• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun Tahun 2016"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI

Kepada Yth.

Bapak/Ibu selaku responden

Di tempat.

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Departemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,

Nama : Dolli Duanito Malau

NIM : 121000488

Akan mengadakan penellitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kelelahan Kerja Pada Pekerja Kilang Padi Rezeki Jaya Kecamatan Panombean

Kabupaten Simalungun”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk

berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Segala hal yang bersifat

rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk kepentingan

penelitian ini.

Atas perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu,

saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(2)

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA KILANG PADI REZEKI JAYA KECAMATAN

PANOMBEAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2016

No. Responden :

Tanggal Wawancara :

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama :

Umur : Tahun

Jenis Kelamin :Laki-laki/Perempuan

Status Perkawinan : Sudah menikah/Belum menikah

Masa Kerja : Tahun

Tinggi Badan : Meter

Berat Badan : Kg

II. Gejala Kelelahan

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda

( ) dan memberi jawaban yang paling sesuai pada tempat yang sudah disediakan.

Pengukuran kelelahan menurut skala Industrial Fatigue Research Committe

Keterangan

(3)

K : Kadang-Kadang ( 1- 2 hari terasa dalam seminggu)

TP : Tidak Pernah (tidak pernah terasa dalam seminggu)

Apakah pada saat bekerja , Anda merasakan hal-hal sebagai berikut :

Pelemahan Kegiatan

No. Gejala Kelelahan SS S K TP

1. Kepala Anda terasa berat

2. Merasa lelah diseluruh badan

3. Kaki Anda terasa berat

4. Frekuensi menguap

5. Pikiran Anda kacau

6. Anda mengantuk

7. Mata teras berat (ingin dipejamkan)

8. Kaku dan canggung untuk bergerak

9. Tidak seimbang dalam berdiri

10. Merasa ingin berbaring

Pelemahan Motivasi

No. Gejala Kelelahan SS S K TP

1. Merasa susah untuk berfikir

2. Lelah berbicara

(4)

4. Sulit untuk berkonsentrasi

5. Sulit untuk memusatkan perhatian

6. Cenderung untuk lupa

7. Kurang percaya

8. Cemas terhadap sesuatu

9. Tidak dapat mengontrol sikap

10. Tidak dapat tekun dalam bekerja

Kelelahan Fisik

No. Gejala Kelelahan SS S K TP

1. Sakit Kepala

2. Bahu terasa kaku

3. Merasa nyeri dibagian punggung

4. Sesak napas / sulit untuk bernafas

5. Merasa haus

6. Suara anda serak

7. Merasa pening / pusing

8. Kelopak mata terasa berat

9. Gemetar pada bagian tubuh tertentu

(5)
(6)
(7)

Lampiran 4. Dokumentasi

Gambar 1. Lokasi Penelitian Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

(8)

Gambar 3. Penjemuran Gabah Padi

(9)

Gambar 5. Pengukuran tinggi dan berat badan pekerja

(10)

Keterangan:

(11)

Stt_K : status perkawinan dalam bentuk kategori 1 = sudah menikah, 2 = belum menikah

M_K : masa kerja pekerja

M_KK : masa kerja dalam bentuk kategori 1= ≤ mean, 2 = > mean

TB : tinggi badan

BB : berat badan

IMT : nilai status gizi/IMT

IMT_K : nilai status gizi/IMT dalam bentuk kategori, 1 = normal, 2 = kelebihan berat badan

N_K : nilai total kuesioner kelelahan skala IFRC

(12)

Lampiran 6

OUTPUT

Frequencies

Frequency Table

Umur Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dibawah mean 18 58.1 58.1 58.1

Diatas Mean 13 41.9 41.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 20 64.5 64.5 64.5

Perempuan 11 35.5 35.5 100.0

Total 31 100.0 100.0

Status Perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sudah Menikah 19 61.3 61.3 61.3

Belum Menikah 12 38.7 38.7 100.0

(13)

Masa Kerja Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dibawah Mean 18 58.1 58.1 58.1

Diatas Mean 13 41.9 41.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

IMT Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 19 61.3 61.3 61.3

kelebihan berat badan 12 38.7 38.7 100.0

Total 31 100.0 100.0

Nilai Kelelahan Kategori

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kelelahan Ringan 9 29.0 29.0 29.0

Kelelahan Menengah 15 48.4 48.4 77.4

Kelelahan Berat 7 22.6 22.6 100.0

(14)

Crosstabs

Umur Kategori * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation

(15)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 6.698a 2 .035 .044

Likelihood Ratio 6.857 2 .032 .048

Fisher's Exact Test 6.328 .048

Linear-by-Linear Association

4.336b 1 .037 .045 .032 .023

N of Valid Cases 31

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,94. b. The standardized statistic is 2,082.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Exact Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .422 .035 .044

(16)

Crosstabs

jenis kelamin * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation

(17)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square .991a 2 .609 .698

Likelihood Ratio 1.038 2 .595 .627

Fisher's Exact Test 1.050 .698

Linear-by-Linear Association

.779b 1 .378 .445 .267 .140

N of Valid Cases 31

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48. b. The standardized statistic is ,882.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Exact Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .176 .609 .698

(18)

Crosstabs

status Perkawinan * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation

(19)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig.

(1-sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 2.044a 2 .360 .451

Likelihood Ratio 2.095 2 .351 .366

Fisher's Exact Test 2.000 .451

Linear-by-Linear Association 1.978b 1 .160 .207 .124 .077

N of Valid Cases 31

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,71. b. The standardized statistic is 1,406.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Exact Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .249 .360 .451

(20)

Crosstabs

Masa Kerja Kategori * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation

(21)

Chi-Square Tests

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,94. b. The standardized statistic is 2,082.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Exact Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .422 .035 .044

(22)

IMT Kategori * Nilai Kelelahan Kategori Crosstabulation

(23)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Exact Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .404 .048 .044

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ambar, A., 2006. Hubungan Antara Kelelahan Dengan Produktivitas Tenaga

Kerja Di Bagian Penjahitan PT Bengawan Solo Garment Indonesia,Fakultas Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Amelia, M., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada

Pekerja Pembuat Pipa Dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) Di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013,

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Aris, S., 2015. Aplikasi SPSS Untuk Analisa Data Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika.

Budiono S.A.M., Jusuf .R.M.S., Adriana Pusparini., 2003. Bunga Rampai

Hiperkes dan Keselamatan Kerja.Semarang.Badan Penerbit Universitas

Diponegoro Semarang.

