• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG DALAM MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN HUKUM TERHADAP PERKARA ANAK (Studi PutusanNo:701/Pid.B/2014/PN.Tjk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG DALAM MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN HUKUM TERHADAP PERKARA ANAK (Studi PutusanNo:701/Pid.B/2014/PN.Tjk)"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG DALAM MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN HUKUM

TERHADAP PERKARA ANAK (Studi Putusan No: 701/Pid.B/2014/PN.Tjk)

Oleh

Senang Monia Silalahi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG DALAM MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN HUKUM

TERHADAP PERKARA ANAK (Studi PutusanNo:701/Pid.B/2014/PN.Tjk)

Oleh

SENANG MONIA SILALAHI

Lembaga Bantuan hukum merupakan program bantuan hukum yang diberikan dalam rangka meringankan beban hidup bagi masyarakat yang tidak mampu serta menciptakan keadilan dan perlindungan hukum terhadap masyarakat. Bantuan hukum mempunyai peranan yang sangat penting. Tidak hanya terdakwa, tetapi juga untuk kepentingan para pencari keadilan. Pada umumnya bantuan hukum yang diberikan tersebut berdasarkan kepada satu tujuan yang mulia, yaitu untuk membantu terdakwa dalam memperlancar jalannya persidangan baik di dalam maupun di luar persidangan. Dalam kasus anak tidak terlepas dari tujuan usaha perlindungan hak-hak anak ketika didakwa melakukan suatu tindak pidana. Dengan demikian maka perannya seorang pengacara/penasehat hukum merupakan suatu hal yang sangat diperlukan sehubungan masih banyak pelanggaran hak-hak anak atau perlakuan yang tidak sesuai terhadap anak dalam menjalani proses persidangan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah peranan lembaga bantuan hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak dan apakah yang menjadi faktor penghambat peranan lembaga bantuan hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah jenis data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan analisis kualitatif, kemudian di ambil kesimpulan secara induktif.

(3)

dengan peranan faktual adalah peranan yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata, kemudian faktor penghambat peranan LBH Bandar Lampung dalam perkara anak di bawah umur yang paling dominan adalah penegak hukum yang tidak seimbang seperti adanya unsur pemaksaan dalam proes tindak pidana dan jauh dari kepentingan yang terbaik bagi anak yang berhadapan dengan hukum.

(4)

ABSTRACT

THE ROLE OF BANDAR LAMPUNG LEGAL AID AGENCY IN STRIVING THE LAW’S INTEREST AGAINST THE CHILDREN CASE

(Decision Study No: 701 / Pid.B / 2014 / PN.Tjk)

By

Senang Monia Silalahi

Legal aid agency is legal aid program given to lighten the life burden for disadvantage people and to create the justice and legal protection of the public. Legal aid has a very important role. Not only to the defendant, but also to the interests of justice seeker. Generally, legal aid given based on a noble goal, which is to help the defendant in expediting the proceeding both inside and outside of court. In the case of children not be separated from the purpose of safeguarding of child rights when is charged accused of committing a crime. The role of a lawyer / legal adviser is very necessary regarding many violations of children rights or treatment that is not appropriate for the child in running the court proceeding. The problems in this research were how was the role of Bandar Lampung legal aid agency in striving the law’s interest in children court proceedings and what were the inhibiting factor of role of Bandar Lampung legal aid agency in striving the law’s interest in children court proceedings.

The approach of the problem used were normative and empirical approach. The source and type of data used were primary and secondary data. The analysis used was qualitative analysis, then concluded inductively.

(5)

The advice given were legal aid agency of Bandar Lampung should be stronger in striving the law’s interests in order to achieve the ideal role that conducted in accordance to the position in a system or normative role, and the law enforcement should be made an integral approach in the enforcement of criminal law, Approach that emphasizes to crime prevention through comprehensive measures. So need the crime prevention process through value and policy approach.

(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Senang Monia Silalahi, Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 14 mei 1994, merupakan putri kelima dari 6 bersaudara pasangan Ayah Nazrin Silalahi dan Bunda Alm. Ramsiah Sitanggang.

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang segalanya bagiku, Segala Puji dan Syukur hanyalah untuk Mu

Dengan segala kerendahan hati dan sejuta kasih Kupersembahkan karyaku yang sederhana ini kepala:

Ayahanda Nazrin Silalahi dan Ibunda Ramsiah Sitanggang

Terimakasih atas pengorbanannya baik moril maupun materil, cinta kasih yang tak terhingga serta sujud dan do’anya yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan

dan kesuksesanku, sehingga penulis mampu tegar dan kuat dalam menjalani kehidupan, serta mampu menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum

Universitas Lampung

Kepada Saudara-saudari kandungku (Iskandar Silalahi, Wahrul Fauzi Silalahi, Eva Solina Silalahi, Siti Hamidah Silalahi, Eni Sartika Silalahi) terimakasih untuk

dukungan, bantuan moril maupun materil dan do;anya yang selalu senantiasa menemaniku dan mengantarkanku kedepan pintu gerbang keberhasilan.

Almamater tercinta Universitas Lampung

(10)

MOTO

“LBH harus menjadi kawah candradimuka lahirnya advokat yang mempunyai landasan moral, kemanusiaan, dan etika yang kuat”

(Adnan Buyung Nasution)

“Berawal pikiran yang berani dan bertanggung jawab, hingga menjadi

perlambang kebebasan berfikir, kebebasan menyatakan pendapat dan awal

bangkitnya kaum miskin”

(Prasasti Halaman YLBHI)

„Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan. Entah mereka menyukainya atau tidak’

(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak. Sebab, hanya dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung Dalam

Memperjuangkan Kepentingan Hukum Terhadap Perkara Anak (Studi Putusan No: 701/Pid.B/2014/PN.Tjk)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(12)

kesediaan untuk meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, motivasi, nasihat dalam mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Dr. Heni Siswanto S.H.,M.H.. selaku Pembimbing II atas kesabarannya yang luar biasa dan bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, motivasi, nasihat dalam mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Dr. Nikmah Rosidah S.H.,M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Bapak Rinaldy Amrullah S.H.,M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Bapak Rudy, S.H., LLM., LL.D selaku Pembimbing Akademik, yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

9. Teristimewa untuk emak dan ayah (Ramsiah Sitanggang dan Nazrin Silalahi)terimakasih atas dukungan moril, materil, dan spiritual disertai dengan do’a yang mengiringiku sehingga aku bisa menyelesaikan

(13)

Terimakasih atas segalanya semoga kelak dapat membahagiakan ay

10. Kepada Saudara-saudari kandungku (Iskandar Silalahi, Wahrul Fauzi Silalahi, Eva Solina Silalahi, Siti Hamidah Silalahi, Eni Sartika Silalahi) terima kasih untuk perhatian, canda, dan semangatnya.

11. Kakak-kakak Dian Rizki, kak irma, bang rahman dan keponakanku Fakih Altamis, rafa mirza saladin batubara, dan khalil jibril sabam silalahi, terima kasih atas dukungannya .

12. Terimakasih bang kodri, atas bantuan dan dukungannya selama ini.

13. Sahabat-sahabatku tersayang Vivi Adista, Putri Utami, Silvia Lismarini, Fitri Yani terimakasih untuk kebersamaan, bantuan, canda tawa dan semangatnya, kalian sudah seperti keluarga bagiku. Terimakasih untuk persahabatan selama ini, semoga persahabatan kita untuk selamanya dan semoga kita semua sukses.

14. Orang-orang terbaik yang ada di hidupku Yulinda sari, theresia, ratna, tiara nita, Rahmawati, Ce Fera, Ce tia, Ce mira, Ce jupi, Semoga kita bisa tetap saling membantu dan menyemangati satu sama lain. Semoga kita semua sukses.

15. Angkatan 2012 Pidana uni sofy, alpon, sandi, yudis, devi, fero, varu, yoga,sandra,dinti, semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya

(14)

telah menemani penulis sewaktu kkn, memberi motivasi, dukungan, dorongan semangat, dan berbagi pengalaman, cerita baik suka, duka, gembira, canda, tawa, tangis dengan penulis selama menyelesaikan KKN di desa Balam Jaya kec, Way Kenanga, Kab. Tulang Bawang Barat.

18. Keluarga Besar Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung Terimakasih Telah Banyak Membantu Dalam Penyelesaian Skripsi Ini. 19. Sahabat satu angkatan 2012,

20. Almamaterku tercinta

21. Serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses belajar, dan pengembangan diri penulis sejak awal kuliah hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Maret 2016 Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 19

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan dan Bantuan Hukum ... ... 21

B. Sejarah Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung ... 32

C. Pengertian Anak ... 36

D. Perlindungan Anak yang Berhadapan dengan Hukum ... 37

E. Sistem Peradilan Pidana Anak ... 42

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 48

B. Sumber dan Jenis Data ... 48

C. Penentuan Narasumber ... 49

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 49

E. Analisis Data ... 51

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Narasumber ... ... 52

(16)

Memperjuangkan Kepentingan Hukum Terhadap Perkara Anak ... 56 D. Faktor Penghambat Peranan Lembaga Bantuan Hukum

Bandar Lampung Dalam Memperjuangkan Kepentingan Hukum

Dalam Proses Persidangan Anak ... 73

V. PENUTUP

A. Simpulan ... 80 B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum selalu berhubungan dengan manusia. Sejak dalam kandungan pun manusia dapat berperan sebagai subjek hukum, yaitu sebagai pemegang hak dan kewajiban hukum. Dalam sistem hukum dikenal dengan asas fictie hukum yaitu dimana semua orang dianggap telah mengetahui Undang-Undang sebagai salah satu sumber hukum.

Hukum merupakan hal mutlak yang dimiliki suatu Negara apapun sistem yang digunakan Negara tersebut, seperti yang tercantum dalam Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka.1

Suatu Negara hukum (rechtsstaat) terdapat unsur-unsur perlindungan hukum terhadap hak-hak asasi manusia, salah satunya yaitu perlindungan hukum terhadap anak.2 Dalam perkembangannya upaya memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum adalah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang diperbaharui dengan

1

Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Jakarta: PT, Elex Media Komputindo, 2000, hlm.192.

2

(18)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. selain itu terdapat pula Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Pemberlakuan beberapa Undang-Undang tersebut merupakan upaya penyempurnaan perlindungan terhadap hak-hak anak yang telah lama diupayakan oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

Sesuai dengan aturan diatas, dapat diidentifikasi bahwa dalam hal menanggapi dan menangani proses peradilan anak yang terlibat tidak pidana, maka hak yang pertama yang tidak boleh dilupakan adalah melihat kedudukannya sebagai anak dengan semua sifat dan ciri-ciri yang khusus, Penanganan anak dalam proses hukumnya memerlukan pendekatan, pelayanan, perlakuan, perawatan, serta perlindungan yang khusus bagi anak dalam upaya memberikan perindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum.3

Pasal 17 Ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menyatakan bahwa setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

Pengertian anak yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 Ayat (3) disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas), tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun yang melakukan tindak pidana.

3

(19)

Anak merupakan tumpuan harapan masa depan Bangsa, Negara, Masyarakat, ataupun Keluarga, oleh karena kondisinya sebagai anak maka diperlukan perlakuan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik fisik mental dan rohaninya.4

Anak sebagai generasi muda merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan Bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara seimbang.5 Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta.

Dalam konvensi hak anak terdapat 4 (empat) prinsip umum yang menjadi dasar dan acuan bagi para pihak khususnya negara saat melakukan kewajibannya memenuhi, menghormati, dan melindungi hak-hak anak. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Prinsip non-diskriminasi, prinsip ini mewajibkan negara agar semua anak yang berkonflik dengan hukum mendapatkan perlakuan yang sama.

2. Prinsip kepentingan terbaik anak, prinsip kepentingan terbaik secara sistematis dengan mempertimbangkan hak-hak dan kepentingan anak akan dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan badan-badan tersebut.

3. Prinsip atas keberlangsungan hidup dan perkembangannya.

4. Prinsip penghargaan terhadap anak.

4

Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia (Selanjutnya disebut dengan Darwan Prinst I), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 98

5

(20)

Perlindungan hukum terhadap anak dalam proses peradilan dilakukan sejak tingkat penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan, di sidang pengadilan sampai pada pelaksanaan putusan pengadilan tersebut. Selama proses peradilan tersebut, maka hak-hak anak wajib dilindungi oleh hukum.

Sistem Peradilan Pidana di Indonesia memberikan perhatian secara khusus terhadap anak-anak yang bermasalah dengan hukum. Hal ini dipertegas dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak. Pertimbangan pemberlakuan Undang-Undang ini adalah anak dipandang bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara seimbang. Untuk melaksanakan perlindungan terhadap anak, diperlukan dukungan, baik yang menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan memadai, oleh karena itu ketentuan mengenai pengadilan bagi anak perlu dilakukan secara khusus.

(21)

penyidikan maupun penempatannya di dalam lembaga pemasyarakatan. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan semangat pemberlakuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Salah satu contoh kasus anak yang melakukan tindak pidana dan membutuhkan

Bantuan Hukum di Bandar Lampung adalah AS (Terdakwa), di dakwa atas tindak kekerasan melawan seorang pejabat yang sedang menjalankan tugas yang sah, atau orang yang menurut kewajiban Undang-Undang atau atas permintaan pejabat memberi pertolongan kepadanya, yang diatur dalam Pasal 214 jo. Pasal 211 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang berlokasi di jalan Hi. Agus Salim Gg. Mangga Dua Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung.

Saat kejadian, AS sedang berada di lantai II rumahnya bersama dengan Bayu (temannya). Kejadian tindak kekerasan melawan seorang pejabat (polisi) tersebut terjadi pada hari rabu tanggal 28 Mei 2014 sekitar jam 09.00 wib. Hal ini diawali dari penangkapan yang dilakukan Anggota Polisi terhadap warga yang diduga sebagai bandar narkoba, dengan melihat kedatangan polisi tersebut memicu AS (terdakwa) 17 Tahun melakukan tindakan pengancaman dengan menggunakan senjata tajam terhadap Anggota Polresta Bandar Lampung yang hendak

menangkap tersangka narkoba di Kaliawi. Kemudian AS ditahan pada tanggal 29 Mei 2014 oleh Kepolisian Polresta Bandar lampung. Penangkapan tersebut dilakukan berdasarkan keterangan dari saksi-saksi yang kesemuanya adalah polisi.

(22)

melanggar Pasal 214 Ayat 1 KUHP “Terdakwa dijatuhi hukuman satu tahun penjara. Dia dinilai telah melanggar Pasal 214 Ayat 1 KUHP”6

Peranan LBH terhadap pelaku pengancaman yang dilakukan oleh anak dalam Putusan Nomor: 701/Pid.B/2014/PN.Tjk. Didasarkan pada aturan Undang-Undang No 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, lembaga bantuan hukum Bandar Lampung adalah lembaga yang menfokuskan diri menangani issue Penegakan demokrasi dan promosi Hak Asasi Manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya lembaga bantuan hukum Bandar Lampung tidak dipisahkan dari dinamika usaha-usaha advokasi hak asasi manusia dan perjuangan demokrasi. Usaha-usaha advokasi hak asasi manusia dan perjuangan demokrasi yang dilakukan oleh lembaga bantuan hukum Bandar Lampung ternyata mampu membangun dan mengembangkan advokasinya ke arah yang lebih strategis bagi proses upaya untuk mewujudkan tatanan sosial yang lebih adil dengan Pola Pemberian Bantuan Hukum Struktural (BHS).

Bantuan hukum struktural merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi bagi terwujudnya hukum yang mampu mengubah struktur yang timpang menuju ke arah yang lebih adil, tempat peraturan hukum dan pelaksanaannya menjamin persamaan kedudukan baik di lapangan politik maupun ekonomi.

Pilihan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung untuk lebih memfokuskan diri pada usaha-usaha dalam pembelaan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak mampu, lembaga bantuan hukum Bandar Lampung untuk mendorong

6

(23)

munculnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hak asasi manusia dan demokrasi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Harus dipahami bahwa, bantuan hukum merupakan Hak konstitusional, Pasal 34 Ayat (1) UUD 1945 menjamin bahwa fakir miskin dan anak terlentar dipelihara oleh Negara.

Hak untuk mendapatkan bantuan hukum terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang Nomor. 39 Tahun 1999 juga menyebutkan tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan:

“Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat

penyidikan sampai adanya putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”. Selanjutnya disebutkan pula dalam Pasal 56 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa : “Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”.

(24)

Secara Konseptual hak untuk mendapat bantuan hukum ini meliputi hak-hak sebagai berikut :

1. Hak untuk membela diri secara pribadi atau untuk dibantu oleh penasehat hukum menurut pilihannya sendiri

2. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma dalam hak tidak mampu hukum

3. Hak untuk berkomunikasi dengan penasehat hukum

4. Hak untuk diberitahu mengenai haknya untuk mendapatkan bantuan hukum.7

Setiap proses pemeriksaan, anak harus mendapat bantuan hukum. Bantuan hukum merupakan Hak Konstitusianal dan hak asasi setiap anak yang berhadapan dengan hukum yang harus dipenuhi oleh Negara. Bantuan hukum harus dipenuhi secara tepat dan benar, karena akan sangat berpengaruh pada proses pembuktian serta vonis Hakim. Dalam berbagai ketentuan hukum dan juga konveksi hak-hak anak dinyatakan secara tegas bahwa anak yang berhadapan dengan hukum harus memperoleh Bantuan Hukum.8

Bantuan Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana Anak menjadi penting terlihat dari kewajiban yang dibebankan pada aparat penegak hukum untuk memberitahukan hak ini kepada anak dan orang tua, wali, atau orang tua asuh, mengenai hak ini. Hak ini harus dipenuhi pada setiap tingkat pemeriksaan tanpa terkecuali. Untuk memenuhi hak ini, komite hak-hak anak PBB pun

7

Baut Paul S,Remang-remang Indonesia, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta: 1998, hlm.34

8

(25)

merekomendasikan Negara untuk menyediakan sebanyak mungkin Pengacara atau Paralegal yang ahli dan terlatih untuk memberikan bantuan hukum terhadap anak.9

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “ Peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum terhadap perkara anak di bawah umur (Studi Putusan PN No :701/Pid.B/2014/PN.Tjk)”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang timbul berkaitan dengan peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum terhadap perkara anak di bawah umur (Studi Putusan No: 701/Pid.B/2014/PN.Tjk)

Permasalahan-permasalahannya antara lain:

a. Bagaimanakah peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak?

b. Apakah yang menjadi faktor penghambat peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak?

9

(26)

2. Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup terkait substansi hukumnya dalam kajian ilmu hukum pidana., dengan obyek penelitian terkait Peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak (Studi Putusan No: 701/Pid.B/2014/PN.Tjk)., tempat penelitian menurut wilayah hukum Bandar Lampung berdasarkan kepada data penelitian rentan waktu 2014-2015.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Perananan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan Kepentingan hukum dalam perkara anak di bawah umur.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penulisan skripsi ini yaitu:

a. Untuk mengetahui peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak. b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat peranan Lembaga Bantuan

Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoris dan kegunaan praktis: a. Kegunaan Teoritis

(27)

Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak

b. Kegunaan Praktis

Secara Praktis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan penambahan wawasan pengetahuan bagi penulis dan bahan tambahan perpustakaan atau bahan informasi bagi Hakim, JPU, Advokat, dan Masyarakat yang memerlukan mengenai peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak di masa yang akan datang.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Setiap penelitian akan ada kerangka teoritis yang menjadi acuan dan bertujuan untuk mengidentifikasi terhadap dimensi sosial yang relevan oleh peneliti.10

Kerangka Teoritis merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi acuan, landasan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan.11 Berdasarkan definisi tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Teori Peranan

Peranan diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dalam hal ini sebagai posisi tertentu di dalam masyarakat yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau

10

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1989, hlm.125.

11

(28)

rendah. Kedudukan adalah suatu wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut dapat dikatakan sebagai peranan. Oleh karena itu, maka seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu dapat dikatakan sebagai pemegang peranan (role accupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.12

Secara sosiologis peranan adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu posisi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika seseorang menjalankan peranan tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai dengan keinginan dari lingkungannya. Peranan secara umum adalah kehadiran di dalam menentukan suatu proses keberlangsungan.13

Peranan merupakan dinamisasi dari statis ataupun penggunaan dari pihak dan kewajiban atau disebut subyektif. Peranan dimaknai sebagai tugas atau pemberian tugas kepada seseorang atau sekumpulan orang. Peranan memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

12

Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta: 2002. Hlm. 348.

13

(29)

3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.14

Jenis-jenis peranan sebagai berikut:

1. Peranan Normatif adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma atau hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan Ideal adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem.

3. Peranan Faktual adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.15

b. Teori Bantuan Hukum

Teori keadilan yang dikemukakan oleh John Rawls. Menurut John Rawls, perlu ada keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Bagaimana ukuran dari keseimbangan itu harus diberikan itulah yang disebut dengan keadilan.16

John Rawls menyatakan kebutuhan-kebutuhan pokok meliputi hak-hak dasar, kebebasan, kekuasaan, kewibawaan, kesempatan, pendapatan, dan kesejahteraan, selanjutnya jika diterapkan pada fakta struktur dasar masyarakat, prinsip-prinsip keadilan harus mengerjakan dua hal:

14

Ibid. hlm.242

15

Ibid. hlm.243

16

(30)

1. Prinsip keadilan harus memberi penilaian konkret tentang adil tidaknya institusi-institusi dan praktik-praktik institusional.

2. Prinsip-prinsip keadilan harus membimbing kita dalam memperkembangkan kebijakan-kebijakan dan hukum untuk mengoreksi ketidakadilan dalam struktur dasar masyarakat tertentu.

Teori bekerjanya hukum atau berlakunya hukum

1. Setiap Peraturan Hukum memberitahu tentang bagaimana seseorang pemegang peranan (Role Occupant) itu diharapkan bertindak.

2. Bagaimana seseorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai suatu respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepada mereka sanksi-sanksi, aktivitas dari lembaga pelaksana serta keseluruhan kompleks kekuatan politik, sosial, dan lain lainnya mengenai dirinya.

3. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak respon terhadap peraturan-peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepada mereka sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan- kekuatan politik, sosial, dan lain-lain mengenai diri mereka serta umpan balik datang dari pemegang peranan.

4. Bagaimana peranan pembuat Undang-Undang itu akan bertindak merupakan fungsi Peraturan-Peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, politik, ideologis, dan lain-lainnya mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta birokrasi.17

17

(31)

c. Teori Faktor-Faktor Penghambat Pemberian Bantuan Hukum

Pemberian bantuan hukum tidak terkepas dari kendala dan hambatan. Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, dimana masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungin mempengaruhi penegakan hukum adalah:

1. Faktor Perundang-Undangan (Substansi Hukum)

Praktik menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Oleh karena itu suatu tindakan atau kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum.

2. Faktor Penegak Hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan.

3. Faktor Sarana dan Fasilitas

(32)

4. Faktor Masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Bagian yang terpenting dalam menentukan penegakan hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudah dalam menegakannya.18

d. Teori Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Negara berkewajiban menciptakan rasa aman dan memberikan perlindungan hukum kepada setiap anak indonesia agar mereka tumbuh serta berkembang secara wajar dan berperan serta dalam pembangunan.

Menurut Barda Nawawi Arief, Perlindungan Hukum terhadap Anak adalah upaya Perlindungan Hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang

berhubungan dengan kesejahteraan anak.19

18

Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1983. Hlm.8-10

19

(33)

Perlindungan anak adalah suatu kegiatan bersama yang bertujuan mengusahakan pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak yang sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya.20

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diinginkan dan diteliti.21

Berdasarkan definisi tersebut, maka batasan pengertian dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peranan adalah suatu sistem atau kaidah-kaidah yang berisikan potokan-patokan perilakuan, pada kedudukan-kedudukan tertentu didalam masyarakat, kedudukan yang dapat dipunyai pribadi ataupun kelompok-kelompok pribadi berperanannya pemegang perananan tadi, dapat sesuai atau mungkin berlawanan dengan apa yang ditentukan di dalam kaidah-kaidah.22

b. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.23 Mendampingi baik di persidangan maupun diluar persidangan.

c. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. tindak pidana merupakan pelanggaran norma atau gangguan-gangguan terhadap tertib

20

Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2004. hlm.18

21

Soerjono Soekanto. Op Cit. hlm.103

22

Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Grafindo Persada, 2003. hlm. 193

23

(34)

hukum, yang dengan sengaja atau tidak sengaja dilakukan terhadap seorang pelaku.24

d. Anak

Anak menurut Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak menyebutkan bahwa:

“Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut sebagai anak

adalah anak yang berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana”.

e. Perlindungan Anak adalah suatu kegiatan bersama yang bertujuan mengusahakan pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak yang sesuai dengan kepentingannya dan hak asasinya.25

f. Sistem peradilan pidana merupakan jaringan (network) peradilan yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana materil, hukum pidana formil maupun hukum pelaksanaan pidana. Namun demikian kelembagaan substansial ini harus dilihat dalam kerangka atau konteks sosial. Dengan demikian apa yang dikatakan sebagai precise justice, maka ukuran-ukuran yang bersifat materiil, yang nyata-nyata dilandasi oleh asas-asas keadilan yang harus diperhatikan dalam penegakan hukum.26

24

Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban dalam Hukum Pidana ,Bina Aksara, Jakarta, 1993, hlm.46

25

Arif Gosita, Masalah korban kejahatan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu populer, 2004. hlm.18

26

(35)

E. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memperjelas serta mempermudah dan penulisan skripsi ini maka dibuat suatu sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul yang akan diangkat dalam penulisan skripsi, kemudian permasalahn-permasalahan yang dianggap penting disertai pembatasan ruang lingkup penelitian yang dilengkapi dengan kerangka teori dan kerangka konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan bab pengantar yang menguraikan tentang pengertian-pengertian umum dari pokok bahasan yang memuat tinjauan umum mengenai pengertian peranan dan bantuan hukum, sejarah lembaga bantuan hukum banddar lampung, pengertian anak, perlindungan anak yang berhadapan dengan hukum, dan sistem peradilan pidana anak.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode-metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yaitu langkah-langkah digunakan oleh penulis dalam melakukan pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan narasumber, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(36)

yaitu tentang Peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum terhadap perkara anak dibawah umur (Studi Putusan PN No:701/Pid.B/2014/PN.Tjk) serta faktor penghambat Peranan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam memperjuangkan kepentingan hukum dalam proses persidangan anak (Studi Putusan No.701/ PIDB/2014/ PN.TJK).

V. PENUTUP

(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peranan dan Bantuan Hukum

1. Pengertian Peranan

Peranan adalah suatu sistem atau kaidah-kaidah yang berisikan potokan-patokan perilaku, pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan tersebut dimiliki oleh pribadi atau kelompok yang peranannya memegang perananan tersebut, dapat sesuai atau mungkin berlawanan dengan apa yang ditentukan di dalam kaidah-kaidah.27

Suatu peranan dari induvidu atau kelompok dapat dijabarkan dalam beberapa bagian, yaitu:

a. Peranan yang ideal yaitu peranan yang dijalankan oleh indivudu atau kelompok sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan.

b. Peranan yang seharusnya yaitu peranan yang memang harusnya dijalankan oleh individu atau kelompok sesuai dengan kedudukannya.

c. Peranan yang dianggap diri sendiri yaitu peranan yang dijalankan oleh diri sendiri karena kedudukannya dilakukan untuk kepentingannya.

27

(38)

d. Peranan yang sebenarnya dilakukan yaitu peranan dimana individu mempunyai kedudukan dan benar telah menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya.28

Berkaitan dengan penegakan hukum, perananan yang ideal dan perananan yang sebenarnya adalah memang perananan yang dikehendaki dan diharapkan oleh hukum ditetapkan oleh hukum ditetapkan oleh Undang-Undang. Sedangkan peranan yang dianggap diri sendiri dan peranan yang sebenarnya telah dilakukan peranan yang mempertimbangkan antara kehendak hukum yang tertulis dengan kenyataan yang ada.

Berdasarkan teori tersebut Soerjono Soekanto mengambil pengertian bahwa: 1. Perananan yang ditetapkan sebelumnya disebut sebagai perananan normatif,

dalam penegakan hukum secara total enforcement, yaitu penegakan hukum yang bersumber pada substansi (substansi of the criminal law)

2. Perananan ideal dapat diterjemahkan sebagai perananan yang diharapkan dilakukan oleh pemegang perananan tersebut

3. Interaksi kedua perananan yang telah diuraikan diatas, akan membentuk perananan yang faktual yang dimiliki satuan Lembaga Bantuan Hukum.

Peranan yang sebenarnya dilakukan dinamakan role performance atau role

playing.29 Peranan dalam hal ini adalah tindakan atau perbuatan yang diharapkan

oleh seseorang atau kelompok kepada seseorang atau kelompok yang berdasarkan kedudukannya dapat memberikan sebuah pengaruh terhadap lingkungan tersebut.

28

Soerjono soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: CV. Rajawali, 1983, hlm. 13

29

(39)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa peranan merupakan seperangkat norma atau aturan yang berisi kewajiban yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan dan melaksanakan tugas serta kedudukannya pada tingkat sosial masyarakat. Perananan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tepat individu dalam masyarakat. Perananan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu perananan. Berkaitan dengan peneliatian ini, maka perananan yang dimaksud yaitu Peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajibannya. Khususnya dalam proses perkara anak dibawah umur dalam penelitian ini.

2. Pengertian Bantuan Hukum

Bantuan Hukum (legal aid) mempunyai beragam definisi. Di Indonesia, Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum merumuskan ”Bantuan Hukum ialah jasa pemberi nasihat hukum diluar Pengadilan dan atau bertindak baik sebagai pembela diri seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana dimuka Pengadilan.

(40)

tindakan guna pembebasan masyarakat dari belenggu struktur politik,ekonomi, dan sosial (poleksos) yang sarat dengan penindasan.30

Bantuan Hukum diartikan sebagai upaya untuk membantu golongan masyarakat yang tidak mampu dibidang hukum. Menurut Adnan Buyung Nasution dijelaskan bahwa definisi tersebut memiliki 3 aspek yang saling berkaitan yaitu:

a. Aspek perumusan aturan-aturan hukum.

b. Aspek pengawasan terhadap mekanisme untuk menjaga aturan-aturan tersebut agar ditaati, dan dipatuhi.

c. Aspek pendidikan masyarakat agar aturan-aturan tersebut dipahami.31

M Yahya Harahap menyatakan bahwa di negara-negara barat pada umumnya mempunyai ciri dalam istilah yang berbeda dalam pengertian bantuan hukum yaitu:

1. Legal aid

Bantuan hukum, sistem nasional yang diatur secara lokal dimana bantuan hukum ditujukan bagi mereka yang kurang keuangannya dan tidak mampu membayar penasehat hukum pribadi. Dari pengertian ini jelas bahwa bantuan hukum yang dapat membantu mereka yang tidak mampu menyewa jasa penasehat hukum. Jadi Legal Aid berarti pemberian jasa di bidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu kasus atau perkara dimana dalam hal ini:

a. Pemberian jasa bantuan hukum dilakukan dengan cuma-cuma;

b. Bantuan jasa hukum dalam legal aid lebih dikhususkan bagi yang tidak mampu dalam lapisan masyarakat miskin;

30

Frans hendra winarta, 2009,Probono Publico (hak konstitusional fakir miskin untuk memperoleh bantuan hukum Jakarta, hlm.21

31

(41)

c. Degan demikian motivasi utama dalam konsep legal aid adalah menegakkan hukum dengan jalan berbeda kepentingan dan hak asasi rakyat kecil yang tidak punya dan buta hukum.

2. Legal Assistance

Pengertian legal assistance menjelaskan makna dan tujuan dari bantuan hukum lebih luas dari legal aid. Legal assistance lebih memaparkan profesi dari penasehat hukum sebagai ahli hukum, sehingga dalam pengertian itu sebagai ahli hukum, legal assistance dapat menyediakan jasa bantuan hukum untuk siapa saja tanpa terkecuali. Artinya, keahlian seorang ahli hukum dalam memberikan bantuan hukum tersebut tidak terbatas pada masyarakat miskin saja, tetapi juga bagi yang mampu membayar prestasi.

3. Legal Service

dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan dengan pelayanan hukum, namun pada umumnya lebih cenderung memberikan pengertian yang lebih luas kepada konsep dan makna legal service dibandingkan dengan konsep dan tujuan legal aid atau legal assistance. Karena pada konsep dan ide legal service terkandung makna dan tujuan, yakni:

(42)

b. Pelayanan hukum yang diberikan kepada anggota masyarakat yang memerlukan dapat diwujudkan keberadaan hukum itu sendiri oleh aparat penegak hukum dengan jalan menghormati setiap hak yang dibenarkan hukum bagi setiap anggota masyarakat tanpa membedakan yang kaya dengan yang miskin.

c. Menegakkan hukum dan penghormatan kepada hak yang diberikan hukum kepada setiap orang, legal service didalam operasionalnya lebih cenderung untuk menyelesaikan.32

Beberapa definisi bantuan hukum (legal aid) diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bantuan hukum merupakan jasa hukum yang khusus diberikan kepada fakir miskin yang memerlukan pembelaan secara cuma-cuma baik diluar maupun didalam pengadilan secara Pidana, Perdata, dan Tata Usaha Negara dari seseorang yang mengerti seluk beluk pembelaan hukum, asas-asas dan kaidah hukum, serta hak asasi manusia.

Perkara pidana pemberi bantuan hukum disebut juga penasehat hukum, ia dapat seorang Advokat, Pengacara ataupun orang-orang yang secara insidentil dapat memberikan bantuan hukum.

KUHP pada Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum, pengertian bantuan hukum dirumuskan pada Pasal 1 butir a, sebagai berikut:

“Bantuan Hukum ialah jasa pemberi bantuan hukum dengan bertindak baik

sebagai pembela dari seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana maupun sebagai kuasa dalam perkara pidana maupun sebagai kuasa dalam perkara perdata

32

(43)

atau tata usaha negara di muka pengadilan dan atau memberi nasehat hukum diluar pengadilan”.

Selanjutnya butir b merumuskan:

“Pemberi Bantuan Hukum adalah mereka yang menjalankan pekerjaan memberi

bantuan hukum , baik sebagai mata pencaharian pokok maupun tidak”

Berdasarkan praktek dipengadilan, bantuan hukum dapat dibedakan antara legal aid, yaitu bantuan hukum yang diberikan khusus secara prodeo atau cuma-cuma

dan legal assisances yaitu bantuan hukum yang diberikan kepada orang yang

mampu membayar jasa si pemberi bantuan hukum.

Melihat pengertian diatas maka peranan Lembaga Bantuan Hukum sangat-sangat dibutuhkan bagi masyarakat miskin dalam hal penyelsaian dan pendampingan, layanan hukum yang dapat diberikan mencakup layanan bantuan hukum litigasi dan nonlitigasi.

1. Pengertian Litigasi

(44)

penyelesaian perkara, dan lembaga yang berwenang menyelesaikan perkara adalah pengadilan.33

2. Pengertian Non litigasi

Non Litigasi adalah penyelesaian masalah hukum diluar proses Peradilan, tujuannya adalah memberikan bantuan dan nasehat hukum dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi adanya sengketa, pertentangan dan perbedaan, serta mengantisipasi adanya masalah-masalah hukum yang timbul.

Adapun cara penyelesaian sengketa alternative menurut Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 adalah:

a. Negosiasi

Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa dimana antara dua orang atau lebih para pihak yang mempunyai hal atau bersengketa saling melakukan kompromi atau tawar menawar terhadap kepentingan penyelesaian suatu hal atau sengketa untuk mencapai kesepakatan

Pihak yang melakukan negosiasi disebut negosiator, sebagai seorang yang dianggap bisa melakukan negosiasi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan negosiasi, diantaranya: 1. Memahami tujuan yang ingin di capai

2. Menguasai materi negosiasi 3. Mengetahui tujuan negosiasi

4. Menguasai keterampilan tehnis negosiasi, didalamnya menyangkut keterampilan komunikasi.

33

(45)

b. Mediasi

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar peradilan yang kurang lebih hampir sama dengan negosiasi. Bedanya adalah terdapat pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penengah atau memfasilitasi mediasi tersebut yang biasa disebut mediator. Pihak ketiga tersebut hanya boleh memberikan saran-saran yang bersifat sugestif, karena pada dasarnya yang memutuskan untuk mengakhiri sengketa adalah para pihak. Pihak ketiga tersebut juga harus netral sehingga dapat memberikan saran-saran yang objektif dan tidak terkesan memihak salah satu pihak. Mediasi merupakan prosedur wajib dalam proses pemeriksaan perkara perdata, bahkan dalam arbitrase sekalipun dimana hakim atau arbiter wajib memerintahkan para pihak untuk melaksanakan mediasi dan jika mediasi tersebut gagal barulah pemeriksaan perkara dilanjutkan. Tidak semua orang bisa menjadi mediator professional karena untuk dapat menjadi mediator dibutuhkan semacam sertifikasi khusus.

c. Arbitrasi

Arbitrase adalah suatu proses penyelesaian perselisihan yang merupakan bentuk tindakan hukum yang diakui oleh undang-undang dimana salah satu pihak atau lebih menyerahkan sengketanya dengan satu pihak atau lebih kepada satu orang arbitrer ahli yang Profesional yang bertindak sebagai hakim atau peradilan yang menerapkan tata cara hukum Negara yang berlaku sehingga disepakati bersama oleh para pihak untuk sampai pada putusan terakhir dan mengikat.34

34

(46)

3. Dasar Hukum Bantuan Hukum. a. Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 Ayat 1 yaitu: “Segala warga Negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” dalam Pasal 27 Ayat 1 hubungannya dengan

bantuan hukum adalah hak dari setiap warga negara untum memperoleh persamaan kedudukan dalam bidang hukum, yaitu berupa kesempatan yang sama guna mendapatkan bantuan hukum baik di dalam maupun luar persidangan.

b. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

Masalah mengenai bantuan hukum terdapat dalam bab empat syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum pada Pasal 14 Ayat (1) dan (2), hubungan pasal tersebut dengan bantuan adalah menjelaskan tentang persyaratan untuk memperoleh bantuan hukum dan tata cara mengajukan permohonan baik secara lisan maupun tertulis.

c. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

(47)

4. PP No 83 Tahun Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

Penjelasan tentang antuan hukum bagi masyarakat yang tidak mampu terdapat dalam Pasal 2,3,5,10, dan 12. Hubungan Pasal 2 dengan bantuan hukum adalah bahwasanya advokat diharuskan untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada lapisan masyarakat pencari keadilan dengan tidak memandang dari pangkat, jabatan maupun golongan, ataupun status sosial lainnya yang ada didalam masyarakat.

Pasal 3 Ayat (1) dan (2) hubungannya dengan bantuan hukum bahwasanya yang dimaksud dengan bantuan hukum yang diberikan secara cuma-cuma berlaku disetiap tingkatan proses peradilan, baik didalam maupun diluar persidangan.

Pasal 5 hubungannya dengan bantuan hukum adalah suatu permohonan bantuan hukum secara cuma-cuma boleh diajukan secara bersama-sama oleh pencari keadilan apabila terdapat kepentingan yang sama dalam suatu persoalan hukum.

Pasal 10 hubungannya dengan bantuan hukum adalah advokat dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma harus memberikan perlakuan yang sama dengan pemberian bantuan hukum yang dilakukan dengan pembayaran atau honorarium.

(48)

B. Sejarah Bantuan Hukum Bandar Lampung

Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung didirikan atas gagasan yang diajukan Adnan Buyung Nasution dalam Kongres PERADIN III tahun 1969. Gagasan tersebut mendapat persetujuan dari Dewan Pimpinan Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN) melalui Surat Keputusan Nomor 001/Kep/10/1970 tanggal 26 Oktober 1970, yang isi penetapan Pendirian Lembaga Bantuan Hukum/ Lembaga Pembela Umum yang mulai berlaku tanggal 28 Oktober 1970. Setelah beroperasi selama satu dasawarsa, pada tanggal 13 Maret 1980 status hukum Lembaga Bantuan Hukum ditingkatkan menjadi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).35

Perjalanan YLBHI, berkembang menjadi 15 Kantor Cabang dan Pos-Pos yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Di Lampung dibentuk Project base Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung pada tahun 1994 untuk menangani kasus Penggusuran Tanah di Pulau Panggung dan Menggala. Pada tanggal 22 Desember 1994 Direktur Eksekutif Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia mengirim surat pemberitahuan ke Pengadilan Tinggi Tanjung Karang dengan Nomor Surat 843/SKYLBHI /XII/94 tentang telah membuka Perwakilan (Pos) Bantuan Hukum Lampung yang beralamat Jl. Hayam Wuruk No 68 Lk VI Kebon Jeruk Bandar Lampung, Pada tanggal 23 Februari 1995 pengajuan pendaftaran di Pengadilan Tinggi Tanjung Karang secara resmi diajukan oleh sdr. Dedi Mawardi, SH sebagai Direktur dan Abi Hasan Mu’an, SH sebagai Kepala Operasional Lembaga

35

(49)

Bantuan Hukum Bandar Lampung, yang ditanda tangani Bpk. Hi. Djaelani, SH. Jabatan Hakim Tinggi Penasehat Hukum.

Lembaga bantuan hukum Bandar Lampung telah berdiri selama 20 Tahun, lembaga bantuan hukum bandar lampung adalah lembaga yang menfokuskan diri menangani issue Penegakan demokrasi dan promosi Hak Asasi Manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya lembaga bantuan hukum bandar lampung tidak dipisahkan dari dinamika usaha-usaha advokasi hak asasi manusia dan perjuangan demokrasi. Usaha-usaha advokasi hak asasi manusia dan perjuangan demokrasi yang dilakukan oleh lembaga bantuan hukum bandar lampung ternyata mampu membangun dan mengembangkan advokasinya ke arah yang lebih strategis bagi proses upaya untuk mewujudkan tatanan sosial yang lebih adil dengan Pola Pemberian Bantuan Hukum Struktural (BHS).

Bantuan hukum struktural merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi bagi terwujudnya hukum yang mampu mengubah struktur yang timpang menuju ke arah yang lebih adil, tempat peraturan hukum dan pelaksanaannya menjamin persamaan kedudukan baik di lapangan politik maupun ekonomi.

Pilihan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung untuk lebih memfokuskan diri pada usaha-usaha dalam pembelaan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak mampu, telah memungkinkan lembaga bantuan hukum bandar lampung untuk mendorong munculnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hak asasi manusia dan demokrasi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara36

36

(50)

Harus dipahami bahwa, bantuan hukum merupakan Hak konstitusional, Pasal 34 Ayat (1) UUD 1945 menjamin bahwa fakir miskin dan anak terlentar dipelihara oleh Negara. Seharusnya dimaknai bahwa Negara mengakui adanya Hak Ekonomi, Sosial, Budaya, sipil dan Politik para fakir miskin. Dengan demikian maka, mereka juga berhak atas bantuan hukum baik didalam maupun diluar persidangan. Selanjutnya, Jaminan untuk mendapatkan bantuan hukum juga dijamin dalam Pasal 27 Ayat (1) dimana setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan hukum yang sama dihadapan hukum.

Pasca pemberlakuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan hukum, setidaknya Pengetahuan Masyarakat akan Haknya mendapat bantuan hukum secara keseluruhan meningkat.

(51)

Sumber pendanaan Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung berasal dari donatur, baik secara individual maupun organisasi, baik yang berada di dalam negeri dan di luar negeri dengan syarat dan prasyarat yang cukup jelas. Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung juga menerima sumbangan insidentil dari masyarakat, serta bantuan dana dari pihak lain dengan cara tidak mengikat kedua belah pihak, serta tidak bertentangan dengan visi dan misi Lembaga Bantuam Hukum Bandar Lampung. Seluruh pendanaan dapat dipertanggung jawabkan kepada seluruh komponen Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung.

Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung bersama Lembaga Bantuan Hukum Kantor lainya sudah mendapatkan Bantuan dari APBN dalam Pemberian Bantuan Hukum yang dilakukan oleh BPHN dengan Akreditasi C. Menindaklanjuti Undang-Undang Bantuan Hukum, maka pada Tahun 2013 Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung telah menginisiasi Perda Bantuan Hukum.37 Yang saat ini telah masuk dalam Prolegda DPRD Provinsi dan tengah menunggu Raperda tersebut disahkan melalui Paripurna DPRD Provinsi Lampung, dan begitu pula dengan peluang-peluang program donor, harapanya YLBHI mampu mengajak dan membimbing lembaga bantuan hukum bandar lampung bersama seperti lembaga bantuan hukum kantor Lainya untuk bisa bersama mengakses jaringan tersebut.

Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung mempunyai jaringan organisasi kerakyatan yang mana seluruh advokasian Lembaga Bantuan Hukum Bandar

37

(52)

Lampung tergabung dalam Wadah Dewan Rakyat Lampung yang kerap mendukung gerakan dan tekanan dalam kerja-kerja advokasi, kemudian juga bagaimana perawatan dan jejearing terhadap media masa yang dibangun sangat berpengaruh terhadap kampanye dari seluruh advokasi Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung.

C. Pengertian Anak

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan anak adalah keturunan atau manusia yang masih kecil.38 Sedangkan dalam Pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan anak-anak adalah yang belum mencapai usia tertentu atau belum kawin, pengertian ini seringkali dipakai sebagai pedoman umum.

Apabila ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian “anak” dimata Hukum Positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa, yang dibawah umur atau keadaan dibawah umur atau kerap juga disebut sebagai anak yang dibawah pengawasan wali.39 berdasarkan undang-undang peradilan anak. Anak dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1997 tercantum dalam Pasal 1 Ayat (2) yang berbunyi: “Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai

Umur 8 (delapan belas) Tahun dan belum pernah menikah.

38

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1990, Hal.81

39

(53)

D. Perlindungan Anak yang Berhadapan dengan Hukum

Perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana merupakan perwujudan dari pemenuhan hak-hak anak dalam konteks sistem peradilan pidana anak. hak-hak anak yang menjadi dasar sorotan utama dalam proses ini adalah sebagai berikut; sebagai tersangka, hak-hak yang diperoleh sebagai tindakan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan (fisik, psikologi, dan kekerasan), hak untuk yang dilayani karena penderitaan fisik, mental, dan sosial atau penyimpangan perilaku sosial; hak didahulukan dalam proses pemeriksaan, penerimaan laporan, pengaduan dan tindakan lanjutan dari proses pemeriksaan, penerima laporan, pengaduan dan tindakan lanjutan dari proses pemeriksaan; hak untuk dilindungi dari bentuk-bentuk ancaman kekerasan dari akibat laporan dan pengaduan yang diberikan.

Pengertian anak menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Pengertian perlindungan anak di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan dirkriminasi.40

40

(54)

Mendapatkan perlindungan merupakan hak dari setiap anak, dan diwujudkannya perlindungan bagi anak berarti terwujudnya keadilan dalam suatu masyarakat. Bahwa melindungi anak pada hakekatnya melindungi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara di masa depan. Pentingnya upaya perlindungan anak demi kelangsungan masa depan sebuah komunitas, baik komunitas yang terkecil yaitu keluarga, maupun komunitas yang terbesar yaitu negara. Artinya, dengan mengupayakan perlindungan bagi anak komunitas-komunitas tersebut tidak hanya telah menegakkan hak-hak anak, tapi juga sekaligus menanam investasi untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang. Di sini, dapat dikatakan telah terjadi simbiosis mutualisme antara keduanya.

Perlindungan Anak adalah suatu usaha yang mengadakan situasi dan kondisi yang memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban anak secara manusiawi positif. Ini berarti dilindunginya anak untuk memperoleh dan mempertahankan haknya untuk hidup, mempunyai kelangsungan hidup, bertumbuh kembang dan perlindungan dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya sendiri atau bersama para pelindungnya.

Perlindungan Yuridis atau yang lebih dikenal dengan Perlindungan Hukum. Menurut Barda Nawawi Arief adalah upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of

children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan

anak.

(55)

Peradilan Anak). Kemudian, terdapat juga beberapa Pasal yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan perlindungan anak, yaitu antara lain Pasal 278, Pasal 283, Pasal 287, Pasal 290, Pasal 297, Pasal 301, Pasal 305, Pasal 308, Pasal 341 dan Pasal 356 KUHP.

Selanjutnya, dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang pada prinsipnya mengatur mengenai perlindungan hak-hak anak. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak, pada prinsipnya diatur mengenai upaya-upaya untuk mencapai kesejahteraan anak. terakhir Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, yang pada prinspnya mengatur mengenai perlindungan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dalam konteks peradilan anak.

Perlindungan Anak yang bersifat Non-yuridis dapat berupa, pengadaan kondisi sosial dan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak, kemudian upaya peningkatan kesehatan dan gizi anak-anak, serta peningkatan kualitas pendidikan melalui berbagai program beasiswa dan pengadaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan canggih.

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, berbagai upaya perlindungan anak tersebut tidak lain diorientasikan sebagai upaya untuk menciptakan kesejahteraan anak. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan perlindungan tersebut tidak boleh dipisahkan dari prinsip-prinsip dasar Perlindungan Anak dalam Konvensi Hak Anak, yaitu: (1) Prinsip-prinsip non-diskriminasi (non-discrimination); (2) Prinsip Kepentingan terbaik untuk anak

(56)

hidup dan pengembangan (the right to life, survival and development); (4) Prinsip menghormati pandangan anak (respect to the views of the child).

Hak-hak anak dalam proses penuntutan, meliputi sebgai berikut: menetapkan

masa tahanan anak Cuma pada sudut pandang urensi pemeriksaan, memuat

dakwaan yang dimengerti anak, secepatnya melimpahkan perkara kepengadilan,

melaksanakan ketetapan hakin dengan jiwa dan semangat pembinaan atau

mengadakan rehabilitasi. Hak-hak anak pada saat pemeriksaan di kejaksaan

sebagai berikut;hak untuk mendapatkan keringanan masa/waktu penahanan, hak

untuk mengganti status penahanan dari penahanan Rutan (Rumah Tahanan

Negara) menjadi tahanan rumah atau tahanan kota, hak untuk mendapatkan

perlindungan dari ancaman, penganiayaan, pemerasan dari pihak yang beracara,

hak untuk didampingi oleh penasehat hukum.

Hak-hak anak dari proses persidangan antara lain adalah; hak untuk

memperoleh pemberitahuan datang kesidang pengadilan (Pasal 145 KUHAP),

hak untuk menerima surat pengadilan guna menghadiri sidang pengadilan (Pasal

164 Ayat (1) KUHAP), hak untuk memperoleh apa yang didakwakan (Pasal 51

hurub b KUHAP), hak untuk mendapatkan juru bahasa atau penerjemah (Pasal

53, Pasal 177, Pasal 165 Ayat (4) KUHAP), hak untuk mengusahakan atau

mengajukan saksi (Pasal 65 dan Pasal 165 Ayat (4) KUHAP).

Hak anak selama persidangan, masih dibedakan lagi dalam kedudukannya

sebagai pelaku korban dan sebagai saksi. Hak anak selama persidangan dalam

(57)

a. Hak untuk mendapatkan pengenai tata cara persidangan kasusnya

b. Hak untuk mendapatkan pendampingan dan penasehat selama persidangan

c. hak untuk mendapatkan fasilitas ikut serta memperlancar persidangan

mengenai dirinya

d. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan yang merugikan

penderitaan mental, fisik, sosial dari siapa saja

e. Hak untuk menyatakan pendapat

f. Hak untuk memohon mengganti kerugian atas perlakuan yang menimbulkan

penderitaan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan

berdasarkan Undang-Undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya

atau hukum yang diterapkan.

g. Hak untuk mendapatkan perlakuan pembinaan/penghukuman yang positif,

yang masih mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya

h. hak anak persidangan tertutup dami kepentingannya.41

Hak-hak anak dalam proses persidangan antara lain adalah; hak untuk

memperoleh pemberitahuan datang kesidang pengadilan (Pasal 145 KUHAP),

hak untuk menerima surat panggilan guna menghadiri sidang pengadilan (Pasal

146 Ayat (1) KUHAP, hak untuk memperoleh apa yang didakwakan (Pasal 51

hurub b KUHAP), hak untuk mendapatkan juru bahasa atau penerjemah (Pasal

53, Pasal 177, Pasal 165 Ayat (4) KUHAP), hak untuk mengusahakan atau

mengajukan saksi (Pasal 65 dan Pasal 165 Ayat (4) KUHAP)

41

(58)

E. Anak dalam Sistem Peradilan Pidana

Anak dalam sistem peradilan atau lebih dikenal dengan sebutan anak berhadapan dengan hukum terbagi dalam tiga kategori, yakni anak sebagai pelaku tindak pidana (selanjutnya anak berkonflik dengan hukum), anak sebagai korban tindak pidana dan anak sebagai saksi suatu tindak pidana. Konvensi hak anak secara tegas menjamin perlindungan khusus bagi anak yang berrhadapan dengan hukum khususnya anak yang berkonflik dengan hukum, hal ini sebagaimana tertera dalam pasal 37 dan 40 konvensi hak anak.42

Anak sebagai salah satu kelompok yang rentan, penting mendapatkan perlindungan khusus saat mereka berhadapan dengan hukum. Anak yang menjadi tersangka atau terdakwa rentan mengalami penyiksaan dan perlakuan salah dari aparat penegak hukum. Selain itu anak juga rentan akan stigmatisasi anak nakal dari masyaraka. Akibat stigmatisasi tersebut, anak cenderung di

Referensi

Dokumen terkait

In this study, we analysed sev- eral years of high temporal frequency MODIS and TRMM satellite data sets of vegetation dynamics and rainfall, respectively, to seasonal and

Adapun rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini, sebagai upaya mewujudkan hakim yang profesional, berwibawa dan berintegritas, diantaranya: (1) program peningkatan

Kalaban nyo’on Rahmat sareng Ridho Allah SWT, badhan kaula sakaluarga nyo’on kalaban hormat, rabuepon Bapak/Taretan dalem acara perkawinan epon pottra kaula.. Se Insya

Writing is one of the four skills that students should have in order to be good English learners but they encountered such problem so that the writer focuses on "

Generally, her unconventional characterization makes Caesar does not have any romantically interest towards Cleopatra and so does Mark Anthony, who has met Cleopatra when she

Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kinerja Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dalam menyelenggarakan Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat)

Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran aspal porus terlebih dahulu diuji kinerja dari masing-masing bahan agregat kasar, agregat halus maupun pengujian terhadap Aspal

Penopang eksistensi Industri kerajinan rotan di Teluk Wetan salah satunya adalah para pengusaha rumahan (Wawancara dengan Taskan, 14 Mei 2019), meskipun