• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemugaran Terhadap Nilai Arsitektur Candi Plaosan Lor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemugaran Terhadap Nilai Arsitektur Candi Plaosan Lor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUGARAN TERHADAP NILAI ARSITEKTUR

CANDI PLAOSAN LOR

Abdulrahman Hamdoun1, Arya Ronald2, Ikaputra3, Inajati Adrisijanti4 1

Fakultas Teknik Arsitektur, Univesitas Alb’as email: abdulrahman1973@yahoo.com 2

Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada email: aryaronald@yahoo.com 3

Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada email: ikaputra@ugm.ac.id

4

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada email: inajati_adrisijanti@ugm.ac.id

Abstract

Relics that have historical, architectural, or cultural values, have to be preserved and protected through conservation and restoration. In the case of stone-made buildings the likeliest problem is that any mistake or deviation within the restoration process will affect the architectural values, specially the form values (aesthetic). The purpose of this study is to obtain the best principles/techniques for the restoration of the stony temple. The restoration of temples as religious buildings has to match with some principles, which called ‘principles of restoration’.

Restoration process usually consists of six steps. The most ‘be-affected’ aesthetic elements through such process of restoration are form, and composition. The research paradigm within the study is rationalistic. A qualitative research is done with a descriptive method. In this study, the first step is to describe the architecture of the case study, Candi Plaosan Lor. The second step is to describe and explain the main steps of restoration implementation process. The third step tries to produce a field observation of the restoration process results, then analyzing the restoration steps in order to know if the restoration implementation has an impact on the aesthetic values (form, and set up).The study findings point out that digging, trial set up, structure reinforcement, and reconstruction affect all studied aesthetic values of temple buildings while material treatment only affects form and set up (composition). In other hand, deconstruction is the step that does not affect any aesthetic values of temple building.

Keywords: Restoration, Stony Temple, Aesthetic.

1. PENDAHULUAN

1. 1. Later Belakang

Benda cagar budaya merupakan salah satu identitas dari satu pendukung kebudayaan. Bangunan yang disebut kuno, saat sekarang adalah saksi-saksi yang "berbicara" membentuk citra masa lalu,

harapan, kemajuan dan kemampuan

generasi-generasi yang lalu. Peninggalan-peninggalan yang memiliki nilai sejarah, arsitektur dan budaya harus dilindungi melalui konservasi dan pemugaran.

Fenomena dan permasalahan yang terjadi pada beberapa negara adalah

kesalahan atau penyimpangan dalam proses pemugaran.

Khususnya bangunan peninggalan candi berbahan batu diduga cara pelaksanaan pemugaran mempengaruhi nilai arsitektur terutama estetika.

1. 2. Perumusan Masalah

Pemugaran benda cagar budaya

(2)

(cara-cara pelaksanan pemugaran walaupun bagus) adalah cara pelestarian yang mungkin akan mempengaruhi nilai arsitektur (pengaruh negatif) dari sebuah peninggalan masa lalu.

Berdasar latar belakang dan uraian di atas, masalah yang akan diungkapkan adalah tahap-tahap pelaksanaan pemugaran yang mana yang mempengaruhi nilai bentuk bangunan candi (estiteka)?

1. 3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pelestarian candi berbahan batu dan pengaruh pelestarian itu terhadap nilai arsitektur elemen-elemen candi (negatif dan positif) untuk mendapatkan prinsip-prinsip/cara teknik pemugaran bangunan candi berbahan batu yang terbaik.

2. KAJIAN LITERATUR

2. 1. Aspek-Aspek Arsitektur

Pada umumnya setiap karya arsitektur menurut Vitruvius mengandung tiga aspek yaitu, venustas (keindahan), utilitas (fungsi), dan firmitas (struktur). Mirip dengan pendapat di atas Sir Henry Wotton juga mengemukakan tiga aspek yakni commodity, firmness, dan delight (

Kostof, 1985: 13).

Sementara selain tiga aspek tersebut Hakimi menambah bahwa arsitektur terkait dengan aspek ekonomi (

Hakimi, 1998

,7).

2. 2. Bangunan Candi

Candi adalah merupakan bangunan keagamaan, jadi bersifat suci, bangunan ini bertahan lama antara lain karena terbuat dari jenis bahan yang kuat dan tahan lama. Bangunan candi di Indonesia merupakan peninggalan masa Indonesia Hindu (kira-kira abad IV-XV Masehi). Secara vertikal candi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap candi,. Ketiga bagian itu melambangkan tiga tingkatan dunia, yaitu bhurloka, bhuwarloka, dan swarloka (Sumijati Atmosudiro, 2001: 47).