Davis, Bobby R., 2001. Occupational Safety and Health Program: A guide to

preventing Heat stress. New Zealand: Department of Labour

Dwi J. Reza Prasetyawan., 2011. Hubungan Karakteristik Individu Dengan

Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rumah Ssakit Umum Daerah Kabupaten Sampang. Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Airlangga.

Ihsan Taufiq dan Salami S., 2010. Hubungan Antara Shift Kerja Dengan

Tingkatan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Pabrik Perakitan Mobil Indonesia. Program Studi Magister Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Irma, M.R., 2014., Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada

Pekerja Di Unit Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makasar. Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas

Hasanuddin Makasar.

Mauludi, Moch Noval., 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kelelahan Pada Pekerja Di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mauritza, L.S., Widodo, I. D. 2008. Faktor Dan Penjadualan Shift Kerja.

(25)

Mentari, Annisa., 2012. Hubungan Karakteristik Pekerja Dan Cara Kerja

Dengan Kelelahan Kerja Pada Pemanen Kelapa Sawit Di PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Tahun 2012. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumater Utara.

Nadia, Casie., 2009. Fakor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan

Pengumpul Tol Di Gerbang Cililitan PT Jasa Marga Cabang CTC Tahun 2011,Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Nurmianto Eko., 2003. Ergonomi konsep Dasar dan Aplikasi. Surabaya . Prima Printing.

Nurmianto Eko., 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya. Guna Widya.

Mauludi, Moch Noval., 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kelelahan Pada Pekerja Di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor Tahun 2010. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam

Negeri Jakarta.

Maurits, Lintje Setyawati dan Widodo, Imam Djati., 2008. Faktor Dan

Penjadualan Shift Kerja. Teknoin, Volume 13, Nomor 2, Desember 2008.

Syahlefi, Meutia Reza., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kelelahan Pengemudi Di Bus CV. Makmur Medan Tahun 2014. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Monica, Lidya., 2010., Gambaran Kelelahan Kerja Pada Penjahit Di Pasar

Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Occupational Safety and Health., 2003. Healthy Work, Managing stress and

fatigue in the workplace. New Zealand: Department of Labour.

Puspita,Giri Irma., 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan

Berdasarkan Kaakterisitik Pekerja Di Bagian Produksi Jahit Garmen PT. Lestari Busana Anggun Mahkota Tahun 2009. Program Studi Kesehatan

(26)

Sijabat, S.G., 2007. Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Penggilingan Padi Besar

Dan Kecil Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Santoso, Gempur. 2004., Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher

Setyawati, L. M., 2007. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Pelatihan

Para Medis Seluruh Jawa Tengah, RSU Soeradji Klanten.

Suma’mur P.K., 2009. Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).

Jakarta, Sagung Seto.

Suma’mur P.K., 2013. Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta, CV Sagung Seto.

Suwondo, A., 2008. Perbedaan Tekanan Darah Pada Pekerja Yang Terpapar

Panas Di Industri Sale Pisang Suka Senang Kabupaten Ciamis. Jurnal

Promosi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 1, Januari 2008.

Tarwaka, Bakri, S. & Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta, UNIBA Press.

Tarwaka, 2014., Ergonomi Industri Dasar - Dasar Pengetahuan Ergonomi dan

Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta.Harapan Press.

Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Jakarta. 1970.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. 2009.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survei analitik menggunakan desain cross

sectional, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan

Panombean Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu untuk melihat

kondisi kelelahan dan analitik untuk melihat distribusi frekuensi kondisi kelelahan

berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pekerja Kilang Padi CV.Rezeki Jaya

Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun dan waktu penelitian

dilaksanakan pada Februari – Mei 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun sebanyak 31 orang, yang terbagi

pada beberapa bagian pekerjaan yaitu: bagian penjemuran padi sebanyak 6 orang,

supir truk 4 orang, penggilingan padi sebanyak 5 orang, bagian pengepakan

(packing) sebanyak 5 orang, bagian administrasi 4 orang, kuli angkut 5 orang,

(28)

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah teknik total

sampling dimana seluruh anggota populasi menajadi objek penelitian yaitu

sebanyak 31 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh menggunakan

metode wawancara dengan teknik kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner pengujian kelelahan umum untuk mengetahui hubungan faktor umur,

masa kerja, status perkawinan, status gizi, dan jenis kelamin dengan kejadian

kelelahan pada pekerja kilang padi secara subjektif dengan skala Industrial

Fatigue Research Committe (IFRC).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data data di Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

mengenai data karyawan, pengaturan waktu kerja, gambaran umum Kilang Padi

CV. Rezeki Jaya, serta wawancara tidak terstruktur. Data – data pendukung lainnya tentang informasi yang berkaitan dengan kelelahan diperoleh dari

berbagai literatur seperti buku, jurnal, artikel, dsb.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

(29)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian kelelahan.

2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independen variabel)

Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor

yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini

adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, mas kerja, dan status

gizi/IMT.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan defenisi konsep, maka dibuat beberapa defenisi operasional

yang digunakan pada saat penelitian di Kilang Padi CV. Rezeki Jaya sebagai

berikut :

1. Kelelahan adalah keadaan lelah yang dirasakan responden yang diukur

dengan menggunakan skala IFRC.

2. Umur adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang

diberikan, terhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data responden di

Kilang Padi CV. Rezeki Jaya (tahun).

3. Jenis kelamin adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang

diberikan(laki-laki/perempuan).

4. Status perkawinan adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner

yang diberikan(kawin,belum kawin).

5. Masa kerja adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang

(30)

bekerja dari awal masuk kerja sampai waktu pengambilan data di Kilang Padi

CV. Rezeki Jaya(tahun).

6. Status gizi/IMT adalah berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan2 (m2)

dinyatakan dengan body mass index (BMI) / indeks massa tubuh. dibuat

menjadi kategori Sangat Kurus, jika BMI < 17, Kurus bila BMI 17 - 18,4,

Normal bila BMI 18,5-24,9, Kelebihan Berat Badan bila BMI 25-26,9,

Gemuk bila BMI 27-28,9, dan Sangat Gemuk bila BMI > 29.

3.6 Metode Pengukuran Data

1. Kelelahan diukur dengan metode pengukuran yakni berupa kuesioner

pengujian kelelahan umum atau secara subyektif yang diadopsi dari Industrial

Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health

(IFRC Jepang).

