• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pemerintah atas Keterlambatan Penyelesaian Penyediaan Barang dan Jasa di Dalam Perjanjian Borongan Kerja (Studi pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pemerintah atas Keterlambatan Penyelesaian Penyediaan Barang dan Jasa di Dalam Perjanjian Borongan Kerja (Studi pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pertanyaan Riset dan Jawaban Hasil Wawancara Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga

Untuk penulisan Skripsi

1. Menurut bapak bagaimana Pihak-pihak yang Terkait di dalam Perjanjian Pemborongan pada Pemerintah Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga? Jawab:

a. Pemberi Tugas (Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga) b. Pemborong (kontraktor) CV. Roma Uli

c. Perencana (arsitek) d. Pengawas

2. Bagaimana Berakhirnya Perjanjian Pemborongan? Jawab:

Berakhirnya perjanjian antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli disebabkan oleh tiga hal yaitu:

a. Perhentian kontrak antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau terjadi keadaan kahar.

b. Pemutusan kontrak antara CV. Roma Uli dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dapat dilakukan oleh pihak penyedia atau pihak PPK.

(2)

tidak dengan segera diselesaikan atau tidak ada cara lain untuk menyelesaikannya.

3. Apakah pihak penyedia telah melakukan wanprestasi? Jawab:

Dalam perjanjian antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli telah diketahui, bahwa pihak kontraktor, yaitu CV Roma Uli telah melakukan wanprestasi, yaitu dengan adanya keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Sesuai dengan perjanjian/kontrak tersebut, maka pihak kontraktor CV Roma Uli mendapatkan sanksi pembayaran ganti kerugian sebagai akibat keterlambatan pekerjaan (penalty).

4. Faktor apa yang Menyebabkan Keterlambatan Penyediaan Barang dan Jasa di dalam Perjanjian Borongan Kerja?

Jawab:

6. Adanya Kenaikan Harga Bangunan. 7. Kurangnya Tenaga Kerja.

8. Adanya selisih penghitungan progress pekerjaan antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli.

9. Banyaknya penambahan atau perubahan rancangan bangunan (variation order) sepanjang masa pelaksanaan konstruksi baik yang bersifat kecil maupun besar, dengan tidak mencatat, melaporkan atau mengantisipasi terhadap pengaruh perubahan waktu dan biaya.

(3)

5. Bagaimana terjadinya keterlambatan dalam hal penyelesaian pekerjaan sesuai yang telah ditentukan dalam batas waktu pelaksanaan?

Jawab:

Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga bisa memaklumi dan menerima kenyataan keterlambatan ini dikarenakan tanah yang telah dan sedang dikerjakan menjadi lembek dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi, yang diluar kekuasaan pihak kedua. Dalam hal ini seharusnya diadakan perpanjangan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, namun pengaturan penambahan waktu pekerjaan tidak diatur di dalam Perjanjian Kerja. Karena telah terjadi keterlambatan dalam hal penyelesaian pekerjaan sesuai yang telah ditentukan dalam batas waktu pelaksanaan CV Roma Uli telah meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga untuk meminta perpanjangan waktu, permohonan tersebut dikabulkan Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga, akan tetapi hingga batas waktu yang telah ditetapkan para pihak, CV Roma Uli tidak dapat menyelesaikan pekerjaan. Akhirnya CV Roma Uli memutuskan untuk menghentikan pekerjaan karena karena ketidakanggupan dari segi finansial. Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga menganggap keterlambatan penyerahan pekerjaan dan penghentian pekerjaan oleh CV Roma Uli sebagai wanprestasi dan mekanisme penyelesaiaannya dikembalikan pada perjanjian.

6. Bagaimana menurut bapak apabila terjadi pemutusan hubungan kontrak? Jawab:

(4)

pemenang tender atau kontraktor harus memberikan bank garansi, pelaksanaan pekerjaan menjadi milik pemberi pekerjaan borongan dan kepada pihak pemborong akan dikenai sanksi administrasi yaitu dimasukkan dalam daftar hitam rekanan. Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga yang mengambil contoh perjanjian pemborongan bangunan antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli tidak terdapat kerusakan dan cacat pekerjaan setelah proyek selesai.

7. Bagaimana Pertanggungjawaban Pemerintah atas Keterlambatan Penyelesaian Penyediaan Barang dan Jasa di dalam perjanjian pemborongan kerja?

Jawab :

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ariefasa, Ryan, Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat yang Berpengaruh terhadap Perubahan Anggaran Biaya pada Pekerjaan Struktur. Jakarta.UI-press, 2011

Al-Najjar, B., & Taylor, P. The Relationship between Capital Structure and Ownership Structure: New Evidence from Jordanian Panel Data. Managerial Finance Journal, 919-933. 2008.

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis. Alumni Bandung. 1994 Bordat D, Coly EV, Olivera CR. Morphometric, biological and behavioral

differences between Hemiptarsenus varicornis and Opius dissitus (Hymenoptera: Braconidae) parasitoids of Liriomyza trifolii (Diptera: Agromyzidae). J App Entomol 119:423-427. 1995

Djumialdji, FX., Perjanjian Pemborongan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1995 Fuady, Munir, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Penerbit PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1998

_____________, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001

Hamzah, Muzadir, Analisis Faktor Penyebab Keterlambata Penyelesaian Proyek Konstruksi. Jakarta.Uni. Bung Hatta, 2014

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011

Hernoko, Agus Yudha. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Prenada Media Group : Jakarta, 2010.

