainnya terkait dengan subjek permasalahannya.

c. Who (siapa): Analisis pengunjung dapat digunakan untuk membantu mengestimasi potensi permintaan terhadap kawasan dan layanannya, sehingga bisa mendapatkan ide-ide untuk fasilitas baru. Data yang dikumpulkan untuk analisis pengunjung dapat berupa demografi pengunjung (daerah asal pengunjung, kelompok umur, jenis kelamin, latar belakang sosial-ekonomi), motif pengunjung dan orientasi kebutuhan pengunjung (peta, penunjuk jalan, dan informasi/fasilitas lainnya).

d. How/When/Where (bagaimana/kapan/dimana): Memutuskan bagaimana kita ingin menginterpretasikan tiap sumberdaya yang telah diinventarisasi berikut dengan waktu dan tempat interpretasi tersebut akan dilakukan. Hal yang harus diingat adalah tema dan objektif dari keseluruhan kawasan. Interpretasi masing-masing sumberdaya harus fokus dalam mengilustrasikan tema interpretasi.

e. I&O (Implementation and Operations): Tujuan utama yaitu mempertimbangkan berapa jumlah biaya (waktu, sumberdaya, budget, pekerja) untuk menerapkan beberapa aspek dalam rencana interpretasi. Pada I&O

mencakup analisis dari pengembangan kawasan, pengembangan media, dan kebutuhan pekerja dimasa yang akan datang. Estimasi biaya/budget hendaknya akurat dan representatif.

f. So What: Memberikan arahan bagaimana cara kita untuk mengevaluasi program interpretasi dan pelayanannya. Enam bagian utama dari proses evaluasi antara lain:

 Identifikasi objek yang ingin di evaluasi

 Memilih teknik atau alat untuk evaluasi yang paling sesuai

 Menggunakan teknik evaluasi yang telah dipilih dan mendapatkan hasilnya.

 Membandingkan hasil nyata di lapangan dengan hasil yang diinginkan.

 Menganalisis hasil

 Membuat rekomendasi/saran untuk kemajuan program

Dari proses perencanaan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa suatu perencanaan interpretasi merupakan suatu proses awal yang merupakan tahapan persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan interpretasi yang disajikan dalam bentuk yang dinamis dan sistematis. Perencanaan interpretasi ini sebagai bahan pertimbangan untuk pihak pengelola dalam mengembangkan kegiatan- kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.