2. Umur dijumlahkan terlebih dahulu kemudian dibagi dengan jumlah

responden (≤Mean, > Mean).

3. Jenis kelamin dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner yang

diberikan (laki-laki atau perempuan).

4. Status perkawinan dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner

yang diberikan (sudah menikah,belum menikah).

5. Masa kerja dijumlahkan terlebih dahulu kemudian dibagi dengan jumlah

responden (≤ Mean, > Mean).

6. Status gizi/IMT diukur dengan hasil pembagian antara berat badan (Kg)

(31)

badan manusia dewasa yang sudah dikalibrasi. Tinggi badan diukur dengan

meteran tinggi badan yang di temple didinding dengan memperhatikan tumit

kaki responden harus tegak lurus dengan bersandar pada dinding dan

memperhatikan posisi kepala harus tegak.

Tabel 2. Tabel Pengukuran variabel penelitian

Variabel Cara dan Alat Ukur Hasil ukur Skala

Variabel dependen

1. Kelelahan Pekerja Wawancara dan Kuesioner dengan

2.Jenis Kelamin Wawancara dan Kuesioner

1.Laki-laki 2.Perempuan

Nominal

3.Status perkawinan Wawancara dan Kuesioner

1.Sudah Menikah 2.Belum Menikah

Nominal

4. Masa Kerja Kuesioner dan wawancara

1. ≤ Mean 2. > Mean

Ordinal

5. Status Gizi/IMT Timbangan dan Meteran

1. Normal

2. Kelebihan Berat Badan

(32)

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Numbering, memberikan nomor dan kode dari setiap kuesioner yang akan

diberikan.

2. Editing, melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada

kuesioner.

3. Coding, mengubah data pada kuesioner dalam bentuk kode kode.

4. Processing, memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry

data kedalam statistik komputer, yakni menggunakan program SPSS.

5. Analysis, melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini

dibantu dengan perangkat lunak statistik komputer.

6. Skoring, masing-masing variabel akan diberi nilai sesuai frekuensi gejala

kelelahan.

7. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan

analisis bivariat.

3.7.2 Teknik Analisis Data 3.7.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian.Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang

(33)

3.7.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Chi-Square (X2).Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara variabel independen dengan

(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

CV. Rezeki Jaya adalah salah satu kilang padi yang terletak di Desa

Panombean Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun. Kilang padi

CV.Rezeki Jaya berdiri sejak tahun 1993 yang didirikan oleh bapak J. Manihuruk.

Pimpinan Kilang Padi CV. Rezeki Jaya masih di pegang oleh Bapak J. Manihuruk

sampai tahun 2016. Kilang padi ini awalnya hanya melakukan penggilingan padi

saja. Seiring perkembangannya Kilang Padi CV. Rezeki jaya kini sudah

memproduksi beras sendiri dengan nama produk Sipisang dan KKB. Hasil lain

dari proses produksi adalah abu sekam dan pakan ternak (dedak).

Kilang Padi CV. Rezeki Jaya sekarang memiliki 31 pekerja, yang terbagi

pada beberapa bagian pekerjaan yaitu: bagian penjemuran padi sebanyak 6 orang,

supir truk 4 orang, penggilingan padi sebanyak 5 orang, bagian pengepakan

(packing) sebanyak 5 orang, bagian administrasi 4 orang, kuli angkut 5 orang,

penjaga kilang padi 2 orang. Pekerja bekerja setiap hari Senin sampai Sabtu,

kecuali penjaga kilang padi yang bekerja setiap harinya, dan apabila ada hal-hal

lain diluar hari yang ditetapkan maka terkadang hari Minggu pekerja juga bekerja

dengan dihitung lembur. Pekerjaan dimulai pada pukul 8 pagi dan selesai pada

pukul 5 sore. Selama satu hari bekerja, pekerja mendapat waktu istirahat sebanyak

satu jam yaitu pada pukul 11.30 sampai pukul 12.30.

Proses produksi di Kilang Padi CV. Rezeki Jaya diawali dengan

(35)

proses selanjutnya adalah memasukkan gabah kedalam mesin penggilingan.

Proses penggilingan dimulai dari pembersihan, pemecahan kulit, penyosohan,

pemutihan dan pengayakan terakhir. Beras yang sudah keluar dari pengayakan

terakhir akan disalurakan untuk proses pengepakan (packing). Tahap akhir adalah

pendistribusian dan pemasaran produk beras yang dihasilkan.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Umur Responden

Distribusi umur berdasarkan nilai mean yang didapatkan yaitu 36 sehingga

menjadi ≤ 36 tahun dan > 36 tahun, maka distribusi umur pekerja Kilang Padi CV.

Rezeki Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Umur (Tahun) N(Orang) %

≤ 36 18 58,1

>36 13 41,9

Total 31 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki

Jaya yang berusia ≤ 36 tahun sebanyak 18 orang (58,1%) dan umur yang berusia

(36)

4.2.2 Jenis Kelamin Responden

Distribusi jenis kelamin responden pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki

Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Distribusi jenis kelamin pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Jenis Kelamin N(Orang) %

Laki-laki 20 64,5

Perempuan 11 35,5

Total 31 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki

Jaya yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (64,5%) dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 11 orang (35,5%).

4.2.3 Status Perkawinan Responden

Distribusi status perkawinan responden pada pekerja Kilang Padi CV.

Rezeki Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi status perkawinan pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Status Perkawinan N(Orang) %

Sudah Menikah 19 61,3

Belum Menikah 12 38,7

Total 31 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa status perkawinan pekerja Kilang Padi

CV. Rezeki Jaya yang sudah menikah sebanyak 19 orang (61,3%) dan yang belum

(37)

4.2.4 Masa Kerja Responden

Distribusi masa kerja berdasarkan nilai mean yang didapatkan yaitu 6

sehingga menjadi ≤ 6 tahun dan > 6 tahun, maka distribusi masa kerja pekerja

Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi masa kerja pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Masa Kerja(Tahun) N(Orang) %

≤ 6 18 58,1

>6 13 41,9

Total 31 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa masa kerja pekerja Kilang Padi CV.

Rezeki Jaya yang memiliki masa kerja ≤ 6 tahun sebanyak 18 orang (58,1%) dan

yang memiliki masa kerja >6 tahun sebanyak 13 orang (41,9%).

4.2.5 Status Gizi/IMT Responden

Status gizi/IMT pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi status gizi/IMT pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Status Gizi/IMT N(Orang) %

Normal 19 61,3

Kelebihan Berat Badan 12 38,7

Total 31 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa status gizi/IMT pada pekerja

Kilang Padi CV. Rezeki Jaya yang masuk dalam kategori normal 19 orang

(38)

4.2.6 Kelelahan Kerja Responden

Kelelahan kerja yang dirasakan oleh pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Kelelahan Kerja N(Orang) %

Kelelahan Ringan 9 29

Kelelahan Menengah 15 48,4

Kelelahan Berat 7 22,6

Total 31 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pekerja Kilang Padi CV. Rezeki

Jaya yang termasuk dalam kategori kelelahan ringan 9 orang (29%), kategori

kelelahan menengah 15 orang (48,4%), dan kategori kelelahan berat 7 orang

(22,6%).

4.3 Hasil Uji Bivariat

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi variabel responden selanjutnya

dilakukan uji chi square . Hasil ouput dari uji chi square menunjukkan adanya

persyaratan yang tidak terpenuhi yaitu ada nilai expected < 5 sebanyak 50%.

Menurut Aris (2015) ada dua cara untuk melihat hubungan dengan uji chi square

untuk tabel kontingensi > 2x2 apabila tidak terpenuhi persyaratan sampel besar

( tidak boeh ada nilai expected < 5 melebihi 20%) . Pertama sel yang ada

digabung (merger) dimulai dari sel yang mempunyai nilai expected paling kecil.

Kedua dengan cara mengklik (memilih) fasilitas exact yang sudah ada disediakan

oleh software SPSS. Pada penelitian ini selanjutnya dilakukan uji chi square

(39)

CV. Rezeki Jaya Desa Panombean Kecamatan Panombean Kabupaten

Simalungun. Hasil analisis yang dibaca bukan pearson chi square, tetapi fisher

exact test pada baris dan exact sig.2-sided (Aris, 2015).

4.3.1 Hubungan umur dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Hubungan antar umur pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan

kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil uji chi square umur pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Kelelahan

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian

kelelahan pada usia ≤ 36 tahun kategori kelelahan ringan yaitu 2 orang ( 11,1%),

kelelahan menengah yaitu 11 orang (61,1%), dan kelelahan berat yaitu 5 orang (

27,8%), sedangkan untuk umur >36 tahun kategori kelelahan ringan yaitu 7 orang

(53,8%), kategori kelelahan menengah yaitu 4 orang ( 30,8%), dan kategori

kelelahan berat yaitu 2 orang (15,4%).

Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara umur dengan

kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,048 dimana p < 0,05, artinya ada

hubungan umur dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki

(40)

4.3.2 Hubungan jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Hubungan antar jenis kelamin pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

dengan kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Hasil uji chi square jenis kelamin pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian

kelelahan pada pekerja dengan jenis kelamin laki-laki kategori kelelahan ringan

yaitu 7 orang ( 35%), kelelahan menengah yaitu 9 orang (45%), dan kelelahan

berat yaitu 4 orang ( 20%), sedangkan untuk pekerja dengan jenis kelamin

perempuan kategori kelelahan ringan yaitu 2 orang (18,2%), kategori kelelahan

menengah yaitu 6 orang ( 54,5%), dan kategori kelelahan berat yaitu 3 orang

(27,3%).

Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara jenis kelamin

dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,698 dimana p > 0,05,

artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada

(41)

4.3.3 Hubungan status perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Hubungan antar status perkawinan pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan

kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Hasil uji chi square status perkawinan pekerja dengan

kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian

kelelahan pada pekerja dengan status pernikahan sudah menikah kategori

kelelahan ringan yaitu 7 orang ( 36,8%), kelelahan menengah yaitu 9 orang

(47,4%), dan kelelahan berat yaitu 3 orang ( 15,8%), sedangkan untuk pekerja

dengan status pernikahan belum menikah kategori kelelahan ringan yaitu 2 orang

(16,7%), kategori kelelahan menengah yaitu 6 orang ( 50%), dan kategori

kelelahan berat yaitu 4 orang (33,3%).

Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara status perkawinan

dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,451 dimana p > 0,05,

artinya tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan kejadian kelelahan

(42)

4.3.4 Hubungan masa kerja dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Hubungan antara masa kerja pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan

kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Hasil uji chi square masa kerja pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian

kelelahan pada pekerja dengan masa kerja ≤ 6 tahun kategori kelelahan ringan

yaitu 2 orang (11,1%), kelelahan menengah yaitu 11 orang (61,1%), dan kelelahan

berat yaitu 5 orang (27,8%), sedangkan untuk pekerja dengan masa kerja > 6

tahun kategori kelelahan ringan yaitu 7 orang (53,8%), kategori kelelahan

menengah yaitu 4 orang ( 30,8%), dan kategori kelelahan berat yaitu 2 orang

(15,4%).

Pada hasil uji chi square dengan fasilitas exact antara masa kerja dengan

kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,048 dimana p < 0,05, artinya ada

hubungan antara masa kerja dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi

(43)

4.3.5 Hubungan status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Hubungan antara status gizi/IMT pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya dengan

kejadian kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Hasil uji chi square status gizi/IMT pekerja dengan kejadian kelelahan kerja pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Berdasarkan tabel hasil pengukuran, dapat dilihat bahwa kejadian

kelelahan pada pekerja dengan status gizi/IMT normal kategori kelelahan ringan

yaitu 8 orang (42,1%), kelelahan menengah yaitu 9 orang (47,4%), dan kelelahan

berat yaitu 2 orang (10,5%), sedangkan untuk pekerja dengan status gizi/IMT

kelebihan berat badan kategori kelelahan ringan yaitu 1 orang (8,3%), kategori

kelelahan menengah yaitu 6 orang ( 50%), dan kategori kelelahan berat yaitu 5

orang (41,7%).

Pada hasil uji chi square antara status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan

dapat diketahui nilai p = 0,046 dimana p < 0,05, artinya ada hubungan antara

status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki

(44)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan

ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan

visual), kelelahan fisik umum, kelelahan saraf, kelelahan oleh lingkungan yang

monoton dan kelelahan oleh lingkungan kronis terus menerus sebagai faktor

secara menetap. Pendapat lain mengatakan bahwa kelelahan adalah suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut

sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan kerja merupakan fenomena

yang sering dialami oleh tenaga kerja namun hal ini tidak bisa diabaikan karena

berkaitan dengan perlindungan kesehatan tenaga kerja. Bahkan dari hasil

penelitian disebutkan bahwa dari 80% human error, 50% nya disebabkan oleh

kelelahan kerja (Tarwaka, 2004).

Kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.

Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaan atau kegiatan, sehingga meningkatkan kesalahan dalam melakukan

pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja. Kelelahan dapat

menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah,

motivasi menurun, memperlambat waktu reaksi, dan kesulitan dalam mengambil

keputusan yang menyebabkan menurunnya kinerja dan menambahnya tingkat

kesalahan kerja. Sehingga dengan meningkatnya kesalahan kerja akan

(45)

Pengukuran kelelahan pada penelitian ini dilakukan dengan kuesioner

menurut skala Industrial Fatigue Research Committe yaitu menggunakan 30 item

pertanyaan. Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori

besar yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, sering (S) dengan diberi nilai

3, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan tidak pernah (TP) dengan diberi

nilai 1. Hasilnya akan menunjukkan bahwa semakin besar nilai total yang didapat

maka semakin tinggi tingkat kelelahan yang dialami pekerja.

Hasil penelitian kelelahan pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

menunjukkan bahwa dari 31 pekerja yang diteliti seluruhnya masuk kedalam

kategori kelelahan yang meliputi kategori kelelahan ringan sebanyak 9 orang

(29%), kategori kelelahan menengah sebanyak 15 orang (48,4 %), kategori

kelelahan berat sebanyak 7 orang (22,6%).

Kelelahan ringan merupakan tingkat kelelahan yang terjadi dengan

frekuensi gejala 1-2 hari terasa dalam seminggu dengan skor nilai berdasarkan

skala IFRC sebesar 31-60. Kelelahan menengah merupakan tingkat kelelahan

dengan frekuensi gejala kelelahan 3-4 hari terasa dalam seminggu dengan skor

nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 61-90. Kelelahan berat merupakan tingkat

kelelahan dengan frekuensi gejala kelelahan hampir setiap hari terasa dalam

seminggu dengan skor nilai berdasarkan skala IFRC sebesar 91-120.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat rata-rata nilai pada

pelemahan kegiatan yaitu sebesar 31,8, pelemahan motivasi sebesar 24,3 , dan

(46)

terjadi pada gejala kelelahan frekuensi menguap, mengantuk, mata terasa berat

(ingin dipejamkan), dan merasa ingin berbaring.

Timbulnya kondisi lelah pada diri pekerja merupakan hasil dari adanya

berbagai penyebab kelelahan baik yang berasal dari pekerja ataupun lingkungan

pekerja. Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya kelelahan, diperlukan upaya

untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab-penyabab kelelahan yairu

dengan cara memberikan pelatihan/informasi secara lebih mendalam mengenai

kelelahan, penyebab-penyebab, dampak dan cara menanggulangi kelelahan akibat

kerja untuk pekerja.

5.2 Hubungan umur dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kelelahan adalah

umur. Umur terendah pekerja yang menjadi responden adalah 23 tahun,

sedangkan untuk umur tertinggi responden adalah 67 tahun. Berdasarkan hasil

pengukuran didapat bahwa umur pekerja pada usia ≤ 36 tahun dalam kategori

kelelahan ringan yaitu 2 orang ( 11,1%), kelelahan menengah yaitu 11 orang

(61,1%), dan kelelahan berat yaitu 5 orang ( 27,8%). Sedangkan untuk umur > 36

tahun dalam kategori kelelahan ringan yaitu 7 orang (53,8%), kategori kelelahan

menengah yaitu 4 orang ( 30,8%), dan kategori kelelahan berat yaitu 2 orang

(15,4%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square dengan pilihan exact

didapatkan Pvalue sebesar 0,048 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna

(47)

pnenelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2010) mengenai hubungan beban

kerja, status gizi dan usia dengan tingkat kelelahan pekerja operator bagian

dyeing, dengan responden yang berusia sebagian besar lebih dari 30 tahun juga

menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian kelelahan

pekerja.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, pekerja yang berumur ≤ 36 tahun lebih cenderung memiliki beban kerja yang banyak dan cenderung lebih

berat. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma

(2004) yang mengatakan kejadian kelelahan pada pekerja yang lebih muda dapat

disebabkan oleh lama kerja yang tidak memenuhi syarat (8 jam perhari), dengan

beban yang cukup berat. Selain itu, kondisi kesehatan pekerja juga mempengaruhi

seseorang dalam mengalami kelelahan. Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus

dikerjakan seringkali membuat para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan

yang seharusnya tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau dilihat dari sisi

keahlian maupun posisi pekerjaan (Fajar dan Sanggra Baginda, 2000).

5.3 Hubungan jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dengan pilihan exact didapatkan

nilai Pvalue sebesar 0,698 artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan Faiz (2014) dengan hasil uji statistik chi

(48)

(kelelahan) dengan variabel independen (jenis kelamin) dengan Pvalue sebesar

0,883.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Amelia (2013) yang

menyatakan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan

kerja. Menurut Suma’mur yang dikutip oleh Amelia (2013) menyatakan

penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum wanita

hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot

laki-laki. Tenaga kerja wanita juga mengalami siklus biologis (menstruasi) setiap

bulan sehingga mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini

menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar daripada tingkat

kelelahan pria (Suma’mur, 2009). Menurut Kroemer dan Grandjean dalam

Tarwaka (2004) bahwa masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh

periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga

gangguan menstruasi, gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi.

Hasil observasi peneliti dilapangan, walaupun tidak memiliki beban kerja

yang berat, namun pekerja perempuan yang bekerja memiliki pekerjaan yang

cenderung monoton sehingga dapat menimbulkan kejadian kelelahan kerja.

Menurut Grandjean dalam Ambar (2006) yang menyatakan faktor penyebab

kelelahan kerja berkaitan dengan sifat pekerjaan yang monoton (kurang

bervariasi), intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. Hal ini juga sejalan

dengan Tarwaka (2004) yang menyatakan kelelahan umum biasanya ditandai

(49)

intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab-sebab mental, status

kesehatan dan keadaan gizi.

5.4 Hubungan status perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Berdasarkan hasil pengukuran, didapat hasil Pvalue sebesar 0,451 dari uji

Chi Square dengan pilihan exact yang artinya tidak ada hubungan antara status

perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya

karena p > 0,05. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amelia (2013) yang

mendapatkan Pvalue berdasarkan uji statistik dengan uji Chi Square sebesar 0,387

yang artinya tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan kejadian

kelelahan pada pekerja.

Pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja yaitu 61,2 %

memiliki status perkawinan sudah menikah. Namun berdsarkan hasil analisis

bivariat dengan chi square tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna

antara status perkawinan dengan kelelahan pada pekerja. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Maulidi (2009), dimana didapatkan

Pvalue sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan antara status perkawinan

dengan kelelahan.

Menurut Puspita (2009) seseorang yang sudah menikah akan mengalami

kelelahan yang penyebabnya adalah waktu setelah bekerja digunakan untuk

melayani anak dan istrinya, bukan untuk istirahat. Pekerja wanita cenderung

(50)

istri lebih memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarga, seperti

mengurus anak serta melakukan pekerjaan rumah seperti memasak dan menyapu.

Perbedaan hasil temuan ini bisa terjadi dikarenakan data yang kurang

bervariasi. Data yang tidak bervariasi ini yang mungkin dapat menyebabkan tidak

terlihat adanya hubungan antara status kawin dengan kelelahan pada pekerja

Kilang Padi CV. Rezeki Jaya.

5.5 Hubungan masa kerja dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Masa kerja erat kaitannya dengan kemampuan beradaptasi antara seorang

pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya. Proses adaptasi dapat

memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan

aktivitas atau performasi kerja, sedangkan efek negatifnya adalah batas ketahanan

tubuh yang berlebihan akibat tekanan yang didapatkan pada proses kerja. Hal

tersebut yang menjadi sebab timbulnya kelelahan yang membawa pada penurunan

fungsi psikologi dan fisiologi. Tekanan melalui fisik pada suatu waktu tertentu

akan mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan dapat

berupa makin rendahnya gerakan, hal tersebut tidak hanya disebabkan karena

beban kerja yang berat namun lebih pada tekanan-tekanan yang terakumulasi

setiap harinya pada suatu masa yang panjang (Januar, 2014).

Dari hasil analisis statistik menggunakan uji Chi Square dengan pilihan

exact didapatkan Pvalue sebesar 0,048 yang menunjukkan hasil bahwa ada

hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja

(51)

masa kerja ≤ 6 tahun mengalami kelelahan dengan kategori menengah dan berat

lebih banyak daripada pekerja dengan masa > 6 tahun. Hal ini dapat dikarenakan

pekerja yang memiliki masa kerja yang lebih lama cenderung sudah memiliki

pengalaman dan mengetahui cara-cara yang efektif dalam bekerja dilingkungan

kerja. Hal sama dalam pernyataan Sutjana dalam penelitian yang dilakukan

Monica (2010) yang menyatakan bahwa masa kerja berhubungan dengan tingkat

pengalaman seseorang dalam suatu pekerjaan. Dimana hal tersebut akan

mempengaruhi kejadian kelelahan seseorang, semakin berpengalaman orang

tersebut dalam pekerjaannya, efisiensinya dalam bekerja juga meningkat. Orang

tersebut akan dapat mengatur besarnya tenaga yang dikeluarkan. Selain itu,

pekerja telah mengetahui posisi kerja yang terbaik atau nyaman untuk dirinya,

sehingga produktivitasnya juga terjaga. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa tingkat keterampilan dan kemampuan tenaga kerja yang tinggi. Masa kerja juga

dapat mempengaruhi kelelahan kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga

kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah

terbiasa dengan pekerjaannya.

5.6 Hubungan status gizi/IMT dengan kejadian kelelahan pada pekerja

Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.11, hasil analisa statistik dengan uji Chi Square

didapatkan nilai Pvalue 0,046 yang artinya terdapat hubungan antara status gizi

(52)

Berdasarkan hasil pengukuran, didapat hasil Pvalue sebesar 0,046 dari uji

Chi Square dengan pilihan exact yang artinya ada hubungan antara status gizi

dengan kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Fandrik (2009) dengan uji Chi Square

menyimpulkan bahwa adanya hubungan status gizi dengan kelelahan kerja.

Dari penelitian ini diketahui bahwa pekerja yang memiliki status gizi/IMT

lebih mengalami kejadian kelelahan kategori berat yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki status gizi/IMT normal. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang di lakukan Russeng (2009) dalam Syahlefi (2014)

yang mengatakan bahwa penggunaan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kategori

praobes/beresiko akan mempengaruhi oksigenasi kejaringan tubuh, termasuk

jaringan otak. Hal ini disebabkan karena banyaknya lemak yang berada

diperitonium akan mempengaruhi kemampuan penggunaan oksigen oleh tubuh

sehingga gejala-gejala kelelahan seperti menguap dan mengantuk sangat mudah

dialami oleh pekerja yang memiliki BMI praobes atau beresiko. Menurut Budiono

(2003) seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki

kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Pada

keadaan gizi yang buruk dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan

menurunkan efisiensi serta ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit

(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 31 pekerja Kilang

Padi CV. Rezeki Jaya Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun Tahun

2016 disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat 18 orang (58,1%) yang berumur ≤ 36 tahun, dan 13 orang (41,9%) yang berumur > 36 tahun.

2. Terdapat 20 orang (64%) yang berjenis kelamin laki-laki, dan 11 orang

( 35,5%) yang berjenis kelamin perempuan.

3. Terdapat 19 orang (61,3%) yang berstatus sudah menikah, dan 12 orang

(38,7%) yang berstatus belum menikah.

4. Terdapat 18 orang (58,1%) yang memiliki masa kerja ≤ 6 tahun, dan 13 orang (41,9%) yang memiliki masa kerja > 6 tahun.

5. Terdapat 19 orang (61,3%) yang berstatus gizi/IMT normal, dan 12 orang

(38,7%) yang berstatus gizi/IMT kelebihan berat badan.

6. Terdapat 9 orang (29%) dengan kategori kelelahan ringan, 15 orang

(48,4%) dengan kategori kelelahan menengah, dan 7 orang (22,6%)

dengan kategori kelelahan berat.

7. Adanya hubungan yang bermakna antara faktor umur, masa kerja, dan

(54)

8. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan status

perkawinan dengan kejadian kelelahan pada pekerja.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diajukan saran sebagi berikut:

1. Semua pekerja harus bekerja sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang telah

ditentukan sebelumnya.

2. Pekerja yang baru bekerja sebaiknya diberikan pelatihan/informasi

mengenai pekerjaan yang akan dikerjakan.