HS, Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2004

___________, Perkembangan Hukum Kontrak Di Luar KUH Perdata, PT. RajaGrafindo, Edisi I, Jakarta, 2006

(11)

Ichsan, Mohammad, Andri Bobonaro, Persepsi Tenaga Pelaksana Proyek Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek dan Faktor Percepatan Jadwal. Jurnal Ilmiah Universitas Islam Indonesia, 2013 Majid. Abdul, Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006

Mitropoulos, P. and Howell, G. “Model for Project Disputes,” American Society of Civil Engineers (ASCE), Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 127, No. 3, 2001

Miru, Ahmadi, Hukum dan Kotrak Perancangan Kontrak, Cetakan ke-4, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011

Prodjodiko, Wirjono, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2011

Raharjo, Handri , Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta 2009

Satrio, J., Wanprestasi Menurut KUHPerdata, Doktrin, dan Yurisprudensi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012

Simamora, Y. Sogar, Hukum Kontrak : Kontrak Pengadaan Barang jan Jasa Pemerintah di Indonesia, Penerbit Laksbang Justitia, Surabaya, 2013. Saliman, Abdul R., Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus,

Cetakan Ketuju, Penerbit Kencana, Jakarta 2014

Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Penerbit Rajawali, Jakarta, 1985

Sofwan, Sri Soedewi Masjchun. Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, Liberty Yogyakarta. 1982

Subekti, R., Aneka Perjanjian, Cetakan Kesepuluh, Alumni Bandung, 1995

Subekti, R dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1999

Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: Penerbit Kencana, 2004

Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Undang-Undang, Penerbit Tarsito, Bandung, 1990

(12)

Syamsudin, Qirom, M, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 2005

Widjaya, I.G.Rai, Merancang Suatu Kontrak, Penerbit Megapoin divisi dari Kesaint Blanc, Jakarta, 2003

Widjaja, Gunawan, Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008

Wulfram I. Ervianto, Manajememen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: Andi Offset, 2005

Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan, Cetakan Kedua, Penerbit Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012

Yasin, Nazarkhan. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003

B. Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomo 8 Tahun 2006 Tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Penerbit CV. Eko Jaya. Jakarta

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

C. Website

https://masrubianto.info/2015/05/22/keterlambatan-penyelesaian-pekerjaan/.html, diakses tangal 27 Maret 2016

http://samsulramli.com/membahas-keterlambatan-denda-dan-pemutusan-kontrak/ diakses tanggal 3 April 2016

(13)

BAB III

PENYEDIAAN BARANG DAN JASA DI DALAM PERJANJIAN

BORONGAN KERJA

A. Perjanjian Pemborongan Menurut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun

2003 Jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.64Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.65Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.66Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.67Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah piker (brainware).68Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala

64 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun

2012, Pasal 1 angka 1

(14)

pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.69 Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.70 PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.71 PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:72

1. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi spesifikasi teknis Barang/Jasa, Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan rancangan Kontrak.

2. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.

3. menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat perjanjian.

4. melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa; 5. mengendalikan pelaksanaan Kontrak

6. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA

7. menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/ Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan.

8. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan

(15)

9. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

PPK merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.73Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.74PPK merupakan Pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. memiliki integritas; 2. memiliki disiplin tinggi;

3. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas;

4. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;

5. menandatangani Pakta Integritas;

6. tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara; dan

7. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/ Jasa.75

Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas; 2. memahami isi Kontrak;

3. memiliki kualifikasi teknis;

73 Ibid, Pasal 12 ayat (1) 74 Ibid, Pasal 1 angka 22

(16)

4. menandatangani Pakta Integritas; dan

5. tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan 6. Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara.76

Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan untuk menjalankan kegiatan/usaha;

2. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa;

3. memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;

4. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

5. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa;

6. dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/ kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;

7. memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;

(17)

8. memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha nonkecil, kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi;

9. khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan Konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank;

10.khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya.77

Penunjukan Langsung terhadap 1 (satu) Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat dilakukan dalam hal keadaan tertentu; dan/atau pengadaan Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/ Jasa Lainnya yang bersifat khusus. Penunjukan Langsung dilakukan dengan negosiasi baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.78Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar kepada Penyedia Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.79

PPK menetapkan jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dalam rancangan kontrak. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa meliputi :

a. Kontrak berdasarkan cara pembayaran;

b. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran; c. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan; dan

d. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan.

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan cara pembayaran terdiri atas:

a. Kontrak Lump Sum; b. Kontrak Harga Satuan;

(18)

c. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan; d. Kontrak Persentase; dan

e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey).

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, terdiri atas:

a. Kontrak Tahun Tunggal; dan b. Kontrak Tahun Jamak

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, terdiri atas:

a. Kontrak Pengadaan Tunggal; b. Kontrak Pengadaan Bersama; dan c. Kontrak Payung (Framework Contract).

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan jenis pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, terdiri atas:

a. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal; dan b. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi80

Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) Tahun Anggaran. Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapatkan persetujuan :

1. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) bagi

(19)

kegiatan penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis darat/laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah, dan pengadaan jasa cleaning service.

2. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan kegiatan yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang tidak termasuk dalam kriteria kegiatan. Persetujuan diselesaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap. Kontrak Tahun Jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.81

Kontrak Pengadaan Tunggal merupakan Kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu. Kontrak Pengadaan Bersama merupakan Kontrak antara beberapa PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK yang menandatangani Kontrak. Kontrak Payung (Framework Contract) merupakan Kontrak Harga Satuan antara Pejabat K/L/D/I dengan Penyedia Barang/Jasa yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. diadakan untuk menjamin harga Barang/Jasa yang lebih efisien, ketersediaan Barang/Jasa terjamin, dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan volume

(20)

atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat Kontrak ditandatangani; dan

2. pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja yang didasarkan pada hasil penilaian/ pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara nyata.

Pembebanan anggaran untuk Kontrak Pengadaan Bersama diatur dalam kesepakatan pendanaan bersama.82Tanda bukti perjanjian terdiri atas:83

a. bukti pembelian; b. kuitansi;

c. Surat Perintah Kerja (SPK); dan d. surat perjanjian.

Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan pada Kontrak yang meliputi menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak, menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan, mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan atau mengubah jadwal pelaksanaan. Perubahan Kontrak berlaku untuk pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga Satuan atau bagian pekerjaan yang menggunakan harga satuan dari Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan. Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada Penyedia Barang/Jasa spesialis. Perubahan

(21)

Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.84

Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk mobilisasi alat dan tenaga kerja, pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa dengan ketentuan sebagai berikut:

1. PPK menyetujui Rencana Penggunaan Uang Muka yang diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa;

2. untuk Usaha Kecil, uang muka dapat diberikan paling tinggi 30% (tiga puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa;

3. untuk usaha non kecil dan Penyedia Jasa Konsultansi, uang muka dapat diberikan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa;

4. untuk Kontrak Tahun Jamak.85

Permintaan pembayaran kepada PPK untuk Kontrak yang menggunakan subkontrak, harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan perkembangan (progress) pekerjaannya. Pembayaran bulanan/termin untuk Pekerjaan Konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, termasuk peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan, sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Kontrak.86 Bagi kejadian bencana alam yang masuk dalam cakupan wilayah suatu Kontrak, pekerjaan penanganan darurat dapat dimasukan kedalam

84 Ibid, Pasal 87 ayat (1), (1a), (3) dan (5) 85 Ibid, Pasal 88 ayat (1) dan (2)

(22)

Contract Change Order (CCO) dan dapat melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai awal Kontrak. penggunaan konstruksi permanen, jika penyerahan pekerjaan permanen masih dalam kurun waktu tanggap darurat atau penanganan darurat hanya dapat diatasi dengan konstruksi permanen untuk menghindari kerugian negara/masyarakat yang lebih besar.87

Penyesuaian Harga dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:88

1. penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak berbentuk Kontrak Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan Dokumen Pengadaan;

2. tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Pengadaan.

3. penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan timpang.

Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga adalah sebagai berikut:

1. penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;

2. penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan dan Biaya Overhead sebagaimana tercantum dalam penawaran;

(23)

3. penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak awal/adendum Kontrak;

4. penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut;

5. jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya adendum Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan

6. Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.89

PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila: kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak:

1. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;

2. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan; penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau

(24)

pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.90

Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa:91

1. Jaminan Pelaksanaan dicairkan;

2. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan

3. Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan 4. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.

B. Para Pihak yang Terkait di dalam Perjanjian Pemborongan pada

Pemerintah Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga

Perjanjian pemborongan bersifat konsensuil, artinya perjanjian pemborongan lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah pihak, yaitu pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong mengenai suatu karya dan harga borongan/kontrak. Dengan adanya kata sepakat tersebut, perjanjian pemborongan mengikat kedua belah pihak artinya para pihak tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lainnya.92

Dengan adanya perjanjian pemborongan selalu ada pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah: 1. Pemberi Tugas (Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga)

90 Ibid, Pasal 93 ayat (1) 91 Ibid, Pasal 93 ayat (2)

92 Dede Satria, Perjanjian Pemborongan, melalui http://edukasimu.blogspot.co.id/

(25)

Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga yang mempunyai prakarsa memborongkan bangunan sesuai dengan kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat-syarat. Dalam pemborongan pekerjaan umum dilakukan oleh Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga yang berwenang, memberikan pekerjaan umum atas dasar penugasan ataupun perjajian kerja.93

Hubungan hukum antara pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong diatur sebagai berikut:94

a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.

b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak.

c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Pemborongan/ Kontrak.

Adapun hubungan antara pemberi tugas dengan perencana jika pemberi tugas (Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga) adalah pemerintah dan perencana juga dari pemerintah maka terdapat hubungan kedinasan. Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga bertindak sebagai penasihat pemberi tugas, maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Sedangkan apabila pemberi tugas dari pemerintah dengan perencana dari phak swasta yang bertindak sebagai wakil pemberi tugas (Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga) maka hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata).

2. Pemborong (kontraktor) CV. Roma Uli

(26)

Pemborong (CV. Roma Uli) adalah perseorangan atau badan hukum, swasta maupun pemerintah yang ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan bangunan sesuai dengan bestek. Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai pelaksana oleh pemberi tugas. Dalam perjanjian pemborongan, CV. Roma Uli dimungkinkan menyerahkan sebagian pekerjaan tersebut kepada pemborong lain yang merupakan subkontraktor berdasarkan perjanjian khusus.

a. Bentuk badan usaha pemborong b. Kualifikasi usaha jasa pemborong

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa pengawas konstruksi didasarkan pada criteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan perencanaan dan pengawasan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko dan/atau kriteria penggunaan teknologi dan/atau kriteri besaran biaya (nilai proyek/nilai pekerjaan).95

3. Perencana (arsitek)

Arsitek adalah seseorang yang ahli dalam membuat rancangan bangunan dan yang memimpin konstruksinya. Pihak arsitek memegang peranan penting dalam suatu pembangunan proyek. Keterlibatan pihak arsitek dapat dipilah-pilah ke dalam tugasnya pada masa pra kontrak dan pasca kontrak.96

Apabila pihak yang memborongkan adalah pemerintah, sedangkan pihak Perencana juga dari pemerintah, maka terjadi hubungan kedinasan. Tetapi jika

95 Lihat Pasal 10 Paragraf 1 Peraturan LPJK Nomor 11a Tahun 2008 tentang Registrasi

Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi

(27)

pihak yang memborongkan dari pemerintah atau swasta yaitu Konsultan Perencana, maka hubungannya diatur dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal atau perjanjian pemberian kuasa tergantung tugas yang dilakukan oleh Konsultan Perencana. Adapun tugas Perencana adalah sebagai berikut:97

a. Sebagai penasihat

Dalam hal ini tugas dari Perencana adalah membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanaan dari pihak yang memborongkan. Hubungan antara pihak yang memborongkan pekerjaan dengan Perencana sebagai penasihat dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Dalam prakteknya, perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal disebut dengan istilah perjanjian perencana atau perjanjian pekerjaan perencana.

b. Sebagai wakil

Dalam hal ini pihak Perencana bertindak sebagai pengawas, yang tugasnya antara lain mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antara pihak yang memborongkan pekerjaan dengan perencana sebagai wakilnya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa (Pasal 1792-1819 KUH Perdata). Sebagai seorang wakil atau pemegang kuasa, Perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu, hal ini tercantum dalam Pasal 1814 KUH Perdata. Perencana juga dapat menunjuk orang lain untuk mengawasi jalannya pelaksanaaan pekerjaan, dan hal ini dikatakan sebagai adanya substitusi.

(28)

4. Pengawas (Direksi)

Pengawas atau Direksi bertugas untuk mengawasi jalannya pelaksanaan dari pekerjaan pemborongan. Dalam hal ini Pengawas atau Direksi dapat memberikan petunjuk-petunjuk, memborongkan pekerjaan, memeriksa bahan-bahan yang ada, waktu pembangunan berlangsung dan akhirnya membuat penilaian dari pekerjaan. Di samping itu, pada waktu pelelangan pekerjaan dilangsungkan.98

Berdasarkan surat perjanjian ini (selanjutnya disebut kontrak) dibuat dan ditanda tangani di Sibolga pada Rabu tanggal tiga bulan September tahun 2014, antara PPK yang bertindak untuk dan atas Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga, ebrdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga Nomor 800/142b-DPUK/2014 tanggal 17 Februari 2014 selanjutnya disebut PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Jabatan Wakil Direksi yang bertindak untuk atas nama CV. Roma Uli berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan Nomor: 19 Tanggal 19 sembilan belas bulan Desember seribu sembilan ratus delapan puluh lima (19/12/1985) yang dikeluarkan oleh Notaris dan akte perubahan terakhir Nomor : 03 Tanggal satu bulan Desember tahun dua ribu sembilan (01/12/2009) selanjutnya disebut Penyedia. PPK telah meminta penyedia untuk menyediakan pekerjaan kontruksi sebagaimana diterangkan dalam syarat-syarat umum kontrak ini (selanjutnya disebut pekerjaan konstruksi). Penyedia sebagaiamana dinyatakan kepada PPK, memiliki kealian professional, personil dan sumber daya teknis serta telah menyetujui untuk menyediakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam kontrak ini. KPK dan penyedia menyatakan

(29)

memiliki kewenangan untuk menandatangani kontrak ini dan mengikat pihak yang diwakili. KPK dan penyedia mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan penandatangani kontrak ini masing-masing pihak telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh advokat, menandatangani kontrak ini setelah meneliti secara patut, telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan kontrak ini, telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam kontrak ini beserta semua fakta dan kondisi terkait.

Para Pihak yang Terkait di dalam Perjanjian Pemborongan pada Pemerintah Dinas Pekerjan Umum Kota Sibolga adalah :

1. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)

PPK mempunyai hak dan kewajiban untuk mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia, meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia, memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak dan membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang telah ditetapkan kepada penyedia. Mengenakan denda keterlambatan, membayar uang muka, memberikan instruksi sesuai jadwal, membayar ganti rugi, melindungi dan membela penyedia terhadap tuntutan lainnya dan tanggungan yang timbul karena kesalahan, kecorobohan dan pelanggaran kontrak yang dilakukan PPK dan mengusulkan penetapkan sanksi daftar hitam kepada PA (Pengguna Anggaran)/KPA (Kuasa Pengguna Anggaran).

PPK berkewajiban untuk menyerahkan keseluruhan lokasi kepada penyedia sebelum SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) diterbitkan. Penyerahan dilakukan setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan lapangan bersama. Hasil pemeriksaan dan penyerahan dituangkan dalam berita acara penyerahan lokasi kerja. Jika dalam pemeriksaan lapangan bersama ditemukan hal-hal yang dapat mengakibatkan isi kontrak maka perubahan terebut harus dituangkan dalam addendum kontrak. Jika penyerahan hanya dilakukan pada bagian tertentu dari lokasi maka PPK dapat dianggap telah menunda pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan bagian lokasi kerja tersebut dan kondisi ini ditetapkan sebagai peristiwa kompensasi.

(30)

mengangkat pengawas pekerjaan yang berasal dari personil PPK atau konsultan pengawas. Pengawas pekerjaan berkewajiban untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Dalam melaksanakan kewajiban, pengawas pekerjaan selalu bertindak untuk kepentingan PPK. Jika tercantum dalam SSKK (Syarat-syarat Khusus Kontrak), pengawas pekerjaan dapat bertindak sebagai wakil sah PPK.

2. Penyedia

Penyedia adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan pekerjaan kontruksi. Penyedia mempunyai hak dan kewajiban nntuk menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak, meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari PPK untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai dengna ketentuan kontrak, melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodic kepada PPK, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh tanggungjawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan yang dirinci dalam kontrak, memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan PPK, menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak dan mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.99

Perubahan kontrak hanya dapat diubah melalui addendum kontrak. Perubahan kontrak dapat dilaksanakan apabila disetujui oleh para pihak meliputi perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak, perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan dan/atau perubahan nilai kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga.100

99 Surat Perjanjian Nomor : 16/PPK-CK/SP/DPUK/2014 mengenai pelaksanaan paket

pekerjaan konstruksi : Penimbunan dan pebuatan jalan dari paving block serta pembuatan taman di kawasan Rusuwasan Kel. Aek Manis Kec. Sibolga Selatan

(31)

C. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan

Perjanjian pemborongan pekerjaan di bidang konstruksi dapat berakhir dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Pekerjaan telah diselesaikan oleh pemborong setelah masa pemeliharaan selesai dan harga borongan telah dibayar oleh pemberi tugas.

2. Pembatalan perjanjian atau pemecahan

3. Menurut Pasal 1611 KUH Perdata disebutkan bahwa pihak yang memborongkan jika menghendaki boleh menghentikan pemborongannya, meskipun pekerjaan telah dimulai, asalkan ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada pemborong untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya, serta untuk keuntungan yang terhilang karenanya.

4. Kepailitan

5. Pemutusan Perjanjian

6. Hal ini disebabkan karena wanprestasi, untuk waktu yang akan datang. Dengan kata lain, pekerjaan yang belum dikerjakan diputuskan, namun mengenai pekerjaan yang telah dikerjakan akan tetap dibayar.

7. Persetujuan kedua pihak 8. Kematian pemborong.101

Menurut Pasal 1612 KUH Perdata bahwa pekerjaan berhenti dengan meninggalnya si pemborong. Pemberi tugas harus membayar pekerjaan yang telah diselesaikan juga bahan-bahan yang telah disediakan. Tetapi masa sekarang ini dengan perkembangan dunia usaha, pemborong umumnya adalah badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas. Dalam keadaan ini, perjanjian pemborongan tidak menjadi hapus dengan meninggalnya si pemborong yang merupakan pengurus badan hukum tersebut. Karena masih terdapat pengurus lain yang dapat dipertanggungjawabkan menyelesaikan pekerjaan itu.102

Cara hapusnya perikatan diatur dalam Pasal 1381 KUHPdt, baik itu untuk perikatan yang lahir dari perjanjian maupun dari undang-undang dan cara-cara yang ditunjukkan itu tidak membatasi para pihak untuk menciptakan cara lain

101 Yasin, Nazarkhan. Mengenal Hukum Kontrak Konstruksi di Indonesia. Jakarta:

Gramedia, 2013, hal 48

102

(32)

untuk menghapuskan suatu perikatan. Perjanjian kerjasama berakhir biasanya terjadi karena telah sampainya jangka waktu kerjasama dan pemutusan perjanjian, maksud dari jangka waktu kerjasama adalah berapa lama waktu berlakunya perjanjian kerjasama yang ditetapkan oleh pihak pertama kepada pihak kedua untuk tetap melakukan hak dan kewajibannya, sedangkan pemutusan perjanjian adalah pemutusan secara sepihak oleh para pihak pertama karena pihak kedua tidak menjalankan kewajibannya atau dianggap lalai.103

Berakhirnya perjanjian antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli disebabkan oleh dua hal yaitu:104

1. Secara normal Perjanjian akan berakhir apabila telah jatuhnya jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak pada waktu penandatanganan perjanjian kerjasama pemborongan ini. Kedua belah pihak telah melakukan tugas dan kewajibannya masing dan telah memperoleh hanya masing-masing.

2. Secara tidak normal disebabkan karena adanya kelalaian atau wanprestasi yang dilakukan oleh pihak kedua sehingga pihak pertama akan melakukan pemutusan perjanjian secara sepihak. Perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak tentang pemborongan penimbunan dan pembuatan jalan dari Paving Block serta pembuatan taman di Kawasan Rusunawa Kel. Aek Manis Kec. Sibolga Selatan, berakhir didasarkan pada dua hal yaitu: berakhirnya jangka waktu kerjasama yang ditetapkan oleh pihak pertama yang kemudian disetujui oleh pihak kedua, dan yang kedua adalah didasarkan pada pemutusan perjanjian oleh pihak pertama apabila pihak kedua tidak melakukan kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian atau dianggap sebagai wanprestasi.105

Pelaksanaan pekerjaan tersebut harus sudah dimulai selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Seluruh pekerjaan tersebut harus diselesaikan dan diserahkan oleh pihak kedua dan diterima baik oleh pihak pertama dalam jangka waktu pelaksanaan sesuai

103 Lies Sya, Hapusnya Perikatan, melalui http://liescholisoh.blogspot.co.id/

2012/05/hapusnya-perikatan.html, diakses tanggal 15 April 2016

104 Surat Perjanjian Nomor : 16/PPK-CK/SP/DPUK/2014 mengenai pelaksanaan paket

pekerjaan konstruksi : Penimbunan dan pebuatan jalan dari paving block serta pembuatan taman di kawasan Rusuwasan Kel. Aek Manis Kec. Sibolga Selatan

105 Hasil Wawancara Tanggal 11 Januari 2016 dengan narasumber Ahmad Azwar, ST

(33)

dengan berita acara penyerahan pertama pekerjaan. Apabila ternyata pihak kedua tidak bisa melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh pihak pertama, maka perjanjian tersebut akan batal dengan sendirinya. Pelaksanaan pekerjaan tersebut akan dibagi dengan tahapan-tahapan kemajuan pekerjaan dalam jangka waktu periode tertentu dan target penyelesaian sesuai dengan yang telah disepakati, dan tahapan-tahapan tersebut dengan tahapan penagihan.

Perhentian kontrak antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau terjadi keadaan kahar. Suatu keadaan kahar yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. Yang digolongkan keadaan kahar meliputi bencana alam, bencana non alam, bencana social, permogokan, kebakaran dan/atau gangguan industry lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait.106

Apabila terjadi keadaan kahar, maka penyedia memberitahukan kepada PPK paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya keadaan kahar, dengan menyertakan pernyataan keadaan kahar dari pejabat yang berwenang, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak untuk pemenuhan kewajiban pihak yang tertimpa keadaa kahar harus diperpanjang paling kurang sama dengan jangka waktu terhentinya kontrak akibat keadaan kahar. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat keadaan kahar yang dilaporkan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya keadaan kahar,

106 Hasil Wawancara Tanggal 11 Januari 2016 dengan narasumber Ahmad Azwar, ST

(34)

tidak dikenakan sanksi. Pada saat terjadinya keadaan kahar, kontrak ini akan dihentikan sementara hingga keadaan kahar berakhir dengan ketentuan, penyedia berhak untuk menerima pembayaran sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksanaan peekrjaan yang telah dicapai.

Dalam hal kontrak antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli dinetikan, maka PPK wajib membayar kepada penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai, termasuk biaya langsung pengadaan bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan ini. Bahan dan perlengkapan ini harus diserahkan oleh penyedia kepada PPK dan selanjutnya menjadi hak milik PPK, biaya langsung pembongkaran dan demobilisasi pekerjaan sementara dan peralatan dan biaya langsung demobilisasi personil.107

Pemutusan kontrak antara CV. Roma Uli dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dapat dilakukan oleh pihak penyedia atau pihak PPK. PPK dapat memutuskan kontrak melalui pemberitahuan tertulis kepada penyedia setelah terjadinya hal-hal berikut:

1. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak.

2. Berdasarkan penelitian PPK, penyedia tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kelender sejak maa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan.

107 Hasil Wawancara Tanggal 11 Januari 2016 dengan narasumber Mercusuar Tampak,

(35)

3. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kelender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan.

4. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

5. Penyedia tanpa persetujuan pengawas pekerjaan, tidak memulai pelaksanaan pekerjaan.

6. Penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh delapan) hari dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta tanpa persetujuan pengawas pekerjaan.

7. Penyedia berada dalam keadaan pailit

8. Penyedia selama masa kontrak gagal keberlakuan jaminan pelaksanaan.

9. Pengawas pekerjaan memerintahkan penyedia untuk menunda pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan dan perintah tersebut tidak ditarik selama 28 (dua puluh delapan) hari.

10.Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang dan/atau 11.Penggaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau

pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.108

Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena kesalahan penyedia karena jaminan pelaksanaan dicairkan (untuk nilai paket Rp.200.000.000), sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang muka dicairkan,

108 Hasil Wawancara Tanggal 11 Januari 2016 dengan narasumber Mercusuar Tampak,

(36)

penyedia membayar denda keterlambatan sebagaimana tercantum dalam SSKK, penyedia dimasukkan dalam daftar hitam dan PPK membayar kepada penyedia sesuai dengan pencapaian prestai pekerjaan yang telah diterima oleh PPK sampai dengan tanggal berlakunya pemutusan kontrak dikurangi dengan denda keterlambatan yang harus dibayar penyedia serta penyedia menyerahkan semua hasil pelaksanaan pekerjaan kepada PPK dan selantnya menjadi hak milik PPK.

(37)

BAB IV

TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH TERHADAP PERJANJIAN

PEMBORONGAN KERJA

A. Akibat Keterlambatan Penyelesaian Penyediaan barang dan Jasa di

dalam Perjanjian Borongan Kerja

Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu bisa di katakan, sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai akibatnya perjanjian akan mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu perjanjian diakui oleh undang-undang (Legally Concluded Contract) haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang. Ketentuan dari Pasal 1338 KUH Perdata tersebut dapat disimpulkan, bahwa perjanjian yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak adalah mengikat untuk pihak-pihak yang melakukan perjanjian dan membawa akibat hukum bagi keduanya.109

Dalam kontrak borongan kerja, sebagaimana kontrak pada umumnya akan menimbulkan hubungan hukum maupun akibat hukum antara para pihak yang membuat perjanjian. Hubungan hukum merupakan hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa yang menimbulkan akibat hukum dalam bidang borongan kerja. Akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban diantara para pihak. Momentum timbulnya akibat itu adalah sejak ditandatanganinya kontrak borongan kerja oleh pengguna jasa dan penyedia jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan,

109

(38)

bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam kontrak borongan kerja adalah110adanya subjek, yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa, adanya objek, yaitu borongan kerja, adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.111

Ketentuan mengenai besarnya denda maksimal sebesar 5% dapat dilihat juga pada Pasal 93 ayat (1) butir a Perpres No. 54/2010 yang intinya menentukan bahwa PPK dapt memutuskan kontrak secara sepihak apabila denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia Barang/Jasa sudah melampaui 5% dari nilai kontrak. Dalam hal ini Pasal 93 Perpres No. 54/2010 dapat diartikan bahwa denda keterlambatan paling besar adalah sebesar 5% dari nilai kontrak, apabila sudah melampaui 5% tersebut maka PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak.112

Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek, yang pada umumnya dibedakan atas hubungan fungsional, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi dari pihak-pihak tersebut dan juga hubungan kerja formal, yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang dikukuhkan dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional terdapat 3 (tiga) pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi, yaitu pihak pemilik proyek, pihak konsultan dan pihak kontraktor. Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan

110 Mohammad Amari dan Asep Mulyana, Kontrak Kerja Konstruksi Dalam Perspektif

Tindak Pidana Korupsi, Aneka Ilmu, Semarang. 2010, hal 104

111 Marthen H Toelle, Disharmoni Pengaturan Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah di

Indonesia, Griya Media, Salatiga, 2011, hal 37

112 Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

(39)

proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu.113

Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata lain bahwa adanya waktu tambahan yang diberikan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan akan terjadi pemutusan kontrak kerja.114 Tambahan waktu untuk menyelesaikan proyek adalah solusi penyelesaian masalah. Tetapi adanya perpanjangan waktu dari jadwal kontrak, dapat disebabkan antara lain; pekerjaan tambah, perubahan desain, keterlambatan oleh pemilik. masalah diluar kendali kontraktor.115

Dengan adanya perbedaan perjanjian kontrak awal dengan selang waktu penyelesaian proyek maka terjadilah keterlambatan proyek yang tidak diinginkan oleh semua pihak-pihak terkait. Hal sama dinyatakan oleh Bordat bahwa keterlambatan waktu pelaksanaan proyek adalah perbedaan antara pelaksanaan proyek pada saat perjanjian kontrak awal dan selang waktu penyelesaian proyek.116

113 Ervianto Wulfram I. Manajememen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: Andi Offset,

2005, hal 34

114 Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006,

hal 34

115 Muzadir Hamzah, Analisis Faktor Penyebab Keterlambata Penyelesaian Proyek

Konstruksi. Jakarta.Uni. Bung Hatta, 2014, hal 67

116 Bordat D, Coly EV, Olivera CR. Morphometric, biological and behavioral differences

(40)

Dalam pengertian lain Madjid berpendapat bahwa keterlambatan proyek konstruksi dapat diidentifikasi sebagai adanya perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan pada dokumen kontrak. Dapat dikategorikan sebagai tidak tepatnya waktu pelaksanaan proyek yang telah ditetapkan.117

Keterlambatan proyek diasumsikan sebagai perpanjangan waktu pelaksanaan proyek dari yang dijadwalkan oleh kontraktor sesuai kontrak. Keterlambatan proyek ini berdampak pada progress proyek dan tertundanya aktifitas pelaksanaan proyek dan kegiatan pelaksanaan proyek. Keterlambatan pelaksanaan proyek ini termasuk adanya faktor penyebab oleh faktor cuaca, sumber daya, perencanaan.118

Dalam kontrak pengadaan barang/jasa, kesepakatan telah tercapai pada saat Kontrak ditanda tangani oleh para pihak. Asas itikad baik (good faith); Itikad baik berarti keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian harus jujur, terbuka, dan saling percaya. Keadaan batin para pihak itu tidak boleh dicemari oleh maksud-maksud untuk melakukan tipu daya atau menutup-nutupi keadaan sebenarnya. Asas kepribadian (personality); isi perjanjian hanya mengikat para pihak secara personal dan tidak mengikat pihak-pihak lain yang tidak memberikan kesepakatannya dalam Kontrak. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Dalam Kontrak pengadaan barang/jasa, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebagai pihak pertama bertindak untuk dan atas nama Negara, sedangkan Penyedia merupakan

117 Madjid, A. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri &

Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas

Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. [19 Februari 2016]

118 Al-Najjar, The Relationship between Capital Structure and Ownership Structure: New

(41)

pihak kedua yang berindak untuk dan atas nama suatu korporasi atau untuk dirinya sendiri.119

PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak apabila:

1. kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak

a. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan;

b. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan; 2. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya

dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;

3. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau

4. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.120

Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa: a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan;

b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan;

c. Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan d. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.121

Awal keterlambatan didasarkan pada pasal 93 ayat 1 tersebut diatas. Bahwa yang dimaknai sebagai keterlambatan adalah tentang kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan

119 Rahfan Mokognita, Masalah Kontrak dan Kontrak bermasalah, melalui

https://rahfanmokoginta.wordpress.com/2012/05/10/masalah-kontrak-dan-kontrak-bermasalah// html, diakses tanggal 16 April 2016

120 Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerinrah, Pasal 93 ayat (1)

(42)

pekerjaan. Dengan asumsi ini kata keterlambatan pada pasal 19 ayat 2 huruf c dipahami sebagai ketentuan tentative ketika terjadi pemutusan kontrak. Artinya jika tidak ada pemberian kesempatan 50 hari maka tidak ada keterlambatan. Karena tidak ada keterlambatan berarti saat pemutusan kontrak tidak perlu dikenakan denda keterlambatan. konstruksi pasal 93 ayat 2 jelas sekali bahwa sanksi pemutusan kontrak sifatnya kumulatif, karena kata sambung yang dipakai adalah “dan”bukan “atau” atau dan/atau“. Simpulan saya ketika putus kontrak maka denda keterlambatan juga dikenakan.122

Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan.123

Jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak tidak hanya merujuk pada total waktu pelaksanaan tetapi juga bagian-bagian waktu pelaksanaan yang tertuang dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan. Karena bagian waktu pelaksanaan atau tahapan pekerjaan adalah juga kesepakatan yang tertuang dalam kontrak. Dengan demikian yang dimaksud terlambat tidak hanya terlambat terkait total kontrak tapi juga bagian-bagian kontrak. Ketentuan Kriteria kesepakatan untuk kondisi suatu kontrak dinilai dalam katagori “Terlambat” apabila :

a. Dalam periode I (rencana pelaksanaan fisik 0%-70%) dari kontrak terjadi keterlambatan antara 10%-20%.

122 http://samsulramli.com/membahas-keterlambatan-denda-dan-pemutusan-kontrak/html,

diakses tanggal 16 April 2016

123 Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan

(43)

b. Atau dalam periode II (rencana pelaksanaan fisik 70%-100%) dari kontrak terjadi keterlambatan progres fisik antara 0.5%-10%.124

Dengan pemahaman ini maka yang disebut keterlambatan adalah tentang kesepakatan rencana pelaksanaan fisik pekerjaan yang ditawarkan penyedia kemudian dituangkan dalam kontrak. Untuk konstruksi ketika pada perencanaan semestinya diperjanjikan 30 hari pertama progres fisik sudah harus 30%, namun riil hanya 10%, maka sejak hari 30 mekanisme penanganan keterlambatan atau dalam bahasa teknis sebagai kontrak kritis diterapkan. Kondisi ini sudah termasuk klausul keterlambatan. Sejak saat ini penyedia sudah terkena pasal terlambat. Namun demikian dalam hal pengenaan denda keterlambatan harus dipertegas dalam ketentuan kontrak. Jika jumlah hari yang menghasilkan jumlah denda keterlambatan maksimun yang dapat dibayar oleh Penyedia jasa konstruksi melampaui batas sebagaimana yang disebutkan dalam Data Kontrak maka pemutusan kontrak sepihak dapat dilakukan. Umumnya data kontrak mengacu pada maksimal jumlah hari keterlambatan 50 hari (pasal 93 Perpres 54/70) atau maksimal denda 5% dari nilai kontrak (UU 18/199 Pasal 43 ayat 2). Pemahaman ini juga akan mampu menjawab pertanyaan untuk pengadaan barang atau jasa lainnya. Seperti kasus pengadaan makan minuman pasien diatas. Artinya perhitungan keterlambatan bukan realisasi pelaksanaan pekerjaan melewati 365 hari melainkan keterlambatan persatuan waktu. Misal disepakati jika pengiriman makanan terlambat 1 hari akan dikenakan sanksi denda keterlambatan 1/1.000 dari total kontrak kemudian maksimal jumlah hari keterlambatan adalah 50 hari.125

124 http://samsulramli.com/membahas-keterlambatan-denda-dan-pemutusan-kontrak/html,

diakses tanggal 16 April 2016

(44)

Denda yang harus dikenakan jika terjadi pemutusan kontrak yaitu Pertama yang harus dilihat definisi pasal 93 ayat 2 huruf c disitu tertulis “denda keterlambatan” sehingga harus dilihat apakah terjadi keterlambatan seperti

tertuang dalam kontrak atau tidak. Jika definisi keterlambatan seperti definisi juknis Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV dan hal tersebut dituangkan dalam SSKK atau SSUK maka Denda adalah sebesar peristiwa keterlambatan tersebut. Jika tidak terjadi atau tidak didefinisikan maka sanksi Denda tidak dapat dikenakan, terkecuali telah melewati masa pelaksanaan pekerjaan seperti tertuang dalam pasal 120 maka berlaku denda keterlambatan. Denda dalam konstruksi, Permen PU 14/2013 tidak hanya denda keterlambatan. Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia mensubkontrakkan pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak maka akan dikenakan denda senilai pekerjaan yang dikontrakkan kepada pihak lain atau sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.126

Keterlambatan penyelesaian pekerjaan disikapi secara arif oleh masing-masing pihak yang terikat dalam Kontrak. Menjadi tidak adil ketika Penyedia/Kontraktor harus selalu disalahkan akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Keterlambatan tidak perlu terjadi jika PPK benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana dan pengendali Kontrak . PPK dan semua tim pendukungnya (terutama Konsultan Pengawas Konstruksi) seharusnya mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan sejak awal. Jika hal ini benar-benar dilakukan, indikasi keterlambatan dapat diketahui dan ditangani lebih cepat. Dalam praktiknya, seringkali justeru PPK-lah yang lalai dalam melakukan

(45)

tugas pengendalian Kontrak. Pada akhirnya, Penyedia harus menanggung denda keterlambatan, tindakan pemutusan Kontrak secara sepihak, bahkan pengenaan sanksi pencantuman dalam daftar hitam (blacklist).127

Berdasarkan penjelasan diatas maka saya simpulan bahwa keterlambatan adalah peristiwa sanksi yang diakibatkan karena sepenuhnya kesalahan penyedia dalam memenuhi kesepakatan dalam kontrak. Keterlambatan bukan hanya tentang pemberian kesempatan 50 hari tapi juga tentang terlambat dari jadwal pelaksanaan bagian-bagian pekerjaan. Pada peristiwa pemutusan kontrak denda keterlambatan menjadi salah satu klausul sanksi yang diterapkan. Karena bersifat kontraktual maka klausul keterlambatan dan sanksi denda harus jelas dan tegas disepakati dalam klausul kontrak khususnya pada syarat-syarat khusus kontrak agar tidak terjadi pertentangan pemahaman yang berujung pada kasus perdata dikemudian hari.

Beberapa permasalahan yang umumnya terjadi terkait Kontrak pengadaan barang/jasa, antara lain keterlambatan penyelesaian pekerjaan dan pembayaran yang tidak sesuai dengan prestasi pekerjaan. Sebenarnya masih banyak permasalahan yang lain, namun dalam tulisan kali ini Penulis membatasi pada dua hal tersebut. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan harus disikapi secara arif oleh masing-masing pihak yang terikat dalam Kontrak. Menjadi tidak fair (menurut saya) tatkala Penyedia/Kontraktor harus selalu disalahkan akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Keterlambatan tidak perlu terjadi jika Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana dan pengendali Kontrak.

127 http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-pengadaan-barang-dan-jasa.html,

(46)

Apabila kontraktor terlambat menyelesaikan pekerjaan berdasarkan waktu yang telah ditentukan dalam kontrak/perjanjian pekerjaan, serta perpanjangan waktunya, maka kontraktor akan dikenakan sanksi/denda yang besarnya telah disebutkan sebelum kontrak ditanda-tangani.

Dalam perjanjian antara Dinas Pekerjaan Umum Kota Sibolga dengan CV Roma Uli telah diketahui, bahwa pihak kontraktor, yaitu CV Roma Uli telah melakukan wanprestasi, yaitu dengan adanya keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Sesuai dengan perjanjian/kontrak tersebut, maka pihak kontraktor CV Roma Uli mendapatkan sanksi pembayaran ganti kerugian sebagai akibat keterlambatan pekerjaan (penalty).128 Berdasarkan Pasal 37 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, bahwa : (1) Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, maka pemyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1‰ (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak. (2) Bila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran karena semata-mata kesalahan atau kelalaian pengguna barang/jasa, maka pengguna barang/jasa membayar kerugian yang ditanggung penyedia barang/jasa akibat keterlamatan dimaksud, yang besarnya ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan yang besarnya ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (3) Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian pengguna barang/jasa dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan biaya dari konsultan yang bersangkutan dan/atau tuntutan ganti kerugian. Berdasarkan Perjanjian Pekerjaan Pemborongan Nomor 16/PPK-CK/SP/DPUK/2014, bahwa sanksi dan

128 Hasil Wawancara Tanggal 12 Januari 2016 dengan narasumber Mercusuar Tampak,

(47)

denda (penalty) adalah seribu permil dari harga borongan. Di mana atas hasil kesepakatan mengenai penyelesaian pekerjaan dan perpanjangan waktu, penyelesaian keterlambatan pekerjaan disepakati 7 (tujuh) hari kerja kalender.129

B. Faktor yang Menyebabkan Keterlambatan Penyediaan Barang dan Jasa

di dalam Perjanjian Borongan Kerja

Keterlambatan proyek konstruksi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Penyebab keterlambatan proyek internal berasal dari pemilik, perencana (designer), kontraktor atau konsultan. Penyebab keterlambatan proyek eksternal (external) yaitu berasal dari luar proyek konstruksi seperti; keperluan perusahaan, pemerintah (government), sub kontraktor, pengadaan material (material suppliers), serikat buruh, keadaan alam yang tidak lazim (force majeur). Force majeur adalah kejadian diluar kemampuan kontraktor dan pemilik proyek, yang dapat mempengaruhi biaya, waktu seperti kejadian alam, huru hara, kebijakan pemerintah/ moneter. Penyebab keterlambatan eksternal seperti kurangnya material yang ada di pasaran, kurangnya peralatan dan alat-alat yang ada di pasaran, kondisi cuaca tidak lazim, kondisi lokasi, struktur tanah yang tidak layak, keadaan ekonomi yang tidak stabil (penukaran mata uang, inflasi), adanya perubahan undang-undang dan regulasi pemerintah, adanya keterlambatan pengiriman material, adanya faktor yang berasal dari pelayanan umum (jalan, fasilitas umum, public sevices).130 Dengan adanya keterlambatan proyek ini, maka 2 (dua) kategori yang berhubungan langsung yakni: masalah waktu pelaksanaan

129 Surat Perjanjian Nomor : 16/PPK-CK/SP/DPUK/2014 mengenai pelaksanaan paket

pekerjaan konstruksi : Penimbunan dan pebuatan jalan dari paving block serta pembuatan taman di kawasan Rusuwasan Kel. Aek Manis Kec. Sibolga Selatan

130 Al-Najjar, B., & Taylor, P. The Relationship between Capital Structure and

Ownership Structure: New Evidence from Jordanian Panel Data. Managerial Finance Journal,

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah sampel dalam penelitian ini 24 pasien laparotomi yang diberi lidocain intravena durante operasi dilanjutkan sampai jam ke-48 post operasi7. Tidak ada

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDIKASI GEOGRAFIS LADA PUTIH MUNTOK MUNTOK WHITE PEPPER SEBAGAI KEKAYAAN ALAM KABUPATEN BANGKA BARAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Hasil uji One way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan bermakna diameter zona hambat pelapik GIC yang ditambahkan CPC dengan tanpa penambahan CPC terhadap pertumbuhan

Berdasarkan hasil penelitian dengan , dapat disimpulkan bahwa: (1) hasil uji korelasi menunjukan bahwa mathematical habits of mind dengan kemampuan pemecahan masalah

Hasil pelatihan dengan menggunakan parameter-parameter di atas dan sampel data masukan masing-masing sebanyak 110 untuk tahu murni yang dapat diidentifikasi oleh jaringan

Pada mesin diesel ada tenggang waktu antara sejak dimulainya penginjeksian solar (periode injek- si), kemudian meningkatnya tekanan dan tempe- ratur sampai batas tertentu

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian Bisma (2010) yang menunjukkan bahwa Provinsi NTB selama periode TA 2003 – 2007 memiliki kemandirian keuangan sangat

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir