• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL

DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

OLEH

RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

RIRI HAERINA PURNAMASARI. Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier(dibimbing oleh WIDYASTUTIK).

Kemajuan ekonomi ditandai oleh pergeseran struktur perekonomian nasional, yaitu semakin menurunnya pangsa pasar sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa pasar sektor sekunder dan tersier, serta terjadinya gap antara pertumbuhan di sektor primer, sekunder dan tersier. Fakta tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi ketimpangan pembangunan di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut maka pembangunan dalam suatu sektor perekonomian di suatu negara harus ditunjang oleh pembangunan di sektor lainnya. Langkah yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memacu pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian adalah melalui peningkatan investasi. Investasi merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi baik di sektor primer, sekunder maupun tersier membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal.

Penelitian ini menganalisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier, serta memberikan rekomendasi kebijakan investasi bagi pemerintah yang dapat memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series (kuartal) dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008 yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Regresi Komponen Utama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, suku bunga riil, pendapatan rii tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja, total jalan yang diaspal di Indonesia, dan jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Pendapatan riil tahun sebelumnya (PDBt-1), jumlah tenaga

kerja (TK), jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya (Jmlh. Pnddkt-1), dan

total Jalan yang diaspal di Indonesia (Jaspal) berpengaruh secara positif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Sedangkan suku bunga riil Indonesia (r) dan inflasi (INF) berpengaruh secara negatif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier.

(3)
(4)

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL

DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

OLEH

RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Riri Haerina Purnamasari Nomor Registrasi Pokok : H14051446

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di

Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Widyastutik, SE, M. Si NIP. 19751105 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D. NIP. 19641023 198903 2 002

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riri Haerina Purnamasari dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Agus Purnomo Sudiyanto dan Yati Daniati. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SDN 02 Pondok Kopi Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 199 Pondok Kopi Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 81 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini yang berjudul ”Analisis

Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi

Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Seiring terselesaikannya skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalamnya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya.

Skripsi ini merupakan hasil karya yang tercipta karena bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, perkenankan penulis dalam kesempatan ini mempersembahkan dengan tulus ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Widyastutik, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Tanti Novianti, SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji hasil skripsi ini. Semua saran dan kritik merupakan hal yang sangat berharga dalam perbaikan skripsi ini.

3. Jaenal Effendi, M.A selaku komisi pendidikan. Terima kasih atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

(9)

5. Saudara-saudara penulis, terutama Asri Puspitasari, Ari Permatasari dan Kusumaday Ajibrata. Terima kasih atas doa dan dukungan yang sangat berarti dalam hidup dan kehidupan penulis selama ini.

6. Diar Erstantyo atas segala doa, dukungan, pengertiannya, serta tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Eko Oesman, Bapak Puji, Teh Maiva, Teh Yuli, Teh Andra, Teh Dian,

Teh Rima, Teh Rina, k’Islam dan Sansa..

8. Dian, Ginna, Anggi, Inna, Tyas, Renny, Arisa, Tanjung, Dhinta, Dewinta Putri, Tia, Nchie, Adit, Ethy, Lukman, Joger, Rajiv, Dhamar dan teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 42 lainnya atas kebersamaan selama tiga tahun ini. 9. Lable Hipotesa 2008 (Tyas, Secha, Desnita, Andri, Yusuf, dan Miftah) atas

keceriaan dan kebersamaan yang selalu tercipta dalam berbagai situasi.

10.Wisma Fricy, Statistics Centre, Lorong 2 A1, ELLIPS, A27 dan A28 angkatan 42, B22 angkatan 44, serta A16, A01, B16 angkatan 45.

11.Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menjalani pendidikan.

12.Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

(10)

DAFTAR ISI

2.1.2. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 14

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 15

2.2.1. Suku Bunga ... 15

3.2.1. Analisis Regresi Berganda ... 31

(11)

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL

DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

OLEH

RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

RIRI HAERINA PURNAMASARI. Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier(dibimbing oleh WIDYASTUTIK).

Kemajuan ekonomi ditandai oleh pergeseran struktur perekonomian nasional, yaitu semakin menurunnya pangsa pasar sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa pasar sektor sekunder dan tersier, serta terjadinya gap antara pertumbuhan di sektor primer, sekunder dan tersier. Fakta tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi ketimpangan pembangunan di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya ketimpangan pembangunan tersebut maka pembangunan dalam suatu sektor perekonomian di suatu negara harus ditunjang oleh pembangunan di sektor lainnya. Langkah yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memacu pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian adalah melalui peningkatan investasi. Investasi merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi baik di sektor primer, sekunder maupun tersier membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal.

Penelitian ini menganalisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier, serta memberikan rekomendasi kebijakan investasi bagi pemerintah yang dapat memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series (kuartal) dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008 yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Regresi Komponen Utama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, suku bunga riil, pendapatan rii tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja, total jalan yang diaspal di Indonesia, dan jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Pendapatan riil tahun sebelumnya (PDBt-1), jumlah tenaga

kerja (TK), jumlah penduduk Indonesia tahun sebelumnya (Jmlh. Pnddkt-1), dan

total Jalan yang diaspal di Indonesia (Jaspal) berpengaruh secara positif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier. Sedangkan suku bunga riil Indonesia (r) dan inflasi (INF) berpengaruh secara negatif pada taraf 5 persen (α = 5 persen) terhadap nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier.

(13)
(14)

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL

DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

OLEH

RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Riri Haerina Purnamasari Nomor Registrasi Pokok : H14051446

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di

Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Widyastutik, SE, M. Si NIP. 19751105 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D. NIP. 19641023 198903 2 002

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riri Haerina Purnamasari dilahirkan pada tanggal 27 Oktober 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Agus Purnomo Sudiyanto dan Yati Daniati. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SDN 02 Pondok Kopi Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 199 Pondok Kopi Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya, penulis melanjutkan ke SMU Negeri 81 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini yang berjudul ”Analisis

Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi

Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Seiring terselesaikannya skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalamnya. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya.