3. Apabila perasaan mengantuk datang dan tidak tertahankan sebaiknya

pekerja beristirahat 30 menit, tindakan ini dapat menyegarkan kembali

tubuh dan meningkatkan kadar oksigen dalam darah sehingga perasaan

mengantuk dan kelelahan berkurang.

4. Pekerja yang memiliki status gizi/IMT kelebihan berat badan sebaiknya

(55)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggilingan Padi

Menurut Suprayono dan Setyono yang dikutip oleh Sijabat (2007)

penggilingan padi adalah salah satu proses mekanik memisahkan sekam dari

gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk

memperoleh beras giling. Kehilangan hasil di pabrik penggilingan tergantung

pada penanganan gabah dari sejak dipanen sampai pengeringan (mutu gabah dan

kadar air gabah), kondisi lingkungan (lahan kering/pasang surut), dan sistem

sanitasi penggilingan padi.

Menurut Sijabat (2007) berdasarkan kapasitas dan proses kerjanya maka

penggilingan dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Penggilingan Padi Besar (PPB) adalah penggilingan padi yang mempunyai

unit yang lengkap, terdiri dari mesin perontok, pembersih gabah,

pembersih kulit, padi separator, pemutih (polisher), grader (pemilih)

elevator dan lainnya. Kapasitas produksi riil lebih besar dari 1,5 ton beras /

jam.

2. Penggilingan Padi Kecil adalah penggilingan padi yang terdiri dari dua

unit mesin yang dipasang terpisah yaitu pemecah kulit (husker) dan

pemutih (polisher). Kapasitas produksi riil antara 0,3 – 1,5 ton beras/ jam.

Pada umumnya pemindahan beras dari husker ke polisher dilakukan oleh

(56)

Menurut Hardjosentono (2000) ada beberapa model dan tipe mesin penggiling padi. Besarnya kapasitas penggunaan sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar. Dalam penggilingan padi terdapat alat-alat yang digunakan dalam penggilingan padi, alat-alat itu adalah sebagai berikut:

a. Pocket elevator.

Alat ini untuk mengangkut gabah ke atas dan memasukkannya ke mesin pengupas penyosoh, atau alat lain. Elevator dilengkapi alat seperti mangkok sehingga dapat menghemat tenaga manusia untuk mengangkut gabah ke atas. b. Saringan atau ayakan bergetar/bergoyang.

Ayakan untuk memisahkan kotoran dan benda asing, seperti kayu dan paku agar tidak ikut masuk ke mesin pengupas sehingga kerusakan mesin pengupas dapat dihindari.

c. Mesin pengupas

Dulu, mesin pengupas gabah menggunakan batu pengupas berbentuk meja bulat, tetapi sekarang jarang digunakan. Sekarang ini banyak digunakan rubber roll. Rubber roll ini terdiri atas dua buah roll karet yang perputarannya berlawanan arah. Jarak kedua roll tersebut dapat diatur sehingga beras tidak mudah retak.

d. Mesin penyosoh

Untuk mendapatkan beras dengan derajat sosoh seperti yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengatur berat beban pada bandul penyosoh beras. Untuk mendapatkan beras yang bermutu baik dengan derajat sosoh 90-100%, biasanya dilakukan penyosohan secara bertahap dengan menggunakan dua buah mesin penyosoh.

e. Mesin pemoles

Mesin pemoles digunakan untuk membersihkan bekatul yang masih menempel pada butir-butir beras sehingga diperoleh butir beras yang bersih, putih dan mengkilat. Mesin pemoles ini dilengkapi alat berupa sikat halus.

f. Mesin grader

(57)

2.2 Defenisi Kelelahan

Kelelahan adalah suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan

sehari-hari. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk

melakukan suatu kegiatan, walaupun ini bukan satu-satunya gejala ( Budiono,

2003).

Menurut Occupational Safety and Health (2003) kelelahan merupakan

penurunan sementara atau ketidakmampuan, kurangnya keinginan dalam

menanggapi suatu kondisi atau situasi dikarenakan aktivitas mental atau fisik yang

berlebih. Kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh mengalami kehabisan

energi karena perpanjangan kerja yang dilakukan. Kelelahan sering muncul pada

jenis pekerjaan yang dilakukan secara berulang – ulang atau monoton (Nurmianto,

2004).

Menurut Suma’mur (2009) kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat

kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonis yaitu

sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivitas) tetapi semuanya

bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan

menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya

berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk

bekerja. Kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk

melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah dan

akan kembali pulih apabila melakukan istirahat (Tarwaka, 2014).

(58)

1. Berdasarkan proses dalam otot

Kelelahan dapat dibagi dua berdasarakan proses dalam otot yaitu kelelahan

otot dan kelelahan umum (Budiono, 2003) :

a. Kelelahan otot

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi tekanan

melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis,

yang ditunjukkan tidak hanya dengan berkurangnya tekanan fisik tetapi

juga makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat

menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti :

melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan

meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja sehingga dapat

mempengaruhi produktivitas kerjanya.

Sampai saat ini berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori

kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara

umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat

berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme

sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan teori saraf pusat

menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses.

Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan

saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.

Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam

mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel

(59)

menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas

perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat

gerakan seorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang

(Tarwaka, 2004).

b. Kelelahan umum

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang

luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan

menimbulkan rasa kantuk. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan

berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena

monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah,

sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).

2. Berdasarkan penyebab kelelahan

Berdasarkan penyebab, dibedakan atas kelelahan fisiologis yaitu

kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara

lain : kebisingan, suhu dan kelelahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor

psikologis (konflik-konflik mental), monotoni pekerjaan, bekerja karena

terpaksa, pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk (Ambar, 2006)

2.4 Gejala Kelelahan

Kelelahan memang mudah untuk dihilangkan, dengan istirahat yang cukup

perasaan lelah akan segera hilang. Namun, kelelahan yang terjadi secara terus

menerus akan berakibat pada kelelahan yang bersifat kronis (Suma’mur, 2009).

(60)

kelelahan yang dapat dikenali dengan melihat gejala kelelahan. Adapun gejala

kelelahan menurut Suma’mur (2009) adalah sebagai berikut :

1. Perasaan berat dikepala 17. Tidak dapat berkonsentrasi

2. Menjadi lelah seluruh badan 18. Tidak mempunyai perhatian

3. Kaki merasa berat terhadap sesuatu

4. Menguap 19. Cenderung untuk lupa

5. Pikiran terasa kacau 20. Kurang kepercayaan

6. Menjadi mengantuk 21. Cemas terhadap sesuatu

7. Merasakan beban pada mata 22. Tidak dapat mengontrol sikap

8. Kaku dan canggung dalam gerakan 23.Tidak dapat tekun bekerja

9. Tidak seimbang ketika berdiri 24. Sakit kepala

10.Ingin berbaring 25. Bahu terasa kaku

11.Susah dalam berfikir 26. Punggung terasa nyeri

12.Lelah berbicara 27. Pernafasan terasa tertekan

13.Menjadi gugup 28. Haus

14. Suara serak 29. Spasme dari kelopak mata

15. Merasa pening 30. Tremor pada anggota badan

16. Merasa kurang sehat

Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan,

11- 12 menunjukkan menunjukkan melemahnya motivasi, dan 20 – 30 gambaran

kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melemahkan.

(61)

Kelelahan dapat terjadi lebih cepat atau lebih berat dari semestinya.

Kejadian seperti ini muncul karena pekerja bekerja pada peralatan atau tugas yang

tuntutan bebannya hanya bertumpu pada satu bagian (otot) tubuh saja yang

berlangsung secara terus menerus. Konsep kelelahan inilah yang disebut static

load. Oleh karena menguras tenaga secara berlebihan pada suatu kelompok otot

yang sama dan berlangsung dalam waktu yang panjang, static load ini pekerja

juga harus menggunakan tenaga (kekuatan kerja) yang tinggi dan posisi kerjanya

tidak nyaman (awkward posture) maka kelompok otot yang berhubungan dengan

aktivitas tersebut akan kelebihan beban (overloaded) dan aliran darah pada

kelompok otot menjadi berkurang dan situasi inilah yang menyebabkan cepatnya

kelelahan terjadi (Winarsunu, 2008).

Suma’mur (2013) menjelaskan keadaan perasaan lelah adalah reaksi

fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh dua

sistem antagonistis yaitu sistem penghambat (inhibis) dan sistem penggerak

(aktivasi). Sistem penghambat bekerja terhadapa thalamus yang mampu

menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan

untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis

(formation reticularis) yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk

konversi ergotropis dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja,

berkelahi, melarikan diri dan lain-lain. Maka berdasarkan konsep tersebut,

keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja antara dua

sistem antagonistis dimaksud. Apabila sistem penghambat berada pada posisi

(62)

Sebaliknya, jika sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka

seseorang berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk

bekerja.

Konsep ini dapat dipakai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang

sebelumnya tidak dapat dijelaskan. Misalnya peristiwa seseorang yang lelah

tiba-tiba kelelahannya hilang oleh karena terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau

terjadi tegangan emosi. Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan

dapat menghilangkan pengaruh sistem penghambat. Demikian pula pada peristiwa

monotoni, kelelahan terjadi oleh karena kuatnya hambatan dari sistem

penghambat, walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa untuk menjadi

penyebab timbulnya kelelahan.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan

Teori tentang kelelahan menjelaskan bahwa kelelahan terjadi disebabkan

oleh faktor internal dan eksternal :

A. Faktor Internal :

1. Umur

Semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan

yang dirasakan (Ihsan dan Salami, 2010). Pekerja yang berumur diatas 35

tahun memiliki kelemahan pada saat melakukan pekerjaan dengan

temperatur panas dibaningkan dengan pekerja yang lebih muda (Davis

(63)

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja

yang berumur > 25 tahun dan umur ≤ 25 tahun. Oleh sebab itu, dapat

disimpulkan bahwa semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar

tingkat kelelahan yang dirasakan.

2. Riwayat Penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kelelahan, antara lain :

1. Penyakit Jantung

Ketika bekerja, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung

dan kekuatan pemompaannya menjadi meningkat. Jika ada beban ekstra

yang dialami jantung misalnya membawa beban berat, dapat

mengakibatkan meningkatnya keperluan oksigen ke otot jantung.

Kekurangan suplai oksigen ke otot jantung menyebabkan dada sakit.

Kekurangan oksigen jika terus menerus , maka terjadi akumulasi yang

selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik diaman akan menghasilkan

asam laktat yang mempercepat kelelahan (Santoso, 2004).

2. Tekanan Darah Rendah

Penurunan kapasitas karena serangan jantung mungkin menyebabkan

tekanan darah menjadi amat rendah sedemikian rupa, sehingga

menyebabkan darh tidak cukup mengalir ke arteri koroner maupun

kebagian tubuh yang lain. Dengan berkurangnya jumlah suplai darh

yang dipompa dari jantung, berakibat berkurang pula jumlah oksigen

sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi

(64)

3. Keadaan Psikologis

Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan

itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan,

akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja. Masalah psikologis

dan kesakitan-kesakitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu

bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya

dengan masalah kejiwaan.

4. Jenis Kelamin

Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara

umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik

atau kekuatan otot laki-laki. Tenaga kerja wanita mengalami siklus

biologis (menstruasi) setiap bulan sehingga mempengaruhi kondisi fisik

maupun psikisnya dan hal ini menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan

lebih besar daripada tingkat kelelahan pria (Suma’mur, 2009).

5. Status Perkawinan

Menurut Puspita (2009) seseorang yang sudah menikah dan memiliki

keluarga maka akan mengalami kelelahan akibat kerja dikarenakan waktu

setelah bekerja digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan untuk

beristirahat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Mauludi (2009) yang

dilakukan pada 100 pekerja di proses produksi kantong semen pdb (paper

bag division) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, didapatkan P value

sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara status

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian Kilang Padi CV. Rezeki Jaya
Gambar 3. Penjemuran Gabah Padi
Gambar 5. Pengukuran tinggi dan berat badan pekerja
Tabel 2. Tabel Pengukuran variabel penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perlu ditekankan akan peningkatan sumber daya tenaga teknis yang profesional dalam hal ini adalah Bidan di desa dengan cara pemberian informasi atau pengadaan

mudah terkena penyakit daripada anak yang lebih banyak diam atau santai. Padahal tidak ada hubungannya antara kelincahan dengan suatu penyakit.. c) Projection , merupakan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasilnya menunjukkan bahwa torsi dan daya untuk semua jenis bahan bakar mengalami kenaikan dengan bertambahnya putaran mesin dan meningkat akibat pencampuran solar

The Score Table of the Ability of Vocabulary Mastery of the Eighth Grade Students of SMP 5 Kudus in Academic Year 2013/2014 before Being Taught by Using Word Map Strategy