Gambar 1. Bagian-bagian Candi (Candi Plaosan Lor Utama Utara)

2. 3. Pemugaran

Pemugaran diartikan sebagai suatu upaya pelesetarian bangunan benda cagar budaya yang kegiatannya terdiri dari dua langkah:

a. Perbaikan Struktur Bangunan, yaitu upaya memperbaiki struktur bangunan benda cagar budaya berdasarkan permasalahan kerusakan yang dihadapi termasuk perawatan terhadap unsur bahan di dalamnya (Ismijono, 2003: 2). b. Pemulihan Arsitektur Bangunan, bangunan yaitu upaya pemulihan bangunan benda cagar budaya kedalam keaslian bentuk arsitektur dan tata letaknya berdasarkan data yang ada (Ismijono, 2003: 2).

Menurut Ismijono prinsip-prinsip pemugaran yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam proses pemugaran sesuatu bangunan purbakala adalah:

a. Keaslian bentuk b. Keaslian bahan

c. Keaslian teknik pengerjaan d. Keaslian tata letak bangunan

2. 4. Pemugaran Bangunan Candi

Studi tentang pemugaran bangunan candi perlu dikaji dalam urutan sebagai berikut.

a. Pembongkaran

(3)

rangka pemugaran dapat dengan mudah melakukan perkuatan seperlunya yang sesuai kaidah-kaidah ilmu teknik bangunan umum dan ilmu pemugaran bangunan (Laporan Pemugaran Candi Plaosan Lor, 1993/1994: 14).

b. Penggalian

Proses penggalian dalam pemugaran dilakukan untuk mencari bagian-bagian dari bangunan candi (Sampoerno, 1976:11). Proses untuk melakukan penelitian arkeologi (temuan artefak), juga tujuan lain dari penggalian ini untuk memeriksa dan mengetahui keadaan dan kekuatan tanah dasar yang menahan bangunan (Laporan purna pugar candi Plaosan Lor, 1998: 31).

c. Pencarian dan Penyusunan Percobaan

Pekerjaan ini dimulai dengan memilih batu-batu yang sejenis mengenai bentuk, ukiran dan ukurannya. Kelompok batu-batu

yang sejenis itu kemudian dicoba

dihubungkan satu sama lain dengan cara melihat, kecuali kesamaan sifat jenis ukiran dan kesesuaian bentuk serta ukuran pada lebih dahulu dilakukan identifikasi bahan dan kerusakan-kerusakan yang ada, kemudian memakai cara perawatan yang sesuai dengan masing-masing kerusakan.

e. Perkuatan Struktur

Bangunan candi seperti bangunan purbakala lainnya perlu diperkuat strukturnya apabila perlu, supaya bangunan candi dapat tahan selama mungkin. Perkuatan itu dilaksanakan berdasarkan kajian teknis ilmiah. Upaya perkuatan struktur harus memperhatikan keasilan desian bangunan agar nilai sejarah dan kepurbakalaan yang terkandung di dalamnya dapat tetap dilestarikan sesuai keaslinya (Ismijono, 2003: 10).

f. Pemasangan Kembali

Sebelum dilakukan pemasangan kembali maka dilakukan penentuan kedudukan bangunan. Seluruh bangunan dikembalikan kepada kedudukan semula. Pemasangan kembali batu-batu candi dilakukan lapis demi selapis dari bawah ke atas. Dalam penyusunan kembali ini batu asli yang tak dapat diketemukan lagi terpaksa diganti dengan batu baru yang sejenis dengan batu aslinya (Sampoerno, 1976:35-37).

2. 5. Estetika

Keindahan (estetika) pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan, (symmetry), Keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast) (The Liang Gie, 1976: 35). Menurut teori proporsi keindahan terdapat dalam sesuatu benda yang bagian-bagiannya memiliki hubungan satu sama lain sebagai bilangan-bilangan kecil (The Liang Gie, 1976: 44).

Tujuan utama dari pelaksanaan

pemugaran bangunan candi adalah

memperkuat struktur bangunannya supaya bisa tahan selama mungkin, oleh karenanya, sisi struktural sangat penting di dalam pemugaran, dan akan distudi dalam penelitian ini. Pemugaran bangunan candi mempunyai pengaruh besar terhadap nilai estetika bangunannya. Nilai estetika tersebut akan dikaji dalam makalah ini, terutama dari aspek bentuk, dan struktur atau susunan.