Skripsi ini merupakan hasil karya yang tercipta karena bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, perkenankan penulis dalam kesempatan ini mempersembahkan dengan tulus ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Widyastutik, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan sarannya kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Tanti Novianti, SE, M.Si selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji hasil skripsi ini. Semua saran dan kritik merupakan hal yang sangat berharga dalam perbaikan skripsi ini.

3. Jaenal Effendi, M.A selaku komisi pendidikan. Terima kasih atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

(19)

5. Saudara-saudara penulis, terutama Asri Puspitasari, Ari Permatasari dan Kusumaday Ajibrata. Terima kasih atas doa dan dukungan yang sangat berarti dalam hidup dan kehidupan penulis selama ini.

6. Diar Erstantyo atas segala doa, dukungan, pengertiannya, serta tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Eko Oesman, Bapak Puji, Teh Maiva, Teh Yuli, Teh Andra, Teh Dian,

Teh Rima, Teh Rina, k’Islam dan Sansa..

8. Dian, Ginna, Anggi, Inna, Tyas, Renny, Arisa, Tanjung, Dhinta, Dewinta Putri, Tia, Nchie, Adit, Ethy, Lukman, Joger, Rajiv, Dhamar dan teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 42 lainnya atas kebersamaan selama tiga tahun ini. 9. Lable Hipotesa 2008 (Tyas, Secha, Desnita, Andri, Yusuf, dan Miftah) atas

keceriaan dan kebersamaan yang selalu tercipta dalam berbagai situasi.

10.Wisma Fricy, Statistics Centre, Lorong 2 A1, ELLIPS, A27 dan A28 angkatan 42, B22 angkatan 44, serta A16, A01, B16 angkatan 45.

11.Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu kelancaran administrasi selama penulis menjalani pendidikan.

12.Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

(20)

DAFTAR ISI

2.1.2. Penanaman Modal Dalam Negeri ... 14

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 15

2.2.1. Suku Bunga ... 15

3.2.1. Analisis Regresi Berganda ... 31

(21)

3.3. Metode Estimasi ... 35

3.3.1. Uji Kriteria Statistik ... 36

3.3.2. Uji Kriteria Ekonometrika ... 40

4.2. Perkembangan Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier terhadap PDB Indonesia ... 48

4.3. Perkembangan Infrastruktur di Indonesia ... 51

4.4. Perkembangan Inflasi dan Suku Bunga Riil di Indonesia ... 54

V. PEMBAHASAN ... 57

5.1. Estimasi Persamaan Model ... 57

5.1.1. Uji F ... 57

5.1.2. Uji Autokorelasi ... 58

5.1.3. Uji Heterokedastisitas ... 59

5.1.4. Uji Multikolinearitas ... 60

5.2. Estimasi Model ... 61

5.2.1. Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer ... 61

5.2.2. Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder ... 63

5.2.3. Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier ... 64

(22)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier (dalam persen), 1993-2008 .. 7 1.2. Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier ... 11 5.1. Nilai Probabilitas Hasil Analisis Regresi Komponen Utama Model

Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan tersier .. 58 5.2. Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Model Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier ... 59 5.3. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer ... 60 5.4. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder ... 60 5.5. Hasil Estimasi Uji Multikolinearitas

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier ... 61 5.6. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer ... 62 5.7. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Sekunder ... 63 5.8. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Tersier ... 64 5.9. Koefisien Variabel Hasil Analisis Regresi Komponen Utama

Model Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder

(23)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Menurut Harga Konstan 1993, 1990-2004 ... 2 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi ... 13 2.2. Hubungan Investasi dengan Suku Bunga ... 16 2.3. Bagan Alur Pemikiran ... 28 4.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, 1993-2008 ... 47 4.1. Kontribusi Sektor terhadap PDB

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Primer ... 82 2. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Primer ... 85 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Primer ... 86 4. Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji

Multikolinearitas di Sektor Primer ... 87 5. Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Sekunder ... 88 6. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Sekunder ... 90 7. Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Sekunder ... 91 8. Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji

Multikolinearitas di Sektor Sekunder ... 92 9. Correlations Matrix Nilai Total Realisasi Investasi Nasional

di Sektor Tersier ... 93 10. Hasil Analisis Regresi Komponen Utama di Sektor Tersier ... 96 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas di Sektor Tersier ... 97 12. Model Hasil Analisis Regresi Komponen Utama dan Hasil Uji

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi ditandai oleh pergeseran struktur perekonomian nasional, yaitu semakin menurunnya pangsa pasar sektor primer dan semakin meningkatnya pangsa pasar sektor sekunder dan tersier. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pangsa pasar sektor industri dan jasa serta sebaliknya, yaitu terjadinya penurunan pangsa pasar sektor pertanian selama tahun 1990-2004. Dimana selama tahun 1990-1997, pangsa pasar sektor industri dan jasa mengalami peningkatan sebesar 6,46 persen dan 2,92 persen, sedangkan pangsa pasar sektor pertanian justru mengalami penurunan sebesar 5,31 persen. Pada tahun 1998-2004, pangsa pasar sektor jasa mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 3,74 persen, sedangkan sektor industri dan pertanian menurun sebesar 0,34 persen dan 1,5 persen.

(26)

-20,00

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun

Pertumbuhan Persektor (dalam persen)

Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier

ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian.

Gambar 1. menunjukkan ketimpangan dalam pembangunan yang terjadi selama 1994-2008 yang dapat dilihat dari terjadinya gap dalam pertumbuhan antar sektor perekonomian. Sebelum tahun 1997, baik di sektor primer, sekunder maupun sektor tersier memiliki pertumbuhan yang positif. Memasuki tahun 1997, dimana pada saat itu terjadi krisis ekonomi yang berlanjut dengan krisis multidimensi di Indonesia mengakibatkan pertumbuhan persektor perekonomian mengalami penurunan. Sektor primer menurun dari 4,29 persen pada tahun 1996 menjadi 1,42 persen pada tahun 1997. Sektor sekunder menurun dari 11,93 persen pada tahun 1996 menjadi 5,99 persen pada tahun 1997. Sedangkan sektor tersier menurun dari 6,75 persen pada tahun 1996 menjadi 5,58 persen pada tahun 1997. Pada tahun 1998, pertumbuhan persektor perekonomian mencapai titik terendahnya selama tahun penelitian.