3. METODE PENELITIAN

(4)

mempelajari candi sebagai sebuah bangunan utuh.

Paradigma penenlitian ini adalah rasionalstik karena telah memakai teori-teori yang terkait dengan pemugaran candi supaya mendukung variabel-variabel pemugaran seperti penggalian, penyusunan percobaan dan lain-lain, untuk melihat data-data yang telah dianalisis. Penelitian yang besifat kualitatif telah dilakukan dengan metode

deskriptif, karena penelitian ini

mendeskripsikan kasus-kasus (arsitektur candi, kondisi dan cara pelaksanaan pemugaran).

Proses penelitian ini meliputi beberapa langkah yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Mempelajari Pustaka 2. Mempelajari Laporan

3. Pengamatan Lapangan (Empiris) 4. Wawancara

5. Analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Deskripsi Wilayah Penelitia

a. Lokasi dan Sejarah Candi Plaosan Lor

Candi Plaosan Lor berada di wilayah Desa Bugisan, Kacamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Kompleks candi Plaosan Lor didirikan pada pertengahan abad Ke-9 M, antara tahun 825-850 M, dan candi itu dibangun oleh raja putri dari dinasti Sailendra yang bergelar Sri Kahulunnan, dibantu oleh

suaminya Rakai Pikatan dari dinasti Sanjaya (Laporan purna pugar candi Plaosan Lor, 1998: 1-3-4). Candi Plaosan Lor mempunyai latar belakang Agama Buddha.

b. Tata Letak Bangunan Kompleks Candi Plaosan Lor

Candi Plaosan Lor merupakan kompleks percandian yang terdiri dari 2 bangunan induk yaitu, candi Utama Selatan dan candi Utama Utara, dua candi induk itu dikelilingi oleh 6 Candi Patok yang terletak pada sudut-sudut pagar, 58 Candi Perwara dan 116 Stupa Perwara serta ditambah 1 bangunan Mandapa di sebelah utara Candi Utama Utara.

b. Kondisi Candi Plaosan Lor (Candi Utama Utara) sebelum Pemugaran

Studi kelayakan yang sudah dilakukan terhadap candi ini menyatakan bahwa kondisi Candi Utama Utara telah runtuh dan hanya tinggal pondasi, kaki dan bagian bawah tubuh. kompleks Plaosan Lor mulai dipugar pada tahun anggaran 1993/1994 dan selesai tahun 1996/1997. Biaya pemugaran candi ini melalui dana dari Bagian Proyek Pelestarian Peninggalan Sejarah dan Pubakala (Laporan purna pugar candi Plaosan Lor, 1998: 7).

4. 2. Hasil Penelitian

4. 2. 1. Proses Pemugaran Bangunan Candi

Metode dan proses pelaksanaan

pemugaran Candi Plaosan Lor Utama Utara sudah dilakukan melalui enam tahap sebagai berikut.

a.Pembongkaran

Pembongkaran pada batu Candi Plaosan Lor Utama Utara dilakukan secara bertahap dimulai dari atas, lapis demi lapis. Setelah dilakukan pembongkaran, maka batu-batu candi tersebut selanjutnya diangkut ke tempat penampungan dan diletakkan dalam susunan terbalik. Batu yang paling atas menjadi paling bawah. Penyusunan seperti

ini dimaksudkan untuk memudahkan

pemasangan kembali. Selama proses

pembongkaran sudah dilakukan

penggambaran dan dokumentasi serta diregestrasi.

b. Penggalian

(5)

Gambar 2. Denah dan Elemen-elemen Kompleks Candi Plaosan Lor Sumber Denah: Balai Pelestarian Peninggalan Cagar Budaya Jawa Tengah

c. Penyusunan percobaan

Proses penyusunan percobaan Candi Plaosan Lor Utama Utara telah dibuat bagian perbagian bangunan untuk memudahkan pelaksanaanya. Susunan percobaan bagian-bagian bangunan candi dipadukan baik antara bagian susunan percobaan (bangunan negatif) maupun sisa bangunan (bangunan positif), di

atas kertas (gambar) sehingga mudah diketahui bentuk dan ukuran bangunan secara keseluruhan (Laporan Pemugaran Candi Plaosan Lor, 1993/1994: 10-11). Hasil susunan percobaan bagian-bagian bangunan candi (bangunan negatif dan bangunan positif ) dipadukan di atas kertas (gambar rekonstruksi) untuk mengetahui bentuk bangunan candi secara keseluruhan.

Candi Stupa Perwara

Bangunan Mandapa Candi Utama Utara Candi Perwara

(6)

Gambar 3. Susunan Percobaan Atap Candi Plaosan Lor Utama Utara

d. Perawatan bahan

Pekerjaan perawatan bahan yang sudah dilakukan pada Candi Plaosan Utara Utama dapat dilihat dalam tabel ini.

Tabel 1. Jenis-jenis Perawatan yang dilaksanakan pada Candi Plaosan Lor Utama Utara

Jenis Perawatan Pekerjaan yang Dilakikan

Pembersihan Pembersihan kering Pembersihan basah

Pembersihan kimiawi Scraping

Perbaikan Batu Kulit Bonding Dowelling

Injeksi Kamuflase

Pemasangan Lapisan Kedap Air

Pengolisan belakang batu kulit dengan bahan Mortar Aralditetar

Pengawetan Pengolisan batu kulit dengan bahan Hyamine A, Hyvar XL dan Quartener Ammonium

Coating Pengolisan permukan batu kulit dengan bahan Silicon Resin

Penggantian Bahan (Batu Kulit)

Batu-batu baru diberi tanda dengan timah hitam

e. Perkuatan struktur

Pada Candi Plaosan Lor Utama Utara pekerjaan-pekerjaan penguatan struktur yang telah dilakukan terdiri dari:

a. Penguatan Tanah Dasar dan Fondasi Tanah yang di bawah candi disiram dengan air dan dipadatkan, kemudian di atasnya dipasang beton tumbuk (lantai beton kerja) untuk mencegah kemelesakan bangunan dan memudahkan pemasangan kembali batu-batu candi.

b. Penguatan Konstuksi

Dalam proses memperkuat konstruksi bangunan Candi Plaosan Lor Utama Utara dipakai jenis beton bertulang yang diterapkan pada tempat-tempat tertentu yang menerima gaya tarik. Konstruksi beton bertulang adalah konstruksi yang dapat menahan gaya tekan dan gaya tarik sesuai dengan kebutuhan.

(7)

f. Pemasangan kembali

Pemasangan kembali bangunan Candi Plaosan Lor Utama Utara dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. 1. Pengerasan Tanah Bawah Candi

2. Pemasangan Lantai Kerja dan Beton Bertulang Pondasi Candi

3. Pemasangan Pondasi Candi 4. Pemasangan Kaki Candi 5. Pemasangan Tubuh Candi 6. Pemasangan Atap Candi

Gambar 5. Pemasangan Batu Candi (Bagian dari Tubuh)

4. 2. 2. Temuan Data dan Analisa

Ditemukan pada proses pelaksanan pemugaran bangunan Candi Plaosan Lor Utama Utara bahwa ada beberapa tahap yang telah dilaksanakan mempunyai pengaruh terhadap nilai estetikanya baik secara negatif maupun secara positif.

a. Analisa dalam Tahap Pembongkaran

Proses pembongkaran candi tidak akan mempengaruhi proporsi, bentuk, dan komposisi atau susunan batu bangunan candi kalau dilaksanakan semestinya, karena setiap bagian dan lapisan batu ketinggiannya dan posisi letaknya akan diregestrasi sebelum dibongakar supaya dapat dikembalikan ke tempat semulanya.

b. Analisa dalam Tahap Penggalian

Penggalian itu dari segi pemeriksaan dan perkuatan tanah asli candi, sangat berpengaruh terhadap nilai estetikanya karena kalau kajian perkuatan tanah asli tidak dilakukan akan terjadi penurunan bangunan candi yang dipugar dan ketinggian (proporsi) candi di atas permukaan tanah akan berubah, juga keperluan perkuatan tanah asli supaya candi itu tidak miring atau runtuh, hal itu yang akan menyebabkan bentuk arsitektur susunan (struktur) candi menjadi berubah. Dari segi lain, kalau penggalian itu dilakukan lebih dalam (lebih dari pada permukaan tanah asli) maka waktu pemasangan kembali candi ketinggiannya (proporsi) di atas

(8)

A

Tanpa Pemeriksaan Tanah (Penurunan Marata) Tanah Kurang Kuat

Tanpa Pemeriksaan dan Penggantian Tanah yang Kurang Kuat (Penurunan Tidak Marata) Tanah Kurang Kuat