Sumber: BPS, 2008 (diolah).

(27)

Pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian seperti yang telah diilustrasikan oleh Gambar 1.1. tentu dipengaruhi oleh ketersediaan modal pada sektor tersebut. Langkah yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam memacu pertumbuhan dari setiap sektor perekonomian adalah melalui peningkatan investasi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Selain itu, investasi juga merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dimana sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah diolah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi. Investasi ini bisa berupa investasi dalam negeri maupun luar negeri.

Secara umum, investasi atau penanaman modal dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) baik di sektor primer, sekunder maupun tersier membutuhkan adanya iklim yang sehat dan kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Pada akhirnya, kondisi inilah yang mampu menggerakan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakan roda perekonomian nasional.

(28)

inflasi, pendapatan riil, perkembangan jumlah penduduk, total jalan yang diaspal, serta jumlah tenaga kerja diyakini sebagai beberapa faktor pembentuk iklim yang sehat sehingga diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi perkembangan investasi di negara tersebut.

Dalam konteks pembangunan, investasi memegang peranan penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun dalam memanfaatkan sumberdaya alam perlu juga diperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini yang menyebabkan mengapa investasi sebagai suatu faktor yang krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

(29)

Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan Undang-Undang Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968 melalui Undang No. 6/Tahun 1968. Undang-Undang tentang PMDN dilengkapi dan disempurnakan pada tahun 1970 dengan UU No. 12/Tahun 1970. Sedangkan kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia semakin terbuka. Hal ini sejalan pula dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi oleh Indonesia. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi. Hal ini dikarenakan sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi.

(30)

diperoleh seorang investor meningkat maka akan meningkatkan minta investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

Krisis ekonomi tahun 1997 merupakan shock dalam sejarah perekonomian di Indonesia. Shock tersebut telah menyebabkan tidak terkendalinya laju inflasi, yang pada akhirnya mendorong tingkat harga mengalami peningkatan secara umum serta penurunan pendapatan riil masyarakat sehingga daya beli masyarakat menurun. Peningkatan harga serta penurunan daya beli masyarakat ini merupakan alasan mendasar dari penurunan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer dan sektor tersier pada tahun 1997 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor primer menurun dari 6,18 persen pada tahun 1996 menjadi 5,83 persen pada tahun 1997. Sedangkan sektor tersier menurun dari 27,19 persen pada tahun 1996 menjadi 23,08 persen pada tahun 1997. Akan tetapi, sektor sekunder justru mengalami peningkatan dari 66,63 persen pada tahun 1996 menjadi 71,09 persen pada tahun 1997. Hal ini didukung dengan argumen yang berkembang selama ini bahwa sektor sekunder yang pada umumnya didukung oleh sektor industri makanan dan industri pengolahan akan lebih tahan terhadap krisis bila dibandingkan sektor perbankan, perdagangan maupun pembangunan real estate yang aktifitasnya memilki keterkaitan relatif erat dengan pergerakan laju inflasi serta suku bunga riil. Pada tahun 2006, sektor primer mencapai nilai total realisasi investasi nasional tertinggi di sepanjang tahun 1993-2008 yaitu sebesar 11,26 persen.

(31)

keuangan global mengakibatkan nilai total realisasi investasi di sektor primer dan sekunder juga mengalami kemunduran. Nilai total realisasi investasi di sektor primer menjadi sebesar 3,10 persen dari 7,60 persen pada tahun 2007. Nilai total realisasi investasi di sektor sekunder menjadi sebesar 36,97 persen dari 53,61 persen pada tahun 2007. Berbeda dengan nilai total realisasi investasi di sektor primer dan sekunder, nilai total realisasi investasi di sektor tersier justru mengalami peningkatan sebesar 21,14 persen sehingga nilai total realisasi investasi di sektor tersier pada tahun 2008 yaitu sebesar 59,94 persen.

Tabel 1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, 1993-2008 (dalam persen)

Tahun Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier

1993 0,67 95,60 3,73

(32)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan Tersier”. Hal ini mengingat karena investasi memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara tak terkecuali Indonesia, sehingga faktor-faktor yang menentukan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier sangat penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah. Dengan demikian, diharapkan tidak akan terjadi ketimpangan pembangunan yang dapat dilihat dari peningkatan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder maupun tersier secara merata.

1.2. Perumusan Masalah

Meskipun dua atau tiga tahun pasca krisis ekonomi 1997, ekonomi Indonesia sudah menunjukkan kembali pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan pertumbuhan rata-rata per tahun yang pernah dicapai, khususnya pada periode pertengahan 1990-an. Salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi yang dapat dilihat dari masih rendahnya nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

(33)

memungkinkan suatu proyek investasi menghasilkan keuntungan maka hal tersebut akan mendorong tumbuhnya nilai total investasi yang terealisasikan di berbagai sektor perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan nilai total realisasi investasi nasional akan menjadi salah satu dasar bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi jangka panjang di Indonesia.

Melihat pentingnya iklim investasi bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, maka faktor-faktor yang mempengaruhi iklim investasi nasional tersebut menjadi sangat penting untuk diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan stabilitas faktor-faktor yang mempengaruhi investasi akan berpengaruh pada tingkat keuntungan yang diperoleh investor. Dengan demikian, diharapkan Indonesia dapat senantiasa menciptakan iklim yang baik bagi perkembangan investasi di Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier ?

2. Bagaimana rekomendasi kebijakan investasi untuk memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier ?

1.3. Tujuan Penelitian

(34)

1. Menganalisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

2. Memberikan rekomendasi kebijakan investasi bagi pemerintah yang dapat memacu terjadinya peningkatan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, pemerintah, masyarakat maupun bagi akademisi. Manfaat – manfaat tersebut diantaranya : 1. Penulis dapat menambah pemahaman serta dapat mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh selama kuliah di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Rekomendasi kebijakan investasi dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat agar dapat meningkatkan nilai total realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier.

3. Masyarakat dapat lebih memahami mengenai permasalahan realisasi investasi nasional baik di sektor primer, sekunder dan tersier.

(35)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan adalah data nilai total realisasi investasi nasional (sektor primer, sekunder dan tersier), inflasi, suku bunga riil, pendapatan riil (sektor primer, sekunder dan tersier), jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier), jumlah penduduk Indonesia dan total jalan yang diaspal di Indonesia dengan series dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2008.

Ruang lingkup investasi dalam penelitian ini mencakup nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

Tabel 1.2. Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Sektor Perekonomian

Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier

(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori Investasi

Menurut Mankiw (2000) investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap rumah tangga, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan; investasi tetap rumah tangga adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah; sedangkan investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.

Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian (Harjono, 2007). Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik unsur-unsur penting dari kegiatan investasi, yaitu:

1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan nilai modalnya.

(37)

Adanya investasi akan mendorong adanya peningkatan kapital per tenaga kerja (perkapita) sehingga meningkatkan pendapatan nasional. Kaitan ini dapat dijelaskan dalam Gambar 2.1. yang menunjukkan bahwa jika terdapat peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah kapital per tenaga kerja (perkapita) sehingga pendapatan nasional akan semakin meningkat.

Sumber: Mankiw, 2000.

Gambar 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi

2.1.1. Penanaman Modal Asing

Pengertian penanaman modal asing menurut Hulman Panjatan dalam Harjono (2007) adalah suatu kegiatan penanaman modal yang didalamnya terdapat unsur asing (foreign element) yang ditentukan oleh adanya kewarganegaraan yang berbeda, asal modal, dan sebagainya. Dalam penanaman modal asing, modal yang ditanam merupakan modal milik asing maupun modal patungan antara modal asing dengan modal dalam negeri.

Negara yang sedang berkembang umumnya berkeyakinan bahwa pembangunan ekonominya akan dapat dikembangkan lebih baik lagi jika dapat memanfaatkan modal asing. Modal tersebut dimanfaatkan ke dalam sektor-sektor

I0

I1

0

Y1 Y0

Pendapatan Nasional (Y) Ii

(38)

yang produktif. Banyaknya manfaat yang didapat dari adanya modal asing dalam suatu negara apabila modal tersebut dapat termanfaatkan secara bijak maka untuk mendapatkan aliran modal asing yang lebih besar lagi maka perlu diciptakan iklim yang baik sehingga modal asing tersebut dapat disertakan dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, persyaratan-persyaratan mengenai masuknya modal asing perlu dipersiapkan sebaik-baiknya (Sumantoro, 1989).

Pada saat ini baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang telah mengusahakan hubungan kerjasama antara pemerintah dan swasta sebagai salah satu cara yang harus ditempuh dengan tujuan untuk meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara berkembang menganggap bahwa kegiatan penanaman modal asing tersebut merupakan suatu langkah mendapatkan modal tambahan untuk melakukan pembangunan ekonomi.

2.1.2. Penanaman Modal Dalam Negeri

(39)

disediakan guna menjalankan usaha) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya (Harjono, 2007).

Usaha pengembangan penanaman modal dalam negeri telah dirintis oleh pemerintah, salah satunya adalah dengan kebijakan kredit investasi. Pemberian kredit investasi memerlukan keahlian dalam prioritas pembangunan. Sebuah pengalaman menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi sering didasarkan pada perintah atau komando dari atasan. Hal demikian telah menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dimana terjadi pemborosan keuangan negara dan pengaruhnya kepada laju inflasi (Sumantoro, 1989).

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Investasi 2.2.1. Suku Bunga

(40)

ikut naik. Sebaliknya jika bunga simpanan rendah maka secara otomatis bunga pinjaman ikut menjadi rendah juga.

Berdasarkan Sukirno (1981), besar kecilnya investasi yang dilakukan dalam suatu kegiatan ekonomi atau produksi ditentukan oleh tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke depan, dan faktor-faktor lainnya. Secara grafis hubungan investasi dengan suku bunga berbanding terbalik seperti pada Gambar 2.2. dibawah ini.

Sumber: Mankiw, 2000.

Gambar 2.2. Hubungan Investasi dengan Suku Bunga

Berdasarkan Gambar 2.2 dapat terlihat bahwa kurva investasi memiliki slope negatif sehingga jika suku bunga naik maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan sehingga investasi akan menurun dan sebaliknya jika suku bunga rendah, maka orang akan menanamkan modalnya untuk berinvestasi di berbagai bidang usaha (Deliarnov, 1995). Para ekonom membedakan antara tingkat bunga nominal dengan tingkat bunga riil (Mankiw, 2000). Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan dan merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman tanpa penyesuaian terhadap inflasi. Tingkat bunga riil (real interest rate) mengukur

Suku Bunga (r)

I = I(r)

(41)

biaya pinjaman yang sebenarnya dan merupakan tingkat bunga yang menentukan tingkat investasi. Tingkat bunga riil merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi karena pengaruh inflasi. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman (Mankiw, 2000). Persamaan yang menggambarkan hubungan antara tingkat inflasi dengan suku bunga riil adalah sebagai berikut :

I = I(r) (2.1)

r = i –Л (2.2)

Kegiatan investasi akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka tingkat investasi yang dilakukan akan mengalami penurunan. Ketika suku bunga mengalami penurunan, investasi akan mengalami peningkatan (Sukirno, 1996). Menurut teori ekonomi klasik, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan melakukan investasi semakin kecil. Hal ini disebabkan investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar investor untuk dana investasi tersebut (Dewi, 2005).

2.2.2. Tingkat Inflasi

(42)

karena itu, perpanduan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal diperlukan untuk mengendalikan laju inflasi dalam suatu negara. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral yang mengawasi money supply memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi.

Menurut Mishkin (2001), inflasi merupakan kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus. Tingkat inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap investasi. Ketika terjadi inflasi, maka harga-harga akan mengalami kenaikan termasuk faktor-faktor produksi. Ketika harga-harga faktor produksi meningkat maka perusahaan atau investor cenderung mengurangi investasinya. Hal ini dikarenakan peningkatan harga faktor-faktor produksi akan mendorong terjadinya peningkatan biaya produksi secara keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atau investor sehingga akan menurunkan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan atau investor tersebut.

2.2.3. Jumlah Tenaga Kerja

(43)

sinyal peningkatan keuntungan ini akan menstimulus investasi, yang pada akhirnya akan meningkatkan realisasi investasi di sektor tersebut (Sukirno, 1996).

2.2.4. Pendapatan Riil

Istilah pendapatan nasional dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit, pendapatan nasional merupakan terjemahan langsung dari national income. Sedangkan dalam arti luas, pendapatan nasional dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) (Dumairy, 1996). PDB itu sendiri adalah pendapatan total yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh dari faktor-faktor produksi yang dimiliki asing (Mankiw, 2000).

(44)

2.2.5. Pembangunan Jalan

Banyak daerah dengan kandungan potensial sumber daya alam seperti minyak, gas alam dan barang tambang lainnya hanya memiliki pertumbuhan ekonomi yang sama atau bahkan dibawah pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Begitu juga dengan keanekaragaman hayati yang belum dapat dieksploitasi untuk dijadikan sumber ekonomi. Hal ini terjadi karena keterbatasan infrastruktur yang terdapat di Indonesia. Fakta tersebut tentu bertolak belakang dengan beberapa hasil studi yang menyatakan bahwa infrastruktur dan investasi jelas memiliki keterkaitan yang tidak dapat diabaikan. Sebuah studi dari Bank Dunia (2006), menunjukkan faktor penentu investasi dengan indeks tertinggi adalah keberadaan infrastruktur seperti listrik, transportasi, jalan diaspal, dan kebersihan. Faktor lain yang terdapat dalam penelitian tersebut, seperti ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai dan tingkat korupsi memiliki angka indeks yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan keberadaan infrastruktur.

(45)

sehingga secara keseluruhan biaya produksi akan menurun. Penurunana biaya produksi merupakan sinyal positif terhadap tingkat keuntungan yang mungkin diperoleh seorang investor. Oleh karena itu, total jalan yang diaspal di Indonesia akan berbanding lurus dengan nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier.

2.2.6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk pada suatu negara selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi atau perpindahan penduduk. Perubahan keadaan penduduk tersebut dinamakan dinamika penduduk. Dinamika atau perubahan penduduk cenderung kepada pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk ialah perkembangan jumlah penduduk suatu daerah atau negara. Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui sensus, registrasi dan survei penduduk. Jumlah penduduk Indonesia sejak sensus pertama sampai dengan sensus terakhir jumlahnya terus bertambah.

Jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan akan barang dan jasa, sehingga memperbesar pangsa pasar.

2.3. Penelitian Terdahulu

(46)

Investasi Swasta di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kuantitaif kuartalan pada periode 1993:1 sampai 2003:4, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu tingkat investasi swasta di Indonesia, dan kebijakan apakah yang dapat diambil oleh pemerintah dalam meningkatkan kegiatan investasi swasta. Variabel yang digunakan adalah GDP, suku bunga, posisi utang pemerintah, DSR (Debt Service Ratio), investasi pemerintah, dan lag investasi swasta.

(47)

Adhitya (2007), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan data time series (kuartalan) periode 1996:1 sampai dengan 2005:4, serta menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai alat analisis menghadapi permasalahan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi investasi di Provinsi DKI Jakarta serta bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kegiatan investasi di Provinsi DKI Jakarta.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di DKI Jakarta yaitu suku bunga, inflasi, lag PDRB, dan tingkat upah secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 1 persen, sedangkan nilai tukar secara signifikan berpengaruh nyata pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap model persamaan investasi di Provinsi DKI Jakarta, seluruh variabel eksogennya mempunyai tanda yang sesuai dengan teori.

(48)

Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam negeri (PMDN) menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil perkapita, investasi pemerintah khusus infrastruktur, upah minimum, dan pajak secara siginifikan berpengaruh terhadap kegiatan investasi dalam negeri di Indonesia. Selain pajak, semua variabel berpengaruh positif, sedangkan pajak berpengaruh negatif terhadap investasi PMDN. Hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing (PMA) menunjukkan bahwa variabel pendapatan riil perkapita, upah minimum, dan inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap investasi asing PMA, sedangkan variabel investasi pemerintah khusus infrastruktur dan pajak tidak berpengaruh terhadap kegiatan investasi asing PMA di Indonesia. Pendapatan riil perkapita, upah minimum berpengaruh positif dan laju inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi asing (PMA) di Indonesia.

(49)

Pada tahun pertama, penelitian ini menggunakan Shift Share sebagai alat analisis. Sedangkan pada tahun kedua, penelitian ini menggunakan analisis komponen utama (principal component analysis) dan pada tahun ketiga menggunakan evaluasi kebijakan (regulatory impact assessment). Hasil analisis pada tahun pertama menunjukkan bahwa identifikasi potensi investasi sektor primer Provinsi-Provinsi di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa potensi PMDN yang memilki pertumbuhan cepat disertai daya saing baik terhadap sektor ekonomi di wilayah lainnya adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan yang berada pada Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Sementara itu, potensi PMA yang memilki pertumbuhan cepat disertai daya saing baik terhadap sektor ekonomi di wilayah lainnya adalah subsektor tanaman pangan dan perkebunan yang berada pada Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

(50)

dengan skor nilai terendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Sedangkan penelitian pada tahun ketiga sedang berjalan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah mencakup perbedaan lingkup wilayah dan sektor perekonomian yang diamati, serta variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini mencakup nilai total realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier. Selain itu, variabel yang digunakan adalah nilai total realisasi investasi nasional (sektor primer, sekunder dan tersier), suku bunga riil, inflasi, pendapatan riil (sektor primer, sekunder dan tersier), total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, serta jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier), sehingga penelitian akan memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

2.4. Kerangka Pemikiran

(51)

Seyogyanya, pembangunan ekonomi di suatu negara merupakan hal yang harus diusahakan oleh setiap negara, baik itu negara berkembang maupun negara maju dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun, permasalahan yang sering timbul dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di suatu negara adalah rendahnya investasi.

Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia di pertengahan tahun 1997 yang telah menjadi shock bagi perekonomian Indonesia yang ditandai dengan tingkat inflasi melambung tinggi, rendahnya GDP Indonesia, terdepresiasinya rupiah, serta rendahnya tingkat pengembangan infrastruktur berupa pembangunan jalan yang dilakukan oleh pemerintah menyebabkan menjadi tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia sehingga baik arus investasi asing maupun arus investasi dalam negeri pada berbagai sektor perekonomian mengalami penurunan.

(52)
(53)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mengenai analisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan riil baik di sektor primer, sekunder maupun tersier berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin tinggi pendapatan riil suatu sektor perekonomian maka akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada sektor tersebut.

2. Jumlah tenaga kerja baik di sektor primer, sekunder maupun tersier berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin banyak tenaga kerja yang diperlukan pada suatu sektor perekonomian dalam suatu negara akan mendorong terjadinya penurunan tingkat upah, sehingga akan meningkatkan investasi di sektor tersebut.

(54)

Indonesia akan menurunkan daya tarik Indonesia bagi investor, sehingga akan menurunkan nilai total realisasi investasi nasional.

4. Suku bunga riil berpengaruh negatif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Hal ini dikarenakan semakin tingginya suku bunga riil maka akan semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. 5. Pembangunan jalan di Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total

realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Semakin tingginya pembangunan jalan yang dapat dilihat dari semakin tingginya total jalan yang diaspal di Indonesia akan memperlancar mobilitas distribusi produk sehingga menurunkan biaya distribusi dan biaya produksi secara keseluruhan. Hal ini akan menstimulus terciptanya iklim investasi yang kondusif sehingga dapat meningkatkan nilai total realisasi investasi nasional per sektor.

6. Jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi nasional per sektor di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk di suatu negara mengindikasikan terjadinya peningkatan pangsa pasar di negara tersebut sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan investasi yang terealisasikan.

(55)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian mengenai analisis perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi investasi nasional di sektor primer, sekunder, dan tersier memerlukan data sekunder sebagai informasi dalam menganalisis permasalahan. Data time series (kuartalan) periode 1993 sampai dengan 2008 berisi data nilai total realisasi investasi nasional (sektor primer, sekunder dan tersier), suku bunga riil, inflasi, pendapatan riil (sektor primer, sekunder dan tersier), total jalan yang diaspal di Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, serta jumlah tenaga kerja (sektor primer, sekunder dan tersier) yang diperoleh dari publikasi instansi-instansi terkait di DKI Jakarta, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat dan Bank Indonesia (BI). Selain itu, referensi dalam penelitian ini mengenai investasi maupun tentang faktor-faktor yang akan diteliti juga diperoleh dari beberapa literatur yang diambil dari perpustakaan IPB, perpustakaan BPS, perpustakaan BI, perpustakaan BKPM, jurnal-jurnal, media massa, serta internet.

3.2. Metode Analisis

3.2.1. Analisis Regresi Berganda

(56)

Utama (Principal Component Analysis) dengan menggunakan software Microsoft Excel 2003 pada saat proses pemasukan data, sedangkan pada saat pengolahan data menggunakan Minitab 15.

Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X (variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel tak bebas) yang merupakan akibat. Analisis linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak bebasnya. Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel namun juga mengukur besaran hubungan kausalitasnya.

Model regresi linier berganda menurut Walpole (1995) adalah sebagai berikut :

Y = b0 + b1x1 + b2x2 + brxr (3.1)

dimana :

r = 1, 2, 3, ...., N b0 = Intersep

b1 - br = Koefisien kemiringan parsial

3.2.2. Model Analisis

(57)

INVPt = α0 + α1 PDBPt - 1 + α2 TKPt + α3 INFt + α4 Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal +

α6 rt + εt (3.4)

INVSt = α0 + α1 PDBSt - 1 + α2 TKSt + α3 INFt + α4 Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal +

α6 rt + εt (3.5)

INVTt = α0 + α1 PDBTt - 1 + α2 TKTt + α3 INFt + α4 Jmlh. Pnddkt - 1 + α5 Jaspal +

α6 rt + εt (3.6)

dimana:

INVPt = Investasi nasional di sektor primer pada periode t (miliar rupiah)

INVSt = Investasi nasional di sektor sekunder pada periode t (miliar

rupiah)

INVTt = Investasi nasional di sektor tersier pada periode t (miliar rupiah)

rt = Suku bunga riil Indonesia pada periode t (persen)

INFt = Laju inflasi di Indonesia (persen)

Jmlh. Pnddk = Jumlah Penduduk Indonesia (ribu orang)

TKPt = Jumlah tenaga kerja di sektor primer pada periode t (orang)

TKSt = Jumlah tenaga kerja di sektor sekunder pada periode t (orang)

TKTt = Jumlah tenaga kerja di sektor tersier pada periode t (orang)

Jaspal = Total Jalan yang diaspal di Indonesia (persen)

PDBPt – 1 = Pendapatan riil sektor primer pada periode sebelumnya (miliar

rupiah)

PDBSt – 1 = Pendapatan riil sektor sekunder pada periode sebelumnya (miliar

(58)

PDBTt – 1 = Pendapatan riil sektor Tersier pada periode sebelumnya (miliar

rupiah)

εt = error term

Langkah selanjutnya adalah data yang didapat dijadikan dalam bentuk logaritma karena untuk mempermudah dalam melihat respon dari setiap variabel bebas yang digunakan terhadap variabel tak bebasnya. Selain itu, agar dapat dibandingkan dan konsisten sepanjang waktu. Setelah dilakukan beberapa uji model untuk memperoleh hasil estimasi terbaik, maka model persamaan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi investasi nasional di sektor primer, sekunder dan tersier adalah sebagai berikut :

L_INVPt = α0 + α1 L_PDBPt - 1 + α2 L_TKPt + α3 INFt + α4 L_Jmlh. Pnddkt - 1 + α5

Jaspal + α6 rt + εt (3.6)

L_INVSt = α0 + α1 L_PDBSt - 1 + α2 L_TKSt + α3 INFt + α4 L_Jmlh. Pnddkt - 1 + α5

Jaspal + α6 rt + εt (3.6)

L_INVTt = α0 + α1 L_PDBTt - 1 + α2 L_TKTt + α3 INFt + α4 L_Jmlh. Pnddkt - 1 + α5

Jaspal + α6 rt + εt (3.9)

dimana :

L_INVPt = Logaritma investasi nasional di sektor primer periode t (persen)

L_INVSt = Logaritma investasi nasional di sektor sekunder periode t

(persen)

L_INVTt = Logaritma investasi nasional di sektor tersier periode t (persen)

SBt = Suku bunga riil pada periode t (persen)

(59)

L_Jmlh. Pnddk = Jumlah Penduduk Indonesia (persen)

L_ TKPt = Jumlah tenaga kerja di sektor primer pada periode t (persen)

L_ TKSt = Jumlah tenaga kerja di sektor sekunder pada periode t (persen)

L_ TKTt = Jumlah tenaga kerja di sektor tersier pada periode t (persen)

L_PDBPt – 1 = Pendapatan riil sektor primer pada periode sebelumnya

(persen)

L_PDBSt – 1 = Pendapatan riil sektor sekunder pada periode sebelumnya

(persen)

L_PDBTt - 1 = Pendapatan riil sektor tersier pada periode sebelumnya (persen)

Jaspal = Total Jalan yang diaspal di Indonesia (persen)

εt = error term

Setelah itu, model tersebut dianalisis menggunakan kriteria-kriteria uji agar model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis OLS, seperti terbebas dari masalah-masalah autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinieritas.

3.3. Metode Estimasi

(60)

3.3.1. Uji Kriteria Statistik

Pengujian kriteria statistik diperlukan untuk melihat korelasi antar variabel persamaan, yaitu dengan menggunakan uji t, F, dan R2.

1. Uji t

Uji t dilakukan pada masing-masing parameter untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, artinya apakah variabel bebas (eksogen) berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas (endogen). Perbandingan anatara nilai t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukan daerah atau wilayah penolakan. Selain itu, uji ini digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak.

Hipotesis :

H0 : βi = 0 ,i = 1, 2, 3, ...., n

H1 : βi ≠ 0

Statistik uji yang dilakukan dalam uji-t adalah sebagai berikut : b – B

Sb

Dengan hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel (t-tabel = tα/2(n – k))

dimana :

b = Koefisien regresi parsial sampel B = Koefisien regresi parsial populasi Sb = Simpangan baku koefisien dugaan

(61)

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut : t-hitung > tα/2(n – k), maka tolak H0

t-hitung < tα/2(n – k), maka terima H0

Jika t-hitung > t-tabel (tα/2(n – k)) maka tolak H0, hal ini berarti variabel yang

digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (endogen) pada taraf α. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (tα/2(n – k)) maka terima H0, hal ini berarti

variabel yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (endogen) pada taraf α.

2. Uji F

Uji F dilakukan terhadap model penduga untuk melihat pengaruh variabel bebas (eksogen) terhadap variabel tak bebas (endogen) secara keseluruhan dengan menggunakan pengujian F hitung. Selain itu uji F digunakan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas (eksogen) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (endogen). Hal ini disessbut sebagai hipotesis nol.

Mekanisme untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara serentak (uji F-statistik) adalah sebagai berikut :

H0 : β0 = β1 = β2 = ... = βi = 0 (tidak ada pengaruh nyata variabel-variabel

dalam persamaan)

H1 : minimal salah satu βi ≠ 0 (paling sedikit ada satu variabel bebas yang

(62)

Untuk: i = 1, 2, 3, ..., k

β = Dugaan parameter

Statistik uji yang dilakukan dalam uji-F adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Hasil dari F-hitung dibandingkan dengan F-tabel (F-tabel = Fα (k -1, n – k))

dimana :

R2 = Koefisien determinasi n = Banyaknya data

K = Jumlah koefisien regresi dugaan

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji F adalah sebagai berikut : F-hitung > Fα(k – 1, n – k), maka tolak H0

F-hitung < Fα(k – 1, n – k), maka terima H0

Jika hasil F-hitung > F-tabel (Fα(k – 1, n – k)) maka tolak H0, hal ini berarti

minimal terdapat satu parameter dugaan yang tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel tak bebas (endogen). Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel (Fα(k – 1, n – k)) maka terima H0, hal ini berarti secara bersama-sama variabel

yang digunakan tidak bisa menjelaskan secara nyata keragaman dari variabel tak bebas (endogen).

F-hitung =

R2

k - 1 (1 – R2)

n - k

(63)

3. Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2

Koefisien determinasi (R2) dan Adjusted R-squared digunakan untuk melihat sejauhmana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebasnya dan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan ke dalam model dapat menerangkan model tersebut. Menurut Gujarati (1993) terdapat dua sifat R-squared yaitu :

a. Merupakan besaran non-negative,

b. Batasnya adalah 0 ≤ R2 ≥ 1. Jika R2 bernilai 1 berarti adanya suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas (endogen) dengan variabel bebasnya (eksogen).

Nilai koefisien determinasi dapat dihitung sebagai berikut :

=

dimana :

ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan (explained sum square) TSS = jumlah kuadrat total (total sum square)

Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-squared untuk menilai baik buruknya suatu model adalah akan selalu mendapatkan nilai yang terus naik seiring dengan pertambahan variabel bebas ke dalam model sehingga Adjusted R-squared bisa juga digunakan untuk melihat sejauhmana variabel bebas (eksogen) mampu menerangkan keragaman variabel tak bebasnya (endogen). Adjusted R-squared secara umum memberikan penalty atau hukuman terhadap penambahan

= 1 - R2 = ESS

TSS ESS TSS

(64)

variabel bebas (eksogen) yang tidak mampu menambah daya prediksi suatu model. Nilai Adjusted R-squared tidak akan pernah melebihi nilai R-squared bahkan dapat turun jika ditambahkan variabel bebas (eksogen) yang tidak perlu. Bahkan untuk model yang memiliki kecocokan rendah (goodness of fit), Adjusted R-squared dapat memiliki nilai yang negatif.

R2 =

dimana :

σ2

= Varians residual Sy2 = Varians sampel dari Y

3.3.2. Uji Kriteria Ekonometrika

Dalam menggunakan metode OLS dapat ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi, yaitu masalah autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.

1. Uji Autokorelasi

Didalam berbagai penelitian seringkali terdeteksi adanya hubungan serius antara gangguan estimasi satu observasi dengan gangguan estimasi observasi yang lain. Nisbah antara observasi inilah yang disebut sebagai masalah autokorelasi. Adanya autokorelasi akan menyebabkan terjadinya dugaan parameter tidak bias, nilai galat baku ter-autokorelasi sehingga ramalan menjadi tidak efisien, ragam galat berbias, serta terjadi pendugaan yang kurang pada ragam galat (standar

σ2 Sy2

1

(65)

error underestimated) sehingga Sb underestimated. Oleh karena itu, t overestimate cenderung lebih besar dari yang sebenarnya.

Gejala autokorelasi dapat dideteksi dengan uji Breusch Godfrey Serrial Correlation Langrange Multiplier Test yang terdapat dalam E-views4 dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : ρ = 0 (tidak terdapat serial korelasi)

H1 : ρ≠ 0 (terdapat serial korelasi)

Kriteria uji yang digunakan untuk melihat adanya autokorelasi adalah sebagai berikut :

a. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata yang digunakan maka hipotesis H0 diterima yang berarti model persamaan yang digunakan

tidak mengalami masalah autokorelasi,

b. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata yang digunakan maka hipotesis H0 ditolak yang berarti model persamaan yang digunakan

mengalami masalah autokorelasi.

Solusi dari masalah autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Dihilangkan variabel yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel tak bebas,

(66)

2. Uji Heteroskedastisitas

Suatu model dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidak bernilai konstan. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians minimum (efisien). Menurut Gujarati (1993), jika terjadi heteroskedastisitas maka akan berakibat sebagai berikut :

a. Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varians yang minimum atau estimator tidak efisien,

b. Prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya akan mempunyai varians yang tinggi, sehingga prediksi menjadi tidak efisien, c. Tidak dapat diterapkannya uji nyata koefisien atau selang kepercayaan dengan

menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varians.

Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat ditunjukkan dengan White-Heteroskedasticity Test, dimana tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah.

Hipotesis :

H0 : γ = 0 (homoskedastisitas)

(67)

Kriteria uji yang digunakan untuk melihat adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :

a. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata yang digunakan maka hipotesis H0 diterima yang berarti tidak terdapat gejala

heteroskedastisitas pada model,

b. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata yang digunakan maka hipotesis H0 ditolak yang berarti terdapat gejala heteroskedastisitas pada

model.

Solusi dari masalah ini adalah mencari transformasi model asal sehingga model yang baru akan memiliki error-term dengan varians yang konstan.

3. Uji Multikolinieritas

Istilah multikolinieritas mula-mula ditemukan oleh Ragnar Frisch. Multikolinieritas adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Konsekuensi dari terjadinya multikolinieritas adalah koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Gujarati (1993) mengemukakan tanda-tanda adanya multikolinieritas adalah :

a. Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan,

b. R-squared-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak bahkan tidak ada yang nyata,

c. Korelasi sederhana antara variabel individu tinggi (rij tinggi),

(68)

Untuk memperbaiki dari masalah multikolinieritas menurut Gujarati (1993) adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya,

b. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu, c. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi,

d. Mentransformasikan data,

e. Mendapatkan tambahan data baru.

3.2.3. Regresi Komponen Utama (Principal Component Analysis)

Analisis komponen utama pada dasarnya mentransformasi peubah-peubah bebas yang berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang orthogonal dan tidak berkorelasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya, sehingga masalah multikolinearitas dapat diatasi. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan korelasi di antara peubah melalui transformasi peubah asal ke peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi (Gasperz dalam Ulpah, 2006). Dengan teknik ini peubah yang cukup banyak akan diganti dengan peubah yang jumlahnya lebih sedikit tanpa diiringi oleh hilangnya objektifitas analisis.

Dimana tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis regresi komponen utama adalah:

1. Membakukan peubah bebas asal yaitu X menjadi Z 2. Mencari akar ciri dan vector ciri dari matriks R

(69)

Gambar

Gambar 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Menurut Harga Konstan 2000, 1994-2008
Tabel 1.1. Nilai Total Realisasi Investasi Nasional di Sektor Primer, Sekunder dan                  Tersier, 1993-2008 (dalam persen)
Tabel 1.2. Ruang Lingkup Sektor Primer, Sekunder dan Tersier
Gambar 2.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dari pelaksana- an siklus I adalah secara keseluruhan ber- dasarkan hasil pengamatan aktifitas siswa mengenai pembelajaran model kooperatif STAD pada

Sehingga wujud dari sebuah bangunan hotel resor, baik itu pengaruh rancangan bangunan dengan kondisi lingkungan kawasan tapak, maupun bentuk dan fasilitas bangunan itu sendiri

Hubungan antara ekspresi c-kit dengan umur, ukuran tumor, status limfonodi dan derajat histopatologis pada pasien karsinoma payudara subtipe basal-like.. Dibandingkan

Puji syukur kepada ALLAH S.W.T yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi

Arin Fatmawati, Penerapan Model Make a Macth untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas II MIN Ngepoh Tanggunggunung Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan,

STANDAR KOMPETENSI : Setelah mengikuti mata kuliah ini praja diharapkan mampu menjelaskan kedudukan Hukum Pemerintahan dalam kerangka hokum seluruhnya;menyebutkan

cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya dosis introduksi Trichoderma spp. Meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman tomat pada perlakuan introduksi Trichoderma

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Katolik Santa Agnes Surabaya ditemukan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran kurang dan prestasi belajar fisika kelas