Gambar 6 . Pengaruh Penggalian terhadap, Bentuk, dan Susunan candi

c. Analisa dalam Tahap Penyusunan Percobaan

Proses penyusunan percobaan

khususnya tahap pembuatan gambar

rekonstruksi sangat berpengaruh terhadap nilai arsitektur candi terutama proporsi

bangunan, karena proses ini akan

memastikan bentuk dan ukuran candi yang akan dipugar secara keseluruhan sehingga menjadi pedoman penyusunan bagian-bagian candi pada waktu pemasangan kembali, maka dalam proses ini bila terjadi kesalahan pada susunan batu-batu, kesalahan itu akan tercermin pada bentuk bangunan waktu akan dipasang kembali hal itu yang akan mempengaruhi nilai estetika (struktur atau susunan dan bentuk).

d. Analisa dalam Tahap Perawatan Bahan

Pekejaan-pekejaan perawatan bahan tidak mempunyai pengaruh terhadap proporsi bangunan karena perawatan itu kaitannya

hanya dengan permukaan (kulit) dan perbaikan batu-batu, akan tetapi perawatan tersebut mempunyai pengaruh sangat penting terhadap bentuk dan susunan batu-batu bangunan khususnya pada bagian panil-panil dan relief-relief bangunan, jika proses perawatan bahan bangunan candi tidak dilaksanakan dengan baik, maka kondisi batu-batu kulit candi semakin lama semakin aus, dan bentuk batu khususnya pada batu-batu relief akan berubah, kejadian itu akan mengurangi nilai estetika (bentuk).

e. Analisa dalam Tahap Perkuatan Struktur

Pekerjaan-pekerjaan perkuatan yang dilaksanakan pada Candi Plaosan Lor Utama Utara penting dan diperlukan, seperti pemasangan lantai kerja (beton tumbuk)

supaya bangunan tidak mengalami

(9)

bentuk dan susunan batu-batu bangunan. Contoh perkuatan yang lain adalah pemasangan beton bertulang pada bagian tertentu untuk menahan gaya tarik supaya bentuk dan susunan batu-batu tidak rusak dan runtuh. Semua elemen-elemen penguatan

(beton tumbuk, beton bertulang dan angkur besi) yang dipakai tersumbuni dalam batu-batu candi dan tidak tampak ke luar. Demikian sistem penguatan itu mencapai tujuannya dan tidak mengurani nilai estetika bangunan (bentuk dan susunan).

Tanpa Perkuatan Tanah (Lantai Kerja)

A

Perkuatan Tanah (Lantai Kerja)

Tanpa Perkuatan Struktur Perkuatan Struktur

Beton Bertulang

Gaya

Gambar 7. Pengaruh Perkuatan Struktur terhadap Bentuk dan Susunan Candi

f. Analisa dalam Tahap Pemasangan Kembali

Proses pemasangan kembali batu-batu candi mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap proporsi, bentuk, dan susunan atau komposisi. Waktu pelaksanaan pemasangan itu harus hasil susunan batu-batu diperiksa seteliti-teliti, apakah sela-sela batu telah rapat, lis-lisnya telah lurus, bidang mukanya rata, dan ukiran-ukiran berurutan rapi (Sampoerno, 1976: 36) dan apakah ketinggian lapisan yang akan dipasang sama dengan ketinggian semula. Bila hasil susunan batu-batu tidak rapat, rata dan rapi khususnya pada relief-relief candi, dan ketinggian lapisan tidak seperti ketinggian semula maka nilai estetikanya (bentuk, komposisi atau

susunan, dan proporsi) akan dipengaruhi dan berkurang.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis/pembahasan

mengenai pengaruh cara pemugaran terhadap nilai estetika bangunan candi (proporsi, bentuk, dan susunan atau komposisi), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada tahap pembongkaran bangunan candi, pekerjaan ini tidak mempengaruhi secara langsung nilai estetika bangunan baik proporsi, bentuk, maupun susunan candi.

(10)

estetika candi. Hal ini disebabkan karena penggalaian tanah terkait dengan kajian kekuatan tanah asli. Jika tidak dilakukan kajian kekuatan tanah dengan baik, dikhawatirkan akan terjadi penurunan bangunan candi yang dipugar, baik secara keseluruhan atau sebagian. Kejadian tersebut akan menyebabkan proporsi, bentuk, dan susunan batu-batu bangunan berubah.

3. Pada tahap penyusunan percobaan juga sangat penting untuk diperhatikan dan berpengaruh terhadap nilai estetika bangunan. Tahap ini sangat penting bagi proses ini menentukan bentuk, struktur atau susunan dan ukuran (proporsi) bangunan candi yang akan dipugar secara keseluruhan. Tahap ini juga banyak digunakan sebagai pedoman penyusunan

bagian-bagian candi pada waktu

pemasangan kembali. Namun demikian, pada tahap susunan percobaan kajian proporsi kurang dipakai oleh bidang arkeologi sebagai salah satu pedoman yang membantu untuk mengetahui bentuk dan ukuran perbandingan bangunan secara benar.

4. Pada tahap perawatan bahan bangunan candi, jika tidak dilaksanakan di lapangan

secara baik dan sempurna akan

menyebabkan kerusakan-kerusakan

beberapa batu candi sehingga mengurangi nilai estetika ”bentuk dan susunan” khususnya pada relief. Namun tahap perawatan bahan bangunan candi tidak mempunyai pengaruh terhadap ”proporsi” bangunan secara keseluruhan maupun bagian.

5. Pada tahap perkuatan struktur yang

diterapkan pada bangunan candi

bermanfaat bagi upaya mempertahankan dan memperkokoh berdirinya bangunan sesuai dengan proporsi, bentuk dan susunan yang sebenarnya. Sebaliknya kalau perkuatan itu tidak dilakukan maka nilai estetika bangunan akan mudah berubah. Pada pengkajian kasus Candi Plaosan tahap perkuatan struktur merupakan tahapan yang cukup berhasil

untuk mempertahankan bentuk estetika keseluruhan Candi.

6. Tahap pemasangan kembali batu-batu bangunan candi mempunyai pengaruh sangat penting terhadap nilai estetika bangunan. Jika pemasangan kembali tidak dilakukan dengan cara cermat maka proporsi, bentuk, dan susunan bangunan akan mengalami perubahan yang akan mengurangi nilai estetika.

5. 2. Saran

Perlu dikembangkan penelitian pada

”tahap penyusunan percobaan” terutama

terkait dengan ”kajian proporsi” sebagai

salah satu pedoman penting yang

menentukan bentuk bangunan candi yang akan dipugar.

DAFTAR PUSTAKA

Hakima, Muhammad, 1998, Teori-teori Arsitektur, Al-Ba’es University press. Homs.

Kostof, Spiro, 1985, A History of Architecture, Oxford University Press. UK.

Sampoerno, 1976, Pemugaran Candi, Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional. Jakarta.

The Liang Gie, 1976, Garis Besar Estetika (Filsafat Keindahan), Karya Jogjakarta. Cetakan Kedua, Yogyakarta.

Amosudiro, Sumijati, 2001, Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya, Suaka peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jawa Tengah di Prambanan & Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Univesitas Gadjah Mada.

Ismijono, 2003, Tata Cara dan Teknik Pelaksanaan Pemugaran. Jakarta. ---, 1993/1994, Laporan Pemugaran

Candi Plaosan Lor, Bagian proyek Pelestarian Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah di Prambanan. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Bagian-bagian Candi  (Candi Plaosan Lor Utama Utara)
Gambar 2. Denah dan Elemen-elemen Kompleks Candi Plaosan Lor
Gambar 3. Susunan Percobaan Atap Candi Plaosan Lor Utama Utara
Gambar 5. Pemasangan Batu Candi (Bagian dari Tubuh)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa prestasi dalam cabang olahraga permainan bola voli tidak cukup dicapai hanya dengan penguasaan suatu teknik saja. Tetapi harus dicapai dengan latihan sebab latihan

KMS Bubble Nilai dan Jingle efektif meningkatkan perilaku gizi ibu, asupan kalori dan pola pertumbuhan anak, tetapi hanya pada lima bulan pertama.. Implikasinya, tenaga gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan yang tidak signifikan dalam jangka panjang, tetapi pada jangka pendek memiliki hubungan signifikan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan yang tidak signifikan dalam jangka panjang, tetapi pada jangka pendek memiliki hubungan signifikan yang

Perawatan kulit dan wajah merupakan salah satu kebutuhan utama wanita/pria modern yang akan menunjang aktivitasnya.Kebutuhan ini begitu diperhatikan oleh perusahaan

Insani 2019 Suatu logam mempunyai sifat mekanik yang tidah hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan tetapi juga tergantung pada strukur microknya suatu paduan dengan komposisi